Fauziah Rouqmaya
Shopiatun FathonaIllahi
P01740522028
P0.1740522019
BAB
I Latar Belakang
Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi dimana flour albus fisiologis dapat menjadi Fluor Albus yang patologis
karena terinfeksi kuman penyakit atau jamur. Keputihan karena jamur lebih mudah menyerang ibu hamil dikarenakan pada
masa kehamilanIbu hamil sangat rentang terhadap infeksi, karena daya tahan ibu hamil menurun dan meningkatkan
kebutuhan metabolisme, serta dikarenakan vagina menjadi kaya dengan kandungan glukosa yang disebut dengan glikogen,
dan glikogen merupakan makanan yang baik tumbuhnya kuman. vagina yang terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit,
bakteri, virus maka keseimbangan ekosistem vagina terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus memakan
glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam,
hal ini tidak dapat terjadi Bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup
subur di dalam vagina (Maharani, S, 2015).
Keputihan dalam kehamilan sering dianggap sebagai hal yang biasa terjadi dan sering luput dari perhatian ibu maupun
petugas kesehatan yang sering melakukan pemeriksaan kehamilan. Meskipun tidak semua keputihan dapat disebabkan oleh
infeksi, beberapa keputihan dalam kehamilan yang dapat berbahaya karena dapat menyebabkan persalinan kurang bulan
(prematuritas), ketuban pecah sebelum waktunya atau bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram)
(Purwoastuti,E&Wahyuni,SE.2015).
Oleh karena itu jika Keputihan fisiologis hanya dibiarkan akan berisiko menjadi keputihan yang
patologis. Sehingga diperlukan perubahan Perilaku sehari-hari untuk menjaga organ intim tetap kering
dan tidak lembab Perempuan yang memiliki riwayat infeksi Yang ditandai dengan keputihan
berkepanjangan mempunyai Dampak buruk untuk masa depan kesehatan reproduksinya. Sehingga
dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan genetalia dan melakukan
pemeriksaan Khusus sehingga dapat diketahui secara dini penyebab leukorea (Khuaiyah,S, DKK.2015).
BAB
Tu j u a n
I Umum
1. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan Fisiologi Holistik
Continuity Of Care pada Kehamilan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif asuhan kebidanan Continuity Of Care (COC) pada kehamilan dengan masalah
keputihan fisiologis
b. Melakukan pengkajian data Objektif asuhan kebidanan Continuity Of Care (COC) pada kehamilan dengan masalah
keputihan fisiologis
c. Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada kehamilan dengan
masalah keputihan fisiologis
d. Menyusun penatalaksanaan dan evaluasi asuhan kebidanan pada kehamilan dengan masalah keputihan fisiologis
Manfaat
Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sekaligus
penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan
dalam menerapkan asuhan kebidanan fisiologi kehamilan.
BAB
II KAJIAN
TEORI
S : Ibu Mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dengan keluhan lendir putih bening dan sedikit gatal
sejak 3 hari yang lalu, saat ini usia kehamilan ibu sekitar 9 bulan dan ini merupakan kehamilan keempat
dan belum pernah keguguran.
O:
Pemeriksaan umum
TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 82 kali/menit
P : 22 kali/ menit
S : 36,7 C
A : Ny. S umur 43 tahun G4P3A0 Uk 37 mg JTH, IU, Preskep, PUKI, keaadaan
ibu dan janin baik dengan masalah keputihan
P:
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan janin baik
2. Menjelaskan kepada ibu agar menjaga daerah genetalianya agar
senantiasa bersih serta senantiasa memperhatikan sabun yang di
gunakan sebaiknya sabun yang tidak berparfum
3. Menjelaskan agar ibu tidak mandi dan berendam di tempat umum
4. Menganjurkan ibu untuk menggunakan celana dalam yang berbahan
katun dan tidak menggunakan celana dalam yang ketat
5. Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat
berlebih
6. Menjelaskan kepada ibu bahwa keputihan di trimester III merupakan
ketidaknyamanan
7. Memberitahu ibu agar segera ke dokter jika ibu merasa gatal,
keputihan berwarna kuning atau hijau
Pemeriksaan fisik
Payudara : Tidak ada bekas luka operasi, putting susu menonjol, hiperpigmentasi, sudah
keluar sedikit ASI dan tidak ada benjolan
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
Leopold I : TFU : 32 cm, bagian fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting di
perkirakan kepala janin
Leopold II : Pada kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil di perkirakan bagian
ekstremitas janin dan bagian kiri perut ibu teraba bagian datar tertahan di perkirakan
punggung janin
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat lunak, melenting, tidak dapat di goyangkan
di perkirakan kepala janin
Leopold IV : 2/5 bagian
DJJ
Frekuensi : 140 kali/ menit
Sifat : Teratur
Lokasi : Puki
Genetalia : Tidak ada odema, tidak ada varises dan terdapat keputihan
PEMBAHA
SAN
Keluhan yang di rasakan Ny. S seperti keluar lendir dari kemaluan dan merasa gatal merupakan ciri dari
keputihan. Keputihan adalah suatu gejala berupa cairan yang tidak berupa darah yang keluar dari organ
genetalia (Winkjosastro, 2017). Keputihan atau flour albus bukan merupakan golongan penyakit tersendiri tetapi
merupakan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita yang harus di obati
(Manuaba, 2013).Patogenesis keputihan (flour albus) merupakan lendir vagina umumnya semakin banyak
selama kehamilandn di sebabkan oleh peningkatan produksi lendir dari serviks dan perubahan keseimbangan PH
pada lapisan vagina.
Penatalaksanaan dari kasus keputihan fisiologis salah satunya dengan cara menggunakan daun sirih yaitu
mengajarkan ibu untuk membasuh vagina dengan cara yang benar dari klitoris ke anus, mengganti celana dalam
setiap kali basah setelah BAB dan BAK dan bersihkan dengan rebusan daun sirih, memberitahu ibu untuk
membersihkan bak mandi, ember, kloset dengan antiseptik untuk menghindari perkembangbiakan kuman,
menganjurkan ibu untuk menggunakan pakaian yang berbahan katun, daun sirih dapat menjadi alternatif untuk
pengobatan keputihan patologis karena 20-100% konsentrasi daun sirih dapat menghambat pertumbuhan
candida albicans ( Yulviana Rina dan Sri mayang, 2020).
Kemudian memberikan asuhan seperti menggunakan celana dalam yang terlalu ketat supaya
sirkulasi udara tetap menjaga, tidak mencuci miss v dengan menggunakan sabun kewanitaan serta
memberitahu ibu agar menjaga organ reproduksi ( Sulistyawati Endah, dkk. 2022). Selain itu memberitahu
ibu dampak terhadap ibu seperti merasa tidak nyaman, kanker rahim dan kehamilan ektopik dan dampak
terhadap janin seperti kebutaan pada bayi, kematian janin, berat badan lahir rendah serta infeksi
asendrem.
BAB
KESIMPU
V LAN
Asuhan kebidanan Continuity Of Care pada studi kasus ini merupakan asuhan yang diberikan kepada seorang ibu hamil
di PMB Mariani,SST,SKM . Laporan asuhan kebidanan pada studi kasus ini di dokumentasikan dalam bentuk manajemen
SOAP yang menggambarkan tentang asuhan yang diberikan pada Ny.S Umur 43 Tahun G4P3A0 dengan keputihan
fisiologis
1. Hasil pengkajian data subjektif pada Ny. S umur 43 tahun G4P3A0 datang ingin memeriksakan kehamilannya dengan
keluhan lendir putih bening dan sedikit gatal. Keputihan atau Flour albus (white discharge, leukorrhea) adalah suatu
gejala berupa cairan yang tidak berupa darah yang keluar dari organ genetalia (Wiknjosastro,2017).
2. Hasil pengkajian data objektif pada Ny. S umur 43 tahun dengan keadaan umum, TD : 100/70 mmHg, N : 82 kali/menit,
P : 22 kali/menit, S : 36,7 C, IMT : 20,6 kg/cm, Lila : 26,5 cm serta pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3. Berdasarkan kasus di atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. S umur 43 tahun G4P3A0 dengan Keputihan
Fisiologis.
4. Penatalaksanaan dari kasus Ny. S umur 43 tahun G4P3A0 adalah dengan cara rebusan air daun sirih dan
menjaga personal hygine.
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK CONTINUITY OF CARE (COC) PERSALINAN NORMAL
PADA NY. S UMUR 43 TAHUN G4P3A0 UK 37 MINGGU DI PMB MARIANI,SST,SKM
KOTA BENGKULU
Shopiatun Fathona
P0.1740522019
Latar Belakang
Asuhan Persalinan Normal merupakan asuhan persalinan yang bersih dan aman mulai dari kala I
sampai dengan kala IV. Kematian maternal dan kematian perinatal merupakan cermin kemampuandalam
memberikan pelayanan kesehatan di tengah masyarakat khususnya dalam pertolongan persalinan oleh
bidan. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan
ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan
(lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah, Firdayanti 2019).
Persalinan adalah proses dimana bayi, Plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu
bersalin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/setelah usia
kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Menurut Mayles dalam (Kemenkes, 2016)
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan
kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan
pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12
sampai 14 jam.
Tujuan
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan COC (Countinuity Of Care) pada persalinan normal Ny.S Usia 43
Tahun G4P3A0 dengan pendekatan manajemen kebidanan dan melakukan dokumentasi secara SOAP.
BAB II
KAJIAN
TEORI
Konsep Dasar Persalinan
2. Pengkajian data objektif telah dilakukan secara lengkap pada Ny.S Usia 43 Tahun
G4P3A0 Usia Kehamilan39 minggu dan didapatkan hasil bahwa keadaan umum ibu
baik dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, TD 100/80 mmhg,
N 80 kali /menit, P 22 kali/menit, S 36,7o C, ketuban (+), penyusupan O, portio tipis
lunak, pembukaan 4 cm, penurunan UUK, penurunan kepala Hodge III.
3. Mahasiswa telah melakukan analisa pada Ny. S Usia 43 Tahun
G4P3A0 Usia Kehamilan 39 minggu, Janin Tunggal Hidup, Intra
Uterin, presentasi belakang kepala, Puki, KU ibu dan janin baik dengan
inpartu Kala I fase aktif.
SHOPIATUN FATHONA
P0.17405220019
Latar Belakang
Konsep Bayi
Baru Lahir
BAB III
Kasus
S : Ibu mengatakan telah lahir anaknya berjenis kelamin perempuan
O:
BB : 3000 gram
PB : 48 cm
LK : 33 cm
LD: 32 cm
A:
By. Ny. S umur 0 jam
P:
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluargaa bahwa hasil pemeriksaan bayinya normal
2. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan di mandikan setelah 6 jam lahir
3. Memberitahu ibu agar menjaga kehangatan bayi dengan menggunakan topi
4. Mengajurkan ibu untuk mengganti pakaian bayi jika basah untuk menjaga tali pusat agar
tetap kering
5. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk menjemur bayi di bawah matahari sekitar 15-30 menit
untuk mencegah ikterus pada bayi
6. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk memperhatikan tanda-tanda infeksi pada bayi
7. Menjadwalkan kunjungan ulang dan memandikan bayi
BAB V
KESIMPULAN
1. Asuhan kebidanan BBL pada By. Ny. S lahir di usia kehamilan 40 minggu
dengan BB: 3000 gram dan PB : 48 cm sejalan dengan teori (Yulianti dan
Rukiyah, 2013) bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan
2500-4000 gram, nilai Apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti dan
Rukiyah, 2013).
2. Dilakukan berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan fisik, sehingga
penanganan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan kewenangan bidan.
Pengkajian fisik By.Ny. S usia 0 jam hasilnya nilai Apgar score By.Ny.P > 7 adalah
bayi lahir normal sejalan dengan Yulianti dan Rukyah (2013) defisini bayi baru
lahir normal adalah yang nilai Apgarnya > 7 dan tanpa cacat bawakkan.
c. Bayi apneu atau biru pucat denyut jantung, 100/ menit, ventilasi ambu
bag dan masker harus segera dimulai. Jika tidak ada respon dalam 2
menit maka intubasi bayi.
4. Asuhan kebidanan pada By. Ny. S usia 0 jam dengan merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kasus BBL yaitu dengan
melakukan pengkajian fisik. Menurut Depkes (2018) :
a. Bayi bernafas atau menangis, warna merah muda, denyut jantung 100/menit, serahkan bayi langsung ke abdomen ibu dan keringkan
dengan handuk kering. Tindakan ini meningkatkan bounding dan mempertahankan suhu karena kontak langsung kulit dengan kulit.
b. Bayi apneu atau terengah-engah, warna kulit biru dan denyut jantung. 100 stimulasi dengan menggosok punggung menggunakan
sebuah handuk atau tepuk-tepuk kaki dengan lembut. Buka dan bersihkan jalan nafasdengan melakukan penghisapan pada mulut
kemudian hidung dengan lembut. Berikan oksigen fasial. Jika tidak ada respon pada usia satu menit denyut jantung menurun atau
tetap biru, maka ventilasi ambu bag dan masker harus dimulai, jika tidak ada peningkatan dalam 2 menit denyut jantung tidak
meningkat pertimbangkan untuk mempertimbangkan intubasi pada bayi.
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK CONTINUITY OF CARE (COC) NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. S
UMUR 43 TAHUN P4A0 POST PARTUM 6 JAM DI PMB MARIANI,SST,SKM KOTA BENGKULU
Shopiatun Fathona
P0.1740522019
Latar Belakang
Masa nifas merupakan periode kritis dalam keberlangsungan hidup
ibu dan bayi baru lahir. Sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir
terjadi dalam 1 bulan pertama setelah persalinan. Untuk itu, perawatan
kesehatan selama periode ini sangat dibutuhkan oleh ibu dan bayi baru
lahir agar dapat terhindar dari risiko kesakitan dan kematian. World
Health Organization (WHO) menganjurkan agar pelayanan kesehatan
masa nifas (postnatal care) bagi ibu mulai diberikan dalam kurun waktu
24 jam setelah melahirkan oleh tenaga kesehatan yang kompeten,
misalnya dokter, bidan atau perawat (SDKI, 2017).
Perawatan masa nifas merupakan suatu upaya yang dilakukan
tenaga kesehatan, ibu nifas dan keluarga dengan tujuan agar kebutuhan
nutrisi pada ibu nifas tercukupi, personal hygine terjaga, adanya
perawatan payudara, istirahat dan tidur cukup, sehingga dapat
mencegah terjadinya tanda bahaya selama masa nifas yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan berdampak pada kematian
(Nurjanah, 2013).
BAB II
KAJIAN TEORI
SHOPIATUN FATHONA
P0.17405220019
Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan suatu usaha menjarangkan
kehamilan atau merencanakan jumlah dan penduduk jarak kehamilan
dengan menggunakan kontrasepsi. Sasaran utama program keluarga
berencana adalah pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan yang
wanitanya berusia 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan
pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan
seksual dapat mengakibatkan kehamilan. Pasangan usia subur
dihapakan secara bertahap menjadi peserta KB aktif sehingga
memberikan efek langsung penurunan fertilisasi (Lenny
irmawaty,2020).
Program KB dengan metode kontrasepsi jangka panjang masih kurang peminatnya
termasuk implan padahal kontrasepsi implan memberikan kontribusi besar dalam
membantu mengendalikan jumlah penduduk dengan cara mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, implan dinilai merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif
dari segi kegunaan dan biaya dengan tingkat keberhasilan 99% (Yusnilasari, 2018).
Metode implan merupakan KB dengan menggunakan alat kontrasepsi bawah kulit
yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon
polidimetri dan disusukkan di bawah kulit (Febriani, W. A. (2019).
BAB II
TINJAUAN TEORI