Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Ekonomi ini dengan baik dan
tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memberikan penjelasan Tentang BUMD (Badan Usaha
Milik Daerah). Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu menambah wawasan kita
menjadi lebih luas lagi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 11
3.2 Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
f) Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan
rakyat
g) Sebagai sumber pemasukan Negara
h) Seluruh atau sebagian besar modalnya milik Negara
i) Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go
public
j) Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun
nonbank
k) Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di
pengadilan
Berdasarkan kategori sasarannya secara lebih detail, BUMD dibedakan menjadi dua
yaitu sebagai perusahaan daerah untuk melayani kepentingan umum yang bergerak di bidang
jasa dan bidang usaha. Tetapi, jelas dari kedua sasaran tersebut tujuan pendirian BUMD adalah
untuk meningkatkan PAD.
B. Kekurangan BUMD
1) Banyak fasilitas yang diperoleh dari Negara menjadikan pegawai kurang disiplin.
2) Pengelolaan BUMD kurang efisien, sehingga sering mengalami kerugian.BUMD
didirikan tentunya untuk membantu pemerintah dalam mengelola perekonomian di
tingkat regional.
viii
A. Transportasi Umum
Masyarakat tentu memerlukan jasa transportasi yang dapat mempermudah
mobilisasinya di masyarakat, sehingga pemerintah daerah mengembangkan BUMD dalam
bidang transportasi, Contohnya di Jakarta terdapat Transjakarta dan di Kota Bandung terdapat
Trans Metro Bandung (TMB)
C. Pengelolaan Pasar
Pasar menjadi tempat bertemunya masyarakat penjual dan masyarakat pembeli untuk
selling berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya. Keberadaan pasar sangat penting agar
masyarakat bisa dengan mudah menemukan barang yang menjadi kebutuhan hidupnya maupun
barang yang akan dip'erjualbelikannya. Hampir setiap provinsi kabupaten atau kota memiliki
perusahaan daerah yang mengelola pasar di daerahnya. Seperti di Jakarta terdapat PD. Pasar
Jaya yang mengelola pasar tradisional di wilayah Jakarta, di Makasar terdapat PD. Pasar
Makasar, di Surabaya terdapat PD. Pasar Surya Surabaya, di Kota Bandung terdapat PD. Pasar
Bermartabat, dan sebagainya
D. Jasa Perbankan
Melalui artikel sebelumnya, mungkin anda sudah mengetahui bahwa Bank berfungsi
sebagai lembaga intermediasi atau perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan
masyarakat yang kekurangan dana, baik untuk kegiatan produktif atau usaha maupun untuk
kebutuhan konsumtif. Oleh karena pentingnya peran bank, maka setiap pemerintah provinsi
mendirikan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Contohnya di Jakarta terdapat Bank DKI, di
ix
Jawa Barat terdapat Bankjabar dan Banten (BJB), di Sumatra Barat terdapat Bank Sumbar, di
Papua terdapat terdapat Bank Papua, di Bah terdapat Bank Bali, di Sulawesi Selatan terdapat
Bank Sulselbar, dan sebagainya.Selain jenis usaha di atas, di beberapa daerah adapula yang
mengembangkan BUMD yang bergerak dalam jasa asuransi seperti Asuransi ASKBIDA.
Adapula yang memiliki jenis kegiatan usaha dalam bidang properti, hotel, pariwisata dan
sebagainya.
b) Perusahaan daerah yang sebagian modalnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan
setelah dikeluarkan zakat yang dipandang perlu adalah
1) Untuk dana pembangunan daerah 8%.
2) Untuk anggaran belanja daerah 7%.
3) Selebihnya (85%) untuk pemegang saham dan untuk cadangan umum.
Dengan demikian Bagian laba perusahaan daerah yang jumlahnya relatif kecil
diberbagai daerah menjadi semakin kecil lagi dengan penetapan bagian daerah dalam
penggunaan keuntungan bersihnya yang diperuntukkan bagi penerimaan daerah yang relatif
kecil pula. Bahkan adakalanya pula pada daerah tertentu dan tahun-tahun anggaran tertentu
praktis Bagian laba perusahaan daerah itu “tidak terealisir” karena daerah sendiri terpaksa
menambah permodalan (atau investasi) pada BUMD yang bersangkutan yang jumlahnya sama
atau bahkan melebihi Bagian laba perusahaan daerah yang seharusnya disetorkan dalam
mendukung APBD daerah yang bersangkutan.
Dari Dari laporan hasil studi Biro Analisa Keungan Daerah Depkeu tentang Analisis
Kinerja Kinerja BUMN Non PDAM (1997) dikemukakan bahwa berbagai permasalahan yang
dihadapi BUMD dalam perjalanan hidupnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Lemahnya kemampuan manajemen perusahaan.
b) Lemahnya kemampuan modal usaha.
c) Kondisi mesin dan peralatan yang sudah tua atau ketinggalan dibandingkan usaha lain
yang sejenis.
d) Lemahnya kemampuan pelayanan dan pemasaran sehingga sulit bersaing.
e) Kurang adanya koordinasi antar BUMD khususnya dalam kaitannya dengan industri hulu
maupun hilir.
f) Kurangnya perhatian dan kemampuan atas pemeliharaan aset yang dimiliki, sehingga
rendahnya produktivitas, serta mutu dan ketepatan hasil produksi.
g) Besarnya beban administrasi, akibat relatif besarnya jumlah pegawai dengan kualitas
yang rendah.
xi
h) Masih dipertahankannya BUMD yang merugi, dengan alasan menghindarkan PHK dan
“kewajiban” pemberian pelayanan umum bagi masyarakat.]
Selain dari pada itu, dari berbagai pengamatan dan keluhan yang seringkali
disampaikan oleh pihak internal maupun eksternal dari perusahaan daerah sendiri adalah
adanya berbagai kendala lain dalam pembinaan dan pengembangan usaha BUMD tersebut.
Diantaranya dirasakan adanya campur tangan pemerintah daerah yang cukup besar atas
jalannya organisasi BUMD serta adanya keterbatasan kewenangan tertentu dalam
operasionalisasi perusahaan. Selanjutnya seringkali pula dalam penempatan direksi tidak
terlepas dari pertimbangan KKN atau kedekatan para calonnya dengan pimpinan daerah.
Dalam hubungan ini banyak pula penempatan direksi dan bahkan tenaga kerja yang kurang
didasarkan pada pertimbangan profesionalisme, keahlian dan keterampilaan, bahkan
adakalanya penempatan di perusahaan daerah itu sebagai “tempat buangan” bagi pejabat
tertentu yang tergeser kedudukannya.
xii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
BUMD perlu dioptimalkan pengelolaannya agar benar-benar menjadi kekuatan
ekonomi yang handal sehingga dapat berperan aktif, baik dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya maupun sebagai kekuatan perekonomian daerah. Laba dari BUMD diharapkan
memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Mengingat dipandang cukup pentingnya peran BUMD khususnya sebagai salah satu
sumber PAD di Daerah, maka tentu saja BUMD dituntut agar lebih profesional dan lebih
efisien dalam melaksanakan usahanya. Kebijakan dan upaya ke arah itu telah banyak
dilakukan, namum karena berbagai kendala, ternyata BUMD pada umumnya, khususnya di
luar PDAM dan BPD menunjukkan hasil yang belum menggembirakan.
Hal ini tampak, antara lain, relatif masih kecilnya peran dan kontribusi laba BUMD
dalam penerimaan PAD di daerah, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota.
Berikut ini pertama-tama dikemukakan seberapa jauh peran atau kontribusi PAD, baik provinsi
maupun kabupaten/kota, dalam penerimaan daerah seluruhnya. Kemudian dilanjutkan dengan
seberapa jauh pula peran atau kontribusi Bagian laba perusahaan.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini belum lengkap dan masih jauh dari
pengharapan, Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur yang penulis miliki
xiii
pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan terutama dari pembaca dan teman-teman.
Adanya kritikan yang membangun yang bisa melengkapi makalah ini di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
xiv