Anda di halaman 1dari 28

DAMPAK MASIF KORUPSI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 2

MK : PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
DOSEN PENGAJAR :OKNALITA SIMBOLON M,Tr.Keb

NAMA NIM
INDAH RAJAGUKGUK 1901008
JULI SINAGA 1901009
JUNITA MANALU 1901010
NATALYA SIMAMORA 1901011
PANDE SIHOMBING 1901015
SRIDEVI SIREGAR 1901013
DIKA PURBA 2013003
HARTONI LUMBANGAOL 2013004

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


PRODI D III KEBIDANAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGULKABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena telah
memberikan rahmatnya , atas rahmat dan hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Dampak Masif Korupsi” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Dosen kami Oknalita Simbolon

M,Tr.Keb pada mata kuliah PENDIDIKAN ANTIKORUPSI di STIKES JALAN BUKIT


INSPIRASI SIPALAKKI KECAMATAN DOLOKSANGGUL .KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN. Selain itu , kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang “Dampak Masif Korupsi” “ .
Kami mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada ibu Oknalita Simbolon

M,Tr.Keb selaku dosen Pendidikan Antikorupsi. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang di tekuni kami. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membentu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih kala jauh dari kata sempurna ,oleh karena itu,
kritik dan saran yang mebangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

kamis,08 April 2021

(Kelompok II)

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................................3


2.1 Dampak Ekonomi ....................................................................................................3

2.2 Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat..........................................................7


2.3 Dampak Birokrasi Pemerintahan............................................................................10
2.4 Dampak terhadap Politik dan Demokrasi...............................................................11
2.5 Dampak terhadap Penegakan
Hukum.....................................................................13
2.6 Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan........................................................15
2.7 Dampak Kerusakan Lingkungan...........................................................................16

BAB III PEMBAHASAN KASUS ......................................................................................19

BAB IV PENUTUP................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................21

3.2 Saran.....................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Korupsi merupakan penyebab utama kebangkrutan suatu bangsa. Ia harus dimusnahkan.
Agar bangsa dan negara bisa tetap kokoh berdiri. Artikel ini menemukan bahwa korupsi
menjadi musuh bersama agama-agama dunia. Tidak ada satu agama pun yang membenarkan
praktik koruptif; dampak nyata korupsi, meliputi terjadinya krisis ekonomi, ketimpangan
sosial dan kemiskinan, bobroknya birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi menjadi
kacau, tumpulnya penegakan hukum, keroposnya pertahanan dan keamanan, kerusakan
lingkungan dan pendidikan; pendidikan anti korupsi dapat dijadikan solusi untuk pencegahan
dan penyadaran korupsi.
Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi (Mauro: 1995). Selanjutnya
dalam penelitian yang lebih elaboratif dilaporkan bahwa korupsi mengakibatkan penurunan
tingkat produktivitas yang dapat diukur melalui berbagai indikator fisik, seperti kualitas jalan
raya (Tanzi dan Davoodi: 1997). Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek
kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa
dan negara. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi
bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat
terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam,
kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional
sehingga menggoyahkan sendisendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang
berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.

Berdasarkan Laporan Bank Dunia, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang utangnya
parah, berpenghasilan rendah (severely indebted low income country) dan termasuk dalam
kategori negara-negara termiskin di dunia seperti Mali dan Ethiopia.

Lembaga Pendidikan Islam Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 3 Nomor 2


November 2015 ISSN: 2089-1946 Hal. 379 – 392 Banyak kerugian yang ditimbulkan
akibat korupsi. Diantaranya seperti yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

1
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
RP. 200.000.000,00 (satu miliar rupiah).

1.2Rumusan Masalah
 Menjelaskan Dampak Ekonomi
 Menjelaskan Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
 Menjelaskan Dampak Birokrasi Pemerintahan
 Menjelaskan Dampak terhadap Politik dan Demokrasi
 Menjelaskan Dampak terhadap Penegakan Hukum
 Menjelaskan Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan
 Menjelaskan Dampak Kerusakan Lingkungan.
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui Dampak Ekonomi
 Untuk mengetahui Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
 Untuk mengetahui Dampak Birokrasi Pemerintahan
 Untuk mengetahui Dampak terhadap Politik dan Demokrasi
 Unntuk mengetahui Dampak terhadap Penegakan Hukum
 Untuk mengetahui Menjelaskan Dampak Kerusakan Lingkunga

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DAMPAK EKONOMI

Dampak korupsi pada aspek ekonomi menjadi suatu permasalahan


yang dapat menghambat pembangunan ekonomi disetiap negara, baik pada
negara sedang berkembang maupun negara maju. Banyak negara yang mulai serius
mempertimbangkan bahaya korupsi terhadap perekonomian dengan cara
membentuk lembaga atau departemen yang mampu mencegah dan
mengendalikan korupsi tersebut.

sebagian besar studi empiris setuju bahwa korupsi memiliki pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi, beberapa studi empiris lainnya menunjukkan hal
sebaliknya yang menyatakan bahwa dampak negatif korupsi terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak selalu terkonfirmasi bahkan cenderung berpengaruh positif.
Penelitian Wedeman(1997) menemukan bahwa banyak negara menikmati
pertumbuhan ekonomi yang pesat meskipun menghadapi tingkat korupsi yang
tinggi.

Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous


destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya
dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Mauro
menerangkan hubungan antara korupsi dan ekonomi. Menurutnya korupsi memiliki
korelasi negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan
pengeluaran pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan (Mauro: 1995). Hal
ini merupakan bagian dari inti ekonomi makro.

Dampak yang ditimbulkan bersifat masif, sehingga tindakan korupsi


dikategorikan sebagai tindak kejahatan yang luar bisa setara dengan kejahatan
pembunuhan masal. Korupsi berdampak pada masyarakat luas. Menurut Mauro
(1995), korupsi berkorelasi dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan
program kesejahteraan sosial. Korupsi menurunkan akses publik terhadap
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Dampak sosial yang dimunculkan oleh
korupsi anatara lain buruknya layanan publik, terhambatnya pengentasan
kemiskinan, meningkatnya angka kriminalitas (Kurniadi, 2011). Angka kemiskinan
3
di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 11,47% dari total seluruh penduduk (Badan
Pusat Statistik, 2013). Dengan tingkat korupsi yang tinggi, maka upaya pengentasan
kemiskinan akan sulit dilakukan

Kenyataan bahwa korupsi memiliki hubungan langsung dengan hal ini


mendorong pemerintah berupaya menanggulangi korupsi, baik secara preventif,
represif maupun kuratif. Di sisi lain meningkatnya korupsi berakibat pada
meningkatnya biaya barang dan jasa, yang kemudian bisa melonjakkan utang negara.
Pada keadaan ini, inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih
banyak kebijakan namun disertai dengan mara
Dampak Masif Korupsi knya praktek korupsi, bukannya memberikan nilai positif
misalnya perbaikan kondisi yang semakin tertata, namun justru memberikan negatif
value added bagi perekonomian secara umum. Misalnya, anggaran perusahaan yang
sebaiknya diputar dalam perputaran ekonomi, justru dialokasikan untuk birokrasi
yang ujung-ujungnya terbuang masuk ke kantong pribadi pejabat.
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah
apabila korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi
yang akan terjadi, yaitu:
A. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi
dan investasi dalam negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi
dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor
privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran
ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko
pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Penanaman modal yang
dilakukan oleh pihak dalam negeri (PMDN) dan asing (PMA) yang
semestinya bisa digunakan untuk pembangunan negara menjadi sulit sekali
terlaksana, karena permasalahan kepercayaan dan kepastian hukum dalam
melakukan investasi, selain masalah stabilitas.
Kondisi negara yang korup akan membuat pengusaha multinasional
meninggalkannya, karena investasi di negara yang korup akan merugikan
dirinya karena memiliki „biaya siluman‟ yang tinggi. Dalam studinya, Paulo
Mauro mengungkapkan dampak korupsi pada pertumbuhan investasi dan
belanja pemerintah bahwa korupsi secara langsung dan tidak langsung adalah

4
penghambat pertumbuhan investasi (Mauro: 1995). Berbagai organisasi
ekonomi dan pengusaha asing di seluruh dunia menyadari bahwa suburnya
korupsi di suatu negara adalah ancaman serius bagi investasi yang ditanam.
B. Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka
tidak dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal
ini terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk
bisa berkembang lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas.
Program peningkatan produksi dengan berbagai upaya seperti pendirian
pabrik-pabrik dan usaha produktif baru atau usaha untuk memperbesar
kapasitas produksi untuk usaha yang sudah ada menjadi terkendala dengan
tidak adanya investasi. Penurunan produktifitas ini juga akan menyebabkan
permasalahan yang lain, seperti tingginya angka PHK dan meningkatnya
angka pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah
kemiskinan masyarakat.
C. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik

Ini adalah sepenggal kisah sedih yang dialami masyarakat kita yang ti
dak perlu terjadi apabila kualitas jalan raya baik sehingga tidak
membahayakan pengendara yang melintasinya. Hal ini mungkin juga tidak
terjadi apabila tersedia sarana angkutan umum yang baik, manusiawi dan
terjangkau. Ironinya pemerintah dan departemen yang bersangkutan tidak
merasa bersalah dengan kondisi yang ada, selalu berkelit bahwa mereka telah
bekerja sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api,


beras murah yang tidak layak makan, tabung gas yang meledak, bahan bakar
yang merusak kendaraan masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya
angkutan umum, ambruknya bangunan sekolah, merupakan serangkaian
kenyataan rendahnya kualitas barang dan jasa sebagai akibat korupsi. Korupsi
menimbulkan berbagai kekacauan di dalam sektor publik dengan mengalihkan
investasi publik ke proyek-proyek lain yang mana sogokan dan upah tersedia
lebih banyak. Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas
proyek tersebut untuk menyembunyikan berbagai praktek korupsi yang tDi
Indonesia, dikenal beberapa jenis pajak seperti Pajak penghasilan (PPh), Pajak

5
Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai
(BM), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB). Di
tingkat pemerintah daerah, dikenal juga beberapa macam pajak seperti Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Restoran, dan lain-lain. Pada saat ini
APBN sekitar 70% dibiayai oleh pajak di mana Pajak Penghasilan (PPh) dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPn) merupakan jenis pajak yang paling banyak
menyumbang. Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga

Dampak Masif Korupsi dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi,


di sisi lain pajak juga mempunyai fungsi redistribusi pendapatan, di mana
pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan digunakan untuk
pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan
pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya.
Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan
bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Kita tidak bisa
membayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak ini
berlangsung lama, tentunya akan berakibat juga pada percepatan
pembangunan, yang rugi juga masyarakat sendiri, inilah letak ketidakadilan
tersebutrjadi. Pada akhirnya korupsi berakibat menurunkan kualitas barang
dan jasa bagi publik dengan cara mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, syarat-syarat material dan produksi, syarat-syarat
kesehatan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

D. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak


Di Indonesia, dikenal beberapa jenis pajak seperti Pajak penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Meterai (BM), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
(BPHTB). Di tingkat pemerintah daerah, dikenal juga beberapa macam pajak
seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Restoran, dan lain-lain. Pada
saat ini APBN sekitar 70% dibiayai oleh pajak di mana Pajak Penghasilan

6
(PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) merupakan jenis pajak yang paling
banyak menyumbang. Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga
Dampak Masif Korupsi dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi,
di sisi lain pajak juga mempunyai fungsi redistribusi pendapatan, di mana
pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan digunakan untuk
pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan
pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya.
Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan
kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain
untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Kita
tidak bisa membayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap
pajak ini berlangsung lama, tentunya akan berakibat juga pada percepatan
pembangunan, yang rugi juga masyarakat sendiri, inilah letak ketidakadilan
tersebut.
E. Meningkatnya Hutang Negara
Kondisi perekonomian dunia yang mengalami resesi dan hampir
melanda semua negara termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa,
memaksa negara-negara tersebut untuk melakukan hutang untuk mendorong
perekonomiannya yang sedang melambat karena resesi dan menutup biaya
anggaran yang defisit, atau untuk membangun infrastruktur penting.
Bagaimana dengan hutang Indonesia? Korupsi yang terjadi di Indonesia akan
meningkatkan hutang luar negeri yang semakin besar. Dari data yang diambil
dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutang, Kementerian Keuangan RI,
disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011 mencapai
US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56 trilliun, sebuah angka yang
fantastis.
Posisi utang pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
2009, jumlah utang yang dibukukan pemerintah sebesar US$169,22 miliar
(Rp1.590,66 triliun). Tahun 2010, jumlahnya kembali naik hingga mencapai
US$186,50 miliar (Rp1.676,85 triliun). Posisi utang pemerintah saat ini juga
naik dari posisi per April 2011 yang sebesar US$197,97 miliar. Jika
menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp6.422,9 triliun, maka rasio
utang Indonesia tercatat sebesar 26%.

7
Bila melihat kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal
digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Apabila
hutang digunakan untuk menutup defisit yang terjadi, hal ini akan semakin
memperburuk keadaan. Kita tidak bisa membayangkan ke depan apa yang
terjadi apabila hutang negara yang kian membengkak ini digunakan untuk
sesuatu yang sama sekali tidak produktif dan dikorupsi secara besar-besaran.

2.2 DAMPAK SOSIAL DAN KEMISKINAN MASYARAKAT

korupsi dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku menyimpang baik yang
berasal dari ajakan atau niatan sendiri yang dilakukan secara sendiri atau bersama-sama
untuk mendapatkan keuntungan atau memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan
cara, baik sengaja maupun tidak sengaja melanggar aturan atau norma yang berlaku.

Bagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa dan
saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak langsung yang dirasakan oleh orang
miskin yakni semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan publik, rendahnya kualitas
pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagai pelayanan vital seperti air, kesehatan,
dan pendidikan. Kedua, dampak tidak langsung terhadap orang miskin yakni pengalihan
sumber daya milik publik untuk kepentingan pribadi dan kelompok, yang seharusnya
diperuntukkan guna kemajuan sektor sosial dan orang miskin, melalui pembatasan
pembangunan. Hal ini secara langsung memiliki pengaruh kepada langgengnya
kemiskinan.

Gunnar Myrdal mengemukakan, bahwa berhubungan dengan korupsi, maka hal-


hal yang sangat mungkin dialami oleh negara berkembang antara lain :

1. Korupsi menciptakan dan memperbesar masalah-masalah yang


disebabkan oleh berkurangnya hasrat untuk terjun ke bidang usaha dan
pasar nasional mengalami kelesuan.
2. Permasalahan masyarakat yang majemuk semakin dipertajam oleh korupsi
dan bersamaan dengan itu kesatuan negara juga melemah. Karena
martabat pemerintah menurun maka korupsi juga bertendensi turut
membahayakan stabilitas politik

8
3. Karena adanya kesengajaan di antara para pejabat untuk menerima -suap
dan menyalahgunakan kekuasaan yang mereka miliki, maka disiplin sosial
menjadi kendor, sementara efisiensi akan merosot
A. Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
Praktek korupsi yang terjadi menciptakan ekonomi biaya tinggi. Beban
yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost
economy. Dari istilah pertama di atas terlihat bahwa potensi korupsi akan
sangat besar terjadi di negara-negara yang menerapkan kontrol pemerintah
secara ketat dalam praktek perekonomian.
B. Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat

Jumlah penduduk miskin (hidup di bawah garis kemiskinan) di Indonesia


pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen), turun 1,00 juta orang
(0,84 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang
sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen)

C. Terbatasnya Akses Bagi Masyarakat Miskin

Korupsi yang telah menggurita dan terjadi di setiap aspek kehidupan


mengakibatkan high-cost economy, di mana semua harga-harga melambung
tinggi dan semakin tidak terjangkau oleh rakyat miskin. Kondisi ini
mengakibatkan rakyat miskin semakin tidak bisa mendapatkan berbagai macam
akses dalam kehidupannya.

D. Meningkatnya Angka Kriminalitas


Dampak korupsi, tidak diragukan lagi dapat menyuburkan berbagai
jenis kejahatan dalam masyarakat. Melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan
atau penjahat perseorangan dapat leluasa melanggar hukum, menyusupi
berbagai oraganisasi negara dan mencapai kehormatan. Di India, para
penyelundup yang popular, sukses menyusup ke dalam tubuh partai dan
memangku jabatan penting. Di Amerika Serikat, melalui suap, polisi korup
menyediakan proteksi kepada organisasi-organisasi kejahatan dengan

9
pemerintahan yang korup. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula
kejahatan.
E. Solidaritas Sosial Semakin Langka dan Demoralisasi

Korupsi yang begitu masif yang terjadi membuat masyarakat merasa tidak
mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Kepastian masa depan yang tidak jelas serta himpitan hidup yang semakin kuat
membuat sifat kebersamaan dan kegotong-royongan yang selama ini dilakukan
hanya menjadi retorika saja.

Solidaritas yang ditunjukkan adalah solidaritas palsu. Sudah tidak ada lagi
keikhlasan, bantuan yang tulus, solidaritas yang jujur apa adanya. Kondisi ini
akan menciptakan demoralisasi, kemerosotan moral dan akhlak khususnya bagi
generasi muda yang terus menerus terpapar oleh kepalsuan yang ditunjukkan oleh
para elit politik, pejabat penguasa, penegak hukum, artis dan selebritis yang
setiap hari bisa dilihat dari berbaga macam media.

2.3 RUNTUHNYA OTORITAS PEMERINTAH

Korupsi merupakan penyebab utama kebangkrutan suatu bangsa. Ia harus


dimusnahkan. Agar bangsa dan negara bisa tetap kokoh berdiri. Artikel ini
menemukan bahwa

 korupsi menjadi musuh bersama agama-agama dunia. Tidak ada satu


agama pun yang membenarkan praktik koruptif;
 dampak nyata korupsi, meliputi terjadinya krisis ekonomi,
ketimpangan sosial dan kemiskinan, bobroknya birokrasi
pemerintahan, politik dan demokrasi menjadi kacau, tumpulnya
penegakan hukum, keroposnya pertahanan dan keamanan, kerusakan
lingkungan dan pendidikan;
 pendidikan anti korupsi dapat dijadikan solusi untuk pencegahan dan
penyadaran korupsi.
A. Matinya Etika Sosial Politik
Korupsi bukan suatu bentuk tindak pidana biasa karena ia merusak
sendi-sendi kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan
kemanusiaan. Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi dan yang paradoksal

10
adalah siapapun yang meneriakkan kejujuran justru akan diberikan sanksi
sosial dan politik oleh otoritas menteri, aparat penguasa bahkan oleh
masyarakat sendiri.
Banyak pejabat negara, wakil rakyat atau petinggi partai politik yang
tertangkap karena korupsi namun tidak menunjukkan perasaan bersalah, malu
ataupun jera di depan umum. Mereka bertindak seolah-olah selebritis dengan
tetap melambaikan tangan atau tersenyum lebar seolah-olah tidak bersalah.

B. Tidak Efektifnya Peraturan dan Perundang-undangan


Secara umum peraturan dan perundang-undangan berfungsi untuk
mengatur sesuatu yang substansial dan merupakan instrumen kebijakan
(beleids instrument) yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang
ada di dalam masyarakat. Dengan adanya peraturan dan perundang-undangan
diharapkan berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat dapat
dipecahkan dengan baik, jelas dan berkeadilan, yang pada akhirnya akan
memuaskan semua pihak
.
C. Birokrasi Tidak Efisien
Survei terbaru yang dilakukan oleh PERC menunjukkan, bahwa tiga
negara Indonesia, India, dan Filipina adalah negara dengan performa birokrasi
yang paling buruk di Asia. Sedang Singapura dan Hong Kong adalah yang
paling efisien. PERC menilai buruknya kinerja birokrasi di ketiga negara ini
tidak hanya perlakuan terhadap warga negaranya sendiri, tetapi juga asing.
Tidak efisiennya birokrasi ini dianggap sebagai faktor yang masuk
menghalangi investasi asing masuk ke negara tersebut.
Dalam kenyataan yang terjadi dalam birokrasi ini adalah ketidak
efisienan. Banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya ke
Indonesia, namun untuk mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus
melalui birokrasi yang panjang dan berbelit. Ada 1012 prosedur (meja) yang
harus dilewati dan ketidak jelasan waktu penyelesaian pengurusan menjadi
sangat rentan terhadap tindakan korupsi. Pada akhirnya suap adalah jalan
yang banyak ditempuh untuk itu.

11
2.4 DAMPAK TERHADAP POLITIK DAN DEMOKRASI

Klientelisme dan Korupsi Politik dalam Demokrasi Elektoral Susan Rose-


Ackerman membedakan dua pola relasi antara sistem politik dan kecenderungan
korupsi.15 Pada pola pertama, sistem politik menghasilkan kebijakan-kebijakan
dengan sasaran penerima manfaat yang dibatasi secara jelas, sehingga tidak
mengundang praktik korupsi dalam rangka bersaing memperebutkan pengaruh atas
kebijakan tersebut.

Dengan pembatasan itu, sistem politik sendiri sebenarnya telah menunjukkan


keberpihakan pada kelompok sasaran tertentu. Namun, bagi kelompok-kelompok
yang tidak secara langsung menerima manfaat dari kebijakan tersebut, bisa juga
berupaya memperoleh akses terhadap proses kebijakan dalam bentuk memberi donasi
dana kampanye secara legal maupun penyuapan atau pemberian dana kampanye
secara ilegal.

A. Munculnya Kepemimpinan Korup


Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif
menghasilkan masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif dan
tindak korupsi dilakukan dari tingkat yang paling bawah. Konstituen di
dapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh calon-calon
pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan
dan kepemimpinannya.
Hubungan transaksional sudah berjalan dari hulu yang pada akhirnya
pun memunculkan pemimpin yang korup juga karena proses yang dilakukan
juga transaksional. Masyarakat juga seolah-olah digiring untuk memilih
pemimpin yang korup dan diberikan mimpimimpi dan janji akan
kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus menerima suap dari
calon pemimpin tersebut.
B. Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan
berat yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal
ini dikarenakan terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh
petinggi pemerintah, legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap

12
pemerintahan yang sedang berjalan. Masyarakat akan semakin apatis dengan
apa yang dilakukan dan diputuskan oleh pemerintah. Apatisme yang terjadi
ini seakan memisahkan antara masyarakat dan pemerintah yang akan terkesan
berjalan sendiri-sendiri.
Hal ini benar-benar harus diatasi dengan kepemimpinan yang baik,
jujur, bersih dan adil. Sistem demokrasi yang dijalankan Indonesia masih
sangat muda, walaupun kelihatannya stabil namun menyimpan berbagai
kerentanan. Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak orang ternyata telah
dijadikan peluang bagi merajalelanya penyuapan. Reformasi yang dilakukan
tanpa landasan hukum yang kuat justru melibatkan pembukaan sejumlah
lokus ekonomi bagi penyuapan, yang dalam praktiknya melibatkan para
broker bahkan menumbuhkan mafia.
C. Menguatnya Plutokrasi

Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan


menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sitem politik yang dikuasai
oleh pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan besar
melakukan „transaksi‟ dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat merekalah
yang mengendalikan dan menjadi penguasa di negeri ini. Perusahaan-
perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan partai-partai yang
ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa pengusaha besar
menjadi ketua sebuah partai politik. Tak urung antara kepentingan partai
dengan kepentingan perusahaan menjadi sangat ambigu. Perusahaan-
perusahaan tersebut mengu-asai berbagai hajat hidup orang banyak, seperti;
bahan bakar dan energi, bahan makanan dasar dan olahan, transportasi,
perumahan, keuangan dan perbankan, bahkan media masa dimana pada saat
ini setiap stasiun televisi dikuasai oleh oligarki tersebut. Kondisi ini membuat
informasi yang disebar luaskan selalu mempunyai tendensi politik tertentu dan
ini bisa memecah belah rakyat karena begitu biasnya informasi.

D. Hancurnya Kedaulatan Rakyat

Dengan semakin jelasnya plutokrasi yang terjadi, kekayaan negara ini


hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu bukan oleh rakyat yang seharusnya.
Perusahaan besar mengendalikan politik dan sebaliknya juga politik digunakan

13
untuk keuntungan perusahaan besar. Bila kita melihat sisi lain politik, seharusnya
kedaulatan ada di tangan rakyat. Namun yang terjadi sekarang ini adalah
kedaulatan ada di tangan partai politik, karena anggapan bahwa partailah bentuk
representasi rakyat. Partai adalah dari rakyat dan mewakili rakyat, sehingga
banyak orang yang menganggap bahwa wajar apabila sesuatu yang didapat dari
negara dinikmati oleh partai (rakyat). Kita melihat pertarungan keras partaipartai
politik untuk memenangkan pemilu, karena yang menanglah yang akan
menguasai semuanya (the winner takes all).

2.5 DAMPAK TERHADAP PENEGAKAN HUKUM


Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya (Soerjono Soekanto, 2007). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif
adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu-isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud
Marzuki, 2011). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, jurnal-jurnal ilmiah, dan
literatur hukum. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif.

A. Fungsi Pemerintahan Mandul

Korupsi telah mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan


fungsi yang seharusnya. Bentuk hubungan yang bersifat transaksional yang lazim
dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintahan begitu juga Dewan Perwakilan Rakyat
yang tergambar dengan hubungan partai politik dengan voter-nya, menghasilkan
kondisi yang sangat rentan terhadap terjadinya praktek korupsi.

Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan, sebagai


pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi


b. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset

14
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.
B. Hilangnya Kepercayaan Rakyat Terhadap Lembaga Negara

Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang terjadi di


Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang. Berikut ini lembaga negara
yang paling korup menurut Barometer Korupsi Global (BKG) pada tahun 2009:

a. Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)


b. Partai Politik
c. Kepolisian RI
d. Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)

Kondisi yang memprihatinkan ini ditengarai juga melibatkan berbagai mafia,


seperti mafia hukum dan mafia anggaran. Sungguh situasi yang paradox, padahal,
seharusnya suatu sistem hukum diciptakan oleh otoritas pemerintah atas dasar
kepercayaan masyarakat, dengan harapan bahwa melalui kedaulatan pemerintah
(government sovereignty), hak-hak mereka dapat dilindungi. Dengan demikian,
pemerintah menciptakan keteraturan dalam kehidupan berbangsa serta bernegara.
Sudah menjadi tugas dari lembaga-lembaga tersebut untuk melaksanakannya, bukan
sebaliknya.

2.6DAMPAK TERHADAP KEAMANAN DAN PERTAHANAN


A. Kerawanan Hankamnas Karena Lemahnya Alusista dan SDM

Indonesia adalah negara nomor 15 terluas di dunia, dengan luas daratan


keseluruhan 1.919.440 km dan luas lautan 3.2 juta km2. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang
antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97
derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu
benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.

Saat ini kita sering sekali mendapatkan berita dari berbagai media tentang
bagaimana negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah Negara Indonesia, baik
dari darat, laut maupun udara. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pertahanan dan

15
keamanan Indonesia masih sangat lemah. Tentunya hal ini sangat berhubungan
dengan alat dan SDM yang ada.

B. Lemahnya Garis Batas Negara

Indonesia dalam posisinya berbatasan dengan banyak negara, seperti


Malaysia, Singapura, China, Philipina, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia.
Perbatasan ini ada yang berbentuk perairan maupun daratan. Daerah-daerah
perbatasan ini rata-rata terisolir dan mempunyai fasilitas yang sangat terbatas, seperti
jalan raya, listrik dan energi, air bersih dan sanitasi, gedung sekolah dan pemerintahan
dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat yang hidup di wilayah
perbatasan harus menanggung tingginya biaya ekonomi.

Selain itu wilayah tapal batas ini sangat rawan terhadap berbagai
penyelundupan barangbarang illegal dari dalam maupun luar negeri, seperti bahan
bakar, bahan makanan, elektronik, sampai penyelundupan barang-barang terlarang
seperti narkotika, dan senjata dan amunisi gelap. Selain itu juga sangat rawan
terjadinya human trafficking, masuk dan keluarnya orang-orang yang tidak
mempunyai izin masuk ke wilayah Indonesia atau sebaliknya dengan berbagai alasan.

C. Menguatnya Sisi Kekerasan Dalam Masyarakat

Kondisi kemiskinan pada akhirnya memicu berbagai kerawanan sosial lainnya


yang semakin membuat masyarakat frustasi menghadapi kerasnya kehidupan. Kondisi
ini membuat masyarakat secara alamiah akan menggunakan insting bertahan mereka
yang sering kali berakibat negatif terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Masyarakat menjadi sangat apatis dengan berbagai program dan keputusan yang
dibuat oleh pemerintah, karena mereka menganggap hal tersebut tidak akan mengubah
kondisi hidup mereka. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung berusaha
menyelamatkan diri dan keluarga sendiri dibanding dengan keselamatan bersama,
dengan menggunakan cara-cara yang negatif.

Penyelesaian berbagai masalahpun pada akhirnya lebih memilih kekerasan


dari pada jalur hukum, karena sudah tidak ada lagi kepercayaan kepada sistem dan
hukum. Belum lagi permasalahan lain yang lebih dahsyat yang dihubungkan dengan
agama dan kepercayaan.

16
Kekerasan seperti ini mengakibatkan perang saudara yang sangat merugikan
baik material maupun bahkan berimbas kepada budaya dan tatanan masyarakat,
seperti yang pernah terjadi di Ambon, Poso dan beberapa wilayah di Indonesia.

2.7 DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN


A. Menurunnya Kualitas Lingkungan

Kerusakan lingkungan hidup ini dipicu oleh berbagai sebab, seperti


kepentingan ekonomi, di mana hasil hutan yang ada di eksplotasi besar-besaran untuk
mendapatkan keuntungan. Eksploitasi ini dianggap paling mudah dan murah untuk
mendapatkan keuntungan, namun di lain sisi eksploitasi yang dilakukan tidak
dibarengi dengan upaya penanaman kembali (reboisasi) yang baik dan terencana,
sehingga hasil eksploitasi hutan ini meninggalkan kerusakan yang parah bagi
lingkungan. Kerusakan ini juga diakibatkan oleh lemahnya penegakan hukum.
Penegakan hukum hanya menjangkau pelaku yang terlibat di lapangan saja, tapi
belum bisa menjangkau aktor di balik perusakan tersebut yang disinyalir melibatkan
pejabat tinggi, penegak hukum dan pengusaha besar nasional. Pembalakan-
pembalakan liar (illegal loging) disinyalir adalah faktor utama kerusakan hutan dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah tidak pernah terungkap kasusnya
secara tuntas. Semua berjalan seperti tidak ada hukum yang berlaku.

Dalam hal ini mentalitas bangsa Indonesia ini juga dipertanyakan. Mentalitas
yang korup ini ternyata berdampak sangat merusak lingkungan hidup yang pada
akhirnya nanti juga akan merusak semua yang ada di negara ini. Mentalitas korup ini
harus segera diakhiri dan diubah menjadi mentalitas yang lebih baik, lebih peduli dan
lebih produktif. Bagaimanapun juga anak cucu kita juga berhak menikmati kekayaan
negeri ini.

B. Menurunnya Kualitas Hidup

Kerusakan hutan hujan tropis yang akut akan mengurangi persediaan oksigen
bukan hanya untuk wilayah tersebut namun juga oksigen untuk bumi secara
keseluruhan. Artinya dengan kerusakan hutan hujan tropis, kita akan membuat
kualitas udara yang kita hirup menjadi berkurang. Sementara itu asap hasil
pembakaran kendaraan bermotor dan industri terus diperoduksi dalam jumlah masal,
dimana oksigen yang dihasilkan oleh hutan tidak cukup untuk menggantikan

17
kerusakan yang terjadi. Berkurangnya kualitas udara tentunya juga akan berakibat
pada menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menghirupnya. Belum lagi
masalah bencana yang dihasilkan oleh kerusakan hutan, seperti banjir bandang, erosi,
tanah longsor dan kekeringan. Di sisi lain, kerusakan hutan akan mengurangi
kuantitas dan kualitas air tanah dan sungai yang bias digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air minum.

Air minum ini sangat vital bagi kehidupan manusia, dengan semakin
menurunnya kualitas air minum maka semakin menurun juga kualitas kehidupannya.
Akibat negatif untuk masyarakat adalah mengeluarkan uang ekstra besar untuk
mendapatkan air layak minum, yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan
yang lain. Sekali lagi kualitas hidup dipertaruhkan. Kerusakan yan terjadi di perairan
seperti pencemaran sungai dan laut, juga mengakibatkan menurunnya kualitas hidup
manusia. Seperti yang terjadi di Teluk Jakarta. Setiap hari tidak kurang dari 14.000
kubik sampah, limbah pabrik dan rumah tangga masuk ke Teluk Jakarta dari 13 anak
sungai yang bermuara di teluk tersebut.. Tragedi Minamata bukan tidak mungkin, bisa
terjadi di Teluk Jakarta karena ikan dan hasil laut yang didapatkan oleh nelayan
mengandung racun mercuri dalam jumlah tinggi, yang apabila dikonsumsi oleh
manusia akan mengakibatkan berbagai penyakit dan cacat janin.

Belum lagi kerusakan tanah yang mengakibatkan kesuburan tanah berkurang


bahkan tidak bisa ditanami lagi karena sudah menjadi gurun pasir. Hal ini
mengakibatkan merosotnya hasil pertanian yang berimbas kepada menyusutnya bahan
makanan yang tersedia yang memicu tingginya harga bahan pangan. Hal ini tentunya
akan berakibat yang sangat signifikan bagi kesehatan manusia khususnya bayi dan
balita yang akhirnya tidak mendapatkan kecukupan pangan dan gizi. Kondisi ini akan
berdampak negatif di kemudian hari, seperti kemerosotan daya pikir, lemahnya fisik,
rentan terhadap penyakit dan sebagainya yang juga berarti kemunduran sebuah
generasi.

18
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

1. Seorang kepala desa menerima dana desa dari pemerintahan sebesar 500 juta
untuk pengembangan sektor pariwisata yang ada didesa tersebut ,kemudian
kepala desa tersebut menarik dana setengah dari dana yang sudah diberikan
oleh pemerintahan sebesar 250 juta untuk kepentingan pribadinya ,dari kasus
tersebut tindakan apakah yang dilakukan oleh kepala desa tersebut?
a. Suap
b. Gratifikasi
c. Tindak pidana pencucian uang
d. Korupsi.
Pembahasan: JAWABAN : D

korupsi merupakan perbuatan tidak jujur atau penyelengan yang


dilakukan karena adanya suatu pemberian .dalam prakteknya, korupsi dikenal
sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada
catatan administrasinya .secara umum korupsi adalah tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan per UU yang mengatur
tindak pidana korupsi.

2. Seorang calon menawarkan jasanya untuk mempercepat pengurusan STNK


dengan imbalan uang, kemudian ia menyerahkan STNK tersebut kepada
pegawai SAMSAT yang memang tugasnya mengurus perpanjangan STNK.
Dalam hal ini pegawai tersebut memiliki posisi dominan sedangkan si calo
memiliki posisi sebagai klien. Kasus tersebut menggambarkan adanya korupsi.
a. Patronase
b. Nepotisme
c. Investif
d. Defensif
Pembahasan: JAWABAN : A

Patronasi adalah pemberian bantuan, dukungan, keistimewaan, atau


bantuan keuangan dari suatu organisasi atau individu kepada organisasi atau

19
individu yang lainnya. ... Namun, ada pula bentuk patronasi yang tergolong
sebagai tindakan korupsi, kolusi atau nepotisme.

3. Tn.P merupakan direktur yang mempunyai perusahaan.dan memiliki karyawan


dan diangkat sebagai manajer dan sekaligus memegang uang perusahaan dan
setiap uang yang masuk,dia selalu korupsi .setelah bos perusahaan nya
menyadari .Bahwa uang perusahaan banyak yang keluar ,ternyata manajernya
telah melakukan korupsi selama ini. Apakah hukuman yang harus diberikan
kepada manajer tersebut?
a. Hukum mati
b. Hukum penjara selama 2 tahun
c. Hukum penjara seumur hidup
d. Hukum penjara dan setelah keluar atau keluarga dari manajer tersebut
harus memberikan denda dan harus bertanggung jawab.
Pembahasan: JAWABAN: D
Apabila sipelaku dihukum penjara dan membayar dendanya beserta
keluarga atau yang memiliki hubungan dekat dengan dia dapat menasehati
agar pola pikir dan karakternya diperbaiki bersama oleh pihak yang dekat
dengan dia.dan akan diminta denda dari si pelaku agar dia bertanggung jawab
atas perbuatannya ,karena kelakuannya telah merugikan banyak orang.berapa
yang sudah dikorupsikan harus dibayarnya kepada yang memiliki perusahaan.

4. Seorang manajer keuangan disebuah perusahaan ditangkap dan dijebloskan


kedalam penjara karena melakukan penggelapan keuangan di sebuah
perusahaan.
Pasal berapakah yang sesuai pada kasus diatas ?
a. Pasal 220
b. Pasal 442
c. Pasal 430
d. Pasal 372 KUHP
ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena
penggelapan dan pidana paling lama 4 tahun penjara.
Pembahasan: JAWABAN: D
Isi dari pasal 372 KUHP barang siapa yang dengan sengaja dan
melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
adalah kepunyaan orang lain tetapi yang

20
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi (Mauro: 1995). Selanjutnya
dalam penelitian yang lebih elaboratif dilaporkan bahwa korupsi mengakibatkan penurunan
tingkat produktivitas yang dapat diukur melalui berbagai indikator fisik, seperti kualitas jalan
raya (Tanzi dan Davoodi: 1997). Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek
kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa
dan negara. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi
bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat
terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam,
kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional
sehingga menggoyahkan sendisendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang
berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.

Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi dalam
negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Penanaman modal yang
dilakukan oleh pihak dalam negeri (PMDN) dan asing (PMA) yang semestinya bisa
digunakan untuk pembangunan negara menjadi sulit sekali terlaksana, karena permasalahan
kepercayaan dan kepastian hukum dalam melakukan investasi, selain masalah stabilitas.

Dampak Masif Korupsi dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi, di sisi lain pajak
juga mempunyai fungsi redistribusi pendapatan, di mana pajak yang dipungut oleh negara
selanjutnya akan digunakan untuk pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang
pada akhirnya akan menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan
pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya. Kondisi penurunan
pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan
pejabat pajak yang bermain untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri
sendiri. Kita tidak bisa membayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak

21
ini berlangsung lama, tentunya akan berakibat juga pada percepatan pembangunan, yang rugi
juga masyarakat sendiri, inilah letak ketidakadilan tersebutrjadi.

Berdasarkan penyebab terjadinya tindak pidana korupsi, maka secara umum ada 3 hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya korupsi, antara lain :

1) Cara sistemik struktural Dilakukan dengan mendaya gunakan supra struktur maupun
infra struktur politik dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga celah-celah
yang dapat dimasuki oleh tindak pidana korupsi dapat ditutup

2) Cara abolisionistik Yang berarti menumpas atau memberantas. Asumsinya adalah


korupsi merupakan suatu kejahatan yang harus diberantas dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, kemudian upaya penanggulangan diarahkan
pada usaha menghilangkan faktor-faktor penyebab korupsi tersebut.

3) Cara moralistik Dapat dilakukan secara umum melalui pembinaan mental dan moral
manusia, ceramah atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum.

Sesuai dengan hasil pembahasan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas,


korupsi merupakan penyakit sebagai akibat dari adanya tindakan atau perbuatan jahat
yang dapat menjangkiti siapa saja baik lembaga publik maupun swasta dan dapat
melumpuhkan semua sendi-sendi kehidupan negara dan kemasyarakatan. Oleh karena itu
agar pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi dapat dilakukan secara cepat,
efektif dan efisien, tidak rumit, dan tidak bertele-tele, maka sangat mendesak untuk
segera diterapkan asas pembuktian terbalik. Karena jika pencegahan dan pemberantasan
korupsi hanya jalan ditempat atau kalau toh berhasil diselesaikan hasilnya tidak
memuaskan, maka secara langsung akan berdampak pada tingkat kesejahteraan dan
pertumbuhan masyarakat. Di samping itu pencegahan korupsi yang bertele-tele jelas akan
menghambat proses pembangunan di segala bidang.

3.2 SARAN

Setelah mengetahui definisi dari korupsi dan dampak masif korupsi . Sehingga
pengetahuan yang dimiliki bisa dimanfaatkan dengan bijak. Selain itu, masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga diharapkan akan ada makalah yang dapat
melengkapi makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Tanzi, Vito (1998), Corruption around the world: Causes, Consequences, Scope,
and Cures, International Monetary Fund Working Paper
2. Tanzi, Vito and Hamid Davoodi (1997), Corruption, Public Investment and
Growth1, International Monetary Fund Working Paper
3. Mauro, Paolo (2002), The Persistence of Corruption and Slow Economic Growth,
IMF Working Paper
4. Mauro, Paolo (1995), Current Account Surpluses and the Interest Rate Island in
Switzerland, IMF Working Paper
5. Badan Pusat Statistik (2011), Berita Resmi Statistik; Profil Kemiskinan di
Indonesia Maret 2011, No.45/07/Th. XIV, 1 Juli 2011
6. Proceeding Seminar Nasional & Call for Paper Improving Moral Integrity Based
on Family Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang, 28 Mei 2016

23

Anda mungkin juga menyukai