Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP PARTNERSHIP DALAM ADVOKASI PELAYANAN

KEBIDANAN DENGAN PEREMPUAN SERTA


PELAYANAN KEBIDANAN DARI
MULTI PERSPEKTIF

Disusun oleh Kelompok 1:

1
Bella Arita Ulfami P01740323137
.
2
Cindi Nadia Sari P01740323138
.
3
Chintya Oktawahyuni P01740323139
.
4
Destri Mutiara Dwi Putri P01740323140
.
5
Dhea Ariani P01740323141
.
6
Dinda Putri Auriel P01740323142
.
7
Elsa Maharani P01740323143
.

Dosen Pengampu : Lusi Andriyani, SST, M. Kes


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
SARJANA TERAPAN AHLI JENJANG KEBIDANAN
TAHUUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dosen pengampu yang
telah memberikan tugas kepada kami, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan pihak lain
yang berkepentingan pada umumnya.

Curup, Februari 2024

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Pengertian Peran Bidan Sebagai Advokator.................................................6
B. Tujuan Advokator..........................................................................................6
C. Target Advokator...........................................................................................7
D. Persyaratan Advokasi....................................................................................7
E. Peran Bidan sebagai Advokator....................................................................7
F. Tugas Bidan sebagai Advokator....................................................................8
G. Kegiatan – Kegiatan Advokasi......................................................................8
H. Strategi Pendekatan Utama Advokasi...........................................................9
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB),
kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna.
Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan
membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau
keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga
diperlukan bidan di masyarakat.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani
keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan
dan komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan
lingkungan. Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik di
mana seseorang tinggal sebagai sebuah lingkungan beserta aspek-aspek
sosialnya. Masyarakat setempat yang bertempat tinggal di suatu wilayah
(dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama
yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas wilayah. Dengan
demikian dapat disimpilkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu
wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial
tertentu.
Dalam isu-isu kesehatan masyarakat, seringkali kita harus
melakukan advokasi sebagai bagian penting dalam strategi program. Peta
pikiran berikut ini berbicara tentang advokasi. Intinya, advokasi
merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia dapat
menjadi bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai
hasil yang kita inginkan kita memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan
mendasar kepada penyebab majemuk.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peran bidan sebagai advokator?
2. Apa tujuan advokator?
3. Apa persyaratan advokasi?
4. Apa bidan sebagai advokator?
5. Apa tugas bidan sebagai advokator?
6. Apa kegiatan – kegiatan advokasi?
7. Apa strategi pendekatan utama advokasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran bidan sebagai advokator
2. Untuk mengetahui tujuan advokator
3. Untuk mengetahui persyaratan advokasi
4. Untuk mengetahui bidan sebagai advokator
5. Untuk mengetahui tugas bidan sebagai advokator
6. Untuk mengetahui kegiatan – kegiatan advokasi
7. Untuk mengetahui strategi pendekatan utama advokasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peran Bidan Sebagai Advokator


Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi
terhadap pengambil keputusan dari kategori program ataupun sektor yang
terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal. Melakukan advokasi
berarti melakukan upaya-upaya agar pembuat keputusan atau penentu
kebijakan tersebut mencapai kebijakan tersebut mempercayai dan
meyakini bahwa program yang ditawarkan perlu mendapat dukungan
melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.
Ikatan Bidan Indonesia : Bidan diakui sebagai tenaga professional
yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra
perempuan untuk memberikan dukungan. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan
anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya
yang ada untuk membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk
mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan.
Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak
haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal
(kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan).

B. Tujuan Advokator
Mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung
kegiatan/tindakan dalam pemecahan masalahdan mencoba untuk
mendapatkan dukungan dari pihak lain/mitra.

3
4

C. Target Advokator
1. Pembuat keputusan, pembuat kebijakan.
2. Pemuka pendapat, pimpinan agama.
3. LSM, Media dan lain-lain.

D. Persyaratan Advokasi
1. Credible, artinya program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan
para penentu kebijakan.
2. Feasible, artinya program tersebut harus baik secara teknis, politik,
maupun ekonomi.
3. Relevant, artinya program tersebut harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
4. Urgent, artinya program tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi.
5. High priority, artinya program tersebut memiliki prioritas yang tinggi.

E. Peran Bidan sebagai Advokator


Di bawah ini ada beberapa peran bidan sebagai Advokator :
1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan
hak-haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal
(kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan)
2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan
peralatan yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada
pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
dukun menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya adalah
melakukan pembinaan terhadap dukun bayi dan pemerintah
memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan
menggunakan alat-alat yang tidak steril.
3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
5

F. Tugas Bidan sebagai Advokator


1. Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam
pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu
melindungi kepentingan mereka sendiri.
2. Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan
informasi kesehatan dan memberikan dukungan sosial.
3. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan,
berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
4. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini
atau mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
didukung melalui kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk
peraturan, Undang-Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan
public dengan sasaran yaitu pejabat legislatif dan eksekutif, para
pemimpin pengusaha, organisasi politik dan organisasi masyarakat
baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan desa kelurahan.

G. Kegiatan – Kegiatan Advokasi


Adapun kegiatan-kegiatan advokasi antara lain :
1. Lobi Politik (Political Lobying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para
pejabat untuk mennginformasikan dan membahas masalah dan
program kesehatan yang akan dilaksanakan. Tahap pertama pada lobi
ini adalah tenaga kesehatan atau bidan menyampaikan keseriusan
masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya, dan dampaknya
terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif
yang terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut.
Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkna data yang akurat tentang
masalah kesehatan tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.
2. Seminar dan Presentasi
Seminar dan presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas
program dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah
6

kesehatan di wilayah kerjanya lengkap dengan data dan ilustarsi yang


menarik serta rencana program pemecahannya. Kemudian masalh
tersebut dibahas bersama-sama yang pada akhirnya diharapkan akan
diperoleh komitmen atau dukungan tterhadap program yang akan
dilaksanakan tersebut.
3. Media Advokasi
Media (media advocasy) adalah melakukan kegiatan advokasi
dengan menggunakan media khususnya media massa baik melalui
media cetak maupun media elektronik. Permasalahan kesehatan yang
dialami disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi,
penyampaian pendapat dan lainnya. Media mempunyai kemampuan
yang kuat untuk membentuk opini publik yang dapat memepengaruhi
bahkan merupakan tekanan terhadap para penentu kebijakan dan para
pengambil keputusan.
4. Perkumpulan (asosiasi)
Peminat Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang
mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah tertentu atau
perkumpulan profesi adalah merupakan bentuk kegiatan advokasi.

H. Strategi Pendekatan Utama Advokasi


Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu:
1. Melibatkan Para Pemimpin/ Pengambil Keputusan
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan
pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari
kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan.
Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan
sukses.
2. Menjalin Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut
7

ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,


tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang
telah dibuat, dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan
yang diperoleh.
3. Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community
actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang
konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan,
merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai
kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan
komunitas dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber
daya manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan
kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem
yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah
kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.
4. Bergerak ke Masa Depan (moving into the future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara
pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka belajar,
bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan
memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat
keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan
seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yang didiami
seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian
kesehatan oleh semua anggotanya.
5. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih
kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi
masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu
program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat
8

maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki
daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat
menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-
kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita. Partisipasi
dapat terwujud dengan syarat :
a. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat.
b. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif.
c. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh
masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya
yang ada untuk membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk
mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan. Tujuan
advokasi adalah mendorong para pengambil keputusan untuk suatu
perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan; dan mendorong para
pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan dalam
pemecahan masalah dan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari
pihak lain/mitra. Syarat advokasi adalah credible, feasible, relevant,
urgent, dan high priority.
Peran bidan sebagai advokator adalah Advokasi dan strategi
pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya; advokasi bagi
wanita agar bersalin dengan aman; dan advokasi terhadap pilihan ibu
dalam tatanan pelayanan. Tugas bidan sebagai advocator adalah
mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam
pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi
kepentingan mereka sendiri; membantu masyarakat untuk mengakses
kesehatan yang relevan dan informasi kesehatan dan memberikan
dukungan sosial; dan melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil
keputusan, berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.

B. Saran
Sebaiknya bidan dalam melakukan perannya sebagai advokasi
mampu membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai
tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan serta
mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam
pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi
kepentingan mereka sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hadiyati, E. (Ed.). (2017). Advokasi Kebidanan: Menuju Pelayanan Kebidanan yang


Holistik dan Berkeadilan Gender. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susanto, T., & Pratiwi, I. G. A. M. A. (Eds.). (2020). Perempuan dan Kebidanan: Refleksi
Teoritik dan Praktik. Penerbit Salemba Medika
Supriyana, S., & Setiawan, D. (2019). Prinsip Kemitraan dalam Advokasi Pelayanan
Kebidanan: Tinjauan dari Perspektif Perempuan. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan Indonesia, 12(2), 112-120.
Suryani, L. P., & Handayani, R. (2021). Pelayanan Kebidanan dari Multi Perspektif: Studi
Kasus di Rumah Sakit XYZ. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 9(1), 45-
54.
Cahyono, B., & Wulandari, A. D. (2018). Implementasi Prinsip Partnership dalam
Advokasi Pelayanan Kebidanan: Studi Kasus di Puskesmas Wilayah Jakarta
Selatan. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(2), 89-97.

10

Anda mungkin juga menyukai