Anda di halaman 1dari 15

Peran Bidan Sebagai Advokator

diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu :Nurul Aini, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Lutfia Azizatul Nizak (200550008)


2. Sella Anggraeni Septia wulandari (200550013)
3. Syafitri Diah Utami (200550014)

YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER

AKADEMI KEBIDANAN JEMBER

Tahun Ajaran 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN

Makalah berjudul :

Peran Bidan Sebagai Advokator

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Telah diketahui dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Dosen PJMK

Nurul Aini, M.Kes Nurul Aini, M.Kes

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Peran Bidan Sebagai
Advokator”. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih sedalam-
dalamnya kepada:

1. Dr. Rusmijati, M.M selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember


2. Nurul Aini, M.Kes selaku dosen PJMK mata kuliah Promosi Kesehatan
3. Nurul Aini, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Promosi Kesehatan
4. Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah yang berjudul “Strategi
Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan Peran Bidan Sebagai Advokator”.

Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam segi pembahasan, penulisan dan penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritk dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan PJMK mata kuliah Promosi
Kesehatan untuk menyempurkan makalah ini.

Jember, 25 Oktober 2021

Tim Penyusun,

II
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................................... I


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ II
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Definisi Peran Bidan Sebagai Advokator ............................................................................... 3
2.2 Peran Bidan Sebagai Advokator ............................................................................................. 3
2.3 Persyaratan Advokasi :............................................................................................................ 4
2.4 Tujuan Advokator ................................................................................................................... 5
2.5 Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan................................................................................ 6
2.6 Prinsip-Prinsip Advokasi ........................................................................................................ 6
2.7 Tugas Bidan sebagai Advokator ............................................................................................. 7
2.8 Kegiatan – Kegiatan Advokasi ............................................................................................... 7
2.9 Strategi Pendekatan Utama Advokasi ..................................................................................... 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 10
3.1 kesimpulan ............................................................................................................................ 10
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat, sebagai
anggota masyarakat, advocatoar dan educator, tentunya kompetensi seperti ini yang
akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan.
Peranan yang harus di lihat sebagai “main idea” untuk membentuk sebuah peradaban
dan tatanan sebuah pelayanan kesehatan.
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil,
melahirkan dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama
saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI
secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui anaknya.
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa
dipisahkan. Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut
kesehatan dan pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena
biasanya di tingkat desa merupakan kelompok profesional yang jarang ada
tandingannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah definisi peran bidan sebagai advokator?
2. Bagaimanakah peran bidan sebagai advokator?
3. Bagaimanakah persyaratan advokasi ?
4. Bagaimanakah tujuan advokator?
5. Bagaimanakah sasaran dan pelaku advokasi kesehatan?
6. Bagaimanakah prinsip-prinsip advokasi?
7. Bagaimanakah tugas bidan sebagai advokator?
8. Bagaimanakah kegiatan – kegiatan advokasi ?
9. Bagaimanakah strategi pendekatan utama advokasi?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui Definisi Peran Bidan Sebagai Advokator
2. Dapat mengetahui Peran Bidan Sebagai Advokator
3. Dapat mengetahui Persyaratan Advokasi

1
4. Dapat mengetahui Tujuan Advokator
5. Dapat mengetahui Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan
6. Dapat mengetahui Prinsip-Prinsip Advokasi
7. Dapat mengetahui Tugas Bidan sebagai Advokator
8. Dapat mengetahui Kegiatan – Kegiatan Advokasi
9. Dapat mengetahui Strategi Pendekatan Utama Advokasi

2
BAB II
PEMAHASAN

2.1 Definisi Peran Bidan Sebagai Advokator


Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi terhadap pengambil
keputusan dari kategori program ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan
maternal dan neonatal. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar
pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mencapai kebijakan tersebut
mempercayai dan meyakini bahwa program yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

Ikatan Bidan Indonesia : Bidan diakui sebagai tenaga professional yang


bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada untuk
membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih
baik sesuai keadaan yang diharapkan. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita
dalam mempromosikan hak haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang
optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan).

2.2 Peran Bidan Sebagai Advokator


Di bawah ini ada beberapa peran bidan sebagai Advokator :

1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya


yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam
memperoleh pelayanan kebidanan)
2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan peralatan
yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat
agar pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun menggunakan peralatan
yang steril salah satu caranya adalah melakukan pembinaan terhadap dukun bayi

3
dan pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan
menggunakan alat-alat yang tidak steril.

3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

Advokasi merupakan proses menciptakan dukungan, membangun konsensus,


membantu perkembangan suatu iklim yang menyenangkan dan suatu lingkungan
yang suportif terhadap suatu sebab atau issu tertentu melalui serangkaian tindakan
yang direncanakan dengan baik. Bidan dapat melakukan advokasi untuk
meningkatkan strategi dalam KIA / KB. Target Advokasi :

a. Pembuat keputusan, pembuat kebijakan


b. Pemuka pendapat, pimpinan agama
c. LSM , Media dan lain-lain

2.3 Persyaratan Advokasi :


a. Credible, artinya program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu
kebijakan.
b. Feasible, artinya program tersebut harus baik secara teknis, politik, maupun
ekonomi
c. Relevant, artinya program tersebut harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat -
Urgent, artinya program tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi
d. High priority, artinya program tersebut memiliki prioritas yang tinggi Upaya

pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa


dipisahkan. Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut
kesehatan dan pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena
biasanya di tingkat desa merupakan kelompok profesional yang jarang ada
tandingannya. Masyarakat dan keluarga Indonesia di desa, dalam keadaan hampir
tidak siap tempur, menghadapi ledakan generasi muda yang sangat dahsyat. Bidan
dapat mengambil peran yang sangat penting dalam membantu keluarga Indonesia
mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang untuk berjuang membangun diri
dan nusa bangsanya.
Berkat upaya gerakan KB dan Kesehatan di masa lalu, yang gegap gempita,
anak-anak di bawah usia 15 tahun jumlahnya dapat dikendalikan. Sejak tahun 1970

4
jumlah anak-anak tersebut belum pernah melebihi 60-65 juta. Tetapi, sebaliknya,
anak-anak usia remaja, yaitu 15-29 tahun, bahkan usia 30-60 atau 15-65 tahun
jumlahnya meningkat dalam kelipatan yang berada di luar perhitungan banyak pihak.
Phenomena tersebut, biarpun bisa dilihat secara nyata setiap hari, belum banyak
menggugah perhatian, kecuali kalau terjadi kecelakaan dalam proses kehidupan anak
muda itu.
Kesempatan hamil dan melahirkan bertambah jarang, pengalaman keluarga
merawat ibu hamil, ibu melahirkan, dan anak balita, atau anak usia tiga tahun, dalam
suatu keluarga, juga bertambah jarang. Kalau terjadi peristiwa kehamilan atau
kelahiran dalam suatu keluarga, hampir pasti kemampuan dan mutu anggota keluarga
merawat anggotanya yang sedang hamil atau melahirkan juga menjadi kurang cekatan
dan mutunya rendah. Padahal keluarga masa kini, yang bertambah modern dan urban,
menuntut kualitas pelayanan yang bermutu tinggi. Keluarga masa kini juga menuntut
hidup tetap sehat dalam waktu yang sangat lama karena usia harapan hidup yang
bertambah tinggi. Karena itu, sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan

2.4 Tujuan Advokator


1. Mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan,
program atau peraturan.
2. Mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan
dalam pemecahan masalahdan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak
lain/mitra.
3. Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan
4. Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan
5. Adanya kemauan atau kepedulian menyelesaikan masalah kesehatan dengan
memberikan alternatif solusi d. Adanya tindakan nyata dalam menyelesaikan
masalah kesehatan
6. Adanya tindak lanjut kegiatan
7. Adanya komitmen dan dukungan dari kebijakan pemerintah, sumberdaya, dan
keikutsertakan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan masalah kesehatan.

Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan
kebutuhan kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk
memperoleh akses di bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya,

5
mengalami hambatan secara struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang
bepihak kepada mereka. Pada intinya tujuan utama advokasi adalah untuk
mendorong kebijakan publik seperti dukungan tentang kesehatan.

2.5 Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan


1. Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan
dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya : para pengambil keputusan dan
penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di
kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, kalangan media massa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok potensial lainnya
di masyarakat.
2. Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang
atau yang upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya : Industri
rokok).
3. Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan,
dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
4. Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai
kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat
dipercaya (credible), dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak
tercela khususnya di depan kelompok sasaran.
5. Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan
Tinggi, Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh
berpengaruh, dll.

2.6 Prinsip-Prinsip Advokasi


Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan
(pressure) kepada para pemimpin institusi. Advokasi tidak hanya dilakukan
individu, tetapi juga oleh kelompok atau organisasi, maupun masyarakat..Advokasi
terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat
pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya.
Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi yang dapat mempengaruhi
bentuk dan praktek penerapan hukum.

6
2.7 Tugas Bidan sebagai Advokator
a. Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan
kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan
mereka sendiri.
b. Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan
informasi kesehatan dan memberikan dukungan sosial.
c. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan, berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
d. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung
melalui kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan, Undang-
Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan public dengan sasaran
yaitu pejabat legislatif dan eksekutif, para pemimpin pengusaha, organisasi
politik dan organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten,
keccamatan desa kelurahan.

2.8 Kegiatan – Kegiatan Advokasi


Adapun kegiatan-kegiatan advokasi antara lain :
a. Lobi Politik (Political Lobying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para
pejabat untuk mennginformasikan dan membahas masalah dan program
kesehatan yang akan dilaksanakan. Tahap pertama pada lobi ini adalah
tenaga kesehatan atau bidan menyampaikan keseriusan masalah
kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap
kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif yang terbaik
untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi
ini perlu dibawa atau ditunjukkna data yang akurat tentang masalah
kesehatan tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.
b. Seminar dan Presentasi
Seminar dan presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas
program dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah
kesehatan di wilayah kerjanya lengkap dengan data dan ilustarsi yang
menarik serta rencana program pemecahannya. Kemudian masalh
tersebut dibahas bersama-sama yang pada akhirnya diharapkan akan

7
diperoleh komitmen atau dukungan tterhadap program yang akan
dilaksanakan tersebut.
c. Media Advokasi
Media (media advocasy) adalah melakukan kegiatan advokasi
dengan menggunakan media khususnya media massa baik melalui media
cetak maupun media elektronik. Permasalahan kesehatan yang dialami
disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian
pendapat dan lainnya. Media mempunyai kemampuan yang kuat untuk
membentuk opini publik yang dapat memepengaruhi bahkan merupakan
tekanan terhadap para penentu kebijakan dan para pengambil keputusan.
d. Perkumpulan (asosiasi)
Peminat Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai
minat atau keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan
profesi adalah merupakan bentuk kegiatan advokasi.

2.9 Strategi Pendekatan Utama Advokasi


Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu:
1. Melibatkan Para Pemimpin/ Pengambil Keputusan
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan
pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari
kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan.
Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan
sukses.
2. Menjalin Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut
ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang
telah dibuat, dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh.
3. Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community
actions)

8
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang
konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan,
merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai
kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan
komunitas dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya
manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan
kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem
yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah
kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.
4. Bergerak ke Masa Depan (moving into the future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara
pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka
belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan
dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk
membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan
seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yang didiami
seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian
kesehatan oleh semua anggotanya.
5. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih
kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi
masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu
program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat
maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki
daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat
menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-
kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita. Partisipasi
dapat terwujud dengan syarat :
a. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat.
b. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif.
c. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh
masyarakat

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi terhadap pengambil
keputusan dari kategori program ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan
maternal dan neonatal.
2. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang
diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal.
3. Credible, artinya program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu
kebijakan,f easible, artinya program tersebut harus baik secara teknis, politik
4. Mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan,
program atau peraturan.
5. Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat.
6. Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan
persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan (pressure)
kepada para pemimpin institusi
7. Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan
kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan mereka
sendiri.
8. Adapun kegiatan-kegiatan advokasi antara lain adalah Lobi Politik (Political
Lobying),seminar dan presentasi,media advokasi, Perkumpulan (asosiasi)
9. Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu Melibatkan Para Pemimpin/
Pengambil Keputusan,menjalin kemitraan,

3.2 Saran
Sebaiknya bidan dalam melakukan perannya sebagai advokasi mampu membela,
memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik sesuai
keadaan yang diharapkan serta mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-
orang dalam pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi
kepentingan mereka sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mey Elisa Safitri, Elvi Era Liesmayani · 2021.Buku ajar konsep kebidanan.Jawa tengah,PT
Expading Management (Penerbit NEM-Anggota IKAPI)

Victor Trismanjaya Hulu, Herviza Wulandary Pane, Tasnim Tasnim · 2020.Promosi


Kesehatan Masyakat.Jakarta.Yayasan Kita Menulis.

Nurjannah Fitri.2014.Hubungan Petugas Kesehatan dengan pelayanan KIA.Yogyakarta.


Jurnal Kartika

Suryati Y, Elliya O.2017.Peran bidan dalam memberikan advokasi dalam pelayanan KIA .
Akademi Kebidanan Griya Husada. Surabaya.Buku Ajar

Sari RN, Mufdillah.2012. Strategi Pendekatan Advokasi.Yogyakarta. Citapustaka Media


Perintis

11

Anda mungkin juga menyukai