Anda di halaman 1dari 28

KONSEP KELUARGA BERENCANA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 2

MK : KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB


DOSEN PENGAJAR :NOVA SN SIREGAR SKM M.Kes

NAMA NIM
Asni gultom 1901001
Ciska simamora 1901019
Esrawati gultom 1901005
Enjelina manalu 1901004
Dinda nahampun 1901002
Feronika silaban 1901016
Natalya simamora 1901011
Sridevi siregar 1901013
Yesi sianipar 1901015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


PRODI D III KEBIDANAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena telah
memberikan rahmatnya , atas rahmat dan hidayah-nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konsep keluarga berencana ” ini dengan
baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Dosen kami NOVA SN
SIREGAR SKM M.Kes pada mata kuliah kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana di STIKES JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI KEC.
DOLOKSANGGUL KAB.HUMBANG HASUNDUTAN. Selain itu , kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Konsep
keluarga berencana”
Kami mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada ibu NOVA SN
SIREGAR SKM M.Kes selaku dosen kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang di tekuni kami. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membentu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih kala jauh dari kata sempurna ,oleh karena
itu, kritik dan saran yang mebangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Senin ,21 juni 2021

(kelompok 2)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PENDAHULUAN...................................................................................................4
2.1 Sejarah Dan Perkembangan KB......................................................................4
2.2 Pengertian Keluarga Berencana...................................................................12
2.3 Tujuan Umum Keluarga Berencana...............................................................12
2.4 Ciri-ciri Kontrasepsi yang dianjurkan ..........................................................13
2.5 Sasaran Program Keluarga Berencana .......................................................15
2.6 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana..............................................15
2.7 Stategi Pendekatan dan cara Operasional ProgramPelayanan KB.............15
2.8 Peran Bidan Dalam Pelayanan KB ................................................................27
BAB III...........................................................................................................................29
PENUTUP.....................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................29
3.2 Saran ............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health
Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). Program
keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau
mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal
atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun
masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan
hampir sama (Gustikawati, 2014).
Keluarga Berencana berperan dalam mengurangi risiko kematian ibu pada
waktu melahirkan yang disebabkan karena terlalu sering melahirkan dan jarak antara
kelahiran yang terlalu pendek(Prawirohardjo, 2005). Berdasarkan Survey Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di Indonesia berada pada angka 305 per
100.000 kelahiran hidup. Upaya untuk menurunkan AKI perlu dilakukan dengan
melihat target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam The 2030 Agenda For
Sustainable Development yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu program
Keluarga Berencana untuk menurunkan AKI yaitu dengan KB Pasca Persalinan
(Riskesdas, 2013).
KB Pasca Persalinan adalah penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas
sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah melahirkan (Kemenkes, 2014a). KB
Pasca Persalinan merupakan langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan
menggunakan KB setelah melahirkan (Riskesdas, 2013). 2 Prodi S1 Kebidanan FK
Universitas Andalas Penerapan KB Pasca Persalinansangat penting karena
kembalinya kesuburan pada ibu setelah melahirkan tidak dapat diketahui secara pasti
dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid bahkan pada wanita menyusui. Hal
ini menyebabkan pada masa menyusui,wanita mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD) atau unwanted pregnancy. Kontrasepsi sebaiknya sudah digunakan
sebelum kembali beraktivitas seksual. Oleh karena itu sangat penting untuk
menggunakan kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan (Mujiati, 2013).

1
1
1
1
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan
wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai
dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang
memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus) dan
vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami
mempunyai peranan 2 penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas
pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2010). Usia produktif perempuan pada umumnya
adalah 15-49 tahun. Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB.
1.2 Rumusan Masalah
1. Sejarah perkembangan KB.
2. Pengertian KB
3. Tujuan KB
4. Ruang lingkup KB
5. Organisasi dan progam KB
6. Manajemen kualitas dalam pelayanan KB
7. Strategi-strategi KB nasional
8. Peran bidan dalam pelayanan KB
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan KB
2. Untuk mengetahui pengertian KB
3. Untuk mengetahui tujuan KB
4. Untuk mengetahui ruang lingkup KB
5. Untuk mengetahui organisasi dan program KB
6. Untuk mengetahui manjemen kualitas dan pelayanan KB
7. Untuk mengetahui strategi-strategi KB nasional
8. Untuk mengetahui peran bidan dalam pelayanan KB

2
2
2
2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Sejarah dan Perkembangan KB

Periode Perintisan (1950-an – 1966)


Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan Keluarga
Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama
perkumpulan itu sendiri berkembang menjadi Perkumpulan keluarga berencana
indonesia (PKBI) atau indonesia planned parenthood federation (IPPF).). PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga- keluarga yang sejahtera melalui 3 macam
usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati
kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.

Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan pesat
usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah air.

Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah kependudukan
menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif.
Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut berpengaruh pada
perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Setelah simposium Kontrasepsi di
Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada
tanggal 25 Februari 1967.Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Progam KB
Nasional
Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan ,PKBI
menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pemerintah yang telah
mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga berencana yang akan dijadikan
program pemerintah.
PKBI mengharapkan agar Keluarga Berencana sebagai Program Pemerintah
segera dilaksanakan. PKBI sanggup untuk membantu pemerintah dalam
melaksanakan program KB sampai di pelosok-pelosok supaya faedahnya dapat
dirasakan seluruh lapisan masyarakat.

3
3
3
3
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan
Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau merencanakan
jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai hak asasi manusia.
Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden Soeharto pada
pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius mengenai
usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga berencana yang dapat
dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”. Sebagai tindak lanjut dari Pidato
Presiden tersebut, Menkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari
kemungkinan program KB dijadikan Program Nasional.
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan Instruksi
Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara
lain:
 Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
 Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas
unsur Pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11 Oktober
1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang
Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga
Keluarga Berencana.
Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan beberapa menteri
lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, Maka pada
tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga keluarga berencana nasional (LKBN)
dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya adalah
sebagai Lembaga Semi Pemerintah.

A. Periode Pelita I (1969-1974)


Periode ini mulai dibentuk  Badan koordinasi keluarga berencana nasional
(BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala BKKBN
adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian, pada tahun 1972 keluar
Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan Organisasi dan tata kerja
BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.
Untuk melaksanakan program keluarga berencana di masyarakat
dikembangkan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan
4
4
4
4
situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode Pelita I dikembangkan Periode Klinik
(Clinical Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap ide keluarga
berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan melalui kesehatan yang
paling tepat.
B. Periode Pelita II (1974-1979)
Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai
lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan umum dan
mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional dan kependudukan yang
mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta
mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan.
Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi
pada kesehatan ini mulai dipadukan dengan sector-sektor pembangunan lainnya, yang
dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning). Dalam kaitan ini
pada tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai pilot
project.
C. Periode Pelita III (1979-1984)
Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang
didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi
masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan
mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah peserta KB
baru.
Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi operasional yang baru yang
disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam
segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan fertilitas. Pada
periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan pelayanan
kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB
Senyum Terpadu”.
D. Periode Pelita IV (1983-1988)
Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik  Prof .Dr.Haryono Suyono
sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang dilantik
sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan baru antara lain
melalui Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan
masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut
ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai

5
5
5
5
dinamisator juga sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula strategi
pembagian wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program.
Pada periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada
tanggal 28 Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB
Lestari di Taman Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan
kampanye LIngkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat
pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.
E. Periode Pelita V (1988-1993)
Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh  Prof .Dr.Haryono
Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas petugas
dan sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian diluncurkan
strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis kontrasepsi yang
ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka untuk pelayanan KB LIMAS ini
ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu ada 16 jenis kontrepsi.
Pada periode ini ditetapkan UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan,
maka kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan
keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
F. Periode Pelita VI (1993-1998)
Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan Keluarga” yang
bertujuan untuk menggalakan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB nasional.
Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai dengan 19
Maret 1998, oleh  Prof .Dr.Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri Negara
Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN setingkat
Kementerian.
Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan
merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan berselang dengan terjadinya gerakan
reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI mengalami perubahan menjadi Kabinet
Reformasi Pembangunan Pada tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono Suyono menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan Kemiskinan, sedangkan Kepala
BKKBN dijabat oleh  Prof.Dr.ida Bagus Oka sekaligus menjadi Menteri
Kependudukan.

6
6
6
6
G. Periode Pasca Reformasi
Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan yang telah
ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program untuk
meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan
kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan
keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan sebagai Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2000.
Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan keluarga
berencana nasional di daerah mengalami masa-masa kritis. Sesuai dengan Keppres
Nomor 103 Tahun 2001, yang kemudian diubah menjadi Keppres Nomor 09 Tahun
2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen menyatakan bahwa sebagian urusan di
bidang keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota
selambat-lambatnya Desember 2003. Hal ini sejalan dengan esensi UU Nomor 22
Tahun 1999 (telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004). Dengan
demikian tahun 2004 merupakan tahun pertama Keluarga Berencana Nasional dalam
era desentralisasi.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, yang telah disahkan pada tanggal 29 Oktober 2009,
berimplikasi terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi BKKBN. Undang-
Undang tersebut mengamanatkan perubahan kelembagaan BKKBN yang semula
adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN adalah “Penduduk
Tumbuh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan pembangunan yang
berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera”.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN mempunyai tugas dan fungsi untuk
melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 Undang-Undang tersebut di atas.
Dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
di daerah, pemerintah daerah membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Daerah yang selanjutnya disingkat BKKBD di tingkat provinsi dan
kabupaten dan kota yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki
hubungan fungsional dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2).

7
7
7
7
Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor
103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala
BKKBN Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan
Kepala BKKBN Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai
Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana, sehingga perlu
dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi
penyesuaian untuk beberapa kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya.
Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian:
Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh khofifah indar parawansa.
Setelah itu digantikan oleh Prof .Dr .Yaumil C.Agoes Achir pada tahun 2001 dan
meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang kemudian terjadi
kekosongan.
Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen
Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh
Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada tahun
2006.
Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik sebagai
Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember 2006. Sebagai tindak lanjut dari UU
52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarha
Sejahtera, di mana BKKBN kemudian direstrukturisasi menjadi badan
kependudukan, bukan lagi badan koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011
Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN).
Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Fasli
Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
Pada tanggal 26 Mei 2015 Presiden RI Joko Widodo menetapkan Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang baru
yaitu dr. Surya Chandra Surapaty, MPH, Ph.D, yang dilantik oleh Menteri
Kesehatan Prof. Nila F. Moeloek. Selanjutnya, pada tanggal 30 April 2019, Presiden
8
8
8
8
RI Joko Widodo menetapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang baru berdasarkan Keputusan Presiden nomor 33/TPA Tahun
2019 yaitu  dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (k) dan dilantik oleh Menteri Kesehatan
Prof. Nila F. Moeloek pada tanggal 1 Juli 2019 bertempat di Auditorium BKKBN,
Jakarta Timur.
2.2 Pengertian Keluarga Berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma. Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara
ataupun menetap. Kontrasepsi dapat di lakukan tanpa menggunakan alat, secara
mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer. A, 2009). Keluarga
berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan
suami istri untuk :
a. Mendapatkan obyek-obyek tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kehamilan
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)
Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah
dalam upaya peningkatan kepedulian dan 103104 peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanankeluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
2.3 Tujuan umum Keluarga Berencana
 Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
 Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang
berkualitas.

9
9
9
9
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :
a. Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan
Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan
b. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak
dulu karena berbagai alasan.
c. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
d. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih
tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
e. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak
pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra
indikasi terhadap pil oral.

2.4 Ciri-ciri Kontrasepsi yang Dianjurkan


a. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin
hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
b. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan
program.
c. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak
dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Ini dikenal sebagai
catur warga.
Alasan menjarangkan kehamilan :
Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbalik untuk
mengandung dan melahirkan.
a. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD
(Intra Uterine Divice) sebagai pilihan utama.
b. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak
atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan pada usia mengandung dan
melahirkan yang baik.
c. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program. 1054. Ciri-Ciri
Kontrasepsi yang Diperlukan:

10
10
10
10
 Efektivitas cukup tinggi
 Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan
punya anak lagi.
 Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan
anak yang direncanakan.
 Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan
terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi
angka kesakitan dan kematian anak.
Menghentikan / Mengakhiri Kehamilan / Kesuburan :
o Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.
o Alasan mengakhiri kesuburan :
1. Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil atau tidak punya anak lagi, karena alasan medis atau
alasan lainnya.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi.

2.5 Sasaran Program Keluarga Berencana


Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang 108bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

2.6 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana


Ruang lingkup program KB meliputi :
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
b. Konseling
c. Pelayanan Kontrasepsi
d. Pelayanan Infertilitas
e. Pendidikan sex (sex education)
11
11
11
11
f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
g. Konsultasi genetik
h. Tes keganasan
i. Adopsi
2.7 Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayaan KB
Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara
lain :
a. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta
masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara
berkelanjutan.
b. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan
pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan
mempunyai kekuatan yang sinergik mencapai tujuan dengan menerapkan
kemitraan sejajar.\

c. Pendekatan integrative (integrative approach)


Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat
sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
d. Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan
(provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.

e. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)


Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan
masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
f. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB
nasional, dimana program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di
Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
12
12
12
12
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai
berikut :

a) Tahap perluasan jangkauan


Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada
sasaran :
1. Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih
diutamakan pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah
Jawa, Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan
yang besar
2. Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-
banyaknya. Pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada
pendekatan klinik.
b) Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi
yaitu tahap perluasan jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas
jangkauan propinsi luar Jawa Bali.Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan
ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan kontrasepsi
dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-
momentum besar.
c) Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi
seluruh Indonesia. Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas
jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu pendekatan program
KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra
Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai
berikut :
a) Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b) Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
c) Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah
d) Pendidikan KB
Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran
13
13
13
13
a. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka
manfaatnya :
1. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang
kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek
2. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cuku untuk mengasuh anak,beristirahat dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya
b. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :
1. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam
keadaan sehat .
2. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan
yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan
direncanakan
c. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :
1. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih
baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber
yang tersedia dalam keluarga .
2. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak
3. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-
sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup
semata-mata
d. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
1. Memperbaiki kesehatan fisiknya
2. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang
serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya

e. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya :


Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari
kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang
lebih banyak untuk memperoleh pendidikan.
Ciri ciri alat kontrasepsi yang dianjurkan
1. Pil KB
14
14
14
14
Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling umum digunakan. Alat
kontrasepsi ini mengandung hormon progestin dan estrogen untuk mencegah
terjadinya ovulasi. Pil KB umumnya terdiri dari 21–35 tablet yang harus dikonsumsi
dalam satu siklus atau secara berkelanjutan.
Kelebihan:

 Tingkat efektivitas tinggi dengan persentase kegagalan hanya sekitar 8%


 Haid menjadi lancar dan kram berkurang saat haid, tetapi ada pula jenis pil
KB yang dapat menghentikan haid

Kekurangan:

 Tidak dapat mencegah penyakit menular seksual


 Dapat menimbulkan efek samping, seperti naiknya tekanan darah, pembekuan
darah, keluarnya bercak darah, dan payudara mengeras
 Tidak cocok untuk wanita dengan kondisi medis tertentu, seperti penyakit
jantung, gangguan hati, kanker payudara dan kanker rahim, migrain,
serta tekanan darah tinggi

2. Kondom pria

Tak hanya pil KB, kondom pria juga umum digunakan untuk mencegah


kehamilan. Kondom biasanya terbuat dari bahan lateks dan bekerja dengan cara
menghalangi sperma masuk ke vagina dan mencapai sel telur.
Kelebihan:

 Harga terjangkau
 Praktis dan mudah digunakan
 Dapat mencegah dari penyakit menular seksual
 Mudah diperoleh di toko atau apotek

Kekurangan:

 Tingkat kegagalan mencapai 15%, terutama jika penggunaan kondom kurang


tepat
 Hanya bisa digunakan sekali dan harus diganti setelah ejakulasi
15
15
15
15
3. Suntik KB

Suntik KB merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon progestin


dan mampu menghentikan terjadinya ovulasi. Berdasarkan periode penggunaannya,
ada dua jenis suntik KB, yaitu suntik KB 3 bulan dan 1 bulan.
Kelebihan:

 Lebih efektif dan praktis dari pil KB


 Tingkat kegagalan pada suntik KB 1 bulan bisa kurang dari 1% jika
digunakan dengan benar

Kekurangan:

 Harga relatif mahal


 Perlu kunjungan secara rutin ke dokter atau bidan setiap bulannya
 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
 Dapat menyebabkan efek samping, seperti keluarnya bercak darah
 Siklus menstruasi menjadi tidak teratur
 Tidak dianjurkan untuk digunakan pada wanita yang memiliki riwayat
penyakit migrain, diabetes, sirosis hati, stroke, dan serangan jantung

4. Implant
KB implan atau susuk merupakan alat kontrasepsi berukuran kecil dan
berbentuk seperti batang korek api. KB implan bekerja dengan cara mengeluarkan
hormon progestin secara perlahan yang berfungsi mencegah kehamilan selama 3
tahun.Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara dimasukkan ke bagian bawah kulit,
biasanya lengan bagian atas.
Kelebihan:

 Sangat efektif dengan tingkat kegagalan kurang dari 1%


 Tahan lama hingga 3 tahun

Kekurangan:

 Biaya relatif mahal


16
16
16
16
 Siklus menstruasi menjadi tidak teratur
 Risiko memar dan bengkak pada kulit di awal pemasangan
 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual

a. IUD
Intrauterine device (IUD) adalah alat kontrasepsi berbahan plastik dan
berbentuk menyerupai huruf T yang diletakkan di dalam rahim. IUD dapat mencegah
kehamilan dengan cara menghalau sperma agar tidak membuahi sel telur.
Ada dua jenis IUD yang umum digunakan, yaitu IUD yang terbuat dari
tembaga dan dapat bertahan hingga 10 tahun serta IUD yang mengandung hormon
yang perlu diganti setiap 5 tahun sekali.

Kelebihan:

 Tidak memerlukan perawatan yang rumit


 Tahan lama

Kekurangan:

 IUD dari tembaga dapat menyebabkan haid tidak lancar


 Risiko bergeser dan keluar dari tempatnya
 Risiko efek samping, seperti munculnya bercak darah pada 3–6 bulan pertama
pemakaian
 Biaya mahal

6. Kondom wanita
Kondom wanita berbentuk plastik yang berfungsi untuk menyelubungi
vagina. Terdapat cincin plastik di ujung kondom, sehingga posisinya mudah
disesuaikan. Kondom wanita tidak dapat digunakan bersamaan dengan kondom pria.
Kelebihan:

17
17
17
17
 Memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual
 Menjaga suhu tubuh lebih baik daripada kondom pria

Kekurangan:

 Kurang efektif daripada kondom pria


 Muncul bunyi yang mengganggu saat digunakan
 Hanya sekali pakai
 Tingkat kegagalan mencapai 21%

7. Spermisida
Spermisida adalah produk kontrasepsi yang digunakan di dalam vagina
sebelum berhubungan seksual. Produk ini berbentuk jeli, krim, membran, atau busa
yang mengandung bahan kimia untuk membunuh sperma.
Kelebihan:

 Harga terjangkau
 Mudah digunakan

Kekurangan:

 Beberapa jenis spermisida perlu diaplikasikan 30 menit sebelum berhubungan


seksual
 Risiko terjadi iritasi pada organ intim bila terlalu sering digunakan
 Penggunaannya perlu disertai dengan alat kontrasepsi lain, misalnya kondom
 Tingkat kegagalan mencapai 29%

8. Diafragma
Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk
kubah. Alat kontrasepsi ini ditempatkan di mulut rahim sebelum berhubungan seksual
dan umumnya digunakan bersama dengan spermisida.
Kelebihan: harganya terjangkau
Kekurangan:
18
18
18
18
 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
 Tingkat kegagalan mencapai 16%, terutama jika tidak dikenakan dengan tepat
 Pemasangan harus dilakukan dokter
 Harus dilepas saat haid

9. Cervical cap
Cervical cap berbentuk seperti diafragma, tetapi memiliki ukuran lebih kecil.
Alat kontrasepsi ini umumnya digunakan bersama dengan spermisida dan berfungsi
untuk menutup jalan sperma masuk ke rahim.
Kelebihan:

 Harga terjangkau
 Bisa digunakan hingga 2 kali

Kekurangan:

 Tingkat kegagalan mencapai 30% pada wanita yang sudah memiliki anak dan
15% bagi yang belum memiliki anak
 Pemasangan perlu dilakukan oleh dokter
 Harus dilepas saat haid
 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual

10. Koyo ortho evra


Koyo ortho evra digunakan dengan cara ditempelkan pada kulit dan diganti
setiap seminggu sekali selama 3 minggu. Cara kerja koyo ini adalah dengan
melepaskan hormon yang sama efektifnya dengan yang terdapat dalam pil KB.
Kelebihan:

 Tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil


 Haid menjadi lebih lancar dan mengurangi kram saat haid

Kekurangan:
19
19
19
19
 Harga relatif mahal
 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
 Bisa menyebabkan efek samping yang serupa dengan efek samping pil KB

11. Cincin vagina


Cincin vagina atau NuvaRing merupakan cincin plastik yang ditempatkan di
dalam vagina. NuvaRing bekerja dengan cara melepaskan hormon yang sama seperti
pil KB.
Kelebihan:

 Hanya perlu diganti sebulan sekali


 Siklus menstruasi menjadi lebih lancar

Kekurangan:

 Harga relatif mahal


 Dapat menyebabkan iritasi dan efek samping yang mirip pil KB dan koyo
 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual

12. KB permanen
Jika Anda dan pasangan sudah yakin untuk tidak ingin memiliki anak
kembali, KB permanen bisa menjadi pilihan. Metode kontrasepsi ini memiliki
efektivitas yang tinggi atau hampir 100% efektif untuk mencegah kehamilan.
Jenis KB permanen untuk masing-masing orang berbeda, tergantung jenis
kelaminnya. Pada pria, KB permanen dilakukan dengan vasektomi, sedangkan pada
wanita bisa dengan tubektomi atau proses pengikatan tuba falopi .Mencegah
Kehamilan dengan Cara Alami

20
20
20
20
Selain beberapa alat kontrasepsi di atas, sebagian pasangan mungkin memilih cara
alami untuk mencegah kehamilan. Berikut ini adalah beberapa metode yang tergolong
sebagai KB alami:

Menghitung kalender masa subur


Metode perhitungan kalender ini dilakukan dengan cara mencatat masa subur setiap
bulan dan menghindari hubungan seks di masa tersebut. Wanita bisa menentukan
masa subur atau ovulasinya dengan cara memeriksa suhu tubuh dan melihat
perubahan cairan vagina.
Kelebihan: tidak memerlukan biaya, alat, maupun obat-obatan
Kekurangan:

 Harus membatasi hubungan seks selama beberapa hari


 Sering terjadi kesalahan dalam perhitungan masa subur, sehingga peluang
untuk hamil tetap ada
 Tidak cocok untuk wanita dengan siklus haid tidak teratur

Menarik penis keluar sebelum ejakulasi


Anda dan pasangan juga dapat mencegah kehamilan dengan menarik penis keluar
sebelum ejakulasi saat melakukan penetrasi.
Kelebihan: sangat efektif dengan tingkat kegagalan 4%
Kekurangan:

 Sulit dilakukan bila pasangan kerap mengalami ejakulasi dini


 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual

Bagi Anda dan pasangan yang sedang ingin menunda kehamilan, berbagai pilihan alat
kontrasepsi di atas bisa dipilih sesuai kenyamanan dan kebutuhan masing-masing.
Ciri-Ciri Kontrasepsi yang Diperlukan/menjarangkan atau menjarakkan kehamilan
a. Efektivitas cukup tinggi
b. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

21
21
21
21
c. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang
direncanakan.
d. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
Menghentikan / Mengakhiri Kehamilan / Kesuburan
a. Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.
b. Alasan mengakhiri kesuburan :
1. Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau
tidak punya anak lagi, karena alasan medis atau alasan lainnya.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi.

2.8 Peran Bidan Dalam Pelyanan Bidan


Peran bidan dalam Program KB didasarkan Permenkes
1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Bidan
berwenang memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana. Peran yang dilakukan bidan dalam program KB meliputi
peran wajib/imperatif dan peran tidak wajib/fakultatif.
Peran bidan dalam pelaksanaan program KB di Kota Semarang sudah
dilakukan berdasarkan kewenangan Bidan berwenang memberikan penyuluhan dan
konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Peran yang
dilakukan bidan dalam program KB meliputi peran wajib/imperatif dan peran tidak
wajib/fakultatif.

22
22
22
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga Berencana berperan dalam mengurangi risiko kematian ibu pada
waktu melahirkan yang disebabkan karena terlalu sering melahirkan dan jarak
antara kelahiran yang terlalu pendek. Upaya untuk menurunkan AKI perlu
dilakukan dengan melihat target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
The 2030 Agenda For Sustainable Development yaitu 70 per 100.000 kelahiran
hidup. Salah satu program Keluarga Berencana untuk menurunkan AKI yaitu
dengan KB Pasca Persalinan.
KB Pasca Persalinan adalah penggunaan metode kontrasepsi pada masa
nifas sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah melahirkan. KB Pasca
Persalinan merupakan langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan
menggunakan KB setelah melahirkan. Penerapan KB Pasca Persalinan sangat
penting karena kembalinya kesuburan pada ibu setelah melahirkan tidak dapat
diketahui secara pasti dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid bahkan
pada wanita menyusui. Hal ini menyebabkan pada masa menyusui,Wanita
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) atau unwanted pregnancy.
Kontrasepsi sebaiknya sudah digunakan sebelum kembali beraktivitas seksual.
Oleh karena itu sangat penting untuk menggunakan kontrasepsi seawal mungkin
setelah persalinan.
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria
dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih
sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria
23
23
23
23
yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus)
dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami
mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas
pemakaian kontrasepsi.Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49
tahun. Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan
untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB.
3.2 Saran
Setelah mengetahui definisi,dari Konsep keluarga berencana . Sehingga
pengetahuan yang dimiliki bisa dimanfaatkan dengan bijak. Selain itu, masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga diharapkan akan ada
makalah yang dapat melengkapi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Elli Hidayati SST, M. (n.d.). Kesehatan perempuan dan perencanaan keluarga.


jakarta: 2017.

Niken Meilani, N. S. (n.d.). Pelayanan Keluarga Berencana. yogyakarta: 2012.

24
24
24
24
25
25
25
25

Anda mungkin juga menyukai