Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

INOVASI PELAYANAN KELOMPOK KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Dalam
Pelayanan dan Kepemimpinan
Di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang

Disusun Oleh :
Aay Suroya P20624423043
Almi Arfah P20624423045
Beti Setia Maryam P20624423046
Eliani P20624423054
Evi Cristy Sudrajat P20624423057
Hilda Nurul Fauziah P20624423060
Marriane P20624423063
Nadia Hanifah P20624423068
Santi Alawiyah P20624423074
Sri Mulyani P20624423078
Sri Wanda Putri P20624423082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN TASIKMALAYA JURUSAN KEBIDANAN
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah “INOVASI PELAYANAN KELOMPOK KESEHATAN MASYARAKAT”
tepat waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang selalu
memberikan dukungan dan bimbingannya.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Manajemen Mutu Dalam Pelayanan dan Kepemimpinan Tak hanya itu, kami juga
berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

Tasikmalaya, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................3
A. Pengertian Inovasi Dan Inovasi Dalam Pelayanan Kesehatan..............................3
B. Tujuan Inovasi.......................................................................................................3
C. Ciri-ciri Inovasi......................................................................................................4
D. Kategorisasi Level Inovasi....................................................................................5
E. Proses Inovasi........................................................................................................6
F. Faktor-faktor dan Penghambat Inovasi..................................................................7
G. Kerangka Acuan Kegiatan “GAGANTING” UPTD Puskesmas Singaparna
Tahun 2023............................................................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan ranah yang tidak terlepas dari pengaruh
globalisasi yang sedang trend pada saat ini. Globalisasi telah mengubah cara hidup
orang banyak, menentukan suka, duka, selera, dan pilihan-pilihan orang dimanapun,
akan terjadi persaingan yang bebas, tidak mengenal belas kasihan, dan persaingan yang
kejam yang akan melibas dan meninggalkan yang lemah apabila tidak siap
menghadapinya. Hal ini membuat banyak organisasi termasuk pelayanan kesehatan
untuk melakukan inovasi dalam memberikan pelayanannya. Pelayanan inovatif yang
menguntungkan masyarakat sebagai pengguna jasa akan lebih diminati masyarakat.
Inovasi di sector public pada saat ini menjadi sebuah keharusan untuk membuat
ketersediaan layananan yang semakin mudah, murah, terjangkau dan merata (Suwarno,
2008;32-33). Di Indonesia setelah adanya otonomi daerah , perubahan system
pemerintahan ini juga diiringi dengan tuntutan perubahan kualitas pelayanan yang
harapkan masyarakat. Penyediaan pelayanan public yang berkualitas merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap penyelenggara negera. Konsep otonomi
daerah sebagaimana diatur dalam UU no. 32 Tahun 2004 telah memeberikan
kewenangan dan keleluasan pemerintah daerah untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan public yang berkualitas. Seiring dengan lahirnya otonomi daerah tersebut
diharapakan setiap daerah berani mengambil inisiatif, mampu membuat terobosan baru
atau melakukan inovasi untuk memajukan dearahnya (Ratminto, 2010:188). Inovasi
yang dilakukan bisa dalam bentuk penetapan dan penerapan program yang merupakan
bagian dari strategi pemerintah dlam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja pemerintah yang mendorong terwujudnya kepuasan masyarakat.
Terciptanya suatu inovasi merupakan ukuran nyata keberhsilan dari otonomi
daerah. Keberadan inovasi sangat penting untuk pelayanan public gun amemberikan
terobosan terbaru yang dapat meningktakan kualitas pelayanananya. Kepuasan
masyarakat Indonesia semenjak adanya otonomi daerah semakin meningkat, Karena
setiap pemerintah daerah berkewajiban melakukan inovasi yang dibutuhkan oleh
daerahnya.

iv
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian inovasi dan inovasi dalam pelayanan kesehatan ?
2. Apa tujuan dari inovasi ?
3. Apa itu Ciri-ciri inovasi ?
4. Apa itu kategorisasi level inovasi ?
5. Bagaimana itu proses inovasi ?
6. Apa saja pendorong dan penghambat inovasi ?
7. Kerangka Acuan Kegiatan “GAGANTING” UPTD Puskesmas Singaparna Tahun
2023

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Inovasi Dan Inovasi Dalam Pelayanan Kesehatan
2. Untuk mengetahui tujuan dari inovasi
3. Untuk mengetahui Ciri-ciri Inovasi
4. Untuk mengetahui kategorisasi Level Inovasi
5. Untuk mengetahui Proses Inovasi
6. Untuk mengetahui Pendorong dan Penghambat Inovasi
7. Kerangka Acuan Kegiatan “GAGANTING” UPTD Puskesmas Singaparna Tahun
2023

v
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Inovasi Dan Inovasi Dalam Pelayanan Kesehatan


Secara umum inovsi seringkali diterjemahkan sebagai penemuan baru. Namun
sebenarnya aspek “kebaruan” dalam inovasi sangat ditekankan untuk inovasi di sector
swasta atau di sector industry. Sedangkan, inovasi pada sector public lebih ditekankan
pada aspek “perbaikan” yang dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut yaitu pemerintah
mampu memberikan pelayanan public secara lebih efektif, efisien dn berkualitas, murah
dan terjngkau (Wijayanti, 2008:42).
Menurut West&Far (Ancok, 2012:34) inovasi adalah pengenalan dan penerapan
dengan sengaja gagasan, proses, produk, dan prosedur yang baru pada unit yang
menerapkannya, yang dirancang untuk memberikan keuntungan bagi individu,
kelompok, organisasi dan masyarakat luas.
Sedangkan inovasi dalam pelayanan kesehatan adalah suatu gagasan baru
pertama kalinya diterapkan dipelayanan kesehatan untuk memprakarsai atau
memperbaiki siatu produk atau proses dan jasa baru, teknologi yang baru, proses yang
baru, system struktur dan administrasi baru atau rencana baru yang dilakukan oleh
organisasi dalam bidang kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan keshatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok, atau masyarkat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
memberikan keuntungan untuk pengguna jasa maupun organisasi tersebut. Dan
penerapan inovasi pelayanan public adalah salah satu jalan kebaruan untuk mengatasi
kemacetan dan kebuntuan organisasi di sector public yang baru pertama kali diterapkan
oleh organisasi public tersebut, sehigga pelayanan yang diberikan menjadi berkualitas.

B. Tujuan Inovasi
Inovasi dilakukan karena ada tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh manusia. Adapun
tujuan inovasi adalah sebagai berikut;
a. Meningkatkan kualitas
Secara umum, tujuan inovasi di berbagai bidang adalahuntuk meningkatkan
kualitas dan juga nilai sesuatu hal yang sudah ada, baik itu produk atau layanan.

vi
Dengan adanya inovasi terbaru, diharapkan produk- produk tersebut memiliki
keunggulan dan manfaat yang lebih bernilai dari sebelumnya.
b. Menciptakan pasar baru
Dengan adanya produk yang lebih bernilai tinggi sebagai hasil dari inovasi, maka
hal ini akan menciptakan pasar baru di masyarakat.
c. Memperluas jangkauan produk
Salah satu contohnya dapat kita lihat dari bisnis e-commerce seperti saat ini. Para
pengusaha memperluas jangkauan produk mereka dengan memanfaatkan internet
yang dapat diakses lebih banyak calon konsumen potensial.
d. Mengganti produk layanan
Inovasi juga bertujuan untuk mengganti produk atau layanan yang dianggap
kurang efektif/ efisien.
e. Mengurangi konsumsi energy
Manusia selalu ingin menghemat penggunaan energi, itulah sebabnya ada banyak
sekali inovasi yang dilakukan manusia. Salah satunya adalah adanya sumber energi
terbarukan yang memanfaatkan alam, misalnya tenaga surya, angin, dan air, sebagai
sumber energi listrik.

C. Ciri-ciri Inovasi
Dalam penerapannya inovasi memeiliki ciri yang melekat dalam inovasi
menurut Rogers (Suwarno, 2008:16-18), sebagai berikut:
1. Relative Advantage atau Keuntungan Relatif
Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan
inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai kebruan yang melekat dalam inovasi
yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain.
2. Compatibility atau Kesesuaian
Inovasi juga mempunyai sifat kompatibel atau sesuai dengan inovasi yang
digantinya. Hal ini di maksud agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang
begitu saja, selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit, namun juga inovasi
yang lam menjadi bagian proses transisi ke inovasi terbaru. Selain itu juga dapat
memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara
lebih cepat.

vii
3. Complexity atau kerumitan
Dengan sifat yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat kerumitanyang boleh
menjadi lebih tinggi dibandingkan dengn inovasi sebelumnya. Namun demikian
karena sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik, maka
tingkat kerumitan ini pada umunya tidak menjadi masalah penting.
4. Triablity atau Kemungkinan dicoba
Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti mempunyai keuntungan
atau nilai lebih dibandingkan dengan inovasi yang lama. Sehingga sebuah produk
inovasi harus melewati fase “uji coba” dimana setiap ornag atau pihak mempuyai
kesempatan untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi.
5. Observability atau Kemudahan diamati
Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi bagaimana ia bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

D. Kategorisasi Level Inovasi


Aspek penting lainya dalam kajian inovasi adalah berkenaan dengan level
inovasi yang mencerminkan variasi besar dampaknya yang ditimbulkan oleh inovasi
yang berlangsung. Kategorisasi level inovasi ini dijelaskan oleh Mulgan&Albury
(Muluk, 2008:46) berentang mulai dari incremental, radikal, sampai transformative
yaitu :
1. Inovasi Inkremental
Berarti inovasi yang membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau
layanan yang ada. Umumnya sebagian besar inovasi berada pada level ini dan
jarang sekali membawa perubahan terhadap struktur organisasi dan hubungan
keorganisasian. Walau demikian, inovasi incremental memainkan peran-peran
penting dalam pembaharuan sector public karena dapat diterapkan secara terus-
menerus dan mendukung rajutan pelayanan yang responsive terhadap kebutuahn
local perorangan serta mendukung nilai tambah uang (^gjud nkr akldy).
2. Inovasi Radikal
Merupakan perubahan mendasar dalam pelayanan public atau pengenalan cara-
cara yang sama sekali baru dalam proses keorganisasian atau pelayanan. Inovasi
jenis ini jarang sekali dilakukan karena membutuhkan dukungan politik yang sangat

viii
besar karena memiliki resiko yang lebih besar pula. Inovasi radikal diperlukan
untuk membawa perbaikan yang nyata dalam kinerja pelayanan public dan
memenuhi harapan pengguna layanan yang lama terbaikan.
3. Inovasi Transformtif atau Sistematis
Membawa perubahan dalam struktur angkatan kerja dan keorganisasian dengan
mentransformasi semua sector secara dramatis mengubah hubungan keorganisasian.
Inovasi jenis ini membutuhkan waktu lebih lama untuk memperoleh hasil yang
diinginkan dan membutuhkan perubahan mendasar dalam sususnan sosial, budaya,
dan organisasi. Inovasi jenis ini tentu bersiaft lebih mendalam karena mencakup
struktur sistematis keorganisasian.
Dilihat dari segi prosesnya, inovasi juga dapat dibedakan dalam dua kategori,
menurut (Muluk, 2008:48) yaitu :
a. Sustaining Innovation ( Inovasi Terusan)
Merupakan proses inovasi yang membawa perubahan baru namun dengan tetap
mendasarkan diri pada kondisi pelayanan dan system yang sedang berjalan atau
produk yang sudah ada.
b. Distcontinues Innovation (Inovasi Terputus)
Merupakan proses inovasi yang membawa perubahan yang sama sekali baru
dan tidak lagi berdasarkan pada kondisi yang sudah ada sebelumnya.

E. Proses Inovasi
Menurut Rogers dalam Suwarno (2008:98-99), proses inovasi bagi organisasi
berbeda dengan proses yang terjadi secara individu. Sebagai sebuah organisasi, sektor
publik dalam mengadopsi produk inovasi akan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Initiation (Perintisan)
Tahapan perintisan terdiri atas fase agenda setting dan matching. Ini merupakan
tahapan awal pengenalan situasi dan pemahaman permasalahan yang terjadi dalam
organisasi. Pada tahapan agenda setting ini dilakukan proses identifikasi dan
penetapan prioritas kebutuhan dan masalah. Fase selanjutnya adalah matching atau
penyesuaian. Pada tahapan ini permasalahan telah teridentifikasi dan dilakukan
penyesuaian atau penyetaraan dengan inovasi yang hendak diadopsi.

ix
2. Implementation (Pelaksanaan)
Pada tahapan ini, perintisan telah menghasilkan keputusan untuk mencari dan
menerima inovasi yang dianggap dapat menyelesaikan permasalahan organisasi.
Tahapan implemenasi ini terdiri atas fase redefinisi, klarifikasi dan rutinisasi. Pada
fase redefinisi, Pada fase ini, baik inovasi maupun organisasi meredefinisi masing-
masing dan mengalami proses perubahan untuk saling menyesuaikan. Fase
klarifikasi terjadi ketika inovasi sudah digunakan secara meluas dalam organisasi
dan mempengaruhi seluruh elemen organisasi dalam keseharian kerjanya. Fase
rutinisasi adalah fase di mana inovasi sudah diangap sebagai bagian dari organisasi.

F. Faktor-faktor dan Penghambat Inovasi


Fontana dalam Larasati (2015:21-22) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor
yang dapat merangsang inovasi dalam organisasi.
1. Organisasi membutuhkan orang- orang dan kelompok-kelompok yang kreatif dalam
organisasi.
2. Faktor budaya, dimana budaya berperan penting dalam merangsang dan
memelihara inovasi.
3. Faktor manusia, dimana organisasi perlu melakukan investasi dalam pengembangan
sumber daya manusia yang ada pada organisasi melalui pelatihan dan
pengembangan, pendamping coaching.

G. KERANGKA ACUAN KEGIATAN “GAGANTING” UPTD PUSKESMAS


SINGAPARNA TAHUN 2023
A. PENDAHULUAN
Perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu
masalah gizi yang secara public health sudah terkendali, masalah yang belum dapat
diselesaikan (un-finished) dan masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam
kesehatan masyarakat (emerging). Salah satu masalah gizi yang belum selesai
adalah masalah gizi kurang dan pendek (stunting).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita, akibat dari
kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupannya, sehingga anak

x
terlalu pendek untuk usianya. Stunting jika dikutip dari Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Sedangkan pengertian stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi
(stunted) dan kurang dari -3.00 SD (severely stunted). Jadi dapat disimpulkan
bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dialami oleh balita yang
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan
standarnya sehingga mengakibatkan dampak baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Arahan presiden Republik Indonesia terhadap percepatan penurunan stunting di
Indonesia telah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting. Hal ini menjadi fokus utama Presiden, karena
semakin banyak kasus stunting yang terjadi di Indonesia. Penyebab stunting adalah
kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh balita sejak awal masa emas kehidupan
pertama, dimulai dari dalam kandungan (9 bulan 10 hari) sampai dengan usia dua
tahun. Stunting akan terlihat pada anak saat menginjak usia dua tahun, yang mana
tinggi rata-rata anak kurang dari anak seusianya.
Penyebab utama stunting diantaranya, asupan gizi dan nutrisi yang kurang
mencukupi kebutuhan anak, pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan
dan edukasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui, buruknya sanitasi lingkungan tempat
tinggal seperti kurangnya sarana air bersih dan tidak tersedianya sarana MCK yang
memadai serta keterbatasan akses fasilitas kesehatan yang dibutuhkan bagi ibu
hami, ibu menyusui dan balita.
Dampak stunting pada anak akan terlihat pada jangka pendek dan jangka
panjang. Pada jangka pendek berdampak terhadap pertumbuhan fisik yaitu tinggi
anak di bawah rata-rata anak seusianya. Selain itu, juga berdampak pada
perkembangan kognitif dikarenakan terganggunya perkembangan otak sehingga
dapat menurunkan kecerdasan anak. Sedangkan untuk jangka panjang, stunting
akan menyebakan anak menjadi rentan terjangkit penyakit seperti penyakit

xi
diabetes, obesitas, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas
di usia tua. Selain itu, dampak jangka panjang bagi anak yang menderita stunting
adalah berkaitan dengan kualitas SDM suatu negara. Anak-anak merupakan
generasi penerus bangsa. Jika stunting tidak segera diatasi hal ini tentunya akan
menyebabkan penurunan kualitas SDM di masa yang akan datang.
Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia, upaya penurunan stunting
tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi diharapkan bisa
dilakukan oleh semua pihak, baik itu pemerintah desa, pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat. Dengan adanya sinergi dan kerja sama di berbagai sektor
pemerintahan diharapkan bisa menurunkan angka stunting di Indonesia.
Dalam rangka menurunkan stunting di Indonesia pemerintah telah menetapkan
Strategi Nasional Percepatan penurunan stunting dalam waktu lima tahun ke depan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting diantaranya adalah
memperhatikan asupan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil dan ibu menyusui, hal ini
bisa juga dilakukan dengan memperhatikan pola makan dengan mengomsumsi jenis
makanan beragam dan seimbang, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
bagi ibu hamil, bayi dan balita, mengatasi permasalahan anak yang susah makan
dengan cara memberikan variasi makanan kepada anak, menjaga sanitasi
lingkungan tempat tinggal yang baik bagi keluarga, memberikan edukasi dan
penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui terkait stunting, pola asuh yang baik
untuk mencegah stunting serta mendorong para ibu untuk senantiasa mencari
informasi terkait asupan gizi dan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak,
melakukan vaksinasi lengkap semenjak bayi lahir sesuai dengan anjuran dan
himbauan IDAI.

B. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan amanat Presiden Republik Indonesia mengenai percepatan
penurunan stunting demi mewujudkan Indonesia Emas 2045, Kementerian
Keuangan telah menyiapkan anggaran untuk menangani stunting yang terdiri atas
anggaran untuk Kementerian/Lembaga di pemerintah pusat, Dana Alokasi Khusus
(DAK) Fisik dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Dengan anggaran yang

xii
tersedia untuk menangani stunting tersebut diharapkan kasus stunting di Indonesia
menurun, dengan target 14% di tahun 2024.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian
Kesehatan ,pervalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada tahun 2022.
Sedangkan Menutur Survei status Gizi Indonesia (SSGI) stunting di Kabupaten
Tasikmalaya prevalensi stunting mencapai 27,2%. Angka kejadian stunting di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Singaparna pada tahun 2022 sebanyak 343 orang
atau 19,25% dan khususnya di wilayah Desa Cintaraja angka kejadian stunting pada
tahun 2022 sebanyak 108 orang atau 21,14%.
Berdasarkan data tersebut di atas, UPTD Puskesmas Singaparna bekerjasama
dengan pemerintah Desa Cintaraja berupaya untuk menurunkan angka kejadian
stunting melalui program inovasi yang bertema “Tanggap dan Cegah Stunting” atau
disingkat dengan istilah “Gaganting”.
Kegiatan ini dilakukan sesuai visi puskesmas yaitu “ Mewujudkan Masyarakat
Singaparna Yang Sehat, Mandiri Dan Berdaya Saing dengan Semangat Gotong
Royong”, juga dilakukan dengan membudayakan tata nilai UPTD Puskesmas
Singaparna yaitu “JUARA”.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencegah dan menurunkan angka kejadian Stunting khususnya di Desa
Cintaraja Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan status gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.
b. Melaksanakankan penanganan bayi/balita Stunting secara teratur dan
fokus
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemantauan
status gizi balita khususnya catin, ibu hamil dan ibu bayi/balita tentang
Stunting.
d. Mendeteksi dini gangguan pertumbuhan.
e. Meningkatkan kualitas sanitasi masyarakat terutama pada keluarga yang
memiliki bayi atau balita.

xiii
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
1 Identifikasi peluang-peluang Mengidentifikasi permasalahan yang
perbaikan inovatif ditemukan baik dari pencapaian kinerja
maupun dari hasil evaluasi kegiatan Maupun
dari fakta di lapangan.
2 Analisis hasil identifikasi Hasil identifikasi permasalahan di analisis
peluang inovasi untuk dijadikan peluang inovatif.
3 Sosialisasi program inovasi Sosialisasi program dilaksanakan oleh tim
kepada masyarakat, sasaran, gaganting, kepala puskesmas, PJ UKM
lintas program dan lintas kepada sasaran, masyarakat, lintas program
sektor. dan lintas sektor dengan mengemukakan latar
belakang, tujuan, tahapan kegiatan,
pembiayaan jadwal serta bentuk evaluasi
kegiatan inovasi.
4 Pelaksanaan kegiatan inovasi 1. Tahap Persiapan
“gaganting”. a. Membentuk Tim Gaganting dengan
melibatkan aparat desa, kader
posyandu, kader PKK, penyuluh
agama, bidan desa dan di SK-kan
oleh Kepala Desa.

b. Tim Gaganting melakukan


identifikasi atau mendata semua ibu
hamil resiko tinggi dan bayi/balita
Stunting
c. Tim Gaganting membuat rencana
kegiatan dan rencana anggaran biaya.

xiv
d. Melakukan komunikasi dan
koordinasi dengan RT, RW dan tokoh
masyarakat setempat.
2. Tahap Pelaksanaan kegiatan
a. Intervensi pada remaja
1) Pemberian Tablet Tambah Darah
(TTD) Pada Remaja Putri
2) Melakukan Pemeriksaan Kadar
Hemoglobin Secara Berkala.
3) Pemantauan Kesehatan Remaja di
Posyandu Remaja
b. Intervensi pada ibu hamil
1) Penyuluhan Pada Kegiatan Kelas
Ibu Hamil.
2) Melakukan Pemeriksaan
Kesehatan Ibu Hamil Sesuai
Standar
3) Pemberikan Tablet Tambah Darah
(TTD)
4) Memberikan Asupan Gizi
Tambahan Melalui Pemberian
Makanan Tambahan
5) Melakukan Pemantauan Minum
Tablet Tambah Darah (TTD).
c. Intervensi pada bayi/balita stunting.
1) Penyuluhan Pada Kegiatan Kelas
Ibu Balita.
2) Melakukan Pemantauan
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada Bayi/Balita
3) Memberikan Asupan Gizi
Tambahan Melalui Pemberian

xv
Makanan Tambahan
4) Melakukan Pemantauan
Pemberian ASI Eksklusif
5) Melaksanakan Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Kader
Posyandu Dengan Pelatihan
Konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA)
6) Melengkapi Sarana dan Prasarana
Posyandu
d. Intervensi pada Lingkungan
1) Orientasi Natural Leader STBM
bagi Masyarakat
2) Menyediakan Akses dan
Memastikan Ketersediaan
Terhadap Sanitasi Maupun Air
Bersih.
5 Evaluasi program inovasi. Evaluasi dilaksanakan setelah pemberian
intervensi dilakukan.
6 Membuat rencana tindak Hasil evaluasi dianalisis untuk dibuatkan
lanjut dan tindak lanjut rencana perbaikan pada kegiatan selanjutnya.
terhadap program inovasi.

xvi
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN
A. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Lintas
N Pelaksana Lintas Sektor
Kegiatan Program Ket
o Program UKM Terkait
Terkait
1. Identifikasi  Mengidentifik  Membantu Membantu -
peluang- asi mengidentifi melaporkan
peluang permasalahan kasi permasalahan yang
perbaikan yang permasalaha ditemukan di
inovatif ditemukan n dan masyarakat.
baik dari memberikan
pencapaian laporan hasil
kinerja kegiatan.
maupun dari  Membantu
hasil evaluasi Mencari
kegiatan. penyebab
 Mencari masalah dan
penyebab alternatif
masalah dan pemecahan
alternatif masalah.
pemecahan
masalah.
2. Analisis Melakukan Membantu Membantu -
hasil analisis hasil melakukan melaporkan
identifikasi identifikasi analisis hasil permasalahan yang
peluang permasalahan identifikasi ditemukan di
inovasi untuk dijadikan masalah. masyarakat.

xvii
peluang inovatif.
3. Sosialisasi  Melakukan Bidan desa  Kepala desa dan Sumber
program koordinasi membantu tim gaganting biaya
inovasi dengan LP dan melakukan memfasilitasi swaday
kepada LS sosialisasi kegiatan a
masyarakat  Melakukan program sosialisasi
, sasaran, sosialisasi inovasi. program inovasi.
lintas program inovasi  Tokoh
program masyarakat
dan lintas memberikan
sector. tanggapan/masuk
an terhadap
kegiatan.
4. Pelaksanaa  Menyusun  Membantu  Kepala Desa Sumber
n kegiatan rencana kegiatan menyusun memfasilitasi, biaya
inovasi termasuk jadwal rencana memantau dan ADD
“gaganting dan pembagian kegiatan mendukung dan
”. tugas dalam tim.  Membantu kegiatan. swaday
 Koordinasi melakukan  Tim desa siaga a
dengan LP dan intervesi bertanggungjawa
LS kepada b terhadap
 Bertanggungjawa sasaran penyelengaraan
b terhadap kegiatan.
pelaksanaan  Kader membantu
kegiatan secara teknis
dalam melakukan
intervensi
5. Evaluasi Melakukan Membantu Membantu
program evaluasi kegiatan memberikan memberikan
inovasi untuk dibuatkan masukan masukan
puskesmas. rencana terhadap terhadap evaluasi
perbaikan. evaluasi kegiatan.

xviii
kegiatan.
6. Membuat  Merencanakan  Bidan Desa  Kepala desa Sumber
rencana jadwal membantu memfasilitasi biaya
tindak pertemuan menyiapkan kegiatan swaday
lanjut dan untuk undangan  Kepala a
tindak melakukan untuk desa/tokoh
lanjut pembahasan melakukan masyarakat
terhadap dengan LP dan pembahasan memberikan
program LS kegiatan dan umpan balik
inovasi  Koordinasi rencana kegiatan.
puskesmas. dengan LP dan tindak lanjut
LS dengan LS
 Menampung  LP
usulan atau memberikan
masukan dari masukan
LP dan LS atau umpan
untuk dibuatkan balik untuk
rencana tindak rencana
lanjut perbaikan.
perbaikan.

B. SASARAN
Remaja, ibu hamil, bayi/balita dan lingkungan yang ada di wilayah Desa
Cintaraja UPTD Puskesmas Singaparna .

F. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


TAHUN 2018
N J P M A M J J A S O N D
KEGIATAN
O A E A P E U U G E K O E
N B R R I N L S P T V S
1 Identifikasi peluang-peluang X

xix
perbaikan inovatif
2 Analisis hasil identifikasi
X
peluang inovasi
3 Sosialisasi program inovasi
kepada masyarakat, sasaran,
X
lintas program dan lintas
sector.
4 Pelaksanaan kegiatan inovasi X X X X X X X X X X X X
5 Evaluasi program inovasi. X
6 Membuat rencana tindak
lanjut dan tindak lanjut X
terhadap program inovasi.

G. BIAYA
Biaya pada kegiatan ini bersumber dari BOK, ADD dan swadaya masyarakat
dan atau sponsorship dengan mengajukan proposal kegiatan.

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi pelaksanaan dan pelaporan kegiatan inovasi dilakukan setelah
dilaksanakannya intervensi kegiatan untuk kemudian dibuatkan rencana perbaikan.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI


Hasil evaluasi kegiatan inovasi akan dijadikan acuan untuk kegiatan selanjutnya.

xx
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

xxi
DAFTAR PUSTAKA

Yuyun Rian Angraeni, 2019. Inovasi Pelayanan Kesehatan. Program Studi


Administrasi Rumah Sakit Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Pelamonia Makasar, 2019.
Anggreny, 2013. Journal Inoνasi Pelayanan Kesehatan Dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/11%20Cindy_KMP, 2019

xxii

Anda mungkin juga menyukai