D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 2
MK : PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
DOSEN PENGAJAR :OKNALITA SIMBOLON M,Tr.Keb
NAMA NIM
INDAH RAJAGUKGUK 1901008
JULI SINAGA 1901009
JUNITA MANALU 1901010
NATALYA SIMAMORA 1901011
PANDE SIHOMBING 1901015
SRIDEVI SIREGAR 1901013
DIKA PURBA 2013003
HARTONI LUMBANGAOL 2013004
Puji dan syukur kita panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena telah
memberikan rahmatnya , atas rahmat dan hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Dampak Masif Korupsi” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Dosen kami Oknalita Simbolon
M,Tr.Keb selaku dosen Pendidikan Antikorupsi. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang di tekuni kami. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membentu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih kala jauh dari kata sempurna ,oleh karena itu,
kritik dan saran yang mebangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
(Kelompok II)
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB IV PENUTUP................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Laporan Bank Dunia, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang utangnya
parah, berpenghasilan rendah (severely indebted low income country) dan termasuk dalam
kategori negara-negara termiskin di dunia seperti Mali dan Ethiopia.
1
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
RP. 200.000.000,00 (satu miliar rupiah).
1.2Rumusan Masalah
Menjelaskan Dampak Ekonomi
Menjelaskan Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
Menjelaskan Dampak Birokrasi Pemerintahan
Menjelaskan Dampak terhadap Politik dan Demokrasi
Menjelaskan Dampak terhadap Penegakan Hukum
Menjelaskan Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan
Menjelaskan Dampak Kerusakan Lingkungan.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Dampak Ekonomi
Untuk mengetahui Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
Untuk mengetahui Dampak Birokrasi Pemerintahan
Untuk mengetahui Dampak terhadap Politik dan Demokrasi
Unntuk mengetahui Dampak terhadap Penegakan Hukum
Untuk mengetahui Menjelaskan Dampak Kerusakan Lingkunga
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DAMPAK EKONOMI
sebagian besar studi empiris setuju bahwa korupsi memiliki pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi, beberapa studi empiris lainnya menunjukkan hal
sebaliknya yang menyatakan bahwa dampak negatif korupsi terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak selalu terkonfirmasi bahkan cenderung berpengaruh positif.
Penelitian Wedeman(1997) menemukan bahwa banyak negara menikmati
pertumbuhan ekonomi yang pesat meskipun menghadapi tingkat korupsi yang
tinggi.
4
penghambat pertumbuhan investasi (Mauro: 1995). Berbagai organisasi
ekonomi dan pengusaha asing di seluruh dunia menyadari bahwa suburnya
korupsi di suatu negara adalah ancaman serius bagi investasi yang ditanam.
B. Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka
tidak dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal
ini terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk
bisa berkembang lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas.
Program peningkatan produksi dengan berbagai upaya seperti pendirian
pabrik-pabrik dan usaha produktif baru atau usaha untuk memperbesar
kapasitas produksi untuk usaha yang sudah ada menjadi terkendala dengan
tidak adanya investasi. Penurunan produktifitas ini juga akan menyebabkan
permasalahan yang lain, seperti tingginya angka PHK dan meningkatnya
angka pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah
kemiskinan masyarakat.
C. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
Ini adalah sepenggal kisah sedih yang dialami masyarakat kita yang ti
dak perlu terjadi apabila kualitas jalan raya baik sehingga tidak
membahayakan pengendara yang melintasinya. Hal ini mungkin juga tidak
terjadi apabila tersedia sarana angkutan umum yang baik, manusiawi dan
terjangkau. Ironinya pemerintah dan departemen yang bersangkutan tidak
merasa bersalah dengan kondisi yang ada, selalu berkelit bahwa mereka telah
bekerja sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
5
Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai
(BM), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB). Di
tingkat pemerintah daerah, dikenal juga beberapa macam pajak seperti Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Restoran, dan lain-lain. Pada saat ini
APBN sekitar 70% dibiayai oleh pajak di mana Pajak Penghasilan (PPh) dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPn) merupakan jenis pajak yang paling banyak
menyumbang. Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga
6
(PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) merupakan jenis pajak yang paling
banyak menyumbang. Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga
Dampak Masif Korupsi dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi,
di sisi lain pajak juga mempunyai fungsi redistribusi pendapatan, di mana
pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan digunakan untuk
pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan
pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya.
Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan
kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain
untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Kita
tidak bisa membayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap
pajak ini berlangsung lama, tentunya akan berakibat juga pada percepatan
pembangunan, yang rugi juga masyarakat sendiri, inilah letak ketidakadilan
tersebut.
E. Meningkatnya Hutang Negara
Kondisi perekonomian dunia yang mengalami resesi dan hampir
melanda semua negara termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa,
memaksa negara-negara tersebut untuk melakukan hutang untuk mendorong
perekonomiannya yang sedang melambat karena resesi dan menutup biaya
anggaran yang defisit, atau untuk membangun infrastruktur penting.
Bagaimana dengan hutang Indonesia? Korupsi yang terjadi di Indonesia akan
meningkatkan hutang luar negeri yang semakin besar. Dari data yang diambil
dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutang, Kementerian Keuangan RI,
disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011 mencapai
US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56 trilliun, sebuah angka yang
fantastis.
Posisi utang pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
2009, jumlah utang yang dibukukan pemerintah sebesar US$169,22 miliar
(Rp1.590,66 triliun). Tahun 2010, jumlahnya kembali naik hingga mencapai
US$186,50 miliar (Rp1.676,85 triliun). Posisi utang pemerintah saat ini juga
naik dari posisi per April 2011 yang sebesar US$197,97 miliar. Jika
menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp6.422,9 triliun, maka rasio
utang Indonesia tercatat sebesar 26%.
7
Bila melihat kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal
digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Apabila
hutang digunakan untuk menutup defisit yang terjadi, hal ini akan semakin
memperburuk keadaan. Kita tidak bisa membayangkan ke depan apa yang
terjadi apabila hutang negara yang kian membengkak ini digunakan untuk
sesuatu yang sama sekali tidak produktif dan dikorupsi secara besar-besaran.
korupsi dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku menyimpang baik yang
berasal dari ajakan atau niatan sendiri yang dilakukan secara sendiri atau bersama-sama
untuk mendapatkan keuntungan atau memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan
cara, baik sengaja maupun tidak sengaja melanggar aturan atau norma yang berlaku.
Bagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa dan
saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak langsung yang dirasakan oleh orang
miskin yakni semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan publik, rendahnya kualitas
pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagai pelayanan vital seperti air, kesehatan,
dan pendidikan. Kedua, dampak tidak langsung terhadap orang miskin yakni pengalihan
sumber daya milik publik untuk kepentingan pribadi dan kelompok, yang seharusnya
diperuntukkan guna kemajuan sektor sosial dan orang miskin, melalui pembatasan
pembangunan. Hal ini secara langsung memiliki pengaruh kepada langgengnya
kemiskinan.
8
3. Karena adanya kesengajaan di antara para pejabat untuk menerima -suap
dan menyalahgunakan kekuasaan yang mereka miliki, maka disiplin sosial
menjadi kendor, sementara efisiensi akan merosot
A. Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
Praktek korupsi yang terjadi menciptakan ekonomi biaya tinggi. Beban
yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost
economy. Dari istilah pertama di atas terlihat bahwa potensi korupsi akan
sangat besar terjadi di negara-negara yang menerapkan kontrol pemerintah
secara ketat dalam praktek perekonomian.
B. Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat
9
pemerintahan yang korup. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula
kejahatan.
E. Solidaritas Sosial Semakin Langka dan Demoralisasi
Korupsi yang begitu masif yang terjadi membuat masyarakat merasa tidak
mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Kepastian masa depan yang tidak jelas serta himpitan hidup yang semakin kuat
membuat sifat kebersamaan dan kegotong-royongan yang selama ini dilakukan
hanya menjadi retorika saja.
Solidaritas yang ditunjukkan adalah solidaritas palsu. Sudah tidak ada lagi
keikhlasan, bantuan yang tulus, solidaritas yang jujur apa adanya. Kondisi ini
akan menciptakan demoralisasi, kemerosotan moral dan akhlak khususnya bagi
generasi muda yang terus menerus terpapar oleh kepalsuan yang ditunjukkan oleh
para elit politik, pejabat penguasa, penegak hukum, artis dan selebritis yang
setiap hari bisa dilihat dari berbaga macam media.
10
adalah siapapun yang meneriakkan kejujuran justru akan diberikan sanksi
sosial dan politik oleh otoritas menteri, aparat penguasa bahkan oleh
masyarakat sendiri.
Banyak pejabat negara, wakil rakyat atau petinggi partai politik yang
tertangkap karena korupsi namun tidak menunjukkan perasaan bersalah, malu
ataupun jera di depan umum. Mereka bertindak seolah-olah selebritis dengan
tetap melambaikan tangan atau tersenyum lebar seolah-olah tidak bersalah.
11
2.4 DAMPAK TERHADAP POLITIK DAN DEMOKRASI
12
pemerintahan yang sedang berjalan. Masyarakat akan semakin apatis dengan
apa yang dilakukan dan diputuskan oleh pemerintah. Apatisme yang terjadi
ini seakan memisahkan antara masyarakat dan pemerintah yang akan terkesan
berjalan sendiri-sendiri.
Hal ini benar-benar harus diatasi dengan kepemimpinan yang baik,
jujur, bersih dan adil. Sistem demokrasi yang dijalankan Indonesia masih
sangat muda, walaupun kelihatannya stabil namun menyimpan berbagai
kerentanan. Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak orang ternyata telah
dijadikan peluang bagi merajalelanya penyuapan. Reformasi yang dilakukan
tanpa landasan hukum yang kuat justru melibatkan pembukaan sejumlah
lokus ekonomi bagi penyuapan, yang dalam praktiknya melibatkan para
broker bahkan menumbuhkan mafia.
C. Menguatnya Plutokrasi
13
untuk keuntungan perusahaan besar. Bila kita melihat sisi lain politik, seharusnya
kedaulatan ada di tangan rakyat. Namun yang terjadi sekarang ini adalah
kedaulatan ada di tangan partai politik, karena anggapan bahwa partailah bentuk
representasi rakyat. Partai adalah dari rakyat dan mewakili rakyat, sehingga
banyak orang yang menganggap bahwa wajar apabila sesuatu yang didapat dari
negara dinikmati oleh partai (rakyat). Kita melihat pertarungan keras partaipartai
politik untuk memenangkan pemilu, karena yang menanglah yang akan
menguasai semuanya (the winner takes all).
14
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.
B. Hilangnya Kepercayaan Rakyat Terhadap Lembaga Negara
Saat ini kita sering sekali mendapatkan berita dari berbagai media tentang
bagaimana negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah Negara Indonesia, baik
dari darat, laut maupun udara. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pertahanan dan
15
keamanan Indonesia masih sangat lemah. Tentunya hal ini sangat berhubungan
dengan alat dan SDM yang ada.
Selain itu wilayah tapal batas ini sangat rawan terhadap berbagai
penyelundupan barangbarang illegal dari dalam maupun luar negeri, seperti bahan
bakar, bahan makanan, elektronik, sampai penyelundupan barang-barang terlarang
seperti narkotika, dan senjata dan amunisi gelap. Selain itu juga sangat rawan
terjadinya human trafficking, masuk dan keluarnya orang-orang yang tidak
mempunyai izin masuk ke wilayah Indonesia atau sebaliknya dengan berbagai alasan.
16
Kekerasan seperti ini mengakibatkan perang saudara yang sangat merugikan
baik material maupun bahkan berimbas kepada budaya dan tatanan masyarakat,
seperti yang pernah terjadi di Ambon, Poso dan beberapa wilayah di Indonesia.
Dalam hal ini mentalitas bangsa Indonesia ini juga dipertanyakan. Mentalitas
yang korup ini ternyata berdampak sangat merusak lingkungan hidup yang pada
akhirnya nanti juga akan merusak semua yang ada di negara ini. Mentalitas korup ini
harus segera diakhiri dan diubah menjadi mentalitas yang lebih baik, lebih peduli dan
lebih produktif. Bagaimanapun juga anak cucu kita juga berhak menikmati kekayaan
negeri ini.
Kerusakan hutan hujan tropis yang akut akan mengurangi persediaan oksigen
bukan hanya untuk wilayah tersebut namun juga oksigen untuk bumi secara
keseluruhan. Artinya dengan kerusakan hutan hujan tropis, kita akan membuat
kualitas udara yang kita hirup menjadi berkurang. Sementara itu asap hasil
pembakaran kendaraan bermotor dan industri terus diperoduksi dalam jumlah masal,
dimana oksigen yang dihasilkan oleh hutan tidak cukup untuk menggantikan
17
kerusakan yang terjadi. Berkurangnya kualitas udara tentunya juga akan berakibat
pada menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menghirupnya. Belum lagi
masalah bencana yang dihasilkan oleh kerusakan hutan, seperti banjir bandang, erosi,
tanah longsor dan kekeringan. Di sisi lain, kerusakan hutan akan mengurangi
kuantitas dan kualitas air tanah dan sungai yang bias digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air minum.
Air minum ini sangat vital bagi kehidupan manusia, dengan semakin
menurunnya kualitas air minum maka semakin menurun juga kualitas kehidupannya.
Akibat negatif untuk masyarakat adalah mengeluarkan uang ekstra besar untuk
mendapatkan air layak minum, yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan
yang lain. Sekali lagi kualitas hidup dipertaruhkan. Kerusakan yan terjadi di perairan
seperti pencemaran sungai dan laut, juga mengakibatkan menurunnya kualitas hidup
manusia. Seperti yang terjadi di Teluk Jakarta. Setiap hari tidak kurang dari 14.000
kubik sampah, limbah pabrik dan rumah tangga masuk ke Teluk Jakarta dari 13 anak
sungai yang bermuara di teluk tersebut.. Tragedi Minamata bukan tidak mungkin, bisa
terjadi di Teluk Jakarta karena ikan dan hasil laut yang didapatkan oleh nelayan
mengandung racun mercuri dalam jumlah tinggi, yang apabila dikonsumsi oleh
manusia akan mengakibatkan berbagai penyakit dan cacat janin.
18
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
1. Seorang kepala desa menerima dana desa dari pemerintahan sebesar 500 juta
untuk pengembangan sektor pariwisata yang ada didesa tersebut ,kemudian
kepala desa tersebut menarik dana setengah dari dana yang sudah diberikan
oleh pemerintahan sebesar 250 juta untuk kepentingan pribadinya ,dari kasus
tersebut tindakan apakah yang dilakukan oleh kepala desa tersebut?
a. Suap
b. Gratifikasi
c. Tindak pidana pencucian uang
d. Korupsi.
Pembahasan: JAWABAN : D
19
individu yang lainnya. ... Namun, ada pula bentuk patronasi yang tergolong
sebagai tindakan korupsi, kolusi atau nepotisme.
20
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi (Mauro: 1995). Selanjutnya
dalam penelitian yang lebih elaboratif dilaporkan bahwa korupsi mengakibatkan penurunan
tingkat produktivitas yang dapat diukur melalui berbagai indikator fisik, seperti kualitas jalan
raya (Tanzi dan Davoodi: 1997). Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek
kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa
dan negara. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi
bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat
terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam,
kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional
sehingga menggoyahkan sendisendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang
berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi dalam
negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Penanaman modal yang
dilakukan oleh pihak dalam negeri (PMDN) dan asing (PMA) yang semestinya bisa
digunakan untuk pembangunan negara menjadi sulit sekali terlaksana, karena permasalahan
kepercayaan dan kepastian hukum dalam melakukan investasi, selain masalah stabilitas.
Dampak Masif Korupsi dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi, di sisi lain pajak
juga mempunyai fungsi redistribusi pendapatan, di mana pajak yang dipungut oleh negara
selanjutnya akan digunakan untuk pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang
pada akhirnya akan menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan
pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya. Kondisi penurunan
pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan
pejabat pajak yang bermain untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri
sendiri. Kita tidak bisa membayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak
21
ini berlangsung lama, tentunya akan berakibat juga pada percepatan pembangunan, yang rugi
juga masyarakat sendiri, inilah letak ketidakadilan tersebutrjadi.
Berdasarkan penyebab terjadinya tindak pidana korupsi, maka secara umum ada 3 hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya korupsi, antara lain :
1) Cara sistemik struktural Dilakukan dengan mendaya gunakan supra struktur maupun
infra struktur politik dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga celah-celah
yang dapat dimasuki oleh tindak pidana korupsi dapat ditutup
3) Cara moralistik Dapat dilakukan secara umum melalui pembinaan mental dan moral
manusia, ceramah atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum.
3.2 SARAN
Setelah mengetahui definisi dari korupsi dan dampak masif korupsi . Sehingga
pengetahuan yang dimiliki bisa dimanfaatkan dengan bijak. Selain itu, masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga diharapkan akan ada makalah yang dapat
melengkapi makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanzi, Vito (1998), Corruption around the world: Causes, Consequences, Scope,
and Cures, International Monetary Fund Working Paper
2. Tanzi, Vito and Hamid Davoodi (1997), Corruption, Public Investment and
Growth1, International Monetary Fund Working Paper
3. Mauro, Paolo (2002), The Persistence of Corruption and Slow Economic Growth,
IMF Working Paper
4. Mauro, Paolo (1995), Current Account Surpluses and the Interest Rate Island in
Switzerland, IMF Working Paper
5. Badan Pusat Statistik (2011), Berita Resmi Statistik; Profil Kemiskinan di
Indonesia Maret 2011, No.45/07/Th. XIV, 1 Juli 2011
6. Proceeding Seminar Nasional & Call for Paper Improving Moral Integrity Based
on Family Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang, 28 Mei 2016
23