DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Ekawati
Hangga Ziko Kurniawan
Indah Wahyuni
Rahmad
Utami Kusmintayu
Zamzami Hidayat
A. Anugrah Agung
Aflah Nindya Adityaningrum
Desta Tiara Alpiani
Desy Amilia
Ike Aprilia Nurjanah
Rivky Kurmia Jaya
Rio Dwi Cahyo
1
KATA PENGATAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan stase manajemen ini di ruang Bougenvil di Rumah Sakit
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Proposal
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk ini diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun kesempurnaan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGATAR ........................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................... 4
B. Tujuan ..................................................................................................................... 8
C. Manfaat ................................................................................................................... 8
BAB II ................................................................................................................................. 9
BAB III.............................................................................................................................. 42
B. Sejarah Berdirinya dan landasan Operasional RSUD Dr. H. Abdul Moelok ........ 43
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks dan juga
komponen yang sangat penting dalam meningkatkan status kesehatan bagi
masyarakat.Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan salah satu fungsi
rumah sakit yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
mempertahankan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Rumah sakit sebagai
salah satu tatanan pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat harus mampu
menyediakan berbagai jenis pelayanan kesehatan yang kompleks dan berkualitas (Ilyas,
2007) didalam ruang lingkup rumah sakit terdapat menejemen keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gilis, 2005) dalam (Rosyidi,
2013). Dalam suatu manajemen keperawatan diperlukan adanya manajer atau
kepemimpinan yang merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dan efisien bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Manajer penting agar tujuan dan
kepentingan tiap perawat di dalamnya sesuai dengan visi dan misi yang dituju (Rosyidi,
2013).
4
manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan
sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
Dalam rumah sakit terdapat suatu manjemen, salah satunya adalah manejemen
keperawatan. Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai
manajemen (Suarli & Bahtiar, 2009). Manajemen merupakan suatu metode yang dipakai
untuk membuat suatu sistem berjalan sesuai dengan visi dan misi yang ada (Rosyidi,
2013). Menurut Gillies (2005) dalam Rosyidi (2013), manajemen didefinisikan sebagai
suatu proses dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain. pendekatan
yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi .
Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek merupakan rumah sakit tipe A rumah sakit
ini memiliki banyak ruaang rawat inap, salah satunya ruang bougenvile. Ruang
bougenvile ini merupakan ruang penyakit syaraf. Dalam hal ini ditemukan berbagai
hambatan maupun permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan
Bougenvile RSAM Dr. H. Abdoel Moeloek dengan mengkaji secara menyeluruh faktor-
faktor yang mempengaruhinya untuk mencari jalan pemecahannya, berdasarkan hasil
observasi, serta wawancara yang sudah dilakukan ditemukan permasalahan diantaranya,
pendokumentasian asuhan keperawatan kurang tepat, hand hygiene dan yang ketiga
mengenai tata tertib yang sudah di buat, mengenai kepatuhan pengunjung
5
serta mempunyai kedudukan yang setara dengan dokumen medik yang lain.
Pendokumentasian jugak merupakan salah satu komponen penting yang dapat
memberikan kesaksian hukum, dokumentasi keperawatan menjadi alat komunikasi dan
sumber edukasi serta sumber riset (Mentri Kesehatan Nomor 148,2010).
Pendokumentasian merupakan bukti legal pelaksanaan pelayanan di rumah sakit. Salah
satu kualitas pelayanan disuatu rumah sakit dapat dilihat dari pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti dalam proses penegakan
hokum, keperluan pendidikan dan penelitian, dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan
dan data statistic kesehatan (Depkes, 2015).
6
menggunakan sabun antiseptik pada saat mencuci tangan dengan air mengalir atau
menggunakan handrub yang mengandung alkohol sesuai dengan langkah-langkah
sistematik yang ditentukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang tersebar di tangan.
Hand hygiene merupakan salah satu kunci utama dalam program pencegahan dan
pengendalian infeksi. (Tribun, 2017)
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dirumah sakit yang membuat asuhan dan
tindakan terhadap pasien lebih aman (Priyoto &Mega, 2017). Keselamatan pasien
merupakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis dan pencegahan
medical error yang sering menimbulkan kejadian tak terduga dalam pelayanan kesehatan.
Kesalahan karena identifikasi pasien sering terjadi hampir semua aspek atau tahapan
diagnosis dan pengobatan sehingga diperlukan adanya ketepatan identifikasi pasien
(Priyoto & Triwidya, 2014).
Masing-masing rumah sakit pasti memiliki aturan untuk pengunjung. Kita wajib
memahami dan mematuhinya. Rumah Sakit tertentu biasanya memiliki kebijakan sendiri
dalam hal menerima kunjungan. jumlah kunjungan, Jam kunjung ini disesuaikan dengan
waktu yang dibutuhkan pasien untuk istirahat. Jadi pengunjung wajib mematuhi aturan
ini agar pasien bisa mendapat waktu istirahat yang maksimal. Dan pastikan untuk
mengabari pasien atau penjaga sebelum datang, karena kita tidak tahu bagaimana kondisi
pasien saat kita datang. Apakah dia baru menyelesaikan beberapa pemeriksaan dan
mungkin sedang sangat lelah, atau berbagai alasan lainnya.
Aturan lain yang tidak kalah penting adalah jumlah pengunjung. Karena biasanya ada
Rumah Sakit yang membatasi jumlah keluarga yang berkunjung atau diberlakukan
giliran, agar tidak mengganggu pasien atau pasien lain di ruangan tersebut. Tidak
membawa anak-anak saat berkunjung juga menjadi salah satu aturan yang sering
diterapkan di beberapa rumah sakit Mencegah Infeksi Nosocomial (Asiyah Anggraen,
2017). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, permasalahan yang perlu kami angkat
sementara ini mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan, batasan pengunjung
serta hand haygiene dengan melakukan observasi serta menyebar kuesioner kepada
perawat dan keluarga pasien.
7
B. Tujuan
1. Tujuan Umun
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pasien diruang Bougenvile di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dan pelaksanaan identifikasi pada pasien dengan
benar
b. Melakukan observasi mengenai kepatuan perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan, handhygine serta kepatuhan
pengunjung
c. Melakukan pengkajian dan pelaksanaan tentang pendokumentasian asuhan
keperawatan
d. Menyusun alternative pemecahan masalah yang ada di ruang Bougenvile.
C. Manfaat
1. Ruangan
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen
Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur.Dalam hal
mengatur, akan timbul masalah, problem, proses dan pertanyaan tentang apa yang
diatur, siapa yang mengatur. Manajemen merupakan proses memperoleh suatu
tindakan dari orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Aktivitas
manajerial itu dilakukan oleh para manajer sehingga dapat mendorong sumber daya
personil bekerja memanfaatkan sumber daya lainnya sehingga tujuan organisai yang
disepakati bersama dapat tercapai (Wijaya, 2016).
9
b) Fungsi Pengendalian Manajemen Keperawatan
Karena tugasnya adalah mengelola maka agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana harus dilakukan pangawasan pada pelaksanaannya, apakah orang–
orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian ini juga berfungsi agar
kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki.
c) Fungsi Penilaian Manajemen Keperawatan
Fungsi ini menunjukan manajemen keperawatan sebagai media pengukuran dan
perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Manajemen pada proses keperawatan mencakup menejemen pada berbagai tahap
dalam keperawatan, yaitu :
a) Pengkajian yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan
perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan
yang dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang.
b) Diagnosis merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat
berupa rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual
terhadap masalah kesehatan actual maupun potensial.
c) Perencanaan , perencanaan keperawatan merupakan dibuat setelah perawat
mampu memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih metode
khusus dan memilih sekumpulan tindakan alternative untuk menolong pasien
mempertahankan kesejahteraan yang optimal.
d) Implementasi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan
semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien harus direncanakan untuk menunjang. Tujuan pengobatan
medis, dan memenuhi. Tujuan rencana keperawatan. Implementasi rencana
asuhan keperawatan berarti perawat mengarahkan, menolong, mengobservasi,
dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat dalam asuhan pasien
tersebut.
e) Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang dipilih
sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat
asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya
10
dapat dibuat jika Tujuan diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis, dan
dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan keluarga.
3. Manajemen Pelayanan
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah di tetapkan (Siagian, 2009)
Persyarat perencanaan : Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai,
berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku,prioritas, pelibatan aktif,
praktis, fleksibel, berkesinambungan, dan kejelasan metode evaluasi.
Dasar pertimbangan : 5W + 1H : What, Where, When, Why, Who, How.
1) Langkah-langkah dalam perencanaan :
a) Pengumpulan data
b) Analisa lingkungan (Analisa SWOT : Strength, Weakness,
Oppurtunities, Threats)
c) Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan data yang
menghambat
d) Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraikan kegiatan, prosedur,
target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode.
2) Kegiatan pada tahap perencanaan meliputi:
a) Menyusun Visi Misi Organisasi (Rumah Sakit/Ruangan)
- Visi yang dimaksudkan adalah perawat/ manajer keperawatan
harus mempunyai suatu pandangan dan pegetahuan yang luas
tentang menejemen dan proses perubahan yang terjadi saat ini dan
yang akan datang yaitu tentang penduduk, social ekonomi, politik
yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
- Misi diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapakan,
yaitu menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi
keperawatan agar terus berjalan dan berkesinambungan;
11
menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam
membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari
rumah sakit; membantu mengembangkan dan mendorong suasana
yang kondusif bagi pasien dan staf keperawatan/ non
keperawatan; mengajarkan, mengarahkan dan membantu kegiatan
profesional keperawatan; turut serta dan bekerjasama dengan
semua anggota tim kesehatan yang ada dirumah sakit.
b) Menyusun Motto Rumah Sakit/Ruangan
c) Menyusun Program Kerja Rumah Sakit/Ruangan.
d) Menyusun Standar Oprasional Prosedur Kegiatan Dalam Rumah
Sakit/Ruangan
e) Menyusun kebijakan dalam Rumah Sakit/Ruangan. Misal : kebijakan
pelatihan pendidikan keperawatan/pemberi beasiswa.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian: koordinasi beberapa aktifitas organisasi untuk mencapai
tujuan.
Kegiatan pada tahap pengorganisasian meliputi:
1) Menyusun dan mengatur Struktur Organisasi
2) Menyusun dan mengatur job disk karyawan sesuai dengan struktur
organisasi
3) Menyusun dan mengatur kelompok kerja dalam Rumah Sakit/Ruangan
4) Menyusun tuga kepala Ruangan, perawat Primer dan Perawat Asosiat
secara jelas
5) Menyusun Evaluasi kerja Karyawan dalam Rumah Sakit/Ruangan.
Jenis-jenis struktur organisasi meliputi :
1) Organisasi Lini
Dalam organisasi lini ini pendelegasian wewenang dilakukan secara
vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada
bawahanya.Pelaporan tanggungjawab dari bawahan kepada atasannya
juga dilakukan melalui garis vertikal yang terpendek.Perintah-perintah
12
hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab
kepada atasan bersangkutan.
2) Organisasi lini dan staf
Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi lini dan organisasi
fungsional.Kombinasi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan
kebaikan-kebaikanya dan meniadakan keburukan-keburukanya. Asas
kesatuan komando tetap dipertahankan dan pelimpahan wewenang
berlangsung secara vertikal dari puncak pimpinan kepada pimpinan
dibawahnya, puncak pimpinan tetap sepenuhnya berhak menetapkan
keputusan, kebijaksanaan, dan merealisasikan tujuan perusahaan.
3) Organisasi komite
Organisasi ini merupakan suatu organisasi yang masing-masing anggota
mempunyai wewenang yang sama dan pimpinanya kolektif.Organisasi
komite mengutamakan pimpinan, artinya dalam organisasi ini terdapat
pimpinan “kolektif presidium” dan komite ini bersifat manajerial.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi
tercapainya tujuan bersama (S. Suarli, 2012).
Tipe penggerakan:
1) Kepemimpinan (Otokratis, Paternalistis, militeristis, karismatis,
demokratis dan liberalistis);
2) Motivasi kerja ( Motivasi eksternal, Motivasi Sosial, dan Motivasi
Internal )
3) KISS (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Simplifikasi)
4) Komunikasi
Kegiatan dalam tahap penggerakan :
1) Pemberian Motivasi Kerja Oleh Pimpinan
2) Pengaturan Waktu Kerja / Manajemen Waktu
3) Pelaksanakan komunikasi efektif
13
4) Pelaksanakan manajemen konflik
5) Pelaksanaan supervisi keperawatan oleh manajer kepada bawahan.
d. Pengawasan ( Controling )
Pengawasan (controling) adalah suatu proses untuk mengetahui apakah
pelaksanaan kegiatan/pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan,
kebijakan, tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya (S.Suarli,
2012).
Controling dapat dilaksanakan melalui :
- Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan
- Pre Conference, overan,bed side teaching, post conference.
- Ronde Keperawatan
- Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant cart yang telah dibuat
- Program evaluasi dan peer review
1) Penilaian kinerja
Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan bagian dari sistem
formal dalam sebuah organisasi (selain sistem formal, di dalam organisasi
juga berlaku sistem informal), dilakukan secara periodik, dan digunakan
sebagai aktifitas evaluatif (penilaian), proses dan hasil kerja seorang
pekerja atau kelompok kerja (team). Penilaian kinerja dari pekerja
didasarkan atas kompetensi-kompetensi yang dikaitkan dengan target –
14
target yang penting dari organisasi. Manfaat penilaian kinerja menurut
Jennifer M. George & Gareth R. Jones meliputi :
a) Perbaikan prestasi kerja
b) Penyesuaian kompensasi
c) Keputusan penempatan
d) Kebutuhan latihan dan pengembangan
e) Perencanaan dan pengembangan karier
f) Memperbaiki penyimpangan proses staffing
g) Mengurangi ketidak-akuratan informasi
h) Memperbaiki kesalahan desain pekerjaan
i) Kesempatan kerja yang adil
2) Pengendalian Mutu
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang
dihasilkan, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian akan
adanya rasa aman dan atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang
atau jasa yang dihasilkan tersebut. Pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelengaraannya sesuai dengan standar atau kode etik profesi
yang telah ditetapkan. (Azwar,2006).
Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat
meninggalkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai
dengan standar dan kondisi etik profesi yang telah ditetapkan . (Azrul
Azwar, 2006).
3) Metode dalam Manajemen Keperawatan
Menurut Grant dan Massey serta Marquis dan Huston, terdapat model
asuhan keperawatan professional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus
di kembangkan di masa depan, dalam menghadapi tren keperawatan.
a) Metode Fungsional
15
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan. System ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan sbagai berikut :
Kelebihan :
- Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik.
- Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat
yang belum berpengalaman.
- Sangat cocok untuk ruumah sakit yang kekurangan tenaga.
Kelemahan :
- Tidak memberikan kepuasan pada pasian maupun perawat.
- Pelayanan keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan .
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
4) Metode Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda –
beda, dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruang dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, tenaga teknis, dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu.
Kelebihan :
- Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
- Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
- Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
dan member kepuasan kepeda anggota tim.
Kelemahan : Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu karena sulit
untuk melaksanakannya pada waktu – waktu sibuk.
16
5) Metode Pengelolaan Kasus
Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan
dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selama jam dinasnya. Pasien akan dirawat oleh perawat yamg
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di
rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat.Dalam hal ini umumnya
dilaksanakan oleh perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi dan intensive care.
Kelebihan
- Perawat lebih memahami kasus per kasus
- Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah
Kekurangan
- Belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab
- Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
6) Model Kepemimpinan
Ada beberapa teori yang menggambarkan gaya-gaya kepemimpinan.
Seperti pada kmponen perilaku kepemimpinan, para pengarang
memberikan nama yang berbeda pada setiap gaya atau model
kepemimpinan, meskipun kerangka kerja dan arti dari model-model
tersebut tetaplah sama. Ada tiga model perilaku pemimpin yang baku dan
akan di bahas, yaitu : Model perilaku pemimpin Ohio State, Teori
kepemimpinan Situasional, dan Managerial Grid.
17
menurunkan resiko pengambilan keputusan, juga pemecahan masalah yang
efektif dan terencana.
Kedua, manajemen keperawatan dilakukan dalam time schedule yang efisien.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
Ketiga, manajemen keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang
tepat.Setiap situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan sesuai dengan tingkat
manajerial.
Keempat, manajer keperawatan harus selalu mengutamakan segala hal yang
menjadi kebutuhan asuh keperawatan dan keinginan pasien.Karena kepuasan
pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. Pasien yang puas
dan bahagia akan membantu proses pengobatan mereka.
Kelima, manajemen keperawatan harus terorganisir.Pengorganisiran ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Keenam, pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
Ketujuh, manajemen keperawatan juga sebagai media motivasi kerja para
perawat.Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
Kedelapan, manajemen keperawatan selalu menggunakan komunikasi yang
efektif. Dengan komunikasi yang efektif maka kesalahpahaman akan berkurang
dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
Kesembilan, manajemen keperawatan juga mengembangkan kemampuan
staf.Pengembangan staf dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat–perawat
pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
Kesepuluh, pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
18
instruksi dan menetapkan prinsip–prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
19
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
5. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7. Status psikologis stabil
8. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
9. Operasi ringan
PARTIAL CARE
Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
1. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
8. Post operasi minor 24 jam
9. Melewati fase akut dari post operasi mayor
10. Fase awal dari penyembuhan
11. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
12. Gangguan emosional ringan
TOTAL CARE
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau
NG tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
20
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi
21
Kasus 1. Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi manager
keperawatan keperawatan
2. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu
3. Rasio pasien perawat= 1:1
22
a) Menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam
asuhan keperawatan.
b) Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau dengan pihak lain
melalui dokumentasi keperawatan yang efektif.
c) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan.
d) Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan.
e) Tersedianya perawat dari suatu keadaan yang memerlukan penanganan secara
hukum.
f) Tersedianya data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya ilmiah, pendidikan,
dan penyusun/penyempurnaan standar asuhan keperawatan.
g) Melindungi klien dari tindakan malpraktek.
23
8. Model Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan penjelasan Ali (2009), Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi
yang legal bagi profesi keperawatan.Oleh karena itu, dokumentasi keperawatan harus
memenuhi standar yang telah ditentukan. Komisi Gabungan Akreditasi Organisasi
Pelayanan Kesehatan (JCAHO) merekomendasikan standar dokumentasi keperawatan
yang meliputi :
a) Pengkajian awal dan pengkajian ulang.
b) Diagnosis keperawatan dan kebutuhan asuhan keperawatan klien.
c) Rencana tindakan asuhan keperawatan.
d) Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan atas respon klien.
e) Hasil dari asuhan keperawatan dan kemampuan untuk tindak lanjut asuhan
keperawatan setelah klien dipulangkan.
24
1) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah,
perumusan diagnosa keperawatan.
2) Diagosa keperawatan terdiri dari masalah (p), penyebab (E), dan tanda/gejala (S),
atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
3) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi
diagnosa keperawatan.
4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
c. Standar III : Perencanaan keperawatan
Tahapan ini perawat merencanakan suatu tindakan keperawatan agar dalam
melakukan perawatan terhadap pasien efektif dan efisien.
d. Standar IV : Implementasi
Tahapan ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
e. Standar V : Evaluasi
Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian yang akurat,
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa
praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih,
2007).
25
Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara langsung
antara perawat dan klien. Data wawancara adalah semua ungkapan klien, tenaga
kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman, dan orang
terdekat klien.
Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan
menggunakan panca-indra.Kemampuan melakukan observasi merupakan
keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan.Unsur terpenting dalam
observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi
secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan
lebih akurat dibandingkan mencatat interpretasi seseorang tentang hal tersebut.
Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna menentukan
ada/tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Cara pendekatan sistematis yang dapat digunakan perawat dalam
melakukan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung
kaki (head to toe) dan pendekatan sistem tubuh (review of system).Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni inspeksi, auskultasi, perkusi,
dan palpasi.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau
potensial.Diagnosis keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA (North
American Nursing Dianosis Association), 2012). Menurut Asmadi (2008)
komponen-komponen dalam pernyataan diagnosa keperawatan meliputi
a) Masalah (problem)
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan perubahan
status kesehatan klien.Perubahan tersebut menyebabkan timbulnya masalah.
b) Penyebab (etiology)
26
Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab dari masalah kesehatan klien yang
memberi arah bagi terapi keperawatan. Etiologi tersebut dapat terkait dngan
aspek patofisiologis, psikososial, tingkah laku, perubahan situasional gaya hidup,
usia perkembangan, juga faktor budaya dan lingkungan. Frase “berhubungan
dengan” (related to) berfungsi untuk menghubungkan masalah keperawatan
dengan pernyataan etiologi
c) Diagnosa keperawatan
1) Diagnosa keperawatan aktual, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan
masalah kesehatan yang nyata terjadi saat ini dan benar-benar faktual, sesuai
dengan data klinis yang diperoleh
2) Diagnosa keperawatan risiko, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan
masalah kesehatan yang berpeluang besar akan terjadi jika tidak dilakukan
tindakan keperawatan. Pada diagnosa ini masalah belum ada secara pasti,
namun etiologi penunjangnya sudah ada
3) Diagnosa keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang
menjelaskan tetang keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki
potensi untuk lebih meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data
maladaptif atau paparan terhadap masalah kesehatan sebelumnya.
Menurut Asmadi (2008) hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap diagnosa
keperawatan, antara lain :
1) Kesesuaian masalah dengan lingkup keperawatan
2) Kejelasan masalah
3) Keakuratan masalah dan faktor penyebab
4) Validitas masalah
5) Komponen diagnosis keperawatan (Problem, Etiology, Sign and symptom
(PES))
d) Perencanaan (Intervensi)
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien, keluarga, dan orang
terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah yang dialami klien.Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang
27
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan (Asmadi, 2008).
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan
sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang
akan melakukan tindakan keperawatan. Dalam penyusunan rencana tindakan
keperawatan perlu keterlibatan keluarga dan orang terdekat klien atau pasien untuk
memaksimalkan perencanaan tindakan keperawatan tersebut (Asmadi, 2008).Unsur
terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah membuat prioritas urutan diagnosa
keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan
intervensi keperawatan.
1) Membuat Prioritas Urutan Diagnosis Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan (tahap kedua), perawat dapat mulai
membuat urutan prioritas diagnosis.Penentuan prioritas ini dilakukan karena
tidak semua diagnosis keperawatan dapat diselesaikan dalam waktu
bersamaan.Pada tahap ini perawat dan klien bersama-sama menentukan
diagnosis keperawatan mana yang harus dipecahkan lebih dulu dan
memprioritaskannya.Penentuan prioritas dapat dibuatkan skala prioritas tertinggi
sampai prioritas terendah.Ini dilakukan dengan mengurutkan diagnosis
keperawatan yang dianggap paling mengancam kehidupan sampai diagnosis
yang tidak terlalu mengancam kehidupan.
2) Merumuskan Tujuan
Setelah menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas, perawat perlu
merumuskan tujuan untuk masing-masing diagnosis.Tujuan ditetapkan dalam
bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.Tujuan jangka panjang
dimaksudkan untuk mengatasi masalah secara umum, sedangkan tujuan jangka
pendek dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka
panjang.Rumusan tujuan ini keperawatan harus SMART, yaitu specific (rumusan
tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable (dapat dicapai,
ditetapkan bersama klien), realistic (dapat tercapai dan nyata), dan timing (harus
ada target waktu).
28
3) Merumuskan Kriteria Evaluasi
Penyusunan kriteria hasil/evaluasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.Di
ataranya, kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan, bersifat khusus, dan
konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat, didengar, dan diukur oleh orang
lain.
4) Merumuskan Intervensi Keperawatan
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus memperhatikan
beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan intervensi keperawatan. Kriteria
tersebut, antara lain:
a) Memakai kata kerja yang tepat.
b) Bersifat spesifik.
c) Dapat dimodifikasi.
29
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan (Asmadi, 2008). Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan
segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).Menurut
Asmadi (2008) ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan.
1) Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika
klien menunjukan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak
ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
f) Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat dituntut untuk
dapat mendokumentasikan secara benar (Handayaningsih, 2007).Perawat
memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah dalam pemeliharaan
pencatatan/dokumentasi kegiatan serta petunjuk dalam membuat pola/format
pencatatan yang tepat.Dokumentasi yang baik harus mengikuti karakteristik standar
keperawatan (Ali, 2009).Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang
kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam
suatu situasi tertentu.Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap
kualitas dokumentasi keperawatan (Martini, 2007).
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) juga merupakan salah
satu sistem klasifikasi keperawatan yang terstandarisasi, sebagai sistem klasifikasi
30
untuk proses analisis dan penyajian akhir data pengkajian dan identifikasi masalah
pasien. Penggunaan sistem klasifikasi akan memudahkan perencanaan dan intervensi
untuk membantu pasien mengatasi masalah penyakitnya dan memperoleh kembali
status kesehatan dan aktivitasnya yang normal. Sistem klasifikasi yang juga telah
dikembangkan dalam keperawatan adalah Nursing Intervention Classification (NIC)
dan Nursing Outcome Classification (NOC) (Aprisunadi, 2011).Nursing Outcome
Classification (NOC) adalah standarisasi penggolongan kriteria hasil dari pasien
yang menyeluruh untuk mengevaluasi efek dari intervensi keperawatan.Hasil NOC
merupakan konsep netral yang merefleksikan pernyataan atau perilaku pasien
(ingatan atau memori, koping, dan istirahat) (Wilkinson, 2011).NOC merupakan
salah satu bahasa standar yang diakui oleh America Nursing Association
(ANA).Sebagai bahasa yang diakui memenuhi standar pedoman yang ditetapkan
oleh bahasa Informasi Keperawatan ANA dan Data Set Evaluasi Pusat (NIDSEC)
untuk vendor sistem informasi.NOC termasuk dalam Perpustakaan Nasional
Metathesaurus Kedokteran Ahli Bahasa Medis Bersatu dan Indeks Kumulatif untuk
Sastra Keperawatan (CINAHL) dan telah disetujui untuk digunakan oleh Kesehatan
Tingkat 7 Terminologi (HL7) (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013).
31
keperawatan serta diketahui oleh semua unit lain. Dokumen ini harus
selalu tersedia untuk semua petugas pelayanan keperawatan
2) Setiap unit keperawatan dapat mengembangkan sendiri tujuan khusus
pelayanan keperawatan.
3) Dokumen ini harus disempurnakan paling sedikit setiap 3 tahun.
4) Bagan struktur organisasi harus memperlihatkan secara jelas garis
komando, tanggung jawab, kewenangan serta hubungan kerja dalam
pelayanan keperawatan dan hubungan dengan unit lain.
5) Uraian tugas tertentu yang tertulis harus diberikan kepada setiap petugas
hal hal sebagai berikut : Kualifikasi yang dibutuhkan untuk jabatan
petugas yang bersangkutan garis kewenangan, fungsi dan tanggungjawab
6) Frekuensi dan jenis penilaian kemampuan staf
7) Masa kerja dan kondisi pelayanan
b. Standar 2
Administrasi dan pengelolaan pendekatan sistematika yang digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien.
Kriteria:
1) Asuhan keperawatan mencerminkan standar praktek keperawatan yang
berlaku dan ditujukan pada pasien atau keluarganya, yang mencakup
asuhan keperawatan dasar, penugasan pasien atau keperawatan terpadu.
32
c. Standar 3
Staff dan pimpinan Pelayanan keperawatan dikelola untuk mencapai tujuan
pelayanan.Kriteria:
1) Pelayanan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat yang mempunyai
kualifikasi manager.
2) Kepala keperawatan mempunyai kewenangan atau bertanggungjawab
bagi berfungsinya pelayanan keperawatan ; sebagai anggota pimpinan
harus aktif menghadiri rapat pimpinan.
3) Apabila kepala perawatan berghalangan harus ada seorang perawat
pengganti yang cakap dapat diserahi tanggungjawab dan kewenangan.
4) Setiap perawat harus mempunyai izin praktek perawat yang masi berlaku
dan berkualifikasi professional sesuai jabatan yang didudukinya.
5) Jumlah dan jenis tenaga keperawatan disesuaikan dengan
6) kebutuhan pasien fasilitas dan peralatan
d. Standar 4
Fasilitas dan peralatan harus memadai untuk mencapai tujuan peayanan
keperawatan.Kriteria:
1) tersedianya tempat dan peralatan yang sesuai untuk melaksanakan tugas
2) Bila digunakan peralatan khusus, peralatan tersebut dijalankan oleh staf
yang telah mendapatkan pelatihan.
e. Standar 5
Kebijakan dan prosedur adanya kebijakan dan prosedur secara tertulis yang
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan prinsip praktek keperawatan
yang konsisten dengan tujuan pelayanan keperawatan. Kriteria:
1) Kepala keperawatan bertanggung jawab terhadap perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan prosedur keperawatan.
2) Staf keperawatan yang aktif terlibat dalam asuhan langsung kepada
pasien harus diikut sertakan dalam perumusan kebijakan dan prosedur
keperawatan.
33
3) Ada bukti bahwa staf keperawatan bertindak berdasarkan ketentuan
hukum yang mengatur standar pratek keperawatan dan berpedoman
pada etika profesi yang berlaku.
4) Ada kebijakan mengenai ruang lingkup dan batasan tanggung jawab
serta kegiatan staf keperawatan Pengertian: Sebagai contoh kebijakan
ialah penyuntikan/ pengobatan pada terapi intravena, pemberian darah
dan produk darah, menerima pesan melalui telepon, pemberian
informasi kepada mass media dan polisi, pencatatan dan pelaporan,
pelaksanaan prosedur kerja.
5) Tersedianya pedoman praktek keperawatan yang meliputi:
6) Prinsip-prinsip yang mendasari prosedur
7) Garis besar prosedur
8) Kemungkinan perawat menyesuaikan prosedur terhadap kebutuhan
pasien
f. Standar 6
Pengembangan staf dan program pendidikan harus ada program
pengembangan dan pendidikan berkesinambungan agar setiap keperawatan
dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya. Kriteria:
1) Program pengembangan staff dikoordinasi oleh seorang perawat terdaftar
2) Tujuan program orientasi dan pelatihan harus mengacu pada efektifitas
program pelayanan.
3) Tersedianya program orientasi bagi semua staf keperawatan yang baru
dan bagi perawat yangbaru ditempatkan pada bidang khusus
4) Informasi tentang hubungan antara pelayana keperawatan dengan rumah
sakit
5) Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja dirumah sakit dan
pelayanan keperawatan
6) Penjelasan mengenai metode penugasan asuhan keperawatan dan standar
praktek keperawatan.
7) Prosedur penilaian terhadap staff keperawatan
34
8) Penjelasan mengenai tugas dan fungsi khusus, garis kewenangan, dan
ruang lingkup tanggung jawab
9) Cara untuk mendapatkan bahan – sumber yang tepat
10) Identifikasi kebutuhan belajar bagi tiap individu
11) Petunjuk mengenai prosedang harus diikutiur pengamananya
12) Pelatihan mengenai tekhnik pertolongan hidup dasar (basic life support).
g. Standar 7
Evaluasi dan pengendalian mutu Pelayanan keperawatan menjamin adanya
asuhan keperawatan yang mutu tinggi dengan terus menerus melibatkan diri
dalam program pengendalian mutu dirumah sakit. Kriteria:
1) Adanya rencana tertulis untuk melaksanakan program pengendalian mutu
keperawatan.
2) Program pengendalian mutu keperawatan
3) Pelayanan keperawatan terhadap standar yang telah ditetapkan.
4) Proses dan hasil pelayanan keperawatan.
5) Tersedianya pendayagunaan sumber daya dari rumah sakit.
E. Pengertian handhygiene
1. Hand Hygiene/Mencuci Tangan
Mencuci tanganadalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan
tujuan untuk menjadi bersih. Namun, mereka tidak menyadari bahwa tangan
merupakan inang dari bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit menular.
Berikut alasan kenapa harus cuci tangan, yaitu :
a. Kumantidak bisa dilihat
Sifat dari bakteri, kuman, dan virus memang microscopic. Itu artinya
mikroorganisme tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, perlu alat tersendiri
untuk memastikannya. Meski demikian, bukan berarti mereka tidak ada.Justru
mikroorganisme ini tersebar di mana-mana. Bisa juga dari berbagai aktivitas yang
dilakukan. Entah itu dengan bersin, batuk, atau terlibat kontak dengan hewan.
35
Untuk itu penting untuk selalu cuci tangan setelah beraktivitas, karena kuman
tersebar di mana-mana meskipun tidak melihatnya.
b. Kuman menjadi sumber penyakit
Proses berpindahnya kuman bisa berlangsung dengan cepat, baik dari orang ke
orang lainnya atau memang dari benda yang sudah terkontaminasi. Jika sudah
masuk ke bagian dalam tubuh, ada kemungkinan mereka akan mengganggu
sistem imun atau kekebalan tubuh.
Tangan yang tidak bersih dapat menjadi jalan masuknya penyakit ke dalam tubuh.
Cuci tangan dengan benar dapat melindungi diri dari beberapa penyakit menular
seperti, flu, diare, hingga hepatitis A, danmeningitis. Berikut adalah langkah
mudah mencuci tangan dengan sabun yang perlu Anda ketahui, yaitu:
1. Buka keran air dan basahi kedua tangan Anda.
2. Gunakan sabun secukupnya dan oleskan ke kedua tangan Anda hingga
menutupi seluruh permukaan tangan.
3. Gosokkan kedua telapak tangan Anda secara bergantian.
4. Jangan lupa untuk menggosok area di antara jari-jari tangan dan juga punggung
tangan Anda hingga bersih.
5. Bersihkan pula ujung jari Anda secara bergantian dengan mengatupkannya.
6. Bersihkan kedua ibu jari tangan secara bergantian dengan menggenggam dan
memutar ibu jari secara bergantian.
7. Lalu, letakkan ujung jari-jari Anda ke telapak tangan, kemudian gosok
perlahan. Lakukan secara bergantian dengan tangan lainnya.
8. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir.
36
9. Segera keringkan kedua tangan Anda menggunakan handuk atau tisu kering
yang bersih.
10. Gunakan handuk atau tisu tersebut untuk menutup keran air. Dan selesailah
langkah mudah mencuci tangan dengan sabun yang bisa Anda lakukan di mana
pun.
1. Teori Infeksi
a. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh
pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter, 2005).Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3x24 jam sejak
mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003). Infeksi nosokomial diakibatkan
oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah
sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena
mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang
mungkin resisten terhadap antibiotik (Perry & Potter, 2005).
37
menderita luka bakar atau pasien yang mendapatkan tindakan invasif,
pemasangan infus yang lama, atau pemasangan kateter urin yang lama dan
infeksi nosokomial pada luka operasi (Depkes RI, 2001). Infeksi nosokomial
dapat mengenai setiap organ tubuh, tetapi yang paling banyak adalah infeksi
nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, dan infeksi
aliran darah primer atau phlebitis (Depkes RI, 2003).
38
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganime yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan
salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk
kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya parasit
malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya
Yersenia pestis pada ginjal (flea) (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
39
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan antiseptik yang digunakan untuk
menghambat atau membunuh mikroorganisme adalah :
1) Jenis organisme yang digunakan
2) Jumlah mikroorganisme yang digunakan
3) Umur dan sejarah dari mikroorganisme
4) Jaringan atau unsur-unsur yang ada dalam mikrorganisme
5) Jenis racun dari zat kimia (jika diambil secara internal)
40
F. Kebijakan waktu kunjungan
Kebijakan dengan kunjungan terbuka merupakan waktu kunjungan dengan tidak adanya
batasan dalam mengunjungi baik batasan waktu maupun batasan orang yang
berkunjung.Kehadiran teman dan keluarga disamping tempat tidur pasien cenderung
untuk meyakinkan dan menenangkan pasien.Sebuah penelitian oleh Fumagalli (2006),
menyebutkan meskipun lebih besar lingkungan terkontaminasi mikroba, kebebasan
waktu berkunjung meningkatkan komplikasi septik dan kebebasan waktu kunjung juga
dikaitkan dengan penurunan komplikasi infeksi nosokopmial.Penelitian ini juga
menjelaskan bahwa keterbukaan waktu kunjung meningkatkan kepuasan keluarga terkait
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakiteraturan tersebut mengevolusi dari praktek di
Eropa dengan meningkatkan eksebilitas bagi keluarga.
41
BAB III
ANALISIS SITUASI
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung sudah berubah dari Unit Swadana
Daerah menjadi PPK-BLUD. Namun pada kenyataannya kondisi yang ada saat ini
masih belum kondusif untuk mencapai tujuan dari perubahan sebagaimana layaknya
rumah sakit yang menerapkan PPK- BLUD. Hal ini dikarenakan masing-masing bagian
belum bisa menselaraskan makna dari visi dan misi rumah sakit dalam melaksanakan
setiap langkah kegiatan.
42
Meskipun demikian, setiap kegiatan manajemen dan pelayanan harus tetap dijalankan
untuk menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Penerapan strategi yang tepat
dapat menjadi kunci faktor kesuksesan melalui kesinambungan kinerja seluruh sistem
seluruh sistem tanpa saling mencurigai dan saling mendukung dengan semangat
kebersamaan yang tinggi. Pola yang harus dibangun adalah bekerja secara professional
di bidangnya masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan
kesehatan yang prima.
RSUD Dr. H. Abdul Moelok didirikan tahun 1914 sebagai Rumah Sakit Perkebunan
Pemerintah Hindia Belanda untuk merawat buruh perkebunannya. Pada awal
berdirinya, rumah sakit ini berkapasitas 652 tempat tidur. Kepemilikan rumah sakit ini
terus berubah sejalan dengan perubahan pemerintahan, sejak tahun 1942 sampai
sekarang pengelolanya adalah :
1. Tahun 1942 s.d 1945 sebagai rumah sakit tempat merawat tentara Jepang
2. Tahun 1945 s.d 1950 sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Pusat RI.
3. Tahun 1950 s.d 1964 sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Daerah Sumatera
Selatan.
4. Tahun 1964 s.d 1965 sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Kodya Tanjungkarang
5. Tahun 1965 s.d sekarang sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Provinsi Lampung.
Sejak tahun 1984 berdasarkan SK. Gubernur Provinsi Lampung No.G/180/B/HK/1984,
tanggal 7 Agustus 1984 nama rumah sakit ini berganti menjadi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, kemudian berdasarkan Perda. Provinsi Lampung No. 8
tahun 1985 tanggal 27 Februari 1995, diubah menjadi RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Daerah Tingkat I Lampung yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri
dengan SK Nomor : 139 tahun 1995 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi
Lampung Nomor : 173 tahun 1995, tanggal 28 November 1995.
Sejak berdiri sampai sekarang rumah sakit ini telah mengalami tujuh belas kali
pergantian direktur, mulai dari Dr. Dam Stoh sebagai direktur pertama pada tahun 1929
sampai dengan sekarang direktur ke-17 Dr. Rellyani, M.Kes. Sedangkan nama Abdul
Moeloek diabadikan sebagai nama rumah sakit dengan berbagai pertimbangan, salah
43
satunya karena dia adalah direktur ke-5 rumah sakit ini sekaligus sebagai direktur
dengan masa kepemimpinan paling panjang yaitu tahun 1942 s.d tahun 1957.
Melalui Perda Provinsi Lampung Nomor : 12 tahun 2000, tanggal 8 Juni 2000 RSUD.
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung ditetapkan sebagai Unit Swadana Daerah,
setelah mendapat persetujuan DPRD Provinsi Lampung melalui surat persetujuan No.:
13 tahun 2000 tanggal 8 Juni 2000, sedangkan pelaksanaannya sebagai Unit swadana
Daerah diatur dengan SK Gubernur Provinsi Lampung Nomor : 25 tahun 2000 tanggal
25 Juli 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Perda Provinsi Lampung No. 12
tahun 2000.
Dalam Upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, efesien dan
optimal dengan melihat kondisi yang ada, maka melalui SKDirektur RSUD Dr. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung No. SK Direktur Utama tentang Penetapan
Kapasitas Tempat Tidur No. 180/II. H/ VII.02/5.2/XI/2017, telah ditetapkan relokasi
Tempat Tidur menjadi 652 Tempat Tidur.
44
D. Denah Ruang Bougenvile
Ruang lab
Aula koas I R.Ka SMF
Gudang alkes ruang koor R.KARU
Ruang dokter
Tempt
obat nurse apotik
stasion
Ruang E wanita
Ruko koas
Ruang F wanita
Manajemen Pelayanan
1. Planning
a. Visi Ruangan
45
Menjadi unit peelayan kesehatan yang mampu mberikan pelayanan kesehatan
holistic, berkualitas dalam bidang penyakit syaraf untuk menurunkan angka
kematian, kecacatan, dan memperpendek hari rawat.
b. Misi Ruangan :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualiltas dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat
2. Mengikuti perkembanngan ilmu dan tekhnologi
c. Motto Ruangan
Cekatan
Bersih
Simpatik
Terampil
d. Program Kerja
Terdapat program kerja dalam ruangan.
1) Program kerja dinas pagi
a) Mengisi daftar hadir
b) Membaca laporan sore dan malam
c) Menertibkan dan membatasi penunggu pasien
d) Visite keperawatan
e) Menyiapkan obat injeksi
f) Melaksanakan kerja keperawatan
g) Mengkaji ulang pada pasien yang dalam perhatian sebagai bahan acuan
h) Memberikan makan pasien dan minum obat
i) Menyiapkan obat-obatan dan alat kesehatan untuk dioverkan ke dinas
sore
j) Timbang terima dengan dinas sore
46
d) Menerima konsultasi keluarga pasien dengan petugas
e) Memberikan makan pasien sesuai dengan dietnya
f) Menertibkan pengunjung pasien
g) Istirahat petugas
h) Mengkaji ulang pada list pasien untuk persiapan membuat laporan sore
terutama bagi pasien yang dalam perhatian
i) Membuat laporan sore
j) Timbang terima dengan yang dines malam.
47
2. Pengorganisasian
a. Struktur Organisasi
Direktur UtamaR. Koor
Dr. Hery Djoko Subandiro
Direktur Pelayanan
Dr. Pad Dirlangga, Sp.PR.koas
Koordinator
Endah Tri Rahayu, S.Kep
Pekarya
1. Noventari 4. Sri Partini
2. Gunadi 5. Setia .N.
3. Fijar Edlind
48
Uraian Kerja / Job Disk karyawan
49
1) Tugas pokok kepala ruangan mengawasi dan mengendalikan kegiatan
pelayanan keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah tanggung
jawabnya.
2) Uraian tugas kepala ruangan yaitu : melaksanakan fungsi perencanaan,
melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, melaksanakan
fungsi pengawasan pengendalian dan penilaian.
Rincian tugas perawat primer:
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama prakek bila diperlukan
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
6) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat
7) Membuat jadwal perjanjian klinik
8) Mengikuti timbang terima
9) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas
50
9) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis
10) Mengikuti timbang terima
c. Uraian Evaluasi Kerja Karyawan (Penilaian Kinerja)
Evaluasi kerja karyawan dalam rumah sakit / ruangan adalah evaluasi dengan
metode supervisi dan pengawasan dalam tindakan
3. Ketenagaan
Berdasarkan tabel 2.2 didapatkan data sebagian besar 38% ketenagaan di ruang
bougenvile berpendidikan Diploma III.
51
3 DIII Kep 6 38%
4 DIII KEB 2 13%
5 DIV KEB 1 6%
6 SPK 1 6%
7 S1 Kesehatan Masyarakat 1 6%
Jumlah 16 100%
Berdasarkan tabel 2.3 didapatkan data sebagian besar 44% ketenagaan di ruang
Bougenvile berstatus PNS.
(penata TK.1/III D)
2 Ns. Endah Tri R,S.Kep (penata/ III C) S1.Kep+ Ners Perawatan luka
52
7 Riski Ayu, Amd.Kep (TKS) D3.Kep BTCLS
Keterangan:
1. S. Kep+ Ners : 4
2. S1.Keperawatan :1
3. S1.Kesehatan Masyarakat :1
4. D3.Keperawatan :6
5. D3.Kebidanan :2
6. SPK :1
7. D4.Kebidanan :1
53
Σ jam kerja / tahun
1. Waktu perawatan langsung
No Katagori Rata-Rata Rata-Rata Jam Jumlah Jam
Pasien/Hari Perawatan/Har Perawatan/Ha
i ri
1. Self care 5 2 10
2. Parsial 12 3 36
care
3. Total 4 4 16
care
Jumlah 21 62
54
c) Distribusi tenaga non medis apabila ada kekurangan tenaga berkoordinasi
dengan supervisor dan kepala Tata Usaha untuk penambahantenaga non
medis.
f. Pengaturan Jaga
4. Material
Fasilitas Untuk Pasien
No. Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Bed pasien 31 layak
2. Kursi plastik pasien 11 Layak
3. Troly ekg 1 Layak
4. Tiang infus 36 Layak
5 Skerem 6 Layak
6 kursi roda 1 rusak
55
7. Troly EKG 1 Layak
8. Alat suction 1 Layak
9. Kom tertutup 2 Layak
10. Korentang 1 Layak
11. Bengkok 10 Layak
12. Tensi 4 Layak
13. Stetoskop 6 Layak
14. Thermometer 2 Layak
15. Tabung oksigen 27 Layak
16. Meteran oksigen 17 Layak
17. Nebulizer 1 Layak
18. Kursi roda 1 Layak
19. Nampan 4 Layak
20. Gunting perban 1 Layak
21. Torniquet 2 Layak
22. Klem 2 Layak
23. Ambu bag 2 Layak
24. Bak istrumen besar 2 Layak
25. Bak istrumen kecil 1 Layak
Fasilitas alat
56
8. Selimut lurik 23 Baik
9. Washlap 14 Baik
5. Metode
a. Penerapan MPKP
Ruang Bougenvile melaksanakan MPKP dengan metode tim, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Dalam daftar dinas ruang Bougenvile terbagi menjadi 2 tim. Tim 1 terdiri
dari katim 1 dan anggota tim 6 orang, dan tim 2 terdiri dari katim 1 orang dan
anggota tim 6 orang.
2) Operan sift dan pengaturan sift tiap hari terbagi menjadi 3 shift yaitu shift
pagi dari jam 08.00 WIB – 14.00 WIB, shift siang dari jam 14.00 WIB -
21.00 WIB, dan malam dari jam 21.00 WIB – 08.00 WIB.
3) Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode tim sudah optimal.
b. Discharge Planning
Pasien menyatakan bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah pasien
diperbolehkan pulang.
c. Dokumentasi keperawatan
Dari hasil observasi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan ruang
Bougenvile pada standar 1 kurang optimal, dalam hal ini ditemukan dari 10
rekam medis didapatkan 20% tidak terdapat tanggal masuk ruang bougenvile
20% tidak terdapat jam masuk, 30% tidak terdapat jam dilakukan anamnesa dan
10% tidak terdapat pemfis.. Pada standar 2 penegakkan suatu masalah
57
seharusnya bisa muncul 3 diagnosa untuk satu diagnosa aktual, satu diagnosa
potensial, dan satu diagnosa resiko. Tetapi didalam ruang Bougenvile dari hasil
obesrvasi yang telah kelompok lakukan didapatkan hanya 1 diagnosa yang
ditegakkan, Pada standar 3 intervensi keperawatan sudah optimal dalam standar
asuhan keperawatan.
Pada standar 4 dalam implementasi sudah terdapat SOAP sesuai SAK.
58
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di temukan bahwa sudah adanya
standing banner didepan pintu masuk ruang Boegenvile, namun
keberadaannya masih belum berfungsi dengan baik serta tidak adanya
perhatian dari pengunjung atau keluarga. Dari hasil observasi ditemukan
bahwa jam besuk pasien yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan yaitu pukul 11:00 WIB s/d 14:00 WIB dan pukul 16:00 WIB s/d
19.30 WIB. Dan juga masih terdapat 80% keluarga yang membawa anak
dibawah umur usia 12 tahun. Hal ini menandakan kurangnya sosialisasi
mengenai tata tertib pengunjung di ruang Bousgenvile.
e. Hand Hygine
Berdasarkan wawancara dan observasi dari 10 pasien yang sudah kelompok
lakukan didapatkan dari hasil kuesioner 80% pasien tidak melakukan hand hygine
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan hasil observasi didapatkan bahwa
keluarga pasien tidak melakukan hand hygiene dengan 6 langkah benar cuci
tangan dikarenakan kurang kesadaran diri terhadapan pencegahan infeksi
nasokomial dan kurangnya paparan informasi tentang langkha-langkah hand
hygiene yang benar.
6. Money
a. Ruang Boegenvile memiliki system budgeting yang diatur oleh rumah sakit baik
pelayanan maupun pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan.
b. Pergantian alat yang rusak diruangan dilaporkan oleh perawat pelaksana kepada
perawat penanggung jawab alat dan perawat penanggung jawab membuat
laporan kepada bagian intalasi dan atas persetujuan kepala ruang Boegenvile
c. Permintaan obat dan alat habis pakai (amprah) dilakukan ke bagian farmasi.
d. Perencanaan penggunaan obat dan alkes dilakukan oleh penanggung jawab obat.
59
B. Prioritas masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Sistem
pendokumentasian
asuhan keperawatan 4 4 3 5 3 19 I
yang kurang optimal
2 Kurangnya
kepatuhaan keluarga
dalam mematuhi tata 3 3 1 2 2 11 II
tertib ruangan
bougenvile
3. kurangnya 3 2 1 2 2 10 III
pengetahuan keluarga
tentang hand hygine
Keterangan :
Magnitude (Mg): kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
Severity (Sv): besarnya kerugian yang ditimbulkan
Manageability (Mn): kemungkinana masalah bisa dipecahkan
Nursing consent (Nc): melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
Affordability (Af): ketersediaan sumber daya
60
F. ANALISIS SWOT
Visi Ruangan 1. Pada metode asuhan keperawatan , perawat 1. Adanya kerjasama yang baik antara 1. Peraturan mentri
Menjadi unit pelayan kesehatan masih belum optimal dalam melakukan institusi pendidikan, kesehatan dan kesehatan nomor
yang mampu memberikan pengkajian dan pendokumentasian asuhan rumah sakit dalam kegiatan praktek 269/ Menkes/per/
pelayanan kesehatan holistic, keperawatan. Hal ini dikaitkan dengan klinik mahasiswa III/2008 tentang
berkualitas dalam bidang belum optimalnya penerapan SAK 2. Terdapat sumberdaya manusia yang rekam medis.
penyakit syaraf untuk (Standar Asuhan Keperawatan) yang memadai di RSUD Dr. H. Abdul
menurunkan angka kematian, menjadi acuan dalam proses Moeloek 2. Adanya sistem
kecacatan, dan memperpendek pendokumentasian keperawatan 3. Adanya mahasiswa yang sedang keamanan dalam
hari rawat. 2. pada dokumentasi keperawatan belum praktek belajar di RSUD Dr.H kunjungan jam
Misi Ruangan : secara lengkap mengenai data subjektif dan Abdul Moeloek besuk pasien.
1. Memberikan pelayanan objektif secara lengkap 4. RSAM merupakan rumah sakit tipe Jam besuk yang
kesehatan yang berkualiltas dan 3. pada dokumentasi keperawatan belum A yang memungkinkan untuk tidak efesien
terjangkau bagi seluruh lapisan terisi secara keseluruhan mengenai data memperoleh fasilitas yang tepat akan
masyarakat identitas pasien sehingga ruang memiliki mengakibatkan
2. Mengikuti perkembanngan 4. belum optimalnya pembatasan pengunjung kesempatan yang besar untuk pasien
ilmu dan tekhnologi di ruang Bougenvile, keluarga pasien silih melengkapi fasilitas kesehatan yang mengalami
61
berganti berdatangan dan tidak belum tersedia. gangguan
menghiraukan tentang batasan jam kunjung 5. Adanya kerjasama yang baik antara istirahat
dan jumlah penunggu pasien satpam dan pengunjung pasien.
5. kurangnya disiplin didalam rumah sakit 6. Terdapat satpam yang memantau
mengakibatkan pengunjung tidak efektif atau menjaga pintu masuk di area
dalam kunjungan jam besuk. ruangan Bougenvile.
6. Belum ketatnya di ruangan Bougenvile
dalam kunjungan jam besuk, dengan
adanya pintu gerbang disetiap memasuki
area tidak diterapkan.
7. Tidak adanya satpam tetap didalam
keamanan ruangan Bougenvile
8. Kurangnya kepatuhan pasien untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
9. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
infeksi nasokomial
62
G. PLANNING OF ACTION (POA)
No Uraian kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Waktu Penangguan
g jawab
1 Memberikan Diharapkan perawat Perawat Diskusi Buku pedoman Persentasi proposal 1. Desta
dan dapat membuat lebih diruang asuhan tanggal 9 januari 2020 2. Desy
menjelaskan dari satu diagnosa Bougenvile keperawatan Pemberian implementasi 3. Ike
tentang isi dari keperawatan yang terstandar SDKI, dalam bentuk lembar balik 4. Rio
lembar balik berisi diagnosa SIKI, SLKI dan berisi diagnosa medis 5. Rivky
kepada perawat actual, potensial, dan lembar balik berisi yang paling sering muncul
di ruang resiko dan diagnosa medis diruang bougenvile
bougenvile serta menjadikan buku yang paling sering beserta diagnosa
memberikan acuan sebagai muncul diruang keperawatan dan
buku pedoman pedoman dalam bougenvile beserta intervensi sesuai dengan
asuhan asuhan keperawatan diagnosa SDKI dan SIKI dan Buku
keperawatan keperawatan dan pedoman asuhan
terstandar intervensi sesuai keperawatan terstandar
SDKI, SIKI, dengan SDKI dan SDKI, SIKI, SLKI pada
SLKI SIKI tanggal 13 januari 2020
63
2 Penyuluhan Untuk Keluarga Penyuluha Leaflet & kalung Persentasi proposal
tata tertib memaksimalkan dan n identitas tanggal 9 januari 2020 1. Utami
pengunjung dan perawatan pada pengunjung pengunjung Melakukan penyuluhan 2. Zami
Memberi pasien dan ruang tatatertib pengunjung 3. Agung
penjelasan memaksimalkan Bougenvile pasien da pembagian 4. Aflah
mengenai tata kenyamanan dan name tag pada tanggal 13
tertib pada keselamatan pasien januari 2020
keluarga dan Pembuatan Upaya tindak
pengunjung lanjut yang dilakukan
kelompok yaitu dengan
membuat jadwal
pembagian tugas
penyuluhan mengenai tata
tertib pengunjung serta
penanggung jawab
pengecekan jumlah name
card disetiap akhir minggu
yang berjumlah 50 buah
64
3 Penyuluhan Untuk Keluarga Penyuluha Leaflet & proyektor Persentasi proposal
tentang hand memaksimalkan dan n tanggal 9 januari 2020 1. Ekawat
hygine kepada perawatan pada pengunjung Melakukan penyuluhan i
pasien dan pasien dan ruang hand hygine kepada 2. Hangga
keluarga mencegah Bougenvile pasien dan keluarga pada 3. Indah
terjadinya infeksi tanggal 13 januari 2020 4. Rahma
nasokomial Pembuatan Upaya tindak d
lanjut yang dilakukan
kelompok yaitu dengan
membuat jadwal
pembagian tugas
penyuluhan mengenai tata
hand hygine
65
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Analisa
Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan manajemen
asuhan dan manajemen pelayanan berupa pembuatan lembar balik asuhan keperawatan
serta pemberian buku SDKI, SIKI, SLKI dalam pendokumentasian keperawatan,
sosialisasi mengenai tata tertib pengunjung dan pemberian kartu penunggu pasien serta
penyuluhan dan peragaan cara hand hygiene dengan 6 langkah benar di ruang Bougenvile
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung maka didapatkan beberapa point sebagai
berikut:
66
a) Nama : Ny.T
dx keperawatan :
- Nyeri akut
- Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat
- Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
b) Nama : Ny.J
dx.keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral
- Gangguan pola nafas tidak efektif
- Gangguan mobilitas fisik
c) Nama : Tn. S
dx. keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d tik meningkat
- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d CKR
- Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
d) Nama : Tn. D
dx.keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral
- Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
e) Nama : Tn. S
dx. keperawatan :
- Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penyakit
f) Nama : Ny. F
dx. keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral
- Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
g) Nama : Ny. A
dx. keperawatan :
- Gangguan pola nafas b.d sesak
- Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan keuatan otot
-
67
Kegiatan pemberian lembar balik tentang diagnose medis yang paling sering muncul
diruang bougenvile serta pemberian buku SDKI, SIKI, SLKI dalam
pendokumentasian keperawatan. Kegiatan ini mulai dilakukan pada tanggal 13
januari 2020, kegiatan ini dilakukan dengan baik oleh perawat ruang Bogenvile
namun masih memiliki beberapa hambatan yaitu masih kurangnya komunikasi antar
mahasiswa sehingga hasilnya kurang maksimal. Kelompok menyadari bahwa ruang
Bogenvile merupakan ruang sharaf dimana rata-rata pasien memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi sehingga dapat menambah beban kerja.
Penegakan diagnose keperawatan serta utuh merupakan hal yang penting, dimana
penulisan rekam medic yang lengkap serta komprehensif merupakan ciri dari
kualitas pelayanan keperawatan yang prima (Siswanto dkk, 2013). Berdasarkan
identifikasi masalah dokumentasi keperawatan di ruang Bougenvile belum tercapai
dengan optimal. Hal ini dikarenakan minimnya wawenang mahasiswa dalam
penulisan rekam medik salah satunya mengenai diagnose yang mungkin muncul
meliputi diangnosa actual, potensial dan resiko.
Hal lain yang menjadi hambatan mahasiswa dalam melakukan intervensi mengenai
perumusan masalah tiga diagnose keperawatan yaitu tidak semua perawat pelaksana
diruang Bougenvile mengetahui adanya intervensi yang dibuat oleh mahasiswa
mengenai penegakan diagnosa actual, potensial dan resiko.
68
keperawatan sesuai SDKI dan SIKI. Untuk rencana tindak lanjut yang dilakukan
agar proses pendokumentasian asuhan keperawatan berjalan dengan baik diharapkan
kita sebagai tenaga kesehatan saling mengingatkan sesama rekan kerja apabila dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan masih kurang lengkap, agar asuhan
keperawatan yang di buat sesuai dengan SDKI dan SIKI.
Dalam intervensi ini, kelompok menyadari bahwa hasil yang didapatkan belum
memuaskan atau kurang maksimal. Kondisi ini tentunya juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kurang efektifnya waktu kunjungan keluarga pasien dalam
ruang Bougenvile dikarenakan keluarga yang tidak mematuhi jam kunjungan pasien
serta kurangnya pemahaman dan partisipasi dari keluarga. Sosialisasi yang dilakukan
oleh mahasiswa dirasa kurang optimal dikarenakan keluarga pasien yang datang silih
berganti dan tidak pada keluarga yang sama, sehingga butuh intervensi berulang
ulang untuk melakukan sosialisasi ini. Disisi lain, kelompok melakukan pemberian
kartu pengunjung sebagai tanda pengunjung yang diperbolehkan untuk masuk.
3) Hand Hygiene
Melakukan hand hygiene dengan langkah-langkah yang benar dapat mengurangi
resiko infeksi nasokomial dan dapat mempercepat kesembuhan pasien. Sosialisasi
mengenai hand hygiene diruang bougenvile yang dilakukan oleh kelompok
diharapkan mampu menambah pengetahuan keluarga tentang hand hygiene yang
benar sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk melakukan hand hygiene dan
dapat menurunkan resiko infeksi nasokomial serta mengetahui manfaat dari hand
hygiene tersebut. Mencuci tangan saat ini bisa menjadi salah satu hal penting untuk
dilakukan agar mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi.
Apabila menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar, maka dapat mencegah
penularan mikroorganisme (Ernawati, & Wiyanto, S. 2014).
Dalam intervensi ini, kelompok menyadari bahwa hasil yang didapatkan belum
memuaskan atau kurang maksimal. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kurang optimal dikarenakan keluarga pasien yang datang silih berganti dan
bukan keluarga yang sama, sehingga butuh intervensi berulang ulang untuk
melakukan sosialisasi ini. Disisi lain ketidakefektifan sosialisasi mengenai
kepatuhan hand hygiene yang dilakukan oleh mahasiswa dikarenakan keluarga
pasien silih berganti dan dipengaruhi kurangnya pemahaman dari keluarga. Hal
tesebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kebudayaan, dan persepsi.
70
Infeksi nosokomial atau Health Care-Associated Infections (HCAIs) merupakan
ancaman besar bagi keselamatan pasien karena dapat memperpanjang masa rawat
inap dan merupakan salah satu penyebab utama kematian. Infeksi yang menjangkit
tubuh pasien pada saat berada di rumah sakit, dan dapat berkembang menjadi infeksi
yang parah. Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun antiseptik pada saat mencuci tangan dengan air
mengalir atau menggunakan handrub yang mengandung alkohol sesuai dengan
langkah-langkah sistematik yang ditentukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang
tersebar di tangan. Hand hygiene merupakan salah satu kunci utama dalam program
pencegahan dan pengendalian infeksi (Tribun, 2017)
Untuk meminimalisir angka kejadian terjadinya infeksi yang bisa menyebabkan
hingga terjadinya kematian, diharapkan keluarga dapat menyadari betapa pentingnya
hand hygiene untuk dilakukan , saran dari kelompok agar hand hygiene ini berjalan
sesuai harapan, di setiap hansdrub yang sudah ada di sudut ruangan terdapat leaflet
tentang pentingnya cuci tangan, serta kita sebagai tenaga kesehatan tidak ada bosan-
bosan nya untuk selalu mengingatkan kepada keluarga pasien untuk selalu
melakukan hand hygiene, agar keluarga selalu bisa mengingatkan keluarga lain yang
menjenguk untuk selalu hand hygiene sebelum dan sesudah kontak pasien.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis Manajemen
1. Pembuatan lembar balik asuhan keperawatan serta pemberian buku SDKI, SIKI,
SLKI dalam pendokumentasian keperawatan
2. Sosialisasi kepada perawat ruangan tentang pendokumentasian dilakukan dengan
cara penjelasan lembar balik dan buku SDKI,SIKI
3. Sosialisasi mengenai tata tertib pengunjung dan pemberian kartu penunggu pasien
4. Implementasi dilakukan dengan memberikan sosialisasi pada pengunjung tentan
tataterti b yang sudah ada di ruangan bougenvile
5. penyuluhan dan peragaan cara hand hygiene dengan 6 langkah benar di ruang
Bougenvile
6. pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya hand hygiene
B. Saran
1. Bagi Ruangan
Dengan adanya masalah yang diangkat di ruang bougenvile diharapkan, ruangan
dapat lagi meningkatkan tentang pengisian dokumentasi asuhan keperawatan,
memberikan informasi tata tertib dan hand hygiene.
2. Bagi Perawat
a) Meningkatkan profesionalisme perawat dalam menerapkan MAKP sesuai
dengan standar oprasional prosedur yang berlaku
b) Kepala ruangan diharapkan dapat menerapkan prosedur MAKP kepada para
perawat diruangan secara berkelanjutan.
73
DAFTAR PUSTAKA
74
75