Anda di halaman 1dari 13

PROSES ADVOKASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Mutu dalam Pelayanan dan Kepemimpinan

Dosen Pengampu : Wiwin Mintarsih P, SSi.T,. M.Kes

Disusun oleh:

RPL Bidan B/ II

Eliani (P20624423054)
Hilda Nurul Fauziah (P20624423060)
Mela Nur Azizah (P20624423064)
Rindiani Mayadis (P20624423073)
Sri Wanda Putri (P20624423082)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah dengan judul “Proses advokasi dalam pelayanan
kebidanan”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir
zaman.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Patologi dan Komplikasi Program
Studi RPL Transfer Kredit Sarjana Terapan Kebidanan. Dalam proses penyusunan
makalah ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak yang telah mendukung penulis saat mengerjakan
hingga menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
2. Wiwin Mintarsih P, SSi.T,. M.Kes selaku dosen pengampu yang selalu
membantu memudahkan penulis saat melaksanakan penyusunan makalah ini.
3. Serta teman- teman anggota kelompok yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal kepada semuanya.
Penulis berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih
untuk menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam rangka
perbaikan selanjutnya, penulis akan terbuka terhadap saran dan masukan dari
semua pihak karena penulis menyadari makalah yang telah disusun ini memiliki
banyak sekali kekurangan.

Tasikmalaya, 05 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................1
C. Tujuan Masalah .......................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Peran Bidan Sebagai Advokator………………………..…2
B. Tujuan Advokasi……………………..…………………………..…2
C. Target Advokasi…………………………………………………….2
D. Persyaratan Advokasi……………………………………………….3
E. Langkah- langkah Advokasi………………………………………..3
F. Peran Bidan Sebagai Advokator……………………………………5
G. Tugas Bidan Sebagai Advokator…………………………………...5
H. Kegiatan- Kegiatan Advokasi……………………………………...6
I. Strategi Pendekatan Utama Advokasi……………………………...7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................9
B. Saran......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat,
sebagai anggota masyarakat, advocatoar dan educator, tentunya kompetensi
seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan
pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai “main idea” untuk
membentuk sebuah peradaban dan tatanan sebuah pelayanan kesehatan.
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu
hamil, melahirkan dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak
kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang
manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil
memahami dan siap menyusui anaknya.
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa
dipisahkan. Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari
sudut kesehatan dan pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang
strategis karena biasanya di tingkat desa merupakan kelompok profesional yang
jarang ada tandingannya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
b. Apa yang menjadi tujuan dan persyaratan advokasi?
c. Bagaiamana peran dan tugas bidan sebagai advokasi?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian advokasi.
b. Untuk mengetahui tujuan dan persyaratan advokasi.
c. Untuk mengetahui peran dan tugas bidan sebagai advokasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Peran Bidan Sebagai Advokator


Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi terhadap
pengambil keputusan dari kategori program ataupun sektor yang terkait dengan
kesehatan maternal dan neonatal. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-
upaya agar pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mencapai kebijakan
tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

Ikatan Bidan Indonesia : Bidan diakui sebagai tenaga professional yang


bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis
atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat- daruratan.

Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada


untuk membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang
lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan. Advokasi dan strategi pemberdayaan
wanita dalam mempromosikan hak haknya yang diperlukan untuk mencapai
kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan).

B. Tujuan Advokasi
1. Mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan,
program atau peraturan.
2. Mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung
kegiatan/tindakan dalam pemecahan masalahdan mencoba untuk mendapatkan
dukungan dari pihak lain/mitra.
C. Target Advokasi
1. Pembuat keputusan, pembuat kebijakan.
2. Pemuka pendapat, pimpinan agama.
3. LSM, Media dan lain-lain.

2
D. Persyaratan Advokasi
1. Credible, artinya harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan
2. Feasible, artinya harus baik secara teknis, politik, maupun ekonomi.
3. Relevant, artinya program tersebut harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Urgent, artinya program tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi.
5. High priority, artinya program tersebut memiliki prioritas yang tinggi.

E. Langkah-langkah advokasi
1. Analisis
a. Analisis Masalah
b. Analisis Khalayak/Sasaran
c. Analisis Program
2. Strategi
a. Penetapan Tujuan
b. Pemilihan bentuk aksi
c. Perumusan Isi Pesan
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pesan advokasi yaitu:
BISSWTS
B :Bahasa
I : Ide/isi pesan
S : Subyek/sasaran
S : Sumber pesan yang dipercaya sasaran advokasi
W : waktu penyampaian pesan advokasi
T : tempat melakukan advokasi
S : saluran komunikasi pesan
 Isi pesan advokasi
SEEA
S : Statement/pernyataan sederhana
E : Evidence/bukti atau fakta-faktanya
E : Example/contoh dengan cerita/analogi
A : Action/tindakan aksi
d. Pemilihan Media
e. Pengaturan Daya

3
3. Mobilisasi
a. Penggunaan media massa
b. Peningkatan peran jejaring
c. Pengangkatan issu (memblow up)
4. Tindakan/aksi
a. Makin banyak yang "terlibat", makin baik
b. Tindakan "bersama"
c. Dilakukan terus menerus dan konsisten
5. Evaluasi
a. Aspek yang dievaluasi yakni:
 Penetapan Sasaran
 Perumusan Tujuan
 Perumusan Isi Pesan
 Pemilihan Saluran
 Peran jejaring
 Pencapaian hasil
b. Indikator keberhasilan advokasi yakni:
1) Input, adanya:
 Bahan informasi tepat
 Pelaku yang mampu dan terpercaya
2) Proses, adanya:
 Kepercayaan/ketertarikan
 Kerjasama/keterlibatan
 Aksi
3) Output, adanya:
 Dukungan kebijakan
 Dukungan sumber daya
4) Outcome, adanya:
 Target program tercapai
6. Kesinambungan
a. Perubahan perilaku perlu waktu panjang
b. Advokasi bukan "komunikasi tunggal"
c. Isi pesan perlu diperluas dan diperdalam

4
d. Tujuan semakin dirinci dan diperjelas
F. Peran Bidan sebagai Advokator
Di bawah ini ada beberapa peran bidan sebagai Advokator :
1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-
haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan
dalam memperoleh pelayanan kebidanan)

2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.

Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan peralatan
yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat
agar pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun menggunakan peralatan
yang steril salah satu caranya adalah melakukan pembinaan terhadap dukun bayi
dan pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan
menggunakan alat-alat yang tidak steril.

3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

G. Tugas Bidan sebagai Advokator


a. Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan
kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan
mereka sendiri.
b. Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan
informasi kesehatan dan memberikan dukungan sosial.
c. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan, berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
d. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung
melalui kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan, Undang-
Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan publik.

5
H. Kegiatan – Kegiatan Advokasi
Adapun kegiatan-kegiatan advokasi antara lain :
a. Lobi Politik (Political Lobying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk
mennginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan
dilaksanakan. Tahap pertama pada lobi ini adalah tenaga kesehatan atau bidan
menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya,
dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif
yang terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi
ini perlu dibawa atau ditunjukkna data yang akurat tentang masalah kesehatan
tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.

b. Seminar dan Presentasi


Seminar dan presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan
lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah
kerjanya lengkap dengan data dan ilustarsi yang menarik serta rencana program
pemecahannya. Kemudian masalh tersebut dibahas bersama-sama yang pada
akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen atau dukungan tterhadap program
yang akan dilaksanakan tersebut.

c. Media Advokasi
Media (media advocasy) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan
menggunakan media khususnya media massa baik melalui media cetak maupun
media elektronik. Permasalahan kesehatan yang dialami disajikan baik dalam
bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat dan lainnya. Media
mempunyai kemampuan yang kuat untuk membentuk opini publik yang dapat
memepengaruhi bahkan merupakan tekanan terhadap para penentu kebijakan dan
para pengambil keputusan.

d. Perkumpulan (asosiasi)
Peminat Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah merupakan
bentuk kegiatan advokasi.

6
I. Strategi Pendekatan Utama Advokasi
Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu:
1. Melibatkan Para Pemimpin/ Pengambil Keputusan
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman
tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang
akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan
akan berlangsung dengan sukses.

2. Menjalin Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok- kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau
tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan
harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-
kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh.
3. Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan
efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini
adalah memberdayakan komunitas dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.

Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan


material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan
sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat
partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.

4. Bergerak ke Masa Depan (moving into the future)


Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari
kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan
mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan
kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi
kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yang didiami
seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh
semua anggotanya.

5. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)


Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-
up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan
masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari
masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki

7
daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan
suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari
kita dan untuk kita. Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :

a. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat


b. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
c. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada
untuk membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan
yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan.
Tujuan advokasi adalah mendorong para pengambil keputusan untuk suatu
perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan; dan mendorong para
pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan dalam pemecahan
masalah dan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain/mitra. Syarat
advokasi adalah credible, feasible, relevant, urgent, dan high priority.
Peran bidan sebagai advokator adalah Advokasi dan strategi pemberdayaan
wanita dalam mempromosikan hak-haknya; advokasi bagi wanita agar bersalin
dengan aman; dan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Tugas
bidan sebagai advocator adalah mempromosikan dan melindungi kepentingan
orang-orang dalam pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu
melindungi kepentingan mereka sendiri; membantu masyarakat untuk mengakses
kesehatan yang relevan dan informasi kesehatan dan memberikan dukungan
sosial; dan melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan,
berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fatmanadia. 2012. Kepemimpinan Dan Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan


Miller, Valerie., Covey, Jane. 2005. Perencanaan Advokasi. Jakarta. YOI.
Sanpig, Sani. 2013. Bidan Sebagai Advokator Dan Edukator, http://sani-
sanpig.blogspot.com/2013/05/peran-bidan-sebagai-advokator-edukator.html.
https://elearning.itkesmusidrap.ac.id/pluginfile.php/25358/mod_resource/content/1/A
DVOKASI%20DAN%20PROMKES%20.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai