1. ABDALIYAH (1420123001)
2. ALYA BAEHAQI (1420123003)
3. ERVANI DWI NANDA (1420123015)
4. HANIFA TUL SAMIYAH (1420123018)
5. KURNIA SAPITRI (1420123022)
6. MAGHFIRA RAMADHANIYYAH AZHARI (1420123023)
7. NADIA FEBRIYANTI (1420123030)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya promosi kesehatan di kenal dengan istilah pendidikan
kesehatan yang kemudian mengalami pergeseran menjadi perilaku
kesehatan hingga di gabungkan antara pendidikan dan ilmu perilaku
sehingga menjadi promosi kesahatan .
Pendidikan kesehatan atau yang saat ini di kenal dengan promosi
kesehatan merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Promosi kesehatan bukan hanya sekedar menyampaikan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku
hidup sehat tetapi bagaimana masyarakat mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Promosi kesehatan di dalamnya terdapat paradigma kesehatan
sebagai suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat berbagai
konsep yang terkait dengan fokus keilmuannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam promosi kesehatan antara lain:
1. Apa definisi paradigma kesehatan?
2. Bagaimana perkembangan paradigma baru dalam promosi kesehatan?
3. Apa faktor pendorong adanya paradigma sehat?
4. Bagaimana paradigma baru kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan paradigma dalam promosi kesehatan antara lain:
1. Untuk mengatahui definisi paradigma kesehatan.
2. Untuk mengatahui perkembangan paradigma baru dalam promosi
kesahatan.
3. Untuk mengatahui faktor pendorong adanya paradigma sehat.
4. Untuk mengetahui paradigma baru kesahatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
penyakit, bencana alam, dan sebagainya. Orang yang dimaksud adalah
tujuan (individu).
2. Periode 1965-1975
Tujuan di balik program ini adalah untuk menunjukkan kepedulian
terhadap masyarakat setempat. Program Health Educational Service
(HES) juga dimulai sekitar waktu itu untuk memulai proses peningkatan
jumlah staf profesional. Namun, meskipun banyak intervensi program
yang mulai diterapkan di masyarakat, mayoritas intervensi tersebut
masih bersifat individualistis.
3. Periode 1975-1985
Istilah tersebut mulai disebut sebagai Pendidikan Kesehatan sebagai
gantinya. Pendekatan Berorientasi Bina Lingkungan Selama kurun
waktu tersebut, program UKS di sekolah dasar mulai memasukkan
Dokter Kecil ke dalam kurikulumnya. Kementerian Kesehatan telah
memulai program untuk secara aktif mendukung dan memberdayakan
masyarakat setempat. Pada saat itulah Posyandu hadir sebagai pusat
pemberdayaan dan penggerak masyarakat. Namun demikian,
pergeseran ini terjadi dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga
pengaruhnya terhadap peningkatan kesehatan dapat diabaikan. Dengan
kata lain, perolehan pengetahuan yang signifikan tidak menghasilkan
perubahan perilaku yang sesuai.
4. Periode 1985-1995
Diputuskan untuk membentuk Direktorat Partisipasi Masyarakat
(PSM) yang bertugas untuk memberikan pengaruh yang lebih besar
kepada masyarakat. Mengubah perilaku masyarakat merupakan tujuan
PKM dan PSM saat itu. Apa yang disebut "Piagam Ottawa" tentang
Promosi Kesehatan adalah hal pertama yang mulai berpengaruh pada
cara pandang (visi).
5. Tahun 1995 Sampai Sekarang
Istilah yang akhirnya menjadi Promosi Kesehatan adalah PKM.
Bukan hanya pemberdayaan masyarakat menuju mobilisasi massa yang
3
menjadi tujuannya, tetapi aliansi dan politik kesehatan juga penting
untuk mencapainya (termasuk advokasi). Oleh karena itu, tujuan
promosi kesehatan tidak hanya berupa perubahan perilaku; melainkan
harus berupa perubahan kebijakan atau gerakan menuju perubahan
dalam sistem kesehatan atau variabel lingkungan. Oleh karena itu,
tujuan promosi kesehatan adalah menyediakan sarana bagi individu
untuk melindungi dan meningkatkan kesehatannya sendiri, serta sarana
penciptaan kondidi, baik perilaku maupun lingkungan, yang
mendukung hidup sehat.
C. Faktor Pendorong Adanya Paradigma Sehat
Faktor pendorong adanya paradigma sehat menurut Aat Agustini dalam
buku Pendidikan dan Promosi Kesehatan dalam Keperawatan (2023).
Berikut ini adalah contoh faktor yang mendorong perlunya paradigma sehat:
1. Penyediaan pelayanan kesehatan dengan penekanan utama pada
pengobatan mereka yang sakit tidak efisen.
2. Pemikiran tentang kesehatan telah berkembang sedemikian rupa
sehingga untuk dikatakan sehta juga harus mencakup ciri-ciri sehat,
produktif, dan sosial ekonomi.
3. Pergeseran epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif
kronis kini terjadi.
4. Terjadi pergeseran populasi, dengan bertambahnya jumlah lansia yang
membutuhkan perawatan khusus.
5. Pemahaman lebih baik tentang unsur-unsur yang berperan dalam
menentukan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
D. Paradigma Baru Kesehatan
Paradigma baru kesehatan menurut Notoatmodjo 2003 dalam buku
Prinsip – prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Kesehatan bukanlah
"statis", bukan sesuatu yang dikotomi sehat dan sakit, tetapi dinamis,
progesif dan kontinum. Hal ini telah disadari oleh WHO, yang akhirnya
pada tahun 1988 merumuskan kembali definisi kesehatan. Kemudian
rumusan WHO tersebut diangkat dalam UU.No.23/1992 yakni: "Kesehatan
4
atau sehat adalah keadaan sejahtera dari badan. jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara ekonomi maupun
sosial". Hal ini berarti bahwa kesehatan tidak hanya mempunyai dimensi
fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga mencakup dimensi ekonomi. Oleh
sebab itu agar pelayanan kesehatan relevan dengan peningkatan derajat
kesehatan bangsa perlu kebijakan- kebijakan baru dalam pelayanan
kesehatan. Dengan perkataan lain paradigma pelayanan kesehatan harus
diubah. Orientasi pelayanan kesehatan harus digeser dari pelayanan
kesehatan yang konvensional (paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan paradigma baru (paradigma schat).
Pelayanan Kesehatan Konvensional yang mempunyai karakteristik
(Konsursium Ilmu Kesehatan Indonesia, 2003)
1. Sehat dan sakit dipandang sebagai dua hal seperti "hitam" dan "putih"
2. Pelayanan kesehatan diasosiasikan dengan pengobatan dan
penyembuhan.
3. Pelayanan kesehatan diidentikkan dengan rumah sakit dan poliklinik.
4. Tujuan pelayanan kesehatan untuk meringankan penderitaan dan
menghidarkan dari kesakitan dan kematian.
5. Tenaga pelayanan kesehatan utamanya dokter.
6. Sasaran utama pelayanan kesehatan adalah individu yang sakit Oleh
sebab itu program- program pelayanan kesehatan hanya untuk
kelangsungan hidup saja (Health Programs for Survival), dan harus
digeser ke Pelayanan Kesehatan.
1. Sehat dan sakit bukan sesuatu yang hitam dan putih, sehat bukan berarti
tidak enkit dan sakit tidak berarti tidak sehat.
2. Pelayanan kesehatan tidak hanya penyembuhan dan pemulihan, tetapi
dan promotif Unduh.
3. Pelayanan kesehatan bukan hanya Rumah Sakit, dan Poliklinik.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa pradigma yang digunakan dalam promosi kesehatan sangat
penting dalam menentukan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat. Berbagai pradigma seperti pradigma biomedis,
perilaku, dan sosial memberikan sudut pandang yang berbeda dalam
memahami dan mengatasi masalah kesehatan. Oleh karena itu, pemahaman
yang mendalam tentang pradigma-pradigma ini sangat diperlukan agar
upaya promosi kesehatan dapat lebih efektif dan berdampak positif
pada masyarakat.
B. Saran
1. Pembangunan kesehatan harus di pandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Pembinaan tenaga kesehatan yang berorientasi pada paradigma sehat
3. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan karenan merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan
penduduk dalam upaya pembangunan kesehatan khususnya di indonesia
4. Adanya evaluasi pada upaya pelayanan kesehatan secara berkala
6
DAFTAR PUSTAKA