Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ADVOKASI”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH: KELOMPOK I
1. YESSRI YANTI B0222521
2. SARLI PRILANI B0222049
3. AJRAWATI SRI WULAN B0222524
4. NIRWANA B0222523
5. NUR MASYTA B0222027
6. MARCHELLA B0222511
7. SERLINA LIMBONG LEMPAN B0222333
8. MARTINA DOMBA' B0222303
9. NURUL HAZANA B0222314

KEPERAWATAN E 2022
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “ADVOKASI”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita. Amin.

Lutang, 5 April 202

penulis

 
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ADVOKASI
B. UNSUR DASAR ADVOKASI
C. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI
D. MEKANISME DAN PENDEKATAN ADVOKASI
E. INDIKATOR ADVOKASI
ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN DI SUATU INSTANSI
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal investasi bangsa, serta merupakan
salah satu dari 3 komponen utama yang mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia.
Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan dan diupayakan oleh setiap
orang. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, oleh karena
itu diperlukan kepedulian semua pihak terhadap kesehatan. Banyak orang dan banyak
pihak yang belum menyadari pentingnya kesehatan dalam hidupnya. Masalah kesehatan
seringkali kalah prioritas dibandingkan dengan masalah ekonomi dan kebutuha fisik
lainnya. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan. Tingkat kesehatan dan kualitas SDM kita pada umumnya sangat rendah
(urutan ke-109 didunia) sehingga perlu upaya khusus untuk meningkatkan kesadaran
semua pihak terhadap kesehatan ini. Dengan dicanangkannya Indonesia Sehat 2010,
upaya mengenalkan kesehatan kepada berbagai pihak ini perlu dipacu, agar memperoleh
dukungan dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu dilakukannya pendekatan komunikatif
dan inovatif yang memperhatikan setiap segmen sasaran. Sehubungan dengan itu semua,
perlu dilakukan advokasi kesehatan kepada berbagai pihak,terutama para penentu
kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat baik di Pusat
maupun daerah.Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di
sebabkan pembuat keputusan, baik di tingkat nasional maupun lokal (provinsi,
kabupaten,atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya
alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya
kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para
pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi. Advokasi secara harfiah berarti
pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan.
Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukumatau pengadilan. Sesorang yang
sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum,agar memperoleh keadilan yang
sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum tersebut,
maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh kesehatan.Promosi
kesehatan memerlukan adanya advokasi kebijakan untuk menciptakan dukungan bagi
pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal inimerupakan law enforcment yang
dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Banyak orang yang masih belum menyadari pentingnya kesehatan. Kesehatan
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor sehingga masalah kesehatan
sering kalah prioritas dibanding masalah ekonomi dan kebutuhan fisik lainnya. Oleh
karena itu, upaya mengenalkan kesehatan perlu dipicu agar memperoleh dukungan dan
kepedulian semua pihak.Perlu dilakukannya pendekatan persuasif, cara-cara komunikatif
dan inovatif yang memperhatikan setiap segmen sasaran untuk meningkatkan kesadaran
semua pihak,oleh kerena itu diperlukannya advokasi kesehatan kepada berbagai pihak
agarkesehatan dianggap sebagai esuatu yang penting oleh pihak lain, terutama para
penentu kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat, baik
pusat maupun daerah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Advokasi
Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam
kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal advokasi digambarkan sebagai langkah yang
dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen
kesehatan dan pelayanan publik yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya,
mempunyai advokat bagi pasien, yang merupakan cikal bakal pembela hak pasien pada
dewasa ini. Sejak 1983, istilah advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan
masyarakat, dan merupakan salah satu kunci dari Ottawa. Menurut Johns Hopkins
Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam
bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai
digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun
1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO
merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok yaitu :
1. Advocacy
2. Social support
3. Empowerment
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.Advokasi adalah suatu alat untuk melaksanakan
suatu tindakan (aksi), merupakan ikhtiar politis yang memerlukan perencanaan yang
cermat untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Diperlukan langkah-langkah
sistematis dengan melibatkan “masyarakat” yang akan diwakili. Masyarakat di sini bisa
bervariasi tergantung siapa yang melakukan advokasi. Masyarakat atau suatu komunitas
tertentu suatu saat bisa berperan sebagai advokat, tetapi di lain waktu bisa juga berperan
sebagai saluran advokasi itu sendiri, dan pada saat lain bisa berperan sebagai kelompok
yang diwakili oleh seseorang dalam melakukan suatu advokasi.
Dalam contoh kasus flu burung, seorang petugas peternakan yang menyadari penyakit
akibat kerja yang dapat diperolehnya, bisa berperan sebagai advokat dengan mewakili
teman-temannya sesama pekerja di peternakan.Di lain pihak dia juga dapat berperan
sebagai kelompok yang diwakili, bila seorang pemerhati Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) berperan sebagai advokat memperjuangkan nasib pekerja
peternakan tersebut. Dalam melakukan advokasi, pemerhati K3 tersebut dapat
menggunakan pekerja peternakan sebagai saluran advokasinya atau mungkin
dengan menggunakan media lain. Perlu diingat bahwa advokasi merupakan suatu strategi,
bukan merupakan tujuan. Setiap advokasi yang dilakukan harus selalu dipertimbangkan
dengan cermat tujuannya serta kemudian dievaluasi seberapa jauh sumbangannya
terhadap masyarakat.

Beberapa pengertian advokasi sebagai berikut :


WHO ( 1989) diukutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002) menggunkan advocacy is a
combination on individual and social action design to gain political commitment, policy
support, social acceptance  and systems support for particular health goal or programme.
Jadi advokasi adalah kombinasi kegiatan individu  dan sosial yang dirancang  untuk
memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sisitem yang
mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu.
Definisi Chapela 1994 yang dikutip WISE (2001) secara harfiah:” melakakukan advokasi
berarti mempertahankan, berbicara mendukung seseorang atau sesuatu atau
mempertahankan ide. Sedangkan advokator  adalah seseorang yang melakukan kegiatan
atau negosiasi yang ditujukan untuk mencapai sesuatu untuk
seseorang,kelompok ,masyarakt tertentu atau secara keseluruhan.
Dalam tulisan Sharma dikutip beberapa penegrtian yang berkait dengan advokasi
misalnya :
1.      Advokasi adalah bekerja dengan orang dan organisasi untuk membuat sesuatu
perubahan (CEDPA).
2.      Advokasi adalah proses dimana orang terlibat dalam proses pembuatan keputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.
3.      Advokasi terdiri berbagai strategis ditujukan untuk  mempengaruhi pembuatan
keputusan dalam satu organisasi ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Strategis
advokasi termasuk lobi, pemasaran sosial, KIE, pengorganisasian masyarakat maupun
berbagai taktik lainya.
Kenapa advokasi penting dalam promosi kesehatan ?dalam mencapai tujuan kesehatan
masyarakat , ditemukan berbagai hambatan seperti ditemukan oleh Champon dan Lupton
(1994) dikutip dari Wise 2001:
a.       Adanya ide politik yang mementingkan luaran ekonomi dengan menyampingkan
kesehatan dan kualitas hidup manusia.
b.      Hambatan dari politisi dan birokrasi atau tidak adanya peraturan dan perundangan
yang mendukung promosi kesehatan dan ketiaadaan partisipasi masyarakat dalam
perencanaan program kesehatan.
c.       Gencarnya pemasaran produk yang tidak aman dan tidak sehat bagi masyarakt
terutama dengan adanya pengaruh perusahaan multinasional  dengan kekuatan besar.
d.      Adanya nilai budaya yang berpengaruh atas nilai, sikap, dan prilaku individual atau
masalaj kesehatan masyarakat.
B. Unsur Dasar Advokasi
Sharma menyebutkan ada 8 unsur dasar advokasi yaitu :
1.      Penetapan tujuan advokasi
Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks, banyak faktor dan saling
berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan,advokasi perlu dibuatlebih
spesifik berdasarakan pernyataan berikut : Apakah isu atau masalah itu dapat menyatukan
atau membuat berbagai kelompok bersatu  dalam suatu koalisi yang kuat.
2.      Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat berdasarkan
informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset mungkin diperlukan dalam
menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi solusi pemecahaan masalah
maupun menentukan  tujuan yang realitis. Selain itu, adanya data atau fakta itu saja sering
sekali sudah bisa menjadi argumen tujuan umum dapat dicapai agar realitis.
3.      Identifikasi khalayak sasaran advokasi
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi kelompok yang
dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam
pembuatan keputusan agar tujuan advokasi dapat dicapai.
4.      Pengembangan dan penyampain pesan advokasi
Khalayak sasaran berbeda berekasi tidak sama atas pesan yang berbeda. Seseorang toko
politik mungkin termitifasi kalu dia mengetahui bahwa banyka dari konstituen yang
diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Seseorang Menkes mungkin akan
mengambil  keputusan ketika kepada yang bersangkutan disajikan data rinci mengenai
besarnya masalah kesehatan tertentu.
5.      Membangun koalisi
Sering kali kekuatan advokasi dipengaruhi oleh jumlah oarng atau organisasi yang
mendukung advokasi tersebut.hal inisangat penting dimana situasi dinegara tertentu
sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi merupan suatu hal yang relati
baru. Dalam situasi itu melibatkan orang dalam jumlah besar dan mewakili berbagai
kepentingan, sangat bermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan politis,bahkan
dalam satu organisasi sendiri, koalisi internal yaitu melibatkan berbgai orang dari
berbagai  divisi / depertemen dalam mengembangkan program baru, dapat membantu
konsensus untuk aksi kegiatan.
6.      Membuat presentasi yang persuasif
Kesepakatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci sekali terbatas waktunya.
Seorang tokoh politik mungkin memberi kesempatan sekali pertemuan untuk
mendiskusikan isu advokasi yang dirancanh atau Menkes hanya punya waktu 5 menit
dalam kongres  untuk berbicara kepada kelompok advokator.
7.      Penggalangan dana untuk advokasi
Semua kegiatan termaksud upaya advokasi memerlukan dana. Mempertahankan upaya
advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang memerlukan waktu, energi dalam
penggalangan dana atau sumber daya lain untuk menunjang upaya advokasi.
8.      Evaluasi upaya advokasi
Bagaiman kelompok advokasi dapat menegtahui bahwa tujuan advoaksi yang telah
ditetapkan dapat dicapai?Bagaiman strategis advokasi dapat disempurnakan dan
diperbaiki?untuk menjadi advokator yang tangguh diperlukan umpan balik berkelanjutan
serta evaluasi atau upaya advokasi yang telah dilakukan.
C. Pendekatan Utama Advokasi
Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi yaitu:
a.       Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum, peraturan
maupun pemimpin poilitik,yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat
berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial
termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu, sangat penting melibatkan
mereka semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan.
b.      Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik. Media juga sangat
kiuat dalam mempengaruhi presespsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal,
membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses
advokasi.
c.       Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan uapaya jaringan, kemitraan yang
brekelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam
isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang
nertujuan untuk mencapai tujun umum yang sama atau hampir sama. Namum
membangun pengembangan kemitraan tidak mudah, memrlukan aktual, perencanaan
yang matang serta memerlukan penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.
d.      Memobilisasi masa
Memobilisasi massa merupaka suatu proses mengorganisasikan individu yang telah
termotivasi kedalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah
ada.dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif.
e.       Membangun kapasitas
      Membngaun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemempuan utnuk
mengembangkan dan mengelolah  program yang komprehensif dan membangun critical
mass pendukukung yang memiliki ketereampilan advokasi. Kelompok ini dapat
diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok profesi serta kelompok lain.

D. Mekanisme Dan Kelompok Advokasi


     Dari berbagai pengalaman nasional maupun global, dapat di identifikasi berbagai
mekanisme dan metode yang digunakan oleh advokator  masalah kesehatan masyarakat
(Wise, 2001) pemanfaatan media masa hampir selalu ada untuk memngangkat isu publik
agarmenjadi perhatian politisi.media massa ini mencakup semua yaitu koran, media TV,
bahkan akhir-akhir ini internet sanget banyak dimanfaatkan ditingkat global. Disamping
itu ada rapat-rapat umum, pertemuan kelompok profesional, even tertentu.pada intinya
para advokator kesehatan masyrakat menggunakan metode apapun yang dapat
menginformasikan, membujuk, memotovasi masyrakat, pengelola program dan politisi
agar merekamelindungi dan mendukung upaya promosi kesehatan.
E. Indikator Advokasi
Bila sasaran advokasi adalah anggota legislatif atau pembuat kebijakan kesehatan, maka
indikator yang paling mudah di nilai dari hasil akhir advokasi adalah : adanya peraturan,
ketentuan atau kebijakan yag mendukung isu yang diadvokasi, adanya perencanaaan
program ke arah isu yang advokasi serta dukungan pendanaannya dan persetujuan alokasi
anggaran yang diberikan oleh legislatif misalnya DPRD setempat.

Advokasi Dalam Promosi Kesehatan Di Suatu Instansi


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah: “Promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”.Menelaah Keputusan Menteri Kesehatan
tersebut di atas, dalam realisasinya tampak bahwa tujuan dari penerapan promosi
kesehatan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri dengan
memanfaatkan daya masyarakat itu sendiri sesuai dengan sosial budaya yang berlaku
dengan didukung oleh kebijakan publik yang terkait.
Dalam petunjuk teknis promosi kesehatan no. 004 tahun 2012, dijelaskan pula bahwa
menolong diri sendiri artinya:

1. Masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah kesehatan potensial (yang


mengancam) dengan cara mencegahnya, dan
2. Mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya
secara efektif serta efisien.

Dengan kata lain, masyarakat mampu ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam
rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (problem solving),
baik masalah-masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial
(mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas tertentu).
Seperti diketahui bahwa masalah-masalah potensial yang mengancam di masyarakat
tentunya beragam, tergantung dari banyak faktor. Di daerah pedesaan, kesadaran akan
kesehatan masyarakat secara turun temurun sudah dikenalkan oleh leluhur masyarakat,
tapi kebanyakan tidak disertai dengan peningkatan wawasan maupun pemahaman
kesehatan yang diperbaharui. Pada beberapa daerah lebih banyak didasarkan pada tahayul
atau kebiasaan masyarakat yang diyakini secara budaya dan bukannya pada pengkajian
maupun penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan di daerah perkotaan,
sudah ada kesadaran akan kesehatan diri, keluarga dan masyarakat pada umumnya,
namun seringkali terkendala oleh kesibukan dan tuntutan pekerjaan yang serba cepat
sehingga seringkali mengabaikan hal-hal yang mendukung kesehatan. Selain itu, kondisi
masyarakat yang heterogen yang terdiri dari berbagai macam latar belakang ekonomi,
sosial, dan pendidikan yang berbeda juga menjadi tantangan tersendiri untuk menerapkan
promosi kesehatan secara fleksibel dan luwes dengan mempertimbangkan keseluruhan
faktor yang beragam tersebut.
Berdasarkan kondisi masyarakat yang beragam tersebut di atas, maka penerapan promosi
kesehatan membutuhkan strategi tertentu. Strategi utama dalam promosi kesehatan yaitu
adanya upaya advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat.

Misi Promosi Kesehatan


Upaya inilah yang disebut sebagai misi dalam promosi kesehatan. Secara umum misi
promosi kesehatan ini ada 3, yaitu:

1. Advokasi (advocate). Sejalan dengan misi advokat, promosi kesehatan harus dapat


membuat kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan perilaku menjadi
menguntungkan bagi kesehatan. Kegiatan advokasi ini dilakukan terhadap para
pengambil keputusan dari berbagai tingkat,dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan
kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan,
bahwa program kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut penting (urgent). Sasaran
promkes pada tahap ini merupakan sasaran tersier.
2. Mediasi/dukungan sosial (Mediate). Promosi kesehatan juga mempunyai misi “mediator”
atau “menjembatani“ antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra
(social support) dengan pemerintah dan lembaga non pemerintah, dunia industri dan
media, sehingga terjadi aksi terkoordinasi untuk kesehatan. Sasarannya disebut sasaran
sekunder.
3. Pemberdayaan masyarakat (Enable/Empowerment). Promosi kesehatan mempunyai misi
utama memampukan masyarakat (enable), membuat masyarakat mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan secara mandiri, dengan menggali seluruh potensi yang ada untuk
perbaikan kesehatan, dengan memberikan pelatihan, pemberian informasi dan lingkungan
yang mendukung. Ini merupakan sasaran utama/primer dari promosi kesehatan Jadi,
penerapan promosi kesehatan akan lebih terarah bila mengacu pada visi dan misi dari
promosi kesehatan itu sendiri yang tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di
Indonesia.

Pengertian dan Prinsip Advokasi dalam Promosi Kesehatan (Promkes)


Pengertian umum dari kegiatan advokasi adalah, “strategi untuk mempengaruhi para
pengambil keputusan khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur
sumber daya dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak
masyarakat”.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap
orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para
pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision
makers)baik diinstitusi pemerintah maupun swasta.Sedangkan ahli lain menyatakan
bahwa Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di
bidang hukum atau pengadilan.Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha
untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif.
Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global
Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi
dan misi Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu:

1)Advocacy,

2)Social support,

3)Empowerment.

Seperti dijabarkan dalam PMK no. 004 tahun 2012, bahwa “Advokasi perlu dilakukan,
bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien, rumah sakit membutuhkan dukungan
dari pihak-pihak lain. Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan rumah sakit
yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi kepada wakil-wakil rakyat
dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) yang mencakup di rumah sakit.”Prinsipnya hal tersebut menunjukkan bahwa
strategi advokasi merupakan hal penting dan meliputi proses kerja yang tidak sederhana
pula. Karenanya dibutuhkan tahapan kerja yang jelas dalam pelaksanaannya yang akan
disampaikan selanjutnya. Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby
politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai
memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi.
Metode atau cara dan teknik advokasi

1. Lobi politik (political lobying)


2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan

Tujuan Advokasi dalam Promosi Kesehatan

a. Komitmen politik (political commitment)


Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan, contoh konkrit
pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini
sangat dibutuhkan advokasi yang baik.

b. Mendapatkan dukungan kebijakan (policy support)

Adanya komitmen politik dari para eksekutif, maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi
lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh
komitmen politik tersebut.

c. Mendapatkan penerimaan sosial (social acceptance)

Artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan yang telah
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah
mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.
d. Mendapatkan dukungan sistem (system support)

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja
yang jelas mendukung.

Pelaksana Advokasi dalam Promosi Kesehatan untuk mencapai tujuan dari penerapan
promosi kesehatan, dalam realisasinya membutuhkan faktor-faktor yang dapat
mendukung keberhasilannya. Promosi kesehatan perlu didukung oleh sumber daya yang
memadai dan sesuai dengan kebutuhan, sumber daya yang dibutuhkan seperti halnya
metode dan media yang tepat, serta beberapa sarana/prasarana yang dipakai dalam
kegiatan promosi kesehatan diantaranya peralatan multimedia, komputer/laptop, dan lain-
lain.

Sedangkan sumber daya yang utama dan yang akan menggunakan media maupun sarana
pendukung tersebut adalah sumber daya manusia. Sumber daya utama yang diperlukan
tersebut adalah pelaksana dari penerapan promosi kesehatan pada klien. Dalam hal ini
pelaksana utama dari penerapan promosi kesehatan adalah:

a. Semua petugas kesehatan yang melayani klien

Bila berada dalam tatanan klinik, maka pelaksana yang terlibat adalah petugas kesehatan
yang bekerja dalam rumah sakit, puskesmas, balai kesehatan, dan lain lain. Semua tenaga
kesehatan di sini termasuk petugas medis maupun tenaga profesional yang terlibat dalam
penanganan klien.

b. Tenaga khusus promosi kesehatan, yaitu para pejabat fungsional penyuluh kesehatan
masyarakat

Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau
tekanan kepada para pemimpin institusi. Karenanya, sangat penting bagi pelaksana
advokasi untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Peran komunikasi sangat
penting, sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus
agar dapat berjalan efektif. Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut:

 Jelas (clear)
 Benar (correct)
 Konkret (concrete)
 Lengkap (complete)
 Ringkas (concise)
 Meyakinkan (convince)
 Kontekstual (contexual)
 Berani (courage)
 Hati–hati (coutious)
 Sopan (courteous)

Sasaran Advokasi dalam Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkupnya.
Sasaran penerapan promosi kesehatan pada klien bisa dilihat dari tatanan yang dituju,
berdasarkan/berpatokan pada program PHBS, dikembangkan 5 setting/tatanan promosi
kesehatan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di
tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do
everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services).

a. Promosi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (RS, klinik dan puskesmas)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 004 tahun 2012, bahwa yang disebut
penerapan promosi kesehatan di rumah sakit adalah: “Upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai
sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.”

Hal tersebut menunjukkan bahwa sasaran dari penerapan promosi kesehatan di Rumah
Sakit adalah pasien dan keluarga, klien, serta kelompok-kelompok masyarakat.
Penerapannya bisa dilakukan sejak pertama kali masuk Rumah Sakit di ruang
pendaftaran, pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dan pasien dalam pelayanan
penunjang medik.
Berdasarkan prinsip advokasi sebagai pendekatan pada masyarakat untuk keberhasilan
program pengobatan/peningkatan kesehatan melalui layanan kesehatan, maka kegiatan
yang dapat dilakukan adalah:

Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang
diderita pasien.

Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan.


Menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

Mengembangkan perilaku sehat.

Memberikan pesan kesehatan terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,


pencegahan serangan penyakit serta proses penyembuhan dan pemulihan.

Sedangkan sasarannya adalah:


Penderita pada berbagai tingkat penyakit, misalnya: pasien penyakit akut v.s kronis;
pasien rawat jalan v.s rawat inap.

Kelompok atau individu yang sehat, contoh: keluarga pasien; tamu

Petugas di fasilitas yankes: petugas medis, paramedis, non medis; pimpinan, administrasi
dan teknis.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat juga dipengaruhi oleh kebijakan
maupun perubahan organisasi, dan politik bahkan faktor ekonomi, maka lingkungan yang
mendukung perubahan prilaku menjadi penting. Oleh karena itu, advokasi sebagai salah satu
strategi promosi kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat
menjadi penting. Advokasi pada hakekatnya adalah bekerja dengan dan organisasi untuk
membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang terlibat dalam proses pembuatan
keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
 Dengan demikian, advokasi menjadi suatu pengetahuan maupun keterampilan yang akan sangat
membantu bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang ksehatan masyarakat.karenamasalah
ksehatan perlu juga memberoleh perahtian dari para pembuat keputusan terkait diluar bidang
ksehatan, maka advokasi masalah kesehatan sendiri bagi hal layak di luar kesehatan juga menjadi
salah satu tugas yang harus dilakukan dalam bidang promosi kesehatan.
B. Saran
Dalam memberikan promosi kesehatan mencakup advokasi diharapkan dapat bekerja sama
antara individu dan organiasi dalam membuat suatu perubahan.

Anda mungkin juga menyukai