Anda di halaman 1dari 9

KANUL NASAL

INPUT :
1. Tabung O2 lengkap terdiri dari:
a. Pengukur aliran (flow meter)
b. Botol Pelembab(humidifier) berisi aquadest sampai tanda batas.

c. Selang O2
d. Nasal Kanul.

2. Spekulum hidung

3. Cotton Bud

4. Kom berisi air hangat ( 36’C – 37’C)

5. Kasa

6. Cairan desinfektan 0,5% dalam bengkok


PROSES :
• Inspeksi tanda dan gejala hipoksia dan sekresi pada jalan napas.
• Inform consent
• Atur posisi pasien semi fowler jika memungkinkan.
• Cuci tangan
• Bersihkan hidung dengan cara memasukkan speculum kedalam lubang hidung lalu speculum dibuka perlahan.
• Basahi cotton bud dengan air hangat masukkan kedalam lubang melalui speculum lalu putar searah jarum jam sampaii
bersih secara bergantian pada lubang hidung.
• Lepaskan speculum secara perlahan, masukkan kedalam bengkok yang berisi larutan desinfektan 0,5%
• Pasang nasal kanul keselang O2 dan hubungkan kesumber O2, observasi air dihumidifier bergelembung.
• Buka flow meter, cek aliran O2 pada kanul dengan mendekatkan ujung kanul ke daerah pipi/punggung tangan.
• Letakkan ujung kanul kedalam lubang hidung, atur lubang kanul sampai benar-benar pas menempati hidung dan
nyaman bagi klien.
• Atur pengikat untuk kenyamanan klien (dikepala atau bawah dagu)
• Atur aliran sesuai dengan kebutuhan/ order.
• Letakkan selang diatas telinga yang dialasi kasa kering.
• Periksa kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi setiap waktu.
• Observasi hidung dan dan permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan kulit untuk
pemasangan nasal kanul letakkan kasa kering diatas kedua daun telinga untuk menghindari lecet/alergi
• Periksa kec.aliran oksigen dan program dokter setiap 8 jam, pertahankan humidifier terisi setiap waktu
• Observasi hidung dan permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat kerusakan kulit.
• Cuci tangan.
• Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah hilang.
• Catat Metoda pemberian oksigen, kecepatan aliran, kepatenan nasal kanul, respon klien.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
• O2 diberikan dengan kec.aliran sampai 6 liter/menit.Kecepatan aliran lebih besar dari 4l/,mnt jarang digunakan krn efek
yg ditimbulkan: mukosa kering.
• Klien dg penyakit paru obstruksi kecepatan aliran harus tidak melebihi 2 l/mnt. Kec. Lebih tinggi dapat menekan stimulus
pernapasan.
• Waspadai kerusakan kulit diatas telinga dan hidung akibat pemasangan kanul terlalu kuat.

NASAL KATETER

INPUT :
1. Tabung O2 lengkap terdiri dari: 7. Handscoen

a. Pengukur aliran (flow meter) 8. Pinset anatomi steril

b. Botol Pelembab(humidifier) berisi aquadest sampai tanda batas. 9. Jelly.


c. Selang O2 10. Bengkok
d. Nasal Kateter dalam kemasan steril/ bak instrumen steril.
2. Spekulum hidung
3. Cotton Bud
4. Kom berisi air hangat ( 36’C – 37’C)
5. Kasa steril
6. Cairan desinfektan 0,5% dalam bengkok

PROSES :
• Inspeksi tanda dan gejala hipoksia dan sekresi pada jalan napas.
• Inform consent
• Atur posisi pasien semi fowler jika memungkinkan.
• Cuci tangan
• Bersihkan hidung dengan cara memasukkan speculum kedalam lubang hidung lalu speculum dibuka perlahan.
• Basahi cotton bud dengan air hangat masukkan kedalam lubang melalui speculum lalu putar searah jarum jam sampai
bersih secara bergantian pada lubang hidung.
• Lepaskan speculum secara perlahan, masukkan kedalam bengkok yang berisi larutan desinfektan 0,5%
• Pasang handscoen
• Ukur panjang kateter dari hidung sampai ketelinga tanpa menyenuh kulit.
• Beri jelly, sambungkan selang ke tabung O2 cek selang dengan membuka flow meter dengan aliran rendah
• Rasakan aliran O2 di pipi / puggung tangan tanpa menyentuh kulit.
• Masukkan selang kateter secara perlahan sampai nasoparing dengan pinset.(jika klien sadar suruh buka mulut untuk
memastikan selang tepat masuk nasopharing.
• Atur aliran sesuai kebutuhan/ order
• Fiksasi selang kateter dengan plester pada bagian hidung.
• Periksa kec.aliran oksigen dan program dokter setiap 8 jam.
• Cuci tangan.
• Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah hilang.
• Catat Metoda pemberian oksigen, kecepatan aliran, kepatenan nasal kanul, respon klien.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :


• O2 diberikan dengan kec.aliran sampai 6 liter/menit.Kecepatan aliran lebih besar dari 4l/,mnt jarang digunakan krn efek
yg ditimbulkan: mukosa kering.
• Klien dg penyakit paru obstruksi kecepatan aliran harus tidak melebihi 2 l/mnt. Kec. Lebih tinggi dapat menekan stimulus
pernapasan.
• Waspadai kerusakan kulit diatas telinga dan hidung akibat pemasangan kanul terlalu kuat.

MASKER OKSIGEN

INPUT :
1. Tabung O2 lengkap terdiri dari:
a. Pengukur aliran (flow meter)
b. Botol Pelembab(humidifier) berisi aquadest sampai tanda batas.
c. Selang O2
d. Masker
2. Spekulum hidung
3. Kasa

PROSES :
• Inspeksi tanda dan gejala hipoksia dan sekresi pada jalan napas.
• Inform consent
• Atur posisi pasien semi fowler jika memungkinkan.
• Cuci tangan
• Bersihkan hidung dengan cara memasukkan speculum kedalam lubang hidung lalu speculum dibuka perlahan.
• Basahi cotton bud dengan air hangat masukkan kedalam lubang melalui speculum lalu putar searah jarum jam sampai
bersih secara bergantian pada lubang hidung.
• Lepaskan speculum secara perlahan, masukkan kedalam bengkok yang berisi larutan desinfektan 0,5%
• Pasang selang hubungkan dengan tabung O2, cek aliran dengan menggunakan benang dari kasa.
• Pasang masker yang menutupi mulut dan hidung
• Atur pengikat untuk kenyamanan klien (di kepala).
• Atur aliran sesuai dengan kebutuhan.
• Periksa kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi setiap waktu.
• Periksa kec.aliran oksigen dan program dokter setiap 8 jam.
• Cuci tangan.
• Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah hilang.
• Catat Metoda pemberian oksigen, kecepatan aliran, kepatenan nasal kanul, respon klien.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :


• O2 diberikan dengan kec.aliran sampai 6 liter/menit.Kecepatan aliran lebih besar dari 4l/,mnt jarang digunakan krn efek
yg ditimbulkan: mukosa kering.
• Klien dg penyakit paru obstruksi kecepatan aliran harus tidak melebihi 2 l/mnt. Kec. Lebih tinggi dapat menekan stimulus
pernapasan.
• Waspadai kerusakan kulit diatas telinga dan hidung akibat pemasangan kanul terlalu kuat.
LATIHAN PERNAPASAN

TUJUAN :
Membantu meningkatkan ventilasi, menurunkan kerja pernapasan, mengatasi pernapasan yang tidak sempurna.

Tiga teknik dasar yang dilakukan :


1. Latihan napas dalam dan batuk
2. Pernapasan Pursed-lip
3. Pernapasan diafragmatik

INPUT
Satu buah kursi/ bed

PROSES
PERNAPASAN PURSED-LIP
A. Pengertian :
• Teknik pernapasan dengan inspirasi dalam dan ekspirasi dalam yang lama melalui bibir yg membentuk huruf “O”
untuk mencegah kolaps pada alveolar.
B. Prosedur:
• Inform consent
• Klien duduk.
• Instruksikan mengambil napas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan melalui bibir yang membentuk
huruf “O”.
Lakukan ekshalasi lebih lama dari inhalasi
PERNAPASAN DIAFRAGMATIK
A. Pengertian :
• Teknik pernapasan dg merelaksasikan otot-otot interkosta dan otot-otot bantu pernapasan saat inspirasi dalam.
(mengembangkan diafragma).
B. Tujuan : meningkatkan efisiensi pernapasan dengan mengurangi udara yang terperangkap dan kerja
pernapasan.
C. Manfaat:
• Membantu terapi penyakit paru
• Latihan pasca operasi
• Wanita bersalin untuk relaksasi dan kontrol nyeri.

D. Prosedur pernapasan diafragma


1. Inform consent
2. Bantu klien keposisi yang nyaman, duduk atau berdiri.
3. Bila duduk; bantu klien duduk di tepi tempat tidur atau duduk tegak di kursi.
4. Berdiri atau duduk menghadap klien.
5. Instruksikan klien untuk meletakkan telapak tangannya di bawah dan sepanjang batas bawah tulang rusuk
anterior, letakkan ujung jari tengah kedua tangan dengan saling bersentuhan.
6. Demonstrasikan pada klien.
7. Minta klien menghirup napas dalam secara lambat melalui hidung. Minta klien untuk merasakan bahwa kedua
jari tengah tangan terpisah selama inhalasi.
8. Jelaskan bahwa klien akan merasakan pergerakan normal diafragma kebawah yg terjadi selama inspirasi dan
organ-organ abdomen tertekan kebagian bawah dan dinding dada melebar.
9. Jangan menggunakan dada dan bahu saat inhalasi.
10. Minta klien menahan napas sampai hitungan ketiga dan perlahan-lahan hembuskan napas melalui mulut.
11. Katakan pada klien bahwa kedua ujung jari tengahnya akan bersentuhan kembali seperti saat dinding dada
berkontraksi.
12. Ulang latihan pernapasan sebanyak 3 sampai 5 kali.
13. Minta klien melakukan latihan tersebut. Instruksikan klien mengambil napas dalam perlahan sebanyak 10 kali
setiap 2 jam saat klien terjaga.

BATUK EFEKTIF

INPUT
1. Sputum pot yang berisi cairan lysol 2%
2. Tissue
3. Penyangga kaki
4. Tabung O2 dan perlengkapannya jika diperlukan

PROSES
 Inform consent
 Posisi duduk tegak.

 Bimbing pasien untuk melakukan napas dalam pursed-lip sesuai dengan procedure sebelumnya.
 Demonstrasikan kepad klien : Hirup napas dalam 2 kali secara perlahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut.

 Hirup napas dalam ketiga kalinya dan tahan napas sampai hitungan ketiga.
 Batukkan dengan kuat dua atau tiga kali secara berturut-turut tanpa menghirup napas kembali selama melakukan batuk.
( katakan pada klien untuk mendorong semua udara keluar dari paru-paru).
 Ingatkan klien bahwa selain batuk, ia juga membersihkan tenggorokannya.
 Instruksikan klien batuk efektif sebanyak 2 sampai 3 kali setiap 2 jam pada saat klien terjaga.
 Minta klien memeriksa adanya perubahan konsistensi, jumlah dan warna sputum
 Jika klien ada insisi bedah pada abdomen/ thoraks, letakkan salah satu tangan atau bantal diatas tempat insisi sambil
menekan perkiraan tempat insisi.

EVALUASI
 Observasi respon (KU, Pernapasan nadi, ekspresi wjah,pengembangan rongga dada dan rongga perut)
 Tanyakan apakah ada rasa nyeri.
 Catat hasil observasi dilembar catatan.
 Observasi sputum
Kateter Nasal
• Lebih jarang digunakan dari kanul.

• Prosedur : insersi kateter oksigen kedalam hidung sampai nasoparing.

• Ganti kateter minimal tiap 8 jam dan insersi kedalam nostril lain (fiksasi kateter memberi tekanan pada nostrli).

• Kelemahan: klien merasa nyeri saat kateter melewati nasoparing dan mukosa nasal akan trauma.
Masker Oksigen
• Peralatan untuk memberikan oksigen, kelembaban atau kelembaban yang dipanaskan.
• Dirancang terpasang menutupai mulut dan hidung, difiksasi menggunkan tali pengikat.
• Ada 2 jenis utama masker : Konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah.
Jenis-jenis masker :
• Masker wajah sederhana:
- Digunakan tuk terapi O2 jangka pendek.(kurang dari 12 jam)
- Dipasang longgar dgn konsentrasi 30%-60%.
- Kontraindikasi bagi klien dengan retensi CO2 krn akan memperburuk retensi.
• Masker wajah plastik yang berkantung reservoar.
Ada 2 jenis:
1. Partial rebreather :
* Memiliki lubang angin (vent) dibagian kiri dan kanan masker.
* Klien menghirup kembali sepertiga bagian udara dari kantong reservoar.
* Konsentrasi O2 , 70% tuk klien yg mampu bernapas kembali/ rebreather) dg
kecepatan aliran 10l/mnt
Nonrebreather Masker
* Bentuknya sama denga partial rebreather tapi Memiliki 2 katup dimasker
* Mampu memberi konsentrasi O2 lebih tinggi 80%-90%. Digunakan bagi klien bila tidak mampu bernapas
kembali (nonrebreather).
* Masker dpt mempertahankan suplai O2 dgn konsentrasi tinggi didalm kantung reservoar.
* Perawat hrs sering meninspeksi kantung untuk memastikan kantung tersebut mengembang.
* Apabila kantung mengempes maka klien akan menghirup sejumlah besar CO2.
B. Masker Venturi
- Dapat menghantarkan O2 dg konsentrasi 24%, 28%, 30%, 35%, 40%, 45%,55%, dg kec. Aliran 2 sampai
3,4,6,8,14 l/mnt secara berurutan, bergantung pada pemilihan alat pengendali aliran.
- Memberikan ketepatan konsentrasi O2.

Anda mungkin juga menyukai