Anda di halaman 1dari 158

AKULTURASI

(Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan)

Akulturasi merupakan Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, diterbitkan dua kali setahun
(April dan Oktober). Jurnal ini menerbitkan jurnal asli hasil penelitian di bidang sosial
ekonomi perikanan dan kelautan. Selain itu jurnal AKULTURASI menerbitkan jurnal asli
hasil penelitian di bidang agrobisnis kompleks (pertanian, peternakan dan kehutanan)
terutama kajian aspek sosial ekonomi kemasyarakatan.

Susunan Dewan Redaksi Jurnal AKULTURASI, Berdasarkan SK. Dekan Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.

Pelindung :
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado

Ketua:
Prof. Dr. Ir. Eddy Mantjoro, M.Sc

Wakil Ketua:
Dr. Jardie A. Andaki, S.Pi., M.Si

Penyunting Pelaksana :
Ir. Lexy K. Rarung, M.Si
Ir. Jueldy Madjid, M.Si
Ir. Steelma V. Rantung, M.Si
Ir. Djuwita R.R. Aling, M.Si

Pelaksana Tata Usaha :


Roy Tumoka
Alamat :
Jurnal AKULTURASI
Program Studi Agrobisnis Perikanan
FPIK UNSRAT Manado.
Jln. Kampus Bahu. Manado. 95115.
Telp: 081220942319 / 0431-868027
Fax: 0431-868027
e-mail : jardieandaki@unsrat.ac.id
Available online : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
ANALISIS FINANSIAL USAHA IKAN ASAP PINEKUHE DI KABUPATEN
KEPULAUAN SANGIHE ................................................................................................ 183
Danny Rofiyanto Bue; Jardie A. Andaki; Djuwitha R.R. Aling
ANALISIS PENDAPATAN DAN SISTEM BAGI HASIL NELAYAN JARING
INSANG (GILL NET) MALOS 3 DI KELURAHAN MALALAYANG SATU
TIMUR KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO................................................ 191
Rolandow l. Dauhan; Jardie A. Andaki; Vonne Lumenta
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI
KELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN KOTA
MANADO....................................................................................................................... 199
Valentino Nelson Lumi; Victoria E.N. Manoppo; Martha P. Wasak
NILAI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA BAHOI
KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA ......................... 205
Dieri Tarau; Jardie A. Andaki; Steelma V. Rantung
POTENSI EKOWISATA BAHARI DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT
DESA BAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA
UTARA .......................................................................................................................... 217
Cindy S. Walandouw; Jardie A. Andaki; Olvie V. Kotambunan
STRATEGI NELAYAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN RUMAH
TANGGA (STUDI KASUS DI DESA TATELI DUA KECAMATAN
MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA) .................. 229
Novita A. Wulandari; Nurdin Jusuf; Otniel Pontoh
ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN IKAN CAKALANG ASAP DI
KELURAHAN SINDULANG SATU................................................................................. 239
Mega S. Apena; Siti Suhaeni; Vonne Lumenta
SISTEM PEMASARAN IKAN CAKALANG FUFU DI KELURAHAN
SINDULANG SATU KOTA MANADO ............................................................................ 253
Yulanda O. Bawinto; Siti Suhaeni; Max H. Wagiu
MANAJEMEN USAHA PEMBENIHAN IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptes
altivelis) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI BENIH IKAN
PANTAI DESA LAMU KECAMATAN TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO
PROVINSI GORONTALO.............................................................................................. 261
Yovan Patamani; Otniel Pontoh ; Jeannette F. Pangemanan

_______________________________________________________________________________________________________
i Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

KEADAAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN PASCA DEKLARASI


MORATORIUM PERIKANAN DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA
BITUNG ......................................................................................................................... 277
Windy Lolaro; Eddy Mantjoro; Grace O. Tambani
KAJIAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA ILODULUNGA
KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA .................................. 291
Marlin Rauf, Ir. Christian R. Dien, M.Si, Ir. Djuwita R.R. Aling, M.Si
MANAJEMEN PEMASARAN IKAN MARLIN HITAM (Makaira indica) DI
PASAR BERSEHATI KELURUHAN CALACA KOTA MANADO .................................... 299
Zevri Harefa, Swenekhe S. Durand, Olvie V. Kotambunan
ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP BAGAN DI DESA TATELI WERU
KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA .............................................. 309
Sharon E. E. Repi, Lexy K. Rarung, Djuwita R.R. Aling
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBA
JARING TANCAP DI DESA TALIKURANKECAMATAN REMBOKEN
KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA ............................................. 317
Claudio David Togas, Grace O. Tambani, Nurdin Jusuf
PENGARUH KUALITAS LAYANAN PENGUSAHA MANDIRI “YUSUF
KASIM” TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DALAM USAHA
PERDAGANGAN IKAN DEMERSAL ANTAR KOTA MANADO.................................... 327
Juan Romel Daud, Jardie A. Andaki, Christian R. Dien

_______________________________________________________________________________________________________
ii Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

ANALISIS FINANSIAL USAHA IKAN ASAP PINEKUHE DI KABUPATEN


KEPULAUAN SANGIHE
Danny Rofiyanto Bue1; Jardie A. Andaki2; Djuwitha R.R. Aling2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email : logitechbird13@gmail.com

Abstract
Pinekuhe smoked fish business is often faced with the lack of capital and lack of management in an effort to increase
production. The lack of efficient production processes in the suspect is a problem that arises due to ignorance of the
fishermen in regulating the financial factors of production, that the maximum benefit is not achieved. Based on these
things, then the problem can be formulated as follows: What are the factors that affect the business financial analysis
of smoked fish Pinekuhe in the rate of business profits smoked fish Pinekuhe in Tahuna Sangihe Islands Regency.
As well as how to optimize financial Pinekuhe smoked fish in order to achieve the maximum rate of profit. The
purpose of this study, namely 1) make a financial analysis of smoked fish business Pinekuhe Tahuna on Sangihe
Islands Regency and 3) to study the rate of profit on Pinekuhe smoked fish business.
Basic research will be used is a case study, the research form by studying a particular case in which the object is
limited (Widi, 2010). The results showed that the sale of smoked fish "pinekuhe" conducted only in the area of Market
Towo'e in Tahuna. Sales made in addition to the market Towo'o Tahuna also based on orders from customers.
Based on the criteria of financial analysis efforts smoked fish "pinekuhe" in Tahuna eligible to run. Small-scale
enterprises of smoked fish business "pinekuhe" causes the value of a little profit.
Keywords: pinekuhe, smoked fish, financial analysis

Abstrak
Usaha ikan asap Pinekuhe seringkali dihadapkan pada keterbatasan modal dan kurangnya manajemen dalam upaya
peningkatan produksi. Ketidak efisiennya proses produksi di duga merupakan suatu masalah yang timbul akibat
ketidaktahuan nelayan dalam mengatur finansial pada faktor-faktor produksinya, sehingga keuntungan maksimal
tidak tercapai. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor apa
saja yang berpengaruh pada analisis finansial usaha ikan asap Pinekuhe dalam tingkat keuntungan usaha ikan asap
Pinekuhe di Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Serta bagaimana cara mengoptimalkan finansial ikan asap
Pinekuhe agar tercapai tingkat keuntungan secara maksimal. Tujuan penelitian ini, yaitu 1) membuat analisis
finansial usaha ikan asap Pinekuhe Tahuna di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan 3) mempelajari tingkat
keuntungan pada usaha ikan asap Pinekuhe.
Dasar penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus, yaitu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara
mempelajari suatu kasus tertentu pada obyek yang terbatas (Widi, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penjualan ikan asap “pinekuhe” dilakukan hanya di wilayah Pasar Towo’e di Tahuna. Penjualan dilakukan selain di
Pasar Towo’o Tahuna juga dilakukan berdasarkan pesanan dari konsumen. Berdasarkan kriteria analisis finansial
usaha ikan asap “pinekuhe” di Tahuna layak dijalankan. Skala usaha yang kecil dari usaha ikan asap “pinekuhe”
menyebabkan nilai keuntungan sedikit.

Kata kunci: pinekuhe, ikan asap, analisis financial

PENDAHULUAN sifat dari hasil produk perikanan adalah


Kegiatan perikanan merupakan mudah rusak atau cepat busuk, oleh
kegiatan ekonomi, oleh sebab itu sebab itu cara pemesanan mulai dari
kegiatan produksi, pemasaran, dan pembuatan ikan asap hingga sampai
konsumsi ada di dalamnya. Salah satu kepada penjual dan cara penyimpanan
kegiatan perikanan yang ada di produk perikanan khususnya ikan asap
Indonesia adalah produksi dan perlu diperhatikan sehingga para penjual
pemasaran ikan asap. Kegiatan ikan asap tidak akan merasa rugi jika
memproduksi dan memasarkan ikan hasil produksinya tidak dapat dipasarkan
asap tidak terlepas dari kegiatan dengan baik.
penyimpanan dan pemesanan yang Tekhnologi pengasapan telah
dilakukan oleh penjual dari pengolah digunakan secara luas dalam
produk ikan asap tersebut. Salah satu pengolahan sebagai upaya pengeringan

_______________________________________________________________________________________________________
183 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

sekaligus sebagai penghasil aroma dan Waktu yang digunakan dalam


rasa pangan seperti : daging asap, ikan pelaksanaan penelitian di mulai dari
asap, produk barbeque seperti sate, ikan penyusunan rencana kerja hingga
bakar dan lain sebagainya. Pengasapan pelaksanaan ujian adalah sudah dimulai
merupakan cara pengolahan atau sejak 5 bulan, yaitu mulai dari bulan
pengawetan dengan kombinasi Maret sampai dengan bulan Juli 2015.
perlakuan pengeringan dan pemberian
senyawa kimia alami dari hasil METODOLOGI PENELITIAN
pembakaran bahan bakar alami. Asap Penelitian ini bersifat deskriptif
sendiri diartikan sebagi suatu suspensi yaitu penelitian yang menggambarkan
partikel-partikel padat dan cair dalam semua data atau keadaan yang
medium gas. Melalui pembakaran akan subyek/obyek penelitian (seseorang,
terbentuk senyawa asap dalam bentuk lembaga, masyarakat dan lain-lain)
uap dan butiran-butiran tar serta kemudian dianalisis dan dibandingkan
dihasilkan panas. Jadi, proses berdasarkan kenyataan yang sedang
pengasapan juga termasuk pengawetan berlangsung pada saat ini dan
dengan cara kimiawi sebab bahan- selanjutnya mencoba untuk melakukan
bahan kimia dalam asap dimasukkan ke pemecahan masalahnya (Widi, 2010).
dalam makanan yang diawetkan. Dasar penelitian yang digunakan
Dalam rangka mencapai sasaran adalah studi kasus, yaitu bentuk
pembangunan perikanan, diperlukan penelitian yang dilakukan dengan cara
upaya untuk mengembangkan usaha mempelajari suatu kasus tertentu pada
perikanan sehingga harus obyek yang terbatas (Widi, 2010). Dalam
memperhatikan analisis finansial. hal ini, studi kasus tentang analisis
Analisis ini penting untuk menjamin finansial usaha ikan asap Pinekuhe di
keberhasilan dan keberlanjutan usaha Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe.
pengolahan ikan, khusus ikan asap. Data yang sudah terkumpul
diseleksi dan ditabulasi, selanjutnya
Tujuan Penelitian dianalisa secara deskriptif. Analisis
deskriptif dimaksud untuk memberikan
1. Membuat analisis finansial usaha ikan bahasan atau penafsiaran terhadap
asap Pinekuhe Tahuna di Kabupaten data-data menggunakan perhitungan
Kepulauan Sangihe yang sederhana, seperti penjumlahan,
2. Mempelajari tingkat keuntungan pada perkalian, persentasi dan nilai rata-rata
usaha ikan asap Pinekuhe (Essty, 1998).

Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN penting yang harus di sediakan oleh


Analisis finansial usaha ikan seorang pelaku usaha adalah modal.
asap “pinekuhe” dilakukan berdasarkan Modal merupakan dana awal dalam
langkah-langkah berikut : pembentukan suatu usaha. Modal usaha
Modal Investasi atau barang investasi usaha ikan asap
Dalam menjalankan suatu usaha “pinekuhe”, dapat dilihat sebagai berikut
ikan asap “pinekuhe”, hal yang sangat :

Modal Investasi :

_______________________________________________________________________________________________________
184 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

No. Uraian Jumlah (Rp.)


1. Tempat pengasapan (tempat fufu) 500.000
2. Loyang 75.000
3. Ember 65.000
4. Pisau 15.000
5. Parang 25.000
6. Kapak 45.000
7. Keranjang 48.000
8. Ruang pengasapan 150.000
Jumlah 923.000

Tingkat Pendapatan untuk memproduksi, mendistribusikan,


Berdasarkan hasil penelitian dan menjual produk serta tingkat laba
tingkat pendapatan usaha ikan asap yang sesuai dengan upaya yang
“pinekuhe” di Tahuna adalah sebesar dilakukan dan resiko yang dihadapi.
Rp. 52.000.000,- per tahun dalam 52 kali Biaya merupakan elemen penting dalam
produksi (@ 100 ekor x Rp. 30.000). strategi penetapan harga (Machfoedz,
Perhitungan sebagai berikut : 2005).
Usaha ikan asap “pinekuhe”,
selain modal investasi pelaku usaha ikan
asap “pinekuhe” di Tahuna dibebani
biaya-biaya lain, seperti biaya tetap dan
biaya tidak tetap.
Kapasitas tempat pengasapan Biaya Tetap (fixed cost)
100 ekor, dijual per tumpukan 3 ekor Menurut (Ibrahim, 2003) biaya
selama setahun produksi rata-rata 52 tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak
kali produksi dikali rata-rata harga jual berubah selama proses produksi
Rp. 30.000, sehingga tingkat berlangsung, merupakan jenis biaya
pendapatan Rp. 52.000.000. yang bersifat statis (tidak berubah)
dalam ukuran tertentu. Biaya ini akan
Struktur Biaya tetap dikeluarkan meskipun tidak
Biaya merupakan faktor yang melakukan aktivitas apapun. Lebih
menjadi dasar penetapan harga yang jelasnya dapat dilihat pada rincian biaya
diterapakan pada produk. Perusahaan tetap sebagai berikut:
menginginkan agar harga yang di
tetapakan dapat mencakup semua biaya
Biaya Tetap (fixed cost)/ tahun
Umur
No. Uraian Pembelian Nilai Sisa Penyusutan
Ekonomi
1. Tempat pengasapan (tempat fufu) 500.000 20 100.000 30.000
2. Loyang 75.000 3 0 25.000
3. Ember 65.000 3 0 21.667
4. Pisau 15.000 15 5.000 1.333
5. Parang 25.000 15 5.000 2.000
6. Kapak 45.000 15 5.000 3.333
7. Keranjang 48.000 3 0 16.000
8. Ruang pengasapan 150.000 10 0 15.000
Jumlah 923.000 114.333

Biaya Tidak Tetap (variabel cost)

_______________________________________________________________________________________________________
185 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Menurut (Ibrahim, 2005) biaya tetap dan bersifat dinamis. Biaya ini
tidak tetap (variabel cost) merupakan mengikuti banyaknya jumlah unit yang
biaya yang berubah sepanjang proses diproduksi ataupun banyaknya aktivitas
produksi berlangsung, jenis biaya ini yang dilakukan. lebih jelasnya dapat
difungsikan untuk melengkapi biaya dilihat perincian sebagai berikut.
No. Uraian Pembelian Harga Satuan (Rp.) Jumlah
1. Bahan baku ikan (ekor) 5.200 2.000 10.400.000
2. Kayu bakar (tumpuk) 52 100.000 5.200.000
Jumlah 15.600.000
TC = FC + VC 15.714.333
Net profit atau keuntungan
Analisis Kelayakan absolut sebesar Rp. 36.285.667
Mengetahui kelayakan dari sehingga dapat di jamin
usaha ikan asap yang dilakukan oleh keberlangsungannya karena keuntungan
pengusaha ikan asap “pinakuhe”di bersifat positif.
Tahuna maka, yang perlu diketahui Profit rate (Tingkat keuntungan) :
terlebih dahulu adalah :

Investasi (I) = 923.000 Keterangan :


Biaya tetap (FC) = 114.333 π = Total profit
Biaya tidak tetap (VC) = 15.600.000 TC = Biaya total
Biaya total (TC) = 15.714.333
Total penerimaan (TR) = 52.000.000 Profit rate di peroleh sebesar 230,91%,
sehingga usaha yang dijalankan cukup
Dalam analisis finansial menggunakan menguntungkan.
rumus : Rentabilitas, rumus :
1. Operating Profit, rumus :
Keterangan :
Keterangan : π = Total profit
OP = Keuntungan usaha I = Investasi
TR = Total penerimaan
VC = Biaya tidak tetap Benefit cost rasio, rumus : BCR = TR/TC

Operating profit dari usaha ini


Keterangan :
sebesar Rp. 36.400.000, merupakan TR = Hasil penjualan
keuntungan yang diperoleh dan dapat TC = Biaya total
digunakan untuk biaya produksi
berikutnya. Nilai BCR untuk usaha pembenihan ikan
2. Keuntungan usaha ikan asap mas lebih dari satu yaitu 3,31. Apabila
“pinakuhe” yang dilakukan oleh nilai BCR lebih dari satu maka usaha ini
pengusaha ikan asap di Tahuna layak untuk dijalankan.
sebesar,
Total Profit, rumus : Break event point atau titik impas dari
usaha ikan asap “pinekuhe”, sebagai
Keterangan : berikut :
π = Net profit
TR = Total penerimaan
TC = Biaya total

_______________________________________________________________________________________________________
186 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dilakukan selain di Pasar Towo’o


Tahuna juga dilakukan berdasarkan
pesanan dari konsumen.
Keterangan :
FC = Biaya tetap 2. Berdasarkan kriteria analisis finansial
VC = Biaya tidak tetap usaha ikan asap “pinekuhe” di
TR = Penerimaan total Tahuna layak dijalankan
3. Skala usaha yang kecil dari usaha
Hasil analisis BEP Penjualan ikan asap “pinekuhe” menyebabkan
menggambarkan titik impas usaha ikan nilai keuntungan sedikit.
asap “pinekuhe” pada penjualan Rp.
163.332,86. Nilai ini merupakan nilai
acuan penjualan yang harus dicapai
pengusaha ikan asap “pinekuhe” untuk
keuntungan nihil, artinya penjualan ikan
asap harus lebih dari nilai BEP
Penjualan. Saran
Hasil analisis BEP Satuan 1. Potensi sumberdaya ikan dan bahan
menggambarkan titik impas usaha ikan penunjang usaha ikan asap
asap “pinekuhe” pada produksi 5,44 “pinekuhe” yang melimpah di
ekor. Nilai ini merupakan nilai acuan Tahuna potensial dikembangkan
produksi yang harus dicapai pengusaha untuk skala usaha yang lebih besar
ikan asap “pinekuhe” untuk keuntungan 2. Perlu adanya pemasaran sampai ke
nihil, artinya produksi ikan asap harus luar daerah.
lebih dari nilai BEP Satuan.
Jangka Waktu Pengembalian Investasi, DAFTAR PUSTAKA
rumus : Afrianto, E., E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan
Pengolahan Ikan. Penerbit Kanasius.
Yogyakarta.
Keterangan : Dahuri, R., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
I = Investasi Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Gramedia.
n = Tahun Jakarta.
π = Total profit
Fauzi, A., dan S. Anna. 2005. Pemodelan
Hasil analisis untuk jangka waktu Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk
pengembalian investasi 0,03 tahun atau Analisis Kebijakan. PT. Gramedia Pustaka
0,36 bulan atau 10,8 hari. Nilai ini Utama, Jakarta.
menunjukkan jika pengusaha ikan asap Ibrahim. Y. M. H, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT.
“pinekuhe”, melakukan usaha selama Rineka Cipta. Jakarta.
10,8 hari berturut, dengan asumsi Machfoedz. M, 2005. Kewirausahaan metode
struktur biaya, produksi dan harga manajemen dan implementasi. BPFE –
Yokyakarta.
penjualan konstan, maka pengembalian
investasi dapat dilakukan selama 10,8 Monintja, D.R., dan R. Yusfiandayani, 2001.
Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dalam
hari produksi. Bidang Perikanan Tangkap. Prosiding
Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir
KESIMPULAN DAN SARAN Terpadu. IPB, Bogor.
Kesimpulan Mulyadi. S. 2005. Analisis Ekonomi Usaha Nelayan
1. Penjualan ikan asap “pinekuhe” dan Sistem Pengawetan/Pengolahan Ikan.
Penerbit.PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
dilakukan hanya di wilayah Pasar
Towo’e di Tahuna. Penjualan

_______________________________________________________________________________________________________
187 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Tinungki, G. M., 2005. Evaluasi Model Produksi


Surplus dalam Menduga Hasil Tangkapan
Maksimum Lestari untuk Menunjang
Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali.
Disertasi (tidak dipublikasikan). Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

_______________________________________________________________________________________________________
188 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

_______________________________________________________________________________________________________
189 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________
190 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

ANALISIS PENDAPATAN DAN SISTEM BAGI HASIL NELAYAN JARING


INSANG (GILL NET) MALOS 3 DI KELURAHAN MALALAYANG SATU TIMUR
KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO
Rolandow l. Dauhan1; Jardie A. Andaki2; Vonne Lumenta2
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: olandauhan@gmail.com
Abstract
This study aims to: 1) analyze the income of fishermen gill nets in the group fishing Malos 3 in the Village Malalayang
The Eastern District of Malalayang Manado and 2) determine the sharing system fisherman gill nets in the group
fishing Malos 3 in the Village Malalayang The Eastern District of Malalayang City Manado.
Basic research is a case study, the research form by studying a specific case of the object is limited (Widi, 2010).
The data were then processed and analyzed descriptively. According Sugiyono (2008), descriptive analysis method
is the method used to analyze data in ways that describe or depict the data that has been colected as it is without
intending to apply to general conclusions or generalizations. Descriptive analysis is intended to provide or
penafsiaran discussion of the data for the conclusion. Descriptive data analysis gives an overview description of the
sentences associated with the existing theory, through simple calculations like; the sum, average, and percentage.
The results of this study can be concluded: 1) The fishermen groups Malos 3 is a group of fishermen who have
caught fish activity with various types of fishing gear, nets and fishing rods; 2) Activity Malos 3 fishermen's group, not
just involve his fellow group members only, this is seen in the marketing activities of the catch is sold to the market's
shoulders; 3) Revenue fishing groups based on the prevailing prices by applying the calculation of prices prevailing
on the number of fish and fish bucket based on the unit; and 4) the sharing system adopts a group of fishermen
equally common sense. Members of the group conducting fishing activities will inherit the same on the fish and the
same amount of rupiah for fish sales results.

Keywords: Malos 3, fisherman, revenue, sharing system

Abstrak
Penelitian ini bertujuan : 1) menganalisis pendapatan nelayan jaring insang dalam kelompok penangkap
ikan Malos 3 di Kelurahan Malalayang Satu Timur Kecamatan Malalayang Kota Manado dan 2) mengetahui sistem
bagi hasil nelayan jaring insang dalam kelompok penangkap ikan Malos 3 di Kel. Malalayang Satu Timur Kec.
Malalayang Kota Manado.
Dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara
mempelajari suatu kasus tertentu pada obyek yang terbatas (Widi, 2010). Data yang diperoleh selanjutnya diolah
dan dianalisis secara deskriptif. Menurut Sugiyono (2008), metode analisis deskriptif merupakan metode yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan : 1) Kelompok nelayan Malos 3 merupakan kelompok nelayan
memiliki aktivitas menangkap ikan dengan bebagai jenis alat tangkap, jaring dan pancing; 2) Aktivitas kelompok
nelayan malos 3, tidak hanya melibatkan sesama anggota kelompok saja, hal ini terlihat dalam aktivitas pemasaran
hasil tangkapan dijual ke pasar Bahu; 3) Pendapatan kelompok nelayan didasarkan pada harga yang berlaku
dengan menerapkan perhitungan harga berlaku terhadap jumlah ekor ikan maupun berdasarkan satuan ember ikan;
dan 4) sistem bagi hasil kelompok nelayan menganut sistem sama rata sama rasa. Anggota kelompok yang
melakukan aktivitas melaut akan mendapat bagian yang sama atas ikan hasil tangkapan maupun jumlah rupiah yang
sama untuk ikan hasil penjualan.
Kata kunci : Malos 3, nelayan, pendpaatan, system bagi hasil

PENDAHULUAN dasar, dan jaring insang permukaan.


Jaring insang merupakan salah Usaha penangkapan ikan dengan
satu jenis alat tangkap yang banyak menggunakan jaring insang sudah
digunakan oleh para nelayan, mulai dari bukan merupakan teknologi yang baru
jaring insang lingkar, jaring insang bagi para nelayan, hal ini disebabkan

_______________________________________________________________________________________________________
191 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

karena bahannya lebih mudah keterlibatannya secara khusus sebagai


diperoleh, secara teknis mudah awak. Semakin banyak jumlah awak,
dioperasikan, secara ekonomis bisa semakin kecil yang diperoleh awak
dijangkau oleh nelayan, dan lebih
selektif terhadap ukuran ikan yang (Mulyadi, 2005)
tertangkap. Berdasarkan kondisi umum
Namun pengadaan alat tangkap yang terjadi pada nelayan, khususnya
ini ternyata masih mempunyai kendala buruh nelayan jaring insang, maka perlu
dalam pembuatannya, disebabkan dilakukan penelitian mengenai analisis
besarnya modal produksi. Kondisi ini pendapatan dan sistem bagi hasil.
terkait kemiskinan nelayan, terutama Penelitian ini diharapkan dapat
nelayan perorangan maupun buruh memberikan gambaran tentang
nelayan. pendapatan dan sistem bagi hasil
Beberapa hasil penelitian nelayan jaring insang yang bekerja
menunjukkan bahwa distribusi dalam satu kelompok penangkap ikan
pendapatan dari pola bagi hasil Malos 3 di Kelurahan Malalayang Satu
tangkapan sangatlah timpang diterima Timur Kecamatan Malalayang Kota
antara pemilik dan awak kapal. Secara Manado.
umum hasil bagi bersih yang diterima
awak kapal dan pemilik kapal adalah Tujuan Penelitian
setengah-setengah. Akan tetapi, bagian Berdasarkan
yang diterima awak kapal harus dibagi permasalahan-permasalahan penelitian
lagi dengan sejumlah awak yang terlibat ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
dalam aktivitas kegiatan kapal. 1. Menganalisis pendapatan nelayan
Semakin banyak jumlah awak jaring insang dalam kelompok
kapal, semakin kecil bagian yang penangkap ikan Malos 3 di Kelurahan
Malalayang Satu Timur Kecamatan
diperoleh setiap awaknya. Selain itu
Malalayang Kota Manado
pola umum bagi hasil di beberapa 2. Mengetahui sistem bagi hasil nelayan
daerah menunjukkan pemilik selain jaring insang dalam kelompok
mendapat setengah dari hasil penangkap ikan Malos 3 di Kelurahan
tangkapan juga memperoleh 15% dari Malalayang Satu Timur Kecamatan
Malalayang Kota Manado
jumlah kotor hasiltangkapan sebagai
cadangan jika ada kerusakan perahu METODOLOGI PENELITIAN
ataupun jaring. Dengan demikian Penelitian ini bersifat deskriptif
pemilik kapal (juragan darat) rata-rata yaitu penelitian yang menggambarkan
menerima sekitar 65% dari keseluruhan semua data atau keadaan yang
subyek/obyek penelitian (seseorang,
hasil tangkapan. Sebaliknya rata-rata lembaga, masyarakat dan lain-lain)
awak kapal akan mendapatakan hasil kemudian dianalisis dan dibandingkan
jauh lebih rendah dibandingkan yang berdasarkan kenyataan yang sedang
diperoleh pemilik. Bagian untuk awak berlangsung pada saat ini dan
selanjutnya mencoba untuk melakukan
kapal tersebut dibagi berdasarkan porsi
pemecahan masalahnya (Widi, 2010).

_______________________________________________________________________________________________________
192 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Dasar penelitian yang digunakan


adalah studi kasus, yaitu bentuk
penelitian yang dilakukan dengan cara
mempelajari suatu kasus tertentu pada
obyek yang terbatas. Dalam hal ini, studi
kasus tentang analisis efisiensi
ekonomis soma landra rakit, pada
Kelompok Nelayan Malos Tiga yang
bertempat di Kelurahan Malalayang Satu
Timur, Kecamatan Malalayang, Kota
Manado. deskriptif merupakan metode
yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis deskriptif dimaksud untuk
memberikan bahasan atau penafsiaran
terhadap data-data untuk memperoleh
kesimpulan.
Analisa data deskriptif
memberikan gambaran keterangan
dengan kalimat-kalimat yang
dihubungkan dengan teori yang ada,
melalui perhitungan sederhana seperti;
penjumlahan, rata-rata dan presentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kelompok Nelayan di Kota Manado
Menurut laporan Dinas Kelautan
dan Perikanan Kota Manado (2013)
bahwa Kelompok Usaha Bersama
Nelayan/Perikanan Tangkap yang telah
dikukuhkan sampai tahun 2012 adalah
sebanyak 70 kelompok, dan yang telah
pernah menerima bantuan sebanyak 35
kelompok. Jumlah kelompok pada tiap
kelurahan disajikan dalam Tabel 1.

_______________________________________________________________________________________________________
193 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

Tabel 1. Jumlah Kelompok Usaha Bersama Nelayan/Perikanan Tangkap di Kota Manado


No. Kecamatan Kelurahan Jumlah Kelompok
Malalayang Satu 4
Malalayang Satu Timur 7
1. Malalayang
Malalayang Dua 1
Bahu 1
Sario Tumpaan 4
2. Sario Titiwungan Selatan 2
Titiwungan Utara 1
3. Wenang Wenang Selatan 4
Sindulang Satu 2
Sindulang Dua 1
4. Tuminting Bitung Karangria 6
Tumumpa Dua 4
Maasing 2
Molas 1
Tongkaina 1
Manado Tua Satu 8
5. Bunaken Manado Tua Dua 9
Siladen 3
Bunaken 6
Alungbanua 3
Jumlah 70
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado (2011)

Kelompok Nelayan Malos Tiga kelompok nelayan. Kelompok Nelayan


Kelompok Nelayan Malos Tiga di Malos Tiga telah mendapatkan hibah
Kelurahan Malalayang Satu Timur berupa satu set jaring insang permukaan
Kecamatan Malalayang Kota Manado yang digunakan secara bergiliran oleh
dikukuhkan pada tanggal 11 Mei 2011, anggota kelompok.
dengan jumlah anggota saat itu adalah
10 orang dan sekarang telah bertambah Pendapatan Nelayan Kelompok
menjadi 15 orang. Kata Malos itu sendiri Penangkap Ikan Malos 3
berupa singkatan dari Malalayang Kelompok nelayan Malos Tiga
Lorong Orang Sanger; karena sebagian merupakan kelompok nelayan
besar masyarakat di wilayah tersebut penangkap ikan yang memiliki 15
adalah keturunan suku Sangihe. anggota dan memiliki 15 perahu, jaring
Pendirian kelompok ini 10 buah, serta memiliki alat tangkap
didasarkan atas kesadaran akan lainnya seperti pancing. Dalam kegiatan
pentingnya kelompok nelayan dalam melaut satu kelompok terdiri 2 – 3 orang
menanggulangi secara bersama-sama menuju tempat penangkapan di sekitar
resiko usaha penangkapan. Resiko wilayah pantai.
dimaksud, yaitu pembiayaan bersama Setelah prosespersiapan,
atas barang modal, perawatan barang penangkapan ikan dan kembali ke
modal dan pertanggung jawaban daratan, hasil tangkapan berupa ikan
penyalura batuan dari pemerintah terkait. dikumpulkan untuk dijual. Penjualan ikan
Adanya kelompok akan dilakukan di pinggiran pantai menurut
mempermudah pemerintah terkait untuk harga yang berlaku. Konsumen atau
melakukan monitoring dan evaluasi pembeli biasanya datang langsung ke
program batuan yang diberikan kepada Kelompok nelayan untuk melakukan

_______________________________________________________________________________________________________
194 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

transaksi pembelian. Pengukuran yang Tabel 2. Harga Ikan Hasil Tangkapan Kelompok
Nelayan Malos Tiga Berdasarkan Jenis Ikan Ukuran
ditetapkan untuk penggambaran harga Sedang.
dilakukan berdasarkan jumlah ekor ikan Rata-rata Harga
No. Jenis Ikan
dan atau pengukuran menggunakan per Ekor per Ember
ember. 1. Selar 2.000 250.000
2. Layang 1.500 200.000
Penggunaan pengukuran 3. Tongkol 2.000 200.000
menurut jumlah ekor ikan dan 4. Lahoma 2.500 250.000
pengukuran menggunakan ember, Sumber : Data Primer (2015)
dilakukan menurut jumlah ikan hasil Berdasarkan tabel ini,
tangkapan. Jika ikan sedikit maka jika diasumsikan jumlah trip 10
pengukuran menggunakan jumlah ekor kali dalam satu bulan, dengan 10 bulan
ikan yang dipakai, dan jika musim ikan operasi penangkapan ikan, maka
baik maka pengukuran yang digunakan terdapat 100 kali operasi penangkapan
ialah jumlah ember ikan yang dapat ikan. Hasil pengamatan di lokasi
ditampung. penelitian rata-rata penangkapan jika
Penangkapan menggunakan saat sulit ikan hasil tangkapan berkisar
jaring insang permukaan pada Kelompok 30 – 50 ekor, dan jika musim baik hasil
Nelayan Malos Tiga, menghasilkan ikan- tangkapan berkisar 3 – 5 ember ikan.
ikan pelagis kecil dan sedang. Hasil Dengan demikian pendapatan Kelompok
pengamatan di lokasi penelitian, Nelayan Malos Tiga (Tabel 3).
diidentifikasi jenis-jenis ikan pelagis yang Berdasarkan tabel ini pendapatan
sering tertangkap menggunakan jaring Kelompok Nelayan Malos Tiga jika
insang permukaan pada Kelompok penjualan menggunakan satuan ekor
Nelayan Malos Tiga, yaitu : selar, ikan berkisar Rp. 5.000.000 sampai Rp.
layang, tongkol, dan lahoma. 7.500.000 per tahun. Sedangkan
Pendapatan Kelompok Nelayan menggunakan penjualan menggunakan
Malos Tiga ditentukan berdasarkan hasil satuan ember berkisar Rp. 50.000.000
penjualan ikan hasil tangkapan, yaitu : sampai Rp. 75.000.000 per tahun.
Tabel 3. Pendapatan Kelompok Nelayan Malos Tiga Berdasarkan Jenis Ikan Ukuran Sedang.
Rata-rata Harga Pendapatan per Trip Pendapatan per Tahun
No. Jenis Ikan
per Ekor per Ember per 50 Ekor per 5 Ember per 50 Ekor/thn per 5 Ember/thn
1. Selar 1.500 150.000 75.000 750.000 7.500.000 75.000.000
2. Layang 1.000 150.000 50.000 750.000 5.000.000 75.000.000
3. Tongkol 1.250 100.000 62.500 500.000 6.250.000 50.000.000
4. Lahoma 2.000 150.000 100.000 750.000 10.000.000 75.000.000
Sumber : Data Primer (2015) hasil olahan
Sistem Bagi Hasil Sistem bagi hasil sebelum
Penangkapan ikan yang penjualan biasanya hanya untuk ikan
dilakukan Kelompok Nelayan Malos Tiga konsumsi sendiri. Kurangnya hasil
dilakukan bagi hasil sebelum dijual dan tangkapan membuat jumlah ikan tidak
atau sesudah penjualan. Kedua sistem layak dijual, lebih baik ikan hasil
bagi hasil ini dilakukan berdasarkan tangkapan dijadikan lauk-lauk untuk
kesepakatan angota kelompok yang kebutuhan rumah tangga anggota
melakukan aktivitas melaut. Pilihan kelompok yang melakukan aktivitas
membagi hasil sebelum penjualan melaut. Ikan hasil tangkapan yang
dilakukan jika hasil tangkapan kurang. kurang jika dijual kemungkinan hasil
Sedangkan setelah penjualan jika hasil yang didapatkan tidak dapat dijadikan
tangkapan ikan banyak. modal untuk pembelian bahan

_______________________________________________________________________________________________________
195 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

kebutuhan rumah tangga, bahkan bersama. Sehingga hasil penangkapan


membeli ikan untuk lauklauk. Kondisi menggunakan jaring insang permukaan
inilah yang menyebabkan pilihan hasil hibah pemerintah harus dibagi
membagi ikan sebelum penjualan sama rata sama rasa.
dilakukan untuk memberikan pilihan
kepada anggota kelompok, apakah hasil
pembagian ikan akan dijual atau
hasilnya digunakan untuk konsumsi.
Sistem bagi hasil dilakukan
setelah penjualan dilakukan pada hasil
tangkapan banyak. Jumlah hasil
tangkapan banyak atau melimpah
menjadi sasaran konsumen untuk
membeli. Pedagang pengumpul,
konsumen rumah tangga merupakan
pembeli potensial untuk hasil tangkapan
melimpah dari anggota kelompok
nelayan Malos Tiga. Sistem penjualan
mengikuti pengukuran jumlah ekor ikan
dan atau pengukuran menggunakan
satuan ember. Hasil penjualan ikan
kemudian dibagi sama rata terhadap
anggota kelompok yang melakukan
aktivitas melaut.
Pembagian hasil penjualan 50 :
50 telah menjadi kesepakatan bersama.
Anggota kelompok yang turun melaut
akan mendapat bagian yang sama
banyak atau sama jumlah rupiah yang
diterima. Sistem ini juga berlaku pada
pembagian sebelum penjualan untuk
ikan maupun pembagian setelah
penjualan untuk jumlah rupiah tertentu.
Fenomena bagi hasil sama rata sama
rasa menghilangkan hirarki struktur
organisasi. Baik ketua maupun anggota
memiliki hak yang sama dalam bagi hasil
penangkapan. Kondisi ini menjadi
sebuah kenyataan terkait jaring insang
permukaan yang digunakan untuk
operasi penangkapan ini merupakan
hibah dari pemerintah terkait. Hibah
dalam bentuk jaring insang permukaan
untuk operasi penangkapan dipandang
anggota kelompok sebagai barang
modal bersama dan menjadi milik

_______________________________________________________________________________________________________
196 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

KESIMPULAN DAN SARAN 2. Perlu adanya penambahan


Kesimpulan barang modal guna
1. Kelompok nelayan Malos 3 meningkatkan pendapatan dan
merupakan kelompok nelayan yang kesempatan meraih keuntungan
pada anggota kelompok nelayan.
memiliki aktivitas menangkap ikan
dengan bebagai jenis alat tangkap, DAFTAR PUSTAKA
jaring dan pancing. Dahuri, R. (2000) Pendayagunaan Sumberdaya
Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat.
2. Aktivitas kelompok nelayan malos 3, Jakarta: Penerbit Lembaga Informasi dan
tidak hanya melibatkan sesama Studi Pembangunan Indonesia. Dinas
Kelautan, Perikanan.
anggota kelompok saja, hal ini
Hernanto, F. 1995. Ilmu Usaha Nelayan. Penebar
terlihat dalam aktivitas pemasaran Swadaya. Jakarta.
hasil tangkapan dijual ke pasar Nikijuluw, V. P. H. 2001. Potensi dan Sosial Ekonomi
Bahu. Masyarakat Pesisir serta Strategi
Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks
3. Pendapatan kelompok Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara
nelayan didasarkan pada harga Terpadu. Makalah pada Pelatihan
Pengelolaan Pesisir Terpadu. Proyek
yang berlaku dengan menerapkan Pesisir, Pusat kajian sumberdaya pesisir
perhitungan harga yang berlaku dan laut, Institut Pertanian Bogor (IPB) 17
halaman.
terhadap jumlah ekor ikan maupun
Purwanto, E.A.2007. Metode Penelitian Kuantitatif
berdasarkan satuan ember ikan untuk Administrasi Public dan Masalah–
masalah Sosial. Yogyakarta. Penerbit
4. Sistem bagi hasil kelompok nelayan Gaya Media.
menganut sistem sama rata sama Rachman, A. 1982. Rencana Pemerintah dalam
rasa. Anggota kelompok yang Pengembangan Perikanan Laut di
Indonesia dalam Hubungannya dengan
melakukan aktivitas melaut akan Implementasi Wawasan Nusantara.
mendapat bagian yang sama atas Jakarta.
ikan hasil tangkapan maupun Raharjo Y., 1996. Community Base Management di
Wilayah Pesisir Indonesia. Makalah
jumlah rupiah yang sama untuk ikan pelatihan ICZPM. PKSPL-IPB dan Ditjen
hasil penjualan. Bangda Depdagri. Tim Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir P
Saran Satria, A. 2009. Ekologi Politis Nelayan Yogyakarta
1. Perlu adanya iuran atau LKIS.
persentase potongan hasil Suhardiyono, L., 1992. Penyuluhan Petunjuk Bagi
penjualan untuk pemeliharaan Penyuluhan Pernelayanan. Erlangga.
barang modal berupa jaring, Jakarta.
perahu dan peralatan lainnya

_______________________________________________________________________________________________________
197 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________
198 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI


KELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN
KOTA MANADO
Valentino Nelson Lumi1; Victoria E.N. Manoppo2; Martha P. Wasak2
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email : valent_lumi@yahoo.com
Abstract
Pengembangan pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat.Dampak inilah
yang diharapkan dapat dirasakan baik langsung ataupun secara tidak langsung oleh masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken Kepulauan , Kota Manado.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana/ apa dampak pariwisata terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Bunaken.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana/apa dampak pariwisata terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Bunaken.Serta mempelajari/mengidentifikasikan
Setelah dilakukan penelitian dan telah diuji dengan indikator yang digunakan BKKBN dalam pentahapan keluarga
.Hasil penelitian di kelurahan Bunaken dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Taman Nasional Bunaken
masyarakat Kelurahan Bunaken yang berkecimpung di bidang pariwisata sangat terbantu perekonomian mereka
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan sudah tidak ada lagi masyarakat yang dikatakan sangat miskin, dan
sudah ada masyarakat yang memberikan sumbangan baik dalam bentuk material ataupun uang.
Kata Kunci: dampak pariwisata, kesejahteraan masyarakat, Bunaken,

Abstract

Tourism development can also increase income and economic level masyarakat.Dampak this is expected to be felt
either directly or indirectly by the people who lived in the village Bunaken Bunaken District of Islands, Manado.
The problem in this research is how / what the impact of tourism on the level of welfare in the Village Park. The
purpose of this study was to analyze how / what the impact of tourism on the level of welfare in the Village
Bunaken.Serta learn / identify . After doing research and has been tested with the indicators used in the phasing
BKKBN family in the village of Bunaken. The results of the study it can be concluded that the presence of Bunaken
National Park Bunaken Village community working in the field of tourism greatly helped their economies to meet their
daily needs. In fact there is no more people were said to be very poor, and there are already people who contributed
in the form of materials or money.
Keywords: the impact of tourism, public welfare, Bunaken,

PENDAHULUAN maupun perdagangan luar negeri


Pengembangan pariwisata juga (Bappenas, 2008).
dapat meningkatkan pendapatan dan Dampak-dampak inilah yang
tingkat ekonomi masyarakat. Adapun diharapkan dapat dirasakan baik
pengembangan pariwisata di Indonesia langsung ataupun secara tidak langsung
memiliki delapan keuntungan, yaitu oleh masyarakat yang tinggal di
meningkatkan kesempatan berusaha, Kelurahan Bunaken Kecamatan
meningkatkan kesempatan kerja, Bunaken, Kota Manado. Karena wilayah
meningkatkan penerimaan pajak, ini adalah pusat kegiatan dari Taman
meningkatkan pendapatan nasional, Nasional Bunaken (TNB yang
mempercepat proses pemerataan dijadikandestinasi/tujuan wisatawan
pendapatan, meningkatkan nilai tambah asing maupun lokal. Sejauh mana
produk hasil kebudayaan, memperluas dampak keberadaan TNB terhadap
pasar produk dalam negeri dan tingkat kesejahteraan masyarakat di
memberikan dampak multiplier effect kelurahan Bunaken, perlu diarahkan
dalam perekonomian sebagai akibat kegiatan berupa survey untuk
pengeluaran wisatawan, para investor mendapatkan jawaban yang
representatif dan dapat dipertanggung

_______________________________________________________________________________________________________
199 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

jawabkan. Beranjak dari latar belakang, tersebut. Dalam penelitian ini untuk
dapatlah dirumuskan masalah sebagai memperoleh jumlah sampel
berikut : Bagaimana/apa dampak dipergunakan teori Gay yang
pariwisata terhadap tingkat menyatakan bahwa ukuran sampel yang
kesejahteraan masyarakat di kelurahan dapat diterima yaitu untuk populasi yang
Bunaken? jumlahnya relatif kecil, minimal sampel
Adapun tujuan penelitian adalah yang diambil adalah sebesar 5 – 15%
Menganalisis bagaimana/apa dampak dari jumlah populasi (Umar, 2001).
pariwisata terhadap tingkat Pengambilan data akan dilaksanakan
kesejahteraan masyarakat di kelurahan sampling dari 7 lingkungan yang besar di
Bunaken. Bunaken. Data yang akan dikumpulkan
Penelitian yang dilakukan bersifat meliputi data primer dan data sekunder.
deskriptif yakni bertujuan untuk Data primer diperoleh dari responden
memberikan gambaran umum dan dengan mengisi daftar pertanyaan,
konkrit tentang kontribusi/imbas wawancara dan pengamatan di
pariwisata terhadap masyarakat lapangan. Responden yaitu: 5 – 15%
Kelurahan Bunaken pelaku usaha dan profesi di bidang
Dasar penelitian yang digunakan pariwisata, masyarakat umum,
adalah survey. Penelitian ini pemerintah. Sedangkan data sekunder
dilaksanakan di Kelurahan Bunaken, akan dikumpulkan dengan cara
Kecamatan Bunaken Kota Manado mencatat laporan statistik yang ada pada
selama 6 bulan terrhitung mulai lembaga pemerintah setempat.
prasurvei pada bulan oktober sampai Data-data yang akan terkumpul
dengan Ujian Skripsi pada bulan Maret. nantinya dianalisis dengan
Teknik yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif
menggunakan purpose sampling: yaitu dan analisis deskriptif kuantitatif
pengambilan sampel berdasarkan tujuan
itu sendiri. PEMBAHASAN
Dalam makalah ini tujuannya Pariwisata Bunaken dan peluang
dilihat dari dampak pariwisata terhadap ekonomi bagi masyarakat dapat dilihat
masyarakat. dan faktor yang pada tabel berikut:
mempengaruhi dampak pariwisata
Pariwisata Bunaken dan Peluang Ekonomi Bagi Masyarakat
No. Pekerjaan Jumlah pekerja Persentase (%)
1. Karyawan resort 60 14.29
2. Pemilik penginapan / home stay 15 3.57
3. Usaha rental penyewaan
Alat diving dan snorkeling 40 9.52
4. Penjual souvenir 40 9.52
5. Penjual makanan 20 4.76
6. Tukang ojek 30 7.14
7. Guide 25 5.95
8. Tukang kayu 60 14.29
9. Rental perahu motor / speed boat 130 30.95
Jumlah 420 100

_______________________________________________________________________________________________________
200 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

1. Karyawan Resort dengan kebutuhan wisatawan seperti


Dengan adanya resort sebagai cream anti matahari, shampoo, sandal
salah satu fasilitas pendukung untuk jepit, kacamata hitam, dan topi. Ada juga
kenyamanan para wisatawan di Taman warung yang menjual makanan dan
Nasional Bunaken. Masyarakat minuman seperti nasi campur, nasi
Kelurahan Bunaken mendapatkan kuning, mi cakalang, bubur Manado,
dampak positifnya yaitu dapat bekerja midal, gorengan, dan aneka minuman
sebagai karyawan resort yang upahnya hangat dan minuman dingin.
bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. 6. Tukang Ojek
Ojek di kelurahan bunaken
2. Pemilik Penginapan kebanyakan pengojeknya hanya
Semakin lama semakin banyak mengambil waktu untuk mengisi
wisatawan yang datang menyelam di kekosongan waktu luang dari pekerjaan
pulau Bunaken dan berharap dapat yang sebenarnya mereka tekuni. Tapi
tinggal beberapa hari disana. Harapan ada juga yang menjadikannya sebagai
mereka direspons oleh masyarakat pekerjaan sehari-hari.
Bunaken dengan merubah tempat
tinggalnya menjadi homestay yang 7 Guide
disewakan pada para turis baik harian Selain itu penduduk juga terlibat
ataupun secara mingguan. dalam kegiatan pemandu wisata, jasa
transportasi laut, pelatih dan pemandu
3. Rental/penyewaan alat menyelam penyelam (divers). Biasanya guide yang
dan “snorkling” ada sudah bekerjasama dengan pemilik
Pada masa-masa awal speedboat, resort, homestay,
perkembangan aktivitas pariwisata di penyewaan alat diving dan snorkeling.
Bunaken, kebanyakan wisatawan yang
datang untuk menyelam tinggal di 8. Tukang kayu
Manado. Mereka kemudian Di Kelurahan Bunaken untuk
menggunakan perahu motor membuat rumah dari kayu, meja kayu,
menyeberang ke Pulau Bunaken dan lemari kayu, kursi kayu, perahu dan lain-
setelah menyelam mereka kembali dan lain yang terbuat dari kayu.
menginap di Manado lagi.
4. Penjual kerajinan tangan dan baju 9. Rental Kapal /Speedboat
untuk “souvenir” atau buah tangan Wisatawan yang ingin
Di samping itu masyarakat juga berkunjung ke Taman Nasional Bunaken
telah berupaya mendirikan usaha tentu saja mebutuhkan alat transportasi
pendukung kegiatan pariwisata lain. yaitu perahu/ kapal.
Usaha-usaha tersebut selain usaha
penginapan antara lain adalah usaha Dampak Pariwisata
penjualan kaos bernuasa etnik souvenir. Secara umum dapatlah dijelaskan
5. Penjual makanan dan warung kecil- bahwa dampak positif pariwisata
kecilan terhadap kesejahteraan masyarkat di
Masyarakat di kelurahan kelurahan Bunaken adalah sebagai
bunaken ada juga yang mencari nafkah berikut:
dengan usaha warung yang terkait 1. Menyumbang neraca pembayaran

_______________________________________________________________________________________________________
201 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

2. Menyebarkan pembangunan ke penelitian ini dapatlah kami sarankan


daerah-daerah non industry sebagai berikut:
3. Menciptakan kesempatan kerja 1. Keberlanjutan perekonomian
4. Dampak pada pembangunan masyarakat Kelurahan Bunaken yang
ekonomi pada umumnya melalui berkecimpung di bidang pariwisata
dampak penggandaan (multiplier sangat diharapkan perhatian
effect). pemerintah bersama masyarakat
Sedangkan dampak negatif yang setempat dalam menjaga kelestarian
terjadi terhadap sosial budaya meliputi lingkungan kawasan Taman Nasional
beberapa aspek, antara lain : Bunaken. Karena itu merupakan
1. Cara hidup (way of life) kekayaan sumber perekonomian bagi
2. Aspek budaya masyarakat yang ada di kawasan
3. Komunitas Berikut ini adalah Dampak Taman Nasional Bunaken.
Pariwisata terhadap Tingkat 2. Perlu adanya perhatian pemerintah
Kesejahteraan Masyarakat Bunaken. dalam mengfasilitasi usaha mereka
Adapun indikator yang digunakan demi perbaikan status keberadaan
dalam menganalisa tingkat mereka dalam memenuhi kebutuhan
kesejahteraan, yaitu yang digunakan hidupnya. Mereka sangat
oleh BKKBN dalam pentahapan keluarga membutuhkan fasiulitas transportasi
sejahtera meliputi: yang lebih memadai. Sarana
A. Prasejahtera (sangat miskin prasarana yang lebih layak, dan perlu
B. Keluarga Sejahtera I (miskin) adanya fasilitas bank demi lancarnya
C. Keluarga sejahtera II transaksi usaha dan mereka bisa
D. Keluarga Sejahtera III menyisihkan sebagian uang dari
usaha mereka.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian dan DAFTAR PUSTAKA
telah diuji dengan indikator yang
digunakan BKKBN dalam pentahapan Afrianto, M Y. 2009. Tayangan Wisata Kuliner dan
Kepuasan. Surakarta: Universitas Sebelas
keluarga. Hasil penelitian di Kelurahan Maret.
Bunaken dapat disimpulkan bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2008).
Dampak Pariwisata TerhadapPerekonomian
dengan adanya Taman Nasional Nasional. [Online].http://kppo.bappenas.
Bunaken masyarakat Kelurahan go.id/preview/282.
Brenen, J. 2002. Memadu Metode Penelitian kualitatif dan
Bunaken yang berkecimpung di bidang kuantitatif. Penerbit Pustaka Pelajar. Jakarta.
pariwisata sangat terbantu Gamal, S, 2002. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
perekonomian mereka untuk memenuhi Koenjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat,
kebutuhan sehari-hari. Bahkan sudah Jakarta: PT Gramedia, Cet. XIII, 1994.
tidak ada lagi masyarakat yang Mantjoro, E. 1981. Metodologi Penelitian. Pengantar Kuliah
Fakultas Perikanan Universitas Samratulangi.
dikatakan sangat miskin, dan sudah ada Manado.
masyarakat yang memberikan Soekadijo. 1997. Anatomi Pariwisata (Memahami
Pariwisata Sebagai “Sistemic Linkage”). Jakarta
sumbangan baik dalam bentuk material : PT. Gramedia Pustaka Utama.
ataupun uang. Soemardjan, Selo. (1982). Perubahan Sosial di
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadja Mada University
Press.
SARAN Todaro, Michael P 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia
Ketiga. Alih Bahasa: Aminuddin dan
Selanjutnya dari apa yang telah Drs.Mursid.Jakarta: Ghalia Indonesia.
dibahas dan disimpulkan dalam Yuginta D. 2009. Dampak Pengembangan Kawasan
Tambak Udang Terhadap Sosial, Ekonomi,

_______________________________________________________________________________________________________
202 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Budaya dan Lingkungan Masyarakat Sekitar


(Studi Kasus Kawasan Tambak Udang PIR PT.
CP Bahari Lampung)
Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata & Pembangunan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fandeli, C. & Mukhlison . 2000. Pengusahaan Ekowisata.
Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Departemen Komunikasi dan Informatika. 2005.
Pengembangan Ekowisata Bahari. Swamedia
Informatika. http:/www.lin.go.id/news.asp?
kode=290402MzYT0002. 27September2006.
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan. 2002. Kriteria Standar Penilaian
ODTW (Analisis Daerah Operasi). Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam. Departemen
Kehutanan.
Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning: Basics, Concepts,
Cases. Third Edition. Taylor & Francis
Publisher.
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning : An Integrated and
Sustainable Development Approach Van
Nosttrand Reinhold, New York, U.S.A.

_______________________________________________________________________________________________________
203 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________
204 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

NILAI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA BAHOI


KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA
Dieri Tarau1; Jardie A. Andaki2; Steelma V. Rantung2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: itfpikdieritarau@ymail.com

Abstract
Mangrove ecosystem is the main motivator of life in the coastal and marine area. Mangrove not only have
ecological function as providers for aquatic biota but also the place for the spawning ground, nursery ground, and
many kinds of aquatic biota, retaining abration, wind break, tsunami, absorben of waste etch. The social economic
function of mangrove as the fuel producer, industrial basic material, pharmacology, furniture, cosmetic, food, textiles,
glue taner, seed fish, shrimp, crustacean, bird eggs honey and also as the tourism object, conservation, education
and research.
The aim of this research are 1). To indentified the economic benefit of mangrove ecosystem and 2). To
calculate the economic valuation of mangrove ecosystem of Bahoi Village North Minahasa Regency. The basic
method in this research is the case study, the collected data through interview direct observation, literature review,
and the guidance of cost analyze to build beach damn. The retrieval data used purposive sampling. The data are
collected as primary and secondary data. Primary data obtained through interview, questioner and observation the
activities of society related with utilization of mangrove ecosystem.
The primary data are to 1).KPPD Bahoi Management, 2). Marine ecotourism group, 3). The Government of
Bahoi Village. The result research shows the mangrove ecosystem consist of direct use value and indirect use value
as retaining abration and break wave is Rp.60.127.034.000,- can hold out 20 years and the benefit of mangrove will
lost for rehabilitation period is Rp. 137.837.551.000,- / 10 years and income society are lost Rp. 20.862.240.000,- for
10 years and option value of mangrove ecosystem with 28 hectares is Rp.55.322.400,- for 10 years. Total economic
value of mangrove ecosystem at Bahoi Village is Rp. 404.920.912.688,-.
Keywords: Ecosystem, Mangrove, Resources, Economic Valuation

Abstrak
Hutan Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan
lautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia bagi biota perairan yaitu sebagai tempat pemijahan dan
asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah dan lain
sebagainya, fungsi sosial dan ekonomis penting sebagai penghasil bahan bakar, bahan baku industri, obat – obatan,
perabot rumah tangga, kosmetik, makanan, tekstil, lem penyamak kulit dan lainnya, penghasil bibit/benih ikan,
udang, kerang kepiting, telur burung, madu, dan lainnya sebagai kawasan wisata, konservasi, pendidikan dan
penelitian (Dahuri, dkk. 2001)
Penelitian ini bertujuan untuk 1).Mengidentifikasi manfaat ekonomi ekosistem hutan mangrove dan 2).
Menghitung nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Bahoi Kabupaten Minahasa Utara. Metode dasar yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus, metode pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini
adalah dengan adalah wawancara, observasi langsung dan studi pustaka mengenai rehabilitasi dan sumberdaya
hutan mangrove serta pedoman analisis biaya pembangunan Tanggul Pantai dari sumber – sumber yang terkait.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.Data yang dikumpulkan berupa data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian daftar pertanyaan, dan observasi
langsung ke lapangan untuk melihat langsung keadaan hutan mangrove, keadaan masyarakat, dan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di lapangan oleh masyarakat yang terkait dengan pemanfaatan hutan mangrove
Wawancara untuk memperoleh data primer dilakukan pada :1). Pengurus Kelompok Pengelola Pesisir Desa (KPPD)
Bahoi, 2). Kelompok Ekowisata Bahari, 3). Hukum Tua Desa Bahoi.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Bahoi, yaitu terdiri dari
manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi dan gelombang sebesar Rp.60,127,034,000bisa bertahan lebih dari
20 tahun. dan manfaat hutan mangrove yang akan hilang jika hutan mangrove yang ada di Desa Bahoi ditebang
adalah Rp.137.837.551.600,-/10 tahun untuk masa rehabilitasi, dan pendapatan masyarakat yang akan hilang jika
hutan mangrove ditebang adalah Rp.20.862.240.000,-/10 tahun dengan luasan hutan mangrove 28 hektar dan nilai
dari manfaat pilihan sebesar Rp.55.322.400,00/10 tahun,sehingga total dari keseluruhan Nilai Ekonomi ekosistem
hutan mangrove di Desa Bahoi tersebut adalah sebesar Rp.404.920.912.688,00.
Kata Kunci : Ekosistem,Mangrove, Sumberdaya, Nilai Ekonomi

_______________________________________________________________________________________________________
205 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN Salah satu ekosistem utama di


Menurut Peraturan Menteri wilayah pesisir dan lautan adalah ekosistem
Negara Lingkungan Hidup Republik hutan mangrove. Dari sekitar 15,9 juta Ha
Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentang mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem 27% berada di Indonesia. Ekosistem hutan
mangrove terdapat di tiga wilayah iklim
Hutan bahwa Hutan merupakan salah
yakni (a) Zona Katulistiwa antara 10°LU dan
satu Sumber Daya Alam (SDA) yang 5°LS, (b) zona kering hutan tropis atau
mempunyaiperanan sangat penting di sebelah utara dan selatan katulistiwa antara
Indonesia, karena hampir sebagian 25° - 30° LU dan LS, (c) wilayah beriklim
besar wilayahIndonesia berupa hutan. sedang yang pada musim dingin tidak
Walaupun hutan merupakan SDA yang terlalu dingin (Bengen, 2004).
dapatdiperbaharui tetapi Hutan Mangrove merupakan
pemanfaatannya harus tetap dijaga ekosistem utama pendukung kehidupan
secara bijaksanauntuk mempertahankan yang penting di wilayah pesisir dan lautan.
keseimbangan ekosistem yang ada Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai
Indonesia memiliki hutan tropik yang penyedia bagi biota perairan, tempat
produktif dan tinggi nilainya, baik pemijahan dan asuhan bagi berbagai
macam biota, penahan abrasi, amukan
darihasil kayunya maupun nilai flora dan
angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah,
faunanya. pencegah intrusi air laut, dan lain
Kerusakan ekosistem hutan sebagainya, hutan mangrove juga memiliki
umumnya didefinisikan sebagai suatu fungsi sosial dan ekonomis penting sebagai
penurunan kerapatan pohon dan/atau penghasil bahan bakar, bahan baku industri,
meningkatnya kerusakan hutan yang obat – obatan, perabot rumah tangga,
menyebabkan hilangnya hasil-hasil hutan kosmetik, makanan, tekstil, lem penyamak
dan berbagai layanan ekologisnya. kulit dan lainnya, penghasil bibit/benih ikan,
Penyebab umum terjadinya kerusakan udang, kerang kepiting, telur burung, madu,
hutan adalah karena ulah manusia dan dan lainnya sebagai kawasan wisata,
alam. Kerugian utama yang timbul sebagai konservasi, pendidikan dan penelitian
akibat kerusakan dapat berupa kehilangan (Dahuri, dkk., 2001).
produk kayudan non kayu; erosi tanah; Besarnya manfaat yang ada pada
kehilangan unsur hara tanah; pengurangan ekosistem hutan mangrove menjadikannya
kesuburan tanah; penurunan produktifitas sangat rentan terhadap eksploitasi yang
pertanian, perikanan dan transportasi, berlebihan dan degradasi lingkungan yang
penimbunan tanah di bagian hilir; serta cukup parah, sehingga mengakibatkan
kehilangan air karena tingkat larian air yang berkurangnya luasan hutan mangrove untuk
tinggi (water run-off). Mengingat berbagai setiap tahunnya. Pengembangan hutan
keunikan dan manfaatnya bagi kehidupan mangrove sangat diperlukan untuk
manusia serta kerentanannya, maka meningkatkan baik pendapatan ekonomi
pemanfaatan ekosistem hutan memerlukan maupun kondisi sosial masyarakat. Namun
adanya perencanaan yang sangat hati- semua hal ini tidak terlepas dari penilaian,
hati.Prinsip kehati-hatian (precautionary pertimbangan dan analisis lingkungan yang
principle) adalah merupakan kemutlakan baik bagi masyarakat tanpa harus
yang harus direncanakan dan diterapkan memberikan dampak buruk bagi hutan
secara terpadu. Valuasi ekonomi ekosistem mangrove yang telah ada (Kalitouw, 2015).
hutan, dengan demikian diharapkan akan Penilaian atau valuasi ekonomi
menjadi pintu masuk strategi perencanaan adalah suatu upaya untuk memberikan nilai
yangdapat menggambarkan sejauh mana kuantitatif terhadap barang dan jasa yang
pemanfaatan ekosistem hutan dapat dihasilkan oleh sumber daya alam dan
dilakukan.

_______________________________________________________________________________________________________
206 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar ada di Desa Bahoi, agar dapat memberikan
tersedia atau tidak. Menurut paradigma manfaat ekologi dan ekonomi.
neoklasik, nilai ekonomi dapat dilihat dari
sisi kepuasan konsumen dan keuntungan Rumusan Masalah
perusahaan, dengan konsep dasar yang Berdasarkan latar belakang, maka
digunakan, yaitu surplus konsumen dan dapat dirumuskan permasalahan sebagai
surplus produsen.Sedangkan berdasarkan berikut :
pandangan ecological economics tujuan 1. Apa saja manfaat ekonomi dari
penilaian tidak semata terkait dengan ekosistem hutan mangrove di Desa
maksimisasi kesejahteraan individu Bahoi Kabupaten Minahasa Utara
melainkan juga terkait dengan tujuan 2. Berapa nilai ekonomi dari ekosistem
ekologi dan keadilan distribusi. Tujuan hutan mangrove di Desa Bahoi
valuasi ekonomi pada dasarnya adalah Kabupaten Minahasa Utara
membantu pengambilan keputusan untuk
menduga efisiensi ekonomi dari berbagai Tujuan dan Manfaat Penelitian
pemanfaatan yang mungkin dilakukan Tujuan penelitian ini merupakan
terhadap ekosistem yang ada di kawasan rincian lebih lanjut dari masalah yang telah
pesisir dan laut. Pengertian nilai atau value, dirumuskan. Tujuan penelitian ini yaitu :
khususnya menyangkut barang dan jasa 1. Mengidentifikasi manfaat ekonomi
yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan ekosistem hutan mangrove di Desa
lingkungan, memang bisa berbeda jika Bahoi Kabupaten Minahasa Utara.
dipandang dari berbagai disiplin ilmu.Secara 2. Menghitung nilai ekonomi ekosistem
umum, nilai ekonomi dapat didefinisikan hutan mangrove di Desa Bahoi
sebagai pengukuran jumlah maksimum Kabupaten Minahasa Utara.
seseorang ingin mengorbankan barang dan Manfaat yang diharapkan dari
jasa untuk memperoleh barang dan jasa penelitian antara lain :
lainnya (Fauzi 1999, dalam Lewenusa 1. Bidang studi Agrobisnis Perikanan
2011). mendapatkan tambahan pengetahuan
Menyadari pentingnya kawasan khususnya yang terkait dengan nilai
hutan mangrove ini, diperlukan penelitian ekonomi ekosistem hutan mangrove.
untuk mengetahui seberapa besar nilai 2. Menjadi acuan pemanfaatan ekosistem
manfaat ekonomi yang terkandung dari hutan mangrove ; peningkatan nilai
hutan mangrove di Desa Bahoi, hal ini ekonomi ekosistem hutan mangrove
dikarenakan Desa Bahoi termasuk dalam
Daerah Perlindungan Laut (DPL), kondisi Tempat dan Waktu Penelitian
atau keadaan ekosistem hutan mangrove
Tempat Penelitian
tersebut masih dalam kondisi yang baik
Penelitian dilaksanakan di Desa
karena pengelolaannya bukan hanya
Bahoi, Kecamatan Likupang Barat,
Pengurus Kelompok Pengelola Pesisir Desa
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi
(KPPD) yang telah ditunjuk oleh pemerintah
Sulawesi Utara. Lokasi ini dipilih karena
namun masyarakat setempat ikut serta
desa ini memiliki hutan mangrove yang
dalam menjaga, melindungi, memelihara
dikelolah sebagai kawasan konservasi.
dan melestarikan ekosistem hutan
mangrove tersebut.
Hasilnya diharapkan bisa dijadikan Waktu Penelitian
informasi bagi masyarakat maupun Pelaksanaan penelitian ini dimulai
pemerintah dalam pengambilan keputusan dari survei lokasi penelitian, konsultasi dan
dan kebijakan, serta pemanfaatan yang penyusunan rencana kerja penelitian,
tepat untuk kawasan hutan mangrove yang pelaksanaan dalam pengumpulan data,
konsultasi laporan sampai pada ujian hasil
dan ujian komprehensif, diperkirakan ± 6

_______________________________________________________________________________________________________
207 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

bulan yang dimulai sejak bulan Januari 2016 Responden Penelitian


hingga bulan Juni 2016. Responden Jumlah
METODOLOGI PENELITIAN Pengurus KPPD Bahoi 2
Kelompok Ekowisata Bahari Desa Bahoi 2
Metode Penelitian Pemerintah Desa Bahoi 2
Metode dasar yang digunakan LSM Manengkel Solidaritas 2
dalam penelitian ini yaitu studi kasus. Total 8
Studi kasus merupakan penelitian yang Sumber : Data Primer (2016)
dilakukan dengan cara
Metode dan Prosedur Analisis Data
mempelajari/mendalami suatu kasus
Metode analisis data yang
tertentu dengan mengumpulkan
digunakan adalah analisis deskriptif,
beragam sumber informasi (Raco, 2010).
kualitatif dan kuantitatif dengan
Studi Kasus dilaksanakan di Desa Bahoi,
menggunakan Microsoft Excell2010.
Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten
Analisis deskriptif digunakan untuk
Minahasa Utara khususnya pada
mengidentifikasi kondisi aktual hutan
Ekosistem Hutan Mangrove.
mangrove. Nilai ekonomi ekosistem
hutan mangrove tersebut dinilai melalui
Metode Pengumpulan Data
identifikasi manfaat dan fungsi yang
Metode pengumpulan data dan
terkait dengan hutan mangrove serta
informasi dalam penelitian adalah
kuantifikasi nilai manfaat tersebut ke
wawancara, observasi langsung dan
dalam nilai uang.
studi pustaka mengenai rehabilitasi dan
sumberdaya hutan mangrove serta
Identifikasi Manfaat dan Fungsi
pedoman analisis biaya pembangunan
Ekosistem Hutan Mangrove
tanggul pantai dari sumber – sumber
Menurut Benu, dkk., (2011), Nilai
yang terkait. Pengambilan data
guna langsung (direct use value) Nilai
dilakukan dengan menggunakan metode
manfaat langsung adalah nilai yang
purposive sampling.
dihasilkan dari pemanfaatan secara
Data yang dikumpulkan berupa data
primer dan data sekunder. Data primer langsung dari suatu sumberdaya.
diperoleh melalui wawancara, pengisian Manfaat langsung bisa diartikan manfaat
daftar pertanyaan, dan observasi langsung yang dapat dikonsumsi. Nilai manfaat
ke lapangan. Hal ini dilakukan untuk melihat langsung hutan mangrove dihitung
langsung keadaan hutan mangrove, dengan persamaan:
keadaan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di lapangan oleh masyarakat DUV = ∑ DUVi..........................................(1)
yang terkait dengan pemanfaatan hutan
mangrove. Data sekunder yang diperlukan Dimana :
meliputi kondisi geografis lokasi penelitian, DUV = Direct Use Value
keadaan demografi, keadaan sosial DUV 1 = Manfaat Penangkapan Ikan
ekonomi masyarakat, melalui website desa DUV 2 = Manfaat Ikan Olahan
Bahoi, LSM Manengkel Solidaritas dan DUV 3 = Manfaat Penangkapan Kepiting
Statistik Desa Bahoi.
Responden dalam penelitian ini Nilai guna tidak langsung dari hutan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini mangrove dapat diidentifikasi dari manfaat
fisik dan biologisnya serta dari potensi
kawasan hutan mangrove sebagai tujuan
ekowisata. Manfaat fisik dari hutan
mangrove yaitu sebagai penahan abrasi air
laut, sedangkan manfaat biologisnya yaitu

_______________________________________________________________________________________________________
208 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

sebagai tempat pemijahan ikan (spawning Pendekatan ini digunakan untuk


ground), daerah asuhan ikan (nursery menilai manfaat tidak langsung dari hutan
ground) dan sebagai penyedia makanan mangrove.
bagi ikan (feeding ground). Penilaian hutan
mangrove secara fisik diestimasi dari fungsi
hutan mangrove sebagai penahan 3. Contingent value method
abrasi.Nilai ekonomi hutan mangrove Pendekatan CVM digunakan untuk
sebagai penahan abrasi ini diperoleh menghitung nilai dari suatu sumberdaya
berdasarkan pendekatan biaya pengganti yang tidak dijual di pasaran, contohnya nilai
(Replacement cost) pembuatan penahan keberadaan.
abrasi atau Tanggul Pantai. 4. Nilai manfaat ekonomi total
Nilai guna pilihan (option value) Nilai manfaat total dari hutan
untuk hutan mangrove biasanya mangrove merupakan penjumlahan seluruh
menggunakan metode benefit transfer, yaitu nilai ekonomi dari manfaat hutan mangrove
dengan cara menilai perkiraan benefit dari yang telah diidentifikasi
tempat lain (dimana sumberdaya tersedia) dan dikuantifikasikan. Nilai manfaat total
lalu benefit tersebut ditransfer untuk tersebut menggunakan persamaan:
memperoleh perkiraan yang kasar TEV= DV+IV+OV+EV...............................(3)
mengenai manfaat dari lingkungan. Metode
tersebut didekati dengan cara menghitung Dimana:
besarnya nilai keanekaragaman hayati yang TEV = Total economic value
ada pada ekosistem mangrove tersebut. DV = Nilai manfaat langsung
Menurut Ruitenbeek (1991) dalam Fahrudin IV = Nilai manfaat tidak langsung
(1996), hutan mangrove Indonesia OV = Nilai manfaat pilihan
EV = Nilai manfaat keberadaan
mempunyai nilai biodiversity sebesar
US$1,500 per km2. Nilai ini dapat dipakai di
seluruh hutan mangrove yang ada di HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia apabila ekosistem hutan
mangrovenya secara ekologis penting dan Kondisi Umum Daerah Penelitian
tetap dipelihara secara alami. Nilai manfaat Letak Administratif
pilihan ini diperoleh dengan persamaan: Desa Bahoi terletak dipantai utara
merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
OV = US$15 per ha x luas hutan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara,
mangrove................................................(2) Provinsi Sulawesi Utara dan luas wilayah
Desa Bahoi mencapai 186 Ha atau 6,25 Km
Dimana: OV = option value pada ketinggian 3 - 76 m dari permukaan
laut, termasuk wilayah rawa laut dan hutan
Kuantifikasi Manfaat ke dalam Nilai Uang bakau (Mangrove) dengan pemukiman 10
Setelah seluruh manfaat dapat Ha dan luas hutan mencapai 15 Ha yang
diidentifikasi, selanjutnya adalah terletak di sebelah selatan, Desa Bahoi
mengkuantifikasi seluruh manfaat ke dalam berbatasan dengan :
nilai uang dengan beberapa nilai yaitu: Sebelah Utara : Wilayah Desa Serei,
1. Nilai pasar Batu Peli, Selat Lihaga
Pendekatan nilai pasar ini Sebelah Selatan : Batu Krois, Wilayah
digunakan untuk menghitung nilai ekonomi Desa Bulutui, Wilayah
dari komoditas - komoditas yang langsung Desa Mubune
dapat dimanfaatkan dari sumberdaya Sebelah Timur : Selat Lihaga, Napo
mangrove. Bahoi, Napo Ila
2. Harga tidak langsung Sebelah Barat : Jalan Raya Menuju
Desa Serei

_______________________________________________________________________________________________________
209 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Wilayah Desa Bahoi ini terdiri atas


Tiga (3) Jaga dengan pola pemukiman Jenis Pekerjaan Penduduk di Desa Bahoi
terkumpul termasuk desa yang berpotensi Jenis Pekerjaan Persentasi (%)
perkebunan.Iklim yang ada di desa Bahoi, Nelayan 43
sebagaimana iklim yang ada di Indonesia Wiraswasta 11
yaitu iklim tropis dengan dua musim, yaitu Petani 20
musim kemarau dan musim penghujan yang PNS/TNI/POLRI 11
mempunyai pengaruh langsung kepada pola Pegawai 11
Lainnya 4
tanam dan para nelayan yang ada di Desa
Sumber :Website Desa Bahoi(2016)
Bahoi. Suhu rata-rata harian 22 – 240C dan
hujan rata-rata 100 mm/thn, (Website Desa
Bahoi,2016).

Kependudukan
Keadaan penduduk desa Bahoi
dikategorikan Heterogen (masyarakat
majemuk) dapat dilihat pada tabel 2 dan
diagram berikut ini :
Etnis Penduduk di Desa Bahoi
ETNIS JUMLAH
Sitaro,Sangihe & Talaud 417
Diagram Jenis Pekerjaan Penduduk di Desa
Minahasa 13 Bahoi
Gorontalo, Makassar & Ambon 9
Total 439
Sumber :Website Desa Bahoi (2016)
Kondisi Mangrove

Komposisi Jenis Mangrove di Desa


Bahoi
Hutan mangrove di Desa Bahoi
memiliki luasan 28 Hektar, 5 Hektar
termasuk dalam Daerah Perlindungan Laut
(DPL) dan terdapat 12 spesies mangrove
dari 33 spesies nasional, yaitu Aigiceras
floridium, Rhizophora apiculata, Bruguiera
Berdasarkan Tabel 2 dan diagram gymnorrhiza, Rhizophora stylossa,
persentasi di atas dapat dilihat etnis yang Sonneratia alba, Xylocarpus granatum,
mendominasi penduduk di Desa Bahoi Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus
adalah berasal dari etnis Sitaro, Sangihe rumphii, Phempis acidula, Osbornia
dan Talaud yaitu 95%, sedangkan etnis octodonta, Bruguiera parviflora, Heritiera
yang paling sedikit adalah etnis Gorontalo, globos (Time For Planet, 2014). Komposisi
Makassar dan Ambon hanya 2%. jenis mangrove didominasi oleh Rhizophora
mucronata, R. apiculata, Bruguiera
Jumlah Penduduk di Desa Bahoi gymnorrhiza, B. cylindrical, dan Sonneratia
Kepala
Jumlah jiwa
keluarga
alba. Walaupun di desa ini sejak beberapa
Jaga Total tahun belakangan ini sudah mendapat
Laki- Perem-
(KK) intervensi program konservasi mangrove
Laki puan
Jaga 1 72 59 131 44 baik itu dari pemerintah lewat Dinas
Jaga 2 64 66 130 21 Kelautan dan Perikanan provinsi Sulawesi
Jaga 3 100 78 178 46 Utara maupun Kabupaten Minahasa Utara,
TOTAL 236 203 439 111
namun isu-isu perusakan mangrove seperti
Sumber :Website Desa Bahoi (2016). penebangan kayu bakau untuk konsumsi

_______________________________________________________________________________________________________
210 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

warga masih terjadi sampai saat ini (Dien, dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan
2015). Umum Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil tentang Analisis Harga Satuan
Keanekaragaman dan Kerapatan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum
Jenis Mangrove di Desa Bahoi Tahun 2012, dengan harga satuan
Menurut hasil penelitian Dien (2015) Rp.13,398,752/m³ telah diperoleh biaya
dalam tabel 5 memperlihatkan kerapatan sebesar Rp.60,127,034,000, biaya tersebut
jenis dan kerapatan total mangrove di 3 belum termasuk biaya operasional tender,
(tiga) lokasi penelitian di Desa Bahoi. Hasil biaya non-teknis lainnya yang berhubungan
penelitian ini menunjukan bahwa mangrove dengan proses kontrak dan dampak
di Desa Bahoi di dominasi oleh jenis-jenis lingkungan dari proses konstruksi bangunan
seperti Rhizophora mucronata, Rhizophora tanggul pantai
apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera
cylindrical, dan Sonneratia alba. Prediksi Nilai Ekonomi pada
Rehabilitasi Hutan Mangrove
Identifikasi Manfaat Tidak Langsung Hutan mangrove yang telah
Ekosistem Hutan Mangrove ditebang akan kehilangan komponen
Berdasarkan hasil penelitian nilai ekonomi dan peluang kerja bagi masyarakat
ekonomi manfaat tidak langsung hutan yang tinggal di pesisir, khususnya
mangrove dari fungsinya sebagai penahan masyarakat di Desa Bahoi. Pada sisi lain
abrasi diestimasi dari biaya pembangunan hasil rehabilitasi mangrove dalam jangka
Tanggul Pantai. Menurut Kementrian waktu tertentu sudah dapat memberikan
Pekerjaan Umum (2012) Tanggul Pantai manfaat langsung bagi manyarakat yang
adalah struktur pengamanan pantai yang tinggal di wilayah pesisir. RUITENBEEK
dibangun di pantai dalam arah sejajar pantai (1994) dalam Supriyadi, I.H dan
dengan tujuan untuk melindungi dataran Wouthhuyzen, S. (2005)mengatakan
pantai rendah dari genangan yang bahwa, adanya jalur hijau (green belt),
disebabkan oleh air pasang, gelombang dan penanaman kembali (replanting) atau
badai. tebang selektif (selective cutting) dapat
Biaya pembangunan tanggul pantai memperkecil potensi hilangnya nilai
dengan panjang garis pantai Desa Bahoi ekonomi sumberdaya mangrove.
4,487.51 meterdengan daya tahan diatas 20
tahun berdasarkan pedoman yang

Hilangnya Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Bahoi jika ditebang
Mangrove Rehabilitation
Rehabilitation Periods Income People Income People
Resources Periods
(1 Ha)/6 years ( 28 Ha)/6 years (1 Ha)/1 year ( 28 Ha)/1 year
……..…………….. dalam juta rupiah………………………….
Litter – fall - - - -
Mud – crab 43,897,824.00 1,229,139,072.00 8,400,000.00 235,200,000.00
Juvenil - - 1,200,000.00 33,600,000.00
Bait Fish 2,016,000,000.00 56,448,000,000.00 48,150,000.00 1,348,200,000.00
Fish Catch 840,000,000.00 23,520,000,000.00 5,850,000.00 163,800,000.00
Fish Handling - - 7,650,000.00 214,200,000.00

2.899.897.824,00 81.197.139.072,00 71.250.000,00 1.995.000.000,00

Total 324.788.556.288,00 19.950.000.000,00

_______________________________________________________________________________________________________
211 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Mangrove Rehabilitation
Rehabilitation Periods Income People Income People
Resources Periods
(10 Years)
Mangrove
Rehabilitation Periods Rehabilitation Periods Income People Income People
Resources
(1 Ha)/6 years ( 28 Ha)/6 years (1 Ha)/1 year ( 28 Ha)/1 year
……..…………….. dalam juta rupiah………………………….
Litter – fall - - - -
Mud – crab 43,897,824.00 1,229,139,072.00 8,400,000.00 235,200,000.00
Juvenil - - 1,200,000.00 33,600,000.00
Bait Fish 2,016,000,000.00 56,448,000,000.00 48,150,000.00 1,348,200,000.00
Fish Catch 840,000,000.00 23,520,000,000.00 5,850,000.00 163,800,000.00
Fish Handling - - 7,650,000.00 214,200,000.00

2.899.897.824,00 81.197.139.072,00 71.250.000,00 1.995.000.000,00

Total 19.950.000.000,00
324.788.556.288,00
(10 Years)
Sumber :Data Primer (2016)

Hasil analisis berdasarkan tabel di mangrove ini. Menurut Ruitenbeek (1991)


atas, nilai ekonomi yang akan hilang jika dalam Fahrudin (1996) hutan mangrove
hutan mangrove yang ada di Desa Bahoi Indonesia mempunyai nilai biodiversity
ditebang adalah Rp.81.197.139.072,00,- sebesar US$1,500 per km2 atau US$15 per
untuk periode rehabilitasi dalam waktu 6 ha per tahunnya. Nilai ini dapat dipakai
tahun atau Rp.13.532.856.512,00,-/tahun, diseluruh hutan mangrove yang ada di
jika dikalikan dengan 10 tahun maka seluruh wilayah Indonesia apabila
diperoleh hasil sebesar ekosistem hutan mangrovenya secara
Rp.324.788.556.288,00,- dan pendapatan ekologis penting dan tetap terpelihara
masyarakat yang akan hilang jika hutan secara alami.
mangrove dalam periode rehabilitasi adalah Nilai total dari manfaat biodiversity
Rp.1.995.000.000,00,-/tahun atau sebesar ini didapat dengan cara mengalikan nilai
Rp. 19.950.000.000,00,-/10 tahun dengan manfaatnya yaitu US$15 per hektar per
luasan hutan mangrove 28 hektar di Desa tahun dengan nilai tukar rupiah terhadap
Bahoi dolar AS yaitu Rp.13.172,00 (pada 10 Juli
2016), sehingga didapat nilai sebesar
Manfaat Pilihan Ekosistem Hutan Rp. 197.580,00. Hasil tersebut dikalikan
Mangrove di Desa Bahoi dengan luas total dari ekosistem hutan
Manfaat pilihan pada ekosistem mangrove yang ada saat ini yaitu seluas 28
hutan mangrove yang ada di Desa Bahoi Ha. Dengan demikian nilai total dari manfaat
dapat didekati dengan menggunakan biodiversity pada hutan mengrove di Desa
metode benefit transfer, yaitu dengan cara Bahoi sebesar Rp.5.532.240,00 per tahun.
menilai perkiraan benefit dari tempat lain Jika dihitung dalam sepuluh tahun, maka
(dimana sumberdaya tersedia) kemudian Rp.5.532.240,00 dikalikan dengan 10,
benefit tersebut ditransfer untuk hasilnya sebesar Rp.55.322.400 per
memperoleh perkiraan yang kasar sepuluh tahun.
mengenai manfaat dari lingkungan. Metode
tersebut didekati dengan cara menghitung Nilai Manfaat Total Ekosistem Hutan
dari manfaat keanekaragaman hayati Mangrove
(biodiversity) yang ada pada kawasan

_______________________________________________________________________________________________________
212 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Nilai manfaat total dari hutan manfaat potensi kayu. Proporsi manfaat
mangrove merupakan penjumlahan dari total dari hutan mangrove Desa Bahoi
manfaat-manfaat hutan mangrove yang tampak padaTabel di bawah ini
telah diidentifikasi dan dikuantifikasi selain

Total Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Bahoi


Nilai Manfaat (Rp)/
No. Jenis Manfaat
10 Tahun
Manfaat Tidak Langsung sebagai
1. 60,127,034,000,00
Penahan Abrasi /Tanggul Pantai
Manfaat Langsung
2. 324.788.556.288,00
Rehabilitasi
4. Pendapatan Masyarakat 19.950.000.000,00
5. Manfaat Pilihan 55.322.400,00
TOTAL 404.920.912.688,00
Sumber :Data Primer (2016)

Berdasarkan hasil penelitian yang penghasil bahan bakar, bahan baku


ditampilkan pada tabel 9 di atas, dapat industri, obat–obatan, perabot rumah
dilihat bahwa total nilai ekonomi ekosistem tangga, kosmetik, makanan, tekstil, lem
hutan mangrove yang ada di Desa Bahoi, penyamak kulit dan lainnya, penghasil
Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten bibit/benih ikan, udang, kerang kepiting,
Minahasa Utara yang diidentifikasi dari telur burung, madu, dan lainnya sebagai
biaya sebagai penahan abrasi atau tanggul kawasan wisata, konservasi, pendidikan
pantai sebesar Rp.60,127,034,000,-biaya dan penelitian.
rehabilitasi sebesar Rp. 2. Hutan mangrove di Desa Bahoi memiliki
324.788.556.288,00/10 tahun. luasan 28 Hektar, 5 Hektar termasuk
Pendapatan Masyarakat (income dalam Daerah Perlindungan Laut (DPL)
people) sebesarRp.19.950.000.000,00/10 dan terdapat 12 spesies mangrove dari
tahun, dan nilai dari manfaat pilihan sebesar 33 spesies nasional, yaitu Aigiceras
Rp.55.322.400,00/10 tahun, maka total dari floridium, Rhizophora apiculata,
keseluruhan biaya tersebut adalah Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora
Rp.404.920.912.688,00 stylossa, Sonneratia alba, Xylocarpus
granatum, Xylocarpus moluccensis,
Xylocarpus rumphii, Phempis acidula,
Osbornia octodonta, Bruguiera
parviflora, Heritiera globosa (Time For
KESIMPULAN DAN SARAN Planet, 2014).
Kesimpulan 3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
1. Hutan Mangrove merupakan ekosistem Total nilai ekonomi ekosistem hutan
utama pendukung kehidupan yang mangrove di Desa Bahoi, yaitu terdiri
penting di wilayah pesisir dan lautan. dari manfaat tidak langsung sebagai
Selain mempunyai fungsi ekologis penahan abrasi sebesar
sebagai penyedia bagi biota perairan, Rp.60,127,034,000 yang bisa bertahan
tempat pemijahan dan asuhan bagi hingga 20 tahun lebih dan manfaat
berbagai macam biota, penahan abrasi, hutan mangrove yang akanhilang jika
amukan angin taufan, dan tsunami, hutan mangrove yang ada di Desa
penyerap limbah dan lain sebagainya, Bahoi ditebang adalah Rp.
hutan mangrove juga memiliki fungsi 324.788.556.288,00,-/10 tahun untuk
sosial dan ekonomis penting sebagai masa rehabilitasi, dan pendapatan
masyarakat yang akan hilang jika hutan
_______________________________________________________________________________________________________
213 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

mangrove ditebang adalah Rp. Kelautan UNSRAT. Manado. Jurnal Ilmiah


19.950.000.000,00,-/10 tahun dengan Platax.Vol.3:(2). ISSN: 2302-3589
luasan hutan mangrove 28 hektar dan Good Planet Foundation. 2014. Project Information
nilai dari manfaat pilihan sebesar Time For The Planet. For Internal Use
Rp.55.322.400,00/10 tahun, Total dari Only.
keseluruhan Nilai Ekonomi ekosistem
hutan mangrove di Desa Bahoi tersebut Harahab, N. 2010.Penilaian Ekonomi Ekosistem
Hutan Mangrove & Aplikasinya Dalam
adalah sebesar Rp.404.920.912.688,00. Perencanaan Wilayah Pesisir.Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih http://bahoi.desasulut.id/wilayah-desa/, Website
Desa Bahoi Kabupaten Minahasa Utara.
komprehensif untuk menilai secara total
Dibuat Oleh Mahasiswa KKT 111 UNSRAT.
atau Nilai Total Ekonomi (NTE) di unduh tanggal 26 Mei 2016, Pukul 15.24
Ekosistem Hutan Mangrove di Desa WITA.
Bahoi, Kecamatan Likupang Barat,
Kabupaten Minahasa Utara. http://dapurilmiah.blogspot.co.id/2014/06/analisis-
data-kualitatif.html, Kumpulan Penelitian
2. Perlu adanya dukungan pemerintah
Ilmiah Analisis Data Kualitatif. Blogger :
daerah/kabupaten agar dibentuk Amiruddun Alatas. Sumenep, Jawa Timur.
peraturan daerah tentang perlindungan 2009. di unduh tanggal 06 Januari 2016.
dan pelestarian ekosistem hutan Pukul 10.30 WITA.
mangrove di tingkat Kabupaten.
Kalitouw, Windha D. 2015.Valuasi Ekonomi Hutan
3. Perlu adanya kerjasama dalam hal
Mangrove Di Desa Tiwoho Kecamatan
promosi ekowisata hutan mangrove di Wori Kabupaten Minahasa Utara.Fakultas
Desa Bahoi oleh pihak pemerintah, Pertanian.UNSRAT.Manado.
akademisi dan masyarakat Desa Bahoi.
Kementrian Pekerjaan Umum. Pedoman Bahan
Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
DAFTAR PUSTAKA tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Andaki, J.A., 2012. Masyarakat Pantai Kota Manado (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum Tahun
Pasca Reklamasi. Disertasi. Universitas 2012.
Padjajaran. Bandung
Lewenussa, I. S., 2011. Valuasi Ekonomi
Benu, O. L. S., Timban, J., Kaunang, R., Ahmad, F. Sumberdaya Perikanan dan
Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Lingkungan.Universitas Pattimura.Ambon.
Mangrove Di Desa Palaes Kecamatan
Likupang Barat. ASE-Volume 7 Nomor 2, Marvasti, A.B., 2004. Qualitative Research in
Mei 2011 : 29 – 38. Sosiology An Introduction. Sage
Publications. London. Thousand Oaks.
Bengen, D.G., 2002. Sinopsis Ekosistem dan New Delhi.
Sumberdaya Alam Pesisirdan Laut Serta
Prinsip Pengelolaannya.PKSPL-IPB. Moleong, L.J., 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bogor. Edisi Revisi. Cetakan Keduapuluh Enam.
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Bengen, Dietrech G. 2004. Pedoman Teknis Bandung.
Pengenalan dan PengelolaanEkosistem
Mangrove.PKSPL-IPB. Bogor. Muhidin, S.A. dan Abdurahman, M. 2007. Analisis
Korelasi Regresi, dan Jalur Dalam
Dahuri, R., Rais, J., S. P Ginting. dan M. J Sitepu. Penelitian. Pustaka Setia Bandung.
2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Bandung.
dan Lautan Secara Terpadu. Balai Pustaka,
Bogor. Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and
Sustainable Development.The World Bank.
Dien, A.M.H. 2015.Profil Ekosistem Mangrove Di Washington DC.
Desa Bahoi Kabupaten Minahasa
Utara.Fakultas Perikanan dan Ilmu Nurfatriani F., 2006. Konsep Nilai Ekonomi Total dan
Metode Penilaian Sumberdaya Hutan.

_______________________________________________________________________________________________________
214 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Puslit Sosial Ekonomi dan Kebijakan Sribianti, I., 2008. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
Hutan.16 Hal. Studi Kasus Valuasi Ekonomi Kawasan
Hutan Mangrove Manili Kabupaten Luwu
Nuri N.A., 2012. Metode dan Model Penelitian Timur.JurnalSains & Teknologi.Vol. 8. No: 3
Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin :186-192
Konsep Cantik Orang Sunda di Banjarsari.
Universitas Pendidikan Indonesia. Suparmoko, M., 2009.Ekonomi Lingkungan
(Pengertian, Manfaat dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Metodologi).Bahan Pelatihan Ekonomi
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Untuk
TentangPanduan Valuasi Ekonomi Para Pembuat Kebijakan. Bogor 10-12
Ekosistem Hutan Maret 2009.

Raco J. R., 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Supriyadi, I.H dan Wouthhuyzen, S., 2005.Penilaian
GRASINDO. Jakarta Ekonomi Sumberdaya Mangrove di Teluk
Kotania, Seram Barat, Provinsi Maluku.
Santoso, D., 2005. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Oseanologi dan Limnologi LIPI.No.38 : 1 –
di Kawasan Pondok Bali, Desa Legonkulun, 21.
Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Skripsi.FakultasPerikanan dan Ilmu Zen, L.W., dan Ulfa, F., 2015. Valuasi Ekonomi
Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor Hutan Mangrove Di Pulau Dompak Kota
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan
Saparinto, C., 2007. Pendayagunaan Ekosistem Riau.Universitas Maritim Raja
Mangrove. Dahara Prize. Semarang. Ali.Tanjungpinang.

_______________________________________________________________________________________________________
215 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________
216 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

POTENSI EKOWISATA BAHARI DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT DESA


BAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA
Cindy S. Walandouw1; Jardie A. Andaki2; Olvie V. Kotambunan2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: walandouwcindy@yahoo.com

Abstract
This study aims to identify the potential for marine ecotourism located in the village of Marine Protected
Areas Bahoi Likupang Western District of North Minahasa Regency and determine the contributing factors to the
potential of marine ecotourism in the village of Marine Protected Areas Bahoi Likupang Western District of North
Minahasa regency. The results based on the analysis of SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) the factor
of the power potential of marine ecotourism in protected village Bahoi namely: (1) the existence of mangrove,
seagrass and coral reefs that are potentially used as tourist attraction, (2) the naturalness and authenticity of the
region DPL Village Bahoi, (3) the appeal and beauty of the sea, (4) government policies through village regulations
that favor the development of marine ecotourism, (5) There is a group of business Coastal Village and Group
business Ecotourism supporting and regulating the activities of ecotourism development nautical Village Bahoi, (6)
cultural attractions of the community as a visitor attraction. (7) The access road is good, (8) Access good and
adequate, (9) The availability of human resources as a potential workforce. There is also the disadvantage that there
are factors that are still lacking and the promotion of facilities and infrastructures are inadequate as the carrying
capacity of marine ecotourism development in the village of Marine Protected Areas Bahoi.
Keywords : Potential, Ecotourism, Ecosystem

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ekowisata bahari yang terdapat di Daerah
Perlindungan Laut Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara serta menentukan faktor
pendukung terhadap potensi ekowisata bahari di Daerah Perlindungan Laut Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat
Kabupaten Minahasa Utara. Hasil penelitian berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath)
maka faktor kekuatan potensi ekowisata bahari di DPL Desa Bahoi yaitu : (1) keberadaan ekosistem mangrove,
lamun dan terumbu karang yang potensial dijadikan obyek wisata, (2) kealamian dan keaslian kawasan DPL Desa
Bahoi, (3) daya tarik dan keindahan bawah laut, (4) kebijakan pemerintah lewat peraturan desa yang
menguntungkan pengembangan ekowisata bahari, (5) Adanya Kelompok Pengelola Pesisir Desa dan Kelompok
Pengelola Ekowisata yang mendukung dan mengatur kegiatan pengembangan ekowisata bahari di Desa Bahoi, (6)
Atraksi budaya dari masyarakat sebagai daya tarik pengunjung. (7) Akses jalan yang baik, (8) Akses jaringan yang
baik dan memadai, (9) Tersedianya sumberdaya manusia yang berpotensi sebagai tenaga kerja. Adapula terdapat
faktor kelemahan yaitu promosi yang masih kurang serta sarana dan prasana yang belum memadai sebagai daya
dukung pengembangan ekowisata bahari di DPL Desa Bahoi.
Kata Kunci : Potensi, Ekowisata, Ekosistem

PENDAHULUAN Keberagaman sumber daya alam


Potensi sumberdaya dan ekosistem Sulawesi Utara merupakan kekuatan yang
di wilayah pesisir perlu dikembangkan dan berpotensi untuk dikembangkan terutama
dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat dalam bidang ekowisata. Salah satu desa
melalui upaya konservasi sumber daya alam yang memiliki DPL adalah Desa Bahoi.
hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai Desa Bahoi masuk dalam wilayah
keseimbangan antara perlindungan, dan administrasi Kecamatan Likupang Barat,
pemanfaatan secara lestari (Rasyid, 2013). Kabupaten Minahasa Utara. Desa Bahoi
Salah satu upaya konservasi adalah dengan memiliki struktur ekosistem wilayah pesisir
membentuk DPL (Daerah Perlindungan yang lengkap seperti hutan mangrove,
Laut). DPL diyakini sebagai salah satu padang lamun dan terumbu karang yang
upaya yang efektif dalam mengurangi merupakan pembentuk mata rantai
kerusakan ekosistem pesisir, yaitu dengan ketahanan pangan laut. Daerah
melindungi habitat penting di wilayah pesisir Perlindungan Laut (DPL) di Desa Bahoi
(Khotijah, 2012). berpotensi untuk dikembangkan kegiatan
wisata. Salah satu jenis kegiatan wisata

_______________________________________________________________________________________________________
217 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

adalah ekowisata. Ekowisata merupakan dan kebijakan, serta pemanfaatan yang


konsep yang dapat dikembangkan sebagai tepat untuk kawasan hutan mangrove yang
usaha pengelolaan wilayah pesisir dan laut ada di Desa Bahoi, agar dapat memberikan
karena ekowisata menerapkan prinsip manfaat ekologi dan ekonomi.
konservasi (Tuwo, 2011).
Desa Bahoi adalah desa yang mulai
mengembangkan kegiatan ekowisata METODOLOGI PENELITIAN
sebagai wujud dari upaya konservasi, Metode penelitian pada dasarnya
meskipun demikian kegiatan ekowisata di merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
Desa Bahoi belum tertata dengan baik data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
karena masih ada beberapa hal yang perlu (Santoso, 2005). Metode yang digunakan
dibenahi dan dilihat dari adanya potensi di dalam penelitian ini adalah metode survei.
DPL yang belum dikembangkan untuk Menurut Hamdi dan Baharudin (2012),
kegiatan ekowisata. Oleh karena perlu survei adalah suatu penelitian yang
dilakukan penelituian untuk penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data
mengetahui potensi ekowisata bahari yang dan menafsirkan data secara umum sebagai
ada di Daerah Perlindungan Laut Desa apa yang tersedia di lapangan.
Bahoi Kecamatan Likupang Barat Data yang dikumpulkan berupa data
Kabupaten Minahasa Utara. primer dan data sekunder. Data primer
yang ada di kawasan pesisir dan adalah data yang diperoleh secara langsung
laut. Pengertian nilai atau value, khususnya melalui proses wawancara terhadap
menyangkut barang dan jasa yang responden dalam hal ini terdidri dari ketua
dihasilkan oleh sumberdaya alam dan kelompok pengelola pesisir Desa Bahoi,
lingkungan, memang bisa berbeda jika ketua kelompok pengelola ekowisata dan
dipandang dari berbagai disiplin ilmu.Secara hukum tua Desa Bahoi. Sedangkan data
umum, nilai ekonomi dapat didefinisikan sekunder diperoleh dengan mengutip data
sebagai pengukuran jumlah maksimum statistik yang ada di kantor Desa Bahoi.
seseorang ingin mengorbankan barang dan Pengambilan sampel dilakukan
jasa untuk memperoleh barang dan jasa dengan menggunakan purposive sampling.
lainnya (Fauzi 1999, dalam Lewenusa Singarimbun dan Effendi (1982)
2011). mengatakan bahwa purposive sampling
Menyadari pentingnya kawasan yaitu pengambilan sampel secara sengaja
hutan mangrove ini, diperlukan penelitian dengan menentukan bagian tertentu dalam
untuk mengetahui seberapa besar nilai populasi responden. Sedangkan metode
manfaat ekonomi yang terkandung dari analisis yang digunakan adalah analisi
hutan mangrove di Desa Bahoi, hal ini SWOT. Menurut Mulyadi (2014), metode
dikarenakan Desa Bahoi termasuk dalam analisis yang digunakan dalam penelitian ini
Daerah Perlindungan Laut (DPL), kondisi ialah analisis SWOT. Analisis SWOT
atau keadaan ekosistem hutan mangrove merupakan instrumen perencanaan
tersebut masih dalam kondisi yang baik strategis klasik terdiri dari analisis strength
karena pengelolaannya bukan hanya (kekuatan), weakness (kelemahan),
Pengurus Kelompok Pengelola Pesisir Desa opportuinity (peluang), dan threat
(KPPD) yang telah ditunjuk oleh pemerintah (ancaman), . Analisis SWOT digunakan
namun masyarakat setempat ikut serta untuk melihat potensi ekowisata di Daerah
dalam menjaga, melindungi, memelihara Perlindungan Laut (DPL) Desa Bahoi.
dan melestarikan ekosistem hutan
mangrove tersebut.
Hasilnya diharapkan bisa dijadikan
informasi bagi masyarakat maupun
pemerintah dalam pengambilan keputusan

_______________________________________________________________________________________________________
218 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

HASIL DAN PEMBAHASAN di Jaga 3 berjumlah 178 jiwa dengan


Keadaan Penduduk Desa Bahoi laki-laki 100 jiwa dan perempuan 78 jiwa.
Keadaan penduduk desa Bahoi
dikategorikan Heterogen (masyarakat Tingkat Pendidikan
majemuk) yang terdiri dari etnis: Pendidikan merupakan upaya
1. Sitaro, Sangihe dan Talaud = 95% dalam membimbing manusia yang belum
2. Minahasa = 3% dewasa ke arah kedewasaan.
3. Gorontalo, Makassar, Ambon Pendidikan merupakan faktor penting
yang patut dipertimbangkan dalam
Jumlah Penduduk pengembangan ekowisata bahari di
Penduduk adalah orang-orang Desa Bahoi. Pentingnya pendidikan
yang berada di dalam suatu wilayah dapat mempengaruhi kualitas
yang terikat oleh aturan-aturan yang sumberdaya manusia yang ada. Tingkat
berlaku dan saling berinteraksi satu pendidikan masyarakat Desa Bahoi agar
sama lain secara terus menerus/kontinu. dapat dipahami dan dimengerti dapat
Dalam sosiologi, penduduk adalah dilihat pada diagram berikut :
kumpulan manusia yang menempati
wilayah geografi dan ruang tertentu.
Bicara mengenai penduduk tak pernah
lepas dari pertumbuhan penduduk
tersebut.
Pertumbuhan penduduk dan
jumlah penduduk di suatu wilayah di
pengaruhi oleh empat faktor yaitu
kelahiran, kematian, migrasi masuk dan
migrasi keluar. Faktor paling dominan
yang mempengaruhi pertumbuhan Melalui data di atas dapat
penduduk adalah ke-lahiran dan dikatakan bahwa wajib belajar di Desa
kematian, sedangkan migrasi masuk dan Bahoi belum berjalan dengan baik
migrasi keluar sangatlah rendah (Tuwo, karena masih banyak penduduk yang
2011). hanya lulusan SD. Hal ini disebabkan
Jumlah penduduk di suatu masih ku-rangnya fasilitas pendidikan
daerah akan mempengaruhi tingkat tingkat SMP dan SMA. Masyarakat yang
kesejahteraan masyarakat.Jumlah ingin melanjutkan sekolah harus
penduduk yang ada di Desa Bahoi dapat menambah biaya transpor karna mereka
dilihat pada tabel berikut : harus pergi keluar desa dan bersekolah
Jumlah Jiwa
No. Jaga
L P
Total di desa Likupang.
1 Jaga 1 72 59 131
2 Jaga 2 64 66 130 Mata Pencaharian
3 Jaga 3 100 78 178 Mata pencaharian atau
Jumlah 236 202 439
Sumber : Data Sekunder Desa Bahoi 2016
pekerjaan merupakan hal yang sangat
penting bagi manusia. Pekerjaan adalah
Berdasarkan data pada tabel sesuatu yang dilakukan oleh manusia
yang ada di atas dapat disimpulkan untuk tujuan tertentu yang dilakukan
bahwa jumlah penduduk yang ada di dengan cara yang baik dan benar.
Desa Bahoi yang paling banyak berada Manusia perlu bekerja untuk

_______________________________________________________________________________________________________
219 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

mempertahankan hidupnya. Mata mulai merintis kegiatan pelestarian dan


pencaharian masyarakat yang ada di perlindungan kawasan pesisir yang
Desa Bahoi dapat dilihat pada tabel didanai oleh Program Nasional
berikut : Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Mandiri Pedesaan (PNPM LMP).
1. Petani 24
Daerah Perlindungan Laut Desa
2. Nelayan 86
3. Tukang 20 Bahoi dibagi dalam dua zona yaitu zona
4. Usaha Kecil 22 inti dan zona penyangga. Pada area
5. Swasta 21 zona inti kegiatan penangkapan ikan dan
6. Peternak 24
aktivitas pengambilan sumberdaya alam
7. PNS 14
8. Sopir dan Ojek 6 laut lainnya sama sekali tidak
Jumlah 217 diperbolehkan, begitu pula kegiatan yang
Sumber : Data Sekunder Desa Bahoi, 2016 merusak terumbu karang, seperti
pengambilan karang, pelepasan jangkar
Berdasarkan data di atas bahwa serta penggunaan galah untuk
pekerjaan masyarakat desa Bahoi paling mendorong perahu juga tidak
banyak adalah sebagai nelayan dengan diperbolehkan.. Di Zona penyangga,
jumlah 86 jiwa. Hal ini disebabkan yang merupakan zona di sekeliling zona
karena masih banyak masyarakat desa inti, kegiatan penangkapan ikan
Bahoi yang hanya lulusan sekolah dasar diperbolehkan tetapi dengan
(SD) sehingga untuk bekerja sebagai menggunakan alat-alat tradisional saja.
PNS atau bekerja di perusahaan minimal Pembentukan DPL mengajarkan
masyarakat harus memiliki ijazah kepada masyarakat tentang cara
Sekolah Menengah Atas (SMA). Letak pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
Desa Bahoi yang berada di pesisir pantai kelautan yang berkelanjutan. Terbukti
menymbuat kebanyakan masyarakat dari 31 desa hanya Desa Bahoi yang
hanya menggantungkan mata mampu mempertahankan DPL nya
pencaharian mereka sebagai nelayan sampai saat ini. Dampak dari DPL selain
dan hasil laut lainya. peningkatan produksi perikanan juja
pada tahun 2011 masyarakat Desa
Potensi Ekowisata Bahari di DPL Bahoi dapat berbangga karena Bahoi
Desa Bahoi mendapatkan penghargaan “Adi Bakti
Pada tahun 1999, Desa Bahoi Mina Bahari”. Perlahan masyarakat desa
bersama dengan 30 desa lainnya Bahoi telah menikmati hasil dengan
diarahkan sebagai wilayah Daerah tersedianya DPL. Saat ini masyarakat
Perlindungan Laut (DPL). Melalui sudah mulai menerima manfaat dari
program Coastal Resources keberadaan DPL sebagai bank ikan.
Management Project (CRMP), warga Melindungi laut merupakan upaya tidak
desa mendapat sejumlah kegiatan dan hanya untuk kehidupan saat ini namun
sosialisasi. Program ini menjadi juga untuk kehidupan generasi yang
barometer bagi desa-desa dipesisir akan datang.
untuk melihat sejauh mana mereka Kegiatan ekowisata di Desa
mampu mengelola potensi yang ada. Bahoi dimulai pada tahun 2010 melalui
Perdes tentang DPL kemudian bantuan Program Nasional
ditetapkan pada tahun 2003, dengan Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan
luas DPL mencapai 10 hektar. Pada Mandiri Perdesaan (PNPM LMP) oleh
tahun 2003, masyarakat di Desa Bahoi

_______________________________________________________________________________________________________
220 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Direktorat Jenderal Pemberdayaan


Masyarakat dan Desa, Kementerian
Dalam Negeri. Pada tahun 2010
merupakan awal dibentuk dan
dimulainya kegiatan kelompok pengelola
ekowisata berbasis masyarakat di Desa
Bahoi. Paket wisata yang disodorkan
Jenis mangrove yang menonjol
antara lain perjalanan ke DPL di areal
di desa Bahoi adalah tipe Rhizophora
terumbu karang, wisata mangrove,
mencapai tinggi berkisar antara 8-15 m
diving dan snorkeling. Sebagai desa
dengan diameter 18-25 cm. Ekosistem
pesisir laut, masyarakat Desa Bahoi
mangrove di Desa Bahoi berfungsi
hidup dari hasil laut, sehingga laut perlu
sebagai pelindung pantai dari bahaya
dijaga keberadaanya melalui Daerah
tsunami, sebagai penahan abrasi,
Perlindungan Laut. Daerah Perlindungan
sebagai tempat berlindung dan tempat
Laut Desa Bahoi memiliki ekosistem
mencari makan dari berbagai organisme.
pesisr yang lengkap yaitu mangrove,
Ekosistem mangrove di Desa
lamun, dan terumbu karang yang
Bahoi juga berpotensi sebagai tempat
berpotensi untuk dikembangkan untuk
wisata karena adanya kawasan pasir
kegiatan ekowisata bahari.
putih yang berada ditengah-tengah
mangrove serta adanya gazebo yang
Ekosistem Mangrove
dibuat ditengah mangrove untuk menarik
Ekosistem mangrove adalah
perhatian wisatawan. Adapun akses
suatu sistem di alam tempat
jalan masuk dari ujung perkampungan
berlangsungnya kehidupan yang
yang telah dibuat sedemikian rupa oleh
mencerminkan hubungan timbal balik
masyarakat dengan menggunakan
antara makhluk hidup dengan
jembatan sepanjang 100 meter yang
lingkungannya dan diantara makhluk
dapat memudahkan akses masuk untuk
hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah
menikmati keanekaragaman mangrove
pesisir, terpengaruh pasang surut air
yang ada.
laut, dan didominasi oleh spesies pohon
Kondisi ekosistem mangrove
atau semak yang khas dan mampu
yang ada di DPL masih terjaga
tumbuh dalam perairan asin/payau
kealamiahannya. Hal ini didukung oleh
(Santoso, 2000).
partisipasi masyarakat yang aktif untuk
Luas ekosistem mangrove yang
menjaga dan melestarikan ekosistem
terdapat di DPL Desa Bahoi yaitu 5
mangrove yang ada. Apabila ada yang
hektar. Menurut Anonimus, 2014
ingin merusak dan menebang pohon
terdapat 12 spesies mangrove yaitu : (1)
mangrove maka akan dikenakan sanksi
Aegiceras floridum, (2) Rhizophora
yaitu tebang 1 tanam 10 serta adapun
apiculata, (3) Rhizophora stylosa, (4)
sanksi lainnya yang diatur dalam Perdes
Phempis acidula, (5) Sonneratia alba, (6)
Bahoi No.02 Tahun 2010 yang ada.
Xylocarpus granatum, (7) Xylocarpus
moluccencis, (8 )Xylocarpus rumphii (9)
Bruguiera gymnorrhiza, (10) Bruguiera
parviflora, (11) Heriteia globosa, (12)
Osbornia octodonta

_______________________________________________________________________________________________________
221 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Ekosisitem Terumbu Karang


Menurut Tuwo (2011) , terumbu
karang adalah bangunan kapur besar yang
dibentuk dan dihasilkan oleh hewan karang
dan biota berkapur lainnya, sehingga
membentuk suatau ekosistem yang kompak
sebagai habitat bagi biota-biota laut.
Terumbu karang merupakan suatu
Kondisi Jembatan dan Gazebo pada Ekosisitem
Mangrove di DPL Desa Bahoi ekosistem khas yang terdapat di wilayah
pesisir daerah tropis.
Ekosistem Lamun Desa Bahoi memiliki ekosistem
pesisir yang lengkap termasuk salah
Ekosistem lamun merupakan
satunya adalah ekosistem terumbu karang.
salah satu ekosistem laut dangkal yang Keindahan terumbu karang dan ikan karang
produktivitasnya tinggi. Ekosistem lamun merupakan daya tarik utama wisata bawah
merupakan pondasi bagi sebuah laut di Bahoi. Formasi pertumbuhan karang
ekosistem dan sebagai produsen primer, berdasarkan bentuk dan hubungan
dimana habitatnya seringkali sebagai perbatasan tumbuhnya terumbu karang
wadah yang mendukung kehidupan ikan- dengan dataran Bahoi membuat desa Bahoi
ikan dan krustasea. Adapun jenis-jenis terkenal akan karangnya sebagai obyek
lamun yang terdapat di Desa Bahoi yaitu wisata dan mampu memikat para wisatawan
: (1) Enhalus acoroides, (2) Halophila lokal maupun mancanegara.
ovalis, (3) Thalassia hemprichii (4)
Cymodocea rotundata, (5) Cymodocea
serrulata, (6) Halodule uninervis, (7)
Halodule pinifolia, (8) Syringodium
isoetifolium

Foto oleh : Efra Wantah


Kondisi Terumbu Karang di DPL Desa Bahoi

Faktor Pendukung Ekowisata Bahari


di Desa Bahoi
1. Faktor Fisik Pendukung Ekowisata
Komunitas Lamun di Desa Bahoi
Bahari di Desa Bahoi
Pesisir Desa Bahoi bersubstrat Faktor fisik pendukung kegiatan
pasir dengan diameter 0,31 - 0,48 mm. ekowisata bahari di Desa Bahoi yaitu
Diameter yang berbeda diduga akan adanya fasilitas-fasilitas penunjang
mempengaruhi kepadatan jenis lamun. dalam pengembangan ekowisata bahari.
Secara keseluruhan, kepadatan tertinggi Adapun fasilitas-fasilitas pendukung
terdapat di daerah padang lamun, diikuti kegiatan pengembangan ekowisata
dengan daerah yang berada di dekat bahari di Desa Bahoi dapat dilihat pada
mangrove, dan kemudian kepadatan tabel berikut :
terendah berada di daerah dekat
terumbu karang.

_______________________________________________________________________________________________________
222 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

No Jenis bangunan Jumlah Kondisi


dan tidak konstan, sehingga tour guide
1. Rumah apung 1 Baik
Perlu yang ada lebih memilih pekerjaan yang
2. Pondok wisata 2
Perbaikan lain, misalnya : nelayan, tukang, buruh
3. Homestay 6 Baik tani dan melanjutkan pendidikan. Tour
4. Dive center 1 Baik
guide yang ada sudah dilengkapi dengan
5. Peralatan selam 8 Baik
6. Kompresor oksigen 1 Baik lisensi menyelam hanya saja
7. Kapal wisata 1 Baik kemampuan mereka dalam berbahasa
Mesin tempel 15 asing masih perlu untuk ditingkatkan
8. 1 Baik
PK lagi. Pelatihan ini dibuat untuk
memberdayakan dan untuk
2. Faktor Non Fisik Pendukung Ekowisata meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Bahari di Desa Bahoi Desa Bahoi.
Faktor non fisik merupakan faktor
yang berperan penting dalam menunjang Budaya
ekowisata bahari. Faktor non fisik dapat Faktor budaya merupakan salah satu
berupa sumber daya manusia, budaya, faktor yang perlu menjadi pertimbangan
kelembagaan dan kemitraan. dalam pengembangan ekowisata. Hal ini
didasarkan pada alasan bahwa
Sumber Daya Manusia karakteristik kehidupan masyarakat
Masyarakat Desa Bahoi dalam pesisir biasanya memiliki nilai-nilai tradisi
upaya mendukung kegiatan ekowisata dan kepercayaan yang dapat menunjang
bahari, telah dibekali dengan pelatihan- upaya pelestarian lingkungan.
pelatihan, yaitu pelatihan pemandu Masyarakat pesisir juga biasanya
wisata (tour guide) dan pembuat memiliki seni dan atraksi budaya yang
kerajinan tangan (handycraft). Pelatihan dapat menjadi daya tarik wisatawan.
sebagai pemandu wisata dan Salah satu upacara adat tahunan yang
pembuatan kerajinan tangan dilakukan diselenggarakan oleh masyarakat Desa
lewat Program Nasional Pemberdayaan Bahoi adalah upacara adat Tulude
Masyarakat Lingkungan Mandiri dimana upacara adat ini merupakan
Pedesaan (PNPM LMP) tahun 2010. upacara memasuki tahun baru bagi suku
Saat ini untuk tenaga pembuatan Sangihe, karena sebagian besar
kerajinan tangan masih aktif dan telah masyarakat Desa Bahoi merupakan
memproduksi beragam jenis kerajinan suku Sangihe. Selain upacara tulude
mulai dari gantungan kunci, vas bunga, masyarakat Desa Bahoi juga memiliki
mangkuk, serta pajangan dan hiasan lain beberapa budaya tari dan nyanyi, yaitu
yang berbentuk ikan yang dijual mulai ampa wayer dan masamper. Budaya ini
dengan harga Rp. 5.000 - 300.000. dituangkan dalam suatu kesenian musik
Bahan baku produk berasal dari kelapa, dan tari sebagai penyambutan tamu dan
sisa-sisa kayu dan tempurung. Kendala menyambut tahun baru.
dalam pembuatan kerajinan tangan ini Atraksi-atraksi budaya ini dapat
adalah peralatan yang digunakan masih memberikan nuansa berbeda di samping
manual. sajian lingkungan alamiah pesisir di
Sementara untuk tour guide pada Desa Bahoi. Kelestarian budaya tari dan
awal perencanaan dibentuk 10 orang nyanyi dapat menjadi daya tarik
namun saat ini yang masih aktif hanya 3 tersendiri dalam pengembangan
orang. Kondisi ini disebabkan karena ekowisata bahari.
jumlah pengunjung yang tidak banyak
_______________________________________________________________________________________________________
223 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Kelembagaan dan Kemitraan (berhubungan) satu sama lain dan


Kelembagaan ekowisata telah selanjutnya menjadi kekuatan yang
dibentuk sebuah kelompok, yaitu sangat penting bukan hanya bagi
Kelompok Pengelola Ekowisata yang kehidupan ekonomi akan tetapi juga
diketuai oleh Bapak Hans Lahamendu setiap aspek sosial yang lainnya.
yang bertugas untuk mengatur dan
mengembangkan ekowisata serta Analisis SWOT Potensi Ekowisata
Kelompok Pengelola Pesisir Desa Bahoi Bahari di DPL Desa Bahoi
(KPPD) yang diketuai oleh Bapa Maxi Analisis SWOT merupakan
Lahading. Kedua kelompok ini diatur perencanaan strategis klasik yang terdiri
dalam Peraturan Desa No. 2 Tahun dari analisis strength (kekuatan), weakness
2010 tentang Pengelolaan Kawasan (kelemahan), opportuinity (peluang), dan
threat (ancaman). Analisis SWOT potensi
Pesisir dan Laut Desa Bahoi. Perdes ini
ekowisata di DPL Desa Bahoi dapat dilihat
telah dikeluarkan oleh pemerintah desa pada tabel berikut :
untuk mendukung dan menjaga Strengths Weaknesses
kawasaran psisir dan laut yang ada di 1. Keberadaan ekosistem 1. Kurangnya
Desa Bahoi. mangrove, lamun dan informasi dan
terumbu karang yang promosi
Sebagai upaya untuk potensial dijadikan obyek wisata
mengembangkan kegiatan ekowisata wisata 2. Keterbatasan
bahari dan menjaga kelestarian 2. Kealamian dan keaslian sarana dan
kawasan DPL Desa Bahoi
ekosistem pesisir, Desa Bahoi 3. Daya tarik dan keindahan
prasarana
bekerjasama dengan LSM Manengkel pendukung
bawah laut kegiatan
Solidaritas serta Yapeka (Pemberdayaan 4. Kebijakan pemerintah wisata
Masyarakat dan Pendidikan Konservasi lewat peraturan desa yang
menguntungkan
3. Belum ada
Alam) sebagai pendampingan yang juga pengembangan ekowisata
zonasi
peruntukan
membantu Desa Bahoi dalam promosi. bahari
kawasan
Eksistensi alamiah dan 5. Adanya Kelompok
Pengelola Pesisr Desa
partisipasi masyarakat di Desa Bahoi (KPPD) dan Kelompok
yang berkomitmen kuat menjaga Pengelola Ekowisata yang
kelestarian ekosistem pesisir, mendukung dan mengatur
kegiatan pengembangan
merupakan modal besar untuk ekowisata bahari di Desa
pengembangan ekowisata bahari yang Bahoi
berkelanjutan. Kesadaran masyarakat ini 6. Atraksi budaya dari
merupakan modal sosial yang menjamin masyarakat sebagai daya
tarik pengunjung
keberlangsungan tujuan pengembangan 7. Akses jalan yang baik
ekowisata bahari. Menurut Coleman 8. Akses jaringan yang baik
(1999) dalam (Andaki, 2012), modal dan memadai
9. Tersedianya sumberdaya
sosial (social capital) dapat didefinisikan manusia yang berpotensi
sebagai kemampuan masyarakat untuk sebagai tenaga kerja
bekerja bersama, demi mencapai tujuan- Opportunity Threat
tujuan bersama, di dalam berbagai 1. Lokasinya strategis 1. Alternatif
kelompok dan organisasi. Secara lebih 2. Ekosistem pesisir tropis wisata pantai
lengkap pada satu tersedia di
komperehensif Burt (1992) dalam sekitar Desa
kawasan
(Andaki, 20012), mendefinsikan, modal Bahoi
3. Adanya pendampingan
sosial adalah kemampuan masyarakat Yayasan Pendidikan
untuk melakukan asosiasi Konservasi Alam dan
Manengkel Solidaritas

_______________________________________________________________________________________________________
224 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Rumusan Strategi mangrove juga dapat dilakukan agar


Rumusan strategi pengembangan wisatawan dapat memperbesar
ekowisata bahari di DPL Desa Bahoi, di kapasitas wisatawan untuk menikmati
peroleh melalui Matrik SWOT. Matrik SWOT pemandangan dan keindahan alam yang
dipakai untuk menggambarkan secara jelas ada di ekosistem mangrove. salah satu
bagaimana peluang dan ancaman eksternal strategi yang juga dapat dilakukan oleh
yang dihadapi dalam pengembangan
Desa Bahoi adalah penambahan sarana
ekowisata bahari di DPL Desa Bahoi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan transportasi berupa bus pariwisata yang
kelemahan yang dimilikinya. Strategi dapat memudahkan wisatawan untuk
Pengembangan Ekowisata Bahari di DPL berkunjung ke Desa Bahoi.
Desa Bahoi dapat dilihat pda tabel berikut. Menyusun dan mengembangkan
produk paket ekowisata bahari dalam hal
Strengths Weaknesses ini dapat dilakukan promosi dengan
S/O W/O pilihan paket wisata yabg ditawarkan
1) Pengembangan 1) Pembangunan
infrastruktur dan sarana dan berupa snorkeling, diving, wisata hutan
transportasi prasarana yang mangrove, perjalanan mengelilingi area
2) Menyusun dan menunjang DPL serta paket menginap di homestay.
Opportunities

mengembangkan kegiatan wisata


produk paket 2) Promosi potensi
Mengembangkan kerjasama
ekowisata bahari wisata dengan pihak perguruan tinggi,
3) Mengembangkan 3) Peningkatan pemerintah dan swasta. Kerjasama
kerjasama kualitas dan
dengan pihak pemberdayaan
dapat dilakukan dibidang penelitian,
perguruan tinggi, masyarakat pengembangan, konservasi, penguatan
pemerintah dan kelembagaan serta dapat menjalin
swasta kerjasama dengan melakukan promosi.
S/T W/T
1) Pemanfaatan 1) Mengikutsertakan Intermediasi atau kemitraan yang terjalin
potensi masyarakat lokal di dengan semua pihak ini dapat
sumberdaya dalam promosi memperkuat kelembagaan dalam
pesisir dan laut wisata dan
secara sekaligus marketing
promosi, pendampingan, bahkan
berkelanjutan wisata. pembiayaan dalam meningkatkan usaha
Threats

2) Penataaan ruang 2) Peningkatan ekowisata bahari di Dea Bahoi.


pada kawasan kegiatan produksi
pesisir dan laut yang ramah
3) Pengawasan dan lingkungan Weakness-Opportunity (Kelemahan-
penegakan Peluang)
aturan untuk Pembangunan sarana dan
menjaga
kelestarian prasarana yang menunjang kegiatan
lingkungan wisata, seperti pengadaan sarana air
besih, pembuatan tempat MCK, juga
Strength-Opportunity (Kekuatan- dengan tersedianya rumah makan di
Peluang) Desa Bahoi sehingga wisatawan tidak
Pengembangan infrastrukur dan kesulitan untuk mencari makan di tempat
transportasi dapat berupa lain. Hal ini juga dapat memberikan
pengembangan dermaga yang ada di keuntungan bagi masyarakat dengan
Desa Bahoi lebih dimaksimalkan karena menambah penghasilan mereka melalui
dermaga sudah ada tetapi kondisinya usaha rumah makan.
masih perlu perbaikan. Penambahan Promosi potensi wisata dapat
pembangunan jembatan di area dilakukan melalui media cetak, media

_______________________________________________________________________________________________________
225 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

elektronik maupun media sosial yang Penataaan ruang pada kawasan


dapat menjadikan Desa Bahoi sebagai pesisir dan laut yatu dengan mementuk
destinasi wisata yang diminati. Promosi zonasi di area yang ada dimana ada
yang dilakukan akan meningkatkan zonasi untuk masyaraka boleh
kedatangan wisatawan lokaldan menangkap ikan, ada zonasi yang
mancanegara serta peneliti dibidang dilindungi serta ada zonasi dimana
ekosistem wilayah tropis. terjadi kegiatan ekowisata. Zonasi dapat
Peningkatan kualitas dan memberikan arahan terhadap
pemberdayaan masyarakat, dalam hal pemanfaatan sumberdaya wilayah
ini masyarakat dapat menjadi agen untuk pesisir Desa Bahoi sesuai kebutuhan
promosi dan dalam hal kualitas layanan dan daya dukung ekosistem.
karena masyarakat yang ada dapat Pengawasan dan penegakan
berpotensi sebagai tenaga kerja. aturan untuk menjaga kelestarian
Masyarakat juga dapat dibekali dengan lingkungan dengan penguatan peraturan
lebih banyak pelatihan karna desa yang ada ke tingkat kecamatan dan
sebelumnya sudah ada peatihan kepada pemerintah kabupaten. Hal ini
pembuat kerajinan tangan, pemandu dilakuna supaya da kejelasan
wisata serta pengelola homestay jadi penegakan aturan serta pnerapan
dari kondisi ini kedepannya masyarakat hukuman (sanksi) terkait pengeloaan
dapat dibekali dengan kemampuan kawana pesisir di Desa Bahoi.
berbahasa asing, peningkatan kualitas
lisensi bagi para tour guide serta
peningkatan kreativitas dan inovasi bagi Weakness-Threat (Klemahan-
para pembuat kerajinan tangan. Ancaman)
Mengikutsertakan masyarakat lokal
Strength-Threat (Kekuatan-Ancaman) di dalam promosi wisata dan sekaligus
Pemanfaatan potensi marketing wisata. Hal ini dapat
sumberdaya pesisir dan laut secara meningkatkan pengetahuan akan potensi
ekowisata bahari di Desa Bahoi dan
berkelanjutan, dengan cara
peluang-peluang yang dapat muncul terkait
meningkatkan kesadaran masyarakat dengan kegiatan ekowisata bahari. Peluang-
Desa Bahoi tentang pentingnya menjaga peluang yang dimaksud dengan
sumberdaya pesisir dan laut sehingga memunculkan berbagai jenis usaha yang
masyarakat yang ada tidak merusak belum ada saat ini misalnya warung,
ekosistem pesisir dan sumberdaya yang munimarket, tempat menginap serta
ada dapat dimanfaatkan secara tawaran souvenir yang telah disediakan.
berkelanjutan bukan untuk saat ini saja Peningkatan kegiatan produksi
tapi untuk masa yang akan datang yang ramah lingkungan, seperti
sehingga kekayaan sumberdaya pesisir pengurangan penggunaan plastik,
dan laut nantinya juga akan dirasakan menhindari produk yang menuntut bahan
oleh anak dan cucu. Hal ini juga dapat baku dari alam seperti kayu dari mangrove,
hiasan dari karang atau produksi-produksi
berdampak pada pengembangan
yang dapat meningkatkan pencemaran di
ekowisata karena jika ekosistem pesisir udara, air tawar serta air laut. Kegiatan
terjaga maka keindahan dan kealamihan produksi yang ramah lingkungan dapat
yang ada tetap terjaga dan dapat mempertahankan ekosistem dan
menarik perhatian wisatawan. keberlanjutan ekosistem diwilayah pesisir
Desa Bahoi.

_______________________________________________________________________________________________________
226 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan Andaki, J.A., 2012. Masyarakat Pantai Kota Manado
Pasca Reklamasi. Disertasi. Program
1. Ekosistem yang ada di DPL Desa Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Bahoi, yaitu magrove, lamun dan Bandung.
terumbu karang berpotensi untuk
Hamdi, A.S dan Baharuddin, E., 2012. Metode
dijadikan sebagai obyek ekowisata
Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
bahari. Penelitian. Deepublisher Publisher.
2. Pengembangan ekowisata bahari di Yogyakarta.
Desa Bahoi masih terdapat
Khotijah, 2012. Daerah Perlindungan Laut (DPL) dan
kelemahan di antaranya promosi Manfaatnya.
masih kurang serta keterbatasan http://khotija.blogspot.co.id/2012/03/daerah-
saran dan prasarana sebagai perlindungan-laut-indonesia.html Diunduh
pada 05 Februari 2016
pendukung kegiatan ekowisata
bahari. Mulyadi, A., & Nasution, S., (2014). Study of Marine
3. Model pengembangan ekowisata Ecotourism Potential in Balai Island Aceh
Singkil Regency of Aceh Province. Jurnal
bahari di DPL Desa Bahoi sangat
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Perikanan
tepat untuk dikembangkan sebagai dan Ilmu Kelautan, 1(2), 1-14.
upaya pelestarian ekosistem pesisir,
sehingga sumberdaya yang ada Santoso, G. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif. Prestasi Pustaka.
dapat dimanfaatkan secara Jakarta.
berkelanjutan serta dapat
meningkatkan kesejahteraan Santoso, N., 2000. Pola Pengawasan Ekosistem
Mangrove. Makalah disampaikan pada
masyarakat Desa Bahoi. Lokakarya Nasional Pengembangan
Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun
Saran 2000. Jakarta, Indonesia.
1. Perlu adanya promosi dari pihak Singarimbun, M dan Effendi S, 1982. Metode
pengelola, pemerintah dan akademisi Penelitian dan Survey. LP3ES. Jakarta.
2. Perlu adanya dukungan dari
pemerintah untuk menerbitkan aturan Tuwo, A., 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan
Laut. Brillian Internasional. Surabaya
tentang perlindungan dan pelestarian
ekosistem pesisir ditingkat kabupaten. Website Desa Bahoi http://bahoi.desa.sulut.id.

_______________________________________________________________________________________________________
227 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________
228 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

STRATEGI NELAYAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN RUMAH TANGGA


(STUDI KASUS DI DESA TATELI DUA KECAMATAN MANDOLANG
KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA)
Novita A. Wulandari1; Nurdin Jusuf2; Otniel Pontoh2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: wulandarinovita89@gmail.com

Abstract
Fishermen household has a special characteristic, such use the use of coastal and marine areas (common
property) as a factor of production, working hours should follow the oceanographic conditions (sail only an average of
about 20 days in a month, the rest is relatively idle). Fishermen were particularly vulnerable to seasonal changes
caused by climate change, making studies of the lives of fishermen generally emphasize the poverty and economic
uncertainty experienced fishermen and their families. Based on those problems that can be formulated, any strategy
that made the fisherman community in meeting the needs of the household?. The purpose of this study are: 1).
examines the general state of the village Tateli Dua Mandolang Minahasa District of Northern Sulawesi province, 2).
detailing the standard of living in terms of the social aspect is education, number of dependents, age structure, and
organization / social institutions, 3). detailing the standard of living in terms of the economic aspects ie venture
capital, marketing catches, income and expenditure, 4). explore and learn strategies fishermen community in meeting
the needs of the household. Basic research will be used is a case study. The case study is a study done by studying
a particular case in which the object is limited (Helmi and Satria, 2012). The results showed that in meeting
household needs, fishermen in the village Tateli Two has a three-pronged strategy: 1). The use of alternative
livelihoods, 2). Contributions empowerment fisherman's wife, and 3). Saving of household spending.
Keywords: Household, Fishermen, Strategy

Abstrak
Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common
property) sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya rata-rata sekitar 20
hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur). Nelayan menjadi sangat rentan terhadap perubahan musim yang
diakibatkan oleh perubahan iklim, membuat kajian-kajian terhadap kehidupan nelayan umumnya menekankan pada
kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi yang dialami nelayan dan keluarganya. Berdasarkan hal tersebut dapat
dirumuskan permasalahan yaitu, strategi apa saja yang dilakukan masyarakat nelayan dalam memenuhi kebutuhan
rumah tangga?. Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1). menelaah keadaan umum Desa Tateli Dua Kecamatan
Mandolang Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, 2). merinci taraf hidup ditinjau dari aspek sosial adalah
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, struktur umur, dan organisasi/lembaga sosial, 3). memerinci taraf hidup
ditinjau dari aspek ekonomi yaitu modal usaha, pemasaran hasil tangkapan, pendapatan dan pengeluaran serta 4).
menggali dan mempelajari strategi masyarakat nelayan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dasar penelitian
ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari satu kasus tertentu
pada obyek yang terbatas (Helmi dan Satria, 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam memenuhi kebutuhan
rumah tangga, nelayan yang ada di Desa Tateli Dua memiliki tiga bentuk strategi yaitu 1). Penggunaan mata
pencaharian alternatif, 2). Kontribusi pemberdayaan istri nelayan, dan 3). Penghematan belanja rumah tangga
Kata Kunci : Rumah tangga, Nelayan, Strategi

PENDAHULUAN memiliki karakteristik skala usaha kecil,


Usaha perikanan memiliki peran aplikasi teknologi yang sederhana,
penting dalam penyediaan bahan pangan jangkauan penangkapan yang terbatas dan
dan pendorong ekonomi suatu wilayah produktivitas yang relatif masih rendah.
khususnya pada daerah pesisir. Dimana Rumah tangga nelayan memiliki ciri
usaha perikanan tangkap merupakan salah khusus seperti penggunaan wilayah pesisir
satunya usaha yang dapat memenuhi dan laut (common property) sebagai faktor
kebutuhan bahan pangan ikan dalam produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi
rangka menjaga ketahanan pangan suatu oseanografis (melaut hanya rata-rata sekitar
wilayah. Pemanfaatan sumberdaya 20 hari dalam satu bulan, sisanya relatif
perikanan, khususnya perikanan laut menganggur). Demikian juga pekerjaan
(tangkap) sampai saat ini masih didominasi menangkap ikan adalah pekerjaan yang
oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya penuh resiko, sehingga pekerjaan ini

_______________________________________________________________________________________________________
229 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal ini 3. Memerinci taraf hidup ditinjau dari
mengandung arti bahwa keluarga yang lain aspek ekonomi yaitu modal usaha,
tidak dapat membantu secara penuh, pemasaran hasil tangkapan,
sehingga masyarakat yang tinggal di pendapatan dan pengeluaran.
wilayah pesisir pada umumnya sering 4. Menggali dan mempelajari strategi
diidentikkan dengan masyarakat miskin masyarakat nelayan dalam memenuhi
(Wasak, 2012). kebutuhan rumah tangga.
Jumlah nelayan yang ada di
Kabupaten Minahasa pada tahun 2015 Tempat dan Waktu Penelitian
mencapai 9.173 orang nelayan. Jumlah ini Penelitian ini dilaksanakan di Desa
terdiri atas 4.672 orang nelayan penuh, Tateli Dua Kecamatan Mandolang
2.125 orang nelayan sambilan utama dan Kabupaten Minahasa. Waktu yang
sisanya adalah nelayan sambilan tambahan diperlukan untuk melaksanakan penelitian
dengan total produksi perikanan pertahun mulai dari penyusunan rencana kerja
sebanyak 12.904 ton dengan nilai produksi penelitian sampai dengan pelaksanaan ujian
mencapai Rp. 294.759.895 (Dinas Kelautan adalah ± 6 bulan, yaitu dari bulan Januari
dan Perikanan Kabupaten Minahasa, 2015). 2016 sampai pada bulan Juni 2016.
Nelayan hidup dalam suatu
lingkungan yang tidak menentu METODOLOGI PENELITIAN
(uncertainity), ketidak-menentuan yang Dasar penelitian ini adalah studi
menjadikan karakteristik kehidupan nelayan kasus. Studi kasus adalah penelitian yang
berdampak dari kondisi lingkungan fisik. dilakukan dengan cara mempelajari satu
Nelayan menjadi sangat rentan terhadap kasus tertentu pada obyek yang terbatas
perubahan musim yang diakibatkan oleh (Helmi dan Satria, 2012). Kasus yang diteliti
perubahan iklim. Hal tersebut membuat adalah strategi nelayan dalam memenuhi
kajian-kajian terhadap kehidupan nelayan kebutuhan rumah tangga di Desa Tateli 2
umumnya menekankan pada kemiskinan Kecamatan Mandolang Kabupaten
dan ketidakpastian ekonomi yang dialami Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Sesuai
nelayan dan keluarganya. Mengatasi hal dengan tujuan yang ingin dicapai, maka
tersebut mereka cenderung meminimalkan penelitian ini bersifat eksploratif atau
kemungkinan kegagalan usaha dari pada mengungkapkan keadaaan sebenarnya dari
mencari peluang untuk mendapatkan hasil objek penelitian. Data yang dikumpulkan
maksimal, karena kegagalan usaha berarti pada penelitian ini terdiri atas data primer
mengancam eksistensi mereka dan data sekunder. Data primer diperoleh
Desa Tateli Dua Kecamatan berdasarkan observasi langsung melalui
Mandolang Kabupaten Minahasa Provinsi pengamatan dan wawancara terhadap
Sulawesi Utara belum pernah diadakan keadaan atau perilaku obyek di lokasi
penelitian mengenai strategi nelayan dalam penelitian, sedangkan data sekunder
memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka diperoleh dari bahan bacaan yang berkaitan
penelitian penting untuk dilaksanakan dalam dengan data yang dibutuhkan serta
rangka pengembangan taraf hidup nelayan. mengutip data dari laporan-laporan serta
instansi yang terkait dengan objek
Tujuan Penelitian penelitian.
1. Menelaah keadaan umum Desa Tateli Analisis data yang digunakan dalam
Dua Kecamatan Mandolang Kabupaten penelitian ini adalah analisis deskriptif
Minahasa Provinsi Sulawesi Utara kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.
2. Merinci taraf hidup ditinjau dari aspek Analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis
sosial adalah pendidikan, jumlah dengan memberikan gambaran serta
tanggungan keluarga, struktur umur, keterangan dengan menggunakan kalimat
dan organisasi/lembaga sosial. penulis secara sistematis dan mudah

_______________________________________________________________________________________________________
230 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dimenegerti sesuai dengan data yang HASIL DAN PEMBAHASAN


diperoleh. Sedangkan untuk analisis Keadaan Umum Desa Tateli Dua
deskriptif kuantitatif merupakan analisis data Desa Tateli Dua terletak di
dengan memberikan bahasan atau kajian Kecamatan Mandolang Kabupaten
terhadap data yang ada dengan Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dan
menggunakan hitungan-hitungan secara geografis terletak pada 10 26'43.340
sederhana, seperti perkalian, penjumlahan, U Lintang Utara, 124045'15.500 Bujur Timur.
rata-rata, persentase, serta untuk mengukur Desa Tateli Dua Berasal dari Hasil
kemiskinan digunakan Indeks Engel. Pemekaran dari Desa Tateli yang dulunya
Indeks Engel adalah proposi masuk dalam bagian dari wilayah atau jaga
pengeluaran makanan terhadap total yaitu, jaga III ,jaga IV, jaga V dan jaga VII.
pengeluaran rumah tangga. Banyak Luas Desa Tateli Dua sebesar 429.00 Ha
penelitian menunjukan bahwa rumah tangga dengan batas wilayah Desa Tateli Dua
miskin akan cenderung mempunyai proporsi adalah sebagai berikut :
pengeluaran makanan yang lebih besar 1. Sebelah utara berbatasan dengan laut
dibandingkan rumah tangga kaya. Adapun Sulawesi
rumur Indeks Engel adalah : 2. Sebelah selatan berbatasan dengan
perkebunan Desa Koha
3. Sebelah barat berbatasan dengan
Desa Tateli Tiga
Indeks Engel dalam penelitian ini 4. Sebelah timur berbatasan dengan
dibatasi jika Indeks Engel yang diperoleh Desa Tateli Satu
>50% maka dapat dikatakan rumah tangga Jarak dari Desa Tateli Dua ke Ibu
tersebut miskin karena lebih dari bagian Kota Kecamatan Mandolang 20 km dengan
pendapatannya digunakan untuk memenuhi waktu tempuh selama 1 jam sedangkan ke
kebutuhan makanan, namun apabila Indeks Ibu Kota Kabupaten Tondano 45 km dengan
Engel, < 50% dapat dikatakan bahwa rumah waktu tempuh 2 jam 30 menit. Suhu udara
tangga tersebut tidak terlalu miskin karena berkisar antara 25 – 28 0 C pada ketinggian
kurnag dari sebagian pendapatannya yang 25 – 30 meter di atas permukaan laut.
digunakan untuk biaya makan. Makin keci
nilai Indeks Engel maka akan semakin Keadaan Penduduk Desa Tateli Dua
bagus. Etnik penduduk yang terdapat di
Desa Tateli Dua terdiri dari Suku Jawa,
Suku Minahasa, Suku Ambon, Suku
Ternate, Suku Makassar dan Suku Buton.
Berikut adalah tabel jumlah etnik penduduk
yang ada di Desa Tateli Dua :

_______________________________________________________________________________________________________
231 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Jumlah Etnik Penduduk yang Ada di Desa Tateli Dua

No Etnik Jumlah %
1 Minahasa 2100 80,92
2 Jawa 110 4,24
3 Buton 2 0,08
4 Makassar 16 0,62
5 Ternate 16 0,62
6 Gorontalo 351 13,53
Total 2595 100
Sumber : Kantor Desa Tateli Dua, 2016
keluarga. Kepadatan pendududuk Desa
Tabel di atas menunjukan bahwa Tateli Dua 400 jiwa/km2.
etnik yang paling banyak mendiami Desa Menurut Badan Pusat Statistik,
Tateli Dua adalah Suku Minahasa dengan mereka yang termasuk dalam golongan usia
presentase 80,92%, selanjutnya Suku 15-64 tahun termasuk dalam usia produktif
Gorontalo sebanyak 13,53%, Suku Jawa tenaga kerja. Data pada tabel 2 di atas
sebanyak 4,24%, Suku Ternate dan Suku menunjukan bahwa jumlah penduduk di usia
Makassar sebanyak 0,62% dan Suku Buton produktif yaitu kisaran umur 15-64 tahun
0,08%. berjumlah 1505 orang dengan persentase
Jumlah penduduk yang ada di Desa 57,5% dari total keseluruhan jumlah
Tateli Dua sebanyak 2.595 orang yang penduduk yang ada di Desa Tateli Dua.
terdiri dari 1.420 orang laki-laki dan sisanya Berikut adalah data jenis mata pencaharian
1.175 orang perempuan yang sedangkan pokok penduduk di Desa Tateli Dua :
untuk jumlah pendududuk yang ada di Desa
Tateli Dua adalah terdiri atas 632 kepala
Jenis Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Tateli Dua
No Jenis Pekerjaan Jumlah %
1 Petani 300 58,48
2 Buruh Tani 100 19,49
3 Nelayan 22 4,29
4 POLRI 8 1,56
5 Pedagang 20 3,90
6 Peternak 10 1,95
7 Montir 20 3,90
8 TNI 14 2,73
9 Pengacara 10 1,95
10 Pensiunan 8 1,56
11 Bidan 1 0,19
Total 513 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
untuk ditanami sayuran kangkung, serta
Berdasarkan data di atas dapat untuk pekerjaan sebagai buruh petani
dilihat bahwa pekerjaan sebagai petani sebesar 19% sedangkan untuk pekerjaan
mendominasi jenis mata pencaharian pokok sebagai nelayan sebesar 4% dengan jumlah
warga Desa Tateli Dua yaitu sebesar 58% 22 orang dari jumlah keseluruhan penduduk
hal ini disebabkan karena di Desa Tateli yang bermata pencaharian sebagaimana
Dua terdapat banyak kolam yang digunakan
_______________________________________________________________________________________________________
232 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

yang telah dicantumkan dalam tabel diatas Struktur Umur


yakni 513 orang. Umur responden nelayan di lokasi
penelitian adalah kebanyakan berumur 30-
Faktor Sosial Rumah Tangga Nelayan 49 tahun dengan jumlah 12 orang atau 54%
Tingkat Pendidikan dari total jumlah keseluruhan, sedangkan
Pendidikan nelayan di Desa Tateli sisanya adalah berumur 20-29 tahun
Dua masih sangat rendah hal ini terbukti berjumlah 3 orang atau 13%, umur 50-59
dengan masih banyaknya nelayan yang tahun berjumlah 6 orang atau 26% dan yang
tidak lulus pendidikan dasar 9 tahun. berumur lebi dari 70 berjumlah 1 orang
Berdasarkan hasil dari penelitian bahwa hal dengan persentasi 13%.
ini disebabkan karena terbatasnya biaya Umur nelayan dapat mempengaruhi
yang dimiliki oleh orang tua nelayan pada tingkat pendapatan nelayan, hal tersebut
saat itu sehingga para nelayan yang didukung dengan kurangnya pengalaman
dahulunya masih berada pada usia sekolah melaut nelayan sehingga berkurangnya
memilih berhenti sekolah dan memutuskan hasil tangkapan dan juga jumlah
untuk bekerja membantu mencukupi pendapatannya rendah. Dengan
kebutuhan rumah tangga, selain itu pengalaman yang memadai seorang
penyebab lainnya adalah kurangnya nelayan akan dengan mudah mendapatkan
kesadaran dari para nelayan tentang hasil tangkapannya karena seorang nelayan
pentingnya pendidikan untuk masa depan yang berpengalaman dapat mengetahui
sehingga mereka memutuskan untuk dimana tempat ikan berkumpul.
berhenti sekolah. Namun seiring Umur seseorang menentukan
perkembangan zaman yang semakin prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.
berdampak pada kehidupan sebagai Semakin berat pekerjaan secara fisik maka
seorang nelayan, mereka menyadari bahwa semakin tua tenaga kerja akan semakin
pada saat ini pendidikan itu penting umtuk turun pula prestasinya. Namun, dalam hal
masa depan keluarga dengan harapan agar tanggung jawab semakin tua umur tenaga
anak-anak mereka bisa mengenyam kerja akan berpengaruh karena justru
pendidikan setinggi mungkin. semakin berpengalaman.

Jumlah Tanggungan Keluarga Organisasi Sosial


Berdasarkan hasil wawancara dari Berdasarkan hasil penelitian,
22 responden yang ada maka diperoleh organisasi sosial yang diikuti oleh nelayan
data jumlah tanggungan keluarga dari setiap yang ada di Desa Tatali Dua adalah
nelayan di Desa Tateli Dua adalah yang organisasi atau kelompok usaha nelayan
berjumlah lebih dari tanggungan 4 dalam Cumi-cumi dan kelompok usaha nelayan
satu kepala keluarga berjumlah 18 kepala Malalugis. Organisasi sosial atau kelompok
keluarga atau 81,9%. Dengan jumlah usaha nelayan tersebut dibentuk sebagai
tanggungan keluarga yang cukup banyak ini salah satu syarat bagi nelayan untuk bisa
membuat beban untuk memenuhi mendapatkan bantuan dari Dinas Kelautan
kebutuhan sehari-hari semakin besar, dan Perikanan, tetapi tidak semua nelayan
sementara pendapatan yang diperoleh dari mengikuti organisasi atau kelompok usaha
pekerjaan sebagai nelayan sangat sedikit, nelayan tersebut. Berdasarkan data yang
sehingga nelayan harus melakukan didapatkan 59% nelayan di Desa Tateli Dua
kegiatan-kegiatan yang berhubungan mengikuti organisasi sosial dan sisanya
dengan mencukupi kebutuhan rumah 41% tidak mengikuti.
tangga mereka sehari-hari.

_______________________________________________________________________________________________________
233 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Faktor Ekonomi Rumah Tangga serta peralatan dan perlengkapan melaut


Nelayan lainnya. Dalam usaha perikanan tangkap,
modal dapat berupa alat tangkap, perahu,
Modal motor tempel dan uang tunai yang akan
Modal adalah barang atau uang dipakai dalam usaha penangkapan ikan
yang secara bersama-sama faktor produksi, (Prakorso dalam Sujarno, 2008).
tanah dan tenaga kerja menghasilkan Nelayan di Desa Tateli Dua dalam
barang yang baru. Modal mempunyai menjalankan dan mengembangkan
hubungan yang sangat kuat dengan berhasil usahanya, menggunakan modal sendiri dan
tidaknya suatu usaha produksi yang modal pinjaman yang berasal dari kerabat,
didirikan. Modal merupakan salah satu aset saudara ataupun orang tua. Berikut adalah
yang dibutuhkan oleh nelayan untuk biaya rincian modal nelayan berdasarkan jenis
operasional antara lain untuk membeli alat tangkap:
bahan bakar, perbekalan atau konsumsi
Jumlah Modal Berdasarkan Jenis Alat Tangkap
Modal Kerja/Tahun
No. Jenis Alat Tangkap Modal Investasi
Biaya Tetap Biaya Tidak tetap
1 Gill net/ Soma Tude Rp. 25.000.000 Rp.5.450.000 Rp.31.640.000
2 Hand line/Pancing Rp.7.075.000 Rp.2.323.000 Rp.26.640.000
Sumber : Data Primer, 2016

Tabel di atas menunjukan bahwa pelamis), ikan selar (Selaroides leptolepis),


modal investasi terbesar terdapat pada jenis ikan tongkol (Euthynnus affinis), dan ikan
alat tangkap Gill net/ Soma tude. Perbedaan tuna (Thunnus alalunga).
tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis,
modal, serta harga dari setiap material Pendapatan
dalam setiap pembuatan alat tangkap. Penghasilan terendah nelayan dari
pendapatan utama nelayan adalah Rp
Pemasaran 9.600.000 per tahun hal ini disebabkan
Pemasaran ikan hasil tangkapan dimana setiap nelayan jumlah
nelayan yang ada di Desa Tateli Dua, tangkapannya berbeda-beda. Menurut
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penelitian yang dilakukan didapati ada
kebanyakan langsung dijual di pasar oleh nelayan yang tidak memiliki motor/mesin
para isteri nelayan di pasar Tateli atau di perahu dan hanya memiliki alat tangkap
pasar Karombasan. Tetapi ada juga pancing saja. Akibatnya wilayah
sebagian nelayan yang menjual hasil penangkapannya hanya disekitaran laut
tangkapannya kepada pedagang pengencer Tateli, yang dapat menyebabkan hasil
dan masyarakat konsumen ikan segar yang tangkapan kurang maksimal sehingga
datang langsung. Menurut penelitian yang mempengaruhi jumlah pendapatan. Selain
dilakukan nelayan lebih merasa untung jika itu pendapatan utama sebagai seorang
menjual hasil tangkapan di pasar nelayan juga dipengaruhi oleh musim,
dibandingkan dijual ke pedagang pengencer dimana dalam satu tahun hanya 7-8 bulan
karena harga jual kepada pedagang melakukan operasi penangkapan.
pengencer biasanya lebih murah Jumlah keseluruhan pendapatan
dibandingkan dengan harga jual di pasar . utama nelayan di Desa Tateli Dua perbulan
Jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh adalah Rp 781.600.000 dengan rata-rata
nelayan di Desa Tateli Dua yang dipasarkan adalah Rp 35.200.000 per tahun, kemudian
adalah ikan cakalang (Katsuwonus total penghasilan sampingan nelayan

_______________________________________________________________________________________________________
234 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

adalah Rp 8.000.000 dengan rata-rata Rp merupakan kebutuhan mendesak untuk


640.000 per tahun, sedangkan total menjawab kelangsungan hidup rumah
penghasilan tambahan angggota keluarga tangga nelayan. Rumah tangga nelayan
nelayan adalah Rp 36.400.000 dengan rata- akan menghadapi kesulitan jika hanya
rata Rp 2.400.000 per tahun. bertumpu pada aktivitas dari melaut, karena
sumberdaya perikanan terus mengalami
Pengeluaran penipisan (Kusnadi, 2009).
Total pengeluaran nelayan di Desa Sebanyak 46% nelayan yang ada di
Tateli untuk makanan adalah sebesar Rp Desa Tateli Dua merupakan nelayan penuh
595.200.000 per tahun dengan rata-rata atau nelayan yang seluruh waktu kerjanya
sebesar Rp 18.600.000 per tahun atau 43% digunakan untuk menangkap ikan,
dari total biaya pengeluaran yaitu sedangkan sebanyak 54% merupakan
Rp692.422.000. Dengan kata lain, nelayan nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang
menggunakan hampir separuh dari sebagian besar waktu bekerjanya
pendapatannya untuk makan. Hal ini digunakan untuk menangkap ikan. Maka
menggambarkan bahwa rumah tangga untuk menambah pendapatan selain dari
nelayan di Desa Tateli Dua merupakan hasil bekerja sebagai nelayan, nelayan di
rumah tangga yang berpenghasilan rendah Desa Tateli Dua melakukan beberapa
karena proporsi pengeluaran yang lebih pekerjaan guna memenuhi kebutuhan
besar untuk konsumsi makanan rumah tangga.
mengindikasikan rumah tangga nelayan Sebanyak 12 orang nelayan
sebagai rumah tangga berpenghasilan memiliki pekerjaan sambilan yang terbagi
rendah. atas 8 orang berpekerjaan sambilan sebagai
Total keseluruhan pengeluaran dan buruh tani dan 4 orang berpekerjaan
total keseluruan pengeluaran untuk makan sambilan sebagai tukang. sebagian besar
dapat menentukan Indeks Engel sehingga pekerjaan sambilan nelayan adalah sebagai
diperoleh : buruh tani, ini karena di Desa Tateli Dua
terdapat banyak usaha pertanian tanaman
kangkung yang luas penggunaan lahannya
mencapai 20 Ha. Hal ini dimanfaat para
nelayan guna mendapatkan pekerjaan
sambilan yakni sebagai buruh tani tanaman
Perhitungan di atas menunjukan kangkung. Upah per hari sebagai buruh tani,
bawa Indeks Engel yanag diperoleh adalah nelayan dibayar sebesar Rp.40.000 per 1
94%, dengan demikian rumah tangga gulungan atau 1 ikatan besar tanaman
nelayan di Desa Tateli Dua menggunakan kangkung yang berisi 100 ikatan kecil
lebih dari sebagian dari total pendapatan kangkung. Rata-rata para nelayan yang
untuk biaya makan. Hal ini berarti bahwa bekerja sebagai buruh mampu
nelayan yang ada di Desa Tateli dua menghasilkan 2 gulungan per hari bisa
merupakan nelayan yang belum makmur dengan upah Rp 80.000. Sedangkan untuk
karena Indeks Engel mereka yang lebih dari pekerjaan sebagai tukang, nelayan bisa
50%. mendapat penghasilan sebesar Rp 100.000
per hari.
Strategi Nelayan Dalam Memenuhi
Kebutuhan Rumah Tangga Kontribusi Pemberdayaan Istri
Nelayan
Penggunaan Mata Pencaharian Pemberdayaan istri merupakan
Alternatif pendekatan gender yang perlu mendapat
Penciptaan sumber pendapatan perhatian dalam mengatasi kemiskinan di
melalui mata pencaharian aternatif manapun juga termasuk daerah pesisir.

_______________________________________________________________________________________________________
235 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Karena mereka yang biasanya mengatur Penghematan Belanja Rumah Tangga


dan mengetahui kondisi keuangan keluarga. Nelayan
Selain itu urusan anak mulai dari memenuhi Berdasarkan wawancara dan
kebutuhan pokok sampai pendidikan juga penelitian yang dilakukan di Desa Tateli Dua
ada di dalam kendali seorang istri didapatkan hasil bahwa walaupun nelayan
(Saraswati, 2014) identik dengan sifat yang boros, itu terjadi
hanya pada saat mereka mendapatkan
penghasilan yang besar dan sebaliknya jika
datang musim paceklik yang mendesak
mereka harus memenuhi kebutuhan rumah
tangga maka salah satu strategi rumah
tangga nelayan adalah dengan melakukan
penghematan pengeluaran rumah tangga.
Kebiasaan rumah tangga nelayan di
Desa Tateli Dua dalam hal pola makan
Berdasarkan gambar di atas, biasanya dua kali sehari yang tanpa mereka
terlihat bahwa sebanyak 55% istri nelayan sadari bahwa hal ini merupakan salah satu
bekerja sebagai penjual ikan hasil cara untuk menghemat pengeluaran
tangkapan para suami, jika para suami tidak belanja, akan tetapi ada juga masyarakat
mendapatkan ikan mereka menjual ikan yang makan tiga kali dalam sehari. Selain
yang mereka beli di TPI Tumumpa dan itu, juga ditemui beberapa rumah tangga
dijual kembali di Pasar Tateli ataupun di jual yang memiliki kebun sendiri yang ditanami
berkeliling kampung. Selanjutnya sebanyak sayur dan rempah-rempah yang selain dijual
9% istri nelayan lainnya bekerja tukang jahit juga dikonsumsi sendiri demi menghemat
dan membuka usaha warung di rumah. pengeluaran belanja. Sama halnya dengan
Serta sebanyak 5% menjual sayur dipasar, kebutuhan akan sandang, mereka biasanya
4% bekerja sebagai karyawan toko dan hanya mengeluarkan biaya dalam satu
sisanya 18% tidak bekerja. tahun sekali yaitu pada saat hari raya Idul
Selain melakukan pekerjaan diatas, Fitri dan hari raya Natal.
istri nelayan juga ikut mengelola potensi Setelah dilakukan penelitian di
komunitas, yang hasil akhirnya juga untuk lapangan dapat diketahui jelas bagaimana
kepentingan ekonomi dan investasi sosial cara yang dilakukan para nelayan
rumah tangga masyarakat nelayan. Peranan tradisional yang ada di Desa Tateli Dua
ini diwujudkan dalam bentuk keterlibatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,
para istri nelayan di Desa Tateli Dua dalam segala kemampuan dan kerja keras telah
mengikuti kegiatan berupa arisan, dilakukan hanya saja pada zaman sekarang
sumbangan timbal balik hajatan dan ini sangat sulit untuk mendapatkan
kegiatan gotong-royong lainnya. Sebanyak pekerjaan yang memiliki penghasilan tetap
45% istri nelayan mengikuti arisan untuk para nelayan yang hanya memiliki
simpanan yang disebut arisan jumat’an dan jenjang pendidikan di bawah yaitu tidak
mengikuti rukun duka. Dengan mengikuti menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun,
kegiatan-kegiatan tersebut, istri nelayan dengan demikian mereka sangat rentan
berpartisipasi mengelola potensi dengan kemiskinan dan sering mengalami
sumberdaya sosial ekonomi masyarakat masa-masa sulit.
yang suatu saat dapat dimanfaatkan untuk
menopang kebutuhan rumah tangga, seperti KESIMPULAN DAN SARAN
penghasilan dari laut menurun, didera Kesimpulan
penyakit,atau kebutuhan mendadak lainnya. Desa Tateli Dua terletak di
Kecamatan Mandolang Kabupaten
Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dengan

_______________________________________________________________________________________________________
236 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

luas daerah sebesar 429.000 Ha dimana meningkatkan kesejahteraan nelayan yang


mayoritas penduduknya sebanyak 58% ada di Desa Tateli Dua.
bermata pencaharian pokok sebagai petani.
Faktor-faktor sosial rumah tangga DAFTAR PUSTAKA
nelayan yang menjadi permasalahan sosial
dalam kehidupan nelayan di Desa Tateli Badan Pusat Statistik. 2015. Diunduh Tanggal 23
Dua diantaranya adalah tingkat pendidikan, Februari 2016 dari http://www.bps.go.id/
jumlah tanggungan keluarga, struktur umur,
Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Minahasa.
dan organisasi sosial.
2015. Jumlah Perikanan Nelayan Tangkap
Faktor-faktor ekonomi yang Dilaut Menurut Kategori Nelayan.
menentukan keberlangsungan suatu rumah
tangga nelayan di Desa Tateli Dua adalah Helmi, A., dan Satria, A. 2012. Strategi Adaptasi
modal, pemasaran, pendapatan dan Nelayan Terhadap Perubahan Ekologis. Jurnal
Sosial Humaniora. Vol.16 No.1
pengeluaran
Strategi nelayan di Desa Tateli Dua dalam Kusnadi, 2009. Keberdayaan Nelayan Dan Dinamika
memenuhi kebutuhan rumah tangga ada Ekonomi Pesisir. Ar-RuzzMedia. Yogyakarta.
beberapa cara yaitu penggunaan mata
pencaharian alternatif, kontribusi Sujarno. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di
pemberdayaan isteri nelayan dan
Kabupaten Langkat. Thesis. Program Studi
melakukan penghematan belanja rumah Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca
tangga. Sarjana Universitas Negeri Medan. 117 Hal

Wasak, M., 2012. Keadaan Sosial-Ekonomi


Saran Masyarakat Nelayan dl Desa Kinabuhutan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kecamatan Likupang Barat. Kabupaten
harus lebih selektif dalam memberikan Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Jurnal Pasific
bantuan mesin perahu supaya lebih tepat Vol.1 Hal.7
sasaran yang nantinya dapat membantu

_______________________________________________________________________________________________________
237 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________
238 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN IKAN CAKALANG ASAP DI


KELURAHAN SINDULANG SATU
Mega S. Apena1; Siti Suhaeni2; Vonne Lumenta2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: megasilviaapena@yahoo.com

Abstract
The aim of this to analyze the finance of businees smoked tuna fish processing in Sindulang one village
and to find out whether it was good for this business. Based on the analyzes the financial, there are three business in
Sindulang one. The value BCR on the three business > 1. The three business are categorized good are reached
100%, because it has provitability value >100% are profit rate back business are reach 46%-6-%. BEP in Sederhana
I sales value Rp 12.436.709 in 286 unit, Sederhana II BEP sales 17.122.062 in 321 unit, Sederhana III BEP sales
19.257.836 in 308 unit. The return on investment less than one month 15 day Sederhana I, 4 day Sederhana II, and
22 day Sederhana III.
Keywords: Financial Analysis, Business, Skipjack Smoke, Sindulang OneVillage

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial tentang usaha pengolahan ikan cakalang asap
di Kelurahan Sindulang Satu dan untuk mengetahui apakah usaha itu layak atau tidak untuk dijalankan. Berdasarkan
hasil analisis secara finansial, ketiga usaha di Kelurahan Sindulang Satu tersebut sangat layak dijalankan karena
semua nilai OP positif , PR dari setiap usaha mencapai 46% hingga 60%, nilai BCR dari ketiga usaha > 1, ketiga
usaha tersebut termasuk kategori sangat baik karena mempunyai nilai rentabilitas >100%, BEP atau titik impas tidak
sama yaitu Sederhana I di BEP penjualan Rp 12.136.709 dan BEP satuan 286 jepit, Sederhana II berada pada titik
impas BEP penjualan Rp 17.122.062 dan BEP satuan 321 jepit dan Sederhana III berada pada titik impas BEP
penjulalan Rp 19.257.836 dan BEP satuan 308 jepit.. Tingkat pengembalian investasi ketiga usaha tersebut sangat
layak dijalankan karena ketiganya dapat mengembalikan investasi kurang dari 1 bulan, yaitu Sederhana I PP 15 hari,
Sederhana II PP 4 satu hari dan Sederhana III PP 22 hari.
Kata Kunci : Analisis Finansial, Usaha, Ikan Cakalang Asap, Kelurahan Sindulang Satu

PENDAHULUAN dilakukan secara modern dengan peralatan


Perikanan merupakan kegiatan dan teknologi yang maju atau moderen
yang terorganisir yang berhubungan dengan ataupun secara tradisional tanpa teknologi
pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya dan peralatan yang maju. Umumnya usaha
ikan serta lingkungannya, mulai dari pengasapan ikan masih dilakukan secara
praproduksi, produksi, pengolahan, sampai tradisional atau dilakukan dalam taraf
dengan pemasaran yang dilaksanakan industri rumah tangga yang berskala kecil
dalam satu bisnis perikanan (Anggraini, berdasarkan kekuatan modal, peralatan dan
2008). Hasil perikanan merupakan komoditi teknologi yang masih Sederhana, serta
yang cepat mengalami kemunduran mutu, jumlah tenaga kerja yang terbatas
atau mengalami pembusukan, karena ikan (Permatasari, 2001).
mempunyai kandungan protein (18-30%) Pengasapan ikan merupakan
dan air yang cukup tinggi (70-80%) penggabungan dari proses penggaraman,
sehingga merupakan media yang baik bagi pengeringan, dan pemberian asap.
perkembangan bakteri pembusuk terutama Pengasapan memiliki beberapa keuntungan
dalam keadaan segar, sehingga ikan perlu yaitu memberikan efek pengawetan,
diawetkan. (Moeljanto, 1992). mempengaruhi citarasa, memanfaatkan
Ada berbagai macam jenis hasil tangkap yang berlebih ketika hasil
pengawetan ikan, antara lain dengan cara: tangkapan berlimpah hal ini memungkinkan
penggaraman, pengeringan, pemindangan, ikan untuk disimpan lebih lama sampai
pengasapan, peragian, pengalengan, dan musim paceklik, dan meningkatkan
pendinginan ikan (Desroiser, Norman, 1998 ketersediaan protein bagi masyarakat
dalam Karyadi, dkk, 2010). Usaha sepanjang tahun. Ikan asap menjadi awet
pengolahan produk hasil perikanan dapat karena adanya pengurangan kadar air

_______________________________________________________________________________________________________
239 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

akibat dari proses pemanasan dan adanya bervariasi, ada yang mahal dan murah.
senyawa-senyawa kimia di dalam asap Harga ikan cakalang asap per jepitnya
seperti golongan fenol yang dapat mengikuti berat (kg) dari produk olahan itu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme sendiri.
dan berperan sebagai antioksidan, Hal yang menarik jika ada pelatihan
pengasapan juga memberikan warna, pengolahan ikan baik itu dari Pemerinatah
tekstur dan flavor yang khas (Daulay, 2014). Daerah maupun Balai Diklat Penyuluhan
Menurut Afrianto dan Liviawaty Perikanan selalu diadakan di Kelurahan
(1989) dalam Karyadi, dkk (2010), yang Sindulang Satu. Pelatihan diadakan untuk
dapat meningkatkan daya awet ikan dalam memperbaiki cara pengolahan ikan
proses pengasapan adalah unsur-unsur cakalang asap secara teknis, maupun
kimia yang terdapat dalam asap. Unsur- secara ekonomis juga diajarkan cara
unsur kimia tersebut berperan sebagai: 1) memasarkan hasil produksi agar mendapat
berfungsi sebagai desinfektan yang keuntungan sehingga dapat meningkatkan
menghambat pertumbuhan atau membunuh pandapatan, untuk menaikan taraf hidup.
mikroorganisme penyebab pembusukan Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
yang terdapat dalam tubuh ikan, 2) pemberi penulis ingin meneliti atau menganalisis
warna pada tubuh ikan sehingga ikan yang usaha pengolahan ikan cakalang asap di
telah diawetkan dengan proses pengasapan Kelurahan Sindulang Satu.
berwarna cokelat keemasan yang dapat Setiap usaha yang dilakukan oleh
menarik selera konsumen, 3) sebagai bahan seseorang bertujuan untuk menghasilkan
pengawet, karena komponen dalam asap keuntungan yang berkelanjutan. Oleh
mampu memberikan daya tahan pada karena itu, perlu melakukan penelitian
daging ikan. tentang analisis finansial usaha pengasapan
Ikan cakalang asap yaitu ikan cakalang asap skala rumah tangga
pengawetan ikan cakalang dengan cara sehingga diperlukan data seberapa besar
pengasapan. Dalam proses pengasapan biaya dan benefit setiap unit dengan
ikan cakalang, unsur yang paling berperan berbagai asumsi antara lain harga jual ikan
adalah asap yang dihasilkan dari hasil asap per jepit serta menganalisis usaha
pembakaran kayu, tempurung maupun pengasapannya melalui analisis keuntungan
sabut kelapa. Di daerah Sulawesi Utara dan analisis imbangan penerimaan dan
khususnya Manado lebih dikenal dengan biaya yang biasa disebut dengan RC ratio
nama ikan cakalang fufu untuk menyebut (R/C) serta analisis break even point (BEP).
ikan cakalang asap. Untuk itu peneliti ingin mengetahui apakah
Kelurahan Sindulang Satu adalah usaha pengasapan ikan cakalang skala
salah satu kelurahan di Kota Manado yang rumah tangga yang ada di Kelurahan
beberapa penduduknya mempunyai usaha Sindulang Satu secara finansial layak
pengolahan ikan asap dengan cara dijalankan atau tidak.
tradisional dan cukup dikenal oleh
masyarakat Kota Manado. Produk ikan METODOLOGI PENELITIAN
cakalang asap merupakan produk yang Penelitian ini bersifat deskriptif
sudah lama dikembangkan dan digemari dengan dasar penelitian studi kasus.
oleh masyarakat Kota Manado. Produk ikan Metode yang digunakan dalam
cakalang asap tersebut bisa ditemukan
pengambilan data yaitu dengan cara
dibeberapa tempat penjualan, misalnya di
pasar maupun di super market. Ikan sensus, data yang dikumpulkan berupa
cakalang asap dapat dinikmati oleh semua data primer dan data sekunder. Data
golongan masyarakat, mulai dari golongan primer diperoleh melalui survei lokasi,
bawah, menengah dan golongan atas, wawancara dan pengisisan kuesioner
karena itu harga ikan cakalang asap sangat

_______________________________________________________________________________________________________
240 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

oleh 3 responden pemilik usaha ikan 7. Ember, sebagai tempat mengisi


cakalang asap. bagian ikan yang akan digunakan
Data yang diperoleh dari untuk membuat bakasang ikan yaitu
penelitian ini, selanjutnya diolah dan bagian hati ikan
dianalisis dengan analisis deskriptif 8. Air, digunakan untuk mencuci ikan
yang yang sudah dibersihkan bagian
kualitatif dan analisis deskriptif
dalamnya
kuantitatif. Analisis yang digunakan 9. Kayu, digunakan sebagai bahan
untuk mengetahui kelayakan usaha yaitu bakar
dengan menghitung operating profit, net 10. Freezer, untuk menyimpan produk
profit, profit rate, benefit cost ratio, ikan cakalang asap yang belum
rentabilitas, break even point dan dijual
payback period. 11. Cool Box Fiber, untuk menyimpan
ikan yang belum diolah
HASIL DAN PEMBAHASAN 12. Bak Air, untuk menampung air
Aspek Teknik (Produksi) selama proses produksi.
Tempat dan Alat-alat Produksi
Untuk membuat ikan cakalang Faktor Produksi Pembuatan Ikan
asap tidak perlu menggunakan Cakalang Asap
bangunan khusus atau pabrik berskala Dalam pembuatan ikan cakalang
besar, karena usaha pengolahan ikan asap tentunya ada faktor-faktor produksi
cakalang asap ini bersifat industri rumah yang harus digunakan secara langsung
tangga atau usaha pengolahan berskala dalam proses produksi, seperti rumah
kecil sehingga pengolahan atau proses pengasapan, meja produksi, ikan
produksi dapat dilakukan di rumah cakalang segar, bambu, daun palem,
pribadi. kayu, dan tenaga kerja.
Dalam proses pengolahan ikan
cakalang asap diperlukan peralatan Rumah Pengasapan
produksi, yaitu sebagai berikut: Rumah pengasapan digunakan
1. Rumah pengasapan, sebagai tempat saat proses pengasapan ikan. Setiap
pengasapan ikan cakalang asap rumah produksi yang ada di Sindulang
2. Meja produksi, digunakan sebagai Satu memiliki 1 rumah pengasapan,
media untuk memotong dan menjepit rumah pengasapan tersebut terbuat dari
ikan mentah beberapa rangkaian besi. Besi
3. Pisau, digunakan untuk memotong digunakan sebagai alat pengasapan
dan membersihkan ikan karena tidak mudah terbakar dan bisa
4. Bambu, digunakan untuk menjepit bertahan lama. Masing-masing rumah
ikan cakalang segar pengasapan yang di miliki oleh masing-
5. Daun palem (woka), digunakan masing rumah produksi ikan cakalang
untuk mengikat bagian-bagian ikan
asap di Kelurahan Sindulang Satu
yang dijepit dengan bambu
6. Loyang, untuk mengisi limbah ikan memiliki ukuran yang berbeda-beda.
yang tidak terpakai, seperti bagian
insang dari ikan
Luas rumah pengasapan
Luas Rumah
No. Rumah Produksi Kapasitas Jumlah per Jepit
Pengasapan
1. Sederhana I 10 x 6 meter 300 Ekor 600
2. Sederhana II 8 x 2,5 meter 200 Ekor 400
3. Sederhana III 5 x 3 meter 150 Ekor 300

_______________________________________________________________________________________________________
241 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Bahan Baku Ikan Cakalang Mentah Bahan Bakar Kayu


Ikan cakalang memiliki tubuh Proses produksi ikan cakalang
yang membulat atau memanjang dan asap di Kelurahan Sindulang Satu masih
garis leteral. Ciri khas dari ikan cakalang menggunakan cara tradisional, sehingga
memiliki 4-6 garis berwarna hitam yang bahan bakar yang digunakan cukup
memanjang di samping bagian tubuh. mudah untuk ditemui, bahan bakar yang
Ikan cakalang pada umumnya digunakan yaitu kayu. Jenis kayu yang
mempunyai berat sekitar 0,5 – 11,5 kg digunakan dalam proses pengasapan
serta panjang sekitar 30-80 cm. ikan ikan tidak menentu, para produsen
cakalang mempunyai ciri-ciri khusus biasanya mengambil kayu-kayu bekas
yaitu tubuhnya mempunyai bentuk dari sisa-sisa pembuatan bangunan.
menyerupai torpedo, bulat dan Para produsen membeli kayu tersebut
memanjang, serta mempunyai tapis dengan harga Rp 500.000,00 hingga Rp
insang sekitatr 53-63 buah. Ikan 600.000,00 per mobil pickup ukuran 1,48
cakalang memiliki dua sirip punggung x 0,3 x 2,2. Jumlah kayu yang diangkut
yang letaknya terpisah. Sirip punggung pun tidak menentu, namun dalam 1 kali
pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, pesanan biasanya kayu tersebut bisa
pada sirip punggung perut diikuti oleh 7- digunakan untuk 3 kali produksi.
9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi yang
sangat kuat diantara dua rigi-rigi yang Bambu
lebih kecil pada masing-masing sisi dan Pengusaha ikan cakalang asap
sirip ekor . yang ada di Kelurahan Sindulang Satu
Produsen ikan asap di Kelurahan semuanya menggunakan bambu
Sindulang Satu menggunakan ikan sebagai alat penjepit ikan. Setiap rumah
cakalang segar sebagai bahan baku produksi di Kelurahan Sindulang Satu,
utama pembuatan ikan cakalang asap. memiliki cara sendiri dalam penggunaan
Masing-masing rumah produksi sudah bambu, ada yang menggunakan satu
memiliki nelayan yang menjadi pemasok jenis bambu dan ada yang
atau langganan ikan cakalang segar. menggunakan dua jenis bambu. Jenis
Dengan pemasok ikan yang berbeda bambu yang digunakan dalam
maka setiap pengusaha ikan cakalang pembuatan ikan cakalang asap yaitu,
asap di Kelurahan Sindulang Satu pun jenis bambu wulung atau bambu yang
mendapat harga yang berbeda-beda sering digunakan masyarakat untuk
pula. membuat pagar dan jenis bambu tali
Dalam pembuatan ikan cakalang atau bambu yang sering digunakan
asap, tingkat kesegaran dari ikan untuk membakar makanan tradisional
cakalang mentah sangat menentukan nasi bulu. Kedua jenis bambu ini
kualitas dari produk akhir ikan cakalang memiliki fungsi yang berbeda-beda,
asap. Apabila jumlah ikan segar yang bambu wulung biasa digunakan sebagai
ada tidak mencapai 50 ekor, maka penjepit ikan sedangkan jenis bambu tali
proses produksi akan ditunda dan ikan digunakan untuk menyangga atau yang
yang sudah ada disimpan di dalam cool diletakan di bagian tengah ikan untuk
box yang sudah disediakan. memisahkan sisi kiri dan kanan ikan,
namun dua dari tiga tempat pengolahan
ikan asap di Kelurahan Sindulang Satu
lebih memilih untuk memakai satu jenis

_______________________________________________________________________________________________________
242 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

bambu untuk menjepit maupun sebagai Tenaga Kerja


penyangga, bambu yang digunakan Usaha industri pengasapan ikan
yaitu jenis bambu walung. di Kelurahan Sindulang Satu masih
merupakan industri rumahan, tenaga
Daun Palem/Woka kerja yang dipakai juga masih memiliki
Daun woka menjadi pilihan hubungan keluarga atau kerabat dekat
pengusaha ikan cakalang asap yang dengan pemilik usaha. Tenaga kerja
berada di Kelurahan Sindulang Satu yang digunakan adalah tenaga kerja
sebagai bahan untuk mengikat setiap dalam proses produksi, sehingga pemilik
bagian bambu yang menghubungkan usaha memberikan upah/gaji kepada
bambu yang satu dengan bambu yang karyawan hanya saat ada produksi saja
lainnya, agar bambu yang digunakan artinya, jika tidak ada produksi maka
tidak mudah terpisah saat proses para pekerja tidak mendapat upah.
pengasapan. Kenapa menggunakan Tenaga kerja yang digunakan
woka, karena daun woka dipercaya tidak tidak memiliki persyaratan khusus
mudah terbakar, sehingga para seperti pendidikan dan umur, syaratnya
pengusaha menggunakan daun woka hanya mampu bekerja dengan baik.
sebagai alat pengikat. Sebelum Masing-masing tempat pengasapan ikan
digunakan untuk mengikat, daun woka di Kelurahan Sindulang Satu memiliki
harus direndam dulu semala 1 jam agar tenaga kerja untuk proses produksi.
daun woka agak lentur dan mudah untuk
digunakan.

Jumlah Tenaga Kerja dari Masing-masing Rumah Produksi


No. Nama Tempat Usaha Jumlah Tenaga Kerja
1. Sederhana I 5 orang
2. Sederhana II 6 orang
3. Sederhana III 8 orang

Seperti terlihat pada tabel bahwa III memiliki 8 orang pekerja yaitu 1 orang
Sederhana I memiliki jumlah tenaga memotong ikan, 2 orang memasang dan
kerja 5 orang, yang terdiri dari 1 orang mengikat bambu, 2 orang mengatur ikan
memotong ikan, 2 orang memasang di tempat pengasapan, 1 orang
bambu dan mengikat ikan, dan 2 orang mengontrol api, dan 2 orang untuk
mengatur ikan yang siap diasapi pada pemasaran.
tempat pengasapan, memasang api dan
mengatur serta menjaga nyala api. Proses Produksi Cakalang Asap
Rumah pengasapan Sederhana II Proses produksi ikan cakalang
memiliki 6 orang pekerja yaitu 1 orang asap di Kelurahan Sindulang Satu
untuk memotong ikan, 3 orang umumnya masih dilakukan secara
memasang dan mengikat bambu, dan 2 tradisional dan turun temurun. Alat
orang yang bertanggungjawab untuk produksi yang digunakan masih
mengatur ikan pada tempat pengasapan sederhana, dengan sarana pengasapan
serta memasang dan mengontrol api, menggunakan tempat pengasapan yang
namun yang sering masuk hanya 4 terdapat di dalam rumah produksi
orang. Rumah pengasapan Sederhana

_______________________________________________________________________________________________________
243 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Proses produksi dimulai dengan menggunakan daun woka. Pada bagian


mencuci bersih bahan baku ikan mentah, tengah ikan disangga dengan bambu
kemudian dipisahkan menurut ukuran untuk memisahkan bagian kiri dan kanan
(kg). Proses pembersihan ikan mentah ikan.
dimulai dari ukuran yang kecil yaitu 2 kg
hingga yang paling besar berukuran 7 Aspek Finansial
kg, namun akhir-akhir ini ikan cakalang Modal Investasi
mentah yang digunakan yang paling Modal investasi adalah modal
mendominasi yaitu yang berukuran 2 kg yang digunakan ketika akan memulai
hingga 5 kg, untuk ukuran 6 kg dan 7 kg usaha. Modal investasi (awal) dalam
ada tapi hanya beberapa ekor saja, usaha pengolahan ikan asap
dilanjutkan dengan membersihkan dialokasikan untuk pengadaan atau
bagian dalam ikan dan memotong ikan membangun seperti, rumah
menjadi dua bagian dengan cara difilet, pengasapan, coolbox, meja produksi dan
ikan yang sudah dipisahkan menjadi dua beberapa alat yang digunakan untuk
bagian tersebut kemudian dibelah lagi produksi dalam jangka panjang
pada bagian tengah mulai dari bagian (Mahyuddin, 2008). Besarnya modal
kepala hingga ekor lalu dimasukkan investasi dari setiap usaha pengasapan
bambu di bagian mata ikan memanjang ikan di Kelurahan Sindulang Satu dapat
ke bagian ekor kemudian diikat dengan dilihat pada Tabel.
Modal investasi Sederhana I
No. Uraian Banyaknya Biaya (Rp) Jumlah (Rp)
1. Cool box fiber 6 1.000.000 6.000.000
2. Mesin pompa air 1 900.000 900.000
3. Instalasi listrik 1 200.000 200.000
4. Rumah pengasapan 1 10.000.000 10.000.000
5. Meja produksi 1 500.000 500.000
6. Parang 1 150.000 150.000
Jumlah 17.750.000

Modal investasi Sederhana II


No. Uraian Banyaknya Biaya (Rp) Jumlah (Rp)
1. Freezer 52 WH 520 ltr 1 5.400.000 5.400.000
2. Freezer 20 WH 200 ltr 1 3.050.000 3.050.000
3. Cool box fiber 6 1.000.000 6.000.000
4. Pompa air 1 1.500.000 1.500.000
5. Instalasi listrik 1 300.000 300.000
6. Rumah pengasapan 1 5.000.000 5.000.000
7. Rumah produksi 1 25.000.000 25.000.000
8. Meja produksi 1 500.000 500.000
9. Motor viar box 1 18.500.000 18.500.000
10. Parang 1 150.000 150.000
Jumlah 65.400.000

_______________________________________________________________________________________________________
244 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Struktur Biaya tetap (variabel cost). Biaya tetap yaitu


Biaya adalah salah satu faktor biaya yang tidak tergantung pada
penting dalam menjalankan suatu usaha. banyak sedikitnya jumlah hasil
Biaya yang dikeluarkan menjadi patokan produksinya, sedangkan biaya tidak
untuk menentukan harga pada produk tetap yaitu biaya yang dikeluarkan setiap
yang akan dipasarkan. Pengusaha kali akan melakukan produksi biaya ini
berharap hasil penjualan/pendapatan bisa bertambah maupun berkutang,
dapat menutup biaya yang dikeluarkan tergantung dari berapa banyak jumlah
bahkan biasa mendapatkan keuntungan. produksi. Biaya tetap dan biaya tidak
Adapun biaya terbagi atas 2 jenis, yaitu tetap setiap usaha di Kelurahan
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak Sindulang Satu dapat dilihat pada Tabel.
Fixed Cost Sederhana I
No. Uraian Biaya
1. Penyusutan mesin pompa air 15.000
2. Perawatan mesin pompa air 25.000
3. Rekening listrik 125.000
4. Perawatan rumah pengasapan 50.000
5. Penyusutan rumah pengasapan 165.000
6. Penyusutan cool box 100.000
7. Penyusutan meja produksi 14.000
8. Gaji Manajer
4.000.000
9. Parang 6.000
10. Pajak 200.000
Jumlah 4.700.000

Variabel cost Sederhana I


No Uraian Pembelian Harga Satuan Biaya (bulan)
1 Ikan cakalang segar 1200 ekor 45.000 54.000.000
2 Daun palem (woka) 48 ujung 2.500 120.000
3 Bambu 50 ujung 20.000 1.000.000
4 Kayu 4 truk 600.000 2.400.000
5 Loyang 2 buah 30.000 60.000
6 Ember 2 buah 20.000 40.000
7 Transportasi 12 kali 15.000 180.000
8 Tenaga kerja (12 kali produksi) 5 orang 900.000 4.500.000
9 Biaya lain-lain 200.000
Jumlah 62.500.000
TC = FC + VC 67.200.000

_______________________________________________________________________________________________________
245 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Fixed cost Sederhana II


No. Uraian Biaya
1. Penyusutan mesin pompa air 16.500
2. Perawatan mesin pompa air 25.000
3. Tagihan listrik 175.000
4. Penyusutan rumah pengasapan 133.000
5. Perawatan rumah pengasapan 50.000
6. Penyusutan bak air 8.000
7. Penyusutan meja produksi 21.000
8. Penyusutan cool box fiber 17.000
9. Parang 6.000
10. Gaji manajer 6.000.000
11. Pajak 400.000
Jumlah 6.851.500

Variabel cost Sederhana II

No. Uraian Pembelian Harga Satuan Jumlah

1. Ikan cakalang segar 2400 ekor 55.000 132.000.000


2. Bambu walung 40 ujung 25.000 1.000.000
3. Bambu tali 40 ujung 7.500 300.000
4. Daun palem (woka) 300 ujung 2.500 750.000
5. Tenaga kerja (30 kali produksi) 4 orang 100.000 12.000.000
6. Loyang 2 buah 30.000 60.000
7. Keranjang 5 buah 95.000 475.000
8. Ember 1 buah 25.000 25.000
9. Transportasi 30 kali 15.000 450.000
10. Kayu 10 truk 600.000 6.000.000
11. Biaya lain-lain 500.000
Jumlah 153.560.000
TC = FC + VC 160.411.500

Fixed costSederhana III


No. Uraian Biaya (bulan)
1. Perawatan Pompa Air 25.000
2. Biaya Listrik 215.000
3. Penyusutan freezer 520 ltr 90.000
4. penyusutan freezer 200 ltr 51.000
5. Perawatan Rumah Pengasapan 25.000
6. Penyusutan Rumah Pengasapan 83.000
7. Penyusutan cool box fiber 100.000
8. Penyusutan rumah produksi 417.000
9. Perawatan rumah produksi 17.000
10. perawatan motor viar box 125.000
11. Penyusutan Motor Viar Box 100.000

_______________________________________________________________________________________________________
246 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

12. penyusutan meja produksi 21.000


13. Parang 6.000
14. Gaji manajer 5.000.000
15. Pajak 250.000
Jumlah 6.525.000

Variabel cost Sederhana III

No. Uraian Pembelian Harga Satuan Jumlah

1. Ikan cakalang segar 2250 ekor 65.000 146.250.000


2. Bambu 80 ujung 10.000 800.000
3. Daun woka 100 ujung 2.500 250.000
4. Kayu 7 truk 600.000 4.200.000
6. Loyang 2 buah 25.000 50.000
7. Tenaga kerja 6 orang 5.625.000 33.750.000
8. Bensin 24 liter 6.500 156.000
9. Biaya lain-lain 500.000
Jumlah 185.956.000
TC = FC + VC 192.481.000

Pendapatan itu berarti jumlah pendapatan rata-


Dalam menjalankan suatu usaha, rata Sederhana I yaitu 2400 x Rp
seorang pengusaha tentunya 42.500,00 = Rp 102.000.000,00
mengharapkan pendapatan yang lebih 2) Sederhana II : setiap bulannya
atau keuntungan yang besar dari usaha memproduksi ikan rata-rata sebanyak
yang dijalankan. Pendapatan pengusaha 2.400 atau sebanyak 4.800 jepit ikan
ikan caklang asap tergantung dari cakalang asap dengan harga jual
berapa jumlah ikan yang diasapi dan rata-rata Rp 53.333,00 per jepit (kg),
harga jual dari setiap jepit ikan asap itu berarti jumlah pendapatan dalam 1
tersebut. Pendapatan berperan penting bulan yaitu 4.800 x Rp 53.333,00 =
dalam mengukur tingkat produktifitas Rp 256.000.000,00
dari suatu usaha, dari pendapatan dapat 3) Sederhana III : setiap bulannya
dilihat apakah dari pendapatan dapat memprodiksi ikan rata-rata 2.250 ekor
menutupi biaya pengeluaran pada atau 4.500 gepe per bulannya dengan
produksi dan apakah bisa mendapatkan harga jual rata-rata Rp 62.500,00 per
untung yang lebih. jepit (kg), itu berarti jumlah
Dari hasil penelitian yang didapat pendapatan dalam 1 bulan yaitu
maka dari ketiga usaha pengolahan ikan 4.500 x Rp 62.500,00 = Rp
asap setiap bulannya di Kelurahan 281.250.000,00
Sindulang Satu dapat diuraikan sebagai
berikut: Analisis Finansial
1) Sederhana I: setiap bulannya Untuk melihat kelayakan dari
memproduksi ikan asap sebanyak usaha pengolahan ikan cakalang asap di
1200 ekor atau 2400 jepit produk ikan Kelurahan Sindulang Satu mulai dari
cakalang asap dengan harga jual usaha Sederhana I, Sederhana II dan
rata-rata Rp 42.500,00 per jepit (kg), Sederhana III yang selanjutnya dalam
_______________________________________________________________________________________________________
247 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

analisis angka 1 digunakan untuk Besarnya investasi, FC, VC,TC, dan TR


Sederhana I, angka 2 untuk SederhanaII dapat dilihat pada Tabel.
dan angka 3 untuk Sederhana III.

Tabel investasi, FC, VC,TC, dan TR


Uraian Sederhana I Sederhana II Sederhana III
Investasi (I) 17.750.000 11.350.000 65.400.000
Fixed cost (FC) 4.700.000 6.851.500 6.525.000
Biaya Tidak Tetap (VC) 62.500.000 153.560.000 185.956.000
Total Cost (TC) 67.200.000 160.411.500 192.481.000
Total Revenue (TR) 102.000.000 256.000.000 281.250.000

Operating Profit (OP) Net Profit


1 = TR - TC
OP1 = TR – VC = Rp 102.000.000,00 – Rp 67.200.000,00
= Rp 102.000.000,00 – Rp 62.500.000,00 = Rp 34.800.000,00
= Rp 39.500.000,00
Net profit atau keuntungan absolut
Dapat dilihat bahwa operating profit dari Sederhana I adalah Rp 34.800.000,00.
usaha pengolahan ikan asap Sederhana Keuntungan ini menggambarkan bahwa
I yaitu sebesar Rp 39.500.000,00 ini usaha pengolahan ikan asap ini dijamin
merupakan keuntungan dari usaha keberlangsungannya karena hasil
tersebut dan dapat digunakan untuk menunjukkan angka positif.
biaya produksi berikutnya.
2 = TR - TC
OP2= TR – VC
= Rp 256.000.000,00 – Rp 160.411.500,00
= Rp 256.000.000,00 – Rp 153.560.000,00
= Rp 95.588.500,00
= Rp 102.440.000,00
Net profit yang didapat Sederhana II
Operating profit dari usaha pengolahan yaitu sebesar Rp 95.588.5000,00.
ikan cakalang asap Sederhana II yaitu Keuntungan ini menggambarkan bahwa
sebesar Rp 102.440.000,00 ini usaha tersebut dijamin
merupakan keuntungan dari usaha keberlangsungnanya, karena hasil dari
tersebut, dan keuntungan ini dapat keuntungan absolut bernilai positif.
digunakan untuk biaya produksi
berikutnya. = TR - TC
3

= Rp 281.250.000,00 – Rp 192.481.000,00
OP3 = TR – VC
= Rp 88.769.000,00
= Rp 281.250.000,00 – Rp 185.956.000,00
= Rp 95.294.000,00
Net profit yang didapat Sederhana III
Operating profit dari usaha pengolahan yaitu sebesar Rp. 88.769.000,00.
ikan asap Sederhana III yaitu sebesar Keuntungan ini menggambarkan bahwa
Rp 95.294.000,00 ini merupakan usaha ini dapat dijamin
keuntungan yang didapat dan keberlangsungannya, karena
keuntungan tersebut dapat digunakan keuntungan absolutnya bernilai positif.
untuk biaya produksi berikutnya. Besarnya nilai keuntungan absolut yang
didapat dari setiap usaha yang ada di
Kelurahan Sindulang Satu

_______________________________________________________________________________________________________
248 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

menggambarkan prospek usaha Benefit Cost Ratio (BCR)


pengolahan ikan cakalang asap ini
dijamin keberlangsunganya, karena BCR1= = = 1,52
keuntungan absolut dari ketiga usaha
bernilai positif.
BCR yang didapat Sederhana I yaitu
Profit Rate (Tingkat Keuntungan) sebesar 1,52 itu berarti usaha ini layak
untuk dijalankan, karena nilai BCR > 1.
PR1=
BCR2= = = 1,60
=
= 52% BCR yang didapat Sederhana I yaitu
sebesar 1,60 itu berarti usaha ini layak
Tingkat keuntungan menunjukkan usaha untuk dijalankan, karena nilai BCR > 1.
tersebut memberikan keuntungan
dibandingkan dengan jumlah
BCR3= = = 1,46
keseluruhan biaya yang dikeluarkan.
Tingkat keuntungan yang didapat
Sederhana I yaitu sebesar 52% yang BCR yang didapat Sederhana I yaitu
berarti usaha yang dijalankan sebesar 1,46 itu berarti usaha ini layak
mendatangkan keuntungan. untuk dijalankan, karena nilai BCR > 1.
Benefit cost ratio yaitu perkiraan manfaat
PR2= yang diharapkan untuk waktu yang akan
datang. Nilai BCR yang didapat dari
= ketiga usaha yang berada di Kelurahan
= 60% Sindulang Satu yaitu Sederhana I
sebesar 1,52, Sederhana II sebesar
Tingkat keuntungan yang didapat 1,60, dan Sederhana III yaitu 1,46, maka
Sederhana II yaitu sebesar 60% yang dapat dikatakan ketiga usaha tersebut
berarti usaha yang dijalankan dapat dijalankan karena nilai BCR dari
mendatangkan keuntungan sebanyak ketiga usaha tersebut lebih besar dari 1 (
60% dari total pendapatan. >1 )

PR3= Rentabilitas
R1 =
=
= = 196%
= 46%

Tingkat keuntungan yang didapat Besarnya rentabilitas pada usaha


Sederhana III yaitu sebesar 46% yang pengolahan ikan asap Sederhana I yaitu
berarti usaha yang dijalankan sebesar 196% menunjukkan usaha yang
mendatangkan keuntungan sebanyak dijalankan termasuk dalam kategori baik
46% dari total pendapatan. sekali karena > 100%.

_______________________________________________________________________________________________________
249 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

R2 = Berdasarkan hasil analisis yang didapat


yaitu BEP penjualan yaitu sebesar Rp
= = 842% 12.136.709,00 yang menunjukkan
bahwa titik impas dari usaha Sederhana
Besarnya rentabilitas pada usaha I dan BEP satuan sebesar 286.
pengolahan ikan asap Sederhana II yaitu
sebesar 842% menunjukkan bahwa BEP Penjualan2=
usaha yang dijalankan termasuk dalam
kategori baik sekali karena >100%. =

R3 = = = Rp 17.122.062
= = 136% BEP Satuan2=

= = 321
Besarnya rentabilitas pada usaha
pengolahan ikan asap Sederhana III Berdasarkan hasil analisis yang didapat
yaitu sebesar 136% menunjukkan bahwa yaitu BEP penjualan yaitu sebesar Rp
usaha yang dijalankan tarmasuk dalam 17.122.062,00 yang menunjukkan
kategori baik sekali karena > 100% . bahwa titik impas dari usaha Sederhana
Rentabilitas merupakan rasio II dan BEP satuan sebesar 321.
keuntungan bersih dengan investasi
dalam satu unit usaha. Hasil analisis BEP Penjualan3=
rentabilitas pada ketiga usaha
pengolahan ikan cakalang asap di =
Kelurahan Sindulang Satu yaitu
Sederhana I sebesar 196%, Sederhana = = Rp 19.257.836
II sebesar 842% dan Sederhana III
sebesar 136%. Hasil tersebut BEP Satuan3=
menunjukkan bahwa keuntungan yang
didapat lebih besar daripada investasi = = 308
yang ditanam dan termasuk dalam
kategori baik sekali, karena ketiga usaha
tersebut mendapatkan nilai yang lebih Berdasarkan hasil analisis yang didapat
dari > 100%. yaitu BEP penjualan yaitu sebesar Rp
19.257.836,00 yang menunjukkan
Break Even Point (BEP) bahwa titik impas dari usaha Sederhana
III dan BEP satuan sebesar 308.
BEP Penjualan1=
Payback Period (PP)
=
PP1 =
= = Rp 12.136.709 = = 15 hari

BEP Satuan1= PP2 =

= = 286 = = 4 hari

_______________________________________________________________________________________________________
250 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

PP3 = Sindulang Satu, pengembalian investasi


dalam sebulan (30 hari) yaitu Sederhana
= = 22 hari I = 15 Sederhana II = 4 dan Sederhana
III = 22.
Berdasarkan hasil analisis usaha
pengolahan ikan asap di Kelurahan
Hasil Analisis
No. Keterangan Sederhana I Sederhana II Sederhana III
1. Operating Profit 39.500.000 102.440.000 95.294.000
2. Net Profit 34.800.000 95.588.500 88.769.000
3. Profit Rate 52% 60% 46%
4. Benefit Cost Ratio 1,52 1,60 1,46
5. Rentabilitas 196% 842% 136%
6. BEP Penjualan
12.136.709 17.122.062 19.257.836
BEP Satuan 286 321 308
7. Payback Period 15 4 22

Dapat dilihat Sederhana II memiliki 2. PR ketiga usaha mempunyai


jangka waktu pengembalian yang lebih kemampuan untuk menghasilkan
cepat daripada ke dua usaha yang lain keuntungannya lebih dari 46% hingga
itu berarti Sederhana II yang terbaik, 60% dari seluruh biaya yang
kemudian Sederhana I dan yang terakhir dikeluarkan.
Sederhana III. Tapi, bukan berarti 3. BCR, semua usaha mempunyai nilai
Sederhana III terburuk itu karena usaha BCR > 1 yaitu BCR1 1,52, BCR2 1,60,
Sederhana III membuat produk olahan dan BCR3 1,46, yang artinya ketiga
lain seperti nugget ikan, abon ikan dan usaha tersebut layak untuk
bakasang sehingga untuk perhitungan dijalankan.
payback period terlihat Sederhana III 4. Rentabilitas dari ketiga usaha
paling lama jangka waktu tersebut termasuk kategori sangat
pengembaliannya karena investasi yang baik karena mempunyai nilai
ada di Sederhana III dihitung secara rentabilitas >100% yaitu R1 196%, R2
keseluruhan walaupun ada beberapa 842%, dan R3 136%.
alat investasi dipakai oleh beberapa 5. BEP usaha tersebut berbeda-beda
produk olahan lainnya juga. yang berarti bahwa setiap usaha
mempunyai titik impas yang tidak
KESIMPULAN DAN SARAN sama yaitu Sederhana I di BEP
Kesimpulan penjualan Rp 12.136.709 dan BEP
Dari hasil penelitian maka dapat satuan 286 jepit, Sederhana II berada
disimpulkan bahwa: pada titik impas BEP penjualan Rp
1. Nilai OP, ketiga usaha tersebut 17.122.062 dan BEP satuan 321 jepit
sangat layak dijalankan karena dan Sederhana III berada pada titik
semua nilai OP positif yaitu OP1 Rp impas BEP penjulalan Rp 19.257.836
39.500.000, OP2 Rp 102.440.000, dan BEP satuan 308 jepit.
dan OP3 Rp 95.294.000, yang berarti 6. Tingkat pengembalian investasi
dapat membiayai seluruh operasional ketiga usaha tersebut sangat layak
usaha. dijalankan karena ketiganya dapat

_______________________________________________________________________________________________________
251 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

mengembalikan investasi kurang dari DAFTAR PUSTAKA


1 bulan, yaitu Sederhana I PP 15 atau
15 hari, Sederhana II PP 4 atau 4 hari Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil
Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
dan Sederhana III PP 22 atau 22 hari. Permatasari, R. A. 2001. Analisis Finansial Usaha
7. Keuntungan bersih, ketiga usaha itu Pengolahan Produk Fish Nugget di Kecamatan
sangat layak dijalankan karena NP1 Cisolok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
Institut Pertanian Bogor.
Rp 34.800.000, NP2 Rp 95.558.500 Karyadi., R. Pranomo., Sulistyowati. 2010. Anaalisis
dan NP3 Rp 88.769.000. Semua Finansial dan Pendapatan Usaha Pengasapan
mempunyai keuntungan bersih tiap Ikan “Mina Asri” Rumah Tangga di Kelurahan
bulannya jauh melebihi investasi. Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara Kota
Semarang. Sekolah Tinggi Ilmu
PertanianFarming Semarang. Semarang
Saran Dulay., pasaribu., kanisius. 2014. Pengolahan
Pengusaha ikan cakalang asap di Tradisional Pengasapan Ikan Cakalang
Kelurahan Sindulang Satu sebaiknya (Katsuwonus pelamis). Makalah Pribadi Dasar
Teknologi Hasil Perairan. Manajemen
memberi tanda atau label pada produk Sumberdaya Perairan. Universitas Sumatrera
olahannya, agar masyarakat bisa Utara
mengenal dengan baik produk olahan Mahyuddin. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele.
Penebar Swadaya. Jakarta.
yang biasa mereka konsumsi dan perlu
adanya manajemen usaha, agar
keuntungan yang didapat bisa dilihat.

_______________________________________________________________________________________________________
252 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

SISTEM PEMASARAN IKAN CAKALANG FUFU DI KELURAHAN SINDULANG


SATU KOTA MANADO
Yulanda O. Bawinto1; Siti Suhaeni2; Max H. Wagiu2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: olanbawinto@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui sistem pemasaran atau saluran pemasaran ikan cakalang fufu
dari Kelurahan Sindulang I dan mengetahui margin pemasaran pada tiap saluran pemasaran.
Dasar penelitian ini adalah studi kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah semua produsen pengolah
ikan cakalang fufu di Kelurahan Sindulang I dan pedagang yang menyalurkannya. Produsen ikan cakalang fufu ada
tiga orang, metode pengambilan data menggunakan metode sensus yaitu data yang diambil dari seluruh populasi.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer di kumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan kuisioner. Sedangkan data sekunder hanya mengutip dari data yang sudah ada di kantor-kantor yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian diketahui bahwa di Kelurahan Sindulang I terdapat tiga produsen pengolah ikan cakalang
fufu, yang masing-masing di beri nama sederhan I, sederhana II, dan sederhana III. Setiap usaha mempunyai
saluran pemasaran sendiri-sendiri. Meski setiap usaha mempunyai saluran pemasaran sendiri-sendiri tetapi hanya
ada dua macam saluran pemasaran ikan cakalang fufu di Kelurahan Sindulang I. Pertama yaitu dari produsen
langsung ke konsumen, dan yang kedua dari produsen melalui pasar swalayan kemudian ke konsumen. Pasar
swalayan yang menyalurkan ikan cakalang fufu dari Kelurahan Sindulang I adalah Golden, Multimart, Freshmart, dan
Kawanua. Setiap swalayan memberikan kemasan sendiri-sendiri sehingga harga yang ditawarkan juga bervariasi.
Adapun yang paling bagus adalah Saluran I karena mempunyai margin sama dengan nol, sebab produsen
menjual langsung kepada konsumen sehingga yang diterima produsen sama dengan yang dibayarkan oleh
konsumen. Adapun Saluran II yang mempunyai margin terkecil adalah ikan cakalang fufu yang di pasarkan dari
sederhana II melalui Multimart Swalayan yaitu hanya Rp.10.800/gepe, sedangkan yang terbesar adalah yang di
salurkan dari sederhana II melalui freshmart swalayan yaitu Rp.52.600/kg. Margin ikan cakalang fufu yang disalurkan
melalui Golden swalayan yaitu dari sederhana I sebesar Rp.34.000/kg, dan yang disalurkan melalui Kawanua
sebesar Rp.30.000/kg. Dari ketiga produsen yang ada di Sindulang I yang terbaik pemasarannya adalah sederhana
III, karena produsen memasarkan langsung ke konsumen sehingga marginnya sama dengan nol, walaupun ketiga
produsen tersebut menetapkan harga jual yang sama yaitu Rp.35.000/kg.
Kata kunci : Sistem Pemasaran Ikan Cakalang Fufu.

ABSTRACT
This study aims to determine the system of marketing or marketing channels skipjack fufu of Sindulang
Village I and determine the marketing margin on each marketing channel.
Basic research is a case study. The population in this study is all producers of tuna fish processing
Sindulang fufu in the Village I and merchant channel. Manufacturer tuna fufu there are three people, the data
retrieval methods using census data taken from the entire population. Data collected in the form of primary data and
secondary data. Primary data was collected through interviews, observation, and questionnaires. While secondary
data only quote from data that already exist in offices related to this research.
The survey results revealed that in Sub Sindulang I there are three fufu manufacturers’ tuna processors,
each of which was named sederhan I, II simple, and modest III. Every business has its own marketing channels.
Although every effort has its own marketing channels but there are only two kinds of tuna fufu marketing channels in
the Village of Sindulang I. First ie from the producer directly to consumers, and the second from the manufacturer
through the supermarket and then to consumers. Supermarket channel tuna fufu from District Sindulang I is Golden,
Multimart, Freshmart, and Kawanua. Each self-provide their own packaging so that the price offered is also varied.
As for the best are the first line because it has a margin equal to zero, because manufacturers sell directly
to consumers so received by producers similar to those paid by consumers. The Channel II which has the smallest
margin is tuna fufu is marketed from simple II through Multimart Supermarkets are only Rp.10.800 / gepe, while the
largest is that of simple II channeled through supermarkets Freshmart is Rp.52.600 / kg. Margin tuna fufu channeled
through supermarkets Golden ie from simple I amounted Rp.34.000 / kg, and channeled through Kawanua
amounting to Rp 30,000 / kg. Of the three manufacturers in Sindulang I best marketing is simple III, for producers to
market directly to the consumer so that the margin is equal to zero, although the three producers set the price of the
same is 35,000 / kg.
Keywords: Marketing Systems Skipjack Fufu.

_______________________________________________________________________________________________________
253 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN kayu, ikan kaleng, abon cakalang, dan


Pembangunan perikanan masih banyak lagi. Ikan cakalang juga
bertujuan untuk meningkatkan produksi tercatat sebagai komoditi ekspor baik
ikan guna memenuhi kebutuhan gizi dalam bentuk segar, beku maupun
masyarakat dalam negeri dan luar olahan. Pengasapan ikan cakalang
negeri.Tujuan dari program perikanan merupakan cara pengolahan tradisional
adalah meningkatkan pendapatan dan yang cukup di kenal di daerah Sulawesi
taraf hidup nelayan dan keluarganya Utara. Cara pengawetan dengan
dalam kualitas hidup melalui pengasapan dan pemanggangan ini
pemanfaatan sumberdaya secara dilakukan dalam waktu yang relatif
optimal dengan berbagai usaha. Melihat singkat. Sebagai produk akhir diperoleh
perkembangan dan pertumbuhan yang belahan memanjang berwarna cokelat
dicapai oleh sub sektor perikanan kemerahan, mengkilap, berbau khas
sampai saat ini dapat diartikan arah yang ikan bakar, daging bagian luar agak
digariskan telah sejalan dengan tujuan keras dan mempunyai daya awet 2-3
pembangunan di sub sektor perikanan hari (Dundu, 1986).
yaitu untuk meningkatkan: 1. Produksi Produk olahan ikan cakalang fufu
perikanan baik kualitas maupun pemasarannya masih sangat terbatas,
kuantitas dalam memenuhi kebutuhan dikarenakan mutu yang masih kurang
gizi serta kebutuhan industri dalam sehingga daya tahan produknya pun
negeri dan ekspor hasil perikanan. 2. masih sangat rendah. Selain itu produk
Produktifitas usaha perikanan dan ikan cakalang fufu juga tidak mempunyai
meningkatkan pendapatan nelayan serta kemasan sehingga dijual dalam keadaan
petani. 3.Lapangan kerja dan tidak dikemas. Kalau daya tahan produk
kesempatan berusaha serta menunjang yang dijual rendah maka daerah
pembangunan daerah. 4.Pembinaan pemasarannya pun tidak bisa jauh,
kelestarian sumberdaya perikanan dan karena pemasaran yang jauh
lingkungan hidup. memerlukan waktu yang cukup lama
Penanganan dan pengolahan sehingga dikhawatirkan produk rusak di
pasca panen sangat besar artinya dalam jalan ( Suhaeni, 2014).
menunjang program peningkatan Aktivitas perekonomian terdiri
konsumsi ikan. Selain dapat dari tiga kegiatan pokok, yaitu produksi,
mempertahankan mutu hasil perikanan pemasaran, dan konsumsi.Pemasaran
dan mengurangi kerusakan, teknologi produk perikanan merupakan hal yang
pasca panen juga sangat membantu paling penting dalam menjalankan
dalam pemanfaatan sumber-sumber sebuah usaha perikanan karena
perikanan, jenis atau bagian-bagian ikan pemasaran merupakan tindakan
yang selama ini masih belum ekonomi yang berpengaruh terhadap
dimanfaatkan, dapat diolah sehingga tinggi rendahnya pendapatan nelayan.
meningkatkan daya guna dan nilai Produksi yang baik akan sia-sia hanya
tambah. Ikan Cakalang merupakan ikan karena harga pasar yang rendah,
yang bernilai ekonomis tinggi. sehingga tinggi produksi tidak mutlak
Dikatakan demikian karena ikan memberikan keuntungan yang tinggi
ini banyak digunakan sebagai bahan tanpa pemasaran yang baik dan efisien .
baku untuk berbagai jenis industri Kegiatan ekonomi masuk dalam
pengolahan seperti cakalang fufu, ikan segala bidang, tak terkecuali bidang

_______________________________________________________________________________________________________
254 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

perikanan oleh sebab itu kegiatan


memproduksi, memasarkan dan Tujuan dan Manfaat Penelitian
mengkonsumsi ada di dalamnya. Sifat Tujuan dari penelitian yang akan
ikan yang mudah rusak memebutuhkan dilakukan ini adalah untuk mengetahui :
penanganan yang cepat dan tepat 1) Sistem pemasaran ikan cakalang fufu
setelah di tangkap. Dengan penanganan di Sindulang I. Sistem yang dimaksud
ikan yang baik, ikan akan bertahan lebih yaitu tahapan penyaluran ikan cakalang
lama sehingga jangkauan pemasaran fufu mulai dari produsen/nelayan sampai
menjadi lebih jauh dengan demikian pada konsumen atau saluran
harga jual pun lebih tinggi. Dengan pemasaran. 2) Margin pemasaran ikan
harga jual yang tinggi diharapkan cakalang fufu pada setiap saluran
nelayan dapat meningkatkan taraf pemasaran.
hidupnya. Kegunaan yang diharapkan dari
Pemasaran ikan olahan Penelitian ini adalah : Sebagai informasi
tradisional seringkali kurang bagi yang membutuhkan tentang sistem
menguntungkan pihak produsen pemasaran ikan terutama bagi produsen
(pengolah) karena masih rendahnya pengolahan ikan cakalang fufu di
harga yang di terima oleh produsen. Hal Sindulang I dan sebagai latihan bagi
ini mungkin di karenakan mutu ikan penulis untuk menerapkan ilmunya di
olahan yang kurang baik atau lapangan.
panjangnya saluran pemasaran ikan
olahan untuk sampai ke konsumen. METODE PENELITIAN
Saluran pemasaran yang Metode dasar yang digunakan
panjang akan memperbesar margin dalam Penelitian ini adalah studi kasus.
pemasaran dan ini menjadi beban bagi Studi kasus dilakukan dengan cara
konsumen, yang harus membeli dengan mempelajari/mendalami suatu kasus
harga mahal sedangkan yang diterima tertentu dengan mengumpulkan
pengolah ikan atau produsen rendah. beragam sumber informasi (Raco, 2010).
Semakin panjang saluran pemasaran Populasi dalam penelitian ini
semakin besar selisih harga yang harus adalah semua produsen ikan cakalang
dibayarkan oleh konsumen dengan yang fufu yang berada di Kelurahan Sindulang
di terima oleh produsen sehingga margin I dan pedagang yang memasarkannya.
pemasaran semakin besar. Bertolak dari Pengambilan data dilakukan secara
uraian di atas, maka dirasa perlu untuk sensus yaitu cara pengambilan data
diteliti mengenai margin pemasaran ikan secara menyeluruh atau data diambil
cakalang fufu. dari semua orang yang menjadi populasi
Kelurahan Sindulang I adalah dalam penelitian ini. Produsen
salah satu kelurahan di Kota Manado pengolahan ikan cakalang fufu di
yang memproduksi ikan cakalang fufu, Kelurahan Sindulang satu berjumlah tiga
dan selalu di jadikan tempat pelatihan orang, Sedangkan yang memasarkan
pengolahan ikan yang di adakan dari adalah produsen sendiri dan pasar
pemerintah daerah maupun dari balai swalayan.
diklat perikanan. Oleh karena itu dirasa Pengumpulan data dilakukan
perlu adanya penelitian tentang sistem dengan observasi langsung terhadap
pemasaran ikan cakalang fufu dari obyek yang menjadi tujuan penelitian.
produsen ke konsumen. Data yang dikumpulkan terdiri dari data

_______________________________________________________________________________________________________
255 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

primer dan sekunder. Data primer yaitu Swalayan, Freshmart Swalayan,


data yang diperoleh melalui wawancara Multimart Swalayan dan Kawanua yaitu
dan pengamatan secara langsung tempat penjualan oleh-oleh khas dari
dengan produsen dan pedagang ikan Manado. Selain itu masih banyak lagi
cakalang fufu di kelurahan Sindulang I tempat yang dapat di temui untuk
berdasarkan survey, observasi dan memperoleh cakalang fufu seperti di
kuesioner yang sudah dipersiapkan samping lampu merah sario dan pasar-
sebelumnya. Sedangkan data sekunder pasar tradisional, walaupun mungkin
diperoleh dari instansi yang berkaitan bukan hasil produksi dari Kelurahan
dengan penelitian yang dilakukan Sindulang I.
maupun literatur yang berhubungan Dari hasil penelitian, produksi
yang di peroleh dari berbagai sumber ikan cakalang fufu di Kelurahan
tertulis. Sindulang I sebagian dijual di pasar
Rencana analisis yang akan di Bersehati dan sebagiannya lagi di pasar
gunakan dalam penelitian ini adalah Swalayan.
analisis deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif Sarana dan Prasarana
adalah untuk memberikan gambaran Sarana yang di pakai dalam
serta keterangan dengan menggunakan pemasaran ikan cakalang fufu yaitu
kalimat penulis sendiri secara sistematis gerobak motor (kaisar) yang di gunakan
sesuai dengan data yang diperoleh dan sebagai angkutan atau alat transportasi
dikaitkan dengan aspek-aspek teoritis. dengan prasarana jalan, dan transportasi
Analisis deskriptif kuantitatif adalah laut dengan menggunakan perahu.
untuk memberikan bahasan dengan Sarana dan prasarana ini sangat
menggunakan perhitungan yang menunjang dalam kegiatan pemasaran
sederhana. Seperti penjumlahan ikan cakalang fufu. Sarana transportasi
pengurangan dan pembagian serta ini sangat bermanfaat dalam
prosentase. Untuk analisis margin pendistribusian hasil produksi ke
pemasaran menggunakan perhitungan konsumen.
sederhana sebagai berikut (Tubagus,
2011). Saluran Pemasaran
MP = Pr - Pf Pada saluran pemasaran ikan
Keterangan : cakalang fufu di Kelurahan Sindulang I
Mp = Margin pemasaran. tidak ada organisasi khusus yang
Pr = Harga di tingkat konsumen.
menanganinya. Panjang pendeknya
Pf = Harga di tingkat produsen/nelayan.
saluran pemasaran suatu barang di
tandai oleh berapa banyaknya pedagang
HASIL DAN PEMBAHASAN
perantara yang dilalui oleh barang
tersebut sejak dari produsen hingga ke
Sistem Pemasaran Ikan Cakalang
konsumen akhir. Dari hasil penelitian
Fufu
yang ada bahwa produsen pengolah
Tempat Pemasaran
ikan cakalang fufu biasanya langsung
Pada umumnya hasil produksi
menjual hasil produksi mereka ke pasar
cakalang fufu di jual di pasar bersehati
tradisional atau pasar swalayan.
oleh produsennya sendiri. Namun
Dari pasar tradisional produsen
demikian ikan cakalang fufu bisa juga di
menjual langsung ke konsumen akhir.
peroleh di supermarket seperti di Golden

_______________________________________________________________________________________________________
256 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Namun ada juga yang di jual di pasar fufu yang dari Kelurahan Sindulang I,
swalayan, di pasar swalayan di jual lagi sehingga dapat menentukan harga jual
ke konsumen akhir. Di pasar swalayan yang jauh lebih tinggi dari harga belinya.
seperti Golden, Freshmart, Multimart, Hal ini merupakan salah satu strategi
atau Kawanua biasanya ikan cakalang dalam pemasaran ikan cakalang fufu.
fufu yang dibeli dari produsen di Oleh karena itu harga jual ikan cakalang
Kelurahan Sindulang I kemudian fufu di pasar swalayan cukup mahal.
dikemas lagi. Ada yang dikemas vakum Berdasarkan hasil penelitian dari
namun ada juga yang memakai ketiga produsen pengolahan ikan yang
steroform dan plastik makanan. Pasar ada di Kelurahan Sindulang I dapat di
swalayan mengemas produk cakalang gambarkan sebagai berikut :

Saluran Pemasaran Sederhana I, II, dan III.


Pasar Bersehati Konsumen
Sederhana I
Golden Swalayan Konsumen

Pasar Bersehati

Freshmart Swalayan Konsumen


Sederhana II
Multimart Swalayan Konsumen

Kawanua Konsumen

Sederhana III Pasar Bersehati Konsumen


Sumber : Data primer, 2016.

Dari ketiga usaha produsen, pedagang pengecer dalam


pengolahan ikan cakalang fufu itu hal ini pasar swalayan, dan
terlihat bahwa Sederhana II dapat konsumen.1). Dari produsen langsung
memasukan hasil produksinya di ke konsumen. 2). Dari produsen ke
pasar swalayan lebih banyak dari swalayan baru ke konsumen akhir.
Sederhana I dan Sederhana II. Hal ini Pasar swalayan membeli
di karenakan Sederhana II langsung ke produsen baru setelah di
memproduksi ikan cakalang fufu kemas di jual ke konsumen. Karena
setiap hari, sedangkan Sederhana I pasar swalayannya berbeda-beda dan
hanya satu minggu tiga kali dan kemasannya juga berbeda-beda maka
sederhana tiga tidak tentu, tergantung hal ini menyebabkan harganya juga
dari bahan bakunya. berbeda-beda.
Dari hasil penelitian yang Saluran – saluran pemasaran ikan
ada, ditemui saluran pemasaran ada cakalang fufu tiap usaha dapat dirinci
dua yang terlibat dalam kegiatan sebagai berikut :
pemasaran ikan cakalang fufu seperti

_______________________________________________________________________________________________________
257 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Sederhana I :
Pasar Bersehati Konsumen
Sederhana I
Golden Swalayan Konsumen

Pada saluran di atas bisa disimpulkan produsen dengan harga


kelompok sederhana satu itu hanya Rp.35.000,00/Kg dan di swalayan
mempunyai dua saluran pemasaran menjualnya ke konsumen dengan harga
yaitu dari produsen ke pengecer Rp.69.000,00/Kg. Sedangkan dari
langsung ke konsumen atau dari produsen ke konsumen harganya tetap,
produsen langsung ke konsumen. harga ikan Rp.35.000,00/kg yang di
Pedagang pengecer yang dimaksudkan terima produsen sama dengan yang di
disini yaitu pasar swalayan bukan bayarkan konsumen akhir. Konsumen
pedagang pengecer di pasar. yang dimaksud disini adalah Rumah
Pengecer di sederhana satu Makan/Restoran, Rumah Tangga, Hotel
yaitu di Golden Swalayan. Golden dan Rumah Sakit.
swalayan membeli ikan kepada

Sederhana II :
Pasar Bersehati Konsumen

Freshmart Swalayan Konsumen


Sederhana II
Multimart Swalayan Konsumen

Kawanua Konsumen

Pada saluran di atas bisa di lembaga tersebut membeli ikan kepada


simpulkan kelompok sederhana dua itu produsen dengan harga
hanya mempunyai dua saluran Rp.35.000,00/Kg dan di Fresmart
pemasaran yaitu dari produsen ke swalayan menjualnya ke konsumen
pengecer langsung ke konsumen atau dengan harga Rp.87.600,00/Kg, Harga
dari produsen langsung ke konsumen. di Multimart swalayan Rp.
Pedagang pengecer yang dimaksudkan 45.800,00/gepe, dan harga di Kawanua
disini yaitu pasar swalayan bukan Rp.65.000,00/Kg. Sedangkan dari
pedagang pengecer di pasar. produsen ke konsumen harganya tetap,
Pengecer di sederhana dua yaitu harga ikan Rp.35.000,00/kg yang di
di Fresmart Swalayan, Multimart terima produsen sama dengan yang di
Swalayan, dan di Kawanua. Ketiga bayarkan konsumen akhir.

Sederhana III :
Sederhana III Pasar Bersehati Konsumen

Pada saluran di atas dapat di tiga itu hanya mempunyai satu saluran
simpulkan bahwa kelompok sederhana pemasaran yaitu dari produsen langsung

_______________________________________________________________________________________________________
258 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

ke konsumen. Harga dari produsen ke margin. Berikut dapat dilihat margin


konsumen yaitu Rp.35.000,00/kg, jadi pemasaran ikan cakalang fufu.
yang di terima produsen sama dengan
yang di bayarkan oleh konsumen akhir.
Sederhana tiga ini mempunyai kios Sederhana I :
sendiri untuk memasarkan hasil Pada sederhana satu
produksinya yaitu di daerah Marina mempunyai dua macam saluran
plaza. pemasaran. Pada saluran pemasaran
yang pertama yaitu dari produsen
Margin Pemasaran Ikan Cakalang langsung ke konsumen, di sini
Fufu marginnya = 0 karena besarnya uang
Tingginya biaya pemasaran akan yang dibayarkan konsumen sama
berpengaruh terhadap harga eceran dengan yang di terima produsen. Pada
(harga yang dibayar oleh konsumen) dan saluran dua yaitu dari produsen ke
harga pada tingkat produsen. Untuk golden swalayan baru ke konsumen.
mengukur biaya pemasaran digunakan Margin pemasaran pada saluran ke dua
margin pemasaran yaitu selisih harga yaitu harga di swalayan di kurangi harga
yang dibayarkan kepada produsen dari produsen yaitu :
dengan harga yang diberikan oleh Rp. 69.000,00 – Rp. 35.000,00 = Rp.
konsumen. 34.000,00
Margin yaitu perbedaan antara
harga yang di bayar kepada penjual Sederhana II :
pertama dan harga yang dibayar pembeli Sederhana dua juga mempunyai
terakhir. Pada saat perusahaan membeli dua saluran pemasaran, saluran
produk pada harga tertentu dan pemasaran yang pertama marginnya = 0
mencoba untuk menjual pada harga karena dijual langsung dari produsen ke
yang lebih tinggi, maka perbedaan konsumen. Sedangkan saluran yang
antara harga beli dan harga jual disebut kedua marginnya berbeda-beda karena
swalayannya juga berbeda yaitu :
- Dipasarkan di Freshmart,
Marginnya = Rp. 87.600,00 - Rp.35.000,00 = Rp. 52.600,00
- Dipasarkan Multimart,
Marginnya = Rp. 45.800,00 – Rp. 35.000,00 = Rp. 10.800,00.
- Dipasarkan Kawanua,
Marginnya = Rp. 65.000,00 – Rp. 35.000,00 = Rp.30 .000,00.

Di sini dapat dilihat bahwa pada yaitu dari produsen langsung ke


saluran ke dua margin pemasaran konsumen karena sederhana tiga
terkecil adalah Rp. 10.800,00. Yaitu mempunyai kios sendiri untuk
yang dipasarkan melalui MultiMart dan memasarkan hasil produksinya. Dengan
yang termahal yang di pasarkan melalui demikian margin pemasarannya = 0
Freshmart yaitu Rp. 52.600,00. karena yang dibayarkan konsumen
dengan yang diterima produsen adalah
Sederhana III : sama.
Pada sederhana tiga hanya
mempunyai satu saluran pemasaran

_______________________________________________________________________________________________________
259 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

KESIMPULAN DAN SARAN Crawford, I.M. 1997. Agricultural and Food Marketing
Management. FAO Regional Office for Africa.
Dundu, B, 1986. Penelitian Flora Bakteri Pada Ikan
Kesimpulan Cakalang (Katsuwonus pelamis, L) dan
Dari hasil penelitian dapat Produk-produknya Di Sulawesi Utara. Tesis.
Universitas sam Ratulangi. Manado.
disimpulkan :1.Saluran pemasaran ikan Hanafiah, dan Saefuddin, 1983. Tataniaga hasil
cakalang fufu di Kelurahan Sindulang I perikanan. Universitas Indonesia (UI – Press).
hanya ada dua saluran pemasaran yaitu Jakarta.
yang pertama dari produsen langsung ke Irawan, A. 1995. Pengolahan hasil Perikanan Home
Industri. Aneka. Solo.
konsumen akhir. Saluran ke dua dari
produsen melalui pasar swalayan Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran Di
Indonesia : Analis Perencanaan, Implementasi
kemudian ke konsumen akhir. Dalam hal dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
ini swalayannya berbeda-beda yaitu Raco J R, 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Multimart, Golden, Freshmart, dan GRASINDO. Jakarta
Kawanua. 2.Margin pemasaran ikan Saputra,J,2010.http://jokosaputrarangkuman.blogspo
cakalang fufu yang ada di Kelurahan t.com/2010/11/pemasaran- bab7.html.
Sindulang I berbeda-beda. Pada saluran Bandung.
satu semua usaha marginnya sama yaitu Scribd,2012.Margin
= 0, karena produsen menjual langsung Pemasaran.http://www.scribd.com/doc/177161
19/Skripsi- SosialEkonomi-Pertanian-Tajus-
ke konsumen. Pada saluran ke dua Sobirin-A1C004047.Diakses pada tanggal 08
marginnya berbeda-beda karena februari 2016.
swalayannya juga berbeda-beda. Namun Suhaeni, 2014. Model Pemberdayaan Industri kecil
saluran kedua yang mempunyai margin Pengolahan Ikan Cakalang Fufu di Kota Bitung.
terkecil adalah yang di pasarkan melalui Disertasi. Universitas Brawijaya Malang.
Multimart yaitu Rp. 10.800,00. Dan yang Soekartawi,2003. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali
terbesar yang dipasarkan melalui Press. Jakarta.
Freshmart yaitu Rp. 52.600,00. Swastha, Irawan. 2002. Manajemen Pemasaran
Modern. Liberti. Jakarta.
Saran Sudarmono, G. 2011. Manajemen Strategi, Jilid I
Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
1) Bagi produsen, sebaiknya mengemas
sendiri hasil produksi ikan cakalang Sunyoto, D. 2012. Dasar – Dasar Manajemen
Pemasaran. CAPS. Yogyakarta
fufunya agar dapat menetapkan
harga yang lebih tinggi. Tubagus, Wawan Setiawan. 2011. Analisis Saluran
Pemasaran Kacang Goyang (Studi Kasus di
2) Bagi konsumen sebaiknya membeli UD . Asli Totabuan Kotamobagu). Skripsi
langsung ke produsen supaya tidak Fakultas Pertanian Unsrat Manado.
membeli dengan harga yang tinggi. Upa M, 2011. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit
Universitas Indonesia Press,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.https://id.wikipedia.org/wiki/Marjin_%28
Anonimous, 1995. Penerapan Pembangunan Sub keuangan%29.
Sektor Perikanan.Makalah dalam Temu Teknis Wibowo,1996.Komentar.http://pengasapanikan.blogs
dan Monitoring Proyek-Proyek Pembangunan pot.co.id/2012/11/pengaapan-ikan.html.
Perikanan; Jakarta.

_______________________________________________________________________________________________________
260 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

MANAJEMEN USAHA PEMBENIHAN IKAN KERAPU TIKUS


(Cromileptes altivelis) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI BENIH
IKAN PANTAI DESA LAMU KECAMATAN TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO
PROVINSI GORONTALO
Yovan Patamani1; Otniel Pontoh2 ; Jeannette F. Pangemanan2;
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: yovanpatamani@yahoo.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mempelajari manajemen usaha pembenihan ikan kerapu
tikus yang meliputi manajemen teknis, produksi, tenaga kerja, pemasaran dan keuangan yang ditinjau dari aspek
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Provinsi Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode survei dan metode partisipatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder serta analisis
data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.
Perencanaan usaha di UPTD BBIP disusun dengan mengadakan pertemuan seminggu sekali dengan
seluruh karyawan. Pengorganisasian dan pembagian tugas tenaga kerja diatur berdasarkan surat keputusan
Gubernur Gorontalo nomor 06 tahun 2013. Pelaksanaan kegiatan pembenihan Kerapu Tikus berjalan sesuai apa
yang telah direncanakan. Kepala seksi produksi memberikan perintah dan motivasi kepada karyawan agar karyawan
bekerja sesuai dengan harapan. Bentuk pengawasan usaha dengan cara menciptakan standart, melaporkan
kegiatan yang sudah dilakukan, mengecek hasil kerja dan melakukan tindakan perbaikan.
Produksi usaha pembenihan ikan Kerapu Tikus di dibagi dua divisi yaitu divisi pakan alami dan divisi
pembenihan. Kegiatan produksi hanya diawali dari kegiatan penetasan telur tanpa melakukan pemijahan sendiri.
Telur yang digunakan merupakan telur yang dipesan dari daerah lain (Balai Budidaya Laut Ambon dan Balai
Budidaya Air Payau Situbondo). Secara teknis, usaha pembenihan di UPTD BBIP memiliki manajemen yang baik
dan dijalankan sesuai dengan standart operasional pembenihan ikan Kerapu Tikus. Tahap-tahap pembenihan yang
dilakukan yaitu meliputi persiapan wadah, penebaran telur, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air,
penyeragaman ukuran dan panen. Tenaga kerja yang dipekerjakan berjumlah tiga orang, satu orang ditugaskan
pada divisi pakan alami dan dua orang ditugaskan di divisi pembenihan.
Pemasaran benih dilakukan langsung di lokasi pembenihan dengan cara menunggu konsumen datang
untuk membeli. Harga pemasaran ditetapkan dengan harga Rp2000 per cm tiap ekor. Keuangan yang diperoleh dari
hasil pemasaran digunakan untuk pengadaan bahan dan alat serta untuk memenuhi pendapatan asli daerah (PAD).
Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha layak untuk dijalankan.
Kata kunci : Manajemen Usaha, Pembenihan Kerapu Tikus, Balai Benih Ikan Pantai.

Abstract
The purpose of this study is to know and understand the management of hatchery business of humpback
grouper that included technical management, production, employment, marketing and financial aspects in terms of
planning, organizing, and monitoring movement. This research was held at the Technical Implementation Unit of the
Department of Fish Seed Beach Gorontalo province. The methods that used in this study are survey and participative
methods. The collected data is in the form of primary data and secondary data and to analyze, the writer used
descriptive analysis of qualitative and quantitative descriptive analysis.
Business planning at the Technical Implementation Unit Office of Beach Fish Seed is compiled by
ameeting once a week with all employees. Organizing and division of labor is ruled by decree of the Governor of
Gorontalo number 06 in 2013. Implementation of the humpback grouper hatchery goes to what has been planned.
The chief of Production section give orders and motivation to employees to work as the plans. Forms of business
control are made by creating a standard, reported the activities that have been carried out, check the work and take
corrective action.
Production of humpback grouper hatchery divided into two divisions, they are natural food division and
seeding division. Production activities only started from the hatching eggs without spawning its own. The eggs used
are eggs from other areas (Marine Aquaculture Center Ambon and Brackish Water Aquaculture Centres Situbondo).
Technically, hatchery operations in Technical Implementation Unit of the Department of Fish Seed beach has good
management and executed with an operational standards ofhumpback grouper hatchery. Stages of seeding includes
the preparation of containers, stocking eggs, feeding management, water quality management, uniformity of size and
harvest. Workers that employed are three people, one is hired in the natural food division and two are hired in
feeding divisions.

_______________________________________________________________________________________________________
261 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Seed marketing is done directly on feeding site by waiting customers come to buy. Marketing price is set at
a price of Rp. 2,000 per cm of each fish. Finance obtained from the marketing used for the procurement of materials
and equipmentsand also to meet local revenue. Results of the analysis showed that the business is worth to run.

Keywords: Business Management, Humpback Grouper Hatchery, Fish Seed Beach Office.

PENDAHULUAN suatu strategi pengelolaan budidaya


Pembangunan sektor perikanan dengan memanfaatkan sumberdaya
merupakan suatu proses perubahan dan manusia (SDM), serta sumberdaya alam
pembaharuan yang berencana menuju (SDA) yang ada untuk mencapai tujuan
tatanan masyarakat, khususnya produksi budidaya kerapu yang
masyarakat perikanan yang lebih baik. berkualitas dan jumlah yang diinginkan.
Dalam rangka mencapai sasaran Pada kenyataannya, usaha pembenihan
pembangunan, maka perlu dilakukan kerapu ini sering ditemui beberapa
upaya untuk mengembangkan usaha permasalahan diantaranya yaitu tingkat
perikanan, salah satunya melalui survival rate yang rendah serta
kegiatan budidaya yang mempunyai pertumbuhan yang kurang optimal.
prospek sebagai penghasil devisa serta Beberapa permasalahan tersebut
diharapkan mampu memenuhi disebabkan karena pengelolaan kualitas
permintaan perikanan yang terus air dan pakan yang kurang optimal
meningkat sejalan dengan meningkatnya disamping adanya sifat kanibalisme
populasi manusia di dunia (Saparinto, serta serangan penyakit. Oleh karena
2010). Permintaan pasar internasional itu, untuk mengatasi permasalahan-
akan ikan kerapu yang cenderung terus permasalahan yang terjadi, maka
meningkat, memberikan peluang besar diperlukan suatu manajemen terhadap
bagi Indonesia untuk meningkatkan hasil usaha pembenihan ikan Kerapu Tikus.
produksinya (Kordi, 2001). Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pembenihan ikan kerapu di (UPTD) Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Indonesia telah dikembangkan sebagai Provinsi Gorontalo dalam upaya
usaha alternatif dalam mengantisipasi peningkatan produksi budidaya
kekurangan ikan kerapu akibat perikanan diharapkan dapat
meningkatnya permintaan pasar menjalankan fungsinya sebagai
(Wardana, 1994 dalam Ramadhani, penyediaan benih unggul sehingga
2010). Ikan Kerapu Tikus berhasil kebutuhan benih yang bermutu dapat
dipijahkan pada tahun 1987 dengan dipenuhi. Dengan demikian usaha
tingkat kematian benih masih sangat pembenihan ikan Kerapu Tikus
tinggi. Seiring dengan berkembangnya diharapkan dapat berkembang pesat dan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat meningkatkan kesejahteraan
kematian dapat ditekan dan berhasil pembudidaya ikan merupakan suatu
dipijahkan pada tahun 1990 (Kordi, target yang ingin dicapai kedepannya di
2001). Sejak saat itu produksi benih ikan Provinsi Gorontalo.
Kerapu Tikus dilakukan oleh balai Melihat kenyataan yang ada
pembenihan (hatchery) untuk memenuhi sekarang bahwa permintaan benih ikan
permintaan pasar. Kerapu Tikus di UPTD BBIP Provinsi
Salah satu faktor keberhasilan Gorontalo dari segi kualitas memang
usaha pembenihan ikan kerapu adalah sudah terpenuhi. Akan tetapi dari segi
manajemen. Manajemen dalam usaha kuantitas, masih banyak petani
budidaya ikan Kerapu Tikus merupakan pembudidaya yang masih kekurangan
_______________________________________________________________________________________________________
262 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

memperoleh benih. Berdasarkan BBIP Provinsi Gorontalo. Selain metode


permasalahan di atas, jelas bahwa survei, pengambilan data untuk
pengetahuan dibidang manajemen penelitian ini penulis menggunakan
dalam suatu usaha sangat diperlukan metode partisipatif. Metode penelitian
untuk kemajuan usaha serta untuk partisipatif merupakan penelitian dengan
mengatasi permasalahan yang timbul di pendekatan serta keterlibatan aktif
dalam usaha tersebut. peneliti pada setiap tahapan penelitian
(objek yang diteliti). Dalam penelitian ini,
Tujuan dan Manfaat Penelitian peneliti tinggal di lokasi penelitian
Tujan dari penelitian ini yaitu bersama karyawan UPTD BBIP selama
untuk mengetahui dan mempelajari kurang lebih dua bulan.
manajemen usaha pembenihan ikan Data yang dikumpulkan pada
kerapu tikus di UPTD BBIP, meliputi penelitian ini terdiri atas data primer dan
manajemen teknis (persiapan wadah, data sekunder. Data primer diperoleh
penebaran dan penetasan telur, berdasarkan pengamatan di lokasi
pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas penelitian serta wawancara langsung
air, penyeragaman ukuran dan panen ), dengan menggunakan kuesioner
produksi, tenaga kerja, pemasaran dan terhadap tenaga kerja yang ada di UPTD
keuangan yang ditinjau dari aspek BBIP Provinsi Gorontalo. Sedangkan
perencanaan, pengorganisasian, data sekunder diperoleh dari bahan
pelaksanaan dan pengawasan bacaan yang berkaitan dengan data
Penelitian bermanfaat sebagai : yang dibutuhkan serta mengutip data
1)Bagi penulis, sebagai sarana untuk yang ada di UPTD BBIP.
menerapkan ilmu pengetahuan yang Analisis data yang digunakan
telah diperoleh selama kuliah melalui dalam penelitian ini adalah analisis
penelitian yang dilakukan langsung di deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif
lapangan. 2)Sebagai bahan masukan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif
bagi pembuat kebijakan dalam hal yaitu analisis dengan memberikan
manajemen usaha budidaya ikan kerapu gambaran serta keterangan dengan
di UPTD BBIP serta seluruh masyarakat menggunakan kalimat penulis secara
yang berkeinginan untuk membuka sistematis dan mudah dimengerti sesuai
usaha budidaya ikan Kerapu Tikus. dengan data yang diperoleh. Sedangkan
3)Sebagai bahan informasi dan pustaka untuk analisis deskriptif kuantitatif
bagi penelitian yang sama di lain waktu. merupakan analisis data dengan
memberikan bahasan atau kajian
METODE PENELITIAN terhadap data yang ada dengan
Metode yang digunakan dalam menggunakan perhitungan. Metode yang
penelitian ini adalah metode survei digunakan untuk menganalisis data
dengan cara sensus yaitu cara kuantitatif (perhitungan) yaitu dengan
pengambilan data secara menyeluruh menggunakan rumus analisis kelayakan
atau bertanya kepada semua orang yang usaha dari segi finansial.
menjadi objek penelitian dalam hal ini
seluruh populasi, dengan jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN
populasi yang diwawancarai yaitu 16 Sejarah Berdirinya UPTD BBIP
orang. Populasi penelitian ini adalah UPTD Balai Benih Ikan Pantai
semua karyawan yang bekerja di UPTD (BBIP) Provinsi Gorontalo merupakan

_______________________________________________________________________________________________________
263 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

balai budidaya ikan milik pemerintah mencapai tujuan maka fungsi


yang berkembang dan tumbuh baik perencanaan haruslah dilakukan terlebih
sebagai balai yang bergerak di bidang dahulu dari pada pengorganisasian,
pembenihan ikan air payau dan air laut. pergerakan, dan pengawasan.
BBIP memiliki luas lahan 5 ha tetapi Berdasarkan pengamatan,
yang dimanfaatkan masih 3 ha dan perencanaan di UPTD BBIP disusun
dibangun secara bertahap setiap dengan mengadakan pertemuan dengan
tahunnya yang dimulai dengan seluruh karyawan. Pertemuan ini
pembebasan tanah dan pemagaran dilaksanakan setiap seminggu sekali
pada tahun 2004. yaitu setiap hari Jumat sore, yang
Pembangunan UPTD BBIP masing-masing bagian melaporkan hasil-
dilanjutkan pada tahun 2005 dengan hasil yang diperoleh selama kegiatan 1
pengadaan mes operator, rumah genset, minggu kerja dan memberikan usulan
bak tandon dan bak induk kapasitas 140 dalam menjalankan usaha untuk
ton. Tahun 2006 pembangunan bak kedepannya agar lebih terarah dengan
pendederan, bak pakan alami dan bak baik serta dilanjutkan dengan
induk kapasitas 70 ton. Tahun 2007 menetapkan tujuan yang akan dicapai
penambahan bak pakan alami dan oleh masing-masing bagian.
pembuatan shelter bak pendederan. Setelah tujuan ditetapkan, maka
Kantor dan rumah dinas dibangun pada selanjutnya mengumpulkan bahan-
tahun 2008, dilanjutkan dengan bahan informasi yang berhubungan
pembangunan hatchery indoor tahun dengan tujuan umumnya yang
2009, serta pembangunan tandon didapatkan dari pengalaman selama
kapasitas 80 ton tahun 2010. Tahun bekerja. Setelah bahan informasi
2011 pembangunan bak rotifera, tahun terkumpul kemudian dinilai dengan
2012 pembuatan tambak dan pertimbangan yang matang.
penambahan bak pakan alami. Tahun Pengambilan keputusan diadakan
2013 pengalihan status menjadi UPTD berdasarkan kesepakatan bersama yang
Provinsi Gorontalo. Tahun 2015, disetujui oleh kepala balai. Biasanya
penambahan bangsal udang dan guest keputusan yang diambil setelah ditinjau
house. dari beberapa segi apakah keputusan
tersebut secara jangka panjang dapat
Manajemen Usaha menguntungkan atau merugikan pihak
Perencanaan (planning) balai.
Perencanaan merupakan Pengorganisasian (organizing)
penentuan segala sesuatu sebelum Pengorganisasian adalah
dilakukan kegiatan-kegiatan baik untuk penetapan struktur peran-peran melalui
jangka panjang maupun untuk jangka penentuan aktivitas-aktivitas,
pendek. Fungsi perencanaan meliputi pegelompokan aktivitas, penugasan
usaha pemilihan dari berbagai alternatif. kelompok aktivitas, pengkoordinasian
Alternatif tujuan, strategi, kebijakan hubungan antar wewenang melalui
dalam usaha dan taktik yang akan informasi baik secara vertikal maupun
dijalankan serta prosedur dan program- horizontal, yang dibutuhkan organisasi
program yang akan dijalankan. Dalam untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
semua kegiatan yang bersifat manajerial (Wijayanto dalam Benyamin, 2013).
untuk mendukung usaha dalam

_______________________________________________________________________________________________________
264 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Berdasarkan surat keputusan Seksi Produksi


gubernur provinsi Gorontalo nomor 06 Dalam melaksanakan tugasnya,
tahun 2013 tentang organisasi dan seksi produksi mempunyai tugas
tenaga kerja serta pembentukan UPTD melakukan proses produksi benih ikan
Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Provinsi laut dan payau yang unggul,
Gorontalo dipimpin oleh seorang kepala melaksanakan proses produksi induk
balai. Tugas kepala balai dibantu oleh dan calon induk unggul, melaksanakan
kepala tata usaha, kepala seksi proses kultur pakan alami,
produksi, kepala seksi pelayanan teknis melaksanakan sistem penerapan
serta staf-staf ahli yang bertugas untuk standart prosedur operasional (SOP)
membantu menjalankan dan mengawasi perbenihan, melakukan monitoring dan
proses kegiatan pembenihan. evaluasi kegiatan dibidang perbenihan,
melaksanakan kegiatan bimbingan
Uraian Tugas teknis kepada pembudidaya dibidang
Adapun uraian tugas di UPTD produksi benih serta kultur pakan
Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Provinsi alami,dan menyusun laporan kegiatan
Gorontalo sebagai berikut : produksi benih dan kultur pakan alami
secara berkala.
Kepala Balai
Kepala UPTD BBIP bertugas Seksi Pelayanan Teknis
menyusun program kerja dan rencana Pelayanan teknis mempunyai
teknis operasional dibidang perbenihan tugas menghimpun, menganalisis dan
ikan laut dan payau, melaksanakan menyajikan teknik dibidang perbenihan
kebijakan teknis operasional dibidang ikan laut dan payau, melakukan
perbenihan ikan laut dan payau, inventarisasi dan identifikasi, menyusun
menyelenggarakan sistem tata laksana rencana kebutuhan serta penggunaan
produksi benih untuk memenuhi target sarana dan prasarana dibidang
pendapatan asli daerah (PAD) dan perbenihan, melaksanakan monitoring
mengisi kekosongan benih ditingkat dan evaluasi kegiatan, serta menyusun
pembudidaya, menyelenggarakan laporan dan dokumentasi kegiatan
penerapan teknologi pengembangan perbenihan secara berkala.
dibidang perbenihan, serta Tenaga kerja pada usaha ini
melaksanakan monitoring dan evaluasi terbagi empat divisi yaitu bagian divisi
serta laporan. pembenihan, induk, pakan alami, dan
instalator. Sesuai dengan hasil penelitian
Sub Bagian Tata Usaha yang didapat untuk tenaga kerja yang
Sub bagian tata usaha bekerja di lapangan atau sebagai
mempunyai tugas menyusun rencana penyelanggara teknis pembenihan ikan
program dan kegiatan UPTD BBIP, Kerapu Tikus yaitu berjumlah 3 orang
pengelolaan administrasi kepegawaian dan telah memiliki pengalaman kerja
dan keuangan, menyiapkan dan rata-rata diatas 5 tahun selain itu mereka
melaksanakan urusan rumah tangga juga telah dibekali dengan berbagai jenis
UPTD BBIP, serta menyusun laporan pelatihan guna meningkatkan kinerja
secara berkala. mereka di lapangan.

Pelaksanaan (actuating)

_______________________________________________________________________________________________________
265 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Semua kegiatan dalam usaha oleh kepala Balai apabila telah


pembenihan Kerapu Tikus yang telah melakukan kesalahan yang fatal.
direncanakan dan diorganisasikan tidak UPTD BBIP Provinsi Gorontalo
mungkin berjalan apabila tidak diarahkan dalam melaksanakan program kerja
dan dijelaskan tentang apa yang harus pada usaha pembenihan Kerapu Tikus,
dikerjakan oleh karyawan yang telah melibatkan beberapa unsur yang terkait
ditugaskan. Pelaksanaan (actuating) baik dari dalam maupun dari luar Balai.
merupakan fungsi manajemen yang Unsur-unsur dari dalam balai
paling utama dari seluruh rangkaian diantaranya : Sub Bagian Tata usaha,
proses manajemen. Pelaksanaan tidak Kepala Seksi Produksi, Kepala Seksi
lain merupakan upaya untuk menjadikan Pelayanan Teknis serta tenaga kerja
perencanaan menjadi kenyataan. yang lain (staf). Sedangkan unsur-unsur
Berdasarkan hasil penelitian, dari luar balai yaitu Dinas Perikanan
pelaksanaan kegiatan pembenihan Provinsi Gorontalo.
Kerapu Tikus di UPTD BBIP provinsi
Gorontalo berjalan sesuai apa yang telah Pengawasan (controling)
direncanakan. Misalnya dalam Pengawasan pada hekekatnya
menjalankan produksi, pelaksanaan merupakan usaha memberikan petunjuk
kegiatan dimulai apabila ada intruksi dari pada para pelaksana agar mereka selalu
kepala seksi produksi yang disesuaikan bertindak sesuai dengan rencana.
dengan waktu yang telah direncanakan Diharapkan agar para pelaksana
berdasarkan persetujuan dari kepala membatasi tindakannya mencapai tujuan
balai. Pelaksanaan pembenihan sedemikian rupa sehingga tidak begitu
dijalankan jika telur dan bahan-bahan menyimpang dari apa yang telah
serta peralatan telah disiapkan oleh ditetapkan. Pengawasan menjadikan
kepala seksi produksi, dan tidak akan siklus fungsi manajemen lengkap dan
dijalankan atau dihentikan sementara membawa organisasi ke perencanaan
apabila dalam tahap penambahan matang.
bangunan gedung yang ada di UPTD Cara yang dilakukan oleh UPTD
BBIP. Pemberhentian sementara Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Provinsi
pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk Gorontalo dalam pengawasan yaitu
menghindari gagalnya produksi yang membandingkan segala sesuatu yang
disebabkan oleh pencemaran air yang telah dijalankan dengan standart atau
digunakan serta pakan alami oleh debu rencananya serta melakukan perbaikan-
yang berasal dari pembangunan perbaikan bila terjadi penyimpangan.
tersebut. Jadi dengan pengawasan pihak balai
Pelaksanaan kegiatan ini, kepala dapat mengukur seberapa jauh hasil
seksi produksi memberikan perintah dan yang telah dicapai sesuai dengan apa
motivasi kepada karyawan agar yang direncanakan. Pengawasan ini
karyawan bekerja sesuai dengan perlu dilakukan pada setiap tahap agar
harapan. Motivasi yang diberikan berupa supaya mudah melakukan perbaikan jika
penambahan bonus bagi karyawan yang terjadi penyimpangan.
melaksanakan tugas dengan baik dan Langkah-langkah yang ditempuh
apabila melanggar aturan maka akan oleh UPTD BBIP provinsi Gorontalo
diambil tindakan sesuai dengan yaitu:
peraturan balai seperti pemotongan gaji Menciptakan standart

_______________________________________________________________________________________________________
266 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Standart yang dipakai oleh BBIP karyawan yang tertidur apabila terjadi
dalam bidang pengawasan yaitu pemadaman listrik. Jika pemadaman
berdasarkan lamanya kerja dan listrik terjadi, maka alarm tersebut akan
banyaknya tenaga kerja / karyawan yang berbunyi dan karyawan langsung segera
menjadi standart jam kerja, misalnya menghidupkan generator set (genset)
pada pemberian makanan untuk larva sebagai penghasil listrik yang digunakan
Kerapu Tikus. untuk aerator yang berfungsi sebagai
Melaporkan kegiatan yang sudah penyuplai oksigen pada larva ikan
dilakukan Kerapu Tikus.
Setelah mengerjakan pekerjaan,
karyawan langsung menghadap pada Manajemen Produksi
atasan (kepala seksi produksi) untuk Berdasarkan hasil penelitian,
melaporkan hasil kerja yang telah usaha pembenihan ikan Kerapu Tikus di
dilakukan dan karyawan menulis jenis UPTD BBIP Provinsi Gorontalo
dan waktu kegiatan apa saja yang telah merupakan kegiatan pembenihan yang
dilakukan di papan informasi / buku piket hanya diawali dari kegiatan penetasan
untuk setiap hasil pelaksanaan telur tanpa melakukan pemijahan sendiri.
tugasnya. Telur yang digunakan merupakan telur
Mengecek hasil kerja dan melakukan yang dipesan dari daerah lain (Balai
tindakan perbaikan Budidaya Laut (BBL) Ambon dan Balai
Setelah selesai memberikan Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo)
laporan, kepala seksi produksi melihat yang sudah berhasil melakukan
secara langsung hasil kerja baik dari pemijahan ikan Kerapu Tikus. Oleh
segi kualitas maupun kuantitas dengan karena itu sebelum produksi
menekuni bagian demi bagian yang pembenihan dimulai, dibutuhkan suatu
kemudian ditulis kembali dalam buku perencanaan terlebih dahulu.
catatan. Apabila dalam pelaksanaan ada Perencanaan tersebut berupa
karyawan yang melakukan pelanggaran pengadaan telur yang akan digunakan
atau kesalahan segera diambil tindakan untuk menjalankan usaha pembenihan
sesuai dengan peraturan balai dan bila dan perencanaan waktu untuk memulai
sudah berakibat fatal, karyawan tersebut produksi.
langsung dilaporkan pada kepala balai. Dalam perencanaan ini, kepala
Bentuk pengawasan lainnya seksi produksi bertugas untuk
yaitu karyawan yang dipekerjakan menentukan waktu kapan produksi
diberikan tugas untuk mengawasi kondisi usaha pembenihan ikan Kerapu Tikus
lingkungan balai baik dari fasilitas- akan dijalankan. Waktu penentuan untuk
fasilitas yang digunakan, sistem instalasi memulai kegiatan pembenihan di UPTD
air dan listrik, dan kondisi larva pada BBIP ini biasanya berjalan sesuai
saat pemberian makanan selama jam dengan kondisi bulan dimana bulan yang
kerja (24 jam). Dalam pengawasan ini, dimaksud tersebut adalah bulan gelap
karyawan disediakan tempat tinggal (saat pemijahan). Selain itu perencanaan
yang bertempat di mes operator. Untuk selanjutnya adalah pengadaan telur.
meningkatkan pengawasan, mes Pengadaan telur untuk kegiatan
operator dilengkapi dengan alarm yang ini, kepala seksi bertugas untuk membeli
dihubungkan ke pengeras suara yang telur dengan cara memesan terlebih
bertujuan untuk mengingatkan pada dahulu berapa banyak kebutuhan yang

_______________________________________________________________________________________________________
267 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

akan ditebar disesuaikan dengan stok membeli benih yang masih berukuran 2 -
persediaan telur yang berhasil dipijahkan 2,5 cm dan dipelihara terlebih dahulu
oleh tempat asal pemesanan. Jumlah pada bak pendederan. Tujuan dari
kebutuhan telur yang akan ditebar dalam pemeliharaan ini secara teknis yaitu
setiap produksi (siklus) pembenihan untuk mengurangi tingkat mortalitas
Kerapu Tikus tahun 2015 berjumlah dengan cara aklimatisasi (penyesuaian
500.000-750.000 butir dengan harga terhadap lingkungan yang baru) sebelum
pembelian per butir Rp 5. Bak ditebar di KJA. Setelah benih berukuran
pemeliharaan berjumlah 10 bak tetapi 3 cm kemudian dijual kembali dengan
yang digunakan dalam sekali produksi harga yang telah ditetapkan di UPTD
yaitu hanya 5-6 bak. BBIP Provinsi Gorontalo.
Kegiatan produksi usaha
pembenihan ikan Kerapu Tikus di balai Manajemen Teknis
ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi Secara teknis, usaha
pakan alami dan divisi pembenihan. pembenihan di UPTD BBIP provinsi
Divisi pakan alami ditugaskan untuk Gorontalo memiliki manajemen yang
melakukan pengkulturan pakan alami baik. Hal ini dapat dilihat dari produksi
agar saat kegiatan pembenihan benih yang dihasilkan mempunyai
berlangsung, pakan alami yang kualitas yang baik untuk dibudidayakan.
dibutuhkan selalu tersedia. Tugas lain Selain itu, usaha ini dijalankan sesuai
dari divisi pakan alami yaitu menjaga dengan standart operasional
agar bibit Chlorella sp. dan Rotifera tetap pembenihan ikan Kerapu Tikus. Adapun
tersedia walaupun pembenihan Kerapu tahap-tahap pelaksanaan pembenihan
Tikus belum berproduksi. Sedangkan yang dilakukan yaitu meliputi persiapan
divisi pembenihan bertugas untuk wadah, penebaran telur, pengelolaan
melakukan penetasan telur dan pakan, pengelolaan kualitas air,
bertindak sebagai teknisi selama penyeragaman ukuran dan panen.
pemeliharaan larva ikan Kerapu Tikus Persiapan Wadah
hingga pemanenan. Sebelum telur diletakkan ke
Produksi benih ikan Kerapu tikus dalam bak penetasan perlu dilakukan
yang dihasilkan belum mencukupi persiapan wadah. Bagian dasar dan
permintaan yang ada. Berdasarkan hasil dinding bak dicat dengan warna biru
wawancara dengan salah satu muda, pada setiap bak dilengkapi
responden pelaku usaha kelompok dengan tutup plastik berwarna biru dan
pembesaran Kerapu Tikus di keramba thermometer sebagai pengukur suhu.
jaring apung (KJA) yang berlokasi di Penutupan plastik bertujuan untuk
perairan laut sekitar balai mengatakan mencegah terjadinya penetrasi cahaya
bahwa, persediaan benih di UPTD BBIP dan menjaga suhu agar tetap stabil.
masih kurang untuk memenuhi Adapun bak yang akan digunakan di
permintaan mereka. Persediaan benih keringkan terlebih dahulu dengan cara
yang mereka butuhkan ketika akan sisa air yang terdapat di dalam bak
melakukan penebaran di KJA hanya dikeluarkan dengan membuka pipa
diperoleh dari BBAP Situbondo. outlet. Setelah bak dikeringkan dibilas
Proses perolehan benih yang dengan air tawar, semua selang aerasi
dibutuhkan oleh pembudidaya ditangani dilepas. Kemudian bak disiram dengan
langsung oleh pihak BBIP dengan cara, larutan kaporit dengan dosis 100 ppm

_______________________________________________________________________________________________________
268 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

yang dicampur dengan air tawar dan Sehari setelah telur ditebar, dihitung
dibiarkan selama 3 hari. Bak yang telah menggunakan gelas ukur dengan
disiram kaporit, kemudian dicuci dengan volume 1 liter.
air tawar dan detergen 15 ppm kemudian Ambil air dalam bak yang dijadikan
dibilas hingga bersih dari bau kaporit dan sampel di 5 titik menggunakan gelas
detergen hilang. ukur.
Bak pembenihan yang sudah Hitung telur yang menetas (larva) dalam
disiapkan diisi air dengan volume 8 ton gelas.
dari total volume bak 12 ton. Air laut Jumlah larva yang terambil dihitung satu
yang dimasukkan ke dalam bak per satu, kemudian dihitung dengan
penetasan di saring terlebih dahulu menggunakkan rumus HR (%).
menggunakan filter bag dengan tujuan Rumus yang digunakan oleh
agar kotoran tidak ikut masuk kedalam UPTD BBIP Provinsi Gorontalo dalam
bak. setelah itu selang aerasi dipasang menghitung daya tetas telur yaitu
kembali dengan jarak antara titik aerasi sebagai berikut :
yang satu dengan yang lainya 80-100
cm dan jarak antara aerasi dari dasar HR (%) =
bak 3 cm dengan tujuan agar kotoran
dan sisa-sisa pakan dapat mengendap di
dasar. Setelah semua persiapan air Jumlah telur yang ditebar serta
media selesai, maka telur dapat di nilai HR pada masing-masing siklus
lakukan penebaran. berbeda-beda. Telur yang ditebar pada
siklus I berjumlah 500.000 butir dengan
Penebaran Telur jumlah larva yang berhasil ditetaskan
Telur Kerapu Tikus yang ditebar 297.500 ekor, siklus II 750.000 butir
di UPTD BBIP Provinsi Gorontalo dalam dengan jumlah larva 425.500 ekor dan
satu bak berkisar antara 100.000 – siklus III 650.000 butir dengan jumlah
150.000 butir dengan jumlah bak yang larva 364.250 ekor dengan jumlah total
digunakan dalam satu kali masa larva yang berhasil ditetaskan yaitu
pemeliharaan yaitu 5-6 bak (tergantung 1.087.250 ekor. Setelah diketahui daya
jumlah tebar). Sebelum telur dilakukan tetas telur (HR), maka perlu juga dihitung
penebaran terlebih dahulu dilakukan tingkat kelangsungan hidup (survival
proses aklimatisasi (penyesuaian rate) larva Terapu Tikus. Tujuan untuk
terhadap lingkungan yang baru) selama menghitung survival rate (SR) yaitu agar
20-30 menit. Setelah proses tersebut pada saat pemanenan dapat diketahui
selesai kemudian karet pengikat plastik berapa jumlah benih yang bertahan
dibuka dan telur yang berisi didalam hidup yang akan dipanen. Niali SR dapat
kantong plastik ditebar dengan diketahui dengan cara melakukan
mengunakan gayung dititik aerasi secara perhitungan yaitu dengan menggunakan
hati hati. Penebaran telur Kerapu Tikus rumus. Rumus yang digunakan oleh
biasa dilakukan pada pukul 15.00 - 17.00 UPTD BBIP Provinsi Gorontalo dalam
wita. Telur Kerapu Tikus akan menetas menghitung nilai SR larva Kerapu Tikus
antara 17-19 jam pada suhu 29-30 0C. yaitu sebagai berikut :
Kemudian dilakukan perhitungan daya
tetas telur atau hatching rate (HR). Cara SR = Nt / No x 100%
perhitungannya adalah sebagai berikut :

_______________________________________________________________________________________________________
269 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Keterangan : sebagai pakan Rotifer agar Rotifer tetap


SR = Survival Rate
Nt = Jumlah ikan akhir (saat panen)
bertahan hidup didalam bak
No = Jumlah ikan awal (setelah telur menetas) pemeliharaan larva. Chlorella sp.
diberikan pada pagi hari yaitu pukul
Pengelolaan Pakan 07.30 Wita dan dilakukan sekali dalam
Pakan diberikan pada larva ikan sehari sebanyak 250 liter (50-100 ribu
agar memperoleh kecukupan nutrisi sel/ml) dan semakin berkurang seiring
untuk tumbuh dan berkembang. Pakan bertambahnya umur larva. Pemberian
yang diberikan pada larva disesuaikan Chlorella sp. dihentikan saat larva
dengan bukaan mulut larva. Pakan alami berumur 30 hari (D30).
yang diberikan berupa Rotifera Rotifera yang diberikan pada
(Branchionus sp.) dan naupli Artemia sp. larva Kerapu Tikus adalah Rotifera yang
Pakan buatan yang diberikan adalah telah mengalami pengkayaan. Rotifera
Rotemia, Rotofier, Otohime B1, Otohime diberikan ke larva dari umur 2-30 hari
B2, Otohime C1. (D2-D30) tergantung kondisi ikan saat
pemeliharaan. Rotifera diberikan dua kali
Pemberian Pakan Alami sehari yaitu pagi pukul 09.00 dan sore
Larva yang berumur D1 tidak hari pukul 15.00 Wita. Kepadatan
perlu diberi pakan karena masih memiliki Rotifera yang diberikan pada larva (D2-
kuning telur dan larva yang belum bisa D27) yaitu sekitar 120 ml dengan
berenang dengan baik sehingga dapat kepadatan 3-5 individu/ml. Rotifera tidak
terperangkap di permukaan air. lagi diberikan pada larva ikan yang
Pemberian minyak cumi diberikan pada berumur 30 hari (D30).
larva berumur 1-8 hari (D1-D8) sebanyak Naupli Artemia merupakan pakan
dua kali sehari yaitu pukul 06.00 dan alami yang diberikan pada larva ikan
15.30. jumlah minyak cumi yang saat larva berumur 17 hari (D17). Jumlah
diberikan disesuaikan dengan kebutuhan Artemia yang diberikan disesuaikan
yaitu 0,1 ml/m2, minyak cumi diberikan dengan kebutuhan larva. Larva berumur
pada titik aerasi agar minyak cumi 17-20 hari (D12-D20) Artemia diberikan
tersebar dengan merata dengan sebanyak 1-3 individu/ml dengan
sendirinya. Minyak cumi berguna frekuensi pemberian dua kali per hari
sebagai pelicin karena menurunkan yaitu pada pagi hari jam 09.00 dan sore
tegangan permukaan air sehingga larva hari jam 16.00. Pada saat umur 21-30
yang berenang keatas dapat masuk hari (D21-D30) frekuensi pemberian
kembali kedalam air. Selain itu Artemia ditambah menjadi 3 kali dengan
pemberian minyak cumi berguna untuk kepadatan 1-3 individu/ml dan pada
mensuplai vitamin A yang berguna untuk umur 31-45 hari (D31-D45) Artemia
meningkatkan kemampuan larva untuk diberikan 3 kali sehari dengan kepadan
melihat. 7-10 individu/mil. Pakan alami yang
Selain minyak cumi, bak larva diberikan pada larva Terapu Tikus
juga diberi Chlorella sp. Chlorella sp. dikultur terlebih dahulu.
diberikan pada larva yang berumur 2 hari
(D2). Chlorella sp. diberikan sebagai Pemberian Pakan Buatan
penetrasi cahaya yang masuk, hal itu Pakan buatan mulai diberikan
dikarenakan larva ikan kerapu sensitif pada saat larva berumur 8 hari (D8)
terhadap cahaya yang masuk. sampai umur 17 hari (D17). Pakan yang
Pemberian Chlorella sp. juga bertujuan
_______________________________________________________________________________________________________
270 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

digunakan adalah rotemia. Pakan ini pengairan dengan sistem flowthrough


diberikan sebagai pakan buatan utama yaitu air mengalir secara terus menerus.
pada larva. Jumlah awal rotemia (20-50 Proses penyiponan
µm) yang diberikan adalah setengah (pembersihan dasar bak) juga dilakukan
sendok (8 gram). Rotemia diberikan agar kotoran yang terdapat pada dasar
sebanyak tiga kali sehari yaitu pukul bak tidak merusak kualitas air.
06.00, 11.00 dan pukul 15.00 Wita. Saat Pengaturan pemberian pakan juga diatur
larva berumur 18 hari (D18) larva Kerapu sedemikian rupa agar tidak banyak
Tikus diberikan pakan buatan Rotofier pakan yang terbuang/tidak habis
(50-100 µm). Pakan ini diberikan pada dimakan oleh Kerapu Tikus. Pakan yang
kerapu hingga berumur 21 hari (D21). tidak habis dimakan akan terdegradasi
Pemberian Rotofier diberikan tiga kali menjadi amoniak yang dapat merusak
sehari sebanyak 10 gram/pemberian. kualitas air. Selain pergantian air dan
Pakan selanjutnya yang diberikan adalah penyiponan, pemberian probiotik juga
Otohime B1 (200-300 µm) hingga larva dilakukan untuk menjaga kualitas air
berumur 34 hari (D34) dan dilanjutkan dengan konsentrasi 10 gram untuk 10
dengan pakan Otohime B2 (300-600 ton air. Kondisi air juga perlu diperiksa
µm). Pada umur 45 hari (D45) pakan antara lain seperti kadar amonia, suhu,
yang diberikan adalah Otohime C1 (1 pH, dan salinitas untuk menentukan
mm). Pemberian Otohime C1 diberikan kecocokan kondisi lingkungan bagi
empat kali sehari dan bertambah pertumbuhan ikan.
menjadi 4-6 sehari ketika larva berumur
50 hari (D50). Penyeragaman Ukuran
Penyeragaman ukuran (grading)
Pengelolaan Kualitas Air merupakan salah satu teknik untuk
Kualitas air perlu dijaga agar menyeragamkan pertumbuhan dan
larva ikan Kerapu Tikus yang terdapat mengurangi sifat kanibalisme benih ikan
didalam wadah budidaya tetap sehat dan Kerapu Tikus. Kanibalisme pada kerapu
terhindar dari berbagai penyakit. terjadi pada saat kondisi kekurangan
Pergantian air pada larva dilakukan saat makanan dan perbedaan ukuran, untuk
larva berumur 15 hari (D15) sampai menghindari hal tersebut perlu dilakukan
umur 25 hari (D25) sebanyak 10-20% grading. Selain itu grading juga
dari total volume awal air 6 ton. dilakukan saat akan panen dengan
Pergantian air ini bertujuan untuk tujuan untuk mengetahui ukuran ikan
menjaga kualitas air. Pengurangan air yang nantinya akan berhubungan
dilakukan dengan memasang selang dengan harga ikan. Harga ikan Kerapu
kecil pada bagian outlet dan diatur Tikus sendiri ditentukan berdasarkan
sesuai volume yang ingin dibuang. panjang tubuh ikan. Grading dilakukan
Seiring bertambahnya umur larva, pada saat Kerapu Tikus berumur D30-
jumlah air yang dikurangi semakin D35 (juvenil) yang dilakukan setiap 3
banyak (tabel 04). Untuk kerapu yang hari sekali atau dengan melihat
berumur D21-D30, pergantian air perbedaan ukuran benih.
dilakukan sebanyak 20-50%, kerapu
yang berumur D31-D45 dilakukan Panen
pergantian air sebanyak 50-75%. Pemanenan dilakukan pada
Sementara untuk juvenil, sistem juvenile yang siap jual sebagai benih.

_______________________________________________________________________________________________________
271 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Pemanenan biasanya dilakukan pada kerja yang dikhususkan untuk divisi


kerapu yang berumur 45-55 hari (D45- pembenihan ini dibagi dan ditempatkan
D55). Panjang rata-rata juvenile yang langsung oleh kepala balai yang
dipanen 2-3 cm. Pemanenan dilakukan didampingi oleh kepala seksi produksi.
pagi dan sore hari. Air pada bak Kepala seksi produksi ditugaskan untuk
pemeliharaan larva diturunkan secara membina dan mengawasi tenaga kerja
perlahan-lahan sampai tinggi permukaan yang ditugaskan serta menilai kinerja
air dalam bak mencapai 30 cm. Setelah keseharian mereka dalam melaksanakan
ketinggian air mencapai 30 cm, benih tugas menjalankan usaha pembenihan
dapat dipanen dan dipisahkan ikan Kerapu Tikus. Adapun tugas dari
berdasarkan ukuran. Alat dan bahan masing-masing divisi yaitu :
yang digunakan dalam proses
pemanenan adalah waskom panen, Divisi Pembenihan
skopnet, keranjang/tudung saji, plastik Divisi pembenihan bertugas
kemas, karet pengikat, box sterofoam sebagai menangani pemeliharaan larva
dan O2. Pemanenan akan dilakukan jika mulai dari penebaran telur hingga
ada petani/pembudidaya ikan yang pemanenan (juvenil). Selain itu divisi
hendak membeli benih. Harga benih pembenihan juga bertugas memelihara
yang ditetapkan oleh UPTD BBIP peralatan yang berhubungan dengan
Provinsi Gorontalo yaitu sebesar pembenihan.
Rp2.000 per cm.
Divisi Pakan Alami
Manajemen Tenaga Kerja Divisi pakan alami ditugaskan
Tenaga kerja merupakan salah khusus untuk mengkultur pakan alami
satu faktor penentu untuk menjalankan (Chlorella sp., artemia sp., dan Rotifera)
usaha terutama dalam mengatur dalam wadah kultur (bak fiber) dan
kegiatan yang berhubungan dengan memanen pakan alami ketika akan
usaha pembenihan ikan. Menurut diberikan pada larva ikan Kerapu Tikus.
Assuari (1999) dalam Limawandoyo dan Selain itu divisi pakan alami juga
Simanjuntak (2013) sumberdaya bertugas memelihara peralatan yang
manusia (tenaga kerja) merupakan salah berhubungan dengan divisi pakan alami.
satu faktor yang memiliki peranan Fungsi koordinasi di UPTD BBIP
penting dalam keberhasilan usaha atau ini dilakukan oleh kepala bagian.
organisasi karena pada dasarnya tenaga Koordinasi pada seluruh tenaga kerja
kerja yang merencanakan, yang ada mulai dari tahap perencanaan,
mengkoordinasi, mengoperasikan dan jalannya pekerjaan sampai pada
mengawasi dalam suatu sistem usaha pengawasan. Tahap perencanaan yaitu
maupun organisasi. pengadaan tenaga kerja yang
Tenaga kerja pada pembenihan dibutuhkan. Berdasarkan hasil
Kerapu Tikus diatur sesuai dengan penelitian, tenaga kerja pada divisi
fungsi dan keahlian mereka masing- pembenihan masih kurang. Hal ini dilihat
masing. Sesuai dengan hasil penelitian, dari pelaksanaan kegiatan yang
tenaga kerja yang dipekerjakan ditugaskan seperti pada pemberian
merupakan tenaga kerja yang makanan, grading, pemanenan masih
berpengalaman dan terampil dalam hal membutuhkan bantuan tenaga dari divisi
pembenihan ikan. Pembagian tenaga lain, terutama pada penebaran telur.

_______________________________________________________________________________________________________
272 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Telur yang ditebar hanya terbatas dan minggu dan apabila tenaga kerja ada
bak yang tersedia pun tidak semuanya keperluan pribadi dan hendak meminta
digunakan karena disesuaikan dengan ijin maka bagian tugasnya tersebut harus
kemampuan tenaga kerja pada divisi ini. ada penggantinya. Tenaga kerja yang
Proses penerimaan tenaga kerja telah lepas tugas (off) tetap akan
dibagian pembenihan Kerapu Tikus ini dipekerjakan jika divisi lain
yaitu memasukan lamaran pekerjaan membutuhkan bantuan misalnya pada
dan mengikuti ujian terlebih dahulu. saat pengadaan telur, penebaran dan
Ujian yang dilakukan yaitu ujian tertulis saat panen.
yang diadakan setiap tahun sekali yang
bertempat di Dinas Perikanan dan Manajemen Pemasaran
Kelautan Provinsi Gorontalo. Tujuan Pemasaran merupakan bagian
diadakannya ujian setiap tahun yaitu yang sangat penting setelah kegiatan
untuk mengetahui apakah tenaga kerja produksi. Menurut Benyamin (2013)
yang dipekerjakan sesuai dengan pemasaran adalah suatu sistem dari
harapan dan untuk melihat kinerja dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan
masing-masing tenaga kerja. dan ditujukan untuk mendistribusikan
Tenaga kerja yang ditugaskan barang maupun jasa yang dilakukan
pada usaha ini yaitu kaum pria, hal produsen untuk memenuhi keinginan
tersebut disebabkan karena usaha dan kebutuhan konsumen. Menurut
pembenihan Kerapu Tikus banyak Djanaid (1999), bahwa pasar sangat
pekerjaan yang harus dilakukan oleh penting untuk kelangsungan kegiatan
pria. Walaupun sudah diadakan produksi, jika kemampuan pasar untuk
pembagian kerja dimana tenaga kerja menyerap produksi sangat tinggi maka
tersebut akan bekerja tetapi tidak pengusaha dapat menentukan harga jual
menutup kemungkinan untuk produk yang diproduksi sesuai dengan
dipekerjakan atau membantu di divisi yang diinginkan dengan penentuan
lain. Misalnya, divisi pakan alami telah harga jual yang tepat maka keuntungan
melaksanakan tugasnya maka divisi ini akan mudah diperoleh.
dapat membantu dibagian divisi Berdasarkan hasil penelitian
pembenihan ikan untuk melakukan bahwa penetapan harga pemasaran
grading ataupun pada saat pemanenan. benih ikan Kerapu Tikus diatur
Kepala seksi produksi pada pelaksanaan berdasarkan peraturan daerah provinsi
kegiatan harus selalu memperhatikan Gorontalo nomor 10 tahun 2013 tentang
kebutuhan tenaga kerja, seperti retribusi penjualan produksi usaha
pengadaan bahan untuk kegiatan daerah. Harga pemasaran ditetapkan
pembenihan dan bahan untuk kegiatan dengan harga Rp2000 per cm tiap ekor
kultur pakan alami. dan tidak mengalami perubahan
Tenaga kerja di BBIP ini walaupun jauh-dekatnya lokasi asal
dipekerjakan selama 24 jam dalam pembeli.
sehari dan dibagi shift perminggu Proses pemasaran benih
(kecuali divisi pembenihan). Pembagian dilakukan langsung di lokasi pembenihan
shift yang dimaksud adalah dimana UPTD BBIP dengan cara menunggu
tenaga kerja saling bergantian setiap pelaku usaha pembesaran ikan Kerapu
seminggu sekali dengan total masuk Tikus yang datang untuk membeli benih
kerja dalam sebulan yaitu selama 2 ikan ini. Pihak balai yang ditugaskan

_______________________________________________________________________________________________________
273 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

untuk memasarkan hasil dari produksi ini menggunakan karet gelang. Kapasitas
adalah kepala seksi pelayanan teknis. maksimal untuk satu kantong plastik
Kepala seksi pelayanan teknis adalah 100 ekor benih. Setelah benih
melakukan promosi/memasarkan benih dikemas dimasukkan dalam box
melalui media elektronik berupa sterofoam kemudian benih siap untuk
handphone dengan cara memberi tahu diangkut ke lokasi pembesaran
langsung kepada pembeli apabila stok (keramba).
benih ikan Kerapu Tikus sudah siap Pengangkutan benih yang telah
untuk dipasarkan. dijual bisa diangkut sendiri oleh pembeli
Nasution (2005), menyatakan dan juga diantar langsung oleh pihak
bahwa kualitas adalah kesesuaian balai ke lokasi keramba yang dijadikan
dengan kebutuhan pasar atau tempat pembesaran ikan apabila
konsumen, atau dengan kata lain bahwa pembeli membutuhkan pelayanan teknis
perusahaan harus benar-benar dalam hal pembesaran ikan Kerapu
memahami apa yang dibutuhkan Tikus. Penjualan benih dilakukan setiap
konsumen atas suatu produk yang akan hari jika ada pesanan dari konsumen.
dihasilkan. Oleh karena itu dalam Konsumen yang membeli benih ikan
pengawasan benih agar kualitasnya Kerapu Tikus berasal dari berbagai
tetap terjaga, maka sebelum dilakukan daerah diantaranya yaitu Gorontalo
pengemasan benih ikan kerapu ini Utara, Pohuwato, Bonebolango, dan
dipuasakan terlebih dahulu selama 2 hari Boalemo dan selain itu ada juga pembeli
baru kemudian dipanen untuk dilakukan yang berasal dari luar daerah Gorontalo
pengemasan. Tujuan dari pengawasan (Bolaang Mongondow Sulawesi Utara,
ini agar benih ikan tidak stres ketika Toli-toli Sulawesi Tengah).
berada dalam plastik kemas pada saat Semua jenis usaha baik
proses pengankutan benih. Berdasarkan usahanya berskala besar maupun
hasil wawancara, jika ikan tidak berskala kecil sudah tentunya
dipuasakan (masih diberi makan), membutuhkan biaya untuk memulai
makanan tersebut akan dimuntahkan usaha tersebut. maka faktor pemasaran
kembali dan selain itu juga benih akan mempunyai arti sangat penting dalam
mengeluarkan sisa metabolisme (feses) suatu kegiatan usaha. Oleh karena itu
yang akan menjadi amoniak (zat racun) pemasaran perlu dikelola dengan baik
bagi benih Kerapu Tikus saat dalam dan benar. Dalam pemasaran benih ikan
plastik kemas. ini,tidak ada persaingan dan penjualan.
Pengemasan yang dilakukan di UPTD BBIP merupakan satu-satunya
UPTD BBIP ini yaitu menggunakan balai yang melakukan pembenihan ikan
pengemasan dengan sistem tertutup Kerapu Tikus di daerah Gorontalo.
yang menggunakan kantong plastik Sistem pembayaran dilakukan secara
berukuran 40×60 cm dengan tebal 0,88 langsung yang terjadi pada saat
mm. Kantong plastik yang digunakan transaksi penjualan.
pada bagian ujung bawahnya telah diikat
menggunakan karet gelang dan di isi air Manajemen Keuangan
1/ bagian kemudian benih dimasukan Pengelolaan Keuangan di UPTD
4
lalu diberi oksigen 2/4 bagian lalu 1/4 BBIP Provinsi Gorontalo berdasarkan
bagian sisanya digunakan untuk peraturan gubernur provinsi Gorontalo
mengikat kantong plastik dengan nomor 53 tahun 2013 yaitu ditangani

_______________________________________________________________________________________________________
274 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

langsung oleh sub bagian tata usaha. usaha, seksi produksi dan seksi
Seksi sub bagian tata usaha mempunyai pelayanan teknis.
tugas memberikan pelayanan teknis Pengawasan usaha dilakukan dengan
administrasi di UPTD BBIP serta cara menciptakan standart, melaporkan
menyusun laporan secara berkala. kegiatan yang telah dilaksanakan,
Keuangan yang diperoleh dari hasil pengecekan hasil kerja dan penyediaan
penjualan produksi pada usaha tempat tinggal bagi tenaga kerja yang
pembenihan ikan Kerapu Tikus ini dilengkapi dengan alarm pengingat
digunakan untuk pengadaan bahan dan pemadaman listrik untuk meningkatkan
peralatan yang dibutuhkan pada saat pengawasan dimalam hari.
produksi dijalankan. Selain itu, keuangan Secara teknis, usaha pembenihan
BBIP digunakan untuk pemenuhan Kerapu Tikus ini dijalankan sesuai
target pendapatan asli daerah (PAD) dengan standar operasional pembenihan
yang dibayar setiap tahunnya. Jumlah sehingga menghasilkan kualitas benih
PAD untuk BBIP ditetapkan sebesar yang baik untuk dibudidayakan.
Rp100.000.000 per tahun. Dari jumlah
pembayaran tersebut, 50% diambil dari Saran
hasil usaha pembenihan Kerapu Tikus Guna meningkatkan produksi
yaitu sebesar Rp50.000.000 dan disetor benih kerapu tikus di UPTD BBIP
langsung oleh sub bagian tata usaha ke provinsi Gorontalo, maka perlu diadakan
keuangan daerah melalui nomor penambahan tenaga kerja pada bagian
rekening berdasarkan intruksi dari pembenihan ikan Kerapu Tikus, agar
kepala balai. pada saat kegiatan khusunya pada
penebaran telur semua bak dapat
KESIMPULAN DAN SARAN dimanfaatkan sehingga benih yang
Kesimpulan dihasilkan juga bertambah serta
Berdasarkan hasil penelitian karyawan yang bertugas pun dapat
dapat disimpulkan bahwa, usaha saling bergantian terutama pada saat
pembenihan Kerapu Tikus di UPTD pemberian pakan untuk malam hari.
BBIP ini memiliki manajemen yang baik. Tingkat kelangsungan hidup
Hal ini dapat dilihat dari : (survival rate) Kerapu Tikus sebaiknya
Segi perencanaan, usaha ini memiliki lebih ditingkatkan agar larva yang
perencanaan matang yang secara bertumbuh menjadi benih lebih banyak
jangka panjang dapat menguntungkan guna untuk memenuhi permintaan di
bagi pihak balai. Provinsi Gorontalo.
Pelaksanaan kegiatan mengacu pada
perencanaan berdasarkan intruksi dari
kepala seksi produksi dengan
persetujuan kepala balai serta
melibatkan unsur-unsur yang terkait,
baik unsur dari dalam dan luar balai.
Pengorganisasian dalam usaha
diatur dalam peraturan gubernur Provinsi
Gorontalo nomor 53 tahun 2013 yang
terdiri dari kepala balai, sub bagian tata

_______________________________________________________________________________________________________
275 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 53 Tahun


2013 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai
Akbar, S. dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Benih Ikan Pantai Provinsi Gorontalo.
Pembesaran Kerapu Bebek. Penebar
Swadaya. Jakarta. Putra, M. 2015. Analisis Kesesuaian Perairan Teluk
Pidada sebagai Lokasi Budidaya Ikan Kerapu
Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 2003. Petunjuk Tikus (Cromileptes altivelis) dengan Sistem
Teknis Pembenihan Kerapu Tikus dan Macan. Keramba Jaring Apung. Jurnal. Fakultas
Departemen Kelautan dan Perikanan, Pertanian, Universitas Lampung. Lampung.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jawa Diunduh 05 Januari 2016, dari
Timur. http://digilib.unila.ac.id/8029/
Benyamin P. 2013. Manajemen dan Pengembangan Rahardi, F. Regina, K., Nazzaruddin. 1993.
Pemasaran pada Perusahaan Perikanan di Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya.
Sidoarjo. Jurnal Manajemen Vol. 1, No. 1 Jakarta.
Djanaid D. 1999. Buku Ajar Kewirausahaan. Ramdhani, V.B. 2010. Manajemen Pemeliharaan
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Pendidikan (LP3) Universitas Brawijaya, fuscoguttatus) di Balai Budidaya Air Payau
Malang. Situbondo Provinsi Jawa Timur. Fakultas
Evalawati, M. Meiyana dan T.W, Aditya. 2001. Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.
Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelus Surabaya.
fuscogutattus) dan Kerapu Tikus (Cromileptes Saparinto, C. 2010. Usaha Ikan Komsumsi di Lahan
altivelis) di Keramba Jaring Apung. 100 m2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan,
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Setianto, Adi. 2011. Usaha Budidaya Ikan Kerapu.
Budidaya Laut. Bandar Lampung. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Hamdi, A.S dan Baharuddin, E. 2012. Metode Spikadhara, T.D.E. 2010. Teknik Pembenihan Ikan
Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Penelitian. Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Balai
Deepublisher Publisher. Jln Kaliurang Budidaya Air Payau Situbondo. Fakultas
Yogyakarta. Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.
Surabaya.
Harmaizar, Z. 2008. Menangkap Peluang Usaha. CV.
Dian Anugrah Prakasa. Jakarta. Suria, D. 2002. Strategi Reproduksi Pada Ikan
Kerapu (Epinephelus sp). Institut Pertanian
Indar H. M. 1995. Perencanaan Pendidikan Strategi Bogor. Bogor.
dan Implementasinya. Aditama. Surabaya
Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Visi Kelautan Provinsi Gorontalo. 2015.
Misi, Grand Strategy dan Sasaran Strategis Pembenihan Ikan Kerapu Tikus. Gorontalo.
(KKP). Pusat Data, Statistik dan Informasi.
Wibowo, H.S. 2015. Kerapu Tikus, Ikan Mewah
Kordi, G. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di dengan Harga Rp 4 Juta per Ekor. Deputi
Tambak. Kanisius. Yogyakarta. Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan
Mantjoro, E. 1996. Kebijaksanaan Perikanan Pusat Statistik (BPS). Artikel Liputan6.com.
Internasional. Universitas Sam Ratulangi. Jakarta. Diunduh 03 Januari 2016, dari
Manado. http://bisnis.liputan6.com/read/2324882/Kerapu
-Tikus-ikan-mewah-dengan-harga-rp-4-juta-
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Kerapu dalam per-ekor
Tambak. Kanisius. Yogyakarta.

_______________________________________________________________________________________________________
276 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

KEADAAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN PASCA DEKLARASI MORATORIUM


PERIKANAN DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG
Windy Lolaro1; Eddy Mantjoro2; Grace O. Tambani2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email: windylolaro95@yahoo.com

Abstrak
Penelitian tentang keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perlu dilakukan, karena keadaan
sosial ekonomi nelayan tersebut menunjukkan bagaimana taraf hidup dari nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perikanan, mengetahui taraf hidup nelayan
pasca deklarasi moratorium perikanan, dan mengetahui solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut pasca
deklarasi moratorium perikanan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
Hasil observasi dan wawancara pada penelitian ini, menunjukkan bahwa sesudah deklarasi moratorium perikanan
nelayan yang bekerja di Kapal ukuran <30 GT mengalami peningkatan taraf hidup, sedangkan nelayan yang bekerja
di Kapal ukuran >30 GT mengalami penurunan taraf hidup. Peningkatan dan penurunan taraf hidup nelayan dapat
dilihat dari tingkat pendapatan nelayan, karena semakin besar tingkat pendapatan, maka semakin besar pula tingkat
pengeluaran atau pemenuhan kebutuhan dari nelayan.
Peningkatan taraf hidup disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran <30 GT tidak termasuk dalam pelaksanaan
kebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan masih bisa melaut dan pendapatan meningkat. Sedangkan
penurunan taraf hidup nelayan disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran >30 GT termasuk dalam
pelaksanaan kebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan harus berhenti melaut dan mengalami penurunan
pendapatan. Solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut sesudah deklarasi moratorium perikanan adalah
melakukan diversifikasi pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan misalnya supir, tukang ojek, tukang bangunan, petani,
buruh pabrik, kondektur, dan nelayan kapal kecil.
Kata kunci : Nelayan, Moratorium, Taraf hidup

Abstract
The social economic research after moratorium declaration are needs to be done, because the social economic
fishery determin how the fisherman living standard. This research aims to knows the social economic fisherman after
the moratorium declaration, for knowing the standard living of fisherman after moratorium declaration and to knows
the solution of fisherman who stopped fishing. This research are be held in Aertembaga Bitung City.
The result of observation in this research shows that after declaration of moratorium of fisherman who work on ship
with size <30 GT has increased. The increase of living standard caused by fisherman on the vessel size <30 GT are
not included in the implementation of the moratorium on fisheries policy. Fisherman solution who stopped fishing
after moratorium declaration, they make diversity in their job. For example become a farmer, factory worker, laborier,
conductor and become fisherman in small fishing boat.
Keyword : Fisherman, Moratorium, Standard of Live

PENDAHULUAN perikanan yang besar adalah Sulawesi


Sektor perikanan merupakan Utara. Provinsi ini telah menjadikan hasil
salah satu sektor yang penting bagi usaha perikanan dan kelautan sebagai
Indonesia. Sektor ini menghasilkan salah satu produk unggulan untuk
output yang besar bagi perekonomian, memacu peningkatan pendapatan asli
pemenuhan gizi dan protein untuk daerah (Pangemanan, 2015).
masyarakat Indonesia, serta Sulawesi Utara memiliki potensi
menyediakan lapangan kerja yang sumber daya alam laut sebagai
besar. Dengan mengetahui potensi penghasil dan pengekspor ikan. Kota
sumber daya perikanan yang besar Bitung adalah sentra industrinya. Lokasi
maka pemerintah menetapkan sub ini memiliki infrastruktur yang
sektor perikanan sebagai salah satu mendukung bongkar muat dari dan ke
motor penggerak pembangunan Kota Bitung. Letak Kota Bitung secara
(Kenanga, 2012). Salah satu provinsi di geografis, mulai dari bagian timur pesisir
Indonesia yang memiliki potensi pantai Aertembaga hingga ke Tanjung

_______________________________________________________________________________________________________
277 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Merah, bagian barat merupakan lokasi dikumpulkan pada penelitian ini terdiri
strategis untuk dikembangkan menjadi atas data primer dan data sekunder.
wilayah perkotaan, industri perdagangan Data primer adalah data yang diperoleh
dan jasa serta pemukiman. Oleh karena secara langsung di Lokasi penelitian
itu, Bitung ditetapkan sebagai pusat melalui proses observasi dan
Kawasan Industri Sulawesi Utara wawancara dengan nelayan, sedangkan
(Sompie, 2014). data sekunder diperoleh dari Kantor
Sektor industri yang dominan di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dan
Kota Bitung masih berkaitan dengan Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan
sektor perikanan, karena banyak industri Kota Bitung.
yang memanfaatkan bahan baku ikan Penelitian ini dilakukan selama
yakni industri pengolahan ikan baik hampir dua bulan, mulai dari tanggal 25
industri skala besar (pabrik) maupun April 2016 sampai dengan 9 Juni 2016.
kecil (industri rumah tangga). Sektor Responden pada penelitian ini
transportasi juga masih terkait dengan ditentukan melalui metode sampling
sektor perikanan khususnya purposive, sehingga ditentukan 15 orang
pengangkutan hasil perikanan responden yang terdiri dari 10 orang
(Pangemanan, 2015). nelayan yang bekerja di Kapal ukuran
Peraturan Menteri Kelautan dan <30 GT dan 5 orang nelayan yang
Perikanan RI Nomor 56 Tahun 2014 bekerja di Kapal ukuran >30 GT. 15
menyatakan bahwa tanggal 3 bulan orang responden ditentukan secara acak
November Tahun 2014, Kementerian dari tiga kelurahan yaitu Kelurahan
Kelautan dan Perikanan menetapkan Aertembaga Satu, Kelurahan Makawidey
suatu kebijakan dalam bentuk peraturan dan Kelurahan Tandurusa. Data yang
menteri yaitu kebijakan moratorium diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
perikanan. Tujuan kebijakan moratorium menggunakan analisis deskriptif
perikanan adalah untuk memperbaiki kualitatif, analisis deskripstif kuantitatif
pengelolaan sumber daya perikanan di dan analsis statistik uji t.
Indonesia. Salah satu pihak yang Analisis deskriptif kualitatif
merasakan dampak dari kebijakan merupakan analisis dengan memberikan
moratorium perikanan adalah tenaga gambaran serta keterangan dengan
kerja di bidang perikanan atau para menggunakan kalimat penulis secara
nelayan. Oleh sebab itu maka penelitian sistematis dan mudah dimengerti sesuai
tentang keadaan sosial ekonomi nelayan dengan data yang diperoleh. Analisis
pasca deklarasi moratorium perikanan di deskriptif kuantitatif merupakan analisis
Kota Bitung, khususnya di Kecamatan data dengan memberikan bahasan atau
Aertembaga perlu dilakukan. kajian terhadap data yang ada dengan
menggunakan perhitungan. Sedangkan
METODOLOGI PENELITIAN analisis statistik uji t pada penelitian ini
Metode yang digunakan dalam dilakukan dengan cara yang lebih
penelitian ini adalah pendekatan studi mudah, yaitu dengan menggunakan
kasus. Menurut Mantjoro (1980), studi program aplikasi Microsoft Excel 2007,
kasus adalah penelitian yang dilakukan Analysis ToolPak VBA, pilihan t-Test:
secara terfokus pada suatu kasus Paired Two Sample for Means. Analisis
tertentu untuk diamati dan dianalisis statistik ini digunakan untuk mengetahui
secara cermat sampai tuntas. Data yang perubahan yang terjadi pada tingkat

_______________________________________________________________________________________________________
278 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

pendapatan dan tingkat pengeluaran (PPS) Bitung melayani kapal perikanan


apakah siginifikan atau tidak. yang melakukan kegiatan perikanan di
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN dan laut lepas.
Kecamatan Aertembaga Industri pengolahan
merupakan salah satu Kecamatan dari menghasilkan produk perikanan yang
delapan Kecamatan yang ada di Kota merupakan salah satu andalan ekspor
Bitung dengan luas wilayah 2.783,8 kota Bitung. Kecamatan Aertembaga
Hektar (Ha). Potensi yang ada di memiliki 15 perusahaan pengolahan
Kecamatan Aertembaga adalah di perikanan. Jenis olahan perikanan yang
Bidang industri perikanan dan kelautan, ada di Kecamatan Aertembaga adalah
bidang pariwisata, dan bidang ikan segar, ikan beku dan ikan kayu.
perdagangan. Wilayah pemasaran ekspor produk
Kecamatan Aertembaga memiliki perikanan yang ada di Kecamatan
perusahaan industri perikanan yaitu Aertembaga adalah Jepang, China,
pada industri penangkapan dan Amerika, Asia, Belanda, dan Thailand.
pengolahan. Industri penangkapan Tangal 3 bulan November Tahun
berkaitan dengan ukuran kapal dan alat 2014, Kementerian Kelautan dan
tangkap yang digunakan, sedangkan Perikanan menetapkan beberapa
industri pengolahan merupakan industri kebijakan dalam bentuk Peraturan
yang memperlambat terjadinya Menteri. Kebijakan tersebut diatur dalam
penurunan mutu hasil perikanan. Peraturan Menteri Kelautan dan
Kecamatan Aertembaga memiliki Perikanan Nomor 56 Tahun 2014
20 kapal ukuran <30 GT dan 39 kapal tentang moratorium perikanan, yaitu
ukuran >30 GT. Kapal-kapal di pemberhentian sementara pemberian
Kecamatan Aertembaga mendarat pada izin kapal penangkap ikan berukuran
dermaga yang ada di Kelurahan besar di Wilayah Indonesia, diterapkan
Aertembaga I dan Kelurahan Tandurusa. pada kapal berkapasitas >30 GT.
Hal ini disebabkan oleh karena di Kebijakan yang ditetapkan memberikan
Kelurahan Aertembaga I terdapat dampak pada jumlah kapal, jumlah
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) nelayan dan hasil tangkapan ikan di
Bitung. Pelabuhan Perikanan Samudera Kecamatan Aertembaga.

Selisih Persentase
Jumlah Sebelum Sesudah
Penurunan Penurunan (%)
Kapal 1.687 1.428 259 15,4
Nelayan 14.159 12.338 1821 12,9
Sumber : DKP Kota Bitung, 2016

Kota Bitung memiliki industri Dinas Kelautan dan Perikanan Kota


pengolahan perikanan yang berkembang Bitung, dampak kebijakan moratorium
dengan baik, oleh sebab itu di Kota perikanan yang paling besar dirasakan di
Bitung terdapat banyak kapal Kota Bitung adalah dampak negatif.
penangkapan untuk bahan baku produk Dampak negatif yang dirasakan
perikanan. Kapal penangkapan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu
berukuran >30 GT, karena itu berkurangnya jumlah kapal yang
berdasarkan data yang diperoleh dari beroperasi dan jumlah nelayan yang

_______________________________________________________________________________________________________
279 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

melaut di Kota Bitung. Kapal ukuran >30 perikanan berhenti bekerja, karena
GT yang berhenti beroperasi merupakan perusahaan pengolahan perikanan tidak
kapal yang memiliki ratusan tenaga kerja memiliki bahan baku untuk diolah
atau nelayan. Hasil wawancara di Lokasi menjadi produk perikanan, sehingga
penelitian, satu kapal yang berhenti perusahaan tersebut harus berhenti
beroperasi karena kebijakan moratorium beroperasi.
perikanan menyebabkan ratusan orang
nelayan berhenti melaut, jadi jika kapal Keadaan Sosial Nelayan Pasca
yang berhenti beroperasi berjumlah Deklarasi Moratorium Perikanan
ratusan orang, maka nelayan yang Ukuran Keluarga
berhenti melaut berjumlah ribuan orang. Salah satu faktor yang penting
Penurunan jumlah kapal yang beroperasi untuk melihat keadaan sosial nelayan
dan jumlah nelayan yang melaut ini adalah ukuran keluarga. Hal ini
memberikan dampak pada penurunan disebabkan oleh karena semakin banyak
jumlah hasil tangkapan ikan. jumlah anggota keluarga maka jumlah
Tingginya potensi perikanan di kebutuhan semakin banyak. 15 orang
Kota Bitung berbanding lurus dengan responden pada penelitian ini
kegiatan penangkapannya, yaitu menanggung kebutuhan dari nelayan itu
banyaknya jumlah sumberdaya ikan di sendiri, satu orang isteri dan anak-anak.
Laut menyebabkan banyak hari kerja Kebutuhan yang ditanggung responden
untuk menangkap ikan. Oleh sebab itu yaitu sandang, pangan dan papan.
berdasarkan data yang diperoleh dari Ukuran keluarga dari responden
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota sesudah deklarasi kebijakan moratorium
Bitung, karena jumlah hari kerja untuk perikanan tidak mengalami perubahan.
menangkap ikan menurun, Responden yang bekerja di Kapal
menyebabkan jumlah hasil tangkapan ukuran >30 GT tetap menanggung
ikan yang diperoleh juga menurun. kebutuhan isteri dan anak-anaknya
Jenis ikan yang mengalami walaupun mengalami penurunan
penurunan jumlah sesudah deklarasi pendapatan. Hal ini disebabkan oleh
moratorium perikanan adalah ikan karena hubungan keluarga yang tidak
cakalang dan ikan tuna. Penurunan pada mungkin berakhir hanya karena
ikan cakalang dan ikan tuna ini penurunan pendapatan.
disebabkan oleh karena kapal-kapal Kebijakan moratorium perikanan
yang melakukan penangkapan pada tidak menyebabkan jumlah tanggungan
kedua jenis ikan ini adalah kapal yang keluarga bagi responden yang bekerja di
berukuran >30 GT. Penurunan jumlah Kapal ukuran <30 GT bertambah. Hal ini
hasil tangkapan pada kedua jenis ikan ini dibuktikan dari responden tidak memiliki
mempengaruhi keadaan perusahaan anak yang berusia kurang dari tiga tahun
pengolahan perikanan, hal ini dan responden tidak menanggung
disebabkan oleh karena bahan baku anggota keluarga yang lain misalnya
produk olahan ikan sebagian besar sepupu atau keponakan, walaupun
berasal dari jenis ikan cakalang dan ikan mereka mengalami peningkatan
tuna. Dampak penurunan jumlah hasil pendapatan sesudah deklarasi kebijakan
tangkapan pada perusahaan pengolahan moratorium perikanan.
perikanan menyebabkan puluhan ribu
tenaga kerja perusahaan pengolahan Agama dan Suku

_______________________________________________________________________________________________________
280 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Responden pada penelitian ini tentang ketenagakerjaan disebutkan


memiliki agama dan suku yang berbeda- bahwa batas umur kerja yang berlaku di
beda. Perbedaan agama dan suku Indonesia adalah 15 tahun sampai 64
tersebut tidak menciptakan jarak antara tahun, umur tersebut dapat disebut usia
sesama nelayan. Satu kapal yang produktif untuk bekerja. Para responden
memiliki responden dengan agama dan memiliki umur yang produktif untuk
suku yang berbeda, tidak mempengaruhi bekerja menurut UU No. 13 tahun 2003
hubungan kerja sama antara sesama tentang ketenagakerjaan.
nelayan. Responden memiliki toleransi Responden yang bekerja di
antar umat beragama, hal ini dibuktikan Kapal ukuran >30 GT memiliki umur >30
berdasarkan hasil observasi di Lokasi tahun, hal ini berarti keadaan fisik dari
penelitian, terlihat bahwa responden responden yang sebenarnya lemah,
yang beragama kristen menjadi piket tetapi mereka memiliki semangat bekerja
untuk menjaga kapal pada hari jumat yang tinggi sehingga keadaan mereka
pukul 10.00 pagi sampai pukul 17.00, tidak menjadi masalah bagi mereka.
sedangkan responden yang beragama Oleh sebab itu responden yang bekerja
islam diberikan kesempatan untuk di Kapal ukuran >30 GT mengalami
beribadah. kesulitan untuk diversifikasi pekerjaan
Agama dan suku dari responden yang lebih baik sesudah deklarasi
sesudah deklarasi kebijakan moratorium kebijakan moratorium perikanan, karena
perikanan tidak terjadi perubahan secara mereka tidak memiliki semangat kerja
pribadi. Kebijakan moratorium perikanan yang tinggi selain dari bekerja sebagai
tidak membuat responden berpindah melaut.
agama ataupun mengganti suku mereka. Responden yang bekerja di
Hasil observasi dan wawancara di Kapal ukuran >30 GT merupakan
Lokasi Penelitian sesudah deklarasi nelayan yang telah memiliki pengalaman
kebijakan moratorium perikanan, melaut >15 tahun. Pengalaman kerja
beberapa orang nelayan yang berasal sebagai nelayan mengalami peningkatan
dari Sangir Talaud telah kembali ke dan penurunan sesudah deklarasi
Sangir Talaud, namun jumlah nelayan moratorium perikanan. Responden yang
yang berasal dari suku sangir talaud bekerja di Kapal ukuran >30 GT harus
tetap banyak. Hal ini di sebabkan oleh berhenti melaut karena kapal yang
karena responden yang berasal dari digunakan berhenti beroperasi.
suku sangir talaud, banyak bekerja di Responden yang memiliki pengalaman
Kapal ukuran <30 GT. Sedangkan kerja >15 tahun, karena pekerjaan
nelayan yang berasal dari Gorontalo, sebagai nelayan merupakan pekerjaan
banyak yang telah kembali ke daerah yang telah turun temurun diwariskan
mereka, hal ini disebabkan oleh karena oleh orang tua dari responden.
nelayan asal Gorontalo banyak bekerja
di Kapal ukuran >30 GT. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden
Umur dan Pengalaman Kerja merupakan faktor yang tidak
Umur dan pengalaman kerja berpengaruh dalam penerimaan suatu
merupakan faktor yang penting dalam teknologi yang baru. Tingkat pendidikan
melakukan penangkapan ikan di Laut. yang rendah tidak membuat responden
Menurut UU nomor 13 tahun 2003 sulit untuk menerima teknologi baru dan

_______________________________________________________________________________________________________
281 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

tidak membatasi kemampuan responden ketika melaut.

Ukuran Kapal
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
<30 GT >30 GT
Tamatan SD 5 2 7 46,66
Tamatan SMP 2 3 5 33,33
Tamatan SMA 3 0 3 20
Jumlah 10 5 15 100
Sumber : Data Primer, 2016

Pendidikan yang rendah dapat memberikan dampak bagi pendidikan


menyebabkan responden tidak mampu anak-anak dari responden.
berpikir solusi yang tepat untuk
menghadapi suatu masalah. Hal ini Kesehatan
dibuktikan dari sesudah deklarasi Responden memiliki pola hidup
kebijakan moratorium perikanan, yang sehat, hal ini dibuktikan dari
beberapa responden mengalami makanan dan minuman yang dikonsumsi
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oleh para responden. Para responden
mereka. Rendahnya tingkat pendidikan mengkonsumsi nasi, ikan dan sayur
disebabkan oleh karena adanya suatu setiap hari. Tetapi sesudah deklarasi
kebiasaan yang telah membudaya pada kebijakan moratorium perikanan,
gaya hidup nelayan. Pendidikan responden yang bekerja di Kapal ukuran
responden yang rendah tidak >30 GT mengalami masalah dalam
mempengaruhi tingkat pendidikan anak- mengkonsumsi makanan yang bergizi.
anak dari responden. Masalah yang dialami responden
15 orang responden mengalami yang bekerja di Kapal ukuran >30 GT
dua peristiwa yang berbeda sesudah disebabkan oleh karena pendapatan
deklarasi kebijakan moratorium yang kurang, sehingga lima orang
perikanan yaitu : responden yang bekerja di Kapal ukuran
10 orang responden mengatakan biaya >30 GT harus mengurangi biaya untuk
yang dikeluarkan untuk kebutuhan yang makanan. Penyakit yang sering diderita
menunjang pendidikan anak mereka oleh 15 orang responden sebelum
diperbesar karena pendapatan mereka deklarasi kebijakan moratorium
yang meningkat. perikanan adalah Flu dan demam. Hal ini
Lima orang responden mengatakan disebabkan oleh karena pekerjaan para
bahwa biaya yang dikeluarkan untuk responden yang melaut pada malam
kebutuhan pendidikan anak mereka hari, namun sesudah deklarasi kebijakan
diperkecil. Bahkan dua orang responden moratorium perikanan, penyakit yang
tidak mampu membiayai anak mereka di sering diderita oleh lima orang
Perguruan tinggi, karena pendapatan responden yang bekerja di Kapal ukuran
mereka yang menurun. >30 GT adalah sakit lambung (maag),
Dua peristiwa yang terjadi bukan lagi flu dan demam karena
membuktikan bahwa dengan adanya mereka tidak lagi melaut, melainkan
kebijakan moratorium perikanan karena memiliki pola makan yang tidak
memberikan dampak positif dan negatif teratur.
bagi pendidikan anak-anak responden.
Intinya, kebijakan moratorium perikanan

_______________________________________________________________________________________________________
282 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Hiburan Kecamatan Aertembaga Kota Bitung


Hiburan adalah segala sesuatu dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
yang berbentuk kata-kata, tempat,
perilaku maupun benda yang mampu
memberikan kesenangan. Sarana
hiburan bagi nelayan dan keluarganya
merupakan hal penting yang dapat
memberikan kesenangan, informasi dan
pengetahuan serta mempermudah
komunikasi dengan orang-orang yang Responden yang bekerja di
dikenal. Kapal ukuran >30 GT memiliki jenis
Responden yang bekerja di rumah yang permanen. Dua orang
Kapal ukuran >30 GT sebelum kebijakan responden yang bekerja di Kapal ukuran
moratorium perikanan memiliki fasilitas >30 GT yaitu responden yang
handphone yang lebih banyak mendirikan rumah di Tanah keluarga
dibandingkan responden yang bekerja di mereka. Responden sedang melakukan
Kapal ukuran <30 GT. Namun sesudah pembangunan untuk rumah mereka,
deklarasi moratorium perikanan terjadi tetapi sesudah deklarasi kebijakan
penambahan fasilitas pada responden moratorium perikanan, pendapatan
yang bekerja di Kapal ukuran <30 GT mereka berkurang, sehingga
dan terjadi pengurangan fasilitas pada pembangunan tersebut dihentikan.
responden yang bekerja di Kapal ukuran Tiga orang responden yang
>30 GT (Tabel 20). bekerja di Kapal ukuran >30 GT harus
Jumlah responden dari kapal membayar angsuran perumahan setiap
ukuran <30 GT yang memiliki faslitas bulan, tetapi sesudah deklarasi
televisi sebelum deklarasi kebijakan kebijakan moratorium perikanan, mereka
moratorium perikanan adalah 8 orang, menjual perumahan tersebut dan
tetapi sesudah deklarasi kebijakan dengan uang hasil penjualan rumah
moratorium perikanan ini, semua tersebut, mereka hidup di Rumah sewa
responden dari kapal ukuran <30 GT yang biayanya lebih murah.
memiliki fasilitas televisi. Sedangkan Intinya, sesudah deklarasi
pada responden yang bekerja di Kapal kebijakan moratorium perikanan,
ukuran >30 GT yang sebelumnya responden yang bekerja di Kapal ukuran
memiliki televisi, sekarang tidak lagi <30 GT dan di Kapal ukuran >30 GT
memiliki televisi karena dijual untuk tidak mengalami dampak negatif
memenuhi kebutuhan hidup mereka. maupun positif, jika dilihat dari kondisi
fisik bangunan rumah responden. Tetapi
Keadaan Rumah kebijakan moratorium perikanan tersebut
UU RI Nomor 4 Tahun 1992 memberikan dampak bagi responden
menyatakan bahwa, rumah adalah yang bekerja di Kapal ukuran >30 GT,
struktur fisik yang terdiri dari ruangan, jika dilihat dari status kepemilikan rumah
halaman dan area sekitarnya yang sebelum dan sesudah deklarasi
dipakai sebagai tempat tinggal dan kebijakan moratorium perikanan.
sarana pembinaan keluarga. Jenis
rumah yang dimiliki oleh responden di

_______________________________________________________________________________________________________
283 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Stratifikasi Sosial Ketika responden mengalami


Stratifikasi sosial adalah kekurangan uang untuk membeli rokok,
pembedaan atau pengelompokkan para responden tersebut dibantu oleh nelayan
anggota masyarakat secara bertingkat. yang lain.
Tingkatan tersebut dapat dilihat melalui Ketika responden bekerja sama untuk
ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, mengangkat hasil tangkapan dari dalam
ukuran kehormatan, ukuran pendidikan kapal dan diletakkan di lantai dermaga.
dan ukuran pengalaman kerja. Interaksi sosial yang terjadi
Pada penelitian ini stratifikasi antara responden yang bekerja di Kapal
sosial yang ada pada responden dilihat ukuran <30 GT dengan nelayan yang
melalui ukuran kekayaan dan ukuran bekerja di Kapal ukuran >30 GT adalah
pendidikan. Kekayaan dijadikan ukuran interaksi yang disebabkan oleh karena
penempatan stratifikasi sosial responden adanya faktor empati. Hasil observasi di
yang dapat dilihat melalui keadaan Lokasi penelitian, yaitu sikap saling
rumah dan fasilitas hiburan yang dimiliki. menolong antara sesama nelayan,
Hasil penelitian yang telah walaupun mengalami masalah dalam
dilakukan di Lokasi penelitian, stratifikasi perekonomian. Sesudah deklarasi
sosial para responden sesudah deklarasi kebijakan moratorium perikanan,
kebijakan moratorium perikanan responden yang tidak memiliki rumah
mengalami perubahan jika dilihat dapat tinggal di rumah responden lain
menurut ukuran kekayaan yang dimiliki dengan membayar uang sewa yang
oleh responden. Hal ini disebabkan oleh lebih murah.
karena kebijakan moratorium perikanan
mempengaruhi pendapatan dan Keadaan Ekonomi Nelayan Pasca
pengeluaran dari responden. Jika terjadi Deklarasi Moratorium Perikanan
perubahan pada pendapatan dan Tingkat Pendapatan
pengeluaran, maka terjadi perubahan Pendapatan dapat diartikan
pula pada kekayaan yang dimiliki oleh sebagai sesuatu yang diperoleh nelayan
responden. dan keluarganya melalui usahanya yang
dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan
Interaksi Sosial yang diperoleh responden terdiri dari
Interaksi sosial adalah hubungan upah tetap dan upah tambahan. Upah
sosial yang berkaitan dengan hubungan tetap per bulan adalah Rp. 750.000 - Rp.
antar individu, individu dengan kelompok 2.000.000, tergantung kesepakatan
dan kelompok dengan kelompok. dengan pemilik kapal dan berdasarkan
Interaksi sosial membuktikan adanya kedudukan responden, sedangkan
kehidupan bersama. Hasil observasi dan responden yang bekerja di Kapal ukuran
wawancara kepada responden, interaksi >30 GT adalah Rp. 2.000.000 – Rp.
sosial yang terlihat disebabkan oleh 4.000.000, tergantung kesepakatan
faktor empati, yaitu adanya interaksi dengan pemilik kapal dan berdasarkan
positif atau hubungan kekerabatan yang kedudukan responden.
erat antara sesama nelayan. Upah tambahan merupakan
Interaksi sosial berikut ini upah yang diperoleh dari bahagi hasil
merupakan interaksi yang diamati terjadi tangkapan. Upah tambahan disesuaikan
pada responden yang bekerja pada dengan harga ikan di Pasar dikali
kapal yang sama, yaitu : dengan jumlah hasil tangkapan dan

_______________________________________________________________________________________________________
284 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dibahagi dengan jumlah nelayan dalam ukuran <30 GT masing-masing


satu kapal. Responden di Kapal ukuran memperoleh kira-kira Rp. 1.000 – Rp.
>30 GT masing-masing memperoleh 5.000 per ton, tergantung pada harga di
kira-kira Rp. 6.000 – Rp 10.000 per, Pasar dan tergantung pada kedudukan
tergantung pada harga di Pasar dan yang dimiliki.
tergantung pada kedudukan yang
dimiliki, sedangkan responden di Kapal

Selisih
Ukuran Persentase
R Kedudukan Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Pendapatan
Kapal (%)
(Rp)
R1 5 GT ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 28,57
R2 ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 28,57
R3 ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 28,57
R4 16 GT ABK 3.000.000 3.500.000 500.000 16,67
R5 24 GT Tonaas 4.000.000 5.500.000 1.500.000 37,50
R6 ABK 3.000.000 3.500.000 500.000 16,67
R7 ABK 3.000.000 3.500.000 500.000 16,67
R8 28 GT Tonaas 4.500.000 5.500.000 1.000.000 22,22
R9 ABK 3.500.000 4.500.000 500.000 14,29
R10 ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 33,33
R11 40 GT Tonaas 10.000.000 650.000 - 9.350.000 - 93,50
R12 ABK 4.000.000 1.000.000 - 3.000.000 -75,00
R13 54 GT ABK 5.000.000 850.000 - 4.150.000 - 83,00
R14 ABK 5.000.000 750.000 - 4.250.000 - 85,00
R15 ABK 5.000.000 2.000.000 - 3.000.000 - 60,00
Sumber : Data Primer, 2016

Selisih pendapatan yang bernilai permintaan di Pasar. Sedangkan pada


negatif dan memiliki persentase nilai responden yang bekerja di Kapal ukuran
negatif. Nilai negatif berarti terjadi >30 GT terjadi penurunan yang
penurunan pendapatan sesudah signifikan karena responden yang
deklarasi kebijakan moratorium bekerja di Kapal ukutan >30 GT
perikanan. Responden yang mengalami termasuk dalam kebijakan penerapan
penurunan pendapatan adalah kebijakan moratorium perikanan,
responden yang bekerja di Kapal sehingga responden harus berhenti dari
berukuran >30 GT. Kapal ukuran >30 pekerjaannya sebagai nelayan dan
GT. harus mencari pekerjaan yang lain agar
Hasil analisis statistik uji-t dapat memenuhi kebutuhan hidup
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan responden dan keluarganya.
responden yang bekerja di Kapal ukuran
<30 GT sebelum dan sesudah deklarasi Tingkat Pengeluaran
kebijakan moratorium perikanan Tingkat pengeluaran disebut juga
mengalami peningkatan yang signifikan tingkat konsumsi. Konsumsi adalah
(p<0,05). Hal ini disebabkan oleh karena setiap kegiatan memanfaatkan,
responden yang bekerja di Kapal ukuran menghabiskan kegunaan barang
<30 GT tidak termasuk dalam penerapan maupun jasa untuk memenuhi
kebijakan moratorium perikanan, kebutuhan hidup. Tingkat pengeluaran
sehingga terjadi peningkatan jumlah dapat menunjukkan taraf hidup
hasil tangkapan ikan dan jumlah seseorang. Taraf hidup adalah kualitas

_______________________________________________________________________________________________________
285 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dan kuantitas barang-barang dan jasa- kebutuhan untuk makanan, listrik,


jasa yang tersedia bagi seseorang. pendidikan anak, perumahan, dan
Pengeluaran responden terdiri dari kebutuhan yang tidak terduga (lain-lain).

Pengeluaran Selisih Pengeluaran Persentase


R
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) (Rp) (%)
R1 1.250.000 1.500.000 250.000 20
R2 3.500.000 4.000.000 500.000 14,29
R3 1.250.000 1.500.000 250.000 20
R4 1.750.000 2.000.000 250.000 14,29
R5 2.500.000 2.750.000 250.000 10
R6 1.300.000 1.500.000 200.000 15,38
R7 2.500.000 2.750.000 250.000 10
R8 1.250.000 1.500.000 250.000 20
R9 4.500.000 4.750.000 250.000 5,56
R10 1.500.000 1.750.000 250.000 16,67
R11 3.000.000 600.000 - 2.400.000 - 80
R12 2.500.000 620.000 - 1.880.000 - 75,20
R13 2.250.000 725.000 - 1.525.000 - 67,78
R14 3.750.000 605.000 - 3.145.000 - 83,87
R15 3.000.000 900.000 - 2.100.000 - 70
Sumber : Data Primer, 2016

Selisih pengeluaran yang bernilai yang sebelumnya bekerja di Laut,


negatif dan memiliki persentase nilai sekarang bekerja di darat, sehingga
negatif. Hal ini berarti terjadi penurunan kebutuhan yang dipenuhi berkurang.
pengeluaran sesudah deklarasi Data tingkat pengeluaran
kebijakan moratorium perikanan. responden yang telah dianalisis
Persentase kenaikan pada pengeluaran berdasarkan analisis deskriptif dan
keluarga dari responden adalah ≥10%, analisis statistik dapat dilihat bagaimana
sedangkan persentase penurunan yaitu taraf hidup dari responden. Data tersebut
sebesar > 65%. Tingkat pengeluaran ini membuktikan bahwa responden yang
mengalami perubahan yang signifikan. bekerja di Kapal ukuran <30 GT
Hasil analisis statistik uji t pada mengalami peningkatan taraf hidup,
lampiran 3 menunjukkan bahwa tingkat sedangkan responden yang bekerja di
pengeluaran responden yang bekerja di Kapal ukuran >30 GT mengalami
Kapal ukuran <30 GT sebelum dan penurunan taraf hidup.
sesudah deklarasi kebijakan moratorium
mengalami peningkatan yang signifikan Solusi Ketika Tidak Melaut
(p<0,05). Hal ini disebabkan oleh karena Solusi adalah pemecahan
adanya peningkatan pendapatan pada masalah atau jalan keluar. Dampak
responden yang bekerja di Kapal ukuran negatif dari kebijakan moratorium
<30 GT, sehingga kebutuhan yang perikanan harus dicarikan solusinya.
dipenuhi bertambah. Sedangkan pada Dampak negatif dirasakan oleh para
responden yang bekerja di Kapal ukuran responden yang bekerja di Kapal ukuran
>30 GT terjadi penurunan yang >30 GT. ABK dan tonaas yang tidak lagi
signifikan karena adanya penurunan melaut harus mencari pekerjaan agar
pendapatan atau diversifikasi pekerjaan,

_______________________________________________________________________________________________________
286 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dapat memenuhi kebutuhan hidup merupakan pekerjaan yang


mereka sehari-hari. membutuhkan tenaga yang kuat.
Hasil penelitian di Lokasi Supir. Hal ini disebabkan oleh karena
penelitian, lima orang responden yang banyaknya usaha yang menggunakan
berhenti melaut melakukan pekerjaan transportasi untuk angkutan usaha
yang hampir sama dengan nelayan yang industri, maupun ekspor barang,
telah diteliti oleh pangemanan pada sehingga keberadaan tenaga kerja untuk
tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh transportasi sangat dibutuhkan.
karena kebijakan moratorium perikanan Tukang Ojek. Hal ini disebabkan oleh
memberikan dampak negatif dalam karena ABK memiliki motor, dan melihat
jangka waktu yang cukup lama yaitu keadaan di Lingkungan sekitar yaitu
kira-kira selama satu tahun lima bulan. jauhnya jarak perusahaan dan jarak
Solusi ketika tidak melaut tempat tinggal pegawai perusahaan,
R11 Tukang bangunan juga jarak jalan raya untuk naik angkutan
R12 Tukang ojek, Tukang bangunan umum dengan rumah warga.
R13 Tukang ojek, Petani Tukang bangunan. Hal ini disebabkan
R14 Petani oleh karena pertumbuhan penduduk
R15 Supir yang cepat serta banyaknya pendatang
untuk menetap, maka banyak lahan
Pekerjaan sebagai tukang ojek, yang digunakan untuk pembangunan
tukang bangunan dan petani merupakan pemukiman penduduk.
pekerjaan yang memiliki pendapatan
yang tidak tetap. Responden yang Tanggapan Nelayan Tentang
memiliki lebih dari satu pekerjaan adalah Kebijakan Moratorium Perikanan
responden yang melakukan pekerjaan- Tanggapan adalah pendapat
pekerjaan tersebut sesuai dengan atau reaksi seseorang setelah melihat,
keadaan yang terjadi. Misalnya R12 mendengar ataupun merasakan sesuatu.
menjadi tukang ojek dan tukang Tanggapan dapat berupa persetujuan,
bangunan, hal ini berarti jika ada sanggahan pendapat ataupun
pembangunan yang membutuhkan pertanyaan. Berdasarkan hasil
tenaga kerja, responden bersedia wawancara dari 15 responden, terdapat
menjadi tukang bangunan, tetapi jika persetujuan, sanggahan, pendapat dan
tidak ada pembangunan, responden pertanyaan yang berkaitan dengan
bekerja sebagai tukang ojek. R15 kebijakan moratorium perikanan.
menjadi supir pengantar barang di suatu
perusahaan. Persetujuan
Hasil observasi di Lokasi Hasil penelitian yang dilkukan,
penelitian penyebab nelayan yang diperoleh data bahwa kebijakan
berhenti melaut melakukan pekerjaan ini moratorium perikanan disetujui oleh
adalah : responden yang bekerja di Kapal ukuran
Petani. Hal ini disebabkan oleh karena <30 GT, karena mereka merasakan
latar belakang pendidikan nelayan yang dampak positif dari kebijakan tersebut
rendah namun memiliki tenaga yang sehingga taraf hidup mereka meningkat.
kuat dalam bekerja. Pekerjaan di Ladang
pertanian atau sebagai petani Sanggahan

_______________________________________________________________________________________________________
287 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Kebijakan moratorium perikanan penampung. Jadi ikan yang ditangkap,


tidak disetujui oleh responden yang dibawa oleh kapal penangkap ikan ke
bekerja di Kapal ukuran >30 GT, jika dermaga.
dinilai dari taraf hidup responden per Peneliti melakukan observasi
keluarga, karena taraf hidup mereka dan wawancara di Lokasi penelitian
menurun. pada tanggal 9 juni 2016. Peneliti
memperoleh pernyataan bahwa para
Pendapat responden yang bekerja di Kapal
Responden yang bekerja pada berukuran <30 GT mendukung
kapal ukuran >30 GT berpendapat keputusan menteri kelautan perikanan,
bahwa kebijakan moratorium ini memiliki yang mencabut kebijakan moratorium
tujuan yang baik, tetapi karena kebijakan perikanan di Kota Bitung, karena
ini tidak disertai dengan solusi bagi yang keputusan tersebut tidak memberikan
merasakan dampak negatif, jadi dampak negatif bagi hasil tangkapan
kebijakan ini menimbulkan dukungan responden yang bekerja di Kapal ukuran
dan kritikan. Responden yang bekerja di <30 GT. Hal itu disebabkan oleh karena
Kapal ukuran <30 GT berpendapat adanya syarat-syarat yang telah
bahwa kebijakan moratorium perikanan ditetapkan bagi kapal ukuran > 30 GT.
ini baik, karena memberikan kesempatan
atau peluang bagi nelayan kecil untuk KESIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan taraf hidup mereka. Kesimpulan
Kesimpulan hasil dan
Pertanyaan pembahasan dalam penelitian ini adalah
Hasil wawancara dengan sebagai berikut :
responden yang bekerja di Kapal ukuran Keadaan sosial ekonomi nelayan
>30 GT, diperoleh pertanyaan dari dua pasca deklarasi kebijakan moratorium
orang responden, yaitu jika salah satu perikanan di Kecamatan Aertembaga
tujuan dari kebijakan moratorium Kota Bitung mengalami perubahan.
perikanan adalah untuk masa depan Nelayan yang bekerja di Kapal ukuran
anak-anak kita, bagaimana masa depan <30 GT mengalami peningkatan taraf
anak-anak yang harus berhenti sekolah hidup, sedangkan nelayan yang bekerja
karena kebijakan ini? Responden di Kapal ukuran >30 GT mengalami
berharap pertanyaan ini dapat penurunan taraf hidup.
memberikan pemikiran yang lebih baik Peningkatan taraf hidup nelayan
bagi pemerintah khususnya kementerian disebabkan oleh karena nelayan yang
kelautan dan perikanan republik bekerja di Kapal ukuran <30 GT tidak
Indonesia untuk menentukan suatu termasuk dalam pelaksanaan kebijakan
kebijakan. moratorium perikanan, sehingga terjadi
Tanggal 14 bulan mei tahun peningkatan pada jumlah hasil
2016, Menteri Kelautan dan Perikanan tangkapan ikan, jumlah permintaan
Republik Indonesia telah mencabut pasar dan jumlah pendapatan.
kebijakan moratorium perikanan di Kota Peningkatan pendapatan menyebabkan
Bitung. Jadi Kapal-kapal >30 GT bisa terjadinya peningkatan pengeluaran.
beroperasi kembali dengan syarat Peningkatan pengeluaran menunjukkan
memiliki surat-surat yang lengkap dan bahwa pemenuhan kebutuhan nelayan
tidak lagi menggunakan kapal semakin banyak dan berkualitas. Hal ini

_______________________________________________________________________________________________________
288 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

membuktikan bahwa nelayan mengalami merasakan dampak dari kebijakan


peningkatan taraf hidup, peningkatan tersebut, agar pemerintah mengetahui
taraf hidup menyebabkan beberapa hal, pendapat dari pihak tersebut.
salah satunya adalah nelayan memiliki Pemerintah harus memikirkan
kesempatan untuk menabung dengan atau menyediakan solusi bagi pihak
jumlah yang lebih banyak. yang akan merasakan dampak negatif
Penurunan taraf hidup nelayan dari kebijakan yang akan ditetapkan.
disebabkan oleh karena nelayan di Pemerintah harus melakukan
Kapal ukuran >30 GT termasuk dalam pengawasan pada saat pelaksanaan
pelaksanaan kebijakan moratorium suatu kebijakan, agar pemerintah dapat
perikanan, sehingga nelayan harus mengetahui apakah kebijakan yang
melakukan diversifikasi pekerjaan dan ditetapkan telah dilaksanakan sesuai
mengalami penurunan pendapatan. dengan tujuannya.
Penurunan pendapatan menyebabkan
terjadinya penurunan pengeluaran. DAFTAR PUSTAKA
Penurunan pengeluaran menunjukkan
bahwa pemenuhan kebutuhan nelayan Alim, M. 2012. Etos Kerja Masyarakat Nelayan.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan
menurun atau berkurang. Hal ini Kalijaga. Yogyakarta.
membuktikan bahwa nelayan mengalami
Apsari. 2009.Kontribusi Subsektor Perikanan
penurunan taraf hidup, penurunan taraf Terhadap Perkembangan Perekonomian
hidup menyebabkan beberapa hal, Kota Bitung Periode 2000-2007. Skripsi
diantaranya yaitu anak dari nelayan Departemen Ilmu Ekonomi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
berhenti sekolah, nelayan harus
berpindah tempat tinggal bahkan sampai Arpiani, R. 2009. Kehidupan Sosial Budaya Dalam
Kaitannya Dengan Perilaku Ekonomi
kehilangan tempat tinggal mereka, Masyarakat Nelayan. Skripsi. Universitas
sehingga mereka harus kembali ke Negeri Semarang. Semarang.
daerah asal mereka masing-masing. Daryanto, A. 2007. Dari Klaster Menuju Peningkatan
Solusi yang dilakukan nelayan Daya Saing Industri Perikanan. Buletin
yang berhenti melaut sesudah deklarasi Craby Starky, Edisi Januari 2007.
moratorium perikanan adalah melakukan Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi
diversifikasi pekerjaan. Pekerjaan yang Aksara.
dilakukan misalnya supir, tukang ojek, Haryono, T. 2005. Strategi Kelangsungan Hidup
tukang bangunan, petani, buruh pabrik, Nelayan. Jurnal Vol VII-2. Jawa Timur.
kondektur, dan nelayan kapal kecil. Kenanga, DT. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Usaha
Perikanan Tangkap dengan Kapal Motor –
Saran Studi Kasus Kota Bitung. Skripsi Fakultas
Pemerintah harus melakukan Ekonomi. Yogyakarta: Universitas Atma
beberapa hal sebelum menetapkan Jaya.
suatu kebijakan, yaitu : Kusnadi. 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan.
Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri.
Pemerintah harus melaksanakan
sosialisasi tentang kebijakan yang akan Leo, A. 2008. Dasar Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta.
ditetapkan, agar pihak yang akan
merasakan dampak dari kebijakan Mantjoro, E. 1980. Pengantar Kuliah Metodologi
Penelitian. Manado: Universitas Sam
tersebut dapat melakukan persiapan. Ratulangi.
Pemerintah harus melaksanakan
Nurwati, N. 2008. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi.
diskusi dengan pihak yang akan Jurnal Vol X-2. Jawa Barat

_______________________________________________________________________________________________________
289 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Pangemanan, O. 2015. Dampak Kebijakan Sompie, J. 2014. Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Moratorium Terhadap Industri Perikanan Perikanan (SIPP) di Kota Bitung.Salatiga:
Studi Kasus Kota Bitung. Skripsi Fakultas Tesis Program Doktor Universitas Kristen
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Manado: Satya Wacana.
Universitas Sam Ratulangi
Tarigan, D. 2015. Kajian Gaya Hidup Masyarakat
Sarjulis. 2011. Kehidupan Sosial Masyarakat Pesisir. Jurnal Vol IV-4. Sulawesi Utara.
Nelayan. Skripsi. Universitas Andalas.
Wahyono, A. 2001. Pemberdayaan Masyarakat
Padang.
Nelayan. Media Pressindo, Yogyakarta.
Satria, A 2009. Ekologi Politik Nelayan. LKiS
Yusuf, G. 2015. Observer Siap Kawal Kebijakan
Yogyakarta.
MKP.
Siswanto, S. 2015. Pengaruh Kondisi Sosial www.djpt.kkp.go.id/index.php/arsip/c/1471/
Ekonomi Terhadap Pembangunan di Observer-Siap Kawal-Kebijakan-
Lingkungan Pesisir. Skripsi. Universitas MKP/?category_id=1 akses-28/3/2016
Sriwijaya. Palembang. pukul 08.00 WITA.

_______________________________________________________________________________________________________
290 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

KAJIAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA ILODULUNGA


KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

Marlin Rauf1, Ir. Christian R. Dien, M.Si2, Ir. Djuwita R.R. Aling, M.Si2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email : marlinrauf@yahoo.com

Abstract
This study aims to determine the social conditions of farmers seaweed, and to know the production system and
financial analysis of seaweed farming in the village Ilodulunga.
The education level ever taken by the farmers seaweed. Village Ilodulunga amounted to 78.26% of primary school
graduates, SMK graduates much as 4.35%, and amounted to 17.39% of high school graduates. The productive age
seaweed farmers in the village Ilodulunga ie from the age of 20-70 years. Having work experience of over 10 years,
have a high motivation to work and about 50% have had a permanent home, and 50% is semi-permanent.
Seaweed farming production system that takes into account facilities and cultivation techniques that include
aquaculture site selection, installation of floating rope, planting, maintenance of seaweed seedlings, harvesting and
post-harvest and marketing.
Seaweed farming in the village Ilodulunga eligible to run because it has operating profit or absolute advantage Rp.
145.264 million, net profit of Rp. 129 360 833, the profit rate (rate of profit) amounted to 422%, 223% Profitability,
BCR sale of BEP 5.2 Rp. 17,516,429, 1,751 kg BEP unit, and the repayment period is 0,447 years (5 months, 10
days, 19 hours).
Keywords: Business, Aquaculture, seaweed, and Gain.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sosial pembudidaya rumput laut, serta untuk mengetahui sistem
produksi dan analisis finansial usaha budidaya rumput laut yang ada di Desa Ilodulunga.
Tingkat pendidikan yang pernah di tempuh oleh pembudidaya rumput laut. di Desa Ilodulunga lulusan SD sebesar
78,26% , lulusan SMP Sebesar 4,35%, dan lulusan SMA sebesar 17,39%. Umur produktif para pembudidaya rumput
laut di Desa Ilodulunga yaitu dari umur 20-70 tahun. Memiliki pengalaman kerja diatas 10 tahun, memiliki motivasi
kerja yang tinggi dan sekitar 50% telah memiliki rumah permanen dan 50% masih semi permanen.
Sistem produksi budidaya rumput laut yaitu dengan memperhatikan fasilitas dan teknik budidaya yang meliputi
pemilihan lokasi budidaya, pemasangan tali apung, penanaman bibit, pemeliharaan bibit rumput laut, panen dan
pasca panen, dan pemasarannya.
Usaha budidaya rumput laut di Desa Ilodulunga layak untuk dijalankan karena memiliki operating profit atau
keuntungan absolut sebesar Rp. 145.264.000, net profit sebesar Rp. 129.360.833, profit rate ( tingkat keuntungan)
sebesar 422%, Rentabilitas 223%, BCR 5,2 BEP penjualan Rp. 17.516.429, BEP satuan 1.751 kg, dan Jangka
waktu pengembalian yaitu 0,447 tahun (5 bulan, 10 hari, 19 jam).
Kata Kunci : Usaha, Budidaya, rumput laut, dan Keuntungan.

PENDAHULUAN pengembangan kegiatan ekonomi yang


Indonesia menjadi salah satu sedang digalakkan pemerintah adalah
penghasil utama rumput laut dan mampu pengembangan budidaya rumput laut
memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan (Harifuddin dkk, 2011).
pasaran dunia. Komoditas bernilai Produksi rumput laut Republik
ekonomi tinggi itu terus diintensifkan Indonesia mencapai 10,33 juta ton
pengembangannya dengan sasaran basah atau bila dikonversi menjadi 1,03
mampu menghasilkan 1,9 juta ton pada juta ton kering. Volume ekspor Indonesia
tahun 2009. Indonesia memiliki potensi pada tahun 2014 mencapai 206.452 ton
pengembangan rumput laut seluas dengan nilai USD 279.540.000. Data
1.110.900 hektar, hingga saat ini baru tersebut meningkat dibandingkan tahun
dimanfaatkan seluas 222.180 hektar 2013, dimana volume ekspor mencapai
atau sekitar 20%. Dalam pembangunan 181.924 ton dengan nilai USD
wilayah pesisir, salah satu 209.701.000.
_______________________________________________________________________________________________________
291 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Provinsi Gorontalo memang tidak Metode pengumpulan data yang


dikenal sebagai penghasil rumput laut digunakan dalam penelitian yaitu metode
karena sebagian besar masyarakat pengumpulan data dengan metode
Gorontalo bermata pencaharian sebagai purposive sampling adalah metode
petani. Sesuai dengan pengamatan dan pengambilan sampel yang dipilih dengan
data pada tahun 2010 Provinsi Gorontalo cermat sehingga relevan dengan struktur
hanya mampu memproduksi rumput laut penelitian, dimana pengambilan sampel
sebanyak 63. 639 ton rumput laut. dengan mengambil sampel orang-orang
Produksi rumput laut masih terbilang yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri
sedikit dikarenakan budidaya rumput laut spesifik dan karakteristik tertentu. (Putra,
di Provinsi Gorontalo yang hanya 2006).
terdapat pada kabupaten tertentu saja. Pengumpulan data dengan
Rumput laut yang banyak dibudidayakan menggunakan metode purposive
oleh para pembudidaya di provinsi sampling dilakukan dengan cara
Gorontalo yaitu rumput laut jenis mengambil sampel 3 Kelompok dari 7
eucheuma cottoni yang dibudidayakan kelompok yang ada, yaitu mengambil 2
dengan metode apung. kelompok yang beranggotakan 10 orang
Desa Ilodulunga merupakan dan 1 kelompok yang beranggotakan 3
salah satu desa yang terdapat di orang, sehingga jumlah responden
Kabupaten Gorontalo Utara yang seluruhnya berjumlah 23 orang.
sebagian besar masyarakatnya bermata Adapun tujuan dilakukan
pencaharian sebagai pembudidaya penelitian ini adalah sebagai berikut:
rumput laut dan sebagai petani. 1. Mengetahui keadaan sosial
Masyarakat yang menjalankan usaha pembudidaya rumput laut di Desa
budidaya rumput laut di Desa Ilodulunga Ilodulunga.
terbilang cukup banyak, seluruhnya 2. Mengetahui sistem produksi dan
berjumlah 63 orang dan seluruhnya analisis finansial budidaya rumput laut
masuk pada usaha kelompok, berjumlah yang ada di Desa Ilodulunga.
7 kelompok, dengan anggota masing-
masing kelompok berjumlah 10 orang, HASIL DAN PEMBAHASAN
namun sesuai dengan pengamatan Masyarakat Desa Ilodulunga
sejak pertama berdirinya usaha hingga khususnya para pembudidaya rumput
saat ini usaha budidaya rumput laut yang laut pada prinsipnya masih menjaga dan
dijalankan tidak mengalami memelihara nilai-nilai luhur masyarakat
perkembangan oleh karena itu seperti nilai-nilai kebersamaan yaitu
diperlukan suatu penelitian tentang huyula (gotong-royong) yang masih
kajian usaha budidaya rumput laut. melekat di masyarakat. Tradisi nilai ini
sering dilakukan pada saat kedukaan,
METODE PENELITIAN hajatan, dan hal-hal yang menurut
Penelitian dilaksanakan di Desa masyarakat setempat baik dilakukan
Ilodulunga Kecamatan Anggrek secara bersama-sama seperti
Kabupaten Gorontalo Utara. Desa penanaman rumput laut dan pemanenan
Ilodulunga menjadi tempat penelitian rumput laut. Kelompok usaha budidaya
karena Desa ini merupakan salah satu rumput laut di Desa Ilodulunga berjumlah
desa yang sebagian besar penduduknya 7 kelompok berikut adalah nama-nama
memiliki usaha budidaya rumput laut.

_______________________________________________________________________________________________________
292 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

kelompok usaha budidaya rumput laut tersebut memiliki pengalaman kerja yang
yang ada di Desa Ilodulunga. tidak sedikit dan juga memiliki semangat
Nama dan Jumlah Anggota Kelompok kerja yang tinggi.
Budidaya Rumput Laut. Jenis kelamin juga merupakan
Jumlah Anggota
No. Nama Kelompok
salah satu faktor yang sangat penting
Kelompok
dalam suatu usaha. Pembudidaya
1. Fitrah Bersama 10 Anggota
rumput laut di Desa Ilodulunga tidak
2. Aerpak Star 10 Anggota
hanya dilakukan oleh laki-laki saja tetapi
3. Lestari 1 10 Anggota
juga dilakukan oleh perempuan. Selain
4. Lestari 2 10 Anggota
sebagai ibu rumah tangga, mereka juga
5. Mawar pante 3 Anggota
berusaha mencari nafkah dengan
6. Epalua jaya 10 Anggota membudidayakan rumput laut meski
7. Melati 10 Anggota tidak sepenuhnya pekerjaan budidaya
Sumber : Diolah Dari Data Primer 2016.
rumput laut tersebut mereka kerjakan
Tingkat pendidikan yang pernah di sendiri tetapi dengan dibantu oleh
tempuh oleh pembudidaya rumput laut suami-suami mereka. Berikut
terlihat bahwa pembudidaya rumput laut pembudidaya rumput laut di Desa
yang terdapat di Desa Ilodulunga lulusan Ilodulunga berdasarkan jenis kelamin.
SD adalah sebesar 78,26% , lulusan
Jenis Kelamin Pembudidaya Rumput Laut
SMP Sebesar 4,35%, dan lulusan SMA No Jenis Kelamin Jumlah %
sebesar 17,39%. 1 Laki-Laki 19 82,61%
2 Perempuan 4 17,39%
Tingkat Pendidikan Pembudidaya Rumput Laut Di Jumlah 23 0rang 100%
Desa Ilodulunga Sumber : Diolah Dari Data Primer 2016.
Tingkat
No Jumlah %
Pendidikan Pembudidaya yang ada di Desa
1 SD 18 78,26% Ilodulunga sudah berpengalaman diatas
2 SMP 1 4,35% 10 tahun dalam membudidayakan
3 SMA 4 17,39% rumput laut karena, mereka
4 DIPLOMA/S1 - 0,00% membudidayakan rumput laut sejak
Jumlah 23 100,00% rumput laut dikenalkan pada sekitar
Sumber : Diolah Dari Data Primer 2016 tahun 1998 dan sebagian dari mereka
Umur produktif para adalah pembudidaya yang mengikuti
jejak orang tuanya dalam
pembudidaya rumput laut di Desa
membudidayakan rumput laut.
Ilodulunga yaitu dari umur 20-70 tahun,
Motivasi kerja adalah dorongan
saat ini umur yang di anggap produktif
untuk seseorang dalam melakukan suatu
hanya umur dari 15-64 tahun, dan
pekerjaan agar tujuannya dapat tercapai.
pembudidaya rumput laut yang ada di
Desa Ilodulunga masih terdapat 1 Motivasi kerja juga dianggap penting
oleh para pembudidaya karena tanpa
responden yang berumur 70 tahun dan
motivasi kerja tentu mereka tidak akan
masih dapat bekerja dikarenakan
memiliki semangat untuk bekerja, dan
pengalaman kerja dan semangat kerja
motivasi terbesar mereka dalam bekerja
yang tinggi menjadi salah satu ukuran
adalah untuk memenuhi kebutuhan
dalam melihat perkembangan dan
sehari-hari, terutama kebutuhan anak-
keberhasilan usaha budidaya rumput
anak mereka agar dapat bersekolah atau
laut, dan terlihat jelas pembudidaya
memiliki pendidikan yang lebih tinggi,
_______________________________________________________________________________________________________
293 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

mereka juga ingin memiliki tabungan Metode apung dengan


untuk kehidupan mereka dihari tua menggunakan tali apung ini banyak
namun, hingga saat ini para digunakan oleh para pembudidaya
pembudidaya masih harus mengubur dikarenakan mereka sudah lama
dalam-dalam keinginan mereka tersebut menggunakan metode apung dan para
karena mereka masih sulit untuk pembudidaya merasa metode apung
melanjutkan anak-anak mereka untuk lebih mudah dibandingkan dengan
sekolah dan juga sulit menyimpan atau metode yang lainnya.
menabung untuk kehidupan mereka
nanti. Hal tersebut dikarenakan mereka Fasilitas-fasilitas yang digunakan
memiliki kebiasaan menghabiskan Persiapan penanaman atau
pendapatan mereka hanya untuk budidaya rumput laut meliputi
makanan, pakaian serta perabotan penyediaan peralatan budidaya sesuai
rumah yang mewah. dengan metode apung serta
Berdasarkan hasil penelitian menyediakan bibit yang akan ditanam.
proses produksi rumput laut dilakukan di Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
tali apung atau bantalan yang secara peralatan yang digunakan untuk
umum berukuran 50x50 meter. Budidaya budidaya rumput laut dapat dilihat pada
rumput laut di Desa Ilodulunga hanya tabel di bawah ini.
menggunakan satu metode yaitu metode
apung.

Peralatan yang digunakan oleh pembudidaya rumput laut.


No. Alat dan Bahan Keterangan
1. Tali apung atau tali bantalan nomor 12 Tali yang akan digunakan untuk membuat bantalan yang
berukuran 50x50 meter.
2. Patok Kayu Digunakan sebagai patok untuk menahan tali apung atau
bantalan.
3. Jangkar Digunakan sebagai pemberat agar tali apung tetap seimbang
dan tidak hanyut.
4. Pelampung/ Sterofoam Digunakan untuk menahan tali apung agar tali apung tetap
seimbang dan tetap berada pada permukaan air.
3. Tali ris dan Tali cincin Tali yang digunakan untuk mengikat rumput laut
4. Botol Air mineral Digunakan untuk menjadi pelampung tali cincin.
5. Bibit Rumput laut Bibit yang akan ditanam.
6. Tempat Penjemuran/ terpal Digunakan untuk menjemur rumput laut yang dipanen.
7 Karung Digunakan untuk pengepakan rumput laut yang sudah kering
atau siap dijual.
Sumber : Diolah Dari Data Primer 2016

Selain peralatan yang terdapat pengangkutan rumput laut dari lokasi


pada tabel diatas peralatan lain yang budidaya ketempat penjemuran.
juga digunakan yaitu perahu dan mesin
tempel yang digunakan untuk Teknik Budidaya Rumput Laut
mengangkut rumput laut pada saat Teknik budidaya rumput laut
pemisahan rumput laut dan adalah sesuatu yang sangat penting

_______________________________________________________________________________________________________
294 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dalam proses budidaya karena para Penanaman Bibit


pembudidaya harus melakukan Bibit yang ditanam oleh
pembudidayaan rumput laut sesuai pembudidaya adalah bibit yang
dengan teknik budidaya yang baik dan didapatkan dari Dinas Kelautan dan
semestinya jika tidak maka usaha Perikanan Gorontalo Utara. Setiap
budidaya dapat mengalami kegagalan kelompok mendapatkan bibit sebanyak 1
dan menyebabkan kerugian yang besar ton dan kemudian mereka pisah dan
bagi para pembudidaya rumput laut. diikat pada tali cincin sebanyak 100 tali,
Tahapan-tahapan budidaya rumput laut untuk pembibitan setiap dua minggu bibit
yang dilakukan di Desa Ilodulunga yaitu: dipisah yang kemudian dibagi antara
bibit yang dipelihara untuk jadi bibit di
Pemilihan Lokasi Budidaya Rumput Laut penanaman selanjutnya dan bibit yang
Keberhasilan suatu budidaya akan dipelihara untuk di panen. Untuk
rumput laut juga ditentukan oleh lokasi bibit yang 100 tali cincin setiap dua
budidaya yang dipilih oleh pembudidaya. minggu di pisah dan akan menjadi 200
Salah satu hal yang dapat membuat tali cincin jika dipisah 2 dan akan
para pembudidaya banyak gagal panen menjadi 300 tali cincin jika di pisah 3
dan membuat usaha mereka tidak tergantung dari kesepakatan kelompok
optimal adalah kesalahan dalam memilih budidaya. Dalam pemisahan bibit
lokasi budidaya seperti memilih lokasi dilakukan 4 kali pemisahan.
yang perairannya diduga sudah Bibit yang dipisah dalam 4 kali
tercemar, dan tidak aman. Kesalahan pisah jika dipisah 3 maka menjadi 1.200
dalam memilih lokasi budidaya rumput tali cincin, kemudian 1.200 tali cincin di
laut sering terjadi pada para bagi menjadi dua bagian menjadi 600 tali
pembudidaya dikarenakan para cincin untuk dijadikan bibit untuk
pembudidaya tidak mengetahui daerah penanaman berikutnya dan 600 tali
perairan mana yang diduga sudah cincin dibagi kepada seluruh anggota
tercemar dan yang belum tercemar. kelompok setiap anggota kelompok
mendapatkan 60 tali cincin sebagai bibit
Pemasangan Tali Apung atau Bantalan yang akan dipelihara dan dipanen,
Pemasangan tali apung atau dalam penanaman bibit para
bantalan di perlukan tali nomor 12, pembudidaya menggunakan tali cincin
patok, sterofoam, dan jangkar. Luas untuk mengikat bibit rumput laut pada tali
setiap tali apung atau yang sering cincin yang pada awalnya mereka
disebut dengan tali bantalan yaitu 50x50 menggunakan tali rafia sebagai tali untuk
meter, Keempat sisi tali apung di pasang mengikat bibit pada tali ris, mereka
lurus, dan di setiap sudut di pasang menggunakan tali cincin karena mereka
sterofoam sebagai pelampung dan patok merasa menggunakan tali cincin lebih
sebagai penahan tali apung atau mudah daripada menggunakan tali rafia.
bantalan, setelah di pasang sterofoam Jarak antara tali cincin atau tali pengikat
dan patok pada setiap sudut di beri bibit yang satu dengan yang lainnya
pemberat berupa jangkar agar tali apung yaitu berjarak 15-20 cm, dan untuk berat
atau bantalan tetap seimbang dan tidak bibit disetiap tali cincin atau setiap ikatan
hanyut. rumput laut yaitu 150 gram .

_______________________________________________________________________________________________________
295 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Pembagian bibit dalam setiap melepaskan ikatan tali cincin pada tali
kelompok berbeda-beda yaitu apung atau tali bantalan kemudian
pembagian bibit dengan cara dibudidaya diangkat satu persatu tali cincin ke
bersama-sama sampai panen, dan perahu dan dibawa ke tempat
pembagian dengan secara langsung penjemuran, setelah berada di tempat
membagikan bibit kepada anggota penjemuran, rumput laut dilepaskan atau
kelompok dan dibudidayakan masing- dikeluarkan dari tali-tali pengikat rumput
masing dan hasilnyapun tentu sesuai laut dan diletakkan pada terpal yang
dengan berapa banyak bibit yang sudah disediakan sebagai tempat
mereka dapatkan. Setiap kelompok menjemur. rumput Rumput laut dijemur
budidaya memiliki bantalan masing- sampai 3 hari jika sinar matahari baik
masing. dan 5-7 hari jika mataharinya kurang
Jumlah tali cincin yang dipasang baik. Rumput laut yang di produksi
dalam satu tali apung atau tali bantalan setiap satu kali panen adalah 1.000 kg
berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan dalam satu tahun pembudidaya
anggota kelompok, dalam tali apung dapat memproduksi 4.000 kg rumput laut
berukuran 50x50 meter tersebut ada kering.
yang memasang 50 tali cincin dan juga Para tenaga kerja yang
sampai memasang 100 tali cincin, jika diperkerjakan oleh para pembudidaya
untuk yang memasang 50 tali cincin hanya pada saat pemisahan bibit,
jarak tali cincin ke tali cincin lainnya yaitu pengikatan bibit pada tali cincin dan
berjarak 1 meter, dan untuk yang pada saat panen. Gaji dari pada para
memasang 100 tali cincin jarak antar tali pekerja tersebut dibayar harian. Untuk
cincin yang satu dengan yang lainnya pembayaran gaji atau upah pada tenaga
hanya 1/5 meter. kerja yang memisah dan mengikat
rumput laut di hitung per tali cincin 1 tali
Pemeliharaan Bibit Rumput Laut Yang cincin di bayar atau beri upah sebesar
Telah di Tanam Rp. 3.000 dan upah untuk tenaga kerja
Perawatan rumput laut dilakukan yang membantu memanen rumput laut
setiap dua minggu sekali dengan cara diberi upah Rp. 100.000/ hari.
membersihkan setiap tali cincin yang Pemasaran rumput laut kering
sudah terikat rumput laut. Tali cincin sendiri langsung dijual kepada para
dibersihkan dari lumpur dan biota-biota penampung dengan harga yang
laut seperti crustacea kecil yang dapat bervariasi jika rumput laut murah hanya
merusak rumput laut dan dapat dihargai Rp 5.000/ kg dan jika rumput
menyebabkan penyakit ice-ice pada laut penjualannya baik dihargai Rp.
rumput laut. Pembersihan dilakukan 10.000- Rp. 11.000/kg. Kemudian untuk
dengan menggoyang-goyang tali cincin pedagang penampung akan dijual
agar lumpur dan biota lainnya yang kembali kepada pembeli dari makasar
melekat terlepas. dan manado dengan harga yang lebih
tinggi.
Panen dan Pasca Panen Usaha budidaya rumput laut di
Panen dilakukan pada saat Desa Ilodulunga layak untuk dijalankan
rumput laut berumur 40-45 hari dihitung karena memiliki operating profit atau
dari setelah pembibitan, panen dilakukan keuntungan absolut sebesar Rp.
oleh pembudidaya dengan cara 145.264.000, net profit sebesar Rp.

_______________________________________________________________________________________________________
296 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

129.360.833, profit rate ( tingkat 1. Para pembudidaya harus


keuntungan) sebesar 422%, Rentabilitas memperhatikan perawatan rumput
223%, BCR 5,2 BEP penjualan Rp. laut agar tidak mengalami gagal
17.516.429, BEP satuan 1.751 kg, dan panen.
Jangka waktu pengembalian yaitu 0,447 2. Para pembudidaya harus menabung
tahun (5 bulan 10 hari dan 19 jam). penghasilan mereka agar mereka
KESIMPULAN DAN SARAN tidak terus-menerus hidup di bawah
Kesimpulan garis kemiskinan.
1. Keadaan sosial masyarakat
pembudidaya rumput laut prinsipnya DAFTAR PUSTAKA
masih menjaga dan memelihara nilai- Anggadiredja, T, J., A. Zatnika., H. Purwoto., S.
Istini., S. 2010. Rumput Laut. Penebar
nilai luhur masyarakat seperti nilai- Swadaya. Jakarta.
nilai kebersamaan yaitu huyula
Damelia, D. 2015. Analisis Daya Saing Dan Strategi
(gotong-royong). Tingkat pendidikan Peningkatan Rumput Laut Indonesia. Sarjana
didominasi oleh yang berpendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
SD sebesar 78,26%, umur dan jenis Ditjen PEN. 2013. Warta Ekspor Rumput Laut
kelamin, umur umur produktif Indonesia. Kementrian Perdagangan Republik
pembudaya rumput laut yaitu dari Indonesia.
umur 20-70 tahun. Laki -laki sebesar Harifuddin., Aisyah., Budiman. 2011. Analisis Margin
82,61% dan perempuan 17,39% serta Dan Efisiensi Pemasaran Rumput Laut Di Desa
Mandalle Kecamatan Mandalle, Kabupaten
rata-rata memiliki pengalaman kerja Pangkep. Jurusan Perikanan, Politeknik
di atas 10 tahun. Pertanian, Kecamatan Segeri,Mandalle.
2. Sistem produksi rumput laut Irmayani., S. Yusuf., M. Nispar. 2014. Analisis
ditentukan oleh alat dan fasilitas yang Kelayakan Usaha Budidaya Rumput Laut Di
digunakan, dan teknik budidaya yang Desa Mallasoro Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto. Jurnal Bisnis Perikanan.
meliputi pemilihan lokasi budidaya, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,
pemasangan tali apung, penanaman Peternakan dan Perikanan Universitas
bibit, pemeliharaan bibit rumput laut, Muhammadiyah Parepare Sulawesi Selatan.
panen dan pasca panen, dan Ibrahim. Y.M.H, 2003. Studi Kelayakan Bisnis.
pemasarannya. PT.Rineka Cipta.Jakarta.
3. Usaha budidaya rumput laut di Desa Kusuma, L. 2004. Kandungan Nutrisi Rumput Laut.
Ilodulunga layak untuk dijalankan Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi
karena memiliki operating profit atau Bandung.
keuntungan absolut sebesar Rp. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Apa Definisi
145.264.000, net profit sebesar Rp. Budidaya dan Definisi Usaha .
129.360.833, profit rate ( tingkat http://kbbi.web.id/budi%20daya
keuntungan) sebesar 422%, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015.
Rentabilitas 223%, BCR 5,2 BEP Antaranews Rumput Laut Indonesia.
penjualan Rp. 17.516.429, BEP Kordi, M. Ghufran H. 2011. Kiat Sukses Budidaya
satuan 1.751 kg, dan Jangka waktu Rumput Laut di Laut dan Tambak. Andi.
Yogjakarta.
pengembalian yaitu 0,447 tahun (5
bulan 10 hari dan 19 jam). Lartik, P, P. 2012. Penggunaan Analisis Biaya
Variabel Dalam Pengambilan Keputusan
Produksi Pada Pt. Ptj Kantor Wilayah Sidoarjo.
Media Mahardhika Vol 10. No 3.
Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif.
Saran Jakarta, Indonesia: PT RajaGrafindo Persada.

_______________________________________________________________________________________________________
297 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Maylisa, A. 2013. Landasan Teori Pengertian Biaya. Kasus Kabupaten Konawe Selatan. Peneliti
e-journal.uajy.ac.id/4845/3/2EA17975.pdf pada Badan Informasi Geospasial. Globe
Volume 14 No. 2.
Junaiyah, dan Arifin. 2008. Keutuhan Wacana.
Grasindo. Bogor Setyaningsih, H. 2011. Kelayakan Usaha Budi Daya
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan
Nurhasikin. 2013. Penduduk Usia Produktif Dan
Metode Longline dan Strategi
Ketenagakerjaan. Universitas Riau Kepulauan.
Pengembangannya di Perairan Karimunjawa.
Putra, A. 2006. Pengertian Metode Purposive Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sampling.
Santoso, L. Dan Nugraha, Y. 2008. Pengendalian
http://eprints.undip.ac.id/33828/7/1624_chapter
Penyakit Ice-Ice Untuk Meningkatkan Produksi
_III.pdf
Rumput Laut Indonesia. Jurusan Budidaya
Panjalu. 2013. Pengertian Tingkat Kesejahteraan. Perairan, Fakultas Pertanian,Universitas
Pendidikan Sosbud. Lampung.
Rumpun Sastra. 2014. Pengertian Kajian dan Kajian Tamamma, Y. 2011. Kontribusi Usaha Budidaya
Sastra. Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Terhadap
http://www.rumpunsastra.com/2014/09/kajian- Pendapatan Keluarga.Kasus Desa Arungkeke
sastra.html Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto.
Rahadiati, A., Dewayany., S. Hartini., S. Widjojo., R. Yohandra, F. 2014. Pengertian Finansial Dalam
Windiastuti. 2012. Budidaya Rumput Laut Dan Kajian Ekonomi. Dharma Andalas, Ekonomi,
Daya Dukung Perairan Timur Indonesia: Studi Manajemen, STIE.

_______________________________________________________________________________________________________
298 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

MANAJEMEN PEMASARAN IKAN MARLIN HITAM (MAKAIRA INDICA) DI


PASAR BERSEHATI KELURUHAN CALACA KOTA MANADO
Zevri Harefa1; Swenekhe S. Durand2; Olvie V. Kotambunan2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email : zevri_h@yahoo.com

Abstract
The objectives of this research were to study marketing management fish Black Marlin (Makaira indica) and
marketing channels that are in the market Bersehati Manado City as well as to learn how to minimize the risk due to
the nature of fishery products, especially fish Black Marlin (Makaira indica) is perishable. From the results of research
in the field, it appears that the marketing management of fish Marlin in Pasar Bersehati had good views of the
marketing department, storage and production of Marlin fish which is increasing every month. Marlin fish catches
come from other areas, namely, Sanger, Talaud, Ternate, Manado Tua, Likupang, Aer Copper Bitung, and Nain
Island. Marketing of fishery products, especially fish Black Marlin (Makaira indica) have a substantial risk of one of
them caused by the fish is perishabel or nonperishable. To overcome the decay required proper storage and careful
where trader’s owner uses dry storage techniques by providing a small hole under the cool box so that water is not
stagnant during the storage process is done.
Keyword : black marlin, marketing chain, trader’s

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manajemen pemasaran ikan Marlin Hitam (Makaira indica) dan saluran
pemasaran yang berada di Pasar Bersehati Kota Manado serta untuk mempelajari bagaimana cara memperkecil
resiko karena sifat produk hasil perikanan terutama ikan Marlin Hitam (Makaira indica) ini yang mudah busuk. Dari
hasil penelitian di lapangan, terlihat bahwa manajemen pemasaran ikan Marlin yang ada di Pasar Bersehati sudah
baik dilihat dari bagian pemasaran, penyimpanan dan produksi ikan Marlin yang setiap bulannya semakin meningkat.
Hasil tangkapan ikan marlin berasal dari berbagai wilayah lain yaitu, Sanger, Talaud, Ternate, Manado Tua,
Likupang, Aer Tembaga Bitung, dan Pulau Nain. Pemasaran hasil perikanan khususnya ikan Marlin Hitam (Makaira
indica) mempunyai resiko yang cukup besar salah satunya disebabkan oleh ikan bersifat perishabel atau mudah
busuk. Untuk mengatasi pembusukan tersebut diperlukan penyimpanan yang tepat dan cermat dimana pedagang
pemilik menggunakan penyimpanan teknik kering dengan memberikan lubang kecil dibawah cool box agar air tidak
tergenang selama proses penyimpanan dilakukan.
Kata kunci: marlin hitam, saluran pemasaran, pedagang

PENDAHULUAN komprehensif, serta menjalankan


Indonesia memiliki prinsip-prinsip perikanan yang sesuai
keanekaragaman hayati yang tinggi dengan standar bisnis modern, sektor
termasuk jenis-jenis ikan. Berdasarkan perikanan di Indonesia masih bergelut
penelitian para ahli, nilai gizi dari ikan dengan masalah intern seperti
dapat meningkatkan kesehatan dan kemiskinan, keterbelakangan, dan
kecerdasan. Disamping itu, ikan adalah keburukan manajemen (Nikijuluw, 2005).
makanan yang dapat diterima oleh Sumberdaya perikanan
semua orang, semua kalangan, semua Indonesia menyangkut penyediaan
negara, dan semua suku agama. bahan pangan dalam bidang perikanan
Dengan demikian hampir tidak ada memiliki potensi besar, hal ini
kendala dalam memasarkannya. Selagi merupakan faktor penting dalam
negara-negara lain sudah menunjang pembangunan bangsa.
mengembangkan pemanfaatan Keperluan akan sumberdaya tersebut
sumberdaya perikanan dengan teknologi dirasakan semakin lama semakin
yang relatif lebih maju, menghasilkan meningkat selaras dengan meningkatnya
produk olahan perikanan yang relatif perkembangan penduduk dan
lebih bernilai, menata pegelolaan pembangunan diseluruh sektor
sumber daya relatif lebih baik dan kehidupan (Kalla, 2008).
_______________________________________________________________________________________________________
299 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Pada kenyataannya, kebutuhan untuk konsumsi rumah


pembangunan perikanan telah mendapat tangga pada setiap hari. Pasar Bersehati
perhatian dari pemerintah mengingat berdekatan langsung dengan pangkalan
bahwa sampai dewasa ini nelayan masih pendaratan ikan maka di pasar ini selalu
merupakan golongan masyarakat yang tersedia berbagai jenis ikan, lebih
berpendapatan rendah dikarenakan khusus ikan-ikan pelagis dan salah satu
beragamnya faktor penyebab antara lain diantaranya adalah ikan Tindarung atau
kurangnya modal usaha dan manajemen Marlin Hitam (Makaira indica).
yang tidak baik serta kurang tepat. Berdasarkan kenyataan yang ada ini,
Pendekatan manajemen banyak dipakai maka penulis melakukan penelitian guna
karena dapat menjalankan dan melihat, mempelajari dan mengetahui
mengendalikan usaha dengan bagaimana manajemen pemasaran ikan
berpegang pada prinsip memperoleh Marlin Hitam yang berada di Pasar
laba maksimal dengan usaha yang Bersehati Kota Manado.
semenimal mungkin (Bahari, 1997).
Aktivitas perekonomian dibidang METODE PENELITIAN
perikanan terdiri dari tiga kegiatan Tempat dan waktu penelitian
pokok, yaitu memproduksi, pengolahan Penelitian ini dilaksanakan di
dan pemasaran. Mata rantai dari Pasar Bersehati Kelurahan Calaca Kota
kegiatan perikanan adalah pemasaran Manado. Adapun waktu yang diperlukan
dengan segala aktivitasnya. Hasil dalam melaksanakan penelitian ini ±5
perikanan memiliki ciri khas tersendiri bulan mulai dari penyusunan proposal
dibandingkan dengan barang dagang sampai penyusunan skripsi bulan Maret
lainnya karena, merupakan produk 2016 - Juli 2016.
musiman, kuantitas hasil perikanan Metode Pengambilan Data
selalu berubah atau tidak tetap, dan hasil Metode pengambilan dat yang
perikanan mudah rusak atau busuk. Hal digunakan untuk mengumpulkan data
ini tentunya akan mempengaruhi tingkat dalam penelitian ini adalah metode
pendapatan dari pelaku bisnis dalam sensus yaitu mengumpulkan data
dunia perikanan. Produk atau hasil dengan mengambil seluruh
perikanan membutuhkan penanganan populasi/pedagang ikan Marlin yang
dan pemasaran yang tepat. Pemasaran berada di Pasar bersehati dengan
merupakan ujung tombak dari suatu meneliti satu persatu, jumlah
kegiatan bisnis dalam rangka menjual keseluruhan pedagang ikan Marlin Hitam
produk kepada konsumen industri (Makaira indica) yang ada di Pasar
maupun konsumen akhir (Sunyoto, Bersehati berjumlah 4 orang. Keempat
2012). penjual ikan Marlin Hitam ini menjadi
Pasar Bersehati merupakan sumber data dalam penelitian ini.
tempat yang strategis karena selain Metode Analisis Data
dekat dengan pemukiman penduduk, Analisis data yang digunakan dalam
pasar ini juga berdekatan langsung penelitian ini adalah analisis deskriptif
dengan tempat pendaratan ikan dan kualitatif dan analisis deskripsi
tempat pelelangan ikan. Pasar Bersehati kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif
juga dikenal sebagai pasar sentral yaitu analisis data dengan memberikan
tradisional yang ada di Kota Manado, gambaran dan keterangan-keterangan
karena tersedia berbagai jenis dengan menggunakan kalimat penulis

_______________________________________________________________________________________________________
300 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

secara sistematis sesuai data yang nantinya akan menjadi konsumen untuk
diperoleh sehingga mudah di mengerti. ikan Marlin Hitam. Disini pedagang
Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif pemilik menjual ikan Marlin Hitam
adalah analisis data dengan memberikan kepada pedagang pengecer, rumah
bahasan atau kajian terhadap data yang makan, pedagang perantara dan kepada
ada dengan menggunakan perhitungan konsumen terakhir.
matematis yang sederhana. Menentukan target penjualan dalam
/hari, selama penelitian berlangsung
para pedagang ikan Marlin Hitam yang
HASIL DAN PEMBAHASAN berada di Pasar Bersehati mampu
Perencanaan menjual ikan Marlin sebanyak ±500 kg
Perencanaan merupakan dalam sehari dimana para pedagang
penentuan segala sesuatu sebelum ikan ini dapat memenuhi setiap
dilakukan kegiatan-kegiatan dengan permintaan dari konsumen dengan
tujuan utama adalah memberikan arahan jumlah ikan yang didapat pedagang
atau petunjuk kepada pedagang pemilik pemilik dari para nelayan.
ikan Marlin Hitam guna menentukan
pengambilan keputusan untuk kedepan Pengorganisasian
dalam manajemen pemasaran. Dilihat Menjalankan kegiatan
dari pemasaran ikan Marlin Hitam yang pemasaran ikan Marlin Hitam perlu
berada di Pasar Bersehati semua adanya pengorganisasian yang dapat
pedagang pemilik mampu bertahan memberikan informasi secara
sampai saat ini ± 10 tahun. menyeluruh tentang susunan
Berdasarkan pengamatan, pelaksanaan tugas dari tiap-tiap bagian.
perencanaan pemasaran ikan Marlin Tugas ini dapat dilaksanakan dengan
Hitam yang berada di Pasar Bersehati baik apabila struktur organisasi jelas dan
Kota Manado : dapat diketahui tingkat dan tanggung
Pedagang pemilik menentukan tempat jawab dari anggota menurut tugasnya
penjualan ikan Marlin Hitam di Pasar masing-masing dan dapat membantu
Bersehati atau pasar lainnya, dengan tercapainya tujuan serta rencana yang
melihat berapa banyak konsumen yang telah ditetapkan secara efektif dan
menyukai ikan tersebut. efisien. Dari hasil penelitian didapatkan
Strategi pemasaran atau tujuan skema struktur organisasi pemasaran
pemasaran melihat dimana ikan akan ikan Marlin Hitam di Pasar Bersehati
dijual dan dengan siapa saja yang Kota Manado berikut ini.

Pedagang Pemilik

Pegangkutan/P Penjualan/pem Tukang potong Penyimpanan


engambilan asaran ikan ikan
ikan
Sumber : Data primer, 2016.
Struktur Organisasi Pemasaran Ikan Marlin

_______________________________________________________________________________________________________
301 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Dari gambar di atas dapat dilihat apa yang harus dikerjakan, pedagang
bahwa yang mempunyai kekuasaan pemilik memberikan pengarahan kepada
tertinggi adalah pedagang pemilik dan setiap pekerja. Pengarahan yang
yang berada dibawah pedagang pemilik diberikan sejalan dengan tujuan
bagian-bagian dari setiap pemasaran pemasaran baik untuk jangka panjang
yang ada di Pasar Bersehati. Pedagang maupun jangka pendek. Tujuan dari
pemelik tidak memiliki sekretaris dan pengarahan ini adalah bekerja dengan
bendahara jadi semua bagian keuangan tekun dan teliti untuk mencapai target
dan pencatatan atau pembukuan pemasaran yang optimal.
nantinya dipegang oleh pedagang
pemilik sendiri. Pengarahan yang diberikan oleh
Tugas dan Tanggung Jawab dari pedagang pemilik yaitu :
setiap struktur organisasi yang ada Perintah, merupakan arahan dari
antara lain : pedagang pemilik untuk meminta kepada
pekerja untuk melakukan tugas atau
Pedagang Pemilik kegiatan yang dikehendakinya. Perintah
Pedagang pemilik berhak menentukan dari pedagang pemilik tidak dapat
langkah-langkah dan kebijakan dalam diberikan kepada orang lain yang
menentukan keputusan yang akan mempunyai kedudukan yang sama atau
ditempuh. orang lain yang berada dibagian lain.
Menyusun dan menetapkan rencana Motivasi, pemberian motivasi yang
kerja yang akan dijalankan dengan diberikan oleh pedagang pemilik kepada
sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan pekerja berupa motivasi positif yaitu
pemasaran ikan Marlin Hitam. dengan memberikan bonus atau gaji
Pedagang pemilik berhak untuk tambahan kepada pekerja yang rajin
menerima dan memberhentikan pekerja untuk bekerja.
jika para pekerja lalai dalam Komunikasi, adalah kegiatan-kegiatan
menjalankan tugasnya. untuk saling memberikan keterangan
Pedagang pemilik bertangung jawab dan ide secara timbal balik antara
atas maju mundurnya usaha pemasaran pedagang pemilik dan pekerja untuk
ikan Marlin Hitam. mencapai tujuan pemasaran.
Bagian Pengangkutan, Pemotongan,
Penyimpanan, Pemasaran Pengawasan
Tugas dan tangung jawab dari Dari hasil penelitian pengawasan
pekerja yaitu menangani/melaksanakan yang dilakukan oleh pedagang pemilik di
tugas sesuai dengan bidang masing- mulai dari bagian pemotongan ikan,
masing baik dibagian pemasaran, pengangkutan dan
pengangkutan/pengambilan, penyimpanan semuanya diawasi oleh
pemotongan, penyimpanan dan pedagang pemilik dengan
pemasaran. membandingkan segala sesuatu yang
telah dijalankan dan direncanakan serta
Pengarahan melakukan perbaikan-perbaikan bila
Semua kegiatan pemasaran ikan terjadi penyimpangan dalam melakukan
Marlin yang telah direncanakan dan pekerjaan dan melihat mutu dari ikan
diorganisasikan tidak mungkin berjalan Marlin apakah layak untuk dijual kepada
apabila tidak diarahkan dan dijelaskan konsumen dengan melihat dari setiap

_______________________________________________________________________________________________________
302 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

bagian-bagian yang ada. Jadi dengan penjual ikan Marlin, dalam sehari penjual
pengawasan, pedagang pemilik dapat bisa menjual ±500 kg.
mengukur seberapa jauh hasil yang Keuntungan terbesar dari
telah dicapai dilihat dalam penjualan pedagang ikan Marlin, biasanya di dapat
dalam per hari dari ikan Marlin Hitam dari penjualan tulang, dada dan perut
(Makaira indica). Selain itu alat ikan Marlin. Tulang ikan Marlin telah
pembantu dalam pengawasan yang ada diberi harga sebesar Rp.20.000/kg
dengan menggunakan kamera CCTV sedangkan, perut dan dada harganya
yang nantinya juga berguna untuk Rp.35.000/kg. jadi, dalam sehari
melihat dan memantau semua barang- pedagang ikan Marlin mendapatkan
barang yang ada, karena sebelumnya keuntungan berkisar Rp.3.000.000 –
pernah terjadi kehilangan cool box, jadi Rp.4.000.000 pada saat musim ikan
untuk mengantisipasi agar tidak terjadi marlin dan pada musim paceklik
lagi kehilangan maka pedagang pemilik keuntungan yang didapat berkisar
memasang kamera CCTV sebagai alat Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 biasanya,
pemantau. ikan Marlin habis dalam jangka waktu 2 -
3 hari.
Pembelian dan Penjualan
Pedagang ikan Marlin yang Tujuan Pemasaran
berada di Pasar Bersehati mempunyai Tujuan pemasaran ikan Marlin
banyak opsi atau alternatif dalam Hitam (Makaira indica) di Pasar
mendapatkan ikan Marlin untuk Bersehati Kota Manado pertama kali
dipasarkan kepada konsumen dan adalah pasaran lokal yang dimulai dari :
pembelian ikan Marlin tidak lagi melalui Pedagang pengecer, dimana pedagang
proses pelelangan dari TPI. Disini, pengecer mengambil ikan kepada
pedagang pemilik langsung membeli dari pedagang pemilik dengan cara
nelayan dan dipasarkan kepada mengutang terlebih dahulu dan
konsumen, Ikan Marlin yang tersedia menunggu hasil dagangannya terjual
tergantung dari keadaan musim dan kemudian pedagang pengecer
ketersediaan dari sumber tempat membayar kepada pedagang pemilik
pengambilan ikan marlin. Disaat musim sehingga pedagang pengecer bias
paceklik pedagang besar hanya dapat mengambil lagi ikan kepeada pedagang
membeli 3 - 5 ekor ikan Marlin perhari pemilik, disini pedagang pemilik hanya
dan itu berpengaruh juga dengan harga memberikan modal kepercayaan kepada
jual dari ikan. Harga yang dibeli pedagang pengecer.
pedagang dari produsen pada saat Rumah makan, biasanya
paceklik seharga Rp.50.000/kg. Pada mengambil langsung dari pedagang
saat musim ikan pedagang dapat pemilik dengan jumlah yang banyak
memperoleh 6 – 10 ekor ikan Marlin berkisar pedagang perantara, dimana
dengan harga Rp.25.000 - 30.000/kg. pedagang perantara ini dikenal sebagai
Pedagang menjual ikan Marlin marketing chanel atau saluran
pada saat paceklik seharga pemasaran yang nantinya akan menjual
Rp.65.000/kg kepada konsumen dan ikan di berbagai supermarket seperti
pada saat musim ikan Marlin pedagang jumbo, Pasar Segar Paal 2 dan bisa juga
menjual seharga Rp.40.000/kg kepada menjual ke berbagai rumah makan.
konsumen. Dari data yang didapat dari

_______________________________________________________________________________________________________
303 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Pedagang pemilik juga bisa langsung penjualan ke tempat-tempat dimana


menjual kepada konsumen akhir seperti barang-barang akan dipakai. Bila fungsi
ibu rumah tangga. pengangkutan dapat dilakukan tempat
Apabila, stok ikan Marlin pada waktunya, maka fungsi ini akan
melimpah dan tidak mampu terjual menciptakan kegunaan waktu atas
semua maka pedagang ikan Marlin barang dagangan. Karena hal ini sangat
Hitam bisa menjual langsung ke pabrik penting untuk mengingat produk hasil
ikan yang berada di daerah Bitung perikanan cepat rusak bila tertahan lama
dengan harga pabrik yang ditetapkan selama masa pengangkutan.
Rp.28.000/kg. Pedagang pemilik sebagian
besar menggunakan kendaraan beroda
Informasi Pasar empat berupa mobil pick-up. Mobil pick-
Informasi merupakan aspek yang up yang digunakan untuk mengambil
sangat penting dalam hubungannya ikan adalah mobil pick-up milik sendiri.
untuk memastikan kondisi produk yang Ikan Marlin diletakkan langsung diatas
akan dijual, keadaan produk tersebut mobil dan tidak menggunakan cool box,
dipasaran dan area distribusi produk karena dasar mobil dan setiap sudut
tersebut. Melihat pentingnya informasi telah dilapiskan dengan karet plastik
pasar ini, khususnya dalam penjualan yang serupa dengan matras (Pres bak)
ikan Marlin, pedagang pemilik ikan dan ditutupi dengan terpal. Untuk
Marlin yang berada di Pasar Bersehati menjaga agar mutu ikan tetap baik,
mendapatkan informasi dari para selama proses pegangkutan ikan dari
nelayan yang berada di berbagai tempat tempat produsen hingga sampai ke
seperti Sanger, Talaud, Pulau Nain, Pasar Bersehati yaitu dengan
Manado Tua, Ternate, Likupang dan Aer mengunakan es balok yang sudah
Tembaga Bitung yang nantinya akan dihancurkan dan dilapisi dengan garam
dijadikan sebagai sumber perolehan ikan dan kemudian ikan ditutupi kembali
Marlin Hitam (Makaira indica). dengan es dan dilapisi dengan garam
Pedagang pemilik yang berada seterusnya di tutupi dengan terpal yang
dipasar bersehati menggunakan telepon bertujuan agar ikan tetap awet selama
seluler sebagai alat informasi untuk proses pengangkutan.
mengetahui apakah ada hasil tangkapan
dari nelayan selain itu para nelayan juga Penyimpanan Ikan Marlin
bisa membawa langsung ikan kepasar Pemasaran hasil perikanan
dan pedagang pemilik sudah menunggu khususnya ikan Marlin Hitam (Makaira
di tempat pendaratan kapal sedangkan indica) mempunyai resiko yang cukup
untuk harga penjualan ikan Marlin Hitam besar salah satunya disebabkan oleh
konsumen pedagang pemilik sudah ikan bersifat perishabel atau mudah
membandingkan dengan harga ikan busuk. Untuk mengatasi pembusukan
Marlin di tempat lain dan telah tersebut diperlukan penyimpanan yang
menyepakati harganya bersama. tepat dan cermat.
Penyimpanan merupakan fungsi
Pengangkutan pemasaran yang sangat penting agar,
Pengangkutan berarti ikan yang dijual kepada konsumen tetap
bergeraknya atau pemindahan barang- dalam keadaan segar. Ikan yang dibeli
barang dari tempat produksi atau tempat pedagang pemilik dari produsen /

_______________________________________________________________________________________________________
304 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

nelayan langsung disimpan kedalam Likupang, Aer Tembaga Bitung, dan


coolbox atau tempat penyimpanan ikan Pulau Nain. Pembeli atau konsumen
yang telah di beri es sehingga mutu ikan yang berada di Pasar Bersehati terdiri
terjaga dengan baik untuk di pasarkan dari pedagang pengecer, rumah makan
atau dijual pada konsumen. dan berbagai supermarket, tinggi
Penyimpanan ikan Marlin Hitam rendahnya produksi ikan tergantung dari
sangat mudah dengan memotong musim. Produksi perikanan tangkap
bagian-bagian dari ikan kemudian khususnya ikan Marlin Hitam (Makaira
menggunakan es balok sebanyak satu indica) pada tahun 2016 sampai dengan
setengah balok lalu dihancurkan dan bulan Juni sebesar 1153.8 ton. Berikut
dimasukan kedalam cool box agar air es ini adalah tabel produksi ikan Marlin
tidak cepat mencair maka ikan Marlin Hitam yang ada di Pasar Bersehati.
dilapisi dengan mengunakan garam Produksi Ikan Marlin
Tahun 2016 Jumlah Produksi (ton)
sebanyak 1 kg.
Proses penyimpanan ikan Marlin Triwulan 1 559.755 ton
(Jan, Feb, Mar)
munggunakan teknik kering, maksudnya Triwulan 2 594.045 ton
cool box yang digunakan untuk (Apr, Mei, Jun)
penyimpanan ikan Marlin pada bagian Triwulan 3 -
(Jul, Ags, Sep)
bawahnya diberikan lubang kecil agar Triwulan 4 -
ikan tidak tergenang dengan air es yang (Okt, Nov, Des)
mencair, karena air es yang mencair Total 1153.8 ton
bisa membuat ikan Marlin cepat rusak / Sumber : Data Primer, 2016.
busuk dan penyimpanan ikan Marlin Dapat dilihat bahwa produksi
berbeda dengan cara penyimpanan ikan ikan Marlin di Pasar Bersehati selama
lain yang membiarkan air tergenang tahun 2016 terjadi peningkatan dan
didalam cool box. penurunan atau tidak menetap, karena
Penjualan ikan Marlin dimulai musim berpengaruh terhadap hasil
pada jam 04.00 sampai jam 10.00 pagi, penangkapan, jika cuaca buruk maka
saat sisa stok ikan Marlin yang belum hasil tangkapan nelayan tidak banyak.
terjual laku dan akan dijual kembali pada Hal tersebut akan mempengaruhi
esok paginya. Proses tersebut peningkatan dan penurunan jumlah
membutuhkan penanganan khusus agar produksi ikan Marlin setiap tiga bulan.
mutu ikan tetap terjaga selama Saluran Pemasaran
pemasaran berlangsung. Produksi hasil perikanan yang
memiliki sifat Perishable atau mudah
Produksi Ikan Marlin mengalami pembusuk mengharuskan
Ikan Marlin atau yang dikenal agar produk tersebut berada dalam
dengan nama lokal ikan Tindarung saluran pemasaran yang singkat. Artinya
merupakan jenis ikan hasil tangkapan pola penyaluran atau penyebaran produk
yang cukup mahal karena, ciri khas dari perikanan dari tangan produsen /
ikan ini memiliki daging yang tebal dan nelayan ke tangan pedagang pemilik
hampir sama persis dengan daging kemudian langsung ke konsumen yang
ayam. Penjual ikan Marlin ini mengambil berada dalam satu tahapan. Berikut ini
stok ikan dari berbagai daerah yaitu adalah gambar dari salurun pemasaran
Sanger, Talaud, Ternate, Manado Tua, yang ada di Pasar Bersehati.

_______________________________________________________________________________________________________
305 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

NELAYAN

PEMILIK
USAHA

PEDAGANG RUMAH PEDAGANG


PENGECER MAKAN PERANTARA

SUPERMARKET

KONSUMEN

Sumber : Data primer, 2016.


Saluran Pemasaran Ikan Marlin di Pasar Bersehati

Ikan Marlin (Makaira indica) supermarket, karena mengingat juga


sebelum diterima oleh konsumen telah ikan Marlin Hitam ini merupakan ikan
mengalami proses pengumpulan dan yang sulit untuk di tangkap sehingga,
proses penyebaran dengan pedagang pedagang mendapatkan ikan dengan
pemilik sebagai titik akhir pengumpulan jumlah yang sangat terbatas. Saluran
dan awal penyebaran. Pedagang pemilik pemasaran ikan Marlin Hitam (Makaira
mengambil ikan langsung dari indica) di Pasar Bersehati, Kelurahan
produsen/nelayan tanpa melalui Tempat Calaca Kota Manado tergolong pendek
Pelelangan Ikan (TPI), kemudian, dan cepat karena mengingat ikan
menjual kepada pedagang pengecer dan merupakan bahan mentah yang bersifat
pedagang pengecer ini nantinya akan mudah busuk/rusak, untuk itu dibutuhkan
menjual kepada konsumen. Selain itu, penanganan khusus agar ikan tidak
pedagang pemilik bisa juga menjual mudah rusak untuk dijual kepada
langsung kepada konsumen, rumah konsumen akhir.
makan dan kepada pedagang perantara. Saluran pemasaran ikan Marlin
Pedagang perantara ini dikenal sebagai Hitam di Pasar Bersehati dapat
saluran pamasaran (Marketing channel) digambarkan seperti dibawah ini :
yang nantinya akan menjual di berbagai

Nelayan → Pedagang Pemilik → Rumah Makan→ Konsumen.


Nelayan → Pedagang Pemilik → Pedagang Pengecer → Konsumen.
Nelayan→Pedagang Pemilik→Pedaganga Perantara→Supermarket→Konsumen.
Nelayan → Pedagang Pemilik → Konsumen.

_______________________________________________________________________________________________________
306 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

KESIMPULAN 2. Pedagang ikan Marlin yang berada di


1. Pemasaran ikan Marlin Hitam Pasar Bersehati mengambil stok ikan
memiliki perencanaan matang dalam 3. dari Sanger, Talaud, Ternate,
waktu jangka panjang sehingga Manado Tua, Likupang, Aer Tembaga
menguntungkan bagi pedagang Bitung, dan Pulau Nain dan Saluran
pemilik ikan Marlin Hitam (Makaira pemasaran ikan Marlin Hitam
indica), pengorganisasian dibuat oleh (Makaira indica) yang ada di Pasar
pedagang pemilik dalam setiap Bersehati dilakukan dengan tepat dan
bagian-bagian yang ada seperti baik, untuk memperkecil resiko
pengangkutan, penyimpanan, karena sifat ikan Marlin Hitam yang
pemotangan dan pemasaran, mudah busuk maka dibutuhkan
pengarahan yang dilakukan mengacu penyimpanan/penanganan khusus
pada perencanaan berdasarkan dengan menggunakan penyimpanan
instruksi dari pedagang pemilik dan teknik kering agar ikan Marlin Hitam
pengawasan dilakukan dengan cara tidak mudah rusak/busuk untuk dijual
mengontrol setiap bagian-bagian kepada.
yang ada didalam pemasaran ikan
Marlin Hiatam (Makaira indica) seperti
pengangkutan, penyimpanan,
pemotongan dan pemasaran. DAFTAR PUSTAKA

Bahari, R. 1997. Peranan Koperasi Perikanan dalam Nikijuluw, V. 2005. Politik Ekonomi Perikanan.
Pengembangan Perikanan. Prosiding FERACO. Jakarta.
Perikanan Rakyat.
Sunyoto, D. 2012. Dasar-Dasar Manajemen
Kalla, M. 2008. Perikanan Unggulan. PT. Ciptawidya Pemasaran.CPAS, Yogyakarta.
Swara.Jakarta Timur.

_______________________________________________________________________________________________________
307 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________
308 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP BAGAN DI DESA TATELI WERU


KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA
Sharon E. E. Repi1, Lexy K. Rarung2, Djuwita R.R. Aling2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email : sharonrepi@gmail.com
Abstract
Some fishermen in North Sulawesi province, especially in the district of the village Mandolang Teteli Weru fill their
daily activities in gaining revenue that the fishery business, especially the chart. They are very dependent on the
equipment they have for the sake of increased revenues to a better direction.
Measure to be used in financial analysis consists of the Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and
Payback Period (PP). This research is descriptive. The sampling method will be used to take samples of probability
sampling method is purposive sampling is a sampling technique is done with a certain considerations intended that
the data obtained are representative (Sugiyono, 2008). The amount of samples taken in this study was 30%. Where
the number of fishermen in the village Tateli Weru charts are as many as 15 people so 5 sample of the total number
of samples considered to represent all units charts are large, small, or medium. Data obtained consists of primary
data and secondary data. The data will be analyzed using descriptive analysis of qualitative and quantitative
descriptive analysis.
They are using financial analysis to analyzing of Feasibility their gear. Investment (I) IDR. 25.5332 million; Fixed
costs (FC) IDR. 6,843,026; Total Revenue (TR) IDR. 37,000,000; Variable Cost (VC) Rp. 9,369,326; Price per unit
IDR. 2,500,000; and a net profit of IDR. 27,890,674 for each year.
Financial analysis in this study proves that the business of fishing gear is still feasible to continue. This is evident
from the results of financial calculations with the results of NPV = IDR. 13,134,379; IRR = 23.11% and the payback
period of 0.9 years.
Although the results of research on fishing gear chart showing good financial shape, but if the chart fisherman in the
village of Weru Tateli only livelihood depends on fishing gear this chart alone, it will not meet the daily needs of the
family. This is because the fishing season is not fixed, so as to meet their daily needs, they need to look for other
income.

Abstrak
Beberapa nelayan di Provinsi Sulawesi Utara khususnya di Kecamatan Mandolang Desa Teteli Weru mengisi
aktivitas sehari-hari dalam memperoleh pendapatan yaitu dengan usaha perikanan tangkap khususnya bagan.
Mereka sangat bergantung pada alat yang mereka miliki demi peningkatan pendapatan ke arah yang lebih baik.
Ukuran yang akan digunakan dalam analisis finansial ini terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period (PP). Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan
dalam mengambil sampel adalah metode probability sampling Purposive sampling adalah teknik sampling yang
dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh bersifat representatif (Sugiyono,
2008). Besarnya sampel diambil pada penelitian ini adalah 30%. Dimana jumlah nelayan bagan di Desa Tateli Weru
adalah sebanyak 15 orang sehingga 5 orang sampel dari jumlah keseluruhan sampel dianggap telah mewakili
semua unit bagan berukuran besar, kecil, maupun sedang. Data diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data yang akan terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif
kuantitatif.
Kelayakan dari alat tangkap bagan di Desa Tateli Weru digunakan analisis finansial. Investasi (I) Rp. 25.533.200 ;
Biaya tetap (FC) Rp. 6.843.026 ; Total Penerimaan (TR) Rp. 37.000.000 ; Biaya Tidak Tetap (VC) Rp. 9.369.326 ;
Harga Satuan Rp. 2.500.000 ; dan Laba bersih Rp. 27.890.674 untuk setiap tahunnya.
Analisis finansial dalam penelitian ini membuktikan bahwa usaha alat tangkap ini masih layak untuk dilanjutkan. Hal
ini terlihat dari hasil perhitungan finansial dengan hasil NPV = Rp. 13.134.379 ; IRR = 23,11% serta periode
pengembalian dalam 0,9 tahun.
Meskipun hasil penelitian terhadap alat tangkap bagan menunjukkan keadaan finansial yang baik, namun bila
nelayan bagan di Desa Tateli Weru hanya bergantung pada mata pencaharian alat tangkap bagan ini saja, maka
tidak akan mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Hal ini dikarenakan musim ikan yang tidak tetap, sehingga
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka perlu mencari penghasilan lain.

PENDAHULUAN peralatan, gaji karyawan, keuntungan


Aspek ekonomi sangat penting perusahaan dan lain-lain harus
artinya dalam suatu kegiatan usaha. Hal- diperhatikan dengan cermat. Tidak
hal yang berkaitan dengan modal, terkecuali pada unit usaha perikanan.
perhitungan biaya operasional, biaya
_______________________________________________________________________________________________________
309 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Berdasarkan Undang-undang Tujuan dari dilakukannya penelitian ini


Perikanan nomor 45 tahun 2009, adalah :
perikanan mempunyai peranan penting 1. Untuk mengetahui dan
dan strategis dalam pembangunan mempelajari keadaan finansial
perekonomian nasional, terutama dalam dari nelayan bagan di Desa
perluasan kesempatan kerja, Tateli Weru Kecamatan
pemerataan pendapatan, peningkatan Mandolang Kabupaten
taraf hidup nelayan kecil, Minahasa.
pembudidayaan ikan, dan pihak-pihak 2. Untuk menganalisis kelayakan
pelaku usaha di bidang perikanan usaha alat tangkap bagan milik
dengan tetap memelihara lingkungan, nelayan Desa Tateli Weru
kelestarian, serta ketersediaan Kecamatan Mandolang
sumberdaya ikan. Kabupaten Minahasa.
Upaya yang dapat dilakukan 3. Untuk mendeskripsikan keadaan
untuk meningkatkan pendapatan sosial ekonomi nelayan bagan di
nelayan antara lain dengan Desa Tateli Weru Kecamatan
meningkatkan produksi hasil Mandolang Kabupaten
tangkapannya. Salah satu cara untuk Minahasa.
meningkatkan produksi tersebut adalah Adapun manfaat dari dilakukannya
dengan mengusahakan unit penelitian ini adalah sebagai berikut :
penangkapan yang produktif, yakni yang 1. Untuk mendapatkan gelar
tinggi dalam jumlah dan nilai hasil sarjana pada Fakultas Perikanan
tangkapannya. Selain itu, unit dan Ilmu Kelautan Universitas
penangkapan tersebut haruslah bersifat Sam Ratulangi
ekonomis, efisien dan menggunakan 2. Sebagai bahan masukan bagi
teknologi yang sesuai dengan kondisi pemerintah setempat di Desa
setempat serta tidak merusak kelestarian Tateli Weru Kecamatan
sumberdaya perikanan. Mandolang Kabupaten Minahasa
Beberapa nelayan di Provinsi dalam menyusun kebijakan yang
Sulawesi Utara khususnya di Kecamatan berkaitan dengan kehidupan
Mandolang Desa Teteli Weru mengisi nelayan di sana.
aktivitas sehari-hari dalam memperoleh
pendapatan yaitu dengan usaha METODE PENELITIAN
perikanan tangkap khususnya bagan. Penelitian bersifat deskriptif,
Mereka sangat bergantung pada alat yaitu dengan membuat pencandraan
yang mereka miliki demi peningkatan secara sistematis, faktual, dan akurat
pendapatan ke arah yang lebih baik. mengenai faktor-faktor dan sifat-sifat
Tetapi apakah alat tangkap bagan ini populasi di daerah tertentu (Hamidi,
bisa memberikan hasil yang layak untuk 2010). Menurut Nazir (2009) metode
dikembangkan atau minimal penelitian deskriptif merupakan metode
dipertahankan, hal inilah yang penelitian yang menggambarkan dan
menjadikan penulis tertarik untuk menginterpretasikan objek sesuai apa
melaksanakan penelitian yang serius adanya.
pada nelayan bagan di Desa Tateli Weru Pengambilan data dilakukan
Kecamatan Mandolang Kabupaten dengan menggunakan data primer dan
Minahasa. sekunder. Kata primer (primary) berarti

_______________________________________________________________________________________________________
310 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

utama, asli, atau secara langsung dari secara sistematis. Sedangkan data
sumbernya. Pengertian data primer sekunder diperoleh dengan cara
adalah data asli yang dikumpulkan oleh mengutip catatan monografi desa dari
periset untuk menjawab masalah lembaga-lembaga yang ada
risetnya secara khusus. Kata sekunder hubungannya dengan penelitian.
berasal dari bahasa Inggris secondary
yang berarti kedua atau bukan secara Metode Pengambilan Sampel
langsung dari sumbernya melainkan dari Metode pengambilan sampel
pihak lain. Keberadaan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
tidak dipengaruhi oleh riset yang akan adalah metode purposive sampling.
dijalankan oleh peneliti. Dengan kata Metode ini dipilih karena melihat hasil
lain, data tersebut sudah disediakan oleh penjajakan awal di lokasi penelitian yang
pihak lain (Istijanto, 2005). menunjukkan dimana sampel pada
Adapun metode yang akan umumnya terdiri dari data yang berbeda.
digunakan dalam penelitian nanti adalah Besarnya sampel diambil pada
metode survei. Menurut Hamidi (2010) penelitian ini adalah 30%, dimana jumlah
survei adalah suatu penelitian yang nelayan bagan di Desa Tateli Weru
dilakukan dengan cara mengumpulkan adalah sebanyak 15 orang sehingga 5
data, menyidik dan menafsirkan data orang sampel dari jumlah keseluruhan
secara umum sesuai yang didapatkan di sampel dianggap telah mewakili semua
lapangan. unit bagan berukuran besar, kecil,
Tempat pelaksanaan penelitian maupun sedang.
ini dilakukan di Desa Tateli Weru,
Kecamatan Mandolang, Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN
Minahasa dan waktu yang dibutuhkan Keadaan Umum Nelayan Bagan
untuk memulai pra-penelitian sampai Komposisi umur
Kelompok Persentase
ujian Skripsi adalah selama 5 bulan, No.
Umur (tahun)
Responden
(%)
terhitung sejak bulan Februari sampai 1. 30 - 45 1 20,00
bulan Juni 2016. 2. 46 - 60 1 20,00
3. 61 ke atas 3 60,00
Jumlah 5 100,00
Metode Pengumpulan Sampel Sumber : Data Primer, Mei 2016
Data yang diperoleh terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data Dari ke lima responden, terdapat
primer dikumpulkan melalui pengamatan 60% nelayan bagan yang berusia di
langsung dan wawancara langsung kelompok umur 61 tahun ke atas yang
terhadap setiap responden. Responden lebih banyak dibandingkan kelompok
dalam hal ini adalah yang dijadikan usia yang lain. Hal ini dikarenakan
contoh, yaitu nelayan, kepala jaga, pengalaman kerja yang lebih banyak dan
kepala desa, sekretaris desa, maupun yang telah mereka miliki sejak dahulu
pihak lainnya yang dianggap berkaitan masih digunakan dalam usaha alat
dengan penelitian nanti. Pengumpulan tangkap bagan hingga saat ini. Rentang
data dilaksanakan dengan sikap yang usia ini pun dinilai telah mapan dari segi
komunikatif serta mengajukan beberapa pencaharian karena semua responden
pertanyaan menggunakan bahasa sudah memiliki alat tangkap sendiri.
Indonesia yang mudah dipahami dalam Antusias bekerja dan tenaga yang
bentuk kuesioner yang sudah disiapkan

_______________________________________________________________________________________________________
311 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dimilikipun melebihi mereka yang Keluarga merupakan kelompok


tergolong masih muda. yang paling penting dalam kesatuan
Pendidikan masyarakat. Karena tediri dari laki-laki
Tingkat Persentase
No. Pendidikan Responden (%)
dan perempuan, perhubungan sedikit
Tamat Sekolah banyak berlangsung lama untuk
1. Dasar 4 80,00 menciptakan dan membesarkan anak.
Tamat Sekolah Jadi, keluarga dalam bentuk murni,
Menengah
2. Pertama 1 20,00 merupakan suatu kesatuan sosial yang
Tamat Sekolah terdiri dari suami, istri dan anak-anak
3. Menengah Atas - - (Koentjaraningrat, 1994).
Jumlah 5 100,00
Sumber : Data Primer, Mei 2016
Ukuran anggota keluarga nelayan bagan
Dari tabel tersebut, maka terlihat latar Jumlah
belakang pendidikan yang minim ini anggota Jumlah Persentase
menjadi salah satu faktor penyebab No. keluarga Keluarga (%)
1. 1 - 5 3 60,00
mengapa mereka hanya hanya mampu 2. 6 - 10 2 40,00
berprofesi sebagai nelayan bagan. 3. Lebih dari 10 - -
Jumlah 5 100,00
Pengalaman kerja Sumber : Data primer, Mei 2016
Pengalaman Persentase
No. Responden
(tahun) (%) Sebenarnya nelayan bagan
1. 1 - 5 1 20,00
2. 6 - 10 1 20,00 memiliki anggota keluarga yang cukup
3. 11 - 15 ke atas 3 60,00 banyak yaitu sekitar 6 sampai 10 orang
Jumlah 5 100,00 bahkan bisa lebih. Akan tetapi banyak
Sumber : Data Primer, Mei 2016 anggota keluarga dari mereka dalam hal
ini anak-anak nelayan bagan, telah
Tabel tersebut mendeskripsikan berkeluarga dan merantau jauh dari
bahwa sebagian besar bagan yang Desa Tateli Weru sehingga tidak lagi
terdapat di lokasi penelitian telah cukup menjadi tanggungan kebutuhan hidup
lama dan secara tidak langsung dari nelayan bagan tersebut. Itulah yang
menjelaskan bahwa sebanyak 60% menjadi salah satu faktor penyebab
nelayan bagan di lokasi penelitian telah jumlah tanggungan.
cukup berpengalaman dalam bidang
usaha penangkapan ikan menggunakan Keadaan rumah
alat tangkap bagan. Jumlah Persentase
No. Jenis Rumah Responden (%)
1. Permanen 4 80,00
Motivasi Kerja Semi
Kelima responden tersebut 2. permanen 1 20,00
memiliki motivasi yang sama. Awal Jumlah 5 100,00
mereka menjadi nelayan bagan karena Sumber : Data Primer, Mei 2016
mereka melihat peluang besar untuk
memanfaatkan sumberdaya ikan di laut Tabel tentang keadaan rumah di
dengan membuat alat tangkap berupa atas, menunjukkan bahwa sebagian
bagan. Tujuannya agar dapat memenuhi besar rumah responden memiliki tingkat
kebutuhan keluarga sehari-hari. kesejahteraan hidup yang cukup baik
dilihat dari keadaan rumah cukup
Ukuran Keluarga memadai dan tergolong layak tinggal
yaitu sebanyak 80%. Rumah permanen

_______________________________________________________________________________________________________
312 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

yang dimaksudkan di sini adalah rumah produksi ikan per tahun diperoleh
yang terbuat dari dinding dan lantai dengan perhitungan :
beton, serta bangunan yang kokoh
berdiri. 1 kapal = 2 palka ikan
1 palka = 7 ton (4 ton air dan 3 ton ikan).
Analisis Finansial Artinya 1 kapal = 2 palka x 3 ton ikan
Hasil tangkapan yang diperoleh = 6 ton per kapal
nelayan bagan terdiri dari ikan teri 1 palka dihargai Rp.2.500.000/3 ton ikan
(Stolephorus sp) dan ikan malalugis kecil
atau dalam bahasa Indonesia disebut Rata-rata 1 bagan memanen 6 ton tiap
ikan layang merah (Decapterus tabl). kali trip, atau setara dengan 2 palka
Sifat dari ikan ini adalah hidup seharga Rp.5.000.000 per panen.
bergerombol dan hanya ada pada musim Rata-rata bagan memanen 7,4 kali
tertentu. Jika jumlah tangkapan banyak, dalam 1 tahun.
maka ikan akan dijual kepada kapal 1 tahun = 7,4 x 6 ton ikan
huhate (pole and line) ataupun kapal = 44,4 ton ikan per tahun.
punae yang pada dasarnya membeli = 44.400 kg ikan per tahun
ikan dari nelayan bagan untuk keperluan Jadi keuntungan 1 tahun = Rp.5.000.000
sebagai umpan ikan tuna ataupun ikan x 7,4 kali panen
besar lainnya. Sedangkan jika jumlah = Rp.37.000.000
tangkapan hanya sedikit, maka mereka Untuk mengetahui kalayakan dari alat
menjualnya di pasar, lalu pasar tangkap bagan di Desa Tateli Weru
menjualnya ke pedagang pengumpul. digunakan analisis finansial.
Kapal huhate membeli ikan rata- Investasi (I) : Rp. 25.533.200
rata seharga Rp.2.500.000 untuk setiap Biaya tetap (FC) : Rp. 6.843.026
3 ton ikan hasil tangkapan bagan. Total penerimaan (TR): Rp. 37.000.000
Artinya 3 ton ikan dihargai Rp.2.500.000 Biaya tidak tetap (VC) : Rp. 9.369.326
untuk setiap bak penampung ikan di Harga satuan : Rp. 2.500.000
dalam kapal. Umumnya kapal ini Laba bersih : TR – VC = Rp.
membeli ikan pada 1 bagan, untuk 37.000.000 - Rp. 9,369,326
mengisi 2 bak penampung ikan yang = Rp. 27.630.674
mereka miliki. Dengan kata lain, setiap Jadi Rp. 27.630.674 merupakan laba
bagan menjual 6 ton ikan hasil panen bersih per tahun untuk alat tangkap
bagan kepada 1 unit kapal huhate untuk bagan.
mengisi 2 bak penampung mereka.
Ketika tangkapan sedikit, maka hasil Analisis Net Present Value (NPV)
tangkapan yang dijual di pasar atau Untuk mencari nilai NPV, maka
kepada pedagang pengumpul bisa harus diketahui nilai biaya dan
dikenakan standar yaitu dengan harga keuntungan dalam kurun waktu tertentu.
Rp.200.000 untuk setiap 25 kilogram Besarnya biaya pada awal pembuatan
hasil tangkapan. (tahun 0) adalah sama dengan biaya
Untuk menganalisis finanasial yang dikeluarkan pada tahun pertama
yang terdapat pada alat tangkap bagan, yaitu Rp. 25.533.200 atau sama dengan
maka dperlukan perhitungan jumlah investasi awal. Sedangkan besarnya
produksi dalam satu tahun. Total biaya untuk tahun-tahun selanjutnya
diasumsikan menjadi biaya yang harus

_______________________________________________________________________________________________________
313 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

dikeluarkan setiap tahunnya yaitu biaya pada keuntungan setiap tahun yang
produksi tiap tahun mulai dari akan terus meningkat, sebagaimana
Rp.9.369.326 yang dipastikan akan naik biaya yang keluarkan.
setiap tahunnya. Hal ini pula berlaku
Perhitungan nilai cost dan benefit
Tahun Cost (Rp.) Benefit (Rp.) Benefit Bersih
0 25.533.200 - 25.533.200
1 25.533.200 - 25.533.200
2 9.369.326 37.000.000 27.630.674
3 15.000.000 39.000.000 24.000.000
4 19.000.000 39.000.000 20.000.000
5 24.000.000 41.000.000 17.000.000
Jumlah 37.824.274

Nilai NPV diperoleh dari perkalian antara keuntungan bersih dikalikan dengan tingkat
bunga (discount factor) sebesar 12% untuk sehingga didapat nilai NPV positif sebesar
Rp. 13.134.379 pada rentang waktu 5 tahun.

Perhitungan pada tingkat bunga 12%


Tahun DF (12%) NPV PV Cost PV Benefit
0 - 25.533.200
1 0,8929 - 22.798.594
2 0,7972 22.027.173 7.261.955 29.496.400
3 0,7118 17.083.200 10.677.000 27.760.200
4 0,6355 12.710.000 12.074.500 24.784.500
5 0,5674 9.645.800 13.617.600 23.263.400
Jumlah 13.134.379 43.838.327 105.304.500
Benefit Cost Ratio (BCR) dalam hal ini merupakan merupakan hasil perbandingan
antara PV Benefit dengan PV Cost.
Rumus BCR = 2,4
Ketika tingkat bunga dinaikkan menjadi 25%, maka nilai NPV berubah menjadi
negatif. Dengan discount factor (DF) sebesar 25% namun tetap dalam periode
waktu yang sama, nilai NPV berubah menjadi -Rp.2.225.229

Perhitungan pada tingkat bunga 25%


Tahun DF (25%) NPV PV Cost PV Benefit
0 - 25.533.200
1 0,8000 - 20.426.560
2 0,6400 17.683.631 5.829.969 23.680.000
3 0,5120 12.288.000 7.680.000 19.968.000
4 0,4096 8.192.000 7.782.400 15.974.400
5 0,3277 5.570.900 7.864.800 13.435.700
Jumlah -2.225.229 29.323.569 73.058.100

_______________________________________________________________________________________________________
314 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Rumus IRR =

=
=
= 23,11%

Analisis Payback Period (PP)

Payback Period =

=
= 0,9 tahun

KESIMPULAN DAN SARAN diharapkan di masa datang, atau


Kesimpulan penerimaan kas, dengan
1. Dari hasil penelitian usaha alat mengeluarkan investasi awal, maka
tangkap bagan di Desa Tateli Weru, akan mendapatkan 23,11% di masa
Kecamatan Mandolang Kabupaten yang akan datang.
Minahasa menunjukkan bahwa usaha 3. Periode yang diperlukan untuk dapat
bagan ini masih layak dilanjutkan, menutup kembali suatu periode
karena hasil yang menunjukan NPV > investasi adalah selama 0,9 tahun
0, yaitu senilai Rp. 13.134.379 dalam atau pada bulan ke 11 pada tahun
kurun waktu 5 tahun berdasarkan tersebut. Sehingga dalam selang
discount rate 12%, serta BCR senilai waktu tersebut, biaya investasi yang
2,4. telah dikeluarkan dapat kembali
2. Tingkat hasil pengembalian internal dirasakan oleh nelayan bagan di
(Internal Rate of Return) dari alat Desa Tateli Weru.
tangkap bagan diperoleh dengan cara Saran
coba-coba (trial and error) 1. Perawatan secara intensif perlu
berdasarkan tingkat bunga (discount dilakukan karena melihat hasil
factor) pertama 12% dan tingkat penelitian yang menunjukkan
bunga (discount factor) kedua 25% keadaan bagan yang banyak
adalah 23,11%. Artinya tingkat hasil kerusakan karena sering dibiarkan
pengembalian internal dari tingkat terapung selama menunggu musim
bunga yang menyamakan nilai ikan padahal keuntungan dari hasil
sekarang dari arus kas yang

_______________________________________________________________________________________________________
315 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

tangkapan menggunakan alat Husnan, Suad dan Suwarsono. 2003. Studi


Kelayakan Proyek. LJPP AMP
tangkap ini cukup menjanjikan. YKPN. Yogyakarta.
2. Meskipun hasil penelitian terhadap
Husnan, S., dan Muhammad, S., 2000. Studi
alat tangkap bagan menunjukkan Kelayakan Proyek. UUP STIM YKPN.
keadaan finansial yang baik, namun Yogyakarta.
bila nelayan bagan di Desa Tateli Istijanto M.M, 2005. Aplikasi Praktis Riset
Weru hanya bergantung pada mata Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama.
pencaharian alat tangkap bagan ini Jakarta.
saja, maka tidak akan mencukupi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016. Balai
kebutuhan sehari-hari keluarga. Hal Pengembangan Bahasa.
ini dikarenakan musim ikan yang tidak Katiandagho, E. M. 1995. Penyuluh Perikanan.
Fakultas Perikanan Universitas Sam
tetap, sehingga untuk mencukupi Ratulangi. Manado.
kebutuhan sehari-hari, mereka perlu
Koentjaraningrat, 1994. Pengantar Ilmu Antropogi.
mencari penghasilan lain. Rineke Cipta. Jakarta.
3. Keadaaan nelayan bagan pada
Lee, J.W. 2010. Pengaruh Periode Hari Bulan
umumnya yang terlihat dari hasil Terhadap Hasil Tangkapan dan Tingkat
penelitian sebaiknya diketahui oleh Pendapatan Nelayan Bagan Tancap di
pemerintah setempat agar mendapat Kabupaten Serang. Tesis Program Pasca
Sarjana IPB, Bogor.
perhatian khusus, mengingat masih
banyak nelayan bagan yang memiliki Mantjoro, 1995. Sosiologi Pedesaan Nelayan. Diktat
Kuliah Fakultas Perikanan Universitas Sam
potensi untuk mendirikan usaha alat Ratulangi. Manado.
tangkap nelayan bagan namun
Mantjoro, E. 1980. Metodologi Penelitian. Pengantar
terhalang oleh biaya modal yang Kuliah Metodologi Penelitian. FPIK Unsrat.
diperlukan. Manado.
Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Baskoro, M.S dan Suherman, A. 2007. Teknologi Pemerintah Desa Tateli Weru, 2015. Rencana
Penangkapan Ikan Dengan Cahaya. Pembangunan Jangka Menegah Periode
UNDIP. Semarang. 176 hal. 2014-2018.
Brandt, A Von. 1984. Fish Cathing Methodes of the Subani W dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan
Word. Fao-Fishing News Books, Ltd. dan Udang Laut di Indonesia. Edisi Khusus
Famham-Surrey-England. 418 pp. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai
Penelitian Perikanan laut.BPPP, Dept.
Dahuri, H.R., 2001. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian. Jakarta.
Indonesia Berbasis Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R & D, Alphabet. Bandung.
Gittinger, J., 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek
Pertanian. Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perikanan. Sinar Grafika. Jakarta.
Hamidi, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Sosial
dan Populer. PT. Gramedia Pustaka Jaya.
Jakarta

_______________________________________________________________________________________________________
316 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBA


JARING TANCAP DI DESA TALIKURANKECAMATAN REMBOKEN
KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA
Claudio David Togas1, Grace O. Tambani2, Nurdin Jusuf2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email : togas_david@yahoo.com

Abstract
Tondano lake waters used by communities around the lake, with the most striking activity is fish farming in net cages
step system. Karamba system of fish farming Nets Plug (KJT) from year to year tend to grow rapidly. This was driven
by economic stimulus optimally if farmers can increase the income of the people living around the lake. Karamba
system aquaculture nets Plug (KJT), when viewed in terms of socioeconomic give meaning to support the life of
coastal communities particularly Lake Tondano. Talikuran village is one of the villages in the area of West Lake
Tondano whose inhabitants livelihood as farmers freshwater fish.
Feasibility of business investment is necessary to specify in the decision whether the business will be run is profitable
or not. According Primyastanto (2010) suppression purposes of this analysis on the feasibility, including the
determination of investment costs, operating expenses and receipts.
The method used in this study is a survey, namely by taking a sample of the population and the questionnaire as a
data collection tool that principal (Singarimbun and Effendi, 1995). Data taken in this research include primary data
and secondary data. Data were collected by observation, interview and questionnaire.
Based on analysis of fish farming system in the village of Karamba Nets Step on the Talikuran eligible to run because
the value Operating Profit (OP) is Rp. 18.3 million. For value Profit Rate (PR) 66.06%, while the value of Benefit Cost
Ratio (BCR) 1.66. Of the fish farming is categorized as good as having a value of return 87.32%. The return on
investment from the fish farming 1:15 that year means the business is feasible to run because the investment
payback period 1 year 1 month 24 days. Break Even Point (BEP) of the fish farming ie sales value of Rp. 9,027,777
with a unit value of 361.11 kg. The net gain from the cultivation of fish in nets Karamba Plug Rp. 13.425 million, - in
one year.
Keyword : cages step system, aquaculture, fisibility

Abstrak
Perairan danau Tondano dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar danau, dengan kegiatan yang paling menyolok
adalah usaha budidaya ikan dalam sistem karamba jaring tancap.Usaha budidaya ikan sistem Karamba Jaring
Tancap (KJT) dari tahun ke tahun cenderung berkembang pesat. Hal ini didorong oleh rangsangan ekonomi jika
pembudidaya secara optimal bisa meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal disekitar Danau.Kegiatan
budidaya sistem Karamba Jaring Tancap (KJT),jika dilihat dari segi sosial ekonomi sangat memberikan arti untuk
menunjang kehidupan khususnya masyarakat pesisir Danau Tondano. Desa Talikuran merupakan salah satu Desa
yang berada di wilayah Barat Danau Tondano yang penduduknya bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikan
air tawar.
Kelayakan investasi usaha sangat dibutuhkan untuk menentukan dalampengambilan keputusan apakah usaha yang
akan dijalankan tersebut menguntungkan atau tidak. Menurut Primyastanto (2010) penekanan tujuan analisis ini
pada kelayakan usaha, meliputi penentuan biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, yaitu dengan mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).Data yang
diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara dan kusioner.
Berdasarkan hasil analisis usaha budidaya ikan sistem Karamba Jaring Tancap di Desa Talikuran tersebut layak
untuk dijalankan karena nilai Operating Profit (OP) yaitu Rp. 18.300.000. Untuk nilai Profit Rate (PR) 66,06%,
sedangkan nilai Benefit Cost Ratio (BCR) 1,66. Dari usaha budidaya ikan tersebut termasuk kategori usaha yang
baik karena mempunyai nilai rentabilitas 87,32%. Tingkat pengembalian investasi dari usaha budidaya ikan tersebut
1.15 tahun itu berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena waktu pengembalian investasi 1 tahun 1 bulan 24 hari.
Break Even Point (BEP) dari usaha budidaya ikan tersebut yaitu nilai penjualan sebesar Rp. 9.027.777 dengan nilai
satuan sebesar 361,11 kg. Keuntungan bersih dari usaha budidaya ikan di Karamba Jaring Tancap Rp. 13.425.000,-
dalam satu tahun.
Kata kunci : jaring tancap, budidaya, kelayakan usaha

_______________________________________________________________________________________________________
317 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN Desa Talikuran merupakan salah


Danau Tondano tergolong danau satu Desa yang berada di wilayah Barat
terbesar di Sulawesi Utara dengan luas Danau Tondano yang penduduknya
4.655 Ha, terletak pada ketinggian 600 bermata pencaharian sebagai
meter di atas permukaan laut. Ditinjau pembudidaya ikan air tawar. Produksi
dari morfologi DAS (Daerah Aliran ikan menurut Dinas Kelautan dan
Sungai) ternyata Danau Tondano Perikanan Kabupaten Minahasa tahun
menerima masukan dari 41 sungai besar 2012, bahwa tahun 2005
maupun kecil dan tiga perempatnya berjumlah3.858,2 ton, untuk tahun 2006
(75%) adalah sungai dengan luas produksinya berjumlah 3.895,7 ton dan
daerah tangkapan hujan kurang dari 250 tahun 2007 meningkat menjadi 4.536
ha dan terhenti alirannya dimusim ton, sedangkan tahun 2009 produksi
kemarau. mencapai 7.615,5 ton, tahun 2010
Usaha budidaya ikan di danau produksi mencapai 12.421,7 ton serta
dewasa ini semakin meningkat sejalan tahun 2011 meningkat lagi menjadi
dengan besarnya potensi 15.951 ton (Dinas Kelautan dan
pengembangannya baik sumberdaya Perikanan, 2012).
alam, maupun jenis komoditas. Kegiatan Meningkatnya produksi ikan
perikanan yang memanfaatkan kawasan merupakan pengaruh positif akibat
danau telah memberikan kontribusi pertambahan jumlah unit Karamba
nyata bagi pembangunan, tidak saja Jaring Tancap dari tahun ke tahun tanpa
dalam pemenuhan kebutuhan protein ada pembatasan cara dan jumlah maka
hewani tetapi juga sebagai sektor usaha ini akan berdampak negatif. Di sisi
penghasil devisa dan menciptakan lain bahwa perubahan faktor-faktor
lapangan kerja. (Dinas Kelautan dan produksi yang berdampak pada proses
Perikanan, 2012). produksi seringkali dihadapi oleh
Kegiatan budidaya sistem pembudidaya ikan.
Karamba Jaring Tancap (KJT) jika dilihat Sehubungan dengan semakin
dari segi sosial ekonomi sangat meningkatnya ilmu pengetahuan dan
memberikan arti untuk menunjang teknologi yang ada maka para
kehidupan khususnya masyarakat pembudidaya perlu merencanakan
pesisir Danau Tondano. Keuntungan sebaik mungkin usahanya agar tidak
yang didapatkan dari segi sosial mendatangkan kerugian, untuk itu
memberikan dampak positif dimana sangat diperlukan suatu analisis
masyarakat pesisir danau Tondano finansial.
merasakan status yang mendasar Tujuan dan Manfaat Penelitian
sebagai pembudidaya yang sekaligus Tujuan Penelitian
berhubungan erat dengan segi ekonomi Tujuan pelaksanaan penelitian
yaitu memberikan nilai tambah yaitu untuk mengetahui kelayakan dari
pendapatan untuk kesejahteraan hidup. usaha budidaya ikan sistem Karamba
Didalam mengembangkan usaha Jaring Tancap (KJT) di Desa Talikuran,
budidaya jaring tancap, pembudidaya Kecamatan Remboken, Kabupaten
selalu mengharapkan untuk Minahasa, Provinsi Sualwesi Utara.
mendapatkan keuntungan yang tinggi
dari hasil usahannya (Korah, 2000).

_______________________________________________________________________________________________________
318 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Manfaat Penelitian Pengumpulan data dilakukan


Untuk memenuhi salah satu dengan :
persyaratan akademik dalam 1. Melakukan observasi, yaitu cara
menyelesaikan studi di Fakultas pengumpulan data dengan
Perikanan dan Ilmu Kelautan. mengadakan pengamatan langsung
1. Sebagai latihan kerja bagi pada obyek yang diteliti.
penulis dalam menyelesaikan 2. Wawancara, yaitu cara mengadakan
studi di Fakultas Perikanan dan wawancara langsung dengan
ilmu kelautan. pembudidaya ikan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat 3. Kusioner, pengumpulan data dengan
menjadi bahan masukan bagi cara mengajukan pertanyaan-
pemerintah daerah khususnya pertanyaan yang disusun dalam
Dinas Perikanan dan Kelautan. bentuk instrumen dengan
menjabarkan setiap variabel dengan
METODOLOGI PENELITIAN beberapa indikatornya.
Metode penelitian pada dasarnya Populasi sasaran dalam penelitian
merupakan cara ilmiah untuk ini adalah pembudidaya ikan di Desa
mendapatkan data dengan tujuan dan Talikuran, Kecamatan Remboken,
kegunaan tertentu (Santoso, 2005). Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi
Metode yang digunakan dalam penelitian Utara. Prosedur sampling dilakukan
ini adalah survei, yaitu penelitian yang dengan acak sederhana. Secara
mengambil sampel dari satu populasi keseluruhan pembudidaya yang ada di
dan menggunakan kuesioner sebagai Desa Talikuran sebanyak 30
alat pengumpul data yang pokok pembudidaya ikan, pengambilan
(Singarimbun dan Effendi, 1995). sampling dilakukan dengan mengambil
Survei merupakan penelitian yang secara acak sebanyak 30% atau 9
dilakukan dengan cara mengumpulkan, pembudidaya ikan dari daftar yang telah
menyidik dan menafsirkan data secara secara sengaja disusun. Setelah didapat
umum sebagaimana adanya di lapangan pengumpulan data dilakukan dengan
dan mencakup satu satuan wilayah metode wawancara langsung kepada
tertentu.Data yang diambil dalam pembudidaya ikan sekaligus mengisi
penelitian ini meliputi data primer dan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.
data sekunder, yaitu: Guna keperluan analisis kelayakan maka
1. Data primer merupakan data yang dipilih kepemilikan 4 unit. Alasan dipilih 4
diperoleh dengan cara mendatangi unit kepemilikan karena merupakan
responden di lokasi budidaya ikan jumlah terbanyak kepemilikan dari
dan melakukan wawancara, survei, pembudaya jaring tancap di Desa
observasi, secara langsung dengan Talikuran.
menggunakan daftar pertanyaan yang
sudah disediakan dalam kusioner. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Data sekunder, yaitu data yang Penduduk Desa Talikuran Menurut
dikumpul dari instansi pemerintah Mata Pencaharian/Pekerjaan
Desa Talikuran, Kecamatan Penduduk Desa Talikuran
Remboken, Kabupaten Minahasa, mempunyai mata pencaharian yang
Provinsi Sulawesi Utara. bermacam-macam. Penelitian ini
menunjukkan bahwa jumlah yang paling

_______________________________________________________________________________________________________
319 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

banyak adalah petani berjumlah 128 jiwa dan paling sedikit adalah TNI dan Polri.
Jumlah penduduk Desa Talikuran Menurut Mata Pencaharian/Pekerjaan
Jumlah Persentase
No Mata Pencaharian/Pekerjaan
(jiwa) (%)
1. Petani 128 23,15
2. Peternak 125 22,60
3. Pembudidaya ikan 30 5,42
4. Pedagang 65 11,76
5. Tukang Kayu 20 3,62
6. Tukang Batu 20 3,62
7. PNS (pekerjaan/profesi) 150 27,12
8. Pensiunan (pekerjaan/profesi) 10 1,81
9. TNI/Polri (pekerjaan/profesi) 5 0,90
Jumlah 553 100,00
Sumber : Kantor Desa Talikuran, 2015

Penelitian ini menggambarkan Pendidikan merupakan wadah


bahwa mata pencaharian sebagai petani fungsional dalam menunjang
yaitu pembudidaya ikan sebesar 5,42% keberhasilan usaha baik itu usaha
kemudian yang mendominasi berikutnya individu maupun kelompok. Pendidikan
bekerja sebagai PNS yang berjumlah selain membentuk kepribadian yang
150 jiwa atau sekitar 27,12%. luhur, juga membantu pola pikir
pembudidaya ikan yang ada di Desa
Keadaan Pembudidaya Ikan Sistem Talikuran dalam meningkatkan taraf
Karamba Jaring Tancap hidup keluarganya.
Umur Tingkat pendidikan pembudidaya
Umur merupakan salah satu faktor ikan di Desa Talikuran bervariasi ada
yang cukup mempengaruhi produktivitas yang SD ada yang SLTP bahkan ada
kerja seseorang, akan tetapi dalam yang meningkatkan pendidikan sampai
usaha budidaya ikan sistem Karamba SLTA, hal ini menunjukan bahwa tingkat
Jaring Tancap umur tidak dapat pendidikan mereka tergolong cukup baik.
menentukan berhasil tidaknya usaha Agar lebih jelas keadaan tingkat
yang dikerjakannya, dalam penelitian pendidikan pembudidaya ikan
iniumur pembudidaya ikan yangtertua sistemKaramba Jaring Tancap yang ada
adalah 62 tahun dan yang termudah di Desa Talikuran.
adalah 30 tahun. Data hasil pengamatan
Tingkat Pendidikan Pembudidaya Ikan Sistem
struktur umur pembudidaya ikan di Desa Karamba Jaring Tancap di Desa
Talikuran. Talikuran
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase%
Data Umur Pembudidaya Ikan Sistem Karamba (jiwa)
Jaring Tancap Desa Talikuran 1. SD 2 22,2
Struktur Jumlah 2. SLTP 2 22,2
No Persentase% 3. SLTA 5 55,6
Umur Jiwa
1 30–40 2 22,2 4. Akademi/Perguruan - -
2 41-50 5 55,6 Tinggi
3 >51 2 22,2 Jumlah Total 9 100,00
Jumlah Total 9 100,00 Sumber: Diolah data primer, 2015
Sumber: Diolah data primer, 2015

Tingkat Pendidikan

_______________________________________________________________________________________________________
320 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Pengalaman Kerja Jumlah Unit Karamba Jaring Tancap di Desa


Talikuran
Pengalaman kerja merupakan No Jumlah Unit Jumlah Persentase%
salah satu faktor yang ikut (Jiwa)
mempengaruhi tingkat produksi dari 1 1–10 5 55,6
pembudidaya ikan itu sendiri. 2 11–20 2 22,2
3 21–30 2 22,2
Pengalaman seseorang pembudidaya Jumlah Total 9 100,00
ikan akan berpengaruh terhadap Sumber: Diolah data primer, 2016
keterampilan kerja ini akan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya produktivitas Jumlah unit luas pendapatan
kerja. Karamba Jaring Tancap yang dipakai
Pengalaman kerja pembudidaya sebagai tempat penelitian. Secara
ikan yang ada di Desa Talikuran yang keseluruan bahwa luas penempatan
tertinggi yaitu selama 11 - 20 tahun dan Karamba jaring Tancap pada perairan
yang terendah selama 1 - 10 tahun. Data Danau Tondano yang digunakan adalah
pengalaman kerja pembudidaya ikan 15 x 15 m2Karamba Jaring Tancap yang
sistem KarambaJaringTancap di Desa berbentuk persegi empat dan tidak
Talikuran. memiliki apa yang dikenal dengan sistem
pengaturan seri atau pararel seperti
Pengalaman Kerja Pembudidaya Ikan Sistem yang dilakukan pada pemeliharaan di
KarambaJaring Tancap di DesaTalikuran
No PengalamanKerja Jumlah Persentase% kolam (Susanto, 1995).
(Tahun) (Jiwa)
1 1 – 10 2 22,2 Produksi Usaha Ikan Nila Sistem
2 11 – 20 4 44,4
Karamba Jaring Tancap
3 21 – 30 3 33,4
Jumlah Total 9 100,00 Produksi ikan nila sistem Karamba
Sumber: Diolah data primer, 2016 Jaring Tancap meliputi semua produksi
ikan yang diambil dari pembudidaya ikan
Faktor-faktor Produksi Budidaya Ikan tersebut, data yang diperoleh
Sistem Karamba Jaring Tancap di menunjukkan bahwa jumlah produksi
DesaTalikuran ikan nila Desa Talikuran ternyata
Keadaan umum Karamba Jaring bervariasi.
Tancap Penelitian
Produksi Usaha Budidaya Ikan Nila Sistem Karamba
Hasil pengamatan menunjukkan Jaring Tancap di Desa Talikuran (kg/periode)
bahwa pemeliharaan ikan yang Jumlah
dilakukan di Karamba JaringTancap No
Produksi Ikan Jumlah Persentase
Desa Talikuran Danau Tondano yang Nila Petani (%)
(kg)
jaraknya dari pesisir danau ±50 meter. 1. 50 – 99 4 44,4
Karamba Jaring Tancap ini memiliki 2. 100 – 149 4 44,4
ukuran yaitu 4m x 3m x 1 m artinya 3. 150 – 199 - -
panjang jarring 4 meter, lebar 3 meter 4. 200 ke atas 1 11,2
Jumlah 9 100,00
dan tinggi dari permukaan ke dalam Sumber : Diolah data primer, 2016
perairan adalah 1 meter, usaha Tabel di atas bahwa kebanyakan
pembudidaya ikan sistem Karamba jumlah produksi antara 50 – 149
Jaring Tancap yang dilakukan memiliki kg/periode yaitu 88,8% dari jumlah
jumlah unityang bervariasi yaitu antara 4 pembudidaya ikan yang ada. Tinggi
unit sampai 23 unit. rendahnya produksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adalah padat

_______________________________________________________________________________________________________
321 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

penebaran dan jumlah makanan yang diperoleh adalah penerimaan kotor yang
diberikan serta cara pemeliharaan. belum dikurangi biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost).
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Untuk dapat mengetahui kelayakan
Ikan Sistem Karamba Jaring usaha budidaya ikan sistem Karamba
Tancap Jaring Tancap dari segi finansial maka
Besar biaya investasi dan biaya perlu diketahui terlebih dahulu adalah :
operasional usaha budidaya ikan 1. Investasi = Rp. 15.375.000
tergantung pada sasaran produksi yang 2. Biaya Tetap (FC) = Rp. 4.875.000
akan dicapai, oleh sebab itu perlu 3. Biaya Tidak Tetap (VC) = Rp. 15.450.000
adanya analisis kelayakan usaha. 4. Biaya Total (TC) = Rp. 20.325.000
Analisis usaha merupakan pemeriksaan 5. Total Penerimaan (TR) = Rp. 33.750.000
keuangan untuk mengetahui sampai
dimana keberhasilan yang dicapai Investasi
selama usaha berlangsung (Rahardi dkk, Menjalankan suatu usaha, hal
1993). yang sangat penting yang harus
Berdasarkan penelitian, total disediakan dan dilakukan oleh seorang
penerimaan usaha budidaya ikan sistem pelaku usaha adalah modal. Modal
Karamba Jaring Tancap di Desa merupakan dana awal dan pembentukan
Talikuran Kecamatan Remboken suatu usaha. Untuk lebih jelasnya modal
Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi investasi dari usaha budidaya ikan
Utara Rp. 30.000.000 dalam tiga periode sistem Karamba Jaring Tancap.
atau 1 tahun. Penerimaan yang
Modal Investasi Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap
Harga Satuan Jumlah
No. Jenis Investasi Jumlah
(Rp) (Rp)
1. Jaring pembesar 400.000 16 piece 6.400.000
2. Jaring pemeliharaan benih 250.000 8 piece 2.000.000
3. Jaring operasional 75.000 1 buah 75.000
4. Tali jarring 150.000 10 kg 1.500.000
5. Tali ris 100.000 3 kg 300.000
6. Bambu 30.000 20 ujung 600.000
7. Perahu 3.000.000 1 unit 3.000.000
8. Motor tempel 1.500.000 1 unit 1.500.000
Total Ivestasi 15.375.000
Sumber : Data primer pembudidaya ikan Desa Talikuran, 2016

Struktur Biaya penting dalam penetapan strategi harga


Biaya merupakan faktor yang (Machfoedz (2005) dalam Kowarin
menjadi dasar penetapan harga yang (2015).
diterapkan pada produk.Perusahaan Untuk melakukan usaha budidaya
menginginkan agar harga yang ikan sistem Karamba Jaring Tancap,
ditetapkan dapat mencakup semua biaya selain modal investasi pelaku usaha
untuk memproduksi, mendistribusikan tentunya menyediakan juga biaya-biaya
dan menjual produk serta tingkat laba lain seperti biaya tetap dan biaya tidak
yang sesuai dengan upaya yang tetap.
dilakukan dan resiko yang 1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
dihadapi.Biaya merupakan elemen

_______________________________________________________________________________________________________
322 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Ibrahim (2003) dalam Kowarin Biaya ini akan tetap dikeluarkan


(2015) menyatakan bahwa biaya meskipun tidak melakukan aktivitas
tetap (fixed cost) adalah biaya yang apapun. Untuk biaya tetap yang
tidak berubah selama proses dikeluarkan pada usaha budidaya
produksi berlangsung, merupakan ikan sistem Karamba Jaring Tancap
jenis biaya yang bersifat statis (tidak dihitung dalam tiga periode atau
berubah) dalam ukuran tertentu. satu tahun.
Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap
Jumlah Biaya
No. Biaya Tetap (Perawatan)
(Rp)
1. Pembersihan jaring 5 x 3 periode x Rp. 100.000 1.500.000
2. Perbaikan jaring 2 x 3 periode x Rp. 100.000 300.000
3. Penyusutan jaring 5 tahun 20% x Rp. 15.375.000 3.075.000
Total Biaya Tetap 4.875.000
Sumber : Diolah data primer pembudidaya ikan Desa Talikuran, 2016

2.
Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) tetap dan bersifat dinamis. Biaya ini
Ibrahim (2005) dalam Kowarin mengikuti banyaknya jumlah unit
(2015) menyatakan bahwa biaya yang diproduksi ataupun banyaknya
tidak tetap (variable cost) aktivitas yang dilakukan.Untuk biaya
merupakan biaya yang berubah tidak tetap yang dikeluarkan pada
sepanjang proses produksi usaha budidaya ikan sistem
berlangsung, jenis biaya ini Karamba Jaring Tancap dihitung
difungsikan untuk melengkapi biaya dalam tiga periode atau satu tahun.

Biaya Tidak Tetap Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap
Jumlah Biaya
No. Biaya Tidak Tetap (Operasional)
(Rp)
1. Benih ikan 1.000 ekor x 3 periode x Rp. 150 450.000
2. Pakan ikan 10 sak x 3 periode x Rp. 465.000 13.950.000
3. Biaya kerja 1 orang x 3 periode x Rp. 350.000 1.050.000
Total Biaya Tidak Tetap 15.450.000
Sumber : Diolah data primer pembudidaya ikan Desa Talikuran, 2016

Jadi total biaya/total cost (TC) yang Pemasaran/Penjualan Ikan


dikeluarkan dalam usaha budidaya ikan Untuk pemasaran/ penjualan ikan
sistem Karamba Jaring Tancap sebesar : dilakukan dengan perhitungan berikut ini:
Biaya tetap + Biaya variabel = Rp. Hasil 450 kg x 3 periode x Rp. 25.000 =
4.875.000 + Rp. 15.450.000 Rp. 33.750.000
= Rp. 20.325.000
Dalam menganalisis kelayakan Penerimaan/Operating Profit (OP)
usaha budidaya ikan sistem Karamba Operating profit (OP) yaitu
Jaring Tancap penulis menggunakan keuntungan usaha budidaya ikan yang
rumus sederhana sesuai yang telah merupakan selisih antara seluruh
dicantumkan pada metodologi penelitian pendapatan kotor dengan biaya tidak
yaitu : tetap. Rumus yang digunakan untuk
menghitung besarnya Operating Profit
(OP) pada usaha ini yaitu :

_______________________________________________________________________________________________________
323 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

OP = TR – VC
= Rp. 33.750.000 – Rp. 15.450.000 Rentabilitas
= Rp. 18.300.000 Rentabilitas yaitu ratio keuntungan
Oprating profit dari usaha ini bersih dengan investasi dalam satu unit
sebesar Rp. 18.300.000 merupakan usaha. Untuk mengetahui rentabilitas
keuntungan yang diperoleh dan dapat usaha budidaya ikan sistem Karamba
digunakan untuk biaya produksi Jaring Tancap yaitu dihitung dengan
berikutnya. menggunakan rumus :

Total Keuntungan
Keuntungan usaha budidaya ikan Jadi, rentabilitas yaitu ratio
sistem Karamba Jaring Tancap yang keuntungan bersih dengan investasi dari
dilakukan oleh pembudiaya ikan di Desa sistem Karamba Jaring Tancap dalam
Talikuran yaitu sebesar Rp. 13.425.000 satu unit usaha yaitu 87,32%
yang didapatkan dari hasil perhitungan
total penerimaan yang telah dikurangi Analisis Imbangan/Benefit Cost Ratio
dengan total biaya. (BCR)
π = TR – TC Benefit cost ratio (BCR) yaitu
π = Rp. 33.750.000 – Rp. 20.325.000 perkiraan manfaat yang diharapkan pada
= Rp. 13.425.000 waktu mendatang atau ratio penerimaan
Net profit atau keuntungan dengan seluruh pengeluaran. Apabila
absoulut sebesar Rp.13.425.000 BCR > 1 maka usaha tersebut layak
sehingga dapat dijamin dijalankan.
keberlangsungannya karena keuntungan Rumus BCR :
bersifat positif. Namun jika keuntungan
dalam satu tahun sebesar Rp.
13.425.000,-dikali pendapatan perbulan Usaha budidaya ikan sistem
dari setiap pembudidaya ikan Karamba Jaring Tancap layak untuk
sebesarRp. 1.118.750. Hasil ini pada dijalankan karena memiliki nilai BCR
dasarnya tidak cukup untuk memenuhi lebih dari satu yaitu 1,66.
kebutuhan hidup bagi setiap keluarga
pembudidaya ikan, untuk itu dalam Jangka Waktu Pengembalian/Payback
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Period(PP)
dibantu pendapatan dari istri berupa Analisis jangka waktu
hasil warung, hasil kantin (makanan dan pengembalian/payback period (PP)
Minuman), petibo dan Pegawai Negeri bertujuan untuk mengetahui tingkat
Sipil (PNS). pengembalian investasi yang telah
ditanamkan pada suatu usaha. Untuk
Profit rate atau tingkat keuntungan : mengetahui jangka waktu
pengembalian/payback period (PP)
investasi pada usaha budidaya ikan
Profit rate atau tingkat keuntungan sistem Karamba Jaring Tancap Desa
yang diperoleh sebesar 66,06% Talikuran yaitu dengan cara melakukan
sehingga usaha budidaya yang perihitungan sebagai berikut :
dijalankan oleh pembudidaya ikan sistem Rumus, PP = I/TL x 1 tahun
Karamba Jaring Tancap Desa Talikuran
menguntungkan.

_______________________________________________________________________________________________________
324 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

1. BEP (Penjualan) =
Biaya investasi yang dikeluarkan
untuk usaha budidaya ikan sistem = Rp. 4.875.000
Rp. 15.450.000
Karamba Jaring Tancap akan kembali I–
Rp. 33.750.000
dalam jangka waktu 1,15 tahun atau = Rp. 4.875.000
dalam jangka waktu 1 tahun 1 bulan 24 1 – 4.875.000
Rp. Rp. 0,46
hari. = Rp. 0,54

Break Event Point (BEP) = Rp. 9.027.777


Break event point (BEP)
merupakan parameter analisis yang BEP Penjualan
digunakan untuk mengetahui batas nilai 2. BEP (Satuan) = Harga Satuan (kg)
produksi atau volume produksi pada =
usaha budidaya ikan sistem Karamba = 361,11 kg
Rp. 9.027.000
Jaring Tancap mencapai titik impas, Rp. 25.000/(kg)
yaitu tidak untung atau tidak rugi. Pada Artinya kegiatan usaha budidaya
keadaan ini keuntungan atau kerugian ikan sistem Karamba Jaring Tancap
sama dengan nol. Nilai BEP (penjualan) akan mengalami titik impas apabila telah
dan nilai BEP (satuan) pada usaha menjual sebanyak 361,11 kg
budidaya ikan sistem Karamba Jaring berdasarkan berat dengan harga jual
Tancap (Gambar 1). ikan seharga Rp. 9.027.777.
FC
VC
I – TR

Grafik BEP Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap

KESIMPULAN DAN SARAN ±600 m di atas permukaan laut. Desa


Kesimpulan Talikuran merupakan salah satu dari
1. Desa Talikuran merupakan salah satu 11 desa yang berada di wilayah
desa dalam wilayah Kecamatan Kecamatan Remboken Kabupaten
Remboken Kabupaten Minahasa Minahasa.
yang berada di sebelah Barat Danau 2. Umur pembudidaya ikan sistem
Tondano, berada pada ketinggian Karamba Jaring Tancap Desa

_______________________________________________________________________________________________________
325 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Talikuran 30-40 tahun 22,2%, 41-50 DAFTAR PUSTAKA


tahun 55,6% dan umur > 51 tahun
22,2%. Untuk tingkat pendidikan Bambang, S. dkk. 1999. Biota Danau Tondano :
Tinjauan Kualitas Perairan. Kerjasama Dinas
yaituSD22,2%, SLTP22,2%, SLTA Pekerjaan Umum Propinsi Sulawesi Utara
55,6% dan Akademi/Perguruan Tinggi dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
tidak ada. UNSRAT.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa
3. Karamba Jaring Tancap ini memiliki Dalam Angka. 2012. 234 hal.
ukuran yaitu 4m x 3m x 1 m artinya Gittinger, 1986. http://www/google.co.id/search 2 q=
panjang jarring 4 meter, lebar 3 meter jurnal pengembangan usaha karamba jaring
kedalaman 1 meter. Dalam satu tancap& ie = utf_88loe.
Kadariah, 1995. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomi.
usaha Karamba Jaring Tancap Edisi Kedua. Fakultas Universitas Indonesia.
terdapat 4 sampai 23 unit jaring. Jakarta.
4. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Kadariah, 1988. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomi.
LPEE-UI. Jakarta.
total pendapatan dari usaha Karamba Korah, J.H. 2000.Dampak Usaha Budidaya Ikan
Jaring Tancap dalam 3 periode (per Karamba Jaring Tancap Terhadap Tingkat
tahun) sebesar Rp. 33.750.000 dan Pendapatan di Danau Tondano.
Kowarin, E. 2015. Analisis Finansial Usaha
total Pengeluaran Rp. 20.325.000. Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) di
Berdasarkan hasil analisis ternyata Desa Warukapas Kecamatan Dimembe
usaha budidaya ikan Nila sistem Kabupaten Minahasa Utara. Skripsi. Fakultas
Karamba Jaring Tancap layak untuk Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
dikembangkan. Mantjoro, 2010. Bahan Ajar Manajemen
Pengembangan Usaha Perikanan. Fakultas
5.2. Saran Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT.
Mulyadi, 1993. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga
1. Perlu adanya pengawasan dari Pokok dan Pengendalian Biaya. BPFE,
pemerintah mengenai usaha Yogyakarta.
budidaya dalam penanganan hasil Nasir, M., 1994. Metode Penelitian. Chalia Indonesia,
Jakarta.
panen agar tetap segar dan rapi Nastiti, A.S., Nuronia, S.E Purmaningtias dan E.S
pengaturannya untuk dipasarkan. Kartaninghardja. 2001.
2. Harus ada keseriusan dari semua Penelitian Daya Dukung Perairan Waduk
pihak terutama pemerintah daerah Jatiluhur Untuk Budidaya Ikan Dalam Karamba
Jaring Tancap. Jurnal Penelitian Perikanan
Kabupaten Minahasa untuk Indonesia, 7 (2) : 15-21 Hal.
memperhatikan keadaan Nicholson, W. 1999. Teori Ekonomi Mikro. PT. Raja
pembudidaya ikan sistem Karamba Grafindo Persada, Jakarta.
Primyastanto, 2010. Manajemen Bisnis. Univeristas
Jaring Tancap (KJT) khususnya pada Brawijaya Press.Malang 255 hal.
permodalan. Rahardi, F. Regina, K., Nazzaruddin. 1993.
3. Perlu adanya penyuluhan dari Dinas Agribisnis Perikanan. Penerbar Swadaya.
Jakarta.
Kelautan dan Perikanan khususnya Santoso, G. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kabupaten Minahasa tentang cara dan Kualitatif. Prestasi Pustaka. Jakarta.
pemberian pakan ikan yang sesuai Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode
dengan berat badan ikan. Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta.
Tribun,
4. Perlu adanya perhatian dan bantuan 2016.http://manado.tribunnews.com/2016/04/3
dari pemerintah dalam bentuk 0/sistem-pengupahan-di-sulut-akan-diganti-
pelatihan pembuatan pakan ikan agar bukan-lagi-upk&ei=3kQ5d9OI&Ic=id. Diunggah
tanggal 14 Juli 2016 jam 19.00 wita.
supaya para pembudidaya ikan dapat
Uno, 1996. Studi Parameter Fisik-Kimia dan Biologi
membuat pakan / pellet sendiri. di Perairan Umum Danau
Tondano. Fakultas Pertanian.

_______________________________________________________________________________________________________
326 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

PENGARUH KUALITAS LAYANAN PENGUSAHA MANDIRI “YUSUF KASIM”


TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DALAM USAHA PERDAGANGAN
IKAN DEMERSAL ANTAR KOTA MANADO
Juan Romel Daud1, Jardie A. Andaki2, Christian R. Dien2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
1)
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Koresponden email : romeldaud@gmail.com
Abstract
In carrying out the demersal fish trading business between cities many owners of capital or entrepreneurs who are
less concerned about the quality of services provided to customers in various aspects. The problem formulation in
this study, namely how to influence the quality of inter-city services independent entrepreneurs "Yusuf Kasim" to
customer satisfaction demersal fish in Manado City? The purpose of this study was to determine the variables that
affect what services the customer satisfaction demersal fish in the city of Manado.
The method used in this study is a survey method. Survey method is a study that takes a sample of the population
and the questionnaire as a data collection tool that principal (Singarimbun and Effendi, 1995). The final result of the
data collection form a complete picture of the issues presented in the form of tables of data and variables were
analyzed quantitatively. The variables measured in this study are: 1) timeliness in deliveries of fish, namely the
difference between the time of booking and arriving fish were booked (the day), 2) the stability of the price of fish,
namely fluctuations in the price of fish were booked (RM), 3 ) quality of the fish is requested, namely the level of
freshness of the fish orders, and 4) the suitability of fish products, which match the ordered fish and fish received. In
order to determine the model of customer satisfaction, which marked a long time consumers patronize demersal fish,
used multiple regression analysis.
Based on the results and discussion can be concluded as follows: 1) customer satisfaction products demersal fish
between cities is generally determined by the stability of prices and quality of fish order, 2) linear regression equation
for inventory decisions demersal fish in the city of Manado, namely: Y = 1, 40 to 1.15 X1 + 0.875 X2 + 1.28 + 0.25 X3
X4 with the relationship (R2 = 0.84), 3) the variable X1 (Timeliness), X2 (price stability), X3 (Fish Quality) and X4
(Product Conformity) jointly affect Y, 4) partial effect variables are variables X2 and X3, namely price stability and the
quality of fish order to customer satisfaction.
Keyword: demersal, trade, service, satisfaction

Abstrak
Dalam menjalankan usaha perdagangan ikan demersal antar kota banyak pemilik modal atau pengusaha yang
kurang memperhatikan mengenai kualitas layanan yang diberikan kepada para pelanggan dalam berbagai aspek.
Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh kualitas layanan antar kota pengusaha mandiri
“Yusuf Kasim” terhadap kepuasan pelanggan ikan demersal di Kota Manado? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui variable-variabel layanan apa saja yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan ikan demersal di
kota Manado.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei merupakan penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Hasil akhir pengumpulan data berupa gambaran lengkap permasalahan yang
disajikan dalam bentuk tabel-tabel data dan variabel-variabel yang dianalisis secara kuantitatif. Variabel-variabel
yang diukur dalam penelitian ini ialah : 1) ketepatan waktu dalam mengantar pesanan ikan, yaitu selisih waktu
pemesanan dan waktu tiba ikan yang dipesan (hari), 2) kestabilan harga ikan, yaitu fluktuasi harga ikan yang
dipesan (Rp), 3) kualitas ikan yang diminta, yaitu tingkat kesegaran ikan pesanan, dan 4) kesesuaian produk ikan,
yaitu kecocokan ikan yang dipesan dan ikan yang diterima. Guna menentukan model kepuasan konsumen, yang
ditandai lama waktu berlanggan konsumen ikan demersal, digunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) kepuasan pelanggan produk ikan
demersal antar kota pada umumnya ditentukan oleh kestabilan harga dan kualitas ikan pesanan, 2) persamaan
regresi linear untuk keputusan persediaan ikan demersal di Kota Manado, yaitu : Y = 1,40 - 1,15 X1 + 0,875 X2 + 1,28
X3 + 0,25 X4 dengan keeratan hubungan (R2 = 0,84), 3) variabel X1 (Ketepatan Waktu), X2 (Kestabilan Harga), X3
(Kualitas Ikan) dan X4 (Kesesuaian Produk) secara bersama-sama mempengaruhi Y, 4) variabel yang berpengaruh
secara parsial adalah variable X2 dan X3, yaitu kestabilan harga dan kualitas ikan pesanan terhadap kepuasan
pelanggan.
Kata kunci :

PENDAHULUAN Kualitas layanan merupakan


salah satu hal dasar dalam menjalani
_______________________________________________________________________________________________________
327 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

usaha yang bergerak di bidang membandingkan layanan yang


jasa.Dalam arti luas, kualitas layanan diberikan. Apabila konsumen merasa
adalah segala bentuk aktivitas yang benar-benar puas, mereka akan
dilakukan dalam upaya pemenuhan membeli ulang serta memberi
kebutuhan konsumen atau pelanggan rekomendasi kepada orang lain
demi tercapainya kepuasan konsumen untuk membeli di tempat yang sama.
atau pelanggan tersebut.Dalam setiap Oleh karena itu perusahaan harus
usaha yang bergerak di bidang jasa, memulai memikirkan pentingnya
kualitas layanan yang baik sangat layanan terhadap pelanggan secara lebih
dibutuhkan demi kepuasan konsumen. matang melaui kualitas layanan, karena
Dengan pemberian kualitas layanan kini semakin disadari bahwa layanan
yang baik kelangsungan usaha yang (kepuasan pelanggan) merupakan
dijalankan akan semakin bertumbuh aspek vital dalam mempertahankan
pesat seiring dengan itu pula akan bisnis dan memenangkan persaingan
semakin banyak konsumen atau (Tjiptono, 2004).
pelanggan yang didapat. Pemberian kualitas layanan yang
Pada era globalisasi, produk baik dalam usaha perdagangan ikan
atau jasa yang bersaing dalam satu demersal antar kota memudahkan para
pasar semakin banyak dan beragam pemilik modal atau pengusaha untuk
akibat keterbukaan pasar.Sehingga mendapatkan pelanggan sehingga para
terjadilah persaingan antar produsen pengusaha dapat lebih efisien dan efektif
untuk dapat memenuhi kebutuan dalam proses perdagangan ikan
konsumen serta memberikan kepuasan demersal yang akan dipasarkan kepada
kepada pelanggan secara maksimal, para pelanggan. Pada usaha
karena pada dasarnya tujuan dari suatu perdagangan ikan demersal antar kota
bisnis adalah untuk menciptakan rasa sendiri kualitas layanan terhadap
puas pada pelanggan.Salah satu konsumen atau pelanggan sangat
tindakan untuk memuaskan konsumen berpengaruh dalam kelangsungan usaha
adalah dengan cara memberikan tersebut.
pelayanan kepada konsumen dengan Hal ini dikarenakan, pemilik
sebaik-baiknya. Kenyataan ini bisa modal atau pengusaha tersebut harus
dilihat, bahwa ada beberapa hal yang bisa membangun kepercayaan terhadap
dapat memberikan kepuasan konsumen atau pelanggan lewat kualitas
pelanggan yaitu nilai total pelanggan layanan yang diberikan sehingga dengan
yag terdiri dari nilai produk, nilai sendirinya kerjasama yang terjalin dapat
pelayanan, nilai personal, nilai image memberikan keuntungan lebih dalam
atau citra, dan biaya total pelanggan menjalankan usaha. Hal-hal penting
yang terdiri dari biaya moneter, biaya yang perlu diperhatikan dalam
waktu, biaya tenaga, dan biaya pikiran menjalankan usaha perdagangan ikan
(Kotler, 2000). demersal antar kota demi tercapainya
Kualitas layanan yang baik di kepuasan konsumen atau pelanggan,
dalam suatu perusahaan, akan yaitu ketepatan waktu, kestabilan harga,
menciptakan kepuasan bagi para kualitas ikan yang minta, dan kesesuaian
konsumennya. Setelah konsumen produk.
merasa puas dengan produk atau jasa
yang diterimanya, konsumen akan Perumusan Masalah

_______________________________________________________________________________________________________
328 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Dalam menjalankan usaha sampel dari satu populasi dan


perdagangan ikan demersal antar kota menggunakan kuesioner sebagai alat
banyak pemilik modal atau pengusaha pengumpul data yang pokok
yang kurang memperhatikan mengenai (Singarimbun dan Effendi, 1995). Hasil
kualitas layanan yang diberikan kepada akhir pengumpulan data berupa
para pelanggan dalam berbagai aspek. gambaran lengkap permasalahan yang
Perumusan masalah dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel-tabel data
ini, yaitu bagaimana pengaruh kualitas dan variabel-variabel yang dianalisis
layanan antar kota pengusaha mandiri secara kuantitatif.
“Yusuf Kasim” terhadap kepuasan
pelanggan ikan demersal di Kota Teknik Pengumpulan Data
Manado? Pengumpulan data dilakukan
Tujuan dan Manfaat Penelitian pada pengusaha mandiri “Yusuf Kasim”
Tujuan Penelitian dan pelanggan usaha perdagangan ikan
Tujuan dari penelitian ini adalah demersal di kota Manado yang menjual
untuk mengetahui variable-variabel produk perikanan dalam bentuk
layanan apa saja yang berpengaruh makanan siap saji. Dalam penelitian ini
terhadap kepuasan pelanggan ikan diambil 15 sampel rumah makan, yaitu
demersal di kota Manado. Rumah Makan (RM) Wahaha, Wisata
Bahari (Bahu Mall), Green Garden,
Manfaat Penelitian Wisata Bahari (Mantos), Raja Sate, Cafe
Manfaat yang diharapkan dalam Amole, Miengsing, Cafe Ritz, Cafe Cumi-
penelitian ini, antara lain: Cumi, d’Fish, Taipan, Rembulan,
1. Dapat menerapkan pengetahuan Syaloom, Sabrina, City Extra dengan
yang didapat dalam hasil seorang pemasok ikan, yaitu Yusuf
pembahasan penelitian ini di dalam Karim. Pengambilan data sampel
lingkungan usaha yang sebenarnya. dilakukan dengan pengisian kuisioner,
2. Bagi para pemilik modal atau observasi, dan wawancara langsung
pengusaha di bidang perdagangan dengan pemilik usaha rumah makan.
ikan demersal antar kota agar bisa
lebih mengetahui pengaruh kualitas Jenis Data yang Diambil
layanan terhadap para pelanggan Data yang diambil meliputi data
demi kesuksesan usaha yang primer dan data sekunder, yaitu :
dijalankan. 1. Data primer merupakan data yang
3. Sebagai acuan untuk penelitian- diperoleh dengan cara mendatangani
penelitian sejenis selanjutnya. responden di lokasi penelitian dan
melakukan wawancara secara
METODE PENELITIAN langsung dengan menggunakan
Metode Penelitian daftar pertanyaan yang sudah
Metode penelitian pada dasarnya disediakan. Data primer itu meliputi :
merupakan cara ilmiah untuk nama pemilik rumah makan, umur,
mendapatkan data dengan tujuan dan jenis kelamin, pendidikan, agama,
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2001). nama rumah makan, banyaknya
Metode yang digunakan dalam penelitian pergantian pemasok ikan, lama
ini adalah metode survei. Metode survei usaha, pekerjaan sampingan serta
merupakan penelitian yang mengambil

_______________________________________________________________________________________________________
329 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

data lainnya sesuai keperluan program aplikasi pengolah data Minitab


penelitian. 13.0. Adapun dalam penelitian ini
2. Data sekunder, yaitu data yang menggunakan skala likert yang
diambil dari instansi pemerintah digunakan dalam riset berupa survei.
(Dinas Kelautan dan Perikanan, BPS, Skala likert adalah skala yang digunakan
BAPEDA, PEMDA) untuk melengkapi untuk mengukur persepsi, sikap atau
data primer. pendapat seseorang atau kelompok
mengenai sebuah peristiwa atau
Pengukuran Variabel fenomena sosial. Penggunaan skala ini
Variabel-variabel yang diukur digunakan dalam penelitian jenis survei
dalam penelitian ini adalah : deskriptif. Nama skala ini diambil dari
1. Ketepatan waktu dalam nama penciptanya Rensis Likert, yang
mengantar pesanan ikan, yaitu menerbitkan suatu laporan yang
selisih waktu pemesanan dan menjelaskan penggunaannya.
waktu tiba ikan yang dipesan Sewaktu menanggapi
(hari). pertanyaan dalam skala Likert,
2. Kestabilan harga ikan, yaitu responden menentukan tingkat
fluktuasi harga ikan yang dipesan persetujuan mereka terhadap suatu
(Rp). pernyataan dengan memilih salah satu
3. Kualitas ikan yang diminta, yaitu dari pilihan yang tersedia. Peneliti
tingkat kesegaran ikan pesanan. mengumpulkan item-item yang cukup
4. Kesesuaian produk ikan, yaitu banyak, relevan dengan masalah yang
kecocokan ikan yang dipesan sedang diteliti, dan terdiri dari item yang
dan ikan yang diterima. cukup jelas disukai dan tidak disukai.
Kemudian item-item ini dicoba
Analisis Data kepada sekelompok responden yang
Guna menentukan model cukup representatif dari populasi yang
kepuasan konsumen, yang ditandai lama ingin diteliti. Responden diatas diminta
waktu berlanggan konsumen ikan untuk mengecek setiap item, apakah ia
demersal, digunakan analisis regresi menyenangi (+) atau tidak (-). Respon
berganda: tersebut dikumpulkan dan jawaban yang
Y= a + 1X1 +  2X2 + 3X3 + 4X4 +  memberikan indikasi menyenangi diberi
Keterangan: skor tertinggi. Dalam penelitian ini
Y = Kepuasan pelanggan/lama digunakan nilai 1-5 dengan angka 5
berlangganan (bulan)
X1 = Ketepatan waktu (hari) untuk yang tertinggi dan 1 untuk yang
X2 = Kestabilan harga (Rp) terendah. Pada variabel X1 (Ketepatan
X3 = Kualitas ikan pesanan Waktu) nilai 5(1-3 hari) berarti sangat
X4 = Kesesuaian produk
A = Konstanta, yaitu nilai Y jika X1 dan
baik, 4(4-6 hari) baik, 3(7-9 hari) cukup
X2 = 0 baik, 2(10-12 hari) kurang baik, 1(>12
1, 2, 3 = Koefisien regresi, yaitu nilai hari) tidak baik. Variabel X2 (Kestabilan
peningkatan atau penurunan Harga Ikan) nilai 5 berarti sangat stabil, 4
variabel Y yang didasarkan pada
variabel X1, X2, X3 dan X4 stabil, 3 cukup stabil, 2 kurang stabil,
 = galat/error dan 1 tidak stabil. Variabel X3 (Kualitas
Ikan Yang Diminta) nilai 5 berarti sangat
Guna mempermudah analisis baik, 4 baik, 3 cukup baik, 2 kurang baik,
data, maka digunakan alat bantu 1 tidak baik. Varibel X4 (Kesesuaian

_______________________________________________________________________________________________________
330 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Produk) nilai 5 berari sangat sesuai, 4 9. John/Cafe Cumi-Cumi 6


10. Tjun/d’Fish 5
sesuai, 3 cukup sesuai, 2 kurang sesuai,
11. Stani/RM.Taipan 4
1 tidak sesuai. Dan nilai Y merupakan 12. Yulin/RM.Rembulan 4
lama berlangganan (bulan). 13. Vian/RM.Syaloom 4
Dari hasil penelitian yang 14. Kui/RM.Sabrina 3
dilakukan pengusaha mandiri yang di 15. Leng/RM.City Extra 10
Sumber : Data primer, 2016
kota Manado berjumlah 10 pengusaha
diantaranya, yaitu Yusuf Kasim. Keadaan responden berdasarkan
Pemilihan pengusaha Yusuf Kasim lama berlangganan terlihat bahwa
dalam penelitian ini dibandingkan pemilik rumah makan yang
dengan pengusaha yang lain berlangganan selama 3 bulan tercatat 2
dikarenakan Yusuf Kasim ini merupakan orang, berlangganan 4 bulan tercatat
pengusaha yang paling lama bergerak ada 4 orang, berlangganan 5 bulan
dalam bidang perdagangan ikan tercatat ada 1 orang, berlangganan 6
demersal di kota manado dengan jumlah bulan tercatat ada 3 orang,
pelanggan yang ada di kota Manado berlangganan 7 bulan tercatat 2 orang,
sebanyak 15 rumah makan. Dan juga berlangganan 9 bulan tercatat 1 orang,
Yusuf Kasim ini merupakan pengusaha berlangganan 10 bulan tercatat 1 orang,
yang berdomisili di kota Manado dan berlangganan 11 bulan tercatat 1
sedangkan pengusaha lainnya sebagian orang. Jenis-jenis ikan yang ditawarkan
besar berdomisili di Kab.Bolaang dapat di lihat pada tabel berikut.
Mongondow dan juga Kota Gorontalo.
Jenis- Jenis Ikan Demersal yang Ditawarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pedagang Antar Kota pada Rumah Makan di Kota
Variabel Dependen Lama Berlanggan Manado
No. Nama Lokal Nama Latin
Variabel dependen dalam 1. Goropa merah Plectropomus
penelitian ini, yaitu kepuasan pelanggan (kerapu) leopardus
yang dinyatakan dengan lama 2. Goropa hitam Ephinephelus spp
berlanggan.Semakin lama konsumen 3. Kakap merah Lutjanus
argentimaculatus
berlanggan pada penyedia produk ikan 4. Kakap putih Lates calcalifer
demersal, maka gambaran tingkat 5. Bobara putih (ikan Caranx spp
kepuasan dapat dinyatakan secara kuwe)
6. Bobara laut Caranx ignobilis
kuantitatif. Lama berlanggan dihitung 7. Baronang Siganus sp
dalam satuan bulan. 8. Kakaktua Chlorurus sordidus
9. Cumi Loligo sp
Keadaan responden berdasarkan lama berlangganan Sumber : Data Primer (2016)
Lama
No. Nama Pemilik Berlangganan Terlihat jenis-jenis ikan yang
(bulan) menjadi ikan pesanan rumah makan/cafe
1. Pakaya/RM.Wahaha 11 dengan rata-rata pesanan 10 kg sampai 50
2. Fano/RM.Wisata Bahari 9
(Bahu Mall) kg.
3. Steven/RM.Green Garden 4
4. Emi/RM.Wisata Bahari 7 Variabel Indenpenden Ketepatan
(Mantos) Waktu, Kestabilan Harga Ikan,
5. Donny/RM.Raja Sate 6
6. Alex/Cafe Amole 7 Kualitas Ikan dan Kesesuaian Produk
7. Hartanto/RM.Miengsing 3 Pesanan
8. Rita/Cafe Ritz 6

_______________________________________________________________________________________________________
331 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

Berdasarkan variabel-variabel 3. Green Garden 5


4. Wisata Bahari, Mantos 5
yang diukur dalam penelitian ini, terlihat
5. Raja Sate 5
bahwa ketepatan waktu dalam 6. Amole 5
mengantar pesanan ikan, yaitu selisih 7. Mingsieng 8
waktu pemesanan dan waktu tiba ikan 8. Ritz 6
yang dipesan berkisar antara 4 – 8 hari 9. Cumi-Cumi 6
10. D’fish 6
setelah dipesan dan biasanya pada 11. Taipan 6
selang waktu tersebut semua rumah 12. Rembulan 5
makan masih mempunyai stok ikan atau 13. Syaloom 6
memesan ikan pada pemasok ikan lain. 14. Sabrina 8
15. City Extra 4
Gambaran tentang ketepatan waktu Sumber : Data Primer, 2016
dapat dilihat pada tabel berikut.
Turun-naiknya harga ikan pada
Layanan Ketepatan Waktu Pesanan Ikan
Demersal Pedagang Antar Kota penelitian ini didasarkan pada harga
pasar dan pada tabel berikut merupakan
Ketepatan
No. Nama Rumah Makan/Café harga ikan pada saat dilakukannya
Waktu (hari)
1. Wahaha 4 penelitian.
2. Wisata Bahari, Bahu Mall 4
Harga Ikan Demersal Pedagang Antar Kota
No. Jenis-Jenis Ikan Harga Ikan/ kg (Rp)
Goropa merah (kerapu) 75.000 – 85.000
1.
Plectropomus leopardus
Goropa hitam 50.000 – 60.000
2.
Ephinephelus spp
Kakap merah 50.000 – 65.000
3.
Lutjanus argentimaculatus
Kakap putih 35.000 – 50.000
4.
Lates calcalifer
Bobara putih (ikan kuwe) 50.000 – 55.000
5.
Caranx spp
Bobara laut 30.000 – 35.000
6.
Caranx ignobilis
Beronang 40.000 – 45.000
7.
Siganus sp
Kakaktua 30.000 – 35.000
8.
Chlorurus sordidus
Cumi 55.000 – 60.000
9.
Loligo sp
Sumber : Data Primer, 2016

Kualitas ikan pada penelitian ini penampakan luar yang cerah dan tidak
adalah tingkat kesegaran ikan. Ikan yang suram.
dipasarkan adalah ikan yang baru saja Daging ikan cukup lentur jika
ditangkap dan belum mengalami proses dibengkokkan, dan segara akan kembali
pengawetan maupun pengolahan lanjut, ke bentuknya semula apabila
atau ikan yang belum mengalami dilepaskan. Keadaan mata, dimana
perubahan fisik maupun kimia dan masih perubahan kesegaran ikan akan
mempunyai sifat yang sama ketika menyebabkan perubahan yang nyata
ditangkap. Biasanya ditandai dengan pada kecerahan matanya. Keadaan
indikator sebagai berikut : mempunyai insang dan sisik yang masih berwarna
_______________________________________________________________________________________________________
332 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

merah cerah. Kualitas ikan pesanan makan/cafe sebelum dibeli.


biasanya disortir oleh pemilik rumah
Tanda-tanda ikan segar dan ikan yang sudah tidak segar
No. Parameter Ikan Segar Ikan Tidak Segar
1. Kenampakan Cerah, terang, mengkilat, tak Suram, kusam, berlendir
berlendir
2. Mata Menonjol keluar Cekung, masuk ke dalam rongga mata
3. Mulut Terkatup Terbuka
4. Sisik Melekat kuat Mudah dilepaskan
5. Insang Merah cerah Merah gelap
6. Daging Kenyal, lentur Tidak kenyal, lunak
7. Anus Merah jambu, pucat Merah, menonjol keluar
8. Bau Segar, normal seperti rumput Busuk, bau asam
laut
9. Lain-lain Tenggelam dalam air Terapung diatas air

Kesesuaian produk biasanya Y = 1,40 - 1,15 X1 + 0,875 X2 + 1,28 X3 + 0,25


tergantung pada permintaan pemilik X4
rumah makan/cafe. Kesesuain produk
dimaksud yaitu apa yang dipesan baik Dapat dilihat bahwa nilai
jenis dan jumlah ikan sesuai saat tiba di konstanta (a) adalah 1,40. Hal ini berarti
lokasi atau rumah makan. jika jumlah ketepatan waktu, kestabilan
harga, kualitas ikan pesanan dan
Analisis Kepuasan Pelanggan kesesuaian produk bernilai 0, maka
Kepuasan pelanggan dinyatakan kepuasan pelanggan (lama berlanggan)
dengan lama berlanggan konsumen ikan bernilai positif 1,40.
demersal yang disediakan oleh Nilai koefisien regresi variabel 1
pedagang antar kota. Output hasil bernilai negatif yaitu 1,15. Hal ini dapat
analisis (Lampiran 1) menghasilkan diartikan bahwa setiap penurunan
persamaan atau model kepuasan ketepatan waktu sebesar 1 hari, maka
pelanggan, yaitu : kepuasan pelanggan (lama berlanggan)
Y= a + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 juga akan menurun sebesar 1,15 bulan.
Keterangan: Ketepatan merupakan variable penting
Y = Kepuasan pelanggan/lama
berlangganan (bulan)
terkait kestabilan suplai ikan demersal.
X1 = Ketepatan waktu (hari) Harapan konsumen untuk mendapat
X2 = Kestabilan harga (Rp) produk tepat waktu merupakan fungsi
X3 = Kualitas ikan pesanan kepuasan, seperti yang dikemukakan
X4 = Kesesuaian produk
a = Konstanta, yaitu nilai Y jika X1 oleh Band (1991), bahwa kepuasan
dan X2 = 0 pelanggan merupakan suatu tingkatan
1, 2, 3, 4 = Koefisien regresi, yaitu nilai dimana kebutuhan, keinginan dan
peningkatan atau penurunan
variabel Y yang didasarkan
harapan dari pelanggan dapat terpenuhi
pada variabel X1, X2, X3 dan X4 yang akan mengakibatkan terjadinya
pembelian ulang atau kesetiaan yang
Berdasarkan hasil analisis berlanjut.
regresi, maka nilai-nilai pada output Nilai koefisien regresi varibel
dimasukkan ke dalam persamaan kestabilan harga ikan (2) bernilai positif
regresi linear berganda ialah sebagai yaitu 0,875. Hal ini berarti setiap satuan
berikut : kestabilan harga, maka kepuasan

_______________________________________________________________________________________________________
333 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

pelanggan (lama berlanggan) juga akan dapat ditawarkan oleh satu pihak ke
meningkat sebesar 0,875 bulan. pihak yang lain, yang pada dasarnya
Kestabilan harga akan memungkinkan bersifat intangible (tidak berwujud fisik)
konsumen yang dalam penelitian ini dan tidak menghasilkan kepemilikan
pada umumnya yaitu rumah makan sesuatu.Layanan merupakan perilaku
dapat dengan mudah menentukan produsen dalam rangka memenuhi
harga jual produk ikan demersal setelah kebutuhan dan keinginan konsumen
diproses menjadi makanan siap saji. demi tercapainya kepuasan pada
Dengan demikian kepuasan dapat konsumen itu sendiri.Kotler juga
meningkat menurut kestabilan harga mengatakan bahwa perilaku tersebut
yang diharapkan. Hal ini sama seperti dapat terjadi pada saat, sebelum dan
yang diungkapkan Tjiptono (2000), sesudah terjadinya transaksi.
hakikatnya pengukuran kualitas suatu
jasa atau produk dapat diperoleh melalui Analisis Hubungan
pengukuran atas kepuasan
pelanggannya yang ditunjukkan melalui Analisis Hubungan dilakukan
variabel harapan dan kinerja yang untuk melihat apakah ada hubungan
dirasakan pelanggan atau perceived yang erat antara variabel independen X1,
performance. Lebih jauh lagi Kotler X2, X3 dan X4 terhadap variabel
(1997), berpendapat bahwa jasa dapat dependen Y. Untuk melakukan analisis
diperingkat menurut kepentingan hubungan, penulis dibantu oleh aplikasi
pelanggan (costumer importance) dan program pengolah data MINITAB versi
kinerja perusahan (company 13,0 (Lampiran 1).
performance). Dari hasil ouput, nilai R berkisar
Nilai koefisien regresi variabel antara 0 sampai 1, jika mendekati 1
kualitas ikan pesanan (3) bernilai positif maka hubungan semakin erat tetapi jika
yaitu 1,28. Dapat diartikan bahwa setiap mendekati 0 maka hubungan semakin
peningkatan kualitas ikan pesanan, lemah. Untuk nilai R pada Lampiran 1,
maka kepuasan pelanggan (lama didapat 0,84 artinya korelasi antara
berlanggan) juga akan meningkat ketepatan waktu, kestabilan harga,
sebesar 1,28 bulan. Demikian juga nilai kualitas ikan pesanan dan kesesuaian
koefisien regresi variabel kesesuaian produk terhadap kepuasan pelanggan
produk (4) bernilai positif yaitu 0,25. (lama berlanggan) sebesar 0,942. Hal ini
Dapat diartikan bahwa setiap berarti terjadi hubungan yang sangat
kesesuaian produk ikan pesanan, maka erat (nilai mendekati 1).
kepuasan pelanggan (lama berlanggan) Nilai R Square sebesar 0,84
juga akan meningkat sebesar 0,25 artinya presentase sumbangan pengaruh
bulan. variabel ketepatan waktu, kestabilan
Bentuk-bentuk layanan yang harga, kualitas ikan pesanan dan
mengutamakan kualitas ikan dan kesesuaian produk terhadap kepuasan
kesesuaian produk ikan demersal pelanggan (lama berlanggan) sebesar
merupakan hal yang diharapkan oleh 84,0%, sedangkan sisanya sebesar
konsumen.Harapan yang direalisasikan 16,0% dipengaruhi oleh variabel lain
merupakan layanan yang oleh Kotler yang tidak dimasukkan di dalam model
dalamTjiptono (2000), yaitu berarti ini. Adjusted R Square, adalah R Square
setiap tindakan atau perbuatan yang yang telah disesuaikan nilainya sebesar
78,2%.
_______________________________________________________________________________________________________
334 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

pelanggan (lama berlanggan), ceteris


Analisis Pengaruh secara Bersamaan paribus atau X2, X3 dan X4 konstan.
Output analisis menggunakan Variabel kestabilan harga (X2)
statistik uji F (Lampiran 1), yaitu uji nilai signifikansi ialah 0.077 (p<0,1), jadi
koefisien regresi secara bersama-sama kesimpulannya ada pengaruh secara
yang digunakan untuk menguji parsial kestabilan harga (X2) dengan
signifikansi pengaruh beberapa variabel kepuasan pelanggan (lama berlanggan),
independent terhadap variabel ceteris paribus.
dependent.Dalam hal ini digunakan Variabel kualitas ikan (X3) nilai
untuk menguji signifikansi pengaruh signifikansi sebesar 0,132 (p<0,1), jadi
ketepatan waktu, kestabilan harga, kesimpulannya ada pengaruh secara
kualitas ikan pesanan dan kesesuaian parsial antara kualitas ikan (X3) dengan
produk terhadap kepuasan pelanggan kepuasan pelanggan (lama berlanggan),
(lama berlanggan).Untuk pengambilan ceteris paribus. Sedangkan variabel
keputusan maka bisa dilihat nilai kesesuaian produk (X4) nilai signifikansi
signifikansinya (Sig). Jika signifikansi sebesar 0,852 (p>0,1), jadi
<0,1 maka kesimpulannya ada pengaruh kesimpulannya tidak ada pengaruh nyata
antara variabel ketepatan waktu, secara parsial antara kesesuaian produk
kestabilan harga, kualitas ikan pesanan (X4) dengan kepuasan pelanggan (lama
dan kesesuaian produk terhadap berlanggan), ceteris paribus.
kepuasan pelanggan (lama berlanggan). Variabel kestabilan harga (X2)
Jika signifikansi >0,1 maka tidak ada dan kualitas ikan (X3) menjadi variabel
pengaruh antara variabel ketepatan yang signifikan terhadap kepuasan
waktu, kestabilan harga, kualitas ikan pelanggan, disebabkan karena variabel
pesanan dan kesesuaian produk ini memegang peranan penting dalam
terhadap kepuasan pelanggan (lama keberlanjutan usaha rumah makan yang
berlanggan). menawarkan makanan produk ikan
Dari hasil output di atas diketahui demersal.Kestabilan harga merupakan
nilai signifikansinya ialah 0,000 (p<0,1), variabel yang dapat mempermudah
jadi kesimpulannya ada pengaruh secara usaha rumah makan menentukan harga
bersama-sama antara ketepatan waktu, makanan, sedangkan kualitas ikan
kestabilan harga, kualitas ikan pesanan merupakan produksi yang selalu dicari
dan kesesuaian produk terhadap konsumen.
kepuasan pelanggan (lama berlanggan).
KESIMPULAN DAN SARAN
Analisis Pengaruh Secara Parsial Kesimpulan
Analisis pengaruh secara parsial Berdasarkan hasil dan
digunakan untuk melihat apakah ada pembahasan dapat diambil kesimpulan
pengaruh antara variabel independen X1, sebagai berikut :
X2, X3 dan X4 terhadap variabel 1. Kepuasan pelanggan produk ikan
dependen Y. Hasil output (Lampiran 1) demersal antar kota pada umumnya
diketahui nilai signifikansi untuk variabel ditentukan oleh kestabilan harga dan
jumlah permintaan (X1) sebesar 0,358 kualitas ikan pesanan.
(p>0,1), jadi kesimpulannya tidak ada 2. Persamaan regresi linear untuk
pengaruh nyata secara parsial antara keputusan persediaan ikan demersal
ketepatan waktu (X1) dengan kepuasan di Kota Manado, yaitu : Y = 1,40 -
1,15 X1 + 0,875 X2 + 1,28 X3 + 0,25
_______________________________________________________________________________________________________
335 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195
AKULTURASI
Available online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi
_______________________________________________________________________________________________________

X4 dengan keeratan hubungan (R2 = Ibrahim, 1997. Prinsip-Prinsip Total Quality Service.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
0,84).
3. Variabel X1 (Ketepatan Waktu), X2 Kartajaya, H., 2002. Kartajaya on Marketing. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
(Kestabilan Harga), X3 (Kualitas Ikan)
dan X4 (Kesesuaian Produk) secara Kotler,P.,2002. Manajemen Pemasaran : Analisis Per
encanaan, Implementasi dan Kontrol , Edisi
bersama-sama mempengaruhi Y. Milenium, Jakarta: PT. Prenhalindo.
4. Variabel yang berpengaruh secara Lovelock, C.H., J.Wirtz, dan J. Chatterjee, 2007.
parsial adalah variable X2 dan X3, Service Marketing : People, Technology,
yaitu kestabilan harga dan kualitas Strategy. Sixth Edition. USA : Prentice Hall.
ikan pesanan terhadap kepuasan Lukman, S., 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan.
pelanggan. STIA LAN, Jakarta.
Mowen, J.C., 1995. Perilaku Konsumen dan
Saran Komunikasi Pemasaran. Alumni, Jakarta.
1. Perlu adanya tambahan variabel Musanto, T., 2004. Faktor-Faktor Kepuasan
pengamatan untuk mempertajam Pelanggan dan Loyalitas. Penerbit LP3ES,
hasil analisis kepuasan konsumen Jakarta.
khusus ikan demersal di Kota Parasuraman, A., V.A.Zeithaml dan L.L. Berry, 1998.
Manado. Servqual: A Multiple-Item Scale for Measuring
Consumer Perceptions of Service Quality,
2. Fluktuasi harga ikan disebabkan oleh Journal of Retailing Vol.64, No.1.
musim perlu diantisipasi pengusaha Singarimbun, M., E. Sofyan, 1995. Metode Penelitian
penyedia produk ikan demersal Survey. Penerbit LP3ES, Jakarta.
dengan melengkapi unit usaha Sugiyono, 2008.Metode Penelitian Pendidikan
dengan saran cold storage. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta, Bandung.
Sutopo dan Sugiyanti, 1997. Pelayanan Prima.
DAFTAR PUSTAKA Lembaga Administrasi RI, Jakarta.
Tjiptono, F., 2000. Strategi Pemasaran. Andi Offset,
Apridar, M., Karim, Suhana, 2011. Ekonomi Kelautan Yogyakarta.
dan Pesisir. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Tjiptono, F., 1996. Manajemen Jasa. Andi Offset,
Assauri, S. 1987, Manajemen Pemasaran : Dasar, Yogyakarta.
Konsep dan Strategi. PT.RadjaGrafindo
Persada, Jakarta. Umar, H., 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Band, O., 1991. Membangun Kepuasan Pelanggan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Walpole, R.E., 1995. Pengantar Statistik
(terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama,
Hanafiah, A., dan A.M Saefudin, 1986. Tata Niaga Jakarta.
Hasil Perikanan. Universitas Indonesia,
Jakarta.

_______________________________________________________________________________________________________
336 Vol. 4 No. 1 (April 2016)
ISSN. 2337-4195

Anda mungkin juga menyukai