Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Indah Puspa Pratiwi
Aida Fitria Qisti
Alvin Nurul Akbar
Angga Setiawan
Heni Pujawati
Herlin Nuraeni Wijaya
Hinggit Sugiarto
Muhamad Haryadi
Yuliyanita
Ziarah Amalia RS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI


Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok
pembahasan mengenai “Kewirausahaan Era Globalisasi Pada Pelayanan Kesehatan” Setiap
pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini membahas tentang peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat untuk
hadapi era globalisasi dan kewirausaahan pada pelayanan kesehatan di era globalisasi
Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Sukabumi, 8 Juni 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan...................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................

BAB II Pembahasan
2.1 Definisi Kewirausahaan ......................................................................................
2.2 Peningkatan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat Untuk

Hadapi Era Globalisasi ................................................................................................

2.3 Kewirausaahan Pada Pelayanan Kesehatan Di Era Globalisasi..........................


2.4 Kewirausahaan Yang Berhubungan Dengan Kemajuan Informasi Dan
Tekhnologi Di Era Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan..............................

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kemajuan zaman era globalisasi ini kesadaran masyarakat akan hak-haknya di
muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya persaingan nasional dan
internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan dasar menjadi sebuah tantangan yang
perlu dijawab oleh dunia keperawatan. Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan menjadi
perawat yang baik seharusnya sudah mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah mulai bergerak
ke arah entrepreneurship, dimana setiap anak bangsa harus memulai menjual kreatifitas dan
kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya hal tersebut akan semakin sulit direalisasikan oleh
generasi keperawatan jika trends dunia tersebut tidak diikuti oleh arahan penyelenggara
pendidikan keperawatan dengan baik. Satu hal yang sangat terlihat membedakan keperawatan
dengan profesional kesehatan lain saat ini adalah bahwa sampai dengan saat ini keperawatan
masih belum menemukan bentuk layanan pokok yang hanya dapat dilakukan dan menjadi
kewenangan perawat semata. Oleh karena itu, pengembangan entrepreneurship sejak masa
pendidikan perlu ditanamkan agar kreatifitas mahasiswa keperawatan dapat tumbuh dan
menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi pemiliknya kelak ketika memulai untuk
terjun ke dunia kerja.

Entrepreneurship erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang


tanpa harus banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan tersebut
membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya
entrepreneurship tidak hanya berbicara soal penjual-pembeli, namun ke arah pengembangan
kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, menjual
ide baru, mengembangkan ide-ide dan peristiwa sehari-hari, dan mengkombinasikan hal-hal
biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling point and value yang lebih tinggi
dari sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan definisi kewirausahaan
2. Menjelaskan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat untuk era globalisasi
3. Kewirausaahan pada pelayanan kesehatan di era globalisasi
4. Kewirausahaan yang berhubungan dengan kemajuan informasi dan tekhnologi di era
globalisasi dalam pelayanan kesehatan

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi kewirausahaan
2. Mengetahui peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat untuk era globalisasi
3. Mengetahui kewirausaahan pada pelayanan kesehatan di era globalisasi
4. Mengetahui kewirausahaan yang berhubungan dengan kemajuan informasi dan
tekhnologi di era globalisasi dalam pelayanan kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kewirausahaan

Kewirausahaan (Interpreunership) adalah suatu proses dari menjalankan kegiatan


baru, kreatif dan inovatif dalam memproses sesuatu untuk dirinya dan memberi nilai tambah
bagi masyarakat (tidak hanya bertumpu pada factor ekonomi saja tetapi pertimbangan
sosiologis, psikologis, dan politis).

2.2 Peningkatan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat Untuk Hadapi Era Globalisasi

Dalam menghadapi persaingan di Era Globalisasi, para pengelola fasilitas pelayanan


kesehatan dituntut meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan mutu
pelayanan kesehatan menuntut perbaikan pengelolaan semua sumber daya kesehatan
termasuk layanan pengujian dan kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan.

Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,


telah ditetapkan target peningkatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan sebanyak 231
fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi kualitas sesuai standard aman serta sebanyak
800 fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melakukan kalibrasi dan proteksi radiasi.
Jaminan kualitas dalam pengujian dan kalibrasi merupakan tuntutan bagi para penerima jasa
layanan kesehatan. Oleh karena itu, sumber daya yang ada perlu dikelola dengan sebaik-
baiknya. Pengelolaan pelayanan pengujian dan kalibrasi pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang baik adalah pengelolaan yang memenuhi kaidah ketentuan pengelolaan layanan
pengujian dan kalibrasi.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) lebih dari 50% peralatan kesehatan di
negara berkembang tidak berfungsi. Penyebabnya adalah kurangnya pemeliharaan. Salah satu
cara untuk mengatasi masalah pemeliharaan peralatan kesehatan yaitu dengan melakukan
pengujian dan kalibrasi pada sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang ada. Upaya
mewujudkan jaminan kualitas Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan (SPA) pada fasilitas
kesehatan bukan hanya tanggung jawab Kementrian kesehatan RI tetapi juga stakeholder,
maka perlu peran aktif rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota untuk
mewujudkan SPA yang baik.
Sesuai UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa pemerintah
bertanggung jawab atas segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan
terjangkau. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menyebutkan bahwa setiap
peralatan kesehatan wajib dilakukan pengujian dan kalibrasi.

Dalam melaksanakan amanat itu, Kementerian Kesehatan melakukan mengambil


langkah strategis melalui standarisasi, advokasi, pengamanan (safety), monitoring dan
evaluasi serta akridati dan sertifikasi. Terkait strategi pengamanan (safety), pemerintah
mewajibkan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang digunakan di sarana pelayanan
kesehatan di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).

2.3 Kewirausaahan Pada Pelayanan Kesehatan Di Era Globalisasi

Wirausaha Keperawatan

1. Wirausaha Mandiri

Ciri-ciri:

a) Perawat sebagai subjek sentral dalam kegiatan usaha


b) Perawat tidak terlalu banyak melibatkan profesi lain secara khusus dalam kegiatan
usaha
c) Memiliki dasar hukumyang jelas yang secara eksplitasi mengatur kegiatan
keprofesian
d) Mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi secara utuh

Contoh:

a) Balai keperawatan
b) Family nurse
c) Ferst aid training centre
d) Klinik pendamping dini tumbuh kembang balita

2. Wirausaha Kolaboratif

Ciri-ciri:

a) Perawat sebagai subjek sentral usaha


b) Perawat melibatkan profesi lain secara proporsional dalam kegiatan usaha
c) Memiliki dasar hukum yang jelas yang secara eksplisit mengatur kegiatan keprofesi
dan hubungan antar profesi.
d) Mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi yang
dipersepsikan oleh masing-masing profesi dalam membangun kolaborasi secara
professional.

Contoh:

a) Mengelola homecare
b) Mengelola toko obat
c) Mendirikan pos sampling laboratorium
d) Mendirikan rumah bersalin

3. Wirausaha Delegatif Kolaboratif Keperawatan

Ciri-ciri :

a. Perawat tidak selalu sebagai subjek central dalam kegiatan usaha


b. Perawat memiliki ketergantungan terhadap profesi lain secara mutlak dalam
kegiatan usaha
c. Mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi secara utuh

Contoh :

a. Mendirikan balai pengobatan


b. Mendirikan klinik 24 jam
c. Mendirikan apotek
d. Mendirikan laboratorium swasta

4. Wirausaha Terapi Modalitas Keperwatan

Ciri-ciri :

a. Perawat tidak selalu sebagai subjek central dalam kegiatan usaha


b. Perawat memiliki ketergantungan terhadap profesi lain secara langsung maupun
tidak langsung dalam kegiatan usaha
c. Memiliki dasar hukum yang jelas yang secara eksplisit mengatur kegiatan profesi
dalam setiap kegiatan usaha
d. Mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi secara utuh.

Contoh :

a. Mendirikan klinik keperawatan herbal, akupresur, akupunktur dan lain-lain


b. Mengelola perawatan kecantikan khusus

5. Wirausaha Informasi dan Tekhnologi Keperawatan

Ciri-ciri :

a. Perawat sebagai subjek central dalam kegiatan usaha


b. Perawat memiliki ketergantungan terhadap profesi lain secara langsung maupun
tidak langsung dalam kegiatan usaha
c. Memiliki dasar hukum yang jelas yang secara eksplisit mengatur kegiatan profesi
dalam setiap kegiatan usaha
d. Mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi secara utuh.

Contoh :

a. Mengembangkan website keperawatan


b. Mengembangkan blog keperawatan
c. Mengembangkan telenursing consultation
d. Mengelola media informasi keperawatan
e. Newsletter keperawatan, bulletin keperawatan

6. Wirausaha Entertainer dan Leadership Keperawatan

Ciri-ciri :

a. Perawat sebagai subjek central dalam kegiatan usaha tetapi lebih fleksibel dalam
menjalankan setiap kegiatan usaha
b. Perawat memiliki ketergantungan terhadap profesi lain secara langsung maupun
tidak langsung dalam kegiatan usaha
c. Memiliki dasar hukum yang jelas yang secara eksplisit mengatur kegiatan profesi
dalam setiap kegiatan usaha
d. Mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi secara utuh.
Contoh :

a. Mendirikan leadership center of nursing


b) Menjadi even organizer terbuka kegiatan keperawatan

2.4 Kewirausahaan Yang Berhubungan Dengan Kemajuan Informasi Dan Tekhnologi


Di Era Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Ciri-ciri:

 Perawat sebagai subjek central dalam kegiatan usaha

 Perawat memiliki ketergantungan terhadap profesi lain secara langsung maupun


tidak langsung dalam kegiatan usaha

 Memiliki dasar hukum yang jelas yang secara eksplisit mengatur kegiatan keprofesian
dalam setiap kegiatan usaha

 Mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi secara utuh.

Contoh :

 Mengembangkan Web Site Keperawatan

 Mengembangkan Blog Keperawatan

 Mengembangkan Tele Nursing Consultation

 Mengelola Media Informasi Keperawatan ; Newsletter Keperawatan, Buletin


Keperawatan

A. Telenursing

Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi


komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan
sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau komputer. Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan
aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing dapat juga diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan
teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara
dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)

Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan
beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik
dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah
yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat
menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak
tempuh , menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah
hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.

Sama seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di
Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India
bahkan Malaysia. Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada,
Australia dan Inggris. Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association)
dalam dialog nasional telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan
pengembangan analisa komprehensif penggunaaan telehealth/telemedicine termasuk
didalamnya telenursing. Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care
dalam 7 tahun mendatang, dapat ditanggulangi oleh telenursing.

Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang dirawat di rumah (home care)
dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan sejumlah studi di Eropa
memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah
dengan telenursing. Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit kronik seperti COPD/PPOM,
DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan (Parkinson,
Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat berkunjung dan
dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference, internet, videophone, dsb. Atau
pasien post op yang memerlukan perawatan luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental.
Yang dalam keadaan normal seorang perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5
– 7 pasien perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12 –
16 pasien seharinya .

Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS,


peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan
merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi
telenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD – outpatient) yang
mempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah kunjungan ke RS, dan
hari rawat berkurang setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan
asuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat
bayinya. Dan beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu
bersalin dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik
telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer.
Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola
organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan
konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat
darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan,
telekonsultasi keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter
dalam mengimplementasikan protokol penanganan medis.

Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat
memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow
pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat
berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas. Pada
akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama
dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan
dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang
tidak terbatas.

Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan telenursing adalah
yaitu :

1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan
nursing home).
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis.
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS.
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan tehnologi.
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing
dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran
online dan multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat
dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara interaktif.

Dalam model pendidikan di Indonesia telenursing telah dikembangkan Universitas


Gajah Mada (UGM) lewat e-learning/model e-lisa yang terintegrasi di semua fakultas UGM.
Atau juga model pembelajaran keperawatan yang dikembangkan fakultas keperawatan UPN
Veteran Jakarta http://www.belajarkeperawatan.com/ , yang saat ini justru banyak
berkembang di institusi pendidikan keperawatan swasta di Indonesia. Hal ini mungkin saja
terintegrasi dengan fakultas kedokteran atau kesehatan di universitas yang bersangkutan
seperti di PSIK UMY Jogjakarta. http://els.fk.umy.ac.id/

Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang


berpengalaman klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun
masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga menghindari kontak
langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan privasi ruang dan waktu
bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna
narkotika/obat terlarang /alkoholik akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan
telenursing ini. Penggunaan tehnologi dalam telenursing juga dapat menjadi dasar database
data keperawatan, yang terintegrasi dalam sistem informasi kesehatan/kedokteran.

Dalam praktek sehari-hari penerapan Informatika Kedokteran bisa dilihat seperti di


dalam :

1. Proses pengolahan data

Data adalah tulang punggung proses informatika selanjutnya. Dalam bidang ini dipelajari
bagaimana memperoleh dan mengeluarkan data, merawat data, dan lain-lain. Kesemuanya
dibutuhkan agar pengambilan keputusan manusia bisa dipercepat.
2. Telekomunikasi

Masuk dalam bidang ini adalah telekonsultasi, teleradiologi, telekardiologi, telenursing dan
tele yang lainnya

3. Medical Imaging

Yang masuk dalam area ini seperti: ultrasound, radiologi, kedokteran nuklir, dan lain-lain

4. Sistem Informasi

Terdapat dua pembagian besar sistem informasi yaitu yang berfokus pada pasien dan yang
berfokus pada keperawatan

5. Web dan internet

Perkembangan dunia telekomunikasi begitu cepat. Saat ini aplikasi yang berbasis web sudah
mulai digemari karena lebih mudah digunakan dari manapun dan kapan saja. Sebaliknya,
sifat website pun sudah mulai berubah. Jika dahulu hanya bersifat satu arah
(broadcast),misalnya menginformasikan jam praktek dokter, artikel kesehatan, dll. Kemudian
berkembang menjadi bersifat interaktif (dua arah), seperti: tanya jawab, dll. Akhir-akhir ini,
aktivitas di website bisa dijadikan sebagai salah satu alat untuk proses bisnis, seperti: proses
pendaftaran pasien, melihat rekam medik dll.

B. Isu Aspek Legal Dan Telenursing

Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan, etik dan kerahasiaan
pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Dibanyak negara, dan di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online
sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang
menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara
bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing
masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan
secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur
praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan
pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan
startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan
keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model
informasi kesehatan/berbasis internet .

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi


dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini,
yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan
dalam merawat pasien adalah :

1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga.
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau
telepon) dan keuntungannya.
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol
dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email.
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi


kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari
telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan
beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan
ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan
perkembangan tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat
2010.

C. Peluang Kerja Dan Bisnis Perawat Dengan Telenursing

Dewasa ini dunia telah menjadi terus meningkatkan kepercayaan pada berbagai
teknologi untuk memenuhi kebutuhan informasi. Perkembangan teknologi informasi juga
merambah dunia kesehatan. Kebutuhan layanan kesehatan juga termasuk keperawatan yang
cepat, efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat modern saat ini. Masyarakat menjadi
semakin familier dengan dunia cyber atau media internet untuk mendapatkan informasi
kesehatan. Selanjutnya keinginan berkembang menjadi harapan akan layanan kesehatan
melalui media informasi canggih seperti teleconference, videoconference, call center yang
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan tanpa harus meninggalkan
rumah.

Pertumbuhan Pengguna internet di Indonesia semakin meningkat. Diprediksikan pada


tahun 2010 ada 54 juta pengguna internet di Indonesia. Sebuah angka yang fantastis besarnya
dan meruapakn sebuah peluang bagi perawat untuk meningkatkan cakupan pelayanan
keperawatan keseluruh wilayah Indonesia dengan efisiensi yang tinggi. teknologi informasi
internet tersebut, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi popular sebagai
salah satu model layanan kesehatan. (Martono N. http://www.inna.ppni.org .2006).

Layanan kesehatan khususnya keperawatan jarak jauh dengan menggunakan media


teknologi informatika (internet) memberikan kemudahan bagi masyarakat. Masyarakat atau
pasien tidak perlu datang ke rumah sakit, dokter atau perawat untuk mendapatkan layanan
kesehatan. Waktu yang diperlukan untuk layanan kesehatan juga semakin pendek. Pasien
dapat hanya dirumah dan melakukan kontak via internet atau melalui video converence untuk
mendapatkan informasi kesehatan, perawatan dan bahkan sampai pengobatan. Banyak
manfaat lain bila kita menggunakan teknologi dalam layanan keperawatan jarak jauh
(Telenursing )diantaranya:

1. Efektif dan efisien dalam segi biaya keperawatan.


2. Dengan sumber daya minimal dapat meninggkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
3. Dapat mengurangi jumlah kunjungan dan lama hari rawat di rumah sakit
4. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan ( model distance
learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.
Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran
on line dan Multimedia Distance Learning.

Selain itu telekomonuikasi elektronikal merupakan akses terbaik untuk kesempatan


pendidikan, metode baru dalam pendokumentasian, peningkatan akses informasi,
pengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang dapat membantu melakukan
perubahan dalam profesionalisasi perawat.

Praktik keperawatan jarak jauh (telenursing) di Indonesia belum berkembang seperti


di Negara-negara maju seperti di Amerika atau Australia. Penggunaan telenursing di
Indonesia masih terbatas pada area pendidikan seperti yang dikembangkan di UGM melalui
program e-learning atau model e-lisa yang terintegrasi di semua fakultas UGM dan beberapa
universitas swasta lainnya.

Baru-baru ini di Indonesia berdiri organisasi yang bergerak dalam layanan asuhan
keperawatan di rumah ( Home Care.) Home care di Indonesia belum menggunakan system
Telenursing, akan tetapi masih bersifat home visit, artinya perawat mendatangi rumah-rumah
pasien untuk dilakukan perawatan secara langsung tidak menggunakan jasa teknologi
canggih. Media yang digunakan masih sebatas penggunaan media telepon sebagai call center.
Itupun masih terbatas pada kota-kota besar, kota – kota kabupaten belum tersentuh layanan
home care.

Asuhan keperawatan model ini ( home care ) sebenarnya bisa dikatakan sebagai
layanan asuhan keperawatan jarak jauh ( telenursing) walaupun sangat sederhana. Setidaknya
organisai profesi dapat segera membangun konsep pengembangan layanan perawatan jarak
jauh dengan mengembangkan Home Care yang sudah mulai berjalan dengan meningkatkan
cakupan layanan ke daerah-daerah dan pada akhirnya kita benar-benar bisa mengembangkan
layanan melalui penggunaan fasilitas teknologi yang lebih canggih.

Yang perlu disiapkan adalah bagaimana menjawab pertanyaan tentang legalitas


daripada layanan kesehatan ( keperawatan jarak jauh) sebagai berikut : Apakah menurut
praktisi perawatan dan profesi perawatan, perawatan yang disajikan secara elektronis jarak
jauh merupakan praktek ilmu perawatan. Apakah asuhan perawatan dengan tanpa sentuhan
tangan perawat dan hanya menggunakan komunikasi telekonference sudah dapat dikatakan
sebagai asuhan keperawatan yang legal?

Sebenarnya pertanyaan tersebut sudah terjawab bila kita mendasari dengan cara kerja
Telenursing, dimana perawat menggunakan pengetahuan, ketrampilan, pertimbangan dan
pemikiran kritis yang yang tidak bisa dipisahkan di (dalam) ilmu Pendidikan perawatan.
Aktivitas tersebut sudah dapat diberikan Lisensi melakukan asuhan keperawatan. Definisi
legal ilmu perawatan hampir selalu meliputi 1) Penggunaan ilmu perawatan pendidikan, 2)
Pemikiran kritis, dan 3) Pengambilan keputusan. Jadi jelaslah bahwa Telenursing merupakan
peluang kerja profesi keperawatan yang legal. Tantunya dukungan organisai profesi dalam
perijinan sangat dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Kewirausahaan (Interpreunership) adalah suatu proses dari menjalankan kegiatan
baru, kreatif dan inovatif dalam memproses sesuatu untuk dirinya dan memberi nilai tambah
bagi masyarakat (tidak hanya bertumpu pada factor ekonomi saja tetapi pertimbangan
sosiologis, psikologis, dan politis). Dalam menghadapi persaingan di Era Globalisasi, para
pengelola fasilitas pelayanan kesehatan dituntut meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menuntut perbaikan pengelolaan semua
sumber daya kesehatan termasuk layanan pengujian dan kalibrasi sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan.

Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi


komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video.

3.2 Saran
Diharapkan pengembangan entrepreneurship sejak masa pendidikan perlu ditanamkan
agar kreatifitas mahasiswa keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing
tersendiri bagi pemiliknya kelak ketika memulai untuk terjun ke dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA

http://rufaidahhomecare.wordpress.com/category/sistem-informasi-keperawatan/

http://muda-berjaya.blogspot.com/2011/06/kewirausahaan-era-globalisasi-pada.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai