Anda di halaman 1dari 26

KOMONIKASI DAN ADOKASI DALAM PROMOSI

KESEHATAN
D

OLEH:

KELOMPOK 1

ARVANDO SINAGA
DESI BERKST SIRINGO RINGO
DEVI SIANTURI
DIAN HANDAYANI SILABAN
EVITA WALENCHIA SARAGI

DOSEN PENGHAMPUH

SUKARIA NABABAN SKM.MKM

STIKES KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL PRODI DIII


KEPERAWATAN STIKES KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya
kami dapat menyenyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampun Ibu
Sukaria Nababan SKM.MKM yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
makalah dengan judul “Komunikasi Dan Advokasi Dalam Promosi Kesehatan”.
Penulis juga berterimakasih kepada Tim karena sudah mau bekerjasama dalam
mengerjakan makalah ini sehingga makalah selesai sesuai deadline yang diberikan
oleh dosen pengampuh.
Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis menyadari
bahwa dalam pennulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari sisi
materi maupun penulisannya. Penulis dengan rendah hari dan denga tangan terbuka
menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun uang
diharapkan berguna bagis seluruh pembaca.

Doloksanggul, 13 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................1

Daftar Isi................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................4
D. Manfaat...........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Advokasi.......................................................................................6
B. Prinsip Dasar Advokasi..................................................................................6
C. Metode dan Tehnik Advokasi.........................................................................7
D. Unsur-Unsur Advokasi...................................................................................8
E. Pendekatan Utama Advokasi..........................................................................8
F. Langkah-Langkah Advokasi...........................................................................8
G. Proses dan Arah Advokasi..............................................................................9
H. Argumen untuk Advokasi...............................................................................9
I. Arus Komunikasi Advokasi Kesehatan........................................................11
J. Contoh Proposal Advokasi Pendidikan dan Promosi Kesehatan.................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah Advokasi mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat
pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global
promosi kesehatan. Akhir- akhir ini topik “advokasi” begitu popular dan menjadi
kata yang sering diucapkan maupaun dimuat dalam surat kabar. Bahkan dengan
peran masyarakat yang lebih besar dalam perumusan kebijakan publik, kata ini
menjadi jargon yang selalu muncul dimedia massa. Dalam kaitan dengan
promosi kesehatan, apa sebenaranya kaitan advokasi dengan bidang ini? Apakah
advokasi dan promosi kesehatan saling berkait? Bagaimana kaitan keduanya?
untuk melihat jauh isu itu, akan dijelaskan pengertian dan tujuan promosi
kesehatan serta berbagai tehnik yang digunakan dalam promosi kesehatan. Selain
itu akan disinggung mengenai penegertian dan tujuan advokasi dengan minat
khusus advokasi dalam promosi kesehatan. Dalam konteks ini kedua topik
tersebut dikaji dan dijelaskan kaitanya serta lebih jauh diuraikan lebih dalam
mengenai advokasi dalam promosi kesehatan. Di sektor kesehatan, dalam
konteks pembangunan nasional sasaran advokasi adalah pimpinan eksekutif,
termasuk presiden dan para sector lain yang terkait dengan kesehatan, dan
lembaga legislative. Sedangkan istilah kemitraan di Indonesia masih relative
baru, namun demikian praktiknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak
zaman dahulu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Apa saja prinsip dasar advokasi?
3. Apa saja Metode dan Tehnik Advokasi?
4. Apa saja undur-undur advokasi?

4
5. Apa saja pendekatan utama advokasi?
6. Apa saja langkah-langkah advokasi?
7. Apa saja proses dan arah advokasi?
8. Apa saja arus komukasi advokasi kesehatan?
9. Bagaimana argumentasi untuk advokasi?
10. Bagaimana contoh proposa advokasi pendidikan dan promosi kesehatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian advokasi.
2. Mengetahui dan memahami prinsip dasar advokasi.
3. Mengetahui dan memahami Metode dan Tehnik Advokasi.
4. Mengetahui dan memahami unsur-unsur advokasi.
5. Mengetahui dan memahami pendekatan utama advokasi.
6. Mengetahui dan memahami langkah-langkah advokasi.
7. Mengetahui dan memahami proses dan arah advokasi;
8. Mengetahui dan memahami arus komukasi advokasi kesehatan.
9. Mengetahui dan memahami argumentasi untuk advokasi.
10. Mengaplikasikan proposal advokasi pendidikan dan promosi kesehatan.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami bahwa advokasi sangat berguna
dan penting dalam promosi kesehatan yang akan dilakukan
2. Bagi Institusi
Menciptakan mahasiswa yang mampu melakukan promosi kesehatan agar
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang dituju

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Advokasi
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan
di bidang hukum atau pengadilan.
Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah
advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program
kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah
satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO merumuskan
bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara
efektif  menggunakan 3 strategi pokok, yaitu Advocacy, Social support dan
Empowermen. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program  atau
kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi
adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat
keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. 

B. Prinsip Dasar Advokasi


Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup
kegiatan persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan
pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi.
      Tujuan advokasi yaitu :
1. Komitmen politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat
penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat,misalnya untuk pembahasan
kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat

6
2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan
advokasi yang baik.
2. Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti
dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program
yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
3. Penerimaan sosial (Social acceptance)
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat.
Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan
kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program
tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.
4. Dukungan sistem (System support)
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem
atau prosedur kerja yang jelas mendukung.
 
C. Metode Dan Tehnik Advokasi
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-
macam,yaitu :
1. Lobi politik ( political lobying )
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan

D. Unsur-Unsur Advokasi
Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu :
1. Penetepan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi

7
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.

E. Pendekatan Utama Advokasi


Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :
1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.

F. Langkah-Langkah Advokasi
1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi
atau instrument advokasi. Bahan advokasi adalah:data informasi – bukti yang
dikemas dalam bentuk tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya
masalah kesehatan,akibat atau dampak masalah,dampak ekonomi,dan
program yang diusulkan/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.
3. Tahap Penilaian
Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator
sebagai berikut :
a. Software. Misalnya: Dikeluarkannya UU, PP, Perda, KepMen, SK
Bupati, MOU, dsb
b. Hardware. Misalnya: Meningkatnya anggaran kesehatan, adanya bantuan
sarana.

8
G. Proses Dan Arah Advokasi
Istilah Advocacy / Advokasi dibidang kesehaan mulai digunakan dalam
program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai
salah satu strategi global pendidikan atau promosi kesehatan . WHO
merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara
efektif menggunakan strategi pokok , yaitu
1. Advocacy ( advokasi )
2. Sosial support ( dukungan social ) , 
3. Empowermen ( pemberdayaan masyarakat ) .
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan . Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi
adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan ( policy makers ) atau pembuat
keputusan (decision makers ) baik di institusi pemerintah maupun swasta .

H. Argumentasi Untuk Advokasi


Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah
mudah , memerlukan argumentasi yang kuat . Dibawah ini ada beberapa hal yang
dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan aplikasi antara lain : 
1. Creadible : Credibilatas ( creadible ) adalah suatu sipat pada seseorang atau
institusi yang menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya .
2. Layak ( feasibel ) Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tekhnik
, politik , maupun ekonomi dimungkinkan atau layak .
3. Relevan ( relevant ) Program yang diajukan tersebut paling tidak harus
mencakup 2 kriteria , yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat , dan benar –
benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat .
4. Penting dan mendesak ( urgent ) Artinya program yang diajukan harus
mempunyai urgensi yang tinggi : harus segera dilaksanakan dan kalau tidak
segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi .

9
5. Prioritas tinggi ( haigh priority ) Artinya program yang diajukan tersebut
harus mempunyai prioritas yang tinggi

10
I. Arus Komunikasi Advokasi Kesehatan
Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar
komunikasi tersebut efektif. Berikut adalah bagan arus komunikasi dalam agar
pengajuan proposal advokasi berjalan lancar.

Pelaksana menentukan dan mengadakan rapat


pelaksana
Penyusunan proposal

Pengajuan proposal

Tertuju pada advokat yang jelas dan berpengaruh


dalam sasaran promosi kesehatan

Penjelasan tehnis isi dari proposal dan tehnis promkes

Menunggu dan meminta persetujuan dari advokat

Persiapan dan rapat sebelum pelaksanaan

Pelaksanaan promosi kesehatan

Evaluasi dan laporan kepada advokat tentang hasil


yang didapat

11
J. Contoh Proposal Advokasi Pendidikan dan Promosi Kesehatan
ADVOKASI “KAWASAN KAMPUS BEBAS ROKOK”
DI UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

I. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang merugikan kesehatan dan
penyebab utama runtuhnya kesehatan manusia serta menyebabkan kematian
dini. Lima ratus juta orang yang dewasa ini hidup di muka bumi akan
meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok kini merupakan
penyebab kematian 10 % penduduk dunia. Pada tahun 2030, atau bahkan
mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat
kebiasaan merokoknya.
Kebiasaan merokok itu telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya
25 jenis penyakit pada berbagai organ tubuh, antara lain kanker saluran
pernafasan hingga paru, kandung kemih, bronchitis kronik, dan penyakit
jantung. Selain itu, kebiasaan merokok juga berhubungan dengan gangguan
pembuluh darah di otak (stroke), penyakit saluran cerna, gangguan katarak di
mata, membuat kulit cepat keriput dan bahkan sampai impotensi. Dari 25 jenis
penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, beberapa diantaranya
bahkan dapat menimbulkan kematian, antara lain kanker pada saluran
pernafasan, gangguan pada pembuluh darah, hingga gangguan pada janin dan
kelahiran berat rendah, kematian pre-natal, kelahiran premature dan rentan
terhadap keguguran pada wanita yang merokok.
Dewasa ini di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1,26 milyar
perokok, lebih dari 200 juta diantaranya adalah perempuan. Data WHO
menyebutkan di negara berkembang jumlah perokoknya 800 juta orang,
hampir tiga kali lipat negara maju. Setiap harinya sekitar 80-100 ribu remaja
di dunia yang menjadi pecandu dan ketagihan rokok. Bila pola ini terus
menetap maka sekitar 250 juta anak – anak yang hidup sekarang ini akan

12
meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Di
tahun 2000 ditemukan 3,5 juta kematian akibat rokok setahunnya, dimana 1,1
juta diantaranya terjadi di negara- negara berkembang. Angka kematian
tersebut diperkirakan meningkat menjadi 10 juta orang pada tahun 2025, 70%
berasal dari negara-negara berkembang. Sedangkan Indonesia menduduki
peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok dunia, serta peringkat ke 7 dalam
penghasil tembakau.
Data Survei Nasional tahun 2004 menyebutkan bahwa 63,2 % laki-laki
dan 4,4 % perempuan Indonesia adalah perokok. Secara keseluruhan (laki-laki
dan perempuan digabung) maka lebih dari 30 % penduduk Indonesia
merokok, artinya di negara kita ada sekitar 60 jutaan orang perokok.
Sedangkan kegiatan merokok sendiri telah menjadi salah satu lambang
kebanggaan atau kedewasaan bagi kelompok remaja. Sekarang sudah bukan
hal yang baru jika remaja pada saat ini sudah merokok serta kecanduan
dengan rokok. Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-
ikutan teman, selain karena terpengaruh oleh image yang diciptakan oleh
produsen rokok (misalnya, dengan menggunakan idola remaja sebagai bintang
iklan) atau karena punya orangtua perokok. Berbagai faktor pemicu
meningkatnya angka merokok pada remaja adalah iklan dan promosi besar-
besaran dari industri rokok, mudahnya mengakses produk rokok, dan
harganya yang terjangkau.
Penelitian dilakukan oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Profesor Dr Hamka,
remaja usia sekolah sangat terpengaruh oleh iklan rokok. Sebanyak 81 persen
responden dari 353 siswa SMP, SMA, dan SMK mengaku pernah mengikuti
kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok.
Suatu hal yang sangat memprihatinkan adalah usia mulai merokok dari
tahun ke tahun semakin muda. Sekitar 70% dari perokok di Indonesia
memulai kebiasaannya sebelum berumur 19 tahun, karena terbiasa melihat
anggota keluarganya yang merokok. Data juga menunjukkan bahwa sebagian

13
besar (84%) dari perokok Indonesia yang merokok setiap hari ternyata
meghisap 1-12 batang per hari dan 14% merokok sejumlah 13-24 batang
sehari. Perokok 25 batang atau lebih sehari hanya 1,4 % saja.
Di tingkat dunia sudah ada FCTC (Framework Convention on
Tobacco Control) FCTC telah disetujui 192 negara anggota Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei 2003. Tujuan dari FCTC adalah
melindungi masyarakat dari kerusakan kesehatan, sosial, lingkungan, dan
konsekuensi ekonomi akibat konsumsi tembakau serta paparan terhadap asap
tembakau. Kini FCTC telah menjadi hukum internasional dan 137 negara
telah meratifikasinya. Satu-satunya negara di Asia yang belum
menandatanganinya adalah Indonesia. Indonesia belum meratifikasi FCTC
karena tekanan dari industri rokok, dan ketidaktahuan pemerintah mengenai
perincian FCTC.
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004, prevelensi perokok anak usia
13 tahun sampai 15 tahun mencapai 26,8 persen dari total populasi Indonesia.
Sementara, tren usia perokok semakin dini, yakni usia lima tahun sampai
sembilan tahun dan mencapai 1,8 persen. Meningkatnya prevalensi perokok
usia dini sebanding dengan masifnya iklan dan promosi yang dilakukan oleh
industri rokok. Indonesia adalah negara yang iklan, promosi dan sponsor
rokoknya paling masif di Asia Tenggara. Indonesia juga adalah satu-satunya
negara yang tidak memiliki larangan iklan, promosi, dan sponsor rokok.
KNPA mencatat, ada sebanyak 2.846 tayangan televisi yang disponsori oleh
industri rokok di 13 stasiun televisi. Dan, tercatat 1.350 kegiatan yang
diselenggarakan atau disponsori industri rokok, mulai dari kegiatan musik,
olah raga, film layar lebar, hingga keagamaan. Iklan dan sponsor industri
rokok.
Survei yang dilakukan Global Health Professional Survey (GHPS)
tahun 2006 terhadap mahasiswa fakultas kedokteran di Indonesia,
menunjukkan hasil yang di luar dugaan. Survei itu melaporkan hampir
separuh (48,4 persen) mahasiswa/i kedokteran yang seharusnya menjadi ujung

14
tombak sosialisasi bahaya rokok, mengaku pernah merokok dan sebanyak 9,3
persen yang menyatakan masih merokok hingga sekarang. Mahasiswa (laki-
laki) yang merokok sebanyak 21 persen dan mahasiswi 2,3 persen dengan
tingkat kecanduan mencapai 33 persen atau dengan kata lain 1 dari 3 perokok
tadi tergolong kecanduan dengan parameter 30 menit bangun tidur langsung
merokok.
Rokok, satu benda yang begitu populer di kalangan masyarakat.
Kampus sebagai wahana berekspresi mahasiswa dalam berbagai kegiatan
seringkali memerlukan dana besar dalam setiap pelaksanaannya, sehingga
ketika ada sponsor yang berani menawarkan dana besar pastilah menjadi
sesuatu yang menggiurkan bagi mahasiswa. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan, dengan berbagai strateginya perusahaan rokok bermodal besar
siap mendukung berbagai kegiatan yang diajukan kepada mereka, apalagi jika
kegiatan itu yang bersifat having fun dan “anak muda banget”. Maka industri
rokok, di kalangan mahasiswa, adalah “nirwana“ sumber dana, sponsor yang
paling mudah mengeluarkan dana dan siap mengeluarkan dana besar untuk
proposal yang diajukan.
Namun ternyata, di balik “nirwana” dana tersebut, ada sebuah aturan
dan etika yang secara terang-terang dilibas habis oleh industri rokok. Di
dalam kampus, industri rokok tidak lagi mengindahkan peraturan yang telah
dibuat oleh pemerintah, yaitu PP No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan
Rokok bagi Kesehatan. Di dalam peraturan tersebut, tepatnya pasal 22 secara
jelas dinyatakan bahwa institusi pendidikan adalah kawasan tanpa rokok.
Universitas Diponegoro (Undip) adalah salah satu perguruan tinggi
negeri di Kota Semarang yang merupakan tempat bagi sekitar 37.609 orang
mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia menimba ilmu, dengan jumlah
dosen tetap 1.646 orang dan 600 staf pengajar tidak tetap. Sedangkan
Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) adalah salah satu perguruan tinggi
swasta terbesar di Semarang dengan jumlah mahasiswa sekitar 9.000 orang
dan staf pengajar sekitar 300 orang. Setelah disurvey, kami dapatkan dari

15
jumlah mahasiswa yang disebutkan diatas sekitar 5.000 mahasiswa merokok
setiap harinya kurang lebih 1 bungkus rokok, sedangkan untuk tenaga
pengajar sendiri dan staf jumlah perokok yang kami dapatkan adalah sekitar
100 orang dengan jumlah yang digunakan adalah 1 bungkus rokok utuh.
Undip maupun Udinus adalah rujukan bagi aktivitas akademik maupun
kemahasiswaan di Kota Semarang sehingga penting menerapkan kawasan
bebas rokok di kampus ini untuk mengawali terciptanya kawasan bebas rokok
di Semarang khususnya dan Jawa Tengah umumnya.
Advokasi ”Kawasan Kampus Bebas Tembakau” tahun 2008 di Undip
akan dimulai di Fakultas Kesehatan Masyarakat, sedangkan di Udinus di
Fakultas Kesehatan dan Fakultas Ekonomi. Di Udinus dipilih dua fakultas
tersebut karena keduanya terletak pada gedung yang sama. Program ini
diharapkan akan berlanjut ke fakultas-fakultas lain pada tahun berikutnya.
II. TUJUAN KEBIJAKAN (POLICY OBJECTIVES)
Lahirnya kebijakan “Kawasan Kampus Bebas Tembakau” yang
diimplementasikan secara nyata di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro serta Fakultas Kesehatan dan ekonomi Universitas
Dian Nuswantoro Semarang.
III. TARGET
1. Rektor, Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Diponegoro
2.Rektor, Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Dian Nuswantoro
3.Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
4.Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
5.Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro

IV. PESAN (MESSAGE)


1. Kawasan Kampus Tanpa tembakau” akan meningkatkan citra kampus
sebagai lembaga pendidikan yang peduli dengan masa depan generasi
bangsa.

16
2. Menciptakan kampus yang mandiri secara intelektual, akademik, dan
ekonomi tanpa tembakau.
3. Tanpa tembakau kawasan kampus menjadi lebih sehat, aktivitas kampus
lebih optimal, mahasiswa lebih berprestasi.
4. Merokok dan Promosi rokok di kampus adalah tindakan melanggar
peraturan (elegal
5.
VII. PENYAMPAI PESAN (MESSANGER)
1. Tim Advokasi ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” Undip dan Udinus
2. Undip : Prof. Ir. Eko Budiharjo, M.Sc.
3. Udinus : dr. Lily Kresnowati

VIII. METODE PENYAMPAIAN PESAN (ENSURE MESSAGE REACHES


THE POLICY MAKER)
1. Audiensi dengan Rektor, Wakil Rektor di Undip dan Udinus
2. Round table discucussion dengan Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Kepala
Biro di Undip dan Udinus
3. Seminar tentang ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” di Undip dan
Udinus
4. Mobilisasi massa dengan aksi simpatik mahasiswa ”Membebaskan
Kampus dari Tembakau”
5. Deklarasi ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” di Undip dan Udinus
IX. PENGGUNAAN MEDIA SECARA EFEKTIF (UTILIZE MEDIA
EFFECTIVELY)
1. Media adalah kekuatan penting dalam pelaksanaan ”Kawasan Kampus
Tanpa tembakau”. Beberapa media yang akan dipakai untuk
mengkampanyekan ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” adalah :
2. TVKU (Televisi Kampus Udinus) yang merupakan televisi lokal yang
mempunyai daya jangkau siaran di Pantura dan sebagian Jawa Tengah
bagian Selatan. TVKU bisa dijadikan media kampanye ”Kawasan

17
Kampus Tanpa tembakau” melalui acara talkshow (evening talks),
peliputan kegiatan diskusi, seminar, deklarasi (edunews) maupun
program Campus on TV, serta iklan layanan masyarakat.
3. Televisi lokal lain seperti TVB, Cakra Semarang TV, Pro TV, TVRI
Semarang melalui program news, iklan layanan masyarakat dan program
lain yang memungkinkan.
4. Televisi Nasional (Metro TV, SCTV, RCTI, Trans TV, Trans 7, dll)
melalui program News
5. Koran Suara Merdeka, Jawa Pos dan Kompas melalui berita dan opini.
6. Media alternatif yang dipakai adalah ”Kampanye Kampus Tanpa
Tembakau” yang dilakukan dengan pentas musik, teater, tari, pameran
fotografi, pameran poster tentang bahaya rokok.
X. KEKUATAN DAN KELEMAHAN PROMOSI ROKOK (THE
STRENGTHS AND WEAKNESSES OF THE OPPOSITION)
1. Kekuatan Promosi Rokok
a. Rokok menyumbangkan dana untuk kegiatan kemahasiswaan di
kampus (pentas musik dan event olah raga)
b. Rokok memberikan beasiswa untuk mahasiswa
c. Sebagian besar civitas akademika di kampus adalah pro-rokok
2. Kelemahan Promosi Rokok
a. Promosi rokok di kampus melanggar PP No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, pasal 22 yang menyatakan
bahwa institusi pendidikan adalah kawasan tanpa rokok.
b. Promosi rokok di kampus merusak masa depan generasi muda
Indonesia.

XI. PIHAK-PIHAK YANG BISA DILIBATKAN (OTHER VOICES)


1) BEM dan Himpinan Mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro

18
2) BEM dan Himpinan Mahasiswa di Fakultas Kesehatan dan Fakultas
Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro
3) LSM Lembaga Perlindungan Konsumen, Lembaga Perlindungan Anak.
4) Indonesia Tobacco Control Network terutama untuk dukungan narasumber
5) Korps Sukarela PMI (KSR PMI) di masing-masing universitas
6) UKM musik, teater, tari, fotografi, dll, dari di masing-masing universitas.
7) IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia) Propinsi Jawa
Tengah

XII. ORGANISASI PELAKSANA


1. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro :
Contact Person : dr. Badoes Wijanarko, MPH
2. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro :
Contact Person : Nurjanah, SKM
3. IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia) Propinsi Jawa
Tengah, Contact Person : dr. Antono Suryoputro, MPH

19
XIII. JADWAL KEGIATAN (TIME FRAME)
Waktu
2009
N 2008 (bulan)
Kegiatan Sasaran (bulan)
o 1 1 1
5 6 7 8 9 1 2 3 4
0 1 2
1 Pembuatan Tim
proposal advokasi
2 Pengiriman TCSC –
proposal IAKMI
3 Review Proposal
4 Audiensi Rektor,
WR
5 Round table Rektor,
discucussion WR,
Dekan, Ka
Biro
6 Seminar tentang Civitas
”Kawasan Kampus akademika
Tanpa tembakau”
7 Mobilisasi massa: Civitas
Aksi simpatik akademika
mahasiswa
8 Deklarasi Civitas
”Kawasan Kampus akademika
Tanpa tembakau”
9 Media advocacy : Media
press release, lokal &
peliputan kegiatan nasional
10 Media alternatif: Civitas
pentas seni, akademika
pameran

20
11 Aplikasi hasil Civitas
advocacy akademika
12 Evaluasi Civitas
akademika
13 Laporan

21
ANGGARAN
I. Persiapan
1 Pembuatan proposal
a. Penggandaan proposal Rp. 100.000
b. Pengiriman proposal Rp 100.000
c. Review Proposal
~ Transportasi Rp 1.000.000
~ Akomodasi Rp 750.000
Rp 1.950.000
II. Pelaksanaan
1 Audiensi
a. Transportasi 2 X 4 X 25.0 Rp 200.000
00
b. Penggandaan Materi 2 X 5 X 25.0 Rp 250.000
audiensi 00
Rp 450.000
2 Round table discucussion
a. Transportasi 2 X 1 X 25.0 Rp 750.000
5 00
b. Konsumsi 2 X 2 X 25.0 Rp 1.250.000
5 00
c. Penggandaan materi 2 X 2 X 10.0 Rp 500.000
5 00
Rp 2.500.000
3 Seminar tentang ”Kawasan
Kampus Tanpa tembakau”
a. Transportasi pembicara Rp 1.000.000
Jkt
b. Honor pembicara 4 X 1.000.000 Rp 4.000.000
0
c. Konsumsi 3 X 6.00 Rp 1.800.000
0 0
0
d. Penggandaan materi 3 X 5.00 Rp 1.500.000
0 0
0
f. Sewa sound system 400.000 Rp 400.000

22
g. Backdrop Rp 250.000
h. Spanduk 1 X 100.000 Rp 1.000.000
0
i. Dokumentasi Rp 300.000
Rp 10.250.000
7 Mobilisasi massa: Aksi
simpatik mahasiswa
a. Media kampanya Rp 1.000.000
8 Deklarasi ”Kawasan
Kampus Tanpa tembakau”
a. Media deklarasi Rp 1.000.000
9 Media advocacy : press Rp 1.000.000
release, peliputan kegiatan
1 Media alternatif: pentas seni, 2 X 3.000.000 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
0 pameran
III. Laporan
1 Penggandaan Laporan Rp 500.000 500.000
TOTAL 23.650.000

Referensi
1) Husaini. Aiman. dr. Tobat Merokok, Rahasia dan cara empatik berhenti
merokok. Pustaka Iman. Depok. Juni 2006
2) Yoga Aditama.Tjandra. Tuberkulosis, Rokok, dan perempuan.FKUI.
Jakarta.2006
3) Agus Firdaus. Industri Asap Rokok yang di-Tuhankan (Menyikapi maraknya
iklan rokok masuk kampus). Minggu, 12 Pebruari 2007.
http://www.bem.its.ac.id/web/index.php?
option=com_content&task=blogcategory&id=13&item=18/html
4) Guntoro Utamadi. Rokok bagi Remaja, Gaya atau Bahaya? Jumat, 1 Pebruari,
2002. http : // www . kompas . com /kompas cetak/0202/01/ dikbud/roko27.htm
5) Agnes Aristiarini.kalau Rokok Dibiarkan Merajalela. Sabtu, 21 Januari
2000.http://www.kompas.com/kompas-cetak/001/21/fokus/2381676. Htm
6) Ketika Iklan Rokok 'Memangsa' Remaja http://indotc1.blogspot.com/

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Oleh karena konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat
juga dipengaruhi oleh kebijakan maupun perubahahn organisasi, dan politik
bahkan faktor ekonomi, maka lingkungan yang mendukung perubahan prilaku
menjadi penting. Oleh karena itu, advokasi sebagai salah satu strategi promosi
kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat
menjadi penting. Advokasi pada hakekatnya adalah bekerja dengan dan
organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang terlibat
dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Dengan demikian, advokasi menjadi suatu pengetahuan maupun keterampilan
yang akan sangat membantu bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang
ksehatan masyarakat.karenamasalah ksehatan perlu juga memberoleh perahtian
dari para pembuat keputusan terkait diluar bidang ksehatan, maka advokasi
masalah kesehatan sendiri bagi hal layak di luar kesehatan juga menjadi salah
satu tugas yang harus dilakukan dalam bidang promosi kesehatan. Kemitraan
dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M)
tersedia (input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat
(proses), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan
kegiatan bersama (output), membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome).
1. Dalam melakukan gerakan pemberdayaan terlebih dahulu kegiatan harus
difokuskan pada upaya pemberdayaan petugas agar siap dan mampu berperan
secara tepat dalam membangun masyarakat. 2. Mengembangkan masyarakat itu
sendiri agar siap dan mampu berpartisipasi, memecahkan masalah yang
dihadapinya secara mandiri. 3. Setelah kegiatan di masyarakat berlangsung, tidak
berarti pemberdayaan petugas sudah berakhir, namun interaksi timbal balik
antara petugas dan masyarakat masih terus berlangsung. Artinya, masih banyak

24
tatangan maupun permasalahan yang bervariasi harus dihadapi oleh petugas
dalam melestarikan maupun mengembangkan kegiatan yang telah dibangun.
Untuk itu proses pemberdayaan petugas harus terus dilakukan, sehingga tetap
semangat dan mampu berperan dengan tepat dalam membantu masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo,suekidjo prof Dr.2008.promosi kesehatan dan perilaku;Rineka


cipta:Jakarta.

Iqbal Mubarak wahit.2012.ilmu kesehatan masyarakat:konsep dan aplikasi


dalam kebidanan.salemba medika.jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai