Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

ADVOKASI DAN NEGOSIASI KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING : ELVI DESTARIYANI,SST,M.Kes

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

1. DELLA NOFRIANTIKA (P0 1740522001)

2. RITA MEDIALISTUTI (P0 1740522015)

3. SHOPIATUN FATHONA (P0 1740522019)

PRODI : PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Manajemen dan Kepemimpinan
Dalam Pelayanan Kebidanan dengan judul Advokasi dan Negosiasi.

Penyusunan makalah ini bersumber dari semua data yang kami peroleh baik dari media
cetak, media elektronik, serta bimbingan dari dosen mata kuliah. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada Bunda Elvi Destariyani,SST,M.Kes selaku dosen mata kuliah
Manajemen dan Kepemimpinan dalam Pelayanan Kebidanan, rekan-rekan prodi Profesi Bidan
Tahun 2022 Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang kami banggakan, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Dalam hal ini kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak dalam menyusun makalah ini
sehingga dapat menjadi makalah yang baik dan bermanfaat bagi kita semua, terutaman
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Wassalamualaikum wr.wb.

Bengkulu, Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER…...........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Advokasi....................................................................................................
1. Definisi advokasi.................................................................................3
2. Kegiatan-kegiatan advokasi.................................................................4
3. Unsur-unsur pokok advokasi…...........................................................5
4. Argumentasi untuk advokasi...............................................................6
5. Tujuan advokasi kesehatan .................................................................7
6. Manfaat advokasi kesehatan................................................................7
7. Sasaran dan pelaku advokasi kesehatan..............................................8
8. Pendekatan advokasi kesehatan...........................................................9
B. Negosiasi....................................................................................................
1. Definisi negosiasi.............................................................................12
2. Unsur-unsur pokok negosiasi............................................................13
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan
pembuat keputusan, baik di tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau
kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran
untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan
yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para
pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi. Advokasi secara harfiah
berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai
permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau
pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar
memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah
advokasi dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan di artikan upaya
untuk memperoleh kesehatan. Promosi kesehatan memerlukan adanya advokasi
kebijakan untuk menciptakan dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan
sehat.
Hal ini merupakan lawenforcment yang dapat memaksa atau memobilisasi
masyarakat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Banyak orang yang masih
belum menyadari pentingnya kesehatan. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor sehingga masalah kesehatan sering kalah prioritas dibanding
masalah ekonomi dan kebutuhan fisik lainnya. Oleh karena itu, upaya
mengenalkan kesehatan perlu dipicu agar memperoleh dukungan dan kepedulian
semua pihak. Perlu dilakukannya pendekatan persuasif, cara-cara komunikatif dan
inovatif yang memperhatikan setiap segmen sasaran untuk meningkatkan kesadaran
semua pihak, oleh kerena itu diperlukannya advokasi kesehatan kepada berbagai pihak
agar kesehatan dianggap sebagai sesuatu yang penting oleh pihak lain, terutama para
penentu kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat, baik
pusat maupun daerah.

1
Negosiasi secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah proses lebih lanjut saat dua
pihak atau lebih mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang
berkepentingan. Negosiasi dalam prosesnya selalu melibatkan dua pihak, yaitu sebagai pihak
pertama sebagai negosiator atau pemrakarsa negosiasi. Pihak kedua disebut advisory, atau
lawan dalam negosiasi.

B. Rumusan Masalah
1. Advokasi
a) Apa yang di maksud dengan definisi advokasi ?
b) Apa saja kegiatan-kegiatan advokasi ?
c) Apa saja unsur-unsur pokok advokasi?
d) Bagaimana argumentasi untuk advokasi ?
e) Bagaimana tujuan advokasi kesehatan ?
f) Apa saja manfaat dari advokasi kesehatan ?
g) Siapa saja sasaran dan pelaku advokasi kesehatan ?
h) Bagaimana pendekatan advokasi kesehatan ?
2. Negosiasi
a) Apa yang di maksud dengan definisi negosiasi ?
b) Apa saja unsur-unsur pokok negosiasi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi,kegiatan-kegiatan,Unsur-unsur pokok,argumentasi, tujuan,
manfaat, sasaran dan pelaku serta pendekatan dari advokasi kesehatan
2. Untuk mengetahui definisi dan unsur-unsur pokok negosiasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Advokasi

1. Definisi Advokasi

Istilah advokasi mulai digunakan oleh World Health Organization (WHO) pada
tahun 1984, sebagai salah satu strategi global promosi kesehatan. WHO merumuskan
bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif menggunakan
3 strategi pokok yakni advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin
suatu organisasi atau institusi kerja baik dilingkunagn pemerintah maupun swasta serta
organisasi kemasyarakatan. Dari segi komunikasi advokasi adalah salah satu komunikasi
personal, interpersonal, maupun massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan
(policy makers) atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan
tatanan sosial.
Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada orang
lain atau menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta
mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta
membangun dukungan terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan
bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan social,
untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan social, dan
adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.

3
2. Kegiatan-kegiatan Advokasi
Adapun kegiatan-kegiatan advokasi antara lain :
a.Lobi politik (Political Lobying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk
mennginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan
dilaksanakan. Tahap pertama pada lobi ini adalah tenaga kesehatan atau bidan
menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya, dan
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif yang
terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu
dibawa atau ditunjukkna data yang akurat tentang masalah kesehatan tersebut kepada
pejabat yang bersangkutan.
b. Seminar dan Presentasi
Seminar dan presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya lengkap
dengan data dan ilustarsi yang menarik serta rencana program pemecahannya.
Kemudian masalh tersebut dibahas bersama-sama yang pada akhirnya diharapkan akan
diperoleh komitmen atau dukungan tterhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
c. Media Advokasi
Media (media advocasy) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan
media khususnya media massa baik melalui media cetak maupun media elektronik.
Permasalahan kesehatan yang dialami disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita,
diskusi, penyampaian pendapat dan lainnya. Media mempunyai kemampuan yang kuat
untuk membentuk opini publik yang dapat memepengaruhi bahkan merupakan tekanan
terhadap para penentu kebijakan dan para pengambil keputusan.
d.Perkumpulan (asosiasi)
peminat Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah merupakan
bentuk kegiatan advokasi.

4
3. Unsur-unsur pokok negosiasi
Penetapan tujuan advokasi, Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat
kompleks,banyak faktor dan saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil
tujuan,advokasi perlu dibuat lebih spesifik.
a. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, Adanya data dan riset untuk pendukung
sangaat penting agar keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar.
b. Identifikasi khalayak sasaran advokasi, bila isu dan tujuan telah disusun,upaya
advokasi telah disususn,upaya advokasi harus ditunjukan bagi kelompok yang dapat
membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam
pembuatan keputusan,misalnya staf,penasihat,orang tua yang berpengaruh,media masa
dan masyarakat.
c. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi, Khalayak sasaran berbeda bereaksi
tidak sama atas pesan yang berbeda. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau
dia mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap
masalah tertentu.
d. Membangun koalisi, Sering kali kekuatan sebuah advokasi dipengaruhi oleh jumlah
orang atau organisasi yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting
dimana situasi dinegara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan
advokasi merupakan suatu hal yang relatif baru.
e. Membuat persentasi yang persuasif, Kesempatan untuk mempengaruhu khalayak
sasaran kunci sering sekali terbatas waktunya.
f. Penggalangan dana untuk advokasi, Semua kegiatan termasuk upaya advokasi
memerlukan dana.
g. Evaluasi upaya advokasi, Untuk menjadi atvokator yang tangguh diperlukan unpan
balik berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

5
4. Argumentasi untuk advokasi
Berhasil atau tidaknya advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya persiapan
argumentasi. Argumentasi diperluka untuk dapat menyakinkan para oemnentu
kebijaksanaan atau para oembuat keputusan sehingga mereka memberikan dukungan baik
kebijakan, fasilitas, mauun dana terhadap program yang ditawarkan. Beberapa hal yang
dapat memperkuat argumentasi dalam melakukan kegiatan advokasi
a. Menyakinkan (Credible)
Program yang dijukan harus menyakinkan para penentu kebijakan atau para pembuat
keputusan. Agar program tersebut menyakinkan harus didukung data dan sumber yang
dapat dipercaya. Program yang diajukan harus didasari dengan permasalahan yang
utama dan faktual sesuai dengan yang ditemukan di lapangan serta penting untuk
segera ditangani. Survei adalah metode yang cepat dan tepat untuk memperoleh data
yang akurat sebagai dasar untuk menyusun program.
b. Layak (Feasible)
Program yang diajukan baik secara teknik, politik maupun ekonomi dimaungkinkan
atau layak. Layak secara teknik (feasible) artinya program tersebut dapat dilaksnakan,
tenaga kesehatan atau bidan mempunyai kemampuan yang cukup, sarana dan
prasarana pendukung tersedia. Layak secara politik artinya program tersebut tidak
akan membawa dampak politik pada masyarakat. Sedangkan layak secara ekonomii
artinya didukung oleh dana yang cukup, dan masyarakat mampu membayarnya.
c. Relevan (Relevant)
Program kerja yang diajukan paling tidak harus mencakup 2 kriteria yakni memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan masalah yang terjadi di
masyarakat.
d. Penting (Urgent)
Program yang diajukan harus memiliki tingkat urgensi yang tinggi dan harus segera
dilaksanakan. Oleh sebab itu program alternatif yang diajukan adalah yang paling baik
di antara alternatif-alternatif yang lain.

6
e. Prioritas Tinggi (High Priority)
Program yag diajukan harus mempunyai prioritas yang tinggi. Agar para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan menilai bahwa program tersebut mempunyai
prioritas yang tinggi diperlukan analisis yang cermat,, baik terhadap masalahnya
sendiri maupun terhadap alternatif pemecahan masalah atau program yang akan
diajukan.

5. Tujuan advokasi kesehatan


Adapun Tujuan advokasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan
b. Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan
c. Adanya kemauan atau kepedulian menyelesaikan masalah kesehatan dengan
memberikan alternatif solusi
d. Adanya tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah kesehatan
e. Adanya tindak lanjut kegiatan
f. Adanya komitmen dan dukungan dari kebijakan pemerintah, sumber daya, dan
keikutsertakan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
masalah kesehatan.
g. Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan kebutuhan
kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk memperoleh akses di
bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya, mengalami hambatan
secara struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang bepihak kepada mereka.
Pada intinya tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong kebijakan publik seperti
dukungan tentang kesehatan.

6. Manfaat advokasi kesehatan


a. Penyelenggaraan program kesehatan mendapat dukungan kebijakan yang kuat dalam
mengatasi masalah kesehatan
b. Penyelenggaraan program kesehatan mendapat dukungan alokasi sumberdaya yang di
perlukan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat

7
c. Upaya mengatasi kesehatan menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak, jadi
bukan merupakan masalah sektor kesehatan saja
d. Program kesehatan dapat di rancang dengan baik, dan dapat terintegrasi dengan lintas
sektor terkait
e. Penyelenggaraan program kesehatan akan lebih optimal sehingga dapat berdampak
lebih maksimal terhadap upaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat
f. Meningkatkan kinerja eksekutif dan legislatif dalam pembangunan kesehatan
masyarakat

7. Sasaran dan Pelaku advokasi kesehatan


Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya : para pengambil keputusan dan penentu kebijakan
di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di kalangan pengusaha/ swasta,
badan penyandang dana, kalangan media massa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan
kelompok-kelompok potensial lainnya di masyarakat.
a. Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang atau
yang upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya : Industri rokok).
b. Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
c. Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan
advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya (credible), dan
sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya di depan
kelompok sasaran.
d. Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi,
Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh berpengaruh,
dan lain-lain.

8
8. Pendekatan advokasi kesehatan
Strategi Pendekatan Utama Advokasi Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu:
a. Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang
yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh
proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung
dengan sukses. Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan peran
serta dari masyarakat ketika kita melakukan promosi kesehatan. Sebagai contoh yaitu
pemanfaatan kader yang telah dilatih atau anggota masyarakat yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan promosi kesehatan.
b. Menjalin kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-
masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan- kesepakatan yang telah
dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
c. Memobilisasi kelompok peduli
Memobilisasi kelompok peduli merupakan suatu proses mengorganisasikan individu
yang telah termotivasi ke dalam kelompokkelompok atau mengorganisasikan
kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu
dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan
dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya
menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip
panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah
kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik
1) Untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita.
Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung
jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak

9
yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber
kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu
menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi
hidup dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan
menyenangkan. Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang
berubah pesat.
2) Terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi
3) Sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan
yang positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang
dibangun serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi
kesehatan apa saja. Lingkungan yang Mendukung adalah lingkungan dimana kita
akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan
melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat yang mempunyai
lingkungan yang sehat.
e. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
f. Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien
dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini
adalah memberdayakan komunitas –-kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan
nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya
manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan
dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat
partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh
serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan,
sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu
partisifasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.
g. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills). Promosi kesehatan
mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi,
pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal
ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam
mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang

10
kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan
dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani
penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah,
rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. Keterampilan Individu adalah
kemapuan petugas dalam menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam
mencontohkan (mendemostrrasikan). Contoh sederhana ketika petugas memberikan
promosi kesehatan tentang pembuatan larutan gula garam, maka petugas harus mampu
membuatnya dan bias mencontohkannya.
h. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di antara
individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan,
dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan
yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus
bergerak meningkat pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya
dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus
memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus
menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu
dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor
kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih
luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk
penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan
profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian
pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu
sebagai manusia seutuhnya. Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat
sebagai wadah informasi dan komunikasi tentang kesehatan.
i. Bergerak ke masa depan (moving into the future). Kesehatan diciptakan dan dijalani
oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka
belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara
satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol
terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yag

11
di diami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan
oleh semua anggotanya.
j. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).
Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program.
Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program
kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi
perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa
kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita. Dengan
pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau
berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan,
partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam
bidang-bidang lainnya. Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :
1) Adanya saling percaya antar anggota masyarakat
2) Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
3) Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat
B. Negosiasi

1. Definisi Negosiasi
Negosiasi berasal dari bahasa inggris “negotiation yang artinya perundingan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dikatakan yang dimaksud dengan negosiasi,
yaitu :
a. proses tawar menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama
antara satu pihak "kelompok atau organisasi” dan pihak " kelompok atau organisasi
yang lain . Masing-masing pihak ini memiliki kepentingan yang sama, akan tetapi
mereka memiliki kebutuhan sasaran dan motivasi yang  berbeda. Oleh karena itu,
mereka melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan

12
b. Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang
bersengketa.

Negosiasi dapat dikatakan sebagai perundingan yang dilakukan oleh dua belah pihak
untuk mencapai kesepakatan bersama, didalam usaha memenuhi kebutuhan.
Negosiasi perundingan tidak sama dengan mempengaruhi karena negoisasi merupakan
proses timbal balik atau proses dua arah, sedangkan mempengaruhi lebih merupakan
proses satu arah.

Suatu negoisasi akan berhasil bila negosiatornya :


1) Mempersiapkan diri secara insentif
2) Berorientasi pada sasaran (goal oriented)
3) Siap untuk mengatasi masalah
4) Mengerti kondisi psikologi mitra negosiasi
5) Dapat menganalisis situasi dan mengambil posisi yang fleksibel
6) Di dukung oleh teknologi mutakhir (komputer,e-mail, website dan lain-lain)
2. Unsur-unsur pokok negosiasi
a. Unsur komunikasi
Unsur komunikasi adalah unsur pokok dalam proses negosiasi yang menggunakan
fasilitas teknologi informasi dan komunikasi.
Unsur komunikasi merupakan unsur pokok dalam negosiasi yang paling utama.
Tentunya untuk mencapai sebuah negosiasi yang baik harus ada komunikasi. Karena
dengan adanya komunikasi akan terjadi sebuah kesepakatan yang baru. Namun,
komunikasi yang dibangun pun harus baik.
Antara kedua belah pihak harus memiliki komunikasi yang lancar. Media yang
digunakan untuk berkomunikasi bisa melalui apa saja. Tetapi, tentunya media yang
digunakan sebaiknya tidak membuat proses negosiasi menjadi terhambat. Lebih baik
harus ada pertemuan antara pihak yang berkaitan.

13
b. Unsur pesan
Di dalam proses negosiasi tentunya ada pesan yang ingin disampaikan. Pesan tersebut
merupakan isi dari negosiasi tersebut.Saat akan memulai sebuah negosiasi, hendaknya
semua pihak mengetahui pesan tersebut. Supaya, dapat mencapai keputusan negosiasi
yang adil.Sebelum proses negosiasi berlangsung, semua pihak yang berkaitan
sebaiknya mengetahui pesan tersebut. Tujuannya adalah agar bisa mempelajari
terlebih dahulu dan bisa mengambil keputusan negosiasi yang baik. Pesan juga
memiliki andil yang penting saat proses negosiasi.
c. Unsur opsi
Setelah terdapat unsur pokok dalam negosiasi berupa pesan, selanjutnya ada unsur
opsi atau pilihan. Biasanya unsur ini juga ada di dalam bagian unsur pesan dan harus
selalu ada. Di dalam negosiasi, memang biasanya ada beberapa pilihan yang harus
dipilih.
Hendaknya, pilihan yang dibuat tidak memberatkan salah satu pihak. Selain itu,
pilihan tersebut juga atas kesepakatan bersama. Bahkan, jika perlu pilihan tersebut
juga harus menjadi diskusi bersama. Artinya, tidak hanya satu peserta saja yang
memilih opsi yang ditawarkan.
d. Unsur Peserta
Tentunya saat proses negosiasi harus ada peserta atau pihak yang terlibat, karena
tidak mungkin jika tidak ada peserta dalam proses negosiasi ini. Pihak atau peserta
yang terlibat bisa dari kalangan manapun. Tergantung akan membuat keputusan
negosiasi dalam urusan apa.
Selain itu, peserta tidak hanya datang dari pihak yang akan saling bernegosiasi
saja. Melainkan, bisa saja mendatangkan pihak ketiga jika diperlukan. Pihak tersebut
harus berkompeten serta adil. Tujuannya yaitu sebagai media penengah jika negosiasi
yang dilakukan agak sulit.
Jadi, nantinya tidak akan ada perselisihan antara pihak yang melakukan negosiasi.
Karena, sudah ada pihak ketiga yang akan membantu. Sebaiknya, pihak tersebut juga
tidak memiliki hubungan khusus dengan peserta negosiasi tersebut. Supaya tidak
terjadi sebuah kecurangan di dalamnya.

14
e. Unsur Komitmen
Terakhir, terdapat sebuah unsur negosiasi yang bernama komitmen. Unsur ini
biasanya ada setelah mencapai keputusan atau kesepakatan negosiasi yang adil serta
saling menguntungkan.Komitmen yang dimaksud di sini adalah peserta negosiasi
dapat menjalankan keputusan dengan ikhlas serta sesuai keputusan.
Sebaiknya, peserta atau pihak negosiasi tidak melanggar komitmen tersebut.
Karena, memang sudah ada keputusan bersama serta sudah melewati sebuah diskusi.
Komitmen ini hendaknya harus dipegang teguh dan tidak melakukan indikasi apapun
setelah ada keputusan. Pasalnya, bisa merugikan pihak yang terkait.
Itulah beberapa unsur pokok dalam negosiasi yang harus ada saat menjalankan
proses tersebut. Tanpa adanya unsur di atas, biasanya proses negosiasi akan berjalan
lambat dan juga tidak adil.
Sebaiknya, gunakan unsur negosiasi yang sudah dijelaskan sebelumnya agar
mencapai kesepakatan yang adil bagi ke-dua belah pihak.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Advokasi dan negosiasi memiliki hubungan yang erat dimana sdvokasi sebagai upaya
pendekatan (approches) terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan kemudian dilakukan negosiasi
untuk mencapai kesepakatan dengan memperkecil perbedaan serta mengembangkan
persamaan guna meraih tujuan Bersama yang saling menguntungkan. Negosiasi juga
merupakan komunikasi dua arah, yaitu penjual sebagai komunikator dan pembeli
sebagai komunikan atau saling bergantian.

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
penulis berharap kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih baik lagi dan
bisa bermanfaat untuk banyak orang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fatmanadia. 2012. Kepemimpinan Dan Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan,


http://fatmanadia.wordpress.com. Diakses oleh Martine Onasis Matondang, tgl 06 Januari 2014,
jam 14.00 WIB.

Gustin. 2012. Advokasi Dalam Promosi Kesehatan,


http://gustin74.blogspot.com/2012/10/advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html. Diakses oleh
Mauliyani, tgl 27 Desember 2013, jam 17.05 WIB.

Hasirun. 2013. Advokasi Kesehatan, http://kesmas-08.blogspot.com/2013/05/advokasikesehatan-


1-definisi-dan-dasar_30.html. Diakses oleh Firmah D. Putri, tgl 29 Desember 2013, jam 18.05
WIB.

Keriastianto, Aji. 2013. Konsep Advokasi Dalam Promosi Kesehatan,


http://ajikeristianto2013.blogspot.com/2013/04/konsep-advokasi-dalam-promosi kesehatan.html.
Diakses oleh Masroh Sihombing, tgl 27 Desember 2013, jam 16.00 WIB.

Sanpig, Sani. 2013. Bidan Sebagai Advokator Dan Edukator,


http://sanisanpig.blogspot.com/2013/05/peran-bidan-sebagai-advokator-edukator.html. Diakses
oleh Fatimah D. Putri, tgl 29 Desember 2013, jam 18.03 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai