Anda di halaman 1dari 53

Tanda-tanda Dini Bahaya Ibu Hamil Muda

LATAR BELAKANG
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang
mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes,2003).
Kehamilan merupkan suatu hal yang fisiologis, namun
kehamilan normal dapat menjadi kehmilan yang patologis. Pelayanan
antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
abnormal (patologis).
Untuk mengantisipasi adanya risiko yang terlalu berat pada ibu
berkaitan dengan kehamilannya, penting diketahui tentang tanda–tanda
dini bahaya dalam kehamilan muda, yang mencakup; Keluarnya darah
dari jalan lahir (pervaginam), hiperemesis gravidarum, nyeri hebat, dan
sebagainya. Apabila tanda-tanda bahaya tersebut diabaikan dan
menyebabkan ibu berada dalam kondisi yang mengancam jiwa dan sulit
untuk ditolong, maka bukan tidak mungkin risiko kematian ibu dan
janinnya didepan mata dan akan menambah deret Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

TANDA-TANDA DINI BAHAYA / KOMPLIKASI IBU HAMIL


MUDA
Pengertian
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal,
yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes,2003).
TANDA-TANDA DINI KOMPLIKASI IBU HAMIL MUDA

1.      PERDARAHAN PERVAGINAM


                                     
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada
masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan
yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama haidnya.

Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi, dan ini normal terjadi.


Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin
pertanda dari servik yang rapuh atau erosi. Perdarahan semacam ini
mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi.
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri.
Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan
ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak, dan kadang -kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan
rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau
abrupsio plasenta (Pusdiknakes, 2003).
Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :
1.      Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan
anemia, penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID),
gejala abortus atau keluhan nyeri yang tidak biasa.
     Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik, lakuka    
pemeriksaan bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik awal
bisa sampa mudah pecah.
2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif  yang
mengalami terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir) dan
mempunyai 1 atau lebih tanda berikut : perdarahan, kaku perut,
pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks yang berdilatasi atau
uterus yang lebih kecil dari seharusnya.
3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera
tangani komplikasi yang ada.
Macam-macam perdarahan pervaginam :
1. Diagnosis abortus imminens :
         Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. Perdarahan ringan
membutuhkan waktu lebih 5 menit untuk membasahi pembalut atau
kainbersih.
         Serviks tertutup.
         Uterus sesuai dengan usia kehamilan.
         Gejala / tanda : kram perut bawah dan uterus lunak.

2. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu :


         Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.
         Serviks tertutup.
         Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal
         Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri
goyang porsio, massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen.

3. Diagnosis abortus komplit :


   
         Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.
         Serviks tertutup atau terbuka.
         Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal
         Gejala / tanda : sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, dan riwayat
ekspulsi hasil konsepsi.

4. Diagnosis abortus insipiens :


   
         Perdarahan sedang hingga masif (banyak). Perdarahan berat
membutuhkan waktu kurang 5 menit untuk membasahi pembalut atau
kain bersih.
         Serviks terbuka.
         Uterus sesuai usia kehamilan.
         Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan belum terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.

5. Diagnosis abortus inkomplit :


   
         Perdarahan sedang hingga masif (banyak).
         Serviks terbuka.
         Uterus sesuai usia kehamilan.
         Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian
hasil konsepsi.

6. Diagnosis abortus mola :


   
         Perdarahan sedang hingga masif (banyak).
         Serviks terbuka.
         Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan
         Gejala / tanda : mual / muntah, kram perut bawah, sindrom mirip
pre-
eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan seperti anggur.

2. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Hyperemesis gravidarum merupakan suatu keadaan yang
dikarakteristikkan dengan rasa mual yang berlebihan, muntah,
kehilangan berat badan, dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Sebagian besar ibu hamil (70-80%) mengalami morning sickness dan
sebanyak 1-2% dari semua ibu hamil mengalami morning sickness yang
ekstrim yang disebut hyperemesis gravidarum. Hyperemesis
gravidarum tidak dapat dicegah namun ibu hamil dapat menjadi lebih
nyaman jika mengetahui cara manajemen perawatan hyperemesis
gravidarum tersebut.
Kasus hyperemesis gravidarum ringan dapat diatasi dengan perubahan
diet, istirahat dan pemberian antasida.
Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui. Keadaan tersebut
mungkin berhubungan dengan perubahan hormonal akibat kehamilan.
Hypermemesis gravidarum lebih sering dialami oleh ibu dengan
kehamilan multipel (kembar dua atau lebih) dan seorang wanita yang
mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
mempunyai kemungkinan mengalami hyperemesis gravidarum pada
kehamilan berikutnya.
Gejala hyperemesis yang dialami berbeda diantara ibu hamil.
Namun gejala umum hyperemesis gravidarum antara lain :

         Mual dan muntah berat terutama pada trimester pertama kehamilan
         Muntah setelah makan atau minum
         Kehilangan berat badan >5% dari BB ibu hamil sebelum hamil,
(rata-rata kehilanagn BB 10%)
         Dehidrasi
         Penurunan jumlah urine
         Sakit kepala
         Bingung
         Pingsan
         Jaundise  (warna kuning pada kulit, mata dan membran mukosa)
Perbedaan Morning Sickness dan Hyperemesis Gravidarum
1.      Morning Sickness
         Mual kadang disertai muntah
         Mual berkurang pada 12 mgg kehamilan
         Muntah tidak menyebabkan dehidrasi
         Masih toleran terhadap makanan tertentu
2.      Hyperemesis Gravidarum
         Mual berat disertai muntah
         Mual tidak berkurang setelah 12 mgg kehamilan
         Muntah menyebabkan dehidrasi berat
         Tidak toleran terhadap makanan

Tindakan perawatan pada Hyperemesis gravidarum :


         Bed rest : membuat ibu hamil lebih nyaman, namun harus berhati-
hati karena istirahat terlalu banyak menyebabkan kehilangan berat
badan.
         Akupresur : menekanan pada titik anti mual dan muntah yang
terletak pada 3 jari diatas pergelangan diantara dua tendon. Lakukan
penekanan secara lembut selama 3 menit untuk masing-masing tangan.
         Hypnosis.
         Herbal : jahe dan peppermin

3.  NYERI PERUT BAGIAN BAWAH

Nyeri perut pada wanita hamil merupakan salah satu keluhan terbanyak
saat melakukan ANC. Sebetulnya tidak semua rasa sakit tersebut
merupakan kelainan yang serius. Namun tidak tertutup kemungkinan
rasa nyeri tersebut disebabkan oleh suatu kelianan yang serius.
Konstipasi merupakan salah satu penyebab nyeri yang paling sering
ditemukan. Berupa rasa tidak enak diperut yang disebabkan oleh
pengaruh hormon yang memperlambat gerakan usus serta penekanan
rahim terhadap rektum.

Ligamentum (yang menahan rahim pada tempatnya) juga dapat


menimbulkan nyeri didaerah kiri dan kanan bawah bagian perut. Nyeri
ini mulai dirasakan pada trimester 2, timbul akibat peregangan dan
penebalan ligamentum tersebut guna mengakomodir pembesaran rahim
akibat bertambahnya usia kehamilan.

Nyeri perut juga bisa dirasakan oleh bumil jika merubah posisi secra
tiba-tiba seperti bangun dari posisi duduk atau tempat tiudur, berguling
ditempat tidur atau saat kelur dari bathtub.

Berikut ini adalah beberapa penyebab nyeri perut yang serius :


         Hamil tidak pada tempatnya (hamil ektopik): hamil yang
menanamkan diri diluar rongga rahim. Lokasi yang tersering adalah
saluran telur (tuba). Kelainan ini biasanya terjadi pada kehamilan
trimester 1. Hamil di luar rongga rahim ini akanmenmbulkan nyeri
hebat akibat adanya perdarahan didalam rongga perut akibat "pecahnya"
kehamilan ektopik.
         Keguguran: gejala pertama keguguran adalah pendarahan, yang
kemudian diikuti dengan nyeri perut akibat kontraksi rahim. Nyeri
bersifat ritmik. Menjalar dari pinggang kearah bagian atas kemaluan.
         Persalinan kurang bulan: nyeri berasal dari kontraksi rahim . Pada
persalinan kurang bulan sering diikuti keluarnya darah yang banyak,
sehingga sering disalah artikan sebagai perdarahan pra-persalinan akibat
plasenta previa (plasenta tidak pada tempatnya).
         Solutio Plasenta: adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya.
Waktu yang tepat bagi plasenta lepas adalah setelah bayi lahir. Solusio
terjadi sebelum bayi lahir bisa akibat trauma misalnya diurut, atau
karena penyakit ibu misalnya tensi tinggi. Nyeri terjadi akibat darah
terkumpul didalam rahim.
         Preeklampsia: nyeri dirasakan pada perut bagian atas (ulu hati) dan
diikuiti oleh sakit kepala serta gangguan pandangan berupa mata kabur.
Kelainan pada preeklampsia berupa naiknya tensi yang disertai bengkak
terutama pada kaki serta bocornya protein dari ginjal.
         Infeksi saluran kencing: Wanita hamil sering mengalami infeksi
saluran kemih. Infeksi pada kandung kemih menimbulkan rasa nyeri
dan sensasi terbakar saat BAK. Rasa nyeri dirasakan pada perut bagian
bawah.
1. Penglihatan Kabur
a. Pengertian
Penglihatan kabur yaitu masalah visual yang mengindikasikan keadaaan
yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual (penglihatan) yang
mendadak, misalnya pandangan kabur atau ada bayangan.

b. Penyebab
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah
dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal. Perubahan
penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan
mungkin suatu tanda dari pre-eklampsia.

c. Tanda dan gejala


1) Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaaan yang mengancam
adalah perubahan visual yang mendak.
2) Perubahan visual ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan
mungkin menandakan preeklamsia.

d. Diagnosa penunjang
Pemeriksaan data
Periksa TD, protein urine, reflex, dan edema
e. Penanganan
Berikan konseling pada ibu mengenai tanda-tanda pre-eklamsia dan
segera merujuknya ke dokter spesialis kandungan.

1.Perdarahan Pervaginam

Perdarahan per vaginam pada kehamilan lanjut terjadi setelah


kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum dapat berasal dari
kelainan plasenta (plasenta previa, solusio plasenta atau perdarahan
yang belum jelas sebabnya).

Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang


sedikit (spotting) di sekitar waktu pertama terlambat haid. Perdarahan
ini adalah perdarahan implantasi (penempelan hasil konsepsi pada
dinding rahim) dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam
kehamilan, perdarahan ringan mungkin terjadi pertanda servik yang
rapuh (erosi). Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin
suatu tanda adanya infeksi.

Perdarahan yang tidak normal adalah perdarahan yang banyak, merah


atau disertai nyeri. Perdarahan ini dapat berarti keguguran, kehamilan
mola (hamil anggur) atau kehamilan ektopik (kehamilan di luar
rahim),plasenta previa (plasenta meutupi jalan lahir) atau solusio
plasenta.

1. Plasenta previa

             Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu


pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan-lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak
di bagian atas.
             Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu:

 Palsenta previa totalis apabila seluruh ostium internum tertutup


oleh plasenta.
 Plasenta previa lateralis/ parsialis apabila hanya sebagian dari
ostium tertutup oleh plasenta.
 Plasenta previa marginalis hanya pada pinggir ostium terdapat 
jaringan plasenta.

Pada inspeksi dijumpai :

 • Perdarahan per vaginam encer sampai bergumpal.


 • Pada perdarahan yang banyak, ibu tampak anemis.

             Pemeriksaan fisik ibu

 • Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.


 • Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai
koma.
 • Pada pemeriksaan, dapat dijumpai

— Tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal.

— Tekanan darah, nadi, dan pernapasan meningkat.

— Daerah ujung menjadi dingin

— Tampak anemis.

             Pemeriksaan khusus kebidanan


1. Palpasi abdomen

— Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
kehamilan.

— Karena plasenta di segmen bawah rahim, dapat dijumpai kelainan


letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.

1. Pemeriksaan denyut jantung janin

— Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian janin dalam


rahim.

1. Pemeriksaan dalam

Tujuan pemeriksaan dalam adalah:

— Menegakkan diagnosis pasti.

— Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau


hanya memecahkan ketuban.

— Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar ostium uteri


intcrnum.

1. Pemeriksaan penunjang

— Pemeriksaan USG

— Mengurangi pemeriksaan dalam

— Menegakkan diagnosis.
             Intervensi

1. Segera lakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu


dan anak atau mengurangi kesakitan dan kematian.

2. Pecahkan ketuban di atas meja operasi dilanjutkan dengan


pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.

3. Jika terjadi perdarahan pada plasenta previa, rujuk ke tempat


pertolongan persalinan yang mempunyai fasilitas yang cukup.

             Rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi


dengan:

 • Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan


 • Sedapat mungkin diantar oleh petugas
 • Dilengkapi dengan keterangan secukupnya
 • Dipersiapkan donor darah untuk transfusi.

Bahaya untuk janin:

 Hypoxia
 Perdarahan dan shock

1. Solutio plasenta

Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada


korpus uteri sebelum jalan lahir. Apabila terjadi sebelum kehamilan 20
minggu, mungkin akan dibuat diagnosis abortus imminens. Plasenta
dapat terlepas seluruhnya, solution plasenta totalis, atau sebagian
solution plasenta parsialis, atau hanya sebagian kecil pinggir plasenta.
Pada solution plasenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari
cervix terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan nampak. Kadang-
kadang darah tidak keluar tapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk haematom retroplacentair. Perdarahan ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.

1. Anamnesis

 • Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri


 • Terjadi spontan atau karena trauma
 • Perut terasa nyeri
 • Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
rahim.

2. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan fisik umum

— Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan

— Tekanan darah menurun, nadi, dan pernapasan meningkat

— Penderita tampak anemis

Pemeriksaan khusus

— Palpasi abdomen : Perut tegang terus – menerus, terasa nyeri saat


dipalpasi, bagian janin sukar ditentukan

— Auskultasi : Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan


sampai berat.
— Pemeriksaan dalam : Terdapat pembukaan, ketuban tegang dan
menonjol

3. Pemeriksaan penunjang dengan USG dijumpai perdarahan antara


plasenta dan dinding abdomen.

a. Solusio plasenta ringan

1. Lakukan penanganan secara konservatif, jika perut tegang sedikit,


perdarahan tidak terlalu banyak dan keadaan janin masih baik.

2. Lakukan sesar jika perdarahan terus berlangsung, ketegangan makin


meningkat, namun kondisi janin masih baik

3. Lakukan rawat inap jika perdarahan berhenti dan keadaan baik pada
kehamilan prematur.

b. Solusio plasenta sedang dan berat

1. Pasang infus dan transfusi darah

2. Pecahkan ketuban

3. Induksi persalinan atau lakukan sesar

Dalam menangani solusio plasenta, mungkin bidan melakukan rujukan


dengan memberi pertolongan kedaruratan seperti memasang infus, tidak
melakukan pemeriksaan dalam, diantar petugas yang dapat memberikan
pertolongan, mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarga, dan
menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk
memberikan pertolongan pertama.
Komplikasi

 Perdarahan, yang dapat menimbulkan :

 • Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok


 • Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis
sampai syok
 • Kesadaran bervariasi dare baik sampai koma.

                Perbedaan solution plasenta dan plasenta


previa                            

Solutio plasenta

 Perdarahan dengan nyeri    


 Perdarahan segera disusul partu
 Perdarahan keluar hanya sedikit
 Palpasi sukar

 Bunyi jantung anak biasanya tidak ada


 Pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus
menerus tegang
 Ada impressi pada jaringan plasenta karena haematon

Plasenta Previa

 Perdarahan tanpa nyeri


 Perdarahan berulang-ulang sebelum partus
 Perdarahan keluar banyak
 · Bagian depan tinggi
 · Biasanya ada
 · Teraba jaringan plasenta
 · Robekan selaput marginal

C. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan sel telur yang telah


dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di tempat yang normal
yakni dalam endometrium (selaput lendir yang kaya kelenjar) rongga
rahim (kavum uterus).

Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa tempat pada organ


reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii
(saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur),
dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).

Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus (ruptur/gugur) apabila


kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang tempat implantasi,
keadaan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik
merupakan suatu keadaan yang berbahaya karena dapat menyebabkan
perdarahan hebat dan berulang. Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan
penurunan fertilitas atau kesuburan dan bahkan kematian ibu dan janin.

Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan


sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi
digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim.
Kehamilan ektopik dapat disebabkan antara lain karena bekas radang
pada tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat ke rongga rahim,
terdapat tumor atau kista pada tuba, endometriosis (jaringan
endemetrium ditemukan di luar kavum uteri dan di luar miometrium),
memiliki riwayat operasi tuba, dan kelainan anatomi kongenital.

Pada kehamilan perut, janin berkembang dalam rongga perut, namun


tempat pertumbuhan yang tidak sempurna menyebabkan janin tidak
tumbuh normal atau kematian janin. Bila janin meninggal pada usia
kehamilan lanjut, maka janin dapat membatu.

2.Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan


ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.Sakit kepala yang
menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang hebat,
menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Kadang-kadang, dengan
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsia.

Sakit kepala saat hamil tentu akan sangat mengganggu kondisi di masa
awal kehamilan. Pada masa awal kehamilan, tentu banyak gejala
morning sickness yang banyak menyulitkan. Belum lagi ditambah sakit
kepala pada saat hamil yang tidak jarang datang pada ibu-ibu hamil.
Sakit kepala ini memang tidak memberikan pengaruh kepada janin yang
dikandung, namun tidak jarang ibu menjadi lebih mudah lelah dan tidak
memiliki fisik yang kuat selama kehamilan. Oleh karena itu penting
untuk diketahui apa saja penyebab sakit kepala pada saat hamil yang
sering dirasakan oleh ibu-ibu hamil. Pada bagian selanjutnya terdapat
daftar dari macam-macam penyebab sakit kepala tersebut.

ads

Faktor yang Menjadi Penyebab Sakit Kepala saat Hamil


Setiap ibu hamil tentu akan mengusahakan semaksimal mungkin untuk
menjaga kesehatan kandungannya. Tentu sakit kepala pada saat hamil
membuat setiap ibu menjadi khawatir. Oleh karena itu, setiap ibu harus
mengetahui apa yang menyebabkan sakit kepala tersebut dapat terjadi.
Berikut ini 10 faktor yang menjadi penyebab sakit kepala pada saat
hamil:

1. Akibat dari Anemia

Anemia merupakan keadaan kekurangan darah pada diri manusia.


Keadaan anemia ini pun dapat terjadi pada ibu hamil, bisa karena sudah
memiliki riwayat anemia ataupun karena kandungan makanan
berasupan zat besi kurang dikonsumsi oleh ibu hamil. Keadaan
kekurangan darah atau anemia ini merupakan salah satu penyebab sakit
kepala pada saat hamil.

Oleh karena itu, bagi Anda yang pernah mengalami riwayat anemia
penting untuk memperhatikan asupan gizi saat sedang hamil. Hal ini
dilakukan untuk tidak membuat anemia Anda kambuh. Pada dasarnya
anemia Anda tidak akan berpengaruh langsung pada janin, hanya saja
Anda akan mudah merasa pusing dan tidak dapat beraktivitas. Keadaan
tubuh yang sedang hamil pun tidak dapat beraktivitas dengan bebas
akan membuat ibu menjadi mudah stres. Baca juga: Jenis Sakit Kepala.

2. Kurang Istirahat

Penyebab sakit kepala pada saat hamil selanjutnya adalah akibat dari
kurang istirahat. Ibu hamil tentu mengalami masa adaptasi yang cukup
berat dimulai dari kebiasaan mengonsumsi untuk diri sendiri, hingga
kini harus memikirkan konsumsi untuk janin bayi juga. Selain itu,
adaptasi yang harus dilakukan oleh ibu hamil adalah adaptasi kegiatan.
Seorang wanita yang biasa aktif bekerja akan menghadapi adaptasi yang
sulit untuk mengurangi aktivitasnya untuk mendukung kesehatan janin.
Jika tetap beraktivitas penuh, padahal kondisi tubuh tidak lagi seperti
sebelumnya, maka sangat wajar ibu hamil akan mengalami drop.
Kurangnya istirahat tersebutlah yang menjadi awal ibu kelelahan dan
muncul sakit kepala yang cukup mengganggu kegiatan Anda
selanjutnya.

3. Akibat dari Alergi

Selanjutnya, alergi juga merupakan penyebab sakit kepala sakit hamil


yang cukup sering terjadi. Seorang ibu hamil harus berhati-hati dalam
memilih makanan yang akan dikonsumsinya. Jika makanan tersebut
tidak bersih dan menimbulkan alergi maka akan muncul efek samping
dari ibu. Munculnya sakit kepala pada ibu hamil sudah sangat sering
dilatarbelakangi oleh alergi ini. Itulah mengapa ibu hamil harus
mengetahui jenis makanan apa yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsinya untuk mengurangi resiko terjadinya sakit kepala akibat
alergi. Hindarilah juga bepergian ke tempat-tempat yang dapat
menimbulkan iritasi kulit atau sejenisnya. Hal ini tentunya akan
menimbulkan alergi kulit dan pusing pada ibu hamil.

4. Terlalu Cepat Berdiri dari Duduk

Penyebab sakit kepala pada saat hamil lainnya adalah tindakan yang
sering tiba-tiba. Seperti diketahui ibu hamil  menanggung berat badan
dan bayi, asupan makan untuk bayi, dan segala sesuatunya harus
mempertimbangkan janin bayi. Ketika seorang ibu melakukan gerakan
pun harus mempertimbangkan kondisi dan posisi dari bayi. Kebiasaan
terlalu cepat berdiri setelah duduk diketahui dapat menyebabkan pusing.
Alasannya adalah karena aliran darah saat posisi duduk belum teralirkan
secara merata ketika Anda tiba-tiba berdiri. Hal ini tentu wajar
menyebabkan ibu hamil menjadi pusing. Itulah mengapa ibu hamil
harus selalu berhati-hati, terutama dalam bergerak dan beraktivitas. Jika
kurang berhati-hati, maka sangat wajar jika terjadi pusing pada ibu
hamil.

5. Mengalami Stres

Stress juga diketahui merupakan salah satu penyebab yang dapat


menimbulkan sakit kepala pada saat hamil. Ibu hamil tentunya tidak
boleh berada dalam tekanan stress. Stress pada  ibu hamil sering kali
ditimbulkan oleh berat badan yang terus naik, aktivitas yang terbatas
dan membosankan, serta kekhawatiran akan hubungan dengan suami
yang takut tergantikan. Hal-hal seperti ini tentu harus dihindari efeknya
pada ibu hamil. Salah satu efek dari stress yang dirasakan oleh ibu
hamil adalah sakit kepala. Tekanan stress yang memaksa ibu hamil
terus berpikir, tentu dapat menyebabkan ibu hamil merasakan sakit dan
nyeri di bagian kepala. Oleh karena itu, ibu hamil sangat disarankan
untuk tidak menderita stress sama sekali. Baca juga: Penyebab Sakit
Kepala Berlebihan.

6. Terlalu Lama dalam Posisi Berbaring

Kebiasaan lain yang tidak baik untuk ibu hamil adalah kebiasaan
berbaring terlalu lama. Posisi berbaring yang melebih batas normal
dapat menyebabkan peredaran darah ibu hamil menjadi tidak lancar.
Peredaran yang tidak lancar ini tentunya wajar dapat membuat seorang
ibu hamil menjadi pusing. Sakit kepala pada saat hamil sangat
disarankan untuk dicegah. Itulah mengapa ibu hamil disarankan untuk
tetap melakukan aktivitas-aktivitas kecil seperti berjalan kaki. Jika ibu
tidak melakukan aktivitas kecil ini dan hanya berbaring, maka wajar
saja peredaran darah menuju otak akan terhambat. Peredaran darah yang
terhambat inilah yang menjadi awal otak mengirimkan sinyal nyeri ke
bagian kepala dan sekitarnya seperti leher, pundak, dan lain-lain.
Sponsors Link

7. Kekurangan Kadar Gula

Selain efek dari gerakan dan kondisi stress, kekurangan kadar gula pada
tubuh seseorang dapat menyebabkan sakit kepala pada saat hamil.
Kadar gula ini dapat berkurang jika ibu hamil mengalami kekurangan
asupan dan nutrisi. Biasanya dapat terjadi di malam hari menjelang
tidur. Itulah mengapa ibu hamil harus tetap makan walau sudah malam
hari. Hal ini dilakukan agar ibu hamil tidak kekurangan gula dan
kemudian menjadi sakit kepala. Jika ibu hamil tidak kekurangan gula,
maka perkara sakit kepala yang sering dirasakan oleh ibu hamil pun
dapat diselesaikan dengan mudah. Permasalahan lain yang sering
dialami akibat kekurangan kadar gula oleh ibu hamil adalah tubuh yang
lemas dan tidak dapat beraktivitas.

8. Suhu Tubuh yang Tinggi

Temperatur atau suhu tubuh yang meningkat pasti dialami oleh ibu
hamil. Pengaruh janin dan pertumbuhannya akan menghasilkan suhu
tubuh normal ibu biasanya lebih tinggi sekitar 1 derajat dibandingkan
suhu tubuh normal manusia. Peningkatan suhu tubuh ini ternyata dapat
memberikan efek samping pada kesehatan seseorang. Efek samping
tersebut antara lain adalah sakit kepala pada saat hamil. Mengapa hal ini
bisa terjadi? Hal ini berkaitan dengan suhu tubuh yang tinggi yang tidak
bersahabat dengan sistem syaraf. Panas pun menyebabkan terjadi
pengiriman sinyal rasa nyeri ke bagian kepala dan wajar saja ibu hamil
sering merasakan pusing dan keluhan-keluhan lain di bagian kepala.

9. Tingginya Tekanan Darah Ibu Hamil


Pada masa trisemester kedua kehamilan, sangat wajar jika tubuh ibu
memiliki tekanan darah yang tinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh
pertumbuhan dan perkembangan janin yang semakin pesat dan
menyebabkan kandungan darah dan cairan dalam tubuh juga bertambah
dengan pesat. Tingginya tekanan darah di atas batas normal inilah yang
kemudian menyebabkan rasa sakit kepala pada saat hamil. Itulah
mengapa, tekanan darah ibu hamil tidak boleh dipicu lagi
peningkatannya. Karena tanpa dipicu pun, kondisi tekanan darah sudah
cukup tinggi dan dapat menyebabkan sakit kepala tak tertahankan. Hal
ini penting diketahui oleh ibu hamil untuk tidak semakin meningkatkan
tekanan darahnya dengan mengonsumsi makanan yang tidak sehat.

10. Terjadi Penekanan Pembuluh Darah dekat Janin

Janin akan terus berkembang dan bertumbuh dalam kandungan.


Perkembangan dan pertumbuhan ini akan meningkatkan ukuran dan
berat dari janin itu tersebut. Tanpa disadari akan mungkin terjadi berat
badan dari janin mendesak dan menekan beberapa pembuluh darah di
sekitarnya. Beberapa pembuluh darah ibu yang mungkin ditekan oleh
janin adalah pembuluh darah dekat kaki, pinggang, panggul, dan juga
punggung. Terjepitnya pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran
darah tidak berjalan dengan lancar. Jika tidak ditanggulangi maka ibu
akan merasakan sakit kepala pada saat hamil. Oleh karena itu, pastikan
ibu hamil untuk tetap aktif bergerak dan meningkatkan peredaran darah
ke bagian otak.

Baca juga: Vertigo, Sakit Kepala Cluster.

Gejala dan Bahaya dari Sakit Kepala saat Hamil

Setiap keadaan sakit dan nyeri tentu diikuti oleh gejala-gejala yang
perlu diperhatikan. Gejala-gejala ini pun dapat menimbulkan bahaya
dari penyakit yang sedang diderita. Hal ini pun terjadi pada ibu hamil
ketika merasakan sakit kepala. Akan muncul gejala-gejala yang
kemudian dapat menjadi awal dari bahaya. Oleh karena itu berikut ini
beberapa gejala dan bahaya dari sakit kepala pada saat hamil yang perlu
Anda ketahui.

Sponsors Link

1. Sakit atau Nyeri Kepala di Bagian Belakang

Gejala pertama pada sakit kepala yang dirasakan oleh ibu hamil adalah
sakit atau nyeri di bagian belakang kepala. Hal ini dirasakan sebagai
gejala yang diakibatkan oleh rasa tegang yang dialami selama hamil.
Terlebih lagi jika ketegangan tersebut disebabkan oleh depresi.
Tentunya sakit dan nyeri akan terasa semakin parah. Penyebab lain
yang menimbulkan rasa sakit ini di belakang kepala ibu hamil ada
ketidakstabilan hormon dari sang ibu. Baca juga: Sakit Kepala
Belakang.

2. Tekanan Darah Tinggi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tekanan darah tinggi pada ibu


hamil pasti terjadi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan dan
pertumbuhan janin pasti terus berlangsung dengan tepat. Perkembangan
dan pertumbuhan tersebut dapat meningkatkan kadar darah dalam
tubuh. Tekanan darah pun meningkat dan ibu hamil merasakan rasa
sakit kepala pada saat hamil. Itulah sebabnya, tekanan darah tinggi
merupakan salah satu gejala sebelum ibu merasakan sakit kepala di
masa hamilnya.

3. Sakit Kepala Sebelah (Migrain)


Gejala lain yang dirasakan oleh ibu hamil saat sakit kepala adalah sakit
tersebut menyerang hanya di satu sisi kepala saja. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Alasannya adalah aliran darah ke satu sisi otak terlalu tinggi
dan menyebabkan otak mengeluarkan sinyal nyeri di bagian kepala
tersebut. Tentunya ibu hamil akan sering mengalami keadaan ini,
terutama memasuki masa trisemester pertama di mana kondisi
peredaran darah dan hormon masih sangat tidak stabil. Baca juga: Efek
Sakit Kepala Sebelah.

4. Penglihatan Menjadi Kabur Keadaannya

Gejala  lain yang mungkin dirasakan pada sakit kepala pada saat hamil
adalah penglihatan yang menjadi kabur keadaannya. Hal ini
berhubungan dengan sakit kepala yang menyerang syaraf-syaraf di
kepala termasuk juga syaraf di sekitar mata. Penting bagi ibu hamil jika
telah merasakan gejala ini untuk memilih istirahat sejenak dari
aktivitasnya. Karena jika penglihatan kabur, ibu akan berbahaya dalam
melakukan aktivitas lainnya.

5. Pembengkakan di Tangan dan Wajah

Peredaran darah yang tidak lancar sering dirasakan oleh ibu yang
sedang mengandung. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon yang
tidak stabil ataupun penekanan pembuluh darah oleh berat badan janin.
Jika hal ini telah terjadi, maka wajar akan muncul pembengkakan di 
beberapa bagian tubuh yang tidak tersalurkan darah dengan lancar.
Contoh bagian-bagian tersebut antara lain adalah tangan dan wajah atau
bagian lain di bagian atas tubuh.

6. Nyeri di Bagian Perut Kanan Atas


Gejala sakit kepala pada saat hamil yang mungkin dirasakan adalah
nyeri di bagian perut kanan atas. Mengapa terdapat rasa nyeri di bagian
perut tersebut. Menurut pengamatan kebanyakan ibu yang merasakan
pusing juga merasakan nyeri di bagian perut kanannya. Hal ini mungkin
saja berkaitan dengan penekanan pembuluh darah yang dilakukan oleh
janin di beberapa bagian tubuh.

7. Berat Badan Naik Secara Drastis dan Tiba-tiba

Ibu hamil tentunya memang mengekspektasi berat badannya akan


meningkatkan. Namun peningkatan berat badan ini pun dapat menjadi
gejala awal akan terjadi sakit kepala selama kehamilan ibu. Hal ini
disebabkan oleh berat badan yang naik secara drastis dan tiba-tiba tidak
dapat mengadaptasikan sistem tubuh dengan cepat terhadap proses
peredaran darah dan lainnya yang dapat mengganggu masyarakat dalam
aktivitasnya.

Rekomendasi Cara Pengobatan Sakit Kepala saat Hamil

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sakit kepala pada saat hamil


disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab tersebut kemudian
menimbulkan rasa sakit pada kepala ibu hamil yang ditunjukkan dengan
gejala-gejala yang berhubungan dengannya. Gejala-gejala tersebut
kemudian akan menimbulkan banyak bahaya bagi ibu hamil. Itulah
sebabnya mengapa pengobatan sakit kepala pada saat hamil harus
segera dilakukan. Berikut ini beberapa cara pengobatan sakit kepala
untuk ibu hamil yang dapat dilakukan.

1. Melakukan Pemijatan
Memijat adalah salah satu cara pengobatan sakit kepala pada saat hamil
yang dapat Anda coba. Pijatan ini biasanya dilakukan oleh tenaga
profesional. Bagian kepala yang sakit akan dipijat dengan lembut guna
memberikan efek relaksasi terutama pada bagian-bagian kepala yang
sangat terasa tegang. Selain itu, pijatan juga dapat dilakukan hingga ke
daerah punggung, pundak, serta leher. Bagian-bagian tubuh tersebut
merupakan bagian yang paling sering mengalami ketegangan dan
menyebabkan sakit kepala dirasakan.

2. Tidak Mandi dengan Air Panas

Seperti diketahui, suhu atau temperatur tubuh yang meningkat dapat


juga menyebabkan sakit kepala pada saat hamil. Oleh karena itu, segala
tindakan yang dapat meningkatkan suhu tubuh harus dikurangi
intensitasnya. Salah satu caranya adalah dengan tidak mandi
menggunakan air panas. Mandi menggunakan air panas mungkin terasa
merelaksasi tubuh, namun hal itu hanya bertahan beberapa saat.
Selanjutnya suhu tubuh Anda akan meningkat dan muncullah rasa sakit
di bagian kepala Anda.

3. Tidak Menggunakan Pakaian yang Terlalu Ketat

Pakaian yang terlalu ketat atau tidak nyaman yang dikenakan oleh ibu
hamil diketahui dapat menyebabkan suhu tubuh pun ikut meningkat.
Oleh karena itulah, ibu hamil sangat disarankan untuk mengenakan
baju-baju yang longgar dan nyaman saat digunakan. Pemilihan bahan
pun dapat mempengaruhi peningkatan suhu badan. Sehingga pilihlah
jenis pakaian Anda yang tepat dan cegahlah suhu tubuh yang
meningkat  akibat dari penggunaan baju yang tidak tepat.

4. Tidak Mengonsumsi Rokok


Selain racun dalam rokok yang dapat membahayakan janin, asap rokok
juga dapat membuat ibu hamil merasa pusing. Asap rokok diketahui
akan sangat mempengaruhi ibu hamil, khususnya membuat ibu hamil
menjadi lebih mudah pusing. Sehingga ibu hamil sangat disarankan
untuk tidak merokok dan tidak berada di sekitar perokok. Hal ini
dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan ibu terjaga dengan tidak
merasa sakit kepala akibat dari asap rokok tersebut tadi.

5. Mengonsumsi Banyak Zat Besi

Seperti diketahui konsumsi zat besi sangat penting untuk ibu hamil. Ibu
hamil yang kekurangan zat besi akan mengalami anemia. Anemia tentu
sudah dijelaskan sebelumnya adalah penyebab sakit kepala pada saat
hamil yang paling banyak terjadi. Oleh sebab itu, pastikan konsumsi ibu
hamil mencukupi kebutuhan zat besi sehari-hari. Ibu dapat
mengonsumsi pisang atau makanan lainnya yang mengandung zat besi
tinggi dan mudah didapatkan. Komitmen ibu yang menjaga kandungan
zat besi dalam tubuhnya dapat mencegah sakit kepala datang kembali.

6. Mengonsumsi Banyak Air Putih

Cara lain mengobati sakit kepala pada saat hamil yang sering muncul
adalah dengan mengonsumsi banyak air putih. Air putih dapat
mencukupi kebutuhan tubuh akan air dan menjaganya untuk tidak
terlalu banyak buang air kecil seperti pada pengaruh kafein atau
minuman bersoda. Ibu hamil yang mengonsumsi air dalam jumlah
cukup pun diketahui mampu mengatasi sakit kepala yang dirasakannya,
karena asupan air yang tinggi meningkatkan juga asupan oksigen ke
bagian otak. Baca juga: Sakit Kepala Cervicogenic.

7. Rajin Bergerak
Ibu yang rajin bergerak tentu akan memudahkan peredaran darah tubuh
khususnya pada bagian bawah tubuh ke bagian atas. Mengapa hal ini
penting dilakukan? Karena jika tidak dilakukan, bagian atas tubuh
termasuk otak akan mengalami penurunan dan kekurangan aliran darah.
Hal inilah yang sering menyebabkan pusing pada ibu hamil. Oleh
karena itu, ibu hamil harus rajin bergerak dan membantu proses
peredaran darah dari bagian bawah tubuh ke bagian atas untuk
mengantarkan oksigen.

8. Tidak Tenggelam dalam Stress

Cara mengobati sakit kepala saat hamil selanjutnya adalah dengan tidak
tenggelam dalam stress. Ibu hamil tidak boleh merasa stress. Ibu hamil
harus dapat mengelola stresnya agar tidak menjadi penyakit. Salah satu
cara yang banyak dilakukan untuk mengelola stress adalah dengan
mengikuti yoga ataupun mengikuti sesi konsultasi dengan psikolog.
Tindakan ini dipercaya dapat membantu mengatasi permasalahan sakit
kepala yang banyak dialami oleh ibu hamil

Itulah tadi berbagai informasi mengenai sakit kepala saat hamil.


Tentunya informasi mengenai penyebab, gejala, bahaya, serta cara
pengobatannya ini akan sangat bermanfaat bagi Anda. Anda dapat
memberikan penanggulangan pertama jika memang Anda merasakan
sakit kepala selama kehamilan Anda. Kebanyakan sakit kepala tersebut
bersifat normal dan tidak membahayakan. Hanya saja kehati-hatian
lebih tidak menjadi masalah untuk kamu lakukan.
7.Nyeri Abdomen Yang Hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah tidak


normal.Nyeri abdomen yang mengindikasikan mengancam jiwa adalah
yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-
kadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir.Hal ini bisa
berarti kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan), aborsi
(keguguran), penyakit radang panggul, persalinan preterm, solutio
placenta..

MODEL-MODEL DOKUMENTASI ASUHAN


KEBIDANAN

Manajemen kebidanan tujuh langkah varney

Menurut helen varney, alur berpikir bidan saat menghadapi klien


meliputi tujuh langkah, yaitu sebagai berikut.
1.      Pengkajian data
2.      Identifikasi diagnosis dan masalah
3.      Identifikasi diagnosis dan masalah potensial
4.       Identifikasi kebutuhan segera
5.      Menyusun rencana asuhan (intervensi)
6.      Melaksanakan rencana asuhan (implementasi)
7.      Evaluasi

Model dokumentasi SOAP


Untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan oleh seorang bidan
telah melalui proses berpikir sistematis, sebaiknya didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
1.      S(subjektif)
2.      O(objektif)
3.      A(assessment)
4.      P(plan)

Langkah manajemen kebidanan


Langkah 1: Pengkajian
         Pada langka pertama ini, dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap. Pada langkah pengkajian ini, bidan
mengumpulkan semua informasi akurat dan lengkap dari beberapa
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dengan cara wawancara
dengan klien,suami,keluarga, dan dari catatan/dokumentasi pasien
untuk memperoleh data subjektif.Sementara itu,data objektif dilakukan
dengan melakukan observasi dan pemeriksaan.
Anamnesis/data subjektif

Prinsip-prinsip melakukan anamnesis adalah sebagai berikut.


1.      Memperkenalkan diri untuk menggali informasi
2.      Menggunakan teknik wawancara meliputi, mengajukan pertanyaan
yang bersifat terbuka, klarifikasi kebiasaan/pola hidup sehari-hari, dan
menggunakan bahasa yang dapat dipahami klien.
3.      Menghargai/menghormati hak pribadi klien
4.      Dengarkan dengan minat yang tinggi, perhatian, serta bereaksi dengan
hal-hal yang diceritakan klien. Sebagai contoh: bila klien menceritakan
mengenai kesulitan masa lalunnya berikan respon yang menunjukan
bahwa anda simpati.
5.      Lebih responsif untuk permintaan penjelasan atau informasi
6.      Berikan infomasi secara tepat dan terperinci.
7.      Tidak perlu mencatat materi yang tidak relevan.
8.      Beri waktu klien untuk menjawab pertanyaan, jangan memotong
jawaban klien kecuali klien mulai memberi jawaban ke arah yang lain
atau anda perlu klarifikasi.
9.      Demgarkan klien dengan baik. Janagan ulangi pertnyaan akhir, juga
tidak perlu memintanya mengulang jawaban sebab hal tersebut
menandakan anda kurang perhatian.
10.  Beri bantuan terhadap jawaban yang masih tidak jelas atau informasi
meskipun tidak berhubungan langsung dengan pertanyaan.
11.  Pastikan bidan mengerti apa yang dikatakan klien. Meskipun aksen dan
eskpresinya berbeda antara suatu daerah dengan yang lainnya. Jangan
ragu untuk meminta klien mengeja atau menjelaskan maksud yang
dikatakannya.
12.  Hindari memberi kesan negatif yang dapat terlihat di wajah, bahasa
tubuh, atau tekanan suara.
13.  Usahakan membuat suasana pribadi dan tidak didengar oleh orang lain.
14.  Berbicara dengan menanyakan, menjelaskan, dan dengan tekanan suara
yang lembut.
15.  Pastikan selalu menatap mata, jangan selalu membaca dari formulir
riwayat, mencatat respona atau yang lain-lain
16.  Hindari mengajukan pertanyaan kecuali anda dapat menerangkan
kepada klien alasan anda menanyakan hal tersebut. Ada klien yang
beranggapan bahwa kondisi sosial, seksual, ekonomi, pendidikan,
pekerjaan, dan rumah merupakan informasi penting. Anda harus
mendapatkan informasi penting tanpa mengajukan pertanyaan yang
seolah mengorek kehidupan pribadinya.

Data-data yang dikumpulkan antara lain sebagai berikut.


1.      Identitas klien
2.      Alasan datang
3.      Riwayat perkawinan
4.      Riwayat penyakit sekarang (berhubungan dengan masalah atau alasan
datang).
a.    Tanggal dan jam terjadinya serangan
b.    Bentuk serangan
c.    Faktor pencetus terjadinya serangan
d.   Alur penyakit sejak serangan, termasuk durasi dan serangan ulang
e.    Lokasi spesifik
f.     Tipe nyeri atau ketidaknyamanan dan intensitasnya
g.    Gejala lain yang berhubungan
h.    Hubungan fungsi tubuh dengan aktivitas
i.      Penjelasan kualitas (warna, konsistensi) dan kuantitas (banyaknya,
volume atau jumlah)
j.      Bantuan kesehatan yang dilakukan dan dari siapa
k.    Efektifitas perawatan dan pengobatan
5.      Riwayat kesehatan lalu
a.    Penyakit waktu kecil dan imunisasi
b.   Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi (hepatitis,
TB, HIV) tanggal dan hasilnya.
c.    Penyakit berat, misal: pneumonia, hepatitis, difteri, dan polio
d.   Masuk rumah sakit dan instansi kesehatan lainnya, tanggal dan
penyebab
e.    Pembedahan, tanggal dan penyebab
f.     Kecelakaan: fraktur, luka, dll
g.    Tranfusi darah, tanggal, penyebab dan reaksi
h.    Alergi, misal: makanan, lingkungan, debu, hewan,
i.      Alergi obat
j.      Penggunaan alkohol
k. Kebiasaan: merokok, alkohol, kafein (kopi, teh, soda, cokelat),
keselamatan (sabuk pengaman, helm)
l.      Pola tidur
m.  Diet
n.    Aktivitas
o.  Risiko dalam pekerjaan: posisi (berdiri, duduk), tarikan (mata, otot),
ventilasi, paparan racun kimiawi
p.    Risiko dari lingkungan: udara, air, dll
q.    Tes skrining genetik dan hasilnya
r.  Penyakit spesifik : diabetes, jantung, TB, asma, hepatitis, ISK, AIDS,
penyakit jiwa, epilepsi, dll
s.     Pengobatan yang didapatkan
6.      Riwayat keluarga
a.    Usia ayah dan ibu, status (hidup dan mati)
b.    Kanker
c.    Penyakit jantung
d.   Hipertensi
e.    Diabetes
f.     Penyakit ginjal
g.    Penyakit jiwa
h.    Kelainan bawaan
i.      Kehamilan ganda
j.      TB
k.    Epilepsi
l.      Kelainan darah
m.  Alergi
n.    Kelainan genetik
o.    Riwayat keturunan kembar
7.      Riwayat haid.
a.    Umur menarche
b.    Frekuensi, jarak/siklus jika normal
c.    Lamanya
d.   Jumlah darah keluar
e.    Karakteristik darah (misal bergumpal)
f.     HPHT, lamanya dan jumlahnya normal
g.    Dismenorea
h.    Perdarahan uterus disfungsional (spotting, hipermenorea, dll)
i.      Penggunaan produk sanitary (pembalut)
j.      Sindrom premenstruasi
8.      Riwayat obstetri dan ginekologi
9.      Riwayat seksual
10.  Riwayat KB/kontrasepsi

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk memperoleh data objektif.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.      Pemeriksan umum
2.      Pengukuran tanda-tanda vital
3.      Pemeriksaan fisik khusus
4.      Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaaan laboratorium
b.      Pemeriksaan rontgen
c.       Pemeriksaan USG

Langkah 2: identifikasi diagnosis dan masalah


       Pada langkah ini dilakukan iddentifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik.Masalah dan diagnosis keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan, seperti
diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan
dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentikasi oleh bidan sesuai dengan
pengarahan.Masalah juga sering menyertai diagnosis.

Diagnosis kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan adalah
sebagai berikut.
1.      Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2.      Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3.      Memiliki ciri khas kebidanan
4.      Didukung oleh keputusan klinis (clinical judgement) dalam praktik
kebidanan.
5.      Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pegalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
Cotooh rumusan masalah:
1.      Masalah : wanita tidak menginginkan kehamilannya
Dasar : wanita mengatakan belum ingin hamil
2.      Masalah : wanita hamil trimester III merasa takut
Dasar : wanita mengatakan takut menghadapi persalinan
Contoh kebutuhan:
Ibu menyenangi binatang
Dasar : ibu mengatakan sekeluargnya menyayangi binatang
Kebutuhannya : ->  penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
                        : -> pemeriksan TORCH

Langkah 3: Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial


         Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial
berdasarkan diagnosis atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting
sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
        Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk mengantisipasi semua
kemungkinan yang dapat muncul. Pada langkah ini, bidan
mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial berdasarkan diagnosis
dan masalah yang sudah teridentifikasi atau diagnosis dan masalah
aktual.
Contoh:
Data                : Seorang wanita hamil dengan pembesaran uterus yang
berlebihan.
Potensial          : ~ Polihidramnion
                          ~ Besar dari masa kehamilan
                          ~ Ibu dengan diabetes melitus
                          ~ Kehamilan kembar
            Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab
pembesaran uterus yang berlebihan tersebut. Kemudian bidan harus
melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
            Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga
mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya
distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kemih
yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan
partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah
dengan anamnesis dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simtomatik
bakteri, dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kemih
terjadi.
            Pada langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Dengan demikian,
langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang
rasional/logis. Kaji ulang diagnosis atau masalah potenial yang
diidentifikasi sudah tepat.
Langkah 4: Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan
terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdasarkan koondisi klien. Setelah itu
mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien.
         Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi
darurat dapat terjadi pada saat pengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas
dan bayi baru lahir. Kondisi darurat merupakan kondisi yang
membutuhkan tindakan dengan segera untuk menangani diagnosis
maupun masalah darurat yang terjadi dan apabila tidak segera dilakukan
tindakan segera akan dapat menyebabkan kematian ibu maupun anak.
           Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih
spesifik agar dapat mengetahui penyebab langsung diagnosis dan
masalah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan tindakan segera untuk
mengetahui penyebabnya. Jadi, tindakan segera selain diatas bisa juga
berupa observasi/pemeriksaan.
            Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam
melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan
yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/masalah potensial pada
langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
darurat/segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan
bayi. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera yang mampu
dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan. Kaji ulang apakah
tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Langkah 5: Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Intervensi)


            Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila
ada msalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural
atau masalah psikologis. Dengan kata lain asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan
efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh
karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
            Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang terbaru, serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan dilakukan klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah
meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
           Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan
keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah 6: Pelaksanaan Rencana Asuhan (Implementasi)
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien
dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walau bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (misal: memastikan langkah tersebut
benar-benar terlaksana).
      Meskipun bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggungjawab dalam
manajemen asuhan klien untuk terlaksananya rencana asuhan bersama.
Manajemen yang efisien, menyingkat waktu dan biaya, serta
meningkatan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuhan telah dilaksanakannya.

Langkah 7: Evaluasi
            Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan
telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
            Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif,
sedangkan sebagian lain belum efektif. Mengingat proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka
perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen
tidak efektif, serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut.
           Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan, serta berorientasi pada proses klinis. Oleh karena proses
manajemen tersebut didalam situasi klinis dan dua langkah terakhir
bergantung pada klien dan situasi klinis, maka tidak mungkin proses
manajemen in dievaluasi hanya dalam tulisan saja:

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN SOAP


Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui
proses berpikir sistematis, didokumentsikan dalam bentuk SOAP.
S (Subjektif) : Menggambarkan pendokumentasian
hasil pengumpulan data klien melalui
amnesis (langkah I Varney)
O (Objektif) : Menggambarkan pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
labratorium dan uji diagnosis lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan (langkah I Varney)
A : Menggambarkan pendokumentasian
(Pengkajian/Assessment) hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi:
1.      Diagnosis/masalah
2.      Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3.      Perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter/konsultasi/kolaborasi dan
atau rujukan (langkah II, III dan IV
Varney)
P (Plan) : Menggambarkan pendokumentasian
tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan assessment (langkah V, VI
dan VII Varney)
  
Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan (dirumuskan)
dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien
sebagai catatan kemajuan.
            Mengapa pendokumentasian ini begitu penting:
1.      Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan kepada
pasien.
2.      Memungkinkan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan.
3.      Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.
4.      Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan.
5.      Memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistik
mortalitas/morbiditas.
6.      Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi
kepada klien.

Mengapa catatan SOAP dipakai untuk pendokumentasian?


1.      Pembuatan grafik metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang
sistematis yang mengorganisasi penemuan dan kesimpulan anda
menjadi suatu rencana asuhan.
2.      Metode ini merupakan penyaringan inti sari dari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan
pendokumentasian asuhan.
3.      SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu anda dalam
mengorganisasi pikiran anda dan memberikan asuhan yang menyeluruh.

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan


tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia
bertemu dengan pasiennya. Selama masa antepartum, seorang bidan
dapat menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan;
sementara dalam masa intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan
lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari. Selain itu juga,
seorang bidan harus melihat catatan-catatan SOAP terdahulu bilamana
ia merawat seorang klien untuk mengevaluasi kondisinya yang
sekarang.
Catatan:
Untuk lebih jelasnya tentang metode pendokumentasian asuhan
kebidanan dibahas dalam mata kuliah dokumentasi kebidanan.

http://tutiwahyuni98.blogspot.co.id/2016/02/model-model-
dokumentasi-asuhan-kebidanan.html

MELAKUKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEB


KEHAMILAN

Dokumentasi berasal dari bahasa Inggris yaitu document yang berarti


satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya.
Dokumentasi adalah sekumpulan catatan, penyimpanan dan desiminasi
dari catatan informasi dalam sistem terintergrasi untuk penggunaan
yang efisien dan mudah diterima. Dalam pelayanan kebidanan,
dokumentasi merupakan bagian dari kegiatan bidan setelah memberikan
asukan kebidanan.
A.Model-model Dokumentasi Asuhan
1.Model Naratif
Naratif adalah paragraf sederhana menggambarkan status pasien,
intervensi dan pengobatan serta respon pasien terhadap intervensi.
Pencatatn naratif adalah catatan harian atau format cerita yang
digunakan untuk mendokumentasikan peristiwa asuhan kebidanan pada
pasien yang terjadi selama jam dinas.
Contoh pendokumentasian naratif:
Tanggal Jam
23/3/10 09.00
Ny. D G1P0A0 hamil 8 minggu umur 24 tahun dengan keluhan mual.
TD=120/80 mmHg, S= 36°C, N=80 kali/ menit, RR=20 kali/menit.
Terapi diberikan B6, Fe, Vitamin C

2.Model Orientasi Masalah


a.POR (Problem Orientasi Record)
Diperkenalkan oleh dr. Lowrence (1969). Berisi dokumen masalah
pasien dan intervensi pemecahannya. Digunakan oleh para dokter
dikembangkan di dunia keperawatan/kebidanan dalam bentuk POR
yang merupakan dokumentasi multidisuplimer. Setelah 20 tahun sistem
ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP Nakes.
Pada awalnya, pencatatan SOAP memang tidak mengarahkan aspek
implementasi dan dan evaluasi, sehingga beberapa tahun kemudian
pencatatan SOAP dimodifikasi agar mencerminkan seluruh aspek
asuhan kebidanan/ keperawatan secara lebih akurat. Bentuk modifikasi
pencatatan metode SOAP adalah pencatatan dengan metode SOAPIER
(Subjektif Informations, Objectif Informations, Assesment, Planning,
Implementation of plan, Evaluation dan Reassessment of client’s
needs). Bentuk lain modifikasi pencatatan SOAP adalah tetap dengan
SOAP, hanya saja pada Planning, tidak hanya berisi tentang rencana
asuhan, namun juga mengandung implentasi dan evaluasi.
b.Source Oriented Record
Source Oriented Record (SOR) adalah catatan pasien yang berorientasi
pada sumber, karena setiap sumber data mempunyai catatan tersendiri
dan terpisah satu dengan yang lain. Catatan yang digunakan dalam
model ini umumnya berbentuk naratif dan masih bersifat tradisional.
Pada umumnya, catatan model Source Orient Record ini mempunyai 6
bagian yaitu catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat
medik, lembar identitas, catatan keperawatan/ kebidanan, dan laporan
khusus lainnya.
c.Charthing By Exception (CBE)
Dimulai sejak tahun 1983 di St. Luke’ Hospital di Midwaukee,
Wisconsin. Merupakan metode pencatatan singkat dan berbeda dari
dokumen pada umumnya. Dianggap dapat mengatasi masalah
pendokumentasian dengan membuat catatan tentang pasien menjadi
lebih nyata, hemat waktu, dan mengakomodasikan adanya informasi
baru. CBE mempunyai elemen inti yaitu: lembar alur, standar praktek,
protokol dan instruksi insidental, data dasar keperawatan, rencana
perawatan berdasarkan diagnosis keperawatan, catatan perkembangan
SOAP.
d.Kardeks
Merupakan pendokumentasian tradisional dipergunakan diberbagai
sumber mengenai informasi pasien yang disusun dalam suatu buku.
Informasi yang terdapat dalam kardeks:
1.Data pasien, meliputi nama, alamat, status perkawinan, tanggal lahir,
pekerjaan, agama, dan kepercayaan
2.Diagnosa kebidanan, daftar prioritas masalah
3.Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan
4.Tes diagnostik, tanggal dan hasil
5.Kegiatan atau aktivitas yang boleh dilakukan pasien sehari-hari
e.Komputerisasi
Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah sistem
komputer yang berperan menyimpulkan, menyimpan proses,
memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan
kebidanan, penelitian dan pendidikan.
B.Prinsip Dokumentasi
Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri juga bagi tenaga kesehatan yang mengandung arti
penting dan perlu memperhatikan prinsip dokumentasi yang dapat
ditinjau dari dua segi :
1.Ditinjau dari isi
a.Mempunyai nilai administratif
Suatu berkas pencatatan mempunyai nilai medis, karena cacatan
tersebut dapat digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan yang
harus diberikan kepada klien
b.Mempunyai nilai hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan
dengan profesi kebidanan, di mana bidan sebagai pemberi jasa dan klien
sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat digunakan sewaktu-
waktu, sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data
harus di identifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani
oleh tenaga kesehatan
c.Mempunyai nilai ekonomi
Dokumentasi mempunyai nilai ekonomi, semua tindakan kebidanan
yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang
dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan biaya kebidanan bagi
klien.
d.Mempunyai nilai edukasi
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isi menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi
kesehatan lainnya.
e.Mempunyai nilai penelitian
Dokumentasi kebidanan mempunyai nilai penelitian, data yang terdapat
didalamnya dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan
pengembangan profesi kebidanan.

2.Ditinjau dari teknik pencatatan


a.Mencantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
b.Menulis dengan tinta (idealnya tinta hitam)
c.Menulis/menggunakan dengan symbol yang telah disepakati oleh
institusi untuk mempercepat proses pencatatan
d.Menulis catatan selalu menggunakan tanggal, jam tindakan atau
observasi yang dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan
interpretasi.
e.Hindarkan kata-kata yang mempunyai unsur penilaian; misalnya:
tampaknya, rupanya dan yang bersifat umum
f.Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada catatan observasi dan
pemeriksaan oleh orang yang melakukan
g.Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk keadaan, tanda,
gejala, warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai.
Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
h.Kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang perlu
ditulis
i.Coretan harus disertai paraf disampingnya

C.Aspek Legal Dokumentasi


Dokumentasi asuhan kebidanan harus mudah dibaca, berisi data akurat
dan dapat mengkomunikasikan informasi penting tentang seorang
pasien yang ditangani oleh bidan ke beberapa profesional. Dalam kasus
hukum, dokumentasi asuhan kebidanan bisa menjadi landasan berbagai
kasus gugatan dan menjadi alat pembela diri bagi bidan dan institusi
pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Dokumentasi asuhan
kebidanan dapat digunakan sebagai bukti penting dalam mengevaluasi
asuhan yang telah diberikan oleh bidan,akan terlihat apakah bidan telah
melakukan asuhan tetapi tidak didokumentasikan atau bidan tidak
memberikan asuhan semestinya.
Agar pendokumentasian yang dibuat, diakui dan legal secara hukum,
ada beberapa pedoman yang harus diikuti oleh bidan. Pedoman
pencatatan yang legal menurut hukum tersebut antara lain:
1.Bidan harus mampu memahami dasar hukum dari tuntutan malpraktek
yang mungkin akan melibatkan para bidan. Untuk itu setiap selesai
melakukan asuhan bidan harus mencatat hasil tindakan dan adanya
kebutuhan asuhan kebidanan minimal satu kali setiap giliran jaga.
Kemudian membuat catatan singkat tentang komunikasi yang dilakukan
bidan dengan dokter dan tindakan yang telah dilakukan.
2.Bidan harus memberikan informasi tentang kondisi pasien yang tepat
3.Bidan harus memperlihatkan semua fakta mengenai proses asuhan
yang telah diberikan secara tepat dan akurat
4.Bidan harus mampu memperhatikan kondisi pasien dan melakukan
pencatatan secara rinci. Situasi perawatan pasien mungkin dikaitkan
dengan tuntutan atau gugatan hukum kepada bidan karena kelalaiannya.

D.Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan


Metode SOAP
Menurut Thomas (1994 cit. Mufdlillah, dkk,2001) dokumentasi adalah
catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan,
pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap
semua asuhan yang diberikan. Pendokumentasian yang benar adalah
pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dilakukan pada seorang
pasien di dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam
menghadapi seorang pasien sesuai langlah-langkah manajemen
kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan
dengan metode SOAP (S adalah Data Subyektif, O adalah Data
Obyektif, A adalah Assesment dan P adalah Planning). Merupakan
catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari
metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan
manajemen kebidanan.
1.S = SUBYEKTIF
Data subyektif merupakan data yang didapat dari hasil anamnesis
kepada pasien. Catatan ini berhubungan masalah dengan sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sehingga kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa (data primer). Pada bayi/anak kecil data subjektif ini dapat
diperoleh dari orang tuanya (data sekunder). Data subjektif menguatkan
diagnosa yang akan dibuat.
Data subyektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan meliputi :
a.Biodata ibu dan suami (penanggungjawab)
b.Riwayat perkawinan, terdiri atas: status perkawinan, perkawinan ke,
umur ibu saat perkawinan dan lama perkawinan
c.Riwayat menstruasi, meliputi: HPHT, siklus haid, perdarahan
pervaginamn dan flour albus
d.Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: riwayat ANC, gerakan janin,
tanda-tanda bahaya atau penyulit, keluhan utama, obat yang dikonsumsi
termasuk jamu, kekhawatiran ibu
e.Riwayat obstetri (Gravida/G... Para/P... Abortus/A... Anak
hidup,/Ah...), meliputi perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, BB lahir bayi < 2500 gram atau >4000 gram serta masalah
selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
f.Riwayat Keluarga Berencana, meliputi: jenis metode yang dipakai,
waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan/
alasan berhenti.
g.Riwayat Kesehatan/ penyakit ibu dan keluarga, meliputi: penyakit
jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi, hati, malaria,
penyakit kelamin, HIV/AIDS
h.Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/ makanan
i.Imunisasi TT
j.Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi: pola nutrisi (makan
dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan
istirahat
k.Riwayat psikososial, meliputi: pengetahuan dan respon ibu terhadap
kehamilan dan kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di
rumah, respon keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, tempat melahirkan dan
penolong yang diinginkan ibu.

2.O = OBYEKTIF
Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan fisik pasien. Catatan medik dan informasi dari keluarga
atau oranglain dapat dimaksukkan dalam data obyektif ini sebagai data
penunjang. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa.
Data obyektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan adalah :
a.Pemeriksaan fisik ibu hamil:
1)Keadaan umum, meliputi: tingkat energi, keadaan emosi dan postur
badan ibu selama pemeriksaan, TB dan BB
2)Tanda-tanda vital, meliputi: tekanan darah, suhu badan, frekuensi
denyut nadi dan pernapasan
3)Kepala dan leher, meliputi edeme wajah, cloasma gravidarum, mata
(kelopak mata pucat, warna sklera), mulut (radang pucat, kebersihan,
keadaan gigi (karies, karang, tonsil), leher : pembesaran kelenjar tyroid,
pembuluh limfe
4)Payudara, meliputi : bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting susu, kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa dan
pembesaran limfe
5)Abdomen, meliputi: adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra,
strie gravidarum,). Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan tangan jika
kehamilan lebih dari 12 minggu dan dengan pita ukuran jika usia
kehamilan lebih dari 22 minggu. Palpasi abdomen untuk mengetahui
letak, presentasi, posisi (usia kehamilan lebih dari 28 minggu) dan
penurunan kepala janin (usia kehamilan lebih dari 36 minggu), DJJ
janin dengan fetoskop jika usia kehamilan lebih dari 18 minggu
6)Ekstremitas, meliputi edema tangan dan kaki, pucat pada kuku jari,
varises dan reflek patella
7)Genetalia, meliputi: luka, varises, kondiloma, cairan (warna,
konsistensi, jumlah, bau), keadaan kelenjar bartholini (pembengkakan,
cairan, kista), nyeri tekan, hemoroid dan kelainan lain
8)Inspekulo, meliputi keadaan serviks (cairan/ darah, luka)
9)Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adalah dilatasi
dan nyeri tekan/ goyang. Palpasi uterus untuk menentukan ukuran,
bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa (pada trimester 1)
10)Punggung, adanya kelainan bentuk atau tidak
11)Kebersihan kulit
b.Palpasi abdomen (Leopold)
1)Leopold
Leopold I, untuk menentukan umur kehamilan dengan cara
menentukan TFU dan menentukan bagian janin yang ada pada fundus
Leopold II, untuk menentukan letak janin apakah memanjang atau
melintang, serta menentukan bagian janin yang ada di sebelah kanan
dan kiri uterus
Leopold III, untuk menentukan bagian terendah (presentasi) janin dan
menentukan apakah presentasi janin sudah masuk Pintu Atas Panggul
(PAP).
Leopold IV, untuk menentukan seberapa jauh masuknya presentasi
janin ke PAP.
2)Osborn Test
Untuk mengetahui adanya DKP (Disporposi Kepala Panggul) pada ibu
hamil dengan usia kehamilan lebih dari 36 minggu.
c.Pemeriksaan panggul: Indikasi dilakukan pemeriksaan panggul adalah
ibu-ibu hamil yang diduga panggul sempit, yaitu pada primigravida
kepala belum masuk panggul pada 4 minggu terakhir dan pada
multipara dengan riwayat obstetri jelek, pada ibu hamil dengan kelainan
letak pada 4 minggu terakhir dan pada ibu hamil dengan kiposis,
skoliosis, kaki pincang dan cebol.
d.Pemeriksaan laboratorium: Pemerikasaan yang harus dilakukan pada
ibu hamil adalah pemeriksaan urine (PP Test, warna urine, bau,
kejernihan, protein urine, dan glukose urine) maupun sampel darah
(hemoglobin, golongan darah, hematokrit darah, faktor resus, rubella,
VDRL/RPR dan HIV).
e.Pengkajian data fetus
1)Gerakan janin: Bisa dilakukan dengan cara dilihat, dirasakan atau
diraba. Gerakan janin mulai dirasakan ibu hamil primigravida pada usia
kehamilan 18 minggu dan usia 16 minggu pada multigravida. Pada usia
20 minggu gerakan janin bisa diraba oleh pemeriksa.
2)Denyut Jantung Janin (DJJ): Merupakan tanda pastikehamilan dan
kehidupan janin. DJJ mulai terdengar usia kehamilan 16 minggu,
dengan Doppler usia kehamilan 12 minggu dan dengan stetoskop
Laenec pada usia kehamilan 18-20 minggu.. Ciri- ciri DJJ adalah
ketukan lebih cepat dari denyut nadi, dengan frekuensi normalnya 120-
160 kali per menit. Cara mengitung DJJ adalah sebagai berikut:
a)Pastikan yang terdengar adalah DJJ
b)Dengarkan DJJ pada tempat yang paling jelas terdengar DJJ (punctum
maximum)
c)Satu tangan memegang monoskop Leanec, tangan yang lain
memegang denyut nadi radialis ibu, mata melihat jam
d)Hitung 5 detik pertama, 5 detik ketiga dan 5 detik kelima
e)Pada 5 detik kedua dan 5 detik keempat DJJ tidak dihitung, tetapi
tetap mendengarkan dan memperhatikan DJJ
f)Hasilnya dijumlah dikalikan empat ditulis dengan ”.... kali per menit,
dijelaskan juga keteraturan dan kejelasannya.
3)Non Stress Test (NST): Jika janin sehat maka pada saat janin
bergerak aktif DJJ akan meningkat. Jika janin kurang baik pergerakan
tidak diikuti dengan peningkatan DJJ.
4)Amniosentesis: Adalah tindakan aspirasi cairan amnion dengan
pungsi melalui dinding abdomen (transabdominal) atau melalui serviks
uteri (transervikal). Untuk mendeteksi kelainan genetik dan metabolik
serta kelainan janin.
3.A = ASSESMENT/ ANALYSIS
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Karena keadaan pasien
yang setiap saat bisa mengalami dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subyektif maupun data obyektif. Analisis data adalah
melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencangkup:
diagnosa/ masalah kebidanan, diagnosa / masalah potensial serta
perlunya antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan tindakan segera.
a.Diagnosa Kebidanan
Ny. ... umur ... tahun, G...P...A... hamil...minggu, anak tunggal/ganda,
hidup intra uterin, letak memanjang/sungsang/lintang, presentasi,
puka/puki, divergen/konvergen
Dasar:
-DS
-DO
b.Diagnosa Masalah (sesuai dengan apa yang diungkapkan/ dikeluhkan
klien)
Dasar :
-DS :
-DO:
-Kebutuhan : (sesuai dengan kebutuhan klien)
c.Identifikasi diagnosis atau masalah potensial (Diagnosa Potensial)
Diagnosis atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan masalah
atau diagnosis yang sudah teridentifikasi
d.Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera (Antisipasi Penanganan Segera)
Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.
4.P = PLANNING/ PERENCANAAN
Planning/ Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
akan datang. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan terdiri dari
kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu.
Tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan
dalam kesehatannya harus sesuai proses pslnnya dan harus mendukung
rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi/rujukan.
Meskipun secara istilah, P adalah Planning/ Perencanaan saja, namun P
adalah metode SOAP juga mengandung Implementasi dan Evaluasi.
Sebanyak mungkin pasien harus berubah, analisis juga berubah maka
rencana auhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan
ikut berubah atau harus disesuaikan. Dalam planning juga
mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai efektifitas asuhan/ hasil pelaksanaan asuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.


Jakarta : Salemba Medika
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pusdiknakes : WHO: JHPIEGO. 2001. Buku asuhan antenatal.
Pusdiknakes. 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal.
Saifuddin , Abdul Bari, dkk. 2002. Panduan praktis pelayanan
maternal dan neonatal.
Prawirohardjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta .PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo.2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal . Jakarta . Yayasan Bina Pustaka
http://mantrinews.blogspot.co.id/2012/01/melakukan-
pendokumentasian-askeb.html

Anda mungkin juga menyukai