Anda di halaman 1dari 79

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

DALAM UPAYA PEMBANGUNAN DESA DI DESA


BONTOALA KECAMATAN PALLANGGA
KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

OLEH
OCTAVIANI PRATIWI
NIM 105711104316

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
HALAMAN JUDUL

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)


DALAM UPAYA PEMBANGUNAN DESA DI DESA
BONTOALA KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN
GOWA

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan


studi pada Program Studi Starata 1 Ekonomi Pembangunan

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

ii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku.

Bapak dan Ibu Tercinta, Suharto dan Ernawati Iskandar

Yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayang

yang tulus dan tiada ternilai besarnya.

MOTTO HIDUP

Kamu bisa menjadi apa pun yang Kamu ingin. Jika Kamu bisa menyadari,

semua impian dalam dirimu. Jangan takut jika Kamu punya sesuatu untuk

dikatakan, Hanya dengan membuka hatimu dan

biarkan dia menunjukkan jalan.

Siapapun bisa jadi apapun”.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis pengelolaan alokasi dana desa (ADD) dalam upaya pembangunan desa

di desa bontoala kecamatan pallangga kabupaten gowa.” Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Di dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami

penulis, oleh sebab itu skripsi ini dapat tersusun dengan baik tentunya berkat

bantuan dan dukungan dari berbagi pihak. Pada kesempatan yang baik ini, secara

khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Selaku rektor universitas

muhammadiyah makassar.

2. Bapak Ismali Rasulong, SE., MM., selaku dekan fakultas ekonomi dan bisnis

universitas muhammadiyah makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku ketua program studi ekonomi pembangunan

universitas muhammadiyah makassar.

4. Bapak Asdar, SE., M.Si selaku sekretaris jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dr, Hj. Muchriana Muchran, SE.,M.Si.Ak.CA selaku pembimbing I yang

senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan menngarahkan penulis,

sehingga skripsi selesai dengan baik.

iv
6. Bapak Asdar, SE.,M.Si selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu

selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

7. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelha banyak meluangkan ilmunya

kepada penulis selama mengikuti kuliah.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

9. Sahabat terdekat, Rahayu, Natasya, Nur Anisa, Rismawati, Hariata dan Yulia

yang selalu memberikan dukungan semangat dan motivasi.

10. Teman-Teman IESP 2 2016 untuk kebersamaannya selama ini dan tidak

sedikit bantuannya untuk penulis.

11. Sahabat-Sahabatku serta teman-teman IESP angkatan 2016 yang telah

memberi semangat, motivasi, kesabaran dan dukungannya kepada penulis

selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh

Makassar.

Dan akhir kata peneliti ingin mengucapkan mohon maaf yang sebesar

besarnya apabila ada keslahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja yang

telah menyinggung di hati. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang

membutuhkan.

Billahi fii sabili haq, fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, Januari 2021

Octaviani Pratiwi

v
ABSTRAK

Octaviani Pratiwi, Tahun 2020 Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)
Dalam Upaya Pembangunan Desa di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa, Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Hj.
Muchriana Muchran dan Pembimbing II Asdar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
alokasi dana desa di Desa Bontoala. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan observasi wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian dari Analisis
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Upaya Pembangunan Desa di
Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa menunjukkan bahwa: 1).
tahap perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bontoala telah menerapkan
prinsip transparansi. 2). Pada tahap pelaksanaan ADD Desa Bontoala melakukan
swakelola karena pemerinntah desa juga perlu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. 3). Tahap pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa
Bontoala baik secara teknis maupun administrasi sudah baik, tetapi tetap harus
mendapat bimbingan dari pemerintah kecamatan.

Kata Kunci: Pengelolaan, Alokasi Dana Desa, Pembangunan Desa.

vi
ABSTRACT

Octaviani Pratiwi, in 2020 Analysis of Village Fund Allocation Management


(ADD)In Village Development Efforts in Bontoala Village Pallangga District Gowa
Regency, Thesis of development economics study program, faculty of economics
and business Muhammadiyah Makassar. Supervised by advisor I Hj. Muchriana
Muchran And Advisor II Asdar.
The purpose of this study was to determine how the management of village
fund allocation in Bontoala Village Pallangga District Gowa Regency. Data
collection techniques in this study by observation interviews and documentation.
The result of the researchfrom the analysis of village fund allocation management
(ADD) in village development efforts in Bontoala Village, Pallagga District, Gowa
Regency show that: 1). The Village Fund Allocation (ADD) palnning stage in
bontoala village has implemented the principle of transparancy. 2). At the
implamentation stage of the ADD, Bontoala Village carried out-self management
because the village government also nedeed to improve the welfare of the
community. 3). The accountability stage for village fund allocation (ADD) in
bontoala village, both technically and administratively, is good, but still requires
guidance from the sub-district government.

Keywords: Management, Village Fund Allocation, Village Development.

vii
viii
ii
iii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ......................................................................................................... i

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................iii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iv

ABSTRAK..........................................................................................................vi

ABSTRACT........................................................................................................vii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6

A. Tinjauan Teori ............................................................................... 6


1. Pengertian dan Jenis Desa ..................................................... 8
2. Pengertian Pengelolaan.......................................................... 10
3. Pembangunan Desa ............................................................... 14
4. Alokasi Dana Desa ................................................................. 25
5. Prinsip Pengelolaan Dana Desa ............................................. 25
B. Tinjauan Empiris ............................................................................ 27
C. Kerangka Konsep .......................................................................... 29

iv
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 31

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 31


B. Fokus Penelitian .......................................................................... 31
C. Lokasi Penelitian ......................................................................... 31
D. Sumber Data ............................................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32
F. Metode Analisis Data .................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................................35

A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................35


B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)...................................................41
C. Pertanggung Jawaban Alokasi Dana Desa....................................46

BAB V PENUTUP................................................................................................51

A. Kesimpulan........................................................................................51
B. Saran.................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ .53

LAMPIRAN..........................................................................................................55

v
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu…….…………………........................…..27

Tabel 4.1 Data Penduduk Desa Bontoala...............................................35

Tabel 4.2 Data ADD Pembangunan Desa Bontoala...............................42

Tabel 4.3 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan................................43

Tabel 4.4 Penanggulan Bencana Darurat dan Mendesak Desa............43

Tabel 4.5 Pembinaan Masyarakat..........................................................44

Tabel 4.6 Pemberdayaan Masyarakat....................................................44

Tabel 4.7 Penggunaan Dana Desa.........................................................45

Tabel 4.8 Jumlah Dana Desa..................................................................45

Tabel 4.9 APBD Desa Tahun 2018.........................................................47

Tabel 4.10 Data APBDesa Bontoala Dalam Berbagai Bidang..................49

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa…………………..........16

Gambar 2.2 Kerangka Konsep………………………………………..........30

Gambar 4.1 Bagan Struktur Pemerintah Desa Botoala............................37

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara kesatuan republik indonesia telah mengatur undang-undang

No. 6 Tahun 2014 tentang desa diartikan sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul

dan adat istiadat setempat, diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan republik indonesia. Salah satu cara untuk mewujudkan

pemerintahan yang baik dalam pengelolaan anggaran Desa adalah

dengan memperhatikan pada tahapan pengelolaan, perencanaan,

pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggung jawaban. Dalam

pelaksanaannya desa akan bersentuhan langsung dengan masyarakat,

dalam peranan desa memberikan pelayanan kepada publik khususnya

kepada masyarakat, maka diharapkan dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pengelolaan alokasi dana desa dibutuhkan aparat

pemerintah desa yang handal agar pelaksanaannya lebih terarah dan

sesuai dengan tata kelola yang baik.

Dalam mengelola pemerintahan di suatu desa, kepala desa

membutuhkan pendampingan dari warga desa. Penduduk desa ini bekerja

sesuai dengan tugasnya. Karena perannya yang besar, maka perlu

disusun peraturan-peraturan atau Undang-undang yang terkait dengan

pemerintahan desa untuk mengatur pemerintahan desa, agar dapat

menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan hal

tersebut, peran masyarakat juga menjadi penting terutama dalam proses

1
2

pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan

kebutuhan masyarakat desa.

Alokasi dana desa (ADD) merupukan wujud dari pemenuhan hak

desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang

mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri. Dengan adanya dana desa

tersebut, pemerintah desa dituntut untuk mengelola dana desa dengan

efektif. Efektif yang dimaksud adalah sejauh mana target yang telah dicapai

oleh pemerintah desa dalam pemanfaatan dana desa. Untuk dapat

menjalankan peranannya yang efektif , pemeritah desa perlu terus

dikembangkan sesuai dengan perkembangan kemajuan masyarakat desa

dan lingkungan sekitarnya.

Maksud pemberian dana desa (ADD) adalah sebagai bantuan atau

dana untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa dan

partisipasi untuk mendorong masyarakat bergotong royong dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk

menyelenggarakan otonominya supaya tumbuh dan berkembang

mengikuti pertumbuhan desa itu sendiri. Akan tetapi, dalam proses

pengelolaan alokasi dana desa yang ada di desa bontoala kurang sesuai

dengan prinsip pengelolaan alokasi dana desa sehingga berdampak belum

efektifnya pencapaian tujuan alokasi dana desa itu sendiri.

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pada pasal 1

menjelaskan pengertian desa yakni desa adalah desa dan desa adat atau

yang disebut degan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang batas wilayahnya, dan berwenang mengurus


3

urusan pemerintahan, kepentingan dan masyarakat lokal berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak, adat dan / hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan rapublik indonesia.

ADD ditujukan untuk membiayai program pemerintah desa dalam hal

pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat.

Tujuan dari Alokasi Dana Desa ialah menanggulangi kemiskinan dan

mengurangi kesenjangan, meningkatkan perencanaan dan penganggaran

pembangunan ditingkat desa dan memberdayakan masyarakat, serta

meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan desa

terhadap Alokasi Dana Desa adalah mengenai transparansi. Maksud

transparan yakni pengelolaan keuangan desa adalah pengelolaan uang

yang ada tidak dirahasiakan dan tidak tersembunyi dari masyarakat, serta

dilakukan sesuai kaidah hukum yang berlaku. Dengan adanya transparan

ini, keuangan desa dapat dikontrol dan diawasi oleh pihak yang

berwenang. Prinsip transparansi ini penting supaya keuangan desa dapat

berjalan dengan baik dan memenuhi hak-hak masyarakat serta

menghindari konflik di masyarakat desa.

Dalam mengoptimalkan potensi desa di desa bontoala kecamatan

pallangga kabupaten gowa, pemerintah daerah menggunakan alokasi

dana desa dalam melakukan peningkatan pembangunan, baik

pembangunan infrastruktur, sepereti pembangunan sarana dan prasarana

umum, maupun pembanguan non infrastruktur, seperti potensi daya,

wisata, pendidikan, dan lain-lain. Semua itu dilakukan sebagai langkah


4

nyata pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaa Alokasi Dana

Desa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yang penulis uraikan

sehingga penulis tertarik untuk mendeskripsikan sejauh mana pengelolaan

alokasi dana desa (ADD) itu untuk pembangunan desa di desa bontoala

kecamatan pallangga kabupaten gowa. Dengan melihat fenomena yang

terjadi di desa bontoala untuk itu penulis terdorong untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa

(ADD) Dalam Upaya Pembangunan Desa Di Desa Bontoala Kecamatan

Pallangga Kabuapten Gowa”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah ini adalah

bagaimana pengelolaan alokasi dana desa di Desa Bontoala Kecamatan

Pallangga Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengelolaan alokasi dana desa (ADD) dalam meningkatkan pembangunan

pedesaan di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu

dan pengembangan pengetahuan pada jurusan ekonomi


5

pembangunan. Selain itu juga dapat dijadikan bahan referensi untuk

penelitian serupa yang akan dilakukan dikemudian hari.

2. Manfaat Praktis

Sebagai masukan dan informasi bagi masyarakat serta pemerintah

desa khususnya di desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten

Gowa dalam melaksanakan penyelenggaraan pengelolaan Alokasi

Dana Desa (ADD). Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan aparatur desa dalam membangun desa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian dan Jenis Desa

a. Pengertian Desa

Desa menurut asal katanya berasal dari bahasa sansekerta,

yaitu “dhesi” yang berarti tanah kelahiran. Jadi, desa tidak hanya

dilihat penampakan sebutan desa fisiknya saja. Tetapi juga dimensi

sosial budayanya. Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang

ada di negara ini. Luas desa biasanya tidak terlalu luas dan banyak

dihuni oleh sejumlah keluarga. Mayoritas penduduknya bekerja di

bidang agraris dan tingkat penduduknya cenderung rendah. Karena

jumlah penduduknya tidak begitu banyak, hubungan kerabatan

antar masyarakatnya biasnya terjalin kuat.Masyarakatnya juga

masih percaya dan menjaga adat istiadat dan tradisi yang

ditinggalkan para leluhur mereka.

Menurut sutardjo kartodikusumo (2002), pengertian desa

adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu

masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

Berbeda dengan landis (1948) yang mendefinisikan desa sebagai

suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal.

2) Adanya ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan.

6
7

3) Cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor alam.

Dari beberapa pengertian dan definisi desa di atas

kesimpulan yang dapat diambil mengenai beberapa ciri kehidupan

di desa adalah sebagai berikut:

1) Mempunyai wilayah sendiri.

2) Mempunyai sistem masyarakat sendiri.

3) Kehidupan sangat erat dengan lingkungan alam.

4) Sifat gotong royong masih tertatanam kuat pada warga

masyarakat desa.

5) Masyarakat desa merupakan paguyuban (gemeinshchaft),

yaitu gaya hidup berdasarkan ikatan kekeluargaan yang kuat.

6) Struktur ekonominya bersifat agraris.

7) Jumlah penduduk tidak terlalu banyak dan luas daerah tidak

terlalu besar.

8) Proses sosial berjalan lambat.

b. Jenis Desa

Desa atau desa lain dengan nama yang sangat berbeda

pada awalnya merupakan organisasi kemasyarakatan lokal yang

memiliki batas-batas wilayah, dihuni oleh banyak penduduk, dan

mempunyai adat istiadat untuk mengelola dirinya sendiri yang

disebut dengan self-governing community. Dilihat dari sisi peran

dan fungsinya, desa bisa dikategorikan ke dalam tiga jenis sebagai

berikut:
8

1) Desa Adat (Self-Governing Community)

Desa jenis ini adalah embrio (cikal-bakal) desa di

nusantara, berbasis pada suku (genealogis) dan mempunyai

batas-batas wilayah, memiliki otonom asli, struktur/sistem

pemerintahan asli menurut hukum adat, dan menghidupi

masyarakat sendiri secara komunal.

2) Desa Otonom (Local Self Government)

Ciri khas desa ini adalah berkurangnya pengaruh adat

yang ada di desa. Desa ini memiliki otonomi dan kekuasaan

dalam perencanaan, pelayanan publik, keuangan (melalui

anggaran pendapatan dan belanja desa), dan memiliki sistem

demokrasi lokal.

3) Desa Administratif

Desa administratif merupakan desa yang mempunyai

batas-batas wilayah yang jelas, berada dalam subsistem dari

pemerintah kabupaten/kota. Desa ini sering disebut dengan

pemerintah negara bagian setempat / the local state

government. Otonomi jenis desa ini sangat terbatas dan tidak

jelas.

2. Pengertian Pengelolaan

Pengeloaan dalam bahasa Inggris berasal dari kata

management, menurut Arifin Abdurracman dalam Purwanto (2009)

mengemukakan bahwa manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk


9

mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan

dengan menggunakan orang-orang pelaksana. Sedangkan

pengelolaan itu sendiri memiliki pengertian penyelenggaraan atau

pemgurusan agar suatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar,

efektif dan efisien.

Menurut harold koontz dan cyril o’donel mendefinisikan

pengelolaan sebagai usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui

kegiatan orang lain. Menurut Andrew F. Sikul mengemukakan bahwa

pengelolaan pada umumnya dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,

pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan

untuk menghasilkan produk atau layanan secara efisien.

Menurut George R. Terry, pengelolaan merupakan sebuah proses

yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan,

pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan, yang dilakukan

untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-

sumber lain.

Menurut Prajudi Atmosudirdjo (1982) pengelolaan adalah

pengendalian dan pemanfaatan dari pada semua faktor dan sumber

daya, yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk

mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang

tertentu.
10

Menurut Sondang P. Sagian (1997) pengelolaan dapat

didefinisikan sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh

suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan

orang lain. Dengan demikian dapat pula dikatan bahwa manajemen

merupakan alat pelaksana utama administrasi.

3. Pembangunan Desa

Pembangunan desa adalah upaya sadar yang dilakukan oleh

kepala desa, perangkat desa, serta masyarakat desa yang memiliki hak

dan kewenangan untuk mengelola dan melaksanakan perubahan ke

arah yang lebih baik yang meliputi seluruh sektor keidupan masyarakat

desa yaitu sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan.

Pendidikan dan teknologi desa dan lain-lain yang ada di desa.

Beberapa pengertian pembangunan desa berdasarkan regulasi

dan pendapat ahli sebagai berikut:

a. Pembangunan desa adalah suatu usaha atau rangkaian usaha

pertumbuhan dan perubahan secara berencana yang dilakukan

secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju

modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Pembagunan

mengandunga spek yang sangat luas. Salah satunya mencakup

pembangunan di bidang politik, (Siagian, 2003).

b. Pembangunan desa adalah suatu proses yang kompleks dan

penuh ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan

dan direncanakan dari pusat, (Kuncoro, 2004).

c. Pembangunan desa tidak terlepas dari konteks manajemen

pembangunan daerah baik di tingkat kabupaten maupun tingkat


11

provinsi karena kedudukan desa dalam konteks yang lebih luas

(Sosial, ekonomi, akses, pasar, dan politik) harus melihat

ketertarikan antar desa, desa dalam kecamatan, antar kecamatan

dan kabupaten dan antar kabupaten (Wahyudin dalam Nurman,

2015).

d. Pembangunan desa adalah dalam upaya peningkatan kualitas

hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat desa (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014).

Pembangunan desa ditujukan untuk menyelesaikan segala

permasalahan yang ada di desa. Secara umum permasalahan-

permasalahan di desa adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kesejehteraan dan kualitas hidup masyarakat di pedesaan

yang masih rendah.

b. Ketersediaan sarana dan prasarana fisik maupun nonfisik di desa

dan kawasan pedesaan yang belum memadai.

c. Ketidakberdayaan masyarakat pedesaan akibat faktor ekonomi

maupun non ekonomi.

d. Pelaksanaan tata kelola pemerintahan desa yang memerlukan

penyesuaian dengan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa.

e. Kualitas ligkungan hidup masyarakata desa memburuk dan sumber

pangan yang terancam berkurang.

f. Pemngembangan potensi ekonomi lokal desa yang belum optimal

akibat kurangnya akses dan modal dalam proses produksi,

pengolahan maupun pemasaran hasil produksi masyarakat desa.


12

g. Masih lemahnya antar pelaku pembangunan untuk mempercepat

pembangunan daerah tertinggal.

h. Rendahnya produktivitas masyarakat di pedesaan.

i. Kurangnya aksebilitas daerah tertinggal terhadap pusat

pertumbuhan wilayah belum terpenuhinya standar pelayanan

minimum (SPM).

j. Lemahnya ketidakpastian kepemilikan dan penguasaan tanah.

k. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam,

serta terbatasnya aksebilitas sumber daya alam.

l. Lemahnya partisipasi masyarakat (soleh, 2017).

Berbagai permasalahan yang ada di desa, maka

sesungguhnya permasalahan tersebut dapat diselesaikan oleh desa

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi desa sebagai berikut:

a. Melaksanakan urusan dan kepentingan masyarakat desa

b. Melaksanakan pembangunan desa mulai dari perencanaan

pembangunan, pelaksanaan pembangunan, penggerakan

pembangunan desa.

c. Melakukakan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan

kearifan lokal.

d. Membangun dan meningkatkan prekonomian desa.

e. Menjamin ketertiban dan ketentraman masyarakat desa

f. Melaksanakan musyawarah masyarakat desa dalam setiap

perumusan perencanaan pembangunan desa, pelaksanaan

pebangunan desa dan sebagian.


13

Pembangunan desa akan dapat berjalan dengan baik jika diiringi

dengan dana desa yang signifikan. Dana desa adalah dana yang

diberikan oleh pemerintah pusat dan bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBD) kabupaten/gowa.

Dana desa diperuntukkan sebagai modal dasar bagi desa untuk

melaksanakan pembangunan desa yang meliputi perencanaan

pembangunan desa, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan

desa baik pembangunan desa secara fisik maupun nonfisik.

Untuk membangun desa sangat dibutuhkan keuangan

desa.salah satu bentuk pengelolaan tingkat desa adalah pengelolaan

keuangan tingkat desa. Arif (2007) menyatakan pengelolaan

keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan,

pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan desa. Oleh karena

dana desa harus dikelola dngan baik dan profesional. Keuangan desa

adalah segala hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan

uang, serta segala bentuk uang atau barang yang dapat dijadikan milik

desa yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.6 Tahun 2014

tentang desa, pemerintah mengalokasikan dana desa, melalui

mekanisme transfer kepada kabupaten/kota berdasarkan alokasi dana

tersebut, maka tiap kabupaten/kotamengaloksikannya kepada setiap

desa berdasarkan pertimbangan jumlah desa (30%), luas wilayah

(20%), dan angka kemiskinan (50%). Hasil perhitungan tersebut juga


14

telah disesuaikan dengan tingkat kesulitan geografis masing-masing

desa.

4. Alokasi Dana Desa

Alokasi dana desa yang dikenal dengan ADD adalah dana yang

dialokasikan oleh pemerintah kabupaten untuk desa yang bersumber

dari APBN (dana perimbangan) yang diterimah oleh kabupaten setelah

dikurangi belanja pegawai. Dasar hukum pengalokasian Dana

Perimbangan ke Desa adalah berdasrkan otoritas pasal 72 ayat (4)

undang-undang nomor 6 Tahun 2004. jika tidak dilaksanakan, pasal 72

(6) memberikan sanksi yang tegas, dan pemerintah dapat setelah

menguranginya. Dana alokasi khusus, menunda dan/atau mengurangi

alokasi dana perimbangan.

Pengelolaan alokasi dana desa harus memenuhi beberapa prinsip

pengelolaan seperti berikut:

a. Setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari alokasi dana desa

harus melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara

terbuka dengan prinsip: dari, oleh dan untuk masyarakat.

b. Seluruh kegiatan dan penggunaan alokasi dana desa harus dapat

dipertanggung jawabkan secara administrasi, teknis dan hukum.

c. Aloaksi dana desa harus digunakan dengan prinsip hemat, terarah

dan terkendali.

d. Jenis kegiatan yang akan didanai melalui alokasi dana desa

diharapkan mampu untuk meningkatkan sarana pelayanan

masyarakat, berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan

kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan


15

masyarakat desa dengan pengambilan keputusan melalui jalan

musyawarah.

e. Alokasi dana desa harus dicatat di dalam anggaran pendapatan

dan belanja desa melalui proses penganggaran yang sesuai

dengan mekanisme yang berlaku.

Alokasi Dana Desa (ADD) didasarkan melalui ketetapan-ketetapan

sebagai berikut:

a. Penetapan dan juga hasil perhitungan ADD per tahunnya

ditetapkan oleh peraturan bupati.

b. Penetapan dan juga hasil perhitungan ADD yang bersangkutan

diumumkan kepada desa paling lambat bulan agustus

perbtahunnya.

c. Data variabel independen utama dengan data variabel independen

tambahan paling lambat dikirim oleh tim pendamping tingkat

kecamatan kepada tim fasilitasi kabupten di bulan maret untuk

perhitungan ADD tahun selanjutnya.


16

Berikut gambaran rincian proses siklus pengelolaan keuangan desa:

Perencana
an

Pertanggung penganggar
Jawaban an

Siklus
Pengelolaan
keuangan
Desa
Pelaksana
Pelaporan an

Penata
Usahaan

Gambar 2.1 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Setiap tahapan proses pengelolaan keuangan desa memiliki

aturan yang harus dipahami dan dilaksanakan sesuai batas waktu yang

telah ditentukan.

1) Perencanaan

Perencanaan pembangunan pedesaan mengacu pada

konsep membangun desa dan konstruksi pedesaan. Konsep

membangun desa dalam konteks perencanaan adalah bahwa

dalam merencanakan pembangunan, desa perlu mengacu pada

perencanaan kabupaten/kota.
17

2) Proses Penganggaran

Setelah RKP desa telah ditetapkan maka dilanjutkan proses

penyusunan APBD desa. Rencana kegiatan dan rencana anggaran

yang ditetapkan dalam RKP pedesaan digunakan sebagai

pedoman prinsip dalam proses penganggaran. Anggaran

pendapatan dan belanja desa (APBD) adalah rencana anggaran

tahunan pemerintah desa yang dirancang untuk melaksanakan

rencana dan kegiatan di wilayah hukum desa.

3) Pelaksanaan

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014

tentang dana desa yang bersumber dari APBN dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa telah di atur

beberapa pokok penggunaan keuangan desa. Pada pasal 100 PP

Nomor 43 Tahun 2014 disebutkan bahwa belanja desa yang

ditetapkan dalam APBD desa digunakan dengan ketentuan:

a) Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja digunakan

untuk mendanai penyelenggaraan pemerintah desa,

pelakasanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

b) Paling banyak 30% dari jumlah belanja desa digunakan untuk

penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat

desa, operasional pemerintah desa, tunjangan dan operasioanl

badan permusyawaratan desa dan insentif rukun tetangga dan

rukun warga.
18

Dari pasal tersebut terlihat bahwa keuangan desa dibatasi

untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan

desa, pemberdayaan masyarakat desa dan membayar penghasilan

maupun tunjangan intensif bagi perangkat desa badan

permusyawaratan desa dan rukun tetangga/rukun warga.

Dalam merealisasikan APBD desa , kepala desa bertindak

sebagai koordinator kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat

desa atau unsur masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan harus

mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber

daya alam yang ada didesa serta mendaaygunakan swadaya dan

gotong royong masyarakat. Semua ketentuan tersebut tercantum

dalam pasal 121 PP Nomor 43 Tahun 2014.

Selain itu APBD dapat digunakan untuk pembangunan antar

desa atau disebut pembangunan kawasan pedesaan.

Pembangunan kawasan pedesaan merupakan perpaduan

pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam upaya

mempercepat dan menigkatkan kualitas pelayanan, pembangunan

partisipatif, inisiatif untuk melakukan pembangunan kawasan

pedesaan dapat dilakukan secara bottom up dengan pengusulan

kepala desa dan kepada Bupati/Walikota dan dapat juga secara top

down sebagai program gubernur atau Bupati/Walikota.


19

4) Penatausahaan

Penata keuangan desa adalah kegiatan pencatatan yang

khususnya dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa wajib

melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa

penerimaan dan pengeluaran. Bendahara desa melakukan

pencatatan secara sistematis dan kronologis ata transakis-

transaksi keuangan yang terjadi. Pengelolaan keuangan tingkat

desa di bawah tanggung jawab kepala desa dilakukan dengan cara

yang sederhana, yaitu dalam bentuk pembukuan daripada

menggunakan buku harian.

Kepala keuangan desa mencatat semua pendapatan dan

pengeluaran di buku kas. Pada saat yang sama, transaksi

dimasukan dan pengeluaran melalui bank. Menteri keuangan desa

menggunakan buku kas pembantu pajak untuk mencatat

penerimaan kas yang diperoleh dari pemungutan pajak dan

mencatat pengeluaran tersebut ke kas negara dalam bentuk

perpustakaan penerimaan pajak. Khusus untuk pendapatan

pembiayaan, terdapat pembantu berupa Buku Rician Pendapatan

dan Buku Rincian Pembiyaan.

1) Penatausahaan Penerimaan Desa

Tanda terima kas yang diterima bendahara desa

berfungsi sebagai bukti penerimaan dan dicatat oleh bendahara

desa dalam buku kas umum. Sedangkan untuk penerimaan

yang bersifat transfer, bendahara desa akan menerima

informasi tentang dana desa yang disimpan di rekening


20

bendahara desa dari bank dalam bentuk nota kredit. Kemudian,

berdasarkan nota kredit ini, bendahara desa mencatatnya di

buku tabungan bank. Catatan penerimaan (termasuk uang tunai

dan transfer), harus disertai dengan bukti yang lengkap dan

sah, serta dicatat secara benar.

Selain mencatat di buku kas umum atau buku bank,

bendahara desa juga mencatat realisasi pendapatan di buku

rincian pendapatan. Catatan pada buku informasi rindi

pendapatan dapat digunakan untuk mengelompokkan informasi

rinci pendapatan sebenarnya yang diterima sehingga dapat

dilaporkan dalam laporan realisasi APB pedesaan.

2) Penatausahaan Belanja Desa

Belanja Kegiatan yang bersifat tunai yang dikeluarkan

oleh Bendahara Desa dibuatkan bukti kuitansi pengeluaran dan

dicatat oleh Bendahara Desa pada Buku Kas Umum.

Sedangkan untuk Belanja yang bersifat transfer langsung ke

pihak ketiga, Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam

Buku Bank (tidak dicatat di BKU, karena BKU untuk transaksi

tunai). Catatan penerimaan (termasuk uang tunai dan transfer),

harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat

dengan benar dan teratur. Selain pencatatan transaski pada

Buku Kas Umum atau Buku Bank, Bendahara Desa juga

mencatat kewajiban perpajakan yang dipotong/dipungut atas

transaksi belanja yang dilakukan.


21

Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan,

Bendahara Desa mencatat dalam Buku Pajak pada kolom

penerimaan. Nilai Potongan/pungutan pajak didasarkan pada

bukti kuitansi sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Ketika

Bendahara Desa melakukan penyetoran ke Kas Negara

dengan batasan waktu yang diatur dalam ketentuan perpajakan

melalui form Surat Setoran Pajak (SSP) maka Bendahara Desa

mencatat dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom

Pengeluaran. Khusus untuk pungutan pajak daerah

disesuaikan dengan kondisi daerah masingmasing, dan jika

memang diberlakukan kepada desa maka dalam peraturan

kepala daerah tersebut harus terdapat pemberian kewenangan

pemungutan pajak daerah kepada Bendahara Desa. Jika hal

tersebut tidak disebutkan maka Bendahara Desa tidak boleh

melakukan pemungutan karean tidak ada kewenangan.

3) Penatausahaan Pembiayaan Desa

Seperti halnya pencatatan Pendapatan pada BKU/Buku

Bank, untuk membukukan Realiasi Pembiayaan, baik

penerimaan pembiayaan maupun pengeluran pembiayaan

dicatat dalam Buku Rincian Pembiayaan. Pencatatan dalam

Buku Rincian Pembiayaan berguna untuk mengklasifikasi

rincian dari realisasi pembiayaan. Pencatatan ini diperlukan

agar dapat dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi APB Desa.

Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan maupun


22

pengeluaran pembiayaan tersebut dilakukan secara benar dan

tertib.

4) Dokumen Penatausahaan Oleh Bendahara Desa

Bendahara Desa tidak menggunakan buku pembantu

lain berupa Buku Pembantu Panjar dan Buku Pembantu

Rincian Objek Belanja, karena telah dilaksanakan oleh fungsi

yang lain. Buku Pembantu Panjar secara sederhana telah

digantikan dengan Buku Pembantu Kegiatan yang dikelola

Pelaksana Kegiatan. Buku Pembantu Rincian Objek Belanja

yang menggambarkan akumulasi realisasi belanja dapat dilihat

pada dokumen SPP terakhir yang juga didokumentasikan oleh

Pelaksana Kegiatan. Buku Pembantu Kas Tunai tidak ada

karena telah digantikan dengan Buku Kas Umum.

5) Pelaporan

Sesuai pasal 35 Permendagri 113 Tahun 2014, Bendahara

Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggung-jawaban. Laporan Pertanggungjawaban ini

disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya. Sebelumnya, Bendahara Desa

menutup pembukuan secara tertib di akhir bulan, termasuk buku

kas biasa, buku bank, buku pajak, dan buku laporan laba rugi.

Penutupan buku selesai dengan kepala desa. Format Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara tidak tercantum dalam Lampiran

Permendagri 113/2014. Berdasarkan buku yang dikelola, maka

seharusnya Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa


23

menggambarkan arus uang masuk yang diterima dari pendapatan

dan arus uang yang keluar untuk belanja, panjar dan lain-lain. Arus

kas dicatat dari buku kas umum dan buku bank.

Penatausahaan yang dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan

berupa pencatatan dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan dan

Laporan Kegiatan ketika kegiatan telah selesai. Buku Kas

Pembantu Kegiatan mencatat penerimaan yang diperoleh dari

Bendahara Desa (panjar) atau dari masyarakat (swadaya) yang

telah dirupiahkan. Pelaksana kegiatan mencatat pengeluaran yang

dibelanjakan berupa barang belanja / jasa dan belanja modal. Atas

saldo yang masih tersisa dan berada di pelaksana kegiatan, maka

dilakukan penyetoran kepada Bendahara Desa. Hal yang penting

untuk dicatat adalah bahwa semua pendapatan dan pengeluaran

didukung oleh bukti yang valid dan lengkap, tidak hanya

pengeluaran tetapi juga penerimaan. Contoh bukti penerimaan

yang perlu dibuat oleh pelaksana kegiatan adalah tanda terima

swadaya berupa barang dan daftar hadir untuk tenaga/gotong

royong.

Pengelolaan keuangan yang baik membutuhkan klasifikasi

dalam sistem yang diuraikan dalam Kode Rekening atau Chart of

Accounts. Kode akun berisi rangkaina lengkap akun yang

digunakan dalam proses perencanaan, penerapan, pengelolaan,

dan pelaporan. Kode akun adalah alat yang digunakan untuk

mensinkronkan rencana dnegan proses pelaporan. Diharapkan

dengan adanya Kode akun tersebut maka kebutuhan akan


24

pelaporan yang konsisten dapat terpenuhi sejak proses

perencanaan dan penganggarn. Mengingat pentingnya peran kode

rekening tersebut maka diperlukan standarisasi kode rekening

sehingga akan dicapai keseragaman dalam pemakaiannya

khususnya di wilayah suatkabupaten/kota.Berdasarkan hal-hal

tersebut di atas, maka kode rekening disusun sedemikian rupa

sehingga dapat berfungsi secara efektif.

6) Pertanggung Jawaban

Kepala desa adalah pertanggungjawab dari pengelolaan

keuangan desa seacara keseluruhan dalam PP No 43 Tahun 2014

pasal 103-104 mengatur tata cara pelaporan yang wajib dilakukan

oleh Kepala Desa. Kepala Desa wajib melaporkan laporan realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semseter

tahun berjalan (laporan semesteran). Selain itu, Kepala Desa wajib

menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran

(laporan tahunan). Pengaturan pelaporan dana

pertanggungjawaban penggunaan APBdesa tercantum dalam

Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan

desa. Permendagri juga menetapkan standar dan format laporan

pertanggungjawaban yang harus dibuat oleh Kepala Desa. Seperti

ketentuan lampiran yang perlu dipenuhi dalam laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa, yaitu :

a) Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaaan

APBDesa tahun anggaran berkenaan.


25

b) Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun

anggaran berkenaan.

c) Format laporan rencana pemerintah dan pemerintah daerah

masuk ke desa

Dari PP No 43 Tahun 2014 dan Pemendagri No 113 Tahun

2014 terlihat bahwa laporan pertanggungjawaban yang harus

dibuat oleh Kepala Desa harus terintregasi secara utuh, tidak

melihat sumber dana yang diperoleh desa. Hal ni berbeda dengan

aturan sebelumnya yang mewajibkan desa untuk menyusun

laporan pertanggungjawaban penggunaan dana berdsarkan

sumber dananya.

5. Prinsip Pengelolaan Keuangan Desa

Prinsip pengelolaan keuangan desa dalam Undang Undang

Nomor 6 Tahun 2014 mendasarkan pada prinsip penyelenggaraan

pemerintahan desa yang yang meliputi prinsip kepasatian hukum, tertib

penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum,

keterbukaan, proporsionalitas, profesionalisme, tanggung jawab,

efektivitas dan efisiensi, kearifan lokal, keberagaman dan partisipatif.

Beranjak dari hal tersebut diatas, kewenangan pengelolaan

keuangan desa berada di tangan kepala desa sebagaimana diatur

dalam undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang desa pasal 75, yaitu:

kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

desa. Dalam melaksanakan keuangan desa diatur dalam peraturan

pemerintah.
26

Ruang lingkup pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,

pelaksanaa, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Hal

ini sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang desa, yakni sebagai berikut:

a) Semua pendapatan desa diterima dan ditransfer melalui rekening

kas desa dan penggunaannya diatur dalam APB Desa (Pasal 91)

b) Pencairan dana dalam rekening kas desa ditanda tangani oleh

kepala desa dan bendahara desa (Pasal 92)

c) Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam masa 1 tahun

anggaran terhitung mulai tanggal 1 januari sampai 31 desember

(Pasal 94)

d) Pengelolaan keuangan desa meliputi:

(1) Perencanaan

(2) Pelaksanaan

(3) Penatausahaan

(4) Pelaporan

(5) Pertanggung jawaban (Pasal 93 ayat 1)


27

B. Tinjauan Empiris

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Teknik Analisis Hasil Penelitian

1 Abu Rahum Pengelolaan Penulis Hasil penelitian


(2015) Alokasi Dana menyajikan data menunjukan
Desa (ADD) dan hasil yang di bahwa
Dalam peroleh di perencanaan
Pembangunan lapangan melalui pengelolaan
Fisik Desa observasi, alokasi dana
Krayan Makmur analisis desa (ADD)
Kecamatan long dokumen, dalam
Ikis Kabupaten wawancara, pembangunan
Paser. dokumentasi fisik desa krayan
yang makmur telah
berhubungan berjalan dengan
dengan baik. Proses
penelitian. perencanaan
yang ada telah
dilaksanakan
sebagaimana
mestinya.
2 Marselna Ara Pengelolaan Pada penelitian Hasil penelitian
Lili Alokasi Dana ini pengumpulan menunjukkan
(2018) Desa (ADD) data dilakukan bahwa
Dalam Upaya pada kondisi pengelolaan
Meningkatkan yang alamiah keuangan desa
Pembangunan (natural setting) di Desa
Ekonomi pada sumber Magmagan
Masyarakat Di data primer, dan Karya pada
Desa teknik dasarnya sudah
Magmagan pengumpulan sesuai dengan
Karya data lebih ketentuan yang
Kecamatan banyak pada ditetapkan oleh
Lumar. observasi, pemerintah
wawancara pusat, dalam
terstruktur pelaksanaan
dengan juga mengacu
kuesioner, dan pada visi misi
dokumentasi, BPMPD
untuk ini peneliti Kalimantan
turun ke Barat.
lapangan.
3 Okta Pengelolaan Teknik Berdasarkan
Rosalinda Alokasi Dana pengumpulan hasil penelitian
(2014) Desa (ADD) data pada yang telah
Dalam penelitian ini diperoleh pada
Menunjang yaitu observasi, Desa
28

Pembangunan wawancara, Segodorejo,


Pedesaan dokumentasi elemen-elemen
(Studi Kasus: serta triangulasi. yang terlibat
Desa Metode analisis dalam proses
Segodorejo Dan data yang perencanaan
Desa Ploso digunakan dalam terlihat lebih
Kerep penelitian ini berjalan
Kecamatan adalah dibandingkan
Sumobito, pengumpulan dengan desa
Kabupaten data, reduksi Ploso Kerep,
Jombang). data, Elemen
representasi masyarakat
data dan yang kurang
penarikan aktif dalam
kesimpulan. pelaksanaan
musyawarah
desa yang
menyebabkan
pelaksanaan
dan
perencanaan
masih terbatas.
4 I Wayan Efektivitas Dalam Berdasarkan
Saputra Pengelolaan melaksanakan penelitian yang
(2016) Alokasi Dana penelitian ini, telah dilakukan,
Desa Pada peneliti penulis
Desa Lembean menggunakan menemukan
Kecamatan teknik beberapa hal
Kintamani, pengumpulan yang yang dapat
Kabupaten data dengan menghambat
Bangli Tahun menggunakan terrealisasinya
2009-2014 metode alokasi dana
dokumentasi dan desa sesuai
wawancara. dengan target
yang telah
ditentukan
sebelumnya.
5 Elysabeth Pengelolaan Teknik Pemerintah
Permatasari1, Alokasi Dana pengumpulan Desa Besuk
Sopanah2, Desa Dalam data menyusun
Khojanah Meningkatkan menggunakan perencanaan
Hasan Pembangunan metode pembangunan
(2018) Dan wawancara, Desa sesuai
Pemberdayaan dokumentasi, dengan
Masyarakat dan observasi. kewenangan
Desa yang mengarah
pada
perencanaan
pembangunan
Kabupaten
29

Kediri.
Pembangunan
Desa Besuk
meliputi
RPJMDes dan
RKPDes yang
disusun secara
berjangka dan
diterapkan
dengan acuan
pada peraturan
Desa.

C. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini akan membahas tentang pemanfaatan dana

desa dalam pembangunan desa bontoala. Melalui aloaksi dana desa,

diharapkan desa akan mampu menyelenggarakan otonominya agar dapat

tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri.

Dimana tujuan undang-undang desa adalah menciptakan masyarakat aktif

yang mampu menjadi elemen utama dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengawasi setiap kegiatan pembangunan yang terjadi

di desa.

Untuk itu dalam proses pemanfaatan dana desa harusnya

pemerintah desa tidak hanya berfokus pada penyelesaian seluruh tahapan

pengelolaan dana desa dan hasil akhir berupa terciptanya pembangunan

di desa. Namun pemerintah desa harusnya lebih berfokus pada

menciptakan sebuah proses pembangunan yang diciptakan oleh

masyarakat desa setempat, sehingga pembangunan yang dihasilkan

adalah pembangunan yang berkualitas. Yakni sebuah hasil pembangunan

yang menggambarkan tujuan, kebutuhan dan hasil kerja bersama seluruh

masyarakat desa setempat.


30

Hal tesebut utamanya pada aspek perencanaan, proses

penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban kondisi inilah yang akan diteliti di desa bontoala

kecamatan pallangga kabupaten gowa, terkait dengan bagaimana

efektivitas pengelolaan dana desa dalam meningkatkan fisik desa di desa

bontoala dan fakor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam

proses pengelolaan alokasi dana desa dalam meningkatkan pembangunan

fisik di desa bontoala. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kerangka

konsep penelitian dapat digambarkan pada skema di bawah ini:

Pemerintah Desa

Pengelolaan Dana Desa

1. Perencanaan
2. Proses Penganggaran
3. Pelaksanaan
4. Penatausahaan
5. pelaporan
6. Pertanggung Jawaban

Pemanfaatan Dana Desa

Pembangunan Desa

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dan kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah salah satu jenis metode penelitian

yang menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat

berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya. Pada umumnya,

tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk mengungkapkan kejadian

atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat

penelitian berlangsung.

Terdapat tiga alasan menggunakan metode ini, yaitu pertama, dalam

penelitian ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang diperoleh

dari data-data berupa tulisan, kata-kata dan dokumen yang berasal dari

sumber atau informan yang diteliti dan dapat dipercaya. Kedua, metode ini

secara langsung menunjukkan sifat hubungan antar peneliti dan orang

yang diwawancarai. Ketiga, metode ini lebih sensitif dan mudah

beradaptasi dengan pengaruh bersama dan penajaman terhadap model

nilai yang dihadapi.

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus pada penelitian ini adalah pengelolaan alokasi dana

desa dalam upaya meningkatkan pembangunan desa di Desa Bontoala

yang terdapat di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Pemilihan lokasi

didasarkan pada pertimbangan jika dilakukan di wilayah yang

bersangkutan maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

31
32

dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti dapat bertemu

langsung dengan para obyek yang bersangkutan.

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ini adalah di

desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Pemilihan daerah

penelitian dilakukan agar peneliti dapat mengetahui bagaimana

pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam meningkatkan

pembangunan di Desa Bontoala.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan berupa

informasi di lapangan. Data primer dari penelitian ini adalah data hasil

wawancara dan observasi dengan pihak terkait di Desa Bontoala yang

meliputi perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan

masyarakat guna mengumpulkan data mengenai pengelolaan Alokasi

Dana Desa (ADD) Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten

Gowa.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui media perantara

atau secara tidak langsung atau data yang didapat melalui pihak kedua,

ketiga dan seterusnya. Artinya, melewati satu atau lebih yang bukan

peneliti.
33

E. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang

mengajukan pertanyaan dan diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2014). Dengan

melakukan wawancara untuk memperoleh informasi yang lebih jelas

mengenai pengelolaan alokasi dana desa dalam upaya meningkatkan

pembangunan di Desa Bontoala.

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan, menganalisa, dan mengelola

data yang menghasilkan dokumen yang berisi keterangan atas hal-hal

yang berkaitan dengan kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD).

F. Instrumen Penelitian

Data penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai

metode penelitian seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi

membutuhkan alat bantu sebagai instrumen. Penelitian dengan

menggunakan berbagai metode penelitian seperti observasi, wawancara,

dan dokumentasi membutuhkan penggunaan alat sebagai alat bantu.

Instrumen yang dimaksud adalah kamera ponsel untuk perekam, telepon

genggam untuk recorder, bollpoint dan buku. Saat penulis melakukan

observasi dan merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa, baik

berupa foto maupun video, kamera akan digunakan. Perekam digunakan

untuk merekam suara ketika melakukan pengumpulan data, baik

menggunakan metode observasi, wawancara dan sebagainya. Sedangkan


34

bollpoint dan buku digunakan untuk menulis informasi tentang data yang

diperoleh dari informan.

G. Teknik Analisis

Adapun teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga

kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak harus diartikan sebagai

kuantifikasi data.

2) Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan pelaporan hasil

penelitian yang dilakukan agar data dapat dipahami dan dianalisa sesuai

dengan tujuan yang dinginkan. Penyajian data biasanya berupa uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

3) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis dan

kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah suatu usaha untuk mencari atau

memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab

akibat, atau proposisi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Bontoala

1. Gambaran Umum Demografi

Kecamatan Pallangga merupakan salah satu kecamatan di

kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang jumlah penduduknya

relatif tinggi peningkatannya. Bontoala memiliki kode wilayah

73.71.06.1004. Memiliki luas sekitar +0,13 Km.

Kelurahan Bontoala berasal dari kata “Bontoala”. Bontoala

artinya bukit atau bukit dengan pepohonan yang rimbun. Kata

“bonto” yang artinya bukit atau gunung-gunung kecil. Lalu kemudian

“Ala” yang artinya hutan atau pohon kecil yang tumbuh di atas

gunung. Kemudian, namanya bontoala, dan kemudian disepakati

oleh masyarakat sekitar.

Tabel 4.1 Data Penduduk Desa Bontoala Tahun 2020

Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Total

10.717 10.890 21.607

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

35
36

2. Struktur Organisasi Desa

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dalam melaksanakan

pemerintahan desa, terdapat tugas pemerintahan yang harus dilakukan oleh

tiap desa dan pembagian wewenang dalam menjalankan Pemerintahan Desa

sangat diperlukan agar pemerintahan desa dapat terselenggara dengan baik.

sesuai dengan undang-undang yang telah ditentukan. Melalui adanya

pembagian struktrur organisasi tiap desa mewujudkan pembagian perizinan

perangkat tiap desa. Adapun tugas pemerintah desa sebagai berikut:

1. Memimpin penyelenggaraan Pemdes berdasarkan kegiatan yang di

tetapkan bersama BPD.

2. Mengajukan rencana peraturan Desa.

3. Menetapkan peraturan Desa.

4. Mengajukan rencana APBDes.

5. Membina kehidupan masyarakat Desa.

6. Membina perekonomian Desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan Desa secara partisipatif

8. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

9. Ketentraman dan ketertiban.

10. Menjalin hubungan kerja sama dengan mitra Pemdes.

11. Pengembangan pendapatan Desa dan sebagainya.


37

Berikut adalah bagan struktur pemerintahan di Desa Bontoala Kecamatan

Pallangga Kabupaten Gowa:

Kepala Desa

Sekretarris Desa

Kasi Kasi Kasi Kaur Umum Kaur Kaur


Kesejahteraan Pembangunan Pemerintahan Keuangan Administrasi
nn
oembanguann
Staf Pembangunan Staf Keuangan

Kepala Dusun Kepala Dusun Kepala Dusun Kepala Dusun


Taborong Lambengi Ana’Gowa Manyampa

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020


Gambar 4.1 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Bontoala Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa

Untuk masing-masing tugas dan fungsi perangkat desa akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugas tersebut, kepala desa berhak:

a. Memimpin tata kelola dan manajemen pedesaan.

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.

c. Memiliki kekuasaan untuk mengelola keuangan dan aset

pedesaan.

d. Menetapkan Peraturan Desa.


38

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan belanja Desa.

f. Membina kehidupan masyarakat Desa.

g. Membina ketentraman danketertiban masyarakat Desa.

h. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

i. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa.

j. Memanfaatkan teknologi tepat guna.

k. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif.

l. Mewakili desa di dalam dan diluar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

m. Melaksanakan tugas dengan lain sesuai dengan hukum dan

peraturan.

2. Adapun Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa adalah sebagai

berikut:

a. Membantu kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan

desa.

b. Memberikan masukan kepada kepala desa saat menentukan

kebijakan pemerintahan desa.

c. Melaksanakan urusan ketatausahaan, seperti tata naskah,

administrasi surat menyurat, arsip dan ekspedisi.

d. Melaksanakan urusan umum, seperti penataan administrasi

perangkat desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor,

penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan

dinas dan pelayanan umum.


39

e. Melaksanakan urusan keuangan seperti, pengurusan administrasi

keuangan, administrasi sumber-sumber pendapatan dan

pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, administrasi

penghasilan kepala desa, perangkat desa, BPD dan lembaga

pemerintahan desa lainnya.

f. Melakukan urusan perencanaan, seperti menyusun rencana

anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-

data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan

evaluasi program, serta penyusunan laporan.

3. Kepala urusun umum mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Membantu sekretaris desa untuk melaksanakan tugas-tugas

administrasi, umum dan lain-lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah,

administrasi surat menyurat, arsip dan ekspedisi, penataan

admisitrasi perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,

pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas dan

pelayanan umum.

4. Kepala urusan keuangan mempunyai tugas untuk membantu sekretaris

desa dalam urusan keuangan dan tugas lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan

5. Tugas dan fungsi kepala urusan administrasi desa sebagai berikut:

Tugas pokok: membantu kepala desa dala melaksanakan pengelolaan

administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman dan ketertiban


40

masyarakat desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan dalam

produk hukum desa.

Fungsi: melaksanakan kegiatan administarsi kependudukan, persiapan

bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan Desa dan keputusan

Kepala Desa, pelaksanaan kegiatan administrasi pertanahan,

pelaksanaan kegiatan pencatatan monografi desa, pelaksanaan tugas-

tugas lain yang diberikan kepada desa.

6. Kasi kesejahteraan rakyat mempunyai tugas:

a. Membantu kepala desa sebagai kepala teknis, pelaksana tugas

operasional dan tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

b. Melaksanakan pembangunan sarana prasarana pedesaan,

pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan tugas sosialisasi

serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik,

lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan

karang taruna.

7. Kasi pembangunan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun rencana dan program kegiatan seksi pembangunan

desa berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan

peraturan perundang-undangan.

b. Menjabarkan perintah atasan dengan meninjau masalah dan

hukum dan peraturan.

c. Memberi tugas kepada bawahan sesuai ruang lingkup tanggung

jawabnya, serta memberikan arahan dan petunjuk dalam bentuk


41

lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan

tugas.

d. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang

pembangunan desa.

e. Menyiapkna bahan dan menyusun pedoman dan petunjuk teknis

pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pembangunan desa.

8. Sedangkan tugas dan fungsi kasi pemerintahan sebagai berikut:

Tugas: membantu kepala desa sebagai pelaksana teknis dan

melaksanakan tugas operasional dan tugas lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Fungsi: melaksanakan manejemen tata praja pemerintahan, membantu

sektretaris desa dalam menyusun rancangan produk-produk hukum di

desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan ketentraman dan

ketertiban, pelaksana upaya perlindungan masyarakat, kependudukan,

penataan dan pengelolaan kerilayahan, serta pendataan dan

pengelolaan profil desa.

9. Tugas dan fungsi kepala dusun:

a. Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya

perlindungan masyarakat, mobilitas pendudukan, penataan dan

pengelolah wilayah.

b. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayhnya.

c. Melaksanakan pengembangan masyarakat serta meningkatkan

kemampuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga

lingkungan.
42

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)

1. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

Pelaksanaan kegiatan yang di danai oleh ADD sepenuhnya

dilakukan oleh tim pelaksana Desa. Dalam penerapan ADD, tim

pelaksana Desa perlu bersikap terbuka kepada seluruh masyarakat.

Keterbukaan informasi ini merupakan upaya pemerintah Desa untuk

menerapkan prinsip transparansi dalam pengelolaan Alokasi Dana

Desa (ADD).

Hasil-hasil pembangunan yang bersumber dari dana ADD di

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa dapat dilihat pada daftar tabel

berikut:

Tabel 4.2 Data ADD Pembangunan Desa Bontoala Tahun 2020

Pembangunan Desa

Sub Bidang Pendidikan


Biaya Operasional PAUD/SPAS Dusun Rp. 1.600.580
Ana’Gowa
Honorarium Pengelola dan Tutor PAUD/SPAS Rp. 13.800.600
Desa
Rehabilitasi Bangunan PAUD/SPAS Rp. 16.706.340
Beasiswa Hafidz Al-Qur’an Rp. 50.000.000
Sub Bidang Kesehatan
Biaya Operasional Poskesdus Dusun Ana’Gowa Rp. 8.963.000
Biaya Operasioanal Posyandu Rp. 167.944.000
Biaya Operasional Penanganan Stunting Rp. 2.670.000
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Rp. 6.337.000
Posyandu
Rehabilitasi Posyandu Dusun Ana’Gowa Rp. 15.131.300
Rehabilitasi Posyandu Dusun Lambengi Rp. 15.131.300
Pembangunan Pagar Poskesdes Rp. 15.397.000
Sub Bidang Pekerjaan Umum dan Penata Ruang
Pemeliharaan Saluran Drainase Dsn Ana’Gowa Rp. 18.579.000
43

Pekerjaan Jalan Paving Block Dsn Ana’Gowa Rp. 111.189.800


Pekerjaan Jalan Paving Block Dsn Lambengi Rp. 132.070.100
Pekerjaan Plat Dekker Dsn Ana’Gowa Rp. 6.909.700
Pekerjaan Saluran Drainase Dsn Ana’Gowa RP. 75.572.400
Pemasangan & Pengukuran Pilar Batas Utama Rp. 50.000.000
Antar Desa
Sub Bidang Kawasan Permukiman
Pekerjaan Pembangunan Jamban Keluarga Rp. 56.000.000
Pengadaan Mobil Truk Pengangkut Sampah Rp. 282.660.000
Pengadaan Ruang Terbuka Hijau Rp. 612.610.200
Sub Bidang Perhubungan, Komunikasi, dan
Informatika
Pengadaan Papan Transparansi Rp. 4.239.000
Pengadaan Plat Nomor Rumah Rp. 75.000.000
Pengadaan Kendaraan Damkar Mini Rp. 160.000.000
Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Tabel 4.3 Data ADD Dalam Bidang Penyelenggaraan

Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan

Siltap, Tunjangan dan Operasional Aparatur Rp. 544.507.712


Pemdes
Operasioanl Perkantoran Pemerintah Desa Rp.59.299.677
Operasional BPD Rp.15.185.200
Operasional RT/RW Rp. 113.400.000
Kegiatan penyediaan Sarana & Prasarana Rp 27.639.204
Pemdes
Kegiatan Penyelenggaraan Tata Praja Rp. 26.739.899
Pemerintah, Perencanaan Keuangan dan
Pelaporan
Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Tabel 4.4 Data ADD Dalam Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat, Dan
Mendesak desa

Penanggulangan Bencana, Darurat, Dan Mendesak Desa

Penanganan Keadaan Darurat Rp. 76. 975.000

Sumber: Buku profil Desa Bontoala, Tahun 2020


44

Tabel 4.5 Data ADD Dalam Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

Pembinaan Kemasyarakatan
Sub Bidang Ketentraman, Ketertiban Umum & Rp. 21.425.000
Perlindungan Masyarakat
Sub Bidang Keagamaan dan Kebudayaan Rp. 10.975.000

Sub Bidang Kelembagaan Masyarakat Rp. 8.135.530

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Tabel 4.6 Data ADD Dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat

Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Aparatur


Desa
Pelatihan Aparat Desa Rp. 31.000.000
Pelatihan Pengelolaan Alokasi Dana Desa Rp. 5.000.000
Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, dan Keluarga
Pelatihan Administrasi PKK Rp. 4.393.000
Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah Rp.4.313.000
Pelatihan dan Sosialisasi KADARKUM Rp.4. 205.000
Pelatihan Pembuatan Makanan Bergizi Untuk Bayi Rp. 5.803.000
& balita
Pelatihan Menjahit Tingkat Dasar Rp.39.845.000
Pelatihan Tata Rias Wajah Rp.5.535.000
Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Dari data tersebut Diatas, hasil yang diperoleh di Desa Bontoala rata-rata

dapat dibuktikan secara fisik. Evaluasi pelaksanaan rencana ADD juga memandu

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan komentar dan koreksi

atas pelaksanaan ADD. Prinsip partisipasi pun terwujud dengan pelaksanaan ADD
45

yang mengikutsertakan masyarakat. Selain itu, forum evaluasi rencana yang

sudah dilaksanakan juga menerapkan prinsip transparansi dalam pertanggung

jawaban ADD secara teratur. Pelaksanaan prinsip transparansi tersebut juga telah

dibuktikan dengan hasil wawancara berikut:

“awal perencanaan mengadakan pertemuan untuk menyampaikan dan


menjelaskan program melalui musrenbang desa” (Hasil wawancara dengan
sekdes Desa Bontoala pada tanggal 25 september 2020).

Hal ini didukung oleh pertanyaan informan sebagai berikut:

”bagaimana pemerintah Desa meweujudkan prinsip transparansi dan


partisipasi dalam prosesnya rencana manajemen alokasi dana desa?”.

Adapun sistem pertanggungjawaban ADD dari sisi fisik Desa tersebut bisa

dikatakan sangat baik dan sudah 100% selesai. Berikut data penggunaan dana

desa berdasarkan kelompok bidang:

Tabel 4.7 Penggunana Dana Desa Berdasarkan Kelompok Bidang

PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN
TAHUN 2015 Rp. 307.684.800 TAHUN 2015 Rp. 21.173.480

TAHUN 2016 Rp. 593.470.107,36 TAHUN 2016 Rp. 159.908.200,64

TAHUN 2017 Rp. 812.319.100 TAHUN 2017 Rp. 147.583.610

TAHUN 2018 Rp. 1.041.982.139 TAHUN 2018 Rp. 184.335.203

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Tabel 4.8 Jumlah Dana Desa


TAHUN DANA DESA
2015 Rp. 328.858.280,32
2016 Rp. 753.378.308
2017 Rp. 959.974.710
2018 Rp. 1.226.317.342
46

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas penyaluran dan pengelolaan

dana desa di Desa Bontoala sudah sangat baik dan berdasarkan prinsip

transparansi. indikator yang sudah terpenuhi di Kecamatan Pallangga

diantaranya kemudahan akses masyarakat menjadi pusat kegiatan ekonomi

dan pemerintahan, semakin meratnya pelayanan di bidang pemerintahan,

pembentukan tim pelaksana Desa, bentuk inisiatif masyarakat dalam

pengelolaan dan bertanggungjawab terhadap penggunaan infrastruktur

bangunan yang berkelanjutan, partisipasi masyarakat dan tingkat penyerapan

tenaga kerja lokal pada program pembangunan Desa. Oleh karna itu, perlu

perbaikan terus menerus secara berskala menyesuaikan situasi dan kondisi

serta perkembangan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pertanggung Jawaban Alokasi Dana Desa

Pertanggungjawaban ADD di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa

terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBD Desa. Hal tersebut

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang

Keuangan Desa. Peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan landasan

hukum bagi keuangan desa, sumber keuangan desa, dan anggaran

pendapatan dan belanja desa.

ADD yang merupakan salah satu sumber utama pendapatan desa juga

harus dipertanggungjawabkan secara transparan kepada masyarakat

maupun kepada pemerintahan kabupaten sebagai pemberi kewenangan.

Evaluasi program ADD tersebut juga membimbing masyarakat untuk

berpartisipasi aktif dalam memberikan masukan dan koreksi dengan adanya


47

kerja sama saling membantu antara perangkat desa, bendahara, Tim

Pelaksanaan Alokasi Dana Desa agar pelaporan ADD dapat diselesaikan

dengan cepat dan tepat. Hal tersebut juga bisa dilihat dari anggaran

pendapatan dan belanja desa pemerintahan desa bontoala.

Tabel 4.9 APBD Desa Bontoala Tahun 2020


KETERANGAN
KOD URAIAN ANGGARAN
REK (RP)
1 2 3 4
1. PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Desa 214.000.000,00
1.1.3. Swadaya, Partisipasi dan 212.000.000,00
Gotong Royong
1.1.4. Lain-Lain Pendapatan Asli 2.000.000,00
Daerah Yang sah
1.2. Pendapatan Transfer 2.129.292.723,00
1.2.1. Dana Desa 1.226.317.324,00
1.2.2. Bagi Hasil Pajak dan Retribusi 21.600.000,00
1.2.3. Alokasi Dana Desa 557.175.351,00
1.2.5. Bantuan Keuangan 24.000.000,00
Kabupaten/Kota
JUMLAH PENDAPATAN 2.343.292.723,00
2. BELANJA
2.1. Belanja Desa 2.307.072.037,00
2.1.1. Belanja Pegawai 475.075.000,00
2.1.2. Belanja Barang dan Jasa 799.557.295,00
2.1.3. Belanja Modal 1.032.137.339,00
JUMLAH BELANJA 2.307.072.637,00
SURPLUS/ (DEFISIT) 36.220.086,00
3. PEMBIAYAAN
3.1. Penerimaan Pembiayaan 11.015.117,00
3.1.1. Sisa Lebih Perhitungan 11.015.117,00
Anggaran Tahun Sebelum
3.2. Pengeluaran Pembiayaan 47.235.203,00
3.2.2. Penyertaan Modal Desa 47.235.203,00
JUMLAH PEMBIAYAAN (36.220.086,00)
SISA LEBIH / (KURANG) 0,00
PERHITUNGAN ANGGARAN
Sumber: Buku Desa Bontoala, Tahun 2020

Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa anggaran pendapatan

dan belanja desa pemerintahan desa bontoala menunjukan bahwa


48

hasil yang dicapai di desa bontoala rata-rata baik secara fisik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Evaluasi pelaksanaan rencaan ADD juga

dapat membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

memberikan komentar dan koreksi pelaksanaan ADD. Dalam hal ini

pemerintah Desa juga harus merespon kritik dan saran masyarakat

pada forum musyawarah Desa, yaitu rencana ADD kedepannya bisa

lebih baik.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan yang mengatakan:

“sesuai mekanisme semua dana desa dicairkan dari APBDes,


SPJ, dan pencairan, 95% telah terserap oleh masyarakat”.(Hasil
wawancara dengan bendahara Desa Bontoala, pada tanggal 25
september 2020).

Sumber pemasukan yang akan dibahas dalam riset ini ialah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) berupa Dana Desa.

Dana Desa dibahas disebabkan kewenangan yang diberikan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah Desa lewat undang-undang

Desa. Pemerintah Desa menempatkan desa sebagai ujung tombak

pembangunan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa

diberikan kewenangan serta diberi sumber dana agar dapat

melaksanakan kewenangannya serta bertujuan untuk meningkatkan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Tiap tahun pemerintah pusat

menganggarkan Dana Desa yang lumayan besar untuk diberikan

kepada Desa. Berikut Data APBDesa Bontoala Tahun 2018:


49

Tabel 4.10 Data APBDesa Dalam Berbagai Bidang


Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan

Pekerjaan Drainase Bontomajannang Rp. 119.809.954


Pekerjaan Drainase Dan Manyampa Rp. 122.481.343
Pekerjaan Paving Block Dsn Ana’Gowa Rp. 79.901.640
Pekerjaan paving Block Dsn Ana’Gowa Rp. 123. 405.810
Pekerjaan Paving Block Dsn Tabarong Rp. 32.558.713
Pekerjaan Talud Jalan Bontomamajang Rp. 80.220.103
Pekerjaan Plank Petunjuk Jalan Rp. 16.371.390
Pekerjaan Penataan Lapangan Olahraga Rp. 176.845.513
Pembangunan Posyandu Dsn Ana;Gowa Rp. 104.110.660
Pembangunan Taman Baca dan Manyampa Rp. 22.154.370
Rehab Bangunan Paud Dsn Ana’Gowa Rp. 43.123.603
Kegiatan Pembangunan Sarana Sanitasi Rp. 80.000.000
Kegiatan Pemeliharaan Sarana&Prasaraan Rp. 212.000.000
Masyarakat
Pembangunan Tapal Batas Dusun RT dan RW Rp. 64.996.050

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Pembangunan Desa

Tunjangan Aparatur Pemdes dan BPD Rp. 349.878.000


Operasional Perkantoran Rp. 124.125.317
Operasional BPD Rp. 34.095.181
Operasional RT/RW Rp. 126.528.000
Kegiatan Penyelenggaraan Musyawarah Desa Rp. 5.500.000
Kegiatan Perencanaan dan Pembangunan Desa Rp. 2.600.000
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Perkembangan Desa Rp. 3.000.000
Kegiatan Pengelolaan Informasi Desa Rp. 9.000.000
Kegiatan Pengelolaan Keuangan Desa Rp. 41.496.000

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020


50

Pembinaan Kemasyarakatan

Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Rp. 31.500.000


Kegiatan Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Rp. 6.000.000
Kegiatan Pembinaan Pemuda dan Olahraga Rp. 34.935.000
Kegiatan Pembinaan Organisasi Perempuan PKK Rp. 43.584.000
Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini Rp. 2.250.000
Kegiatan Pembinaan Pengelola Posyandu Rp. 41.000.000

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat Rp.


36.500.000
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat Rp.
48.000.000
Kegiatan Pemberdayaan Posyandu, UP2K, dan BKB Rp.
10.000.000
Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Rp.
24.000.000
Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDN) Rp.
56.100.000

Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020

Penyelenggaraan Pemerintahan

30% Rp. 696.221.498

Pembangunan Desa

55% Rp. 1.277.982.139

Pembinaan Kemasyarakatan

7% Rp. 159.269.000
Pemberdayaan Masyarakat

7% Rp. 173.600.000

RP. 2.069.771.981
Sumber: Buku Profil Desa Bontoala, Tahun 2020
51

Tiap tahunnya Dana Desa yang diterima oleh tiap Desa tidaklah sama.

Pengalokasian APBDes untuk Dana Desa bergantung dari keahlian Anggaran

Pemasukan serta Belanja Negeri (APBN), perhitungan pengalokasian Dana Desa

berpatokan pada peraturan pemerintah (PP) No. 60 Tahun 2014. Pada saat

pelaksanaannya Tahun 2015, ada pergantian peratura pemerintah dalam

implementasinya PP sebelumnya belum menjamin pengalokasian Dana Desa

secara lebih menyeluruh.

Dari hasil penelitian tersebut diatas pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa

Bontoala Kecamatan Pallangga sudah sangat baik dan bersumber pada prinsip

transparansi. Dengan demikian perlu dilakukan penyempurnaan secara

berkepanjangan dengan tetap menyesuaikan situasi dan perkembangan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan yang telah

diuraikan di atas dapat dirangkum bahwa:

1. Tahap perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bontoala telah

menerapkan prinsip partisipasi dan trasnsparansi. Hal ini dibuktikan

dengan kehadiran masyarakat yang sangat antusias dalam forum

masyarakat Desa. Selain itu, pemerintah Desa juga terbuka menerima

semua saran dari masyarakat tentang kemajuan pembangunan Desa.

Desa Bontoala telah mencapai indikator diantaranya adanya kemudahan

akses masyarakat semakin menjadi pusat kegiatan ekonomi dan

pemerintahan bahkan pelayanan dinas, pembentukan tim pelaksana

Desa, bentuk manajemen dan inisisatif masyarakat yang


52

bertanggungjawab tentang penggunaan infrastruktur bangunan yang

berkelanjutan serta partisipasi masyarakat pada program pembangunan

Desa.

2. Pada tahap pelaksanaan ADD Desa Bontoala melakukan swakelola

karena pemerintah desa juga perlu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih

baik, prinisip transparansi dalam melaksanakan ADD Desa Bontoala

dilakukan dengan baik memberikan informasi kepada publik melalui

komunikasi langsung kepada tokoh masyarakat, yang membuat situs web

dan menyampaikan informasi dengan membuat spanduk pada setiap

kegiatan pelaksanaan yang di danai oleh ADD.

3. Tahap pertanggungjawaban ADD di Desa Bontoala baik secara teknis

maupun administrasi sudah baik dan manajemennya sudah bagus,

Keberhasilan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dengan menambah

pengetahuan masyarakat memahami tentang adanya ADD dan

meningkatkan partisipasi masyarakat perencanaan pembangunan di

tingkat Desa dan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang sistem

pertanggungjawaban yang digunakan oleh Pemerintah Desa. tetapi tetap

harus mendapat bimbingan dari pemerintah kecamatan agar

meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada aparat Desa dalam

mengelola keuangann Desa.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Pengelolaan Alokasi Dana

Desa Dalam Upaya Pembangunan Desa di Desa Bontoala Kecamatan

Pallangga Kabupaten Gowa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan alokasi dana desa (ADD) di Desa Bontoala telah

menerapkan prinsip partisipasi dan transparansi. Hal ini dibuktikan dengan

kehadiran masyarakat yang sangat antusias dalam forum masyarakat Desa.

Selain itu, pemerintah Desa juga terbuka menerima semua saran dari

masyarakat tentang kemajuan pembangunan Desa.

2. Pada tahap pelaksanaan ADD Desa Bontoala melakukan swakelola karena

pemerintah desa juga perlu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik, prinsip

transparansi dalam pelaksanaan ADD desa bontoala dilakukan dengan baik

memberikan informasi kepada publik melalui komunikasi langsung kepada

tokoh masyarakat, yang membuat situs web dan menyampaikan informasi

dengan membuat spanduk pada setiap kegiatan pelaksanaan yang didanai

oleh ADD.

3. Tahap pertanggungjawaban ADD di Desa Bontoala baik secara teknis

maupun adminstrasi sudah baik dan manajemennya bagus, tetapi tetap

harus mendapat bimbingan dari pemerintah kecamatan agar meningkatkan

kepercayaan masyarakat kepada aparat desa dalam mengelola keuangan

desa.

53
54

B. Saran

Mengacu kepada hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

mengajukan saran/rekomendasi sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya harus terlebih dahulu berkoordinasi dengan informan

mengenai waktu yang dihabiskan dalam proses wawancara.

2. Partisipasi masyarakat juga harus ditingkatkan untuk berpartisipasi dalam

pertemuan musrenbangdes pemerintah desa dapat terbantu dalam

mengambil keputusan untuk pembangunan desa kee arah yang lebih baik.

3. Peneliti selanjutnya disarankan menambah informan yaitu masyarakat

desa dalam mengumpulkan data melalui wawancara untuk dapat menilai

pertanggungjawaban pemerintah desa dalam pengelolaan alokasi dana

desa.
DAFTAR PUSTAKA

Aljannah, Siti. 2017. Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang
Pembangunan Desa di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan
Hulu, JOM Fekon Vol. 4 No.1

Abdul Rahman Sulaiman, DKK. 2020. Bumdes Menuju Optimalisasi Ekonomi


Desa. Yayasan Kita Menulis.

Amjar, Agus, S. Sos, M.Si, 2019. Politik Hukum sebuah Kajian Pendapatan Sosial,
Yogyakarta.

Bawono, Dr. Icuk Rangga, Sh.,Se,.Msi.,Nh.,Ak.,Ca.,ASEAN CPA, CTAP, Erwin,


2019. Panduan Penggunaan Dan Pengelolaan Dana Desa, jakarta
10270.

Bihanding, Hariawan, 2019. Perencanaan Pembangunan Partisipatif Desa,


Yogyakarta.

Icuk Rangga Bawono, Erwin Setyadi. 2019. Panduan Penggunaan Dan


Pengelolaan Alokasi Dana Desa, Jakarta.

Ike Wanusmawatie, Choirul Saleh, Faizatul Karimah. 2017. Pengelolaan Alokasi


Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Administrasi Publik
(JAP). Vol. 2.

Lili, Marselina Ara. 2018. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Masyarakat di Desa Magmagan
Karya Kecamatan Lumar, Artikerl Ilmiah, fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Tanjung Pura Pontianak.

Nurnaningsih, Muhtar Lutfi, 2015. Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)
Di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, Journal Of Indonesia
Development and Economics Analysis.

Novi S, Budiarso. 2017. Analisis Penerapan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam
Upaya Meningkatkan Pembangunan Desa, (Online), Vol 1.
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/gc/article/viewFile/17140/16687,
diakses 28 juli 2020).

Okta Rosalinda, 2014. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan, Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.

Rahum Abu, 2015. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pembangunan
Fisik Desa Krayan Makmur Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser, jurnal
ilmu Pemerintahan, 3 (4), 1623-1636.

55
Saputra I Wayan, 2016. Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Lambean
Kecamatan Kintamini, kabupaten Bangil Tahun 2009-2014). Jurnal
jurusan pendidikan ekonomi (JJPE) . Vol 6.

Sulastri Desy, 2019. Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun
Anggaran 2018 di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten
kampar.

Siti, Sri Hutami. 2017. Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Desa
Abbatiren Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo (Online).
(https://core.ac.uk/alokasi+dana+desa&rlz=1C1GGRV. Diakses 24 juli
2020).

Saifuddin, M.Ag, 2018, Pengelolaan Pembelajaran Teoretis Dan Praktis,


Yogyakarta.

Taufik Kurrohman, Djoko Supatmoko, Siti Ainul Wida. 2017. Akuntabilitas


Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa-Desa Kecamatan
Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan
Akuntansi. Vol.2
L

N
Lampiran I
Lampiran II

Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara yang dilakukan secara

sistematis dengan berlandaskan pada tujuan penelitian.

Narasumber: Sekretaris Desa, Bendahara Desa dan Kabid Pembangunan

1. Bagaimana pemerintah desa mewujudkan prinsip transparansi dan

partisipasi dalam prosesnya rencana manajemen alokasi dana desa?

2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan

pengelolaan alokasi dana desa?

3. Apakah telah sesuai hasil pelaksanaan program alokasi dana desa dengan

yang telah direncanakan sebelumnya?

4. Bagaimana pemerintah desa melaksanakan prinsip transparansi dalam

melaksanakan alokasi dana desa?

5. Bagaimana mekanisme proses pencairan alokasi dana desa?

6. Siapa saja yang hadir dalam musyawarah desa dalam rangka

pernecanaan pengelolaan alokasi dana desa?


Lampiran III

Daftra Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Hasil Wawancara


1 Bagaimana pemerintah desa Awal perencanaan mengadakan
mewujudkan prinsip transparansi pertemuan untuk
dan partisipasi dalam prosesnya mennyampaikan dan
rencana manajemen alokasi dana menjelaskan program melalui
desa? musrenbang desa.
2 Bagaimana tingkat partisipasi Sangat baik, terbukti saat
masyarakat dalam proses adanya musrenbang
perencanaan pengelolaan alokasi masyarakat sangat antusias
dana desa? berikan masukan program. Dan
saat pelaksanaan masyarakat
ada yang bersenang hati
membantu proses
pembangunan dengan menjadi
tukang atau kuli.
3 Apakah telah sesuai hasil 95% telah terserap oleh
pelaksanaan program alokasi dana masyarakat
desa dengan yang telah
direncanakan sebelumnya?
4 Bagaimana pemerintah desa Adanya pengawasan internal
melaksanakan prinsip transparansi dan eksternal, secara
dalam pelaksanaan alokasi dana transparan siapa yang ingin
desa? mengetaui informasi tersebut.
5 Bagaimana mekanisme proses Sesuai mekanisme ,
pencairan alokasi dana desa? penyelesaian APBDES, SPJ,
dan pencairan.
6 Siapa saja yang hadir dalam Unsur yang terlibat seperti LPM,
musyawarah desa dalam rangka BPD, tokoh masyarakat dam tim
perencanaan pengelolaan alokasi koordinator wilayah.
dana desa?
Lampiran IV

DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP

Octaviani Pratiwi, lahir di Makassar Pada Tanggal 23


Oktober 1997, anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Suharto dan Ibunda Ernawati
Iskandar. Penulis pertama kali menempuh pendidikan
tepat pada umur 5 tahun 5 bulan di Sekolah Dasar
(SD) pada SDN Komp. Sambung Jawa tahun 2003
dan selesai tahun 2009, dan pada tahun yang sama
penulis melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama di SMP Neg.24
Makassar dan selesai pada Tahun 2012, dan Pada Tahun yang sama
penulis melanjutkan Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pada
SMAN 08 Makassar Penulis mengambil Jurusan IPS dan Selesai Pada
Tahun 2015, dan Pada Tahun 2016 Penulis terdaftar pada salah satu
perguruan tinggi swasta di Universitas Muhammadiyah Makassar, lulus di
jurusan ekonomi pembangunan fakultas ekonomi dan bisnis. Dan pada
akhirnya penulis menyelesaikan pendidika strata 1 (satu) di jurusan
Ekonomi Pembangunan Pada tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai