Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN STASE MANEJEMEN DI RUANG BOUGENVILE

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1
Ekawati
Hangga Ziko Kurniawan
Indah Wahyuni
Rahmad
Utami Kusmintayu
Zamzami Hidayat
A. Anugrah Agung
Aflah Nindya Adityaningrum
Desta Tiara Alpiani
Desy Amilia
Ike Aprilia Nurjanah
Rivky Kurmia Jaya
Rio Dwi Cahyo

PRODI PROFESI NERS REGULER


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
T.A 2019/2020

1
KATA PENGATAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga saya

dapat menyelesaikan laporan stase manajemen ini di ruang Bougenvil di Rumah Sakit

Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2018 .

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih

kepada Dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Proposal

ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk ini diharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun kesempurnaan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya

Bandar Lampung, Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGATAR ........................................................................................................... 2

BAB I .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN............................................................................................................... 4

A. Latar belakang ......................................................................................................... 4

B. Tujuan ..................................................................................................................... 8

C. Manfaat ................................................................................................................... 8

BAB II ................................................................................................................................. 9

TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 9

A. Manajemen Keperawatan ........................................................................................ 9

B. Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................... 19

D. Manajemen Pelayanan Keperawatan..................................................................... 31

F. Kebijakan waktu kunjungan .................................................................................. 41

BAB III.............................................................................................................................. 42

ANALISIS SITUASI ........................................................................................................ 42

A. Profil Rumah Sakit Abdul Moeloek ...................................................................... 42

B. Sejarah Berdirinya dan landasan Operasional RSUD Dr. H. Abdul Moelok ........ 43

C. Visi Misi RSUD Dr. H. Abdul Moelok Provinsi Lampung .................................. 44

D. Denah Ruang Bougenvile...................................................................................... 45

E. Pengkajian Kelompok Terhadap Kegiatan Manajemen Di Ruangan .................... 45

F. ANALISIS SWOT ................................................................................................ 61

G. PLANNING OF ACTION (POA)......................................................................... 63

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks dan juga
komponen yang sangat penting dalam meningkatkan status kesehatan bagi
masyarakat.Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan salah satu fungsi
rumah sakit yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
mempertahankan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Rumah sakit sebagai
salah satu tatanan pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat harus mampu
menyediakan berbagai jenis pelayanan kesehatan yang kompleks dan berkualitas (Ilyas,
2007) didalam ruang lingkup rumah sakit terdapat menejemen keperawatan.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gilis, 2005) dalam (Rosyidi,
2013). Dalam suatu manajemen keperawatan diperlukan adanya manajer atau
kepemimpinan yang merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dan efisien bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Manajer penting agar tujuan dan
kepentingan tiap perawat di dalamnya sesuai dengan visi dan misi yang dituju (Rosyidi,
2013).

Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta


mengelola kegiatan keperawatan. Lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen
pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan (Suysnto,2009). Manajemen
pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang
keperawatan), manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan

4
manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan
sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.

Dalam rumah sakit terdapat suatu manjemen, salah satunya adalah manejemen
keperawatan. Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai
manajemen (Suarli & Bahtiar, 2009). Manajemen merupakan suatu metode yang dipakai
untuk membuat suatu sistem berjalan sesuai dengan visi dan misi yang ada (Rosyidi,
2013). Menurut Gillies (2005) dalam Rosyidi (2013), manajemen didefinisikan sebagai
suatu proses dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain. pendekatan
yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi .

Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek merupakan rumah sakit tipe A rumah sakit
ini memiliki banyak ruaang rawat inap, salah satunya ruang bougenvile. Ruang
bougenvile ini merupakan ruang penyakit syaraf. Dalam hal ini ditemukan berbagai
hambatan maupun permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan
Bougenvile RSAM Dr. H. Abdoel Moeloek dengan mengkaji secara menyeluruh faktor-
faktor yang mempengaruhinya untuk mencari jalan pemecahannya, berdasarkan hasil
observasi, serta wawancara yang sudah dilakukan ditemukan permasalahan diantaranya,
pendokumentasian asuhan keperawatan kurang tepat, hand hygiene dan yang ketiga
mengenai tata tertib yang sudah di buat, mengenai kepatuhan pengunjung

Pendokumentasian yang baik secara aspek tanggung gugat berdasarkan permenkes


No.269/Menkes/Per III/2008, dinyatakan bahwa rekam medik adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Jelas sekali dinyatakan
bahwa rekam medik berisikan berkas catatan baik catatan medic (dokter) maupun catatan
perawat dan atau catatan petugas kesehatan lain yang berkolaborasi melakukan upaya
pelayanan kesehatan dimaksud, berdasarkan hal diatas serta melihat pada tanggung jawab
atas tugas profesi dengan segala resiko tanggung gugatnya dihadapan hukum, maka
dokumentasi asuhan keperawatan memang benar diakui eksistensinya dan keabsahannya

5
serta mempunyai kedudukan yang setara dengan dokumen medik yang lain.
Pendokumentasian jugak merupakan salah satu komponen penting yang dapat
memberikan kesaksian hukum, dokumentasi keperawatan menjadi alat komunikasi dan
sumber edukasi serta sumber riset (Mentri Kesehatan Nomor 148,2010).
Pendokumentasian merupakan bukti legal pelaksanaan pelayanan di rumah sakit. Salah
satu kualitas pelayanan disuatu rumah sakit dapat dilihat dari pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti dalam proses penegakan
hokum, keperluan pendidikan dan penelitian, dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan
dan data statistic kesehatan (Depkes, 2015).

Di negara berkembang termasuk Indonesia, prevalensi penularan infeksi meningkat


hingga 40 persen. Bahkan, 50 persen bayi baru lahir yang terjangkit
infeksi nosocomial memiliki tingkat probabilitas kematian lebih tinggi hingga 12- 52
persen. Penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa infeksi nosokomial di rumah sakit
diakibatkan oleh kurangnya kepatuhan para tenaga kesehatan. Rata-rata kepatuhan tenaga
kesehatan di Indonesia dalam hal mencuci tangan hanya sekitar 20-40 persen yang
disebabkan kurangnya pengawasan, praktek pencegahan yang buruk dan tidak tepat, serta
keterbatasan informasi mengenai pengendalian infeksi di rumah sakit. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, sejumlah tindakan preventif telah dilakukan, salah satunya dengan
adanya aturan untuk membentuk komite pengendalian infeksi di setiap rumah sakit, dan
tentunya melalui program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dengan
menerapkan program hand hygiene. Berdasarkan penelitian Badan Kesehatan Dunia
(WHO), praktek hand hygiene yang sesuai dengan aturannya dapat mengurangi resiko
infeksi nosokomial hingga 40 persen.

Infeksi nosokomial atau Health Care-Associated Infections (HCAIs) merupakan


ancaman besar bagi keselamatan pasien karena dapat memperpanjang masa rawat inap
dan merupakan salah satu penyebab utama kematian. Infeksi yang menjangkit tubuh
pasien pada saat berada di rumah sakit, dan dapat berkembang menjadi infeksi yang
parah. Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan tangan dengan

6
menggunakan sabun antiseptik pada saat mencuci tangan dengan air mengalir atau
menggunakan handrub yang mengandung alkohol sesuai dengan langkah-langkah
sistematik yang ditentukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang tersebar di tangan.
Hand hygiene merupakan salah satu kunci utama dalam program pencegahan dan
pengendalian infeksi. (Tribun, 2017)

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dirumah sakit yang membuat asuhan dan
tindakan terhadap pasien lebih aman (Priyoto &Mega, 2017). Keselamatan pasien
merupakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis dan pencegahan
medical error yang sering menimbulkan kejadian tak terduga dalam pelayanan kesehatan.
Kesalahan karena identifikasi pasien sering terjadi hampir semua aspek atau tahapan
diagnosis dan pengobatan sehingga diperlukan adanya ketepatan identifikasi pasien
(Priyoto & Triwidya, 2014).

Masing-masing rumah sakit pasti memiliki aturan untuk pengunjung. Kita wajib
memahami dan mematuhinya. Rumah Sakit tertentu biasanya memiliki kebijakan sendiri
dalam hal menerima kunjungan. jumlah kunjungan, Jam kunjung ini disesuaikan dengan
waktu yang dibutuhkan pasien untuk istirahat. Jadi pengunjung wajib mematuhi aturan
ini agar pasien bisa mendapat waktu istirahat yang maksimal. Dan pastikan untuk
mengabari pasien atau penjaga sebelum datang, karena kita tidak tahu bagaimana kondisi
pasien saat kita datang. Apakah dia baru menyelesaikan beberapa pemeriksaan dan
mungkin sedang sangat lelah, atau berbagai alasan lainnya.

Aturan lain yang tidak kalah penting adalah jumlah pengunjung. Karena biasanya ada
Rumah Sakit yang membatasi jumlah keluarga yang berkunjung atau diberlakukan
giliran, agar tidak mengganggu pasien atau pasien lain di ruangan tersebut. Tidak
membawa anak-anak saat berkunjung juga menjadi salah satu aturan yang sering
diterapkan di beberapa rumah sakit Mencegah Infeksi Nosocomial (Asiyah Anggraen,
2017). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, permasalahan yang perlu kami angkat
sementara ini mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan, batasan pengunjung
serta hand haygiene dengan melakukan observasi serta menyebar kuesioner kepada
perawat dan keluarga pasien.

7
B. Tujuan
1. Tujuan Umun
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pasien diruang Bougenvile di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dan pelaksanaan identifikasi pada pasien dengan
benar
b. Melakukan observasi mengenai kepatuan perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan, handhygine serta kepatuhan
pengunjung
c. Melakukan pengkajian dan pelaksanaan tentang pendokumentasian asuhan
keperawatan
d. Menyusun alternative pemecahan masalah yang ada di ruang Bougenvile.

C. Manfaat
1. Ruangan

Perawat dapat lebih meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan,


handhygine, serta tata tertib pengunjung.
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat menyampaikan, mengusulkan, dan mengaplikasikan perubahan
terkait dengan managemen mutu pelayanan kesehatan yang berada diruang
Bougenvile
3. Pasien dan Keluarga
Dapat menambah pengetahuan, informasi dan mampu ikut serta menerapkan
tentang keselamatan pasien, hand haygene, serta mematuhi tata tertib ruamah
sakit yang berdapak pada kepuasaan pasien.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen
Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur.Dalam hal
mengatur, akan timbul masalah, problem, proses dan pertanyaan tentang apa yang
diatur, siapa yang mengatur. Manajemen merupakan proses memperoleh suatu
tindakan dari orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Aktivitas
manajerial itu dilakukan oleh para manajer sehingga dapat mendorong sumber daya
personil bekerja memanfaatkan sumber daya lainnya sehingga tujuan organisai yang
disepakati bersama dapat tercapai (Wijaya, 2016).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,
2007). Jadi bisa kita simpulkan manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi
sumber – sumber yang ada sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif.

2. Fungsi Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan memiliki beberapa fungsi dalam penerapannya.
Diantaranya adalah fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerak (actuating), pengendalian (controlling), dan penilaian (evaluating) :
a) Fungsi Penggerak Manajemen Keperawatan
Tanda manajemen keperawatan yang berhasil adalah saat mampu menggerakkan
orang – orang agar mau atau suka bekerja. Manajemen keperawatan harus mampu
menciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan
kesadaran sendiri, termotivasi secara internal.

9
b) Fungsi Pengendalian Manajemen Keperawatan
Karena tugasnya adalah mengelola maka agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana harus dilakukan pangawasan pada pelaksanaannya, apakah orang–
orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian ini juga berfungsi agar
kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki.
c) Fungsi Penilaian Manajemen Keperawatan
Fungsi ini menunjukan manajemen keperawatan sebagai media pengukuran dan
perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Manajemen pada proses keperawatan mencakup menejemen pada berbagai tahap
dalam keperawatan, yaitu :
a) Pengkajian yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan
perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan
yang dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang.
b) Diagnosis merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat
berupa rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual
terhadap masalah kesehatan actual maupun potensial.
c) Perencanaan , perencanaan keperawatan merupakan dibuat setelah perawat
mampu memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih metode
khusus dan memilih sekumpulan tindakan alternative untuk menolong pasien
mempertahankan kesejahteraan yang optimal.
d) Implementasi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan
semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien harus direncanakan untuk menunjang. Tujuan pengobatan
medis, dan memenuhi. Tujuan rencana keperawatan. Implementasi rencana
asuhan keperawatan berarti perawat mengarahkan, menolong, mengobservasi,
dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat dalam asuhan pasien
tersebut.
e) Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang dipilih
sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat
asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya

10
dapat dibuat jika Tujuan diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis, dan
dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan keluarga.

3. Manajemen Pelayanan
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah di tetapkan (Siagian, 2009)
Persyarat perencanaan : Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai,
berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku,prioritas, pelibatan aktif,
praktis, fleksibel, berkesinambungan, dan kejelasan metode evaluasi.
Dasar pertimbangan : 5W + 1H : What, Where, When, Why, Who, How.
1) Langkah-langkah dalam perencanaan :
a) Pengumpulan data
b) Analisa lingkungan (Analisa SWOT : Strength, Weakness,
Oppurtunities, Threats)
c) Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan data yang
menghambat
d) Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraikan kegiatan, prosedur,
target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode.
2) Kegiatan pada tahap perencanaan meliputi:
a) Menyusun Visi Misi Organisasi (Rumah Sakit/Ruangan)
- Visi yang dimaksudkan adalah perawat/ manajer keperawatan
harus mempunyai suatu pandangan dan pegetahuan yang luas
tentang menejemen dan proses perubahan yang terjadi saat ini dan
yang akan datang yaitu tentang penduduk, social ekonomi, politik
yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
- Misi diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapakan,
yaitu menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi
keperawatan agar terus berjalan dan berkesinambungan;

11
menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam
membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari
rumah sakit; membantu mengembangkan dan mendorong suasana
yang kondusif bagi pasien dan staf keperawatan/ non
keperawatan; mengajarkan, mengarahkan dan membantu kegiatan
profesional keperawatan; turut serta dan bekerjasama dengan
semua anggota tim kesehatan yang ada dirumah sakit.
b) Menyusun Motto Rumah Sakit/Ruangan
c) Menyusun Program Kerja Rumah Sakit/Ruangan.
d) Menyusun Standar Oprasional Prosedur Kegiatan Dalam Rumah
Sakit/Ruangan
e) Menyusun kebijakan dalam Rumah Sakit/Ruangan. Misal : kebijakan
pelatihan pendidikan keperawatan/pemberi beasiswa.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian: koordinasi beberapa aktifitas organisasi untuk mencapai
tujuan.
Kegiatan pada tahap pengorganisasian meliputi:
1) Menyusun dan mengatur Struktur Organisasi
2) Menyusun dan mengatur job disk karyawan sesuai dengan struktur
organisasi
3) Menyusun dan mengatur kelompok kerja dalam Rumah Sakit/Ruangan
4) Menyusun tuga kepala Ruangan, perawat Primer dan Perawat Asosiat
secara jelas
5) Menyusun Evaluasi kerja Karyawan dalam Rumah Sakit/Ruangan.
Jenis-jenis struktur organisasi meliputi :
1) Organisasi Lini
Dalam organisasi lini ini pendelegasian wewenang dilakukan secara
vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada
bawahanya.Pelaporan tanggungjawab dari bawahan kepada atasannya
juga dilakukan melalui garis vertikal yang terpendek.Perintah-perintah

12
hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab
kepada atasan bersangkutan.
2) Organisasi lini dan staf
Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi lini dan organisasi
fungsional.Kombinasi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan
kebaikan-kebaikanya dan meniadakan keburukan-keburukanya. Asas
kesatuan komando tetap dipertahankan dan pelimpahan wewenang
berlangsung secara vertikal dari puncak pimpinan kepada pimpinan
dibawahnya, puncak pimpinan tetap sepenuhnya berhak menetapkan
keputusan, kebijaksanaan, dan merealisasikan tujuan perusahaan.
3) Organisasi komite
Organisasi ini merupakan suatu organisasi yang masing-masing anggota
mempunyai wewenang yang sama dan pimpinanya kolektif.Organisasi
komite mengutamakan pimpinan, artinya dalam organisasi ini terdapat
pimpinan “kolektif presidium” dan komite ini bersifat manajerial.

c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi
tercapainya tujuan bersama (S. Suarli, 2012).
Tipe penggerakan:
1) Kepemimpinan (Otokratis, Paternalistis, militeristis, karismatis,
demokratis dan liberalistis);
2) Motivasi kerja ( Motivasi eksternal, Motivasi Sosial, dan Motivasi
Internal )
3) KISS (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Simplifikasi)
4) Komunikasi
Kegiatan dalam tahap penggerakan :
1) Pemberian Motivasi Kerja Oleh Pimpinan
2) Pengaturan Waktu Kerja / Manajemen Waktu
3) Pelaksanakan komunikasi efektif

13
4) Pelaksanakan manajemen konflik
5) Pelaksanaan supervisi keperawatan oleh manajer kepada bawahan.

d. Pengawasan ( Controling )
Pengawasan (controling) adalah suatu proses untuk mengetahui apakah
pelaksanaan kegiatan/pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan,
kebijakan, tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya (S.Suarli,
2012).
Controling dapat dilaksanakan melalui :
- Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan
- Pre Conference, overan,bed side teaching, post conference.
- Ronde Keperawatan
- Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant cart yang telah dibuat
- Program evaluasi dan peer review

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengawasan adalah:


- Melakukan kegiatan audit terhadap suatu kejadian atau masalah
keperawatan
- Melakukan penjaminan Mutu Asuhan Keperawatan diruangan
- Melakukan kedisiplinan tenaga yang ada ( Punisment dan reward )
- Melakukan pengawasan tentang mekanisme informasi/ hubungan kerja
antar staf
- Melakukan pengawasan tentang mekanisme pengembangan jenjang karir
perawat.

1) Penilaian kinerja
Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan bagian dari sistem
formal dalam sebuah organisasi (selain sistem formal, di dalam organisasi
juga berlaku sistem informal), dilakukan secara periodik, dan digunakan
sebagai aktifitas evaluatif (penilaian), proses dan hasil kerja seorang
pekerja atau kelompok kerja (team). Penilaian kinerja dari pekerja
didasarkan atas kompetensi-kompetensi yang dikaitkan dengan target –

14
target yang penting dari organisasi. Manfaat penilaian kinerja menurut
Jennifer M. George & Gareth R. Jones meliputi :
a) Perbaikan prestasi kerja
b) Penyesuaian kompensasi
c) Keputusan penempatan
d) Kebutuhan latihan dan pengembangan
e) Perencanaan dan pengembangan karier
f) Memperbaiki penyimpangan proses staffing
g) Mengurangi ketidak-akuratan informasi
h) Memperbaiki kesalahan desain pekerjaan
i) Kesempatan kerja yang adil
2) Pengendalian Mutu
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang
dihasilkan, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian akan
adanya rasa aman dan atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang
atau jasa yang dihasilkan tersebut. Pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelengaraannya sesuai dengan standar atau kode etik profesi
yang telah ditetapkan. (Azwar,2006).
Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat
meninggalkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai
dengan standar dan kondisi etik profesi yang telah ditetapkan . (Azrul
Azwar, 2006).
3) Metode dalam Manajemen Keperawatan
Menurut Grant dan Massey serta Marquis dan Huston, terdapat model
asuhan keperawatan professional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus
di kembangkan di masa depan, dalam menghadapi tren keperawatan.
a) Metode Fungsional

15
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan. System ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan sbagai berikut :
Kelebihan :
- Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik.
- Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat
yang belum berpengalaman.
- Sangat cocok untuk ruumah sakit yang kekurangan tenaga.
Kelemahan :
- Tidak memberikan kepuasan pada pasian maupun perawat.
- Pelayanan keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan .
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
4) Metode Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda –
beda, dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruang dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, tenaga teknis, dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu.
Kelebihan :
- Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
- Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
- Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
dan member kepuasan kepeda anggota tim.
Kelemahan : Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu karena sulit
untuk melaksanakannya pada waktu – waktu sibuk.

16
5) Metode Pengelolaan Kasus
Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan
dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selama jam dinasnya. Pasien akan dirawat oleh perawat yamg
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di
rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat.Dalam hal ini umumnya
dilaksanakan oleh perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi dan intensive care.
Kelebihan
- Perawat lebih memahami kasus per kasus
- Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah
Kekurangan
- Belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab
- Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
6) Model Kepemimpinan
Ada beberapa teori yang menggambarkan gaya-gaya kepemimpinan.
Seperti pada kmponen perilaku kepemimpinan, para pengarang
memberikan nama yang berbeda pada setiap gaya atau model
kepemimpinan, meskipun kerangka kerja dan arti dari model-model
tersebut tetaplah sama. Ada tiga model perilaku pemimpin yang baku dan
akan di bahas, yaitu : Model perilaku pemimpin Ohio State, Teori
kepemimpinan Situasional, dan Managerial Grid.

4. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


Dalam pelaksanaannya manajemen keperawatan memegang sepuluh prinsip atau
kerangka kerja yang harus dilakukan. Berikut ini sepuluh prinsip yang mendasari
manajemen keperawatan:
Pertama, manajemen keperawatan seharusnya sesuai
dengan perencanaan.Karena dengan fungsi perencanaan, pimpinan dapat

17
menurunkan resiko pengambilan keputusan, juga pemecahan masalah yang
efektif dan terencana.
Kedua, manajemen keperawatan dilakukan dalam time schedule yang efisien.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
Ketiga, manajemen keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang
tepat.Setiap situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan sesuai dengan tingkat
manajerial.
Keempat, manajer keperawatan harus selalu mengutamakan segala hal yang
menjadi kebutuhan asuh keperawatan dan keinginan pasien.Karena kepuasan
pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. Pasien yang puas
dan bahagia akan membantu proses pengobatan mereka.
Kelima, manajemen keperawatan harus terorganisir.Pengorganisiran ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Keenam, pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
Ketujuh, manajemen keperawatan juga sebagai media motivasi kerja para
perawat.Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
Kedelapan, manajemen keperawatan selalu menggunakan komunikasi yang
efektif. Dengan komunikasi yang efektif maka kesalahpahaman akan berkurang
dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
Kesembilan, manajemen keperawatan juga mengembangkan kemampuan
staf.Pengembangan staf dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat–perawat
pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
Kesepuluh, pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian

18
instruksi dan menetapkan prinsip–prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

B. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengertian
Sistem MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional) adalah suatu kerangka
kerja yang mendefinisikan keempat unsur: standart, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan kualitas produksi/jasa layanan
keperawatan (Nursalam, 2007).

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan manajemen asuhan


keperawatan
Kualitas pelayanan keperawatan Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan
a) Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen
b) Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
c) Untuk mempertahankan eksistensi institusi
d) Untuk meningkatkan kepuasan kerja
e) Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
f) Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart

3. Penghitungan tenaga kerja


a. Tingkat ketergantungan pasien
Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan
instrumen yang dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi
dengan acuan instrumen penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total,
partial, mandiri).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)
MINIMAL CARE
Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
1. Mampu naik- turun tempat tidur
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

19
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
5. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7. Status psikologis stabil
8. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
9. Operasi ringan
PARTIAL CARE
Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
1. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
8. Post operasi minor 24 jam
9. Melewati fase akut dari post operasi mayor
10. Fase awal dari penyembuhan
11. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
12. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau
NG tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus

20
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

Tabel 2.2 Penghitungan Kebutuhan Tenaga


Jumlah KLASIFIKASI PASIEN
Pasien
MINIMAL PARSIAL TOTAL
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

4. Tujuan manajemen asuhan keperawatan


a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan

5. Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)


Tabel 2.3 Jenis model asuhan keperawatan
Model Deskripsi Penanggung Jawab
Fungsional 1. Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan perawat yang
2. Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu bertugas pada
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada tindakan tertentu
3. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
[ada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1- 2 jenis
intervensi (misalnya merawat luka) keperawatan
kepeda semua pasien di bangsal

21
Kasus 1. Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi manager
keperawatan keperawatan
2. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu
3. Rasio pasien perawat= 1:1

setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani


seluruh kebutuhannya pada saait ia dinas. Pasien akan dirawat
oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien untuk satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti: isolasi, intesive care
Tim 1. Berdasarkan kelompok pada filosofi keperawatan ketua tim
2. 6- 7 perawat profesional dan perawat associate bekerja
sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim.

metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang


berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi
2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu
Primer 1. Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari
filosofi keperawatan
2. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek
asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi
pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan
3. Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan penugasan
metode kasus. Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai KRS (Keluar Rumah Sakit). Mendorong
praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Grant&Massey (1997) dan Marquis& Huston (1998).

6. Tujuan dokumentasi asuhan keperawatan Berdasarkan penjelasan Ali (2010) yaitu :

22
a) Menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam
asuhan keperawatan.
b) Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau dengan pihak lain
melalui dokumentasi keperawatan yang efektif.
c) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan.
d) Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan.
e) Tersedianya perawat dari suatu keadaan yang memerlukan penanganan secara
hukum.
f) Tersedianya data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya ilmiah, pendidikan,
dan penyusun/penyempurnaan standar asuhan keperawatan.
g) Melindungi klien dari tindakan malpraktek.

7. Manfaat Proses Keperawatan


Ada beberapa manfaat proses keperawatan menurut Ali (2009), Proses keperawatan
bermanfaat bagi klien, perawat, institusi pelayanan, dan masyarakat (lingkungan).
a) Manfaat bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, efektif, dan
efisien.Asuhan keperawatan yang diberikan telah diseleksi sesuai dengan kebutuhan
klien melalui penelusuran data, rumusan permasalahan yang matang, diagnosis
keperawatan yang tepat, rencana yang terarah, tindakan yang sesuai dengan rencana,
dan penilian yang terus-menerus.
b) Manfaat bagi Tenaga Keperawatan
Proses keperawatan akan meningkatkan kemandirian tenaga keperawatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan dan tidak bergantung pada profesi lain. Proses ini
juga memberi kepuasan yang optimal bagi tenaga keperawatan yang berhasil dalam
pelaksanaan asuhan keperawatannya.
c) Manfaat bagi Institusi
Institusi pelayanan akan merasakan manfaat, antara lain klien merasa puas, cepat
sembuh, pelayanan yang bermutu sekaligus merupakan promosi institusi tersebut.
Dengan demikian, klien meningkat dan keuntungan pun meningkat.Citra institusi
bertambah baik di mata masyarakat.

23
8. Model Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan penjelasan Ali (2009), Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi
yang legal bagi profesi keperawatan.Oleh karena itu, dokumentasi keperawatan harus
memenuhi standar yang telah ditentukan. Komisi Gabungan Akreditasi Organisasi
Pelayanan Kesehatan (JCAHO) merekomendasikan standar dokumentasi keperawatan
yang meliputi :
a) Pengkajian awal dan pengkajian ulang.
b) Diagnosis keperawatan dan kebutuhan asuhan keperawatan klien.
c) Rencana tindakan asuhan keperawatan.
d) Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan atas respon klien.
e) Hasil dari asuhan keperawatan dan kemampuan untuk tindak lanjut asuhan
keperawatan setelah klien dipulangkan.

9. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Ali (2009) mengatakan bahwa standar asuhan keperawatan adalah pedoman terperinci
yang menunjukan perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang
spesifik.Standar asuhan keperawatan harus menunjukan asuhan yang menjadi tanggung
jawab perawat dalam pemberiannya, dan bukan tingkat ideal asuhan. Standar asuhan
keperawatan mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Ali (2009) menjelaskan tentang standar asuhan keperawatan dari Departemen
Kesehatan RI dengan SK Dirjen Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tentang
pemberlakuan standar asuhan keperawatan di rumah sakit, yaitu :
a. Standar I : Pengkajian keperawatan
Tahapan pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.Data dapat diperoleh melalui
anamnesa, observasi, dan pemeriksaan penunjang dan kemudian didokumentasikan.
b. Standar II : Diagnosis Keperawatan
Tahapan ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan, adapun kriteria proses yaitu :

24
1) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah,
perumusan diagnosa keperawatan.
2) Diagosa keperawatan terdiri dari masalah (p), penyebab (E), dan tanda/gejala (S),
atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
3) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi
diagnosa keperawatan.
4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
c. Standar III : Perencanaan keperawatan
Tahapan ini perawat merencanakan suatu tindakan keperawatan agar dalam
melakukan perawatan terhadap pasien efektif dan efisien.
d. Standar IV : Implementasi
Tahapan ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
e. Standar V : Evaluasi
Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian yang akurat,
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa
praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih,
2007).

25
Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara langsung
antara perawat dan klien. Data wawancara adalah semua ungkapan klien, tenaga
kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman, dan orang
terdekat klien.
Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan
menggunakan panca-indra.Kemampuan melakukan observasi merupakan
keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan.Unsur terpenting dalam
observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi
secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan
lebih akurat dibandingkan mencatat interpretasi seseorang tentang hal tersebut.
Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna menentukan
ada/tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Cara pendekatan sistematis yang dapat digunakan perawat dalam
melakukan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung
kaki (head to toe) dan pendekatan sistem tubuh (review of system).Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni inspeksi, auskultasi, perkusi,
dan palpasi.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau
potensial.Diagnosis keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA (North
American Nursing Dianosis Association), 2012). Menurut Asmadi (2008)
komponen-komponen dalam pernyataan diagnosa keperawatan meliputi
a) Masalah (problem)
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan perubahan
status kesehatan klien.Perubahan tersebut menyebabkan timbulnya masalah.
b) Penyebab (etiology)

26
Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab dari masalah kesehatan klien yang
memberi arah bagi terapi keperawatan. Etiologi tersebut dapat terkait dngan
aspek patofisiologis, psikososial, tingkah laku, perubahan situasional gaya hidup,
usia perkembangan, juga faktor budaya dan lingkungan. Frase “berhubungan
dengan” (related to) berfungsi untuk menghubungkan masalah keperawatan
dengan pernyataan etiologi
c) Diagnosa keperawatan
1) Diagnosa keperawatan aktual, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan
masalah kesehatan yang nyata terjadi saat ini dan benar-benar faktual, sesuai
dengan data klinis yang diperoleh
2) Diagnosa keperawatan risiko, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan
masalah kesehatan yang berpeluang besar akan terjadi jika tidak dilakukan
tindakan keperawatan. Pada diagnosa ini masalah belum ada secara pasti,
namun etiologi penunjangnya sudah ada
3) Diagnosa keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang
menjelaskan tetang keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki
potensi untuk lebih meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data
maladaptif atau paparan terhadap masalah kesehatan sebelumnya.
Menurut Asmadi (2008) hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap diagnosa
keperawatan, antara lain :
1) Kesesuaian masalah dengan lingkup keperawatan
2) Kejelasan masalah
3) Keakuratan masalah dan faktor penyebab
4) Validitas masalah
5) Komponen diagnosis keperawatan (Problem, Etiology, Sign and symptom
(PES))
d) Perencanaan (Intervensi)
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien, keluarga, dan orang
terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah yang dialami klien.Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang

27
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan (Asmadi, 2008).
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan
sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang
akan melakukan tindakan keperawatan. Dalam penyusunan rencana tindakan
keperawatan perlu keterlibatan keluarga dan orang terdekat klien atau pasien untuk
memaksimalkan perencanaan tindakan keperawatan tersebut (Asmadi, 2008).Unsur
terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah membuat prioritas urutan diagnosa
keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan
intervensi keperawatan.
1) Membuat Prioritas Urutan Diagnosis Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan (tahap kedua), perawat dapat mulai
membuat urutan prioritas diagnosis.Penentuan prioritas ini dilakukan karena
tidak semua diagnosis keperawatan dapat diselesaikan dalam waktu
bersamaan.Pada tahap ini perawat dan klien bersama-sama menentukan
diagnosis keperawatan mana yang harus dipecahkan lebih dulu dan
memprioritaskannya.Penentuan prioritas dapat dibuatkan skala prioritas tertinggi
sampai prioritas terendah.Ini dilakukan dengan mengurutkan diagnosis
keperawatan yang dianggap paling mengancam kehidupan sampai diagnosis
yang tidak terlalu mengancam kehidupan.
2) Merumuskan Tujuan
Setelah menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas, perawat perlu
merumuskan tujuan untuk masing-masing diagnosis.Tujuan ditetapkan dalam
bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.Tujuan jangka panjang
dimaksudkan untuk mengatasi masalah secara umum, sedangkan tujuan jangka
pendek dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka
panjang.Rumusan tujuan ini keperawatan harus SMART, yaitu specific (rumusan
tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable (dapat dicapai,
ditetapkan bersama klien), realistic (dapat tercapai dan nyata), dan timing (harus
ada target waktu).

28
3) Merumuskan Kriteria Evaluasi
Penyusunan kriteria hasil/evaluasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.Di
ataranya, kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan, bersifat khusus, dan
konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat, didengar, dan diukur oleh orang
lain.
4) Merumuskan Intervensi Keperawatan
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus memperhatikan
beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan intervensi keperawatan. Kriteria
tersebut, antara lain:
a) Memakai kata kerja yang tepat.
b) Bersifat spesifik.
c) Dapat dimodifikasi.

Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang independen dan


intervensi keperawatan kolaboratif. Intervensi keperawatan independen adalah
intervensi keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien secara mandiri
tanpa peran aktif dari tenaga kesehatan lain. Intervensi keperawatan kolaboratif
adalah intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien dalam
bentuk kerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
d) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke
dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi,
2008).
e) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau

29
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan (Asmadi, 2008). Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan
segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).Menurut
Asmadi (2008) ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan.
1) Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika
klien menunjukan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak
ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
f) Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat dituntut untuk
dapat mendokumentasikan secara benar (Handayaningsih, 2007).Perawat
memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah dalam pemeliharaan
pencatatan/dokumentasi kegiatan serta petunjuk dalam membuat pola/format
pencatatan yang tepat.Dokumentasi yang baik harus mengikuti karakteristik standar
keperawatan (Ali, 2009).Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang
kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam
suatu situasi tertentu.Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap
kualitas dokumentasi keperawatan (Martini, 2007).
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) juga merupakan salah
satu sistem klasifikasi keperawatan yang terstandarisasi, sebagai sistem klasifikasi

30
untuk proses analisis dan penyajian akhir data pengkajian dan identifikasi masalah
pasien. Penggunaan sistem klasifikasi akan memudahkan perencanaan dan intervensi
untuk membantu pasien mengatasi masalah penyakitnya dan memperoleh kembali
status kesehatan dan aktivitasnya yang normal. Sistem klasifikasi yang juga telah
dikembangkan dalam keperawatan adalah Nursing Intervention Classification (NIC)
dan Nursing Outcome Classification (NOC) (Aprisunadi, 2011).Nursing Outcome
Classification (NOC) adalah standarisasi penggolongan kriteria hasil dari pasien
yang menyeluruh untuk mengevaluasi efek dari intervensi keperawatan.Hasil NOC
merupakan konsep netral yang merefleksikan pernyataan atau perilaku pasien
(ingatan atau memori, koping, dan istirahat) (Wilkinson, 2011).NOC merupakan
salah satu bahasa standar yang diakui oleh America Nursing Association
(ANA).Sebagai bahasa yang diakui memenuhi standar pedoman yang ditetapkan
oleh bahasa Informasi Keperawatan ANA dan Data Set Evaluasi Pusat (NIDSEC)
untuk vendor sistem informasi.NOC termasuk dalam Perpustakaan Nasional
Metathesaurus Kedokteran Ahli Bahasa Medis Bersatu dan Indeks Kumulatif untuk
Sastra Keperawatan (CINAHL) dan telah disetujui untuk digunakan oleh Kesehatan
Tingkat 7 Terminologi (HL7) (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013).

D. Manajemen Pelayanan Keperawatan


1. Pelayanan Keperawatan
Definisi mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam
Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah suatu perbuatan
di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain
sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak
berkaitan dengan fisik produk.Pengembangan Standar Pelayanan Keperawatan :
a. Standar 1
Falsafah dan tujuan Pelayanan keperawatan diorganisasi dan dikelola agar
dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Kriteria :
1) Dokumen tertulis yang memuat tujuan pelayanan keperawatan harus
mencerminkan peran rumah sakit, dan harus menjadi acuan pelayanan

31
keperawatan serta diketahui oleh semua unit lain. Dokumen ini harus
selalu tersedia untuk semua petugas pelayanan keperawatan
2) Setiap unit keperawatan dapat mengembangkan sendiri tujuan khusus
pelayanan keperawatan.
3) Dokumen ini harus disempurnakan paling sedikit setiap 3 tahun.
4) Bagan struktur organisasi harus memperlihatkan secara jelas garis
komando, tanggung jawab, kewenangan serta hubungan kerja dalam
pelayanan keperawatan dan hubungan dengan unit lain.
5) Uraian tugas tertentu yang tertulis harus diberikan kepada setiap petugas
hal hal sebagai berikut : Kualifikasi yang dibutuhkan untuk jabatan
petugas yang bersangkutan garis kewenangan, fungsi dan tanggungjawab
6) Frekuensi dan jenis penilaian kemampuan staf
7) Masa kerja dan kondisi pelayanan
b. Standar 2
Administrasi dan pengelolaan pendekatan sistematika yang digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien.
Kriteria:
1) Asuhan keperawatan mencerminkan standar praktek keperawatan yang
berlaku dan ditujukan pada pasien atau keluarganya, yang mencakup
asuhan keperawatan dasar, penugasan pasien atau keperawatan terpadu.

2) Perawat bertanggungjawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan


3) Staff keperawatan senantiasa harus menghormati hak keleluasaan
pribadi, martabat dan kerahasiaan pasien.
4) Staff keperawatan berpartisipasi pada berbagai pertemuan tentag asuhan
pasien
5) Penelitian keperawatan
6) Bila penelitian keperawatan dilakukan, hak asasi pasien harus dilindungi
sesuai dengan pedoman yang berlaku dengan menjunung tinggi etika
profesi

32
c. Standar 3
Staff dan pimpinan Pelayanan keperawatan dikelola untuk mencapai tujuan
pelayanan.Kriteria:
1) Pelayanan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat yang mempunyai
kualifikasi manager.
2) Kepala keperawatan mempunyai kewenangan atau bertanggungjawab
bagi berfungsinya pelayanan keperawatan ; sebagai anggota pimpinan
harus aktif menghadiri rapat pimpinan.
3) Apabila kepala perawatan berghalangan harus ada seorang perawat
pengganti yang cakap dapat diserahi tanggungjawab dan kewenangan.
4) Setiap perawat harus mempunyai izin praktek perawat yang masi berlaku
dan berkualifikasi professional sesuai jabatan yang didudukinya.
5) Jumlah dan jenis tenaga keperawatan disesuaikan dengan
6) kebutuhan pasien fasilitas dan peralatan
d. Standar 4
Fasilitas dan peralatan harus memadai untuk mencapai tujuan peayanan
keperawatan.Kriteria:
1) tersedianya tempat dan peralatan yang sesuai untuk melaksanakan tugas
2) Bila digunakan peralatan khusus, peralatan tersebut dijalankan oleh staf
yang telah mendapatkan pelatihan.
e. Standar 5
Kebijakan dan prosedur adanya kebijakan dan prosedur secara tertulis yang
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan prinsip praktek keperawatan
yang konsisten dengan tujuan pelayanan keperawatan. Kriteria:
1) Kepala keperawatan bertanggung jawab terhadap perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan prosedur keperawatan.
2) Staf keperawatan yang aktif terlibat dalam asuhan langsung kepada
pasien harus diikut sertakan dalam perumusan kebijakan dan prosedur
keperawatan.

33
3) Ada bukti bahwa staf keperawatan bertindak berdasarkan ketentuan
hukum yang mengatur standar pratek keperawatan dan berpedoman
pada etika profesi yang berlaku.
4) Ada kebijakan mengenai ruang lingkup dan batasan tanggung jawab
serta kegiatan staf keperawatan Pengertian: Sebagai contoh kebijakan
ialah penyuntikan/ pengobatan pada terapi intravena, pemberian darah
dan produk darah, menerima pesan melalui telepon, pemberian
informasi kepada mass media dan polisi, pencatatan dan pelaporan,
pelaksanaan prosedur kerja.
5) Tersedianya pedoman praktek keperawatan yang meliputi:
6) Prinsip-prinsip yang mendasari prosedur
7) Garis besar prosedur
8) Kemungkinan perawat menyesuaikan prosedur terhadap kebutuhan
pasien
f. Standar 6
Pengembangan staf dan program pendidikan harus ada program
pengembangan dan pendidikan berkesinambungan agar setiap keperawatan
dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya. Kriteria:
1) Program pengembangan staff dikoordinasi oleh seorang perawat terdaftar
2) Tujuan program orientasi dan pelatihan harus mengacu pada efektifitas
program pelayanan.
3) Tersedianya program orientasi bagi semua staf keperawatan yang baru
dan bagi perawat yangbaru ditempatkan pada bidang khusus
4) Informasi tentang hubungan antara pelayana keperawatan dengan rumah
sakit
5) Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja dirumah sakit dan
pelayanan keperawatan
6) Penjelasan mengenai metode penugasan asuhan keperawatan dan standar
praktek keperawatan.
7) Prosedur penilaian terhadap staff keperawatan

34
8) Penjelasan mengenai tugas dan fungsi khusus, garis kewenangan, dan
ruang lingkup tanggung jawab
9) Cara untuk mendapatkan bahan – sumber yang tepat
10) Identifikasi kebutuhan belajar bagi tiap individu
11) Petunjuk mengenai prosedang harus diikutiur pengamananya
12) Pelatihan mengenai tekhnik pertolongan hidup dasar (basic life support).
g. Standar 7
Evaluasi dan pengendalian mutu Pelayanan keperawatan menjamin adanya
asuhan keperawatan yang mutu tinggi dengan terus menerus melibatkan diri
dalam program pengendalian mutu dirumah sakit. Kriteria:
1) Adanya rencana tertulis untuk melaksanakan program pengendalian mutu
keperawatan.
2) Program pengendalian mutu keperawatan
3) Pelayanan keperawatan terhadap standar yang telah ditetapkan.
4) Proses dan hasil pelayanan keperawatan.
5) Tersedianya pendayagunaan sumber daya dari rumah sakit.

E. Pengertian handhygiene
1. Hand Hygiene/Mencuci Tangan
Mencuci tanganadalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan
tujuan untuk menjadi bersih. Namun, mereka tidak menyadari bahwa tangan
merupakan inang dari bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit menular.
Berikut alasan kenapa harus cuci tangan, yaitu :
a. Kumantidak bisa dilihat
Sifat dari bakteri, kuman, dan virus memang microscopic. Itu artinya
mikroorganisme tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, perlu alat tersendiri
untuk memastikannya. Meski demikian, bukan berarti mereka tidak ada.Justru
mikroorganisme ini tersebar di mana-mana. Bisa juga dari berbagai aktivitas yang
dilakukan. Entah itu dengan bersin, batuk, atau terlibat kontak dengan hewan.

35
Untuk itu penting untuk selalu cuci tangan setelah beraktivitas, karena kuman
tersebar di mana-mana meskipun tidak melihatnya.
b. Kuman menjadi sumber penyakit
Proses berpindahnya kuman bisa berlangsung dengan cepat, baik dari orang ke
orang lainnya atau memang dari benda yang sudah terkontaminasi. Jika sudah
masuk ke bagian dalam tubuh, ada kemungkinan mereka akan mengganggu
sistem imun atau kekebalan tubuh.

c. Mencegah penyebaran kuman


Salah-satu cara efektif untuk tetap sehat yaitu dengan mencuci tangan secara baik
dan benar.Jika teknik cuci tangan sudah sesuai, Anda bisa membersihkan kuman
dan menghalanginya untuk semakin tersebar. Berbagai jenis bakteri yang
‘terhalangi’ jalannya bisa berupa MRSA yang menyebabkan infeksi, clostridium
difficile yang menyebabkan diare, ecoli yang menyebabkan infeksi saluran
kencing, atau salmonela yang menimbulkan gejala sakit perut atau mual.

Tangan yang tidak bersih dapat menjadi jalan masuknya penyakit ke dalam tubuh.
Cuci tangan dengan benar dapat melindungi diri dari beberapa penyakit menular
seperti, flu, diare, hingga hepatitis A, danmeningitis. Berikut adalah langkah
mudah mencuci tangan dengan sabun yang perlu Anda ketahui, yaitu:
1. Buka keran air dan basahi kedua tangan Anda.
2. Gunakan sabun secukupnya dan oleskan ke kedua tangan Anda hingga
menutupi seluruh permukaan tangan.
3. Gosokkan kedua telapak tangan Anda secara bergantian.
4. Jangan lupa untuk menggosok area di antara jari-jari tangan dan juga punggung
tangan Anda hingga bersih.
5. Bersihkan pula ujung jari Anda secara bergantian dengan mengatupkannya.
6. Bersihkan kedua ibu jari tangan secara bergantian dengan menggenggam dan
memutar ibu jari secara bergantian.
7. Lalu, letakkan ujung jari-jari Anda ke telapak tangan, kemudian gosok
perlahan. Lakukan secara bergantian dengan tangan lainnya.
8. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir.

36
9. Segera keringkan kedua tangan Anda menggunakan handuk atau tisu kering
yang bersih.
10. Gunakan handuk atau tisu tersebut untuk menutup keran air. Dan selesailah
langkah mudah mencuci tangan dengan sabun yang bisa Anda lakukan di mana
pun.

1. Teori Infeksi
a. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh
pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter, 2005).Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3x24 jam sejak
mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003). Infeksi nosokomial diakibatkan
oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah
sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena
mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang
mungkin resisten terhadap antibiotik (Perry & Potter, 2005).

Kriteria infeksi nosokomial (Depkes RI, 2003), antara lain:


a. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang
dalam masa inkubasi infeksi tersebut.8
b. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien mulai
dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari waktu
inkubasi infeksi tersebut.
d. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat persalinan
atau selama dirawat di rumah sakit.Bila dirawat di rumah sakit sudah ada
tanda-tanda infeksi dan terbukti
e. infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada
waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu pasien
dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, menggunakan obat
imunosupresan dan/atau steroid, imunitas turun misal pada pasien yang

37
menderita luka bakar atau pasien yang mendapatkan tindakan invasif,
pemasangan infus yang lama, atau pemasangan kateter urin yang lama dan
infeksi nosokomial pada luka operasi (Depkes RI, 2001). Infeksi nosokomial
dapat mengenai setiap organ tubuh, tetapi yang paling banyak adalah infeksi
nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, dan infeksi
aliran darah primer atau phlebitis (Depkes RI, 2003).

b. Penularan Infeksi Nosokomial


Cara penularan infeksi nosokomial antara lain :
 Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung, kontak tidaklangsung
dan Droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksiberhubungan langsung
dengan penjamu, misalnya person to personpada penularan infeksi hepatitis A
virus secara fekal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena
benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya
kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme (Uliyah dkk, 2006; Yohanes,
2010).
 Penularan melalui common vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis
common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan,
cairan antiseptik, dan sebagainya (Uliyah dkk, 2006;Yohanes, 2010).
 Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui
saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit
yang terlepas akan membentuk debu yang 10dapat menyebar jauh
(Staphylococcus) dan tuberkulosis (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
 Penularan dengan perantara vektor

38
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganime yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan
salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk
kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya parasit
malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya
Yersenia pestis pada ginjal (flea) (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).

c. Pengendalian Infeksi Nosokomial


Pengendalian infeksi nosokomial bertujuan untuk menekan dan memindahkan
perkembangan infeksi pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit
ataupun mengurangi angka infeksi yang terjadi di rumah sakit. Sebagian infeksi
nosokomial ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia secara relatif
murah, yaitu:
a. Menaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutamakebersihan dan
kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan
b. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk
dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti
dengan sterilisasi atau desinfektan tingkat tinggi
c. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi
lainnya sebagaimana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan
paparanpada agen penyebabinfeksi sering terjadi(Linda Tietjen, 2004).
d. Peggunaan antiseptik
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup. Antiseptik adalah substansi kimia yang
digunakan pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan menghalangi atau merusakkannya. Beberapa
antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada
pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut.
Antibakterial adalah antiseptik hanya dapat dipakai melawan bakteri (Block,
2001; Staf Pengajar, 2008).

39
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan antiseptik yang digunakan untuk
menghambat atau membunuh mikroorganisme adalah :
1) Jenis organisme yang digunakan
2) Jumlah mikroorganisme yang digunakan
3) Umur dan sejarah dari mikroorganisme
4) Jaringan atau unsur-unsur yang ada dalam mikrorganisme
5) Jenis racun dari zat kimia (jika diambil secara internal)

d. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


Pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah
sakit. Salah satu program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) adalah
kegiatan surveilans, disamping adanya kegiatan lain seperti pendidikan dan
latihan,kewaspadaan isolasi serta Kegiatan surveilans infeksi difasilitas pelayanan
kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang penting dan luas dalam program
pengendalian infeksi dan suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan dari program PPI.
Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
(community acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (hospital
acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial.
Karena sering kali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang
istilah infeksi nosocomial (hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru
yaitu “Healthcare Associated Infection” (HAI’s) dengan pengertian yang lebih luas
tidak hanya dirumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga
tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan
yang didapat pada saat melakukan tindakkan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi
yang terjadi atau didapat di rumah sakit selanjutnya disebut Infeksi Rumah Sakit
(IRS).

40
F. Kebijakan waktu kunjungan
Kebijakan dengan kunjungan terbuka merupakan waktu kunjungan dengan tidak adanya
batasan dalam mengunjungi baik batasan waktu maupun batasan orang yang
berkunjung.Kehadiran teman dan keluarga disamping tempat tidur pasien cenderung
untuk meyakinkan dan menenangkan pasien.Sebuah penelitian oleh Fumagalli (2006),
menyebutkan meskipun lebih besar lingkungan terkontaminasi mikroba, kebebasan
waktu berkunjung meningkatkan komplikasi septik dan kebebasan waktu kunjung juga
dikaitkan dengan penurunan komplikasi infeksi nosokopmial.Penelitian ini juga
menjelaskan bahwa keterbukaan waktu kunjung meningkatkan kepuasan keluarga terkait
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakiteraturan tersebut mengevolusi dari praktek di
Eropa dengan meningkatkan eksebilitas bagi keluarga.

Kebijakan tentang kunjungan rumah sakit bertujuan untuk memaksimalkan perawatan


pada pasien yang kondisinya kritis (Ramnath 2007). Kebijakan waktu berkunjung
meliputi 2 jenis yaitu kebijakan waktu kunjung terbuka dan kebijakan waktu berkunjung
tertutup. Kedua jenis kebijakan waktu kunjung tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari waktu kunjung terbuka adalah dengan keberadaan keluarga
disamping pasien dapat memberikan penguatan positif kepada pasien yang sakit kritis
dan dengan kebebasan waktu berkunjung keluarga dapat berkunjung sesuai dengan
kebutuhan bukan karena keterbatasan waktu. Namun kebebasan waktu berkunjung tidak
menutup kemungkinan untuk terjadi peningkatan resiko infeksi yang berasal dari
keluarga, dapat meningkatkan stres bagi keluarga dan pasien, dan kemungkinan terjadi
pelanggaran privasi. Sedangkan untuk kebijakan waktu kunjung tertutup yaitu dengan
pembatasan waktu beralasan karena keunikan dan situasi dari setiap individu sehingga
harus dikelola secara individual dan menjaga kerahasiaan setiap pasien. Alasan lain yaitu
perawat beranggapan bahwa keterlibatan emosional dari keluarga dapat meningkatkan
stres dan strain. Tetapi dengan kebijakan waktu kunjung tertutup tidak dapat melibatkan
keluarga dalam proses perawatan padahal keberhasilan perawatan dirumah sakit akan
menjadi sia-sia apabila tidak didukung oleh peran serta dukungan keluarga.

41
BAB III
ANALISIS SITUASI

A. Profil Rumah Sakit Abdul Moeloek


Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) Provinsi Lampung
merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Lampung. Izin Penetapan kelas ini
diperoleh dari Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan berdasarkan
nomor : HK. 02.02/ I/1875/2019 tentang Izin Operasional Rumah Sakit Umum Daerah
Dr H Abdul Moeloek Lampung Sebagai Rumah Sakit Umum Kelas A Pendidikan.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) memberikan
pelayanan kepada seluruh masyarakat umum dari berbagai tingkat lapisan masyarakat.
Rumah Sakit ini juga memiliki Ruang Perawatan Penyakit Secara Spesifik seperti
Ruang Penyakit Syaraf, Penyakit Dalam, penyakit Bedah, Ruang Perawatan Anak,
Ruang Ibu Bersalin, Ruang Perawatan Bayi dan lain-lain. di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung ruang syaraf adalah “Bougenvile”.

Ruang Penyakit Syaraf “Bougenvile” memiliki komitmen untuk menyelenggarakan


pelayanan kepada penyakit syaraf yang bermutu. Adapun pelayanan yang diberikan
pada penyakit syaraf adalah dengan menggunakan pendekatan Family Centred Cared
dan Caring, pemberian pelayanan yang khusus dan intensif dengan keterampilan ytang
khusus pula. Perilaku Caring yang efektif akan meningkatkan kesehatan sekaligus
mengembangkan potensi.

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung sudah berubah dari Unit Swadana
Daerah menjadi PPK-BLUD. Namun pada kenyataannya kondisi yang ada saat ini
masih belum kondusif untuk mencapai tujuan dari perubahan sebagaimana layaknya
rumah sakit yang menerapkan PPK- BLUD. Hal ini dikarenakan masing-masing bagian
belum bisa menselaraskan makna dari visi dan misi rumah sakit dalam melaksanakan
setiap langkah kegiatan.

42
Meskipun demikian, setiap kegiatan manajemen dan pelayanan harus tetap dijalankan
untuk menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Penerapan strategi yang tepat
dapat menjadi kunci faktor kesuksesan melalui kesinambungan kinerja seluruh sistem
seluruh sistem tanpa saling mencurigai dan saling mendukung dengan semangat
kebersamaan yang tinggi. Pola yang harus dibangun adalah bekerja secara professional
di bidangnya masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan
kesehatan yang prima.

B. Sejarah Berdirinya dan landasan Operasional RSUD Dr. H. Abdul Moelok

RSUD Dr. H. Abdul Moelok didirikan tahun 1914 sebagai Rumah Sakit Perkebunan
Pemerintah Hindia Belanda untuk merawat buruh perkebunannya. Pada awal
berdirinya, rumah sakit ini berkapasitas 652 tempat tidur. Kepemilikan rumah sakit ini
terus berubah sejalan dengan perubahan pemerintahan, sejak tahun 1942 sampai
sekarang pengelolanya adalah :

1. Tahun 1942 s.d 1945 sebagai rumah sakit tempat merawat tentara Jepang
2. Tahun 1945 s.d 1950 sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Pusat RI.
3. Tahun 1950 s.d 1964 sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Daerah Sumatera
Selatan.
4. Tahun 1964 s.d 1965 sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Kodya Tanjungkarang
5. Tahun 1965 s.d sekarang sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Provinsi Lampung.
Sejak tahun 1984 berdasarkan SK. Gubernur Provinsi Lampung No.G/180/B/HK/1984,
tanggal 7 Agustus 1984 nama rumah sakit ini berganti menjadi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, kemudian berdasarkan Perda. Provinsi Lampung No. 8
tahun 1985 tanggal 27 Februari 1995, diubah menjadi RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Daerah Tingkat I Lampung yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri
dengan SK Nomor : 139 tahun 1995 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi
Lampung Nomor : 173 tahun 1995, tanggal 28 November 1995.

Sejak berdiri sampai sekarang rumah sakit ini telah mengalami tujuh belas kali
pergantian direktur, mulai dari Dr. Dam Stoh sebagai direktur pertama pada tahun 1929
sampai dengan sekarang direktur ke-17 Dr. Rellyani, M.Kes. Sedangkan nama Abdul
Moeloek diabadikan sebagai nama rumah sakit dengan berbagai pertimbangan, salah

43
satunya karena dia adalah direktur ke-5 rumah sakit ini sekaligus sebagai direktur
dengan masa kepemimpinan paling panjang yaitu tahun 1942 s.d tahun 1957.

Melalui Perda Provinsi Lampung Nomor : 12 tahun 2000, tanggal 8 Juni 2000 RSUD.
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung ditetapkan sebagai Unit Swadana Daerah,
setelah mendapat persetujuan DPRD Provinsi Lampung melalui surat persetujuan No.:
13 tahun 2000 tanggal 8 Juni 2000, sedangkan pelaksanaannya sebagai Unit swadana
Daerah diatur dengan SK Gubernur Provinsi Lampung Nomor : 25 tahun 2000 tanggal
25 Juli 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Perda Provinsi Lampung No. 12
tahun 2000.

Dalam Upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, efesien dan
optimal dengan melihat kondisi yang ada, maka melalui SKDirektur RSUD Dr. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung No. SK Direktur Utama tentang Penetapan
Kapasitas Tempat Tidur No. 180/II. H/ VII.02/5.2/XI/2017, telah ditetapkan relokasi
Tempat Tidur menjadi 652 Tempat Tidur.

C. Visi Misi RSUD Dr. H. Abdul Moelok Provinsi Lampung


A. Visi
“Rumah Sakit unggul dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan di
Sumatera”.
B. Misi
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional dengan
mengutakan keselamatan pasien.
Menyelenggarakan proses pendidikan dan penelitian yang mengarah pada
pengembangan ilmu dan teknologi dibidang kedokteran dan perumahsakitan yang
menunjang kesehatan prima berdasar standar dan internasional.
C. Moto
“ ASRI (Aktif, Segera, Ramah dan Inovatif)”.

44
D. Denah Ruang Bougenvile

Gambar 3.1 Denah Bougenvile

Kamar mndi pria wc dapur gudang


Wanita

Ruang lab
Aula koas I R.Ka SMF
Gudang alkes ruang koor R.KARU

Aula koas II Ruang C pria Gudang

Ruang D Pria Gudang

Ruang kelas III pria ruang kelas III wanita

Ruang dokter

Tempt
obat nurse apotik
stasion
Ruang E wanita
Ruko koas

Ruang F wanita

E. Pengkajian Kelompok Terhadap Kegiatan Manajemen Di Ruangan

Manajemen Pelayanan
1. Planning
a. Visi Ruangan

45
Menjadi unit peelayan kesehatan yang mampu mberikan pelayanan kesehatan
holistic, berkualitas dalam bidang penyakit syaraf untuk menurunkan angka
kematian, kecacatan, dan memperpendek hari rawat.
b. Misi Ruangan :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualiltas dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat
2. Mengikuti perkembanngan ilmu dan tekhnologi
c. Motto Ruangan
Cekatan
Bersih
Simpatik
Terampil
d. Program Kerja
Terdapat program kerja dalam ruangan.
1) Program kerja dinas pagi
a) Mengisi daftar hadir
b) Membaca laporan sore dan malam
c) Menertibkan dan membatasi penunggu pasien
d) Visite keperawatan
e) Menyiapkan obat injeksi
f) Melaksanakan kerja keperawatan
g) Mengkaji ulang pada pasien yang dalam perhatian sebagai bahan acuan
h) Memberikan makan pasien dan minum obat
i) Menyiapkan obat-obatan dan alat kesehatan untuk dioverkan ke dinas
sore
j) Timbang terima dengan dinas sore

2) Program kerja dinas sore


a) Mengisi daftar hadir
b) Timbang terima dengan dinas pagi
c) Mengerjakan keperawatan : lanjutan

46
d) Menerima konsultasi keluarga pasien dengan petugas
e) Memberikan makan pasien sesuai dengan dietnya
f) Menertibkan pengunjung pasien
g) Istirahat petugas
h) Mengkaji ulang pada list pasien untuk persiapan membuat laporan sore
terutama bagi pasien yang dalam perhatian
i) Membuat laporan sore
j) Timbang terima dengan yang dines malam.

3) Program kerja dinas malam


a) Mengisi daftar hadir
b) Timbang terima dengan dinas sore
c) Menertibkan penunggu pasien ( pintu bangsal di tutup )
d) Melaksanakan injeksi berkala
e) Menulis rencana kerja perawatan dan pengobatan
f) Melaksanakan perawatan lanjutan
g) Istirahat petugas
h) Merekap kerja perawatan pada MR 58
i) Memberikan makan pasien sesuai dietnya
j) Menyiapkan alat kesehatan dan obat-obatan untuk di timbang terima
dengan petugas dinas pagi
k) Timbang terima dengan dinas pagi berserta kepala ruangan dan Wa Ka
Ru.
e. Standar Operasional Prosedur/SAK
Terdapat standar operasional prosedur kegiatan dalam ruangan bougenvil
tetapi tidak bisa terlampir. Sop dan SAK sudah sesuai dengan kegiatan
pelayanan ruang bougenvil.
f. Kebijakan
Kebijakan dalam ruangan bougenvil adalah kebijakan pelatihan pendidikan
keperawatan atau pemberian beasiswa untuk sekolah SPK melanjutkan D3,
dari D3 melanjutkan ke S1.

47
2. Pengorganisasian
a. Struktur Organisasi
Direktur UtamaR. Koor
Dr. Hery Djoko Subandiro

Direktur Pelayanan
Dr. Pad Dirlangga, Sp.PR.koas

Ka. Bid. Keperawatan Ka. Bid. Keperawatan


Eli Hartati, S.Kep.,MM Dr. Surya Puspa Dewi

Ka. IRNA IIIB


Dr. Achmad Taruna, Sp.PD-KGH.,

Supervisor Kepala Ruangan


Ns. Sri Sukati., S.kep Hardiyanto, SKM

Koordinator
Endah Tri Rahayu, S.Kep

Ka. Tim Kiri Ka. Tim Kanan


Ns. Margaretha, S.Kep Ns.Yuli Sandra, S.Kep
dhjdhggdddd djnhhjdgdssss
1. Bina Riani, S.Kep 1. Bejo Sumarwoto, Amd.kep
2. Iis Yulisdawati, Amd. Kep 2. Wulan Febriani, Amd.kep
3. sri Yuliani, S..kep 3. Juhanda Dwi Saputra, S.Kep
4. Riski ayu, Amd.Kep 4. Ns. Luli Nia Fajrin, S.Kep
5. Rini Ainul Fitri, Amd.Keb 5. Ns. Rahma Metalia, S.Kep
6. Anjarwani Sekar L, Amd.keb 6. Rindi Antika, S.TrKeb

Pekarya
1. Noventari 4. Sri Partini
2. Gunadi 5. Setia .N.
3. Fijar Edlind

48
Uraian Kerja / Job Disk karyawan

1) Direktur Rumah Sakit : bertanggung jawab langsung pada pemilik rumah


sakit (direktur PT/pemerintah)
2) Wakil direktur Rumah Sakit : bertanggung jawab langsung bersama
direktur pada pemilik rumah sakit (direktur PT/pemerintah)
3) Ka. Bag. Pelayanan medis dan keperawatan : bertanggung jawab kepada
kepala bagian medik sesuai ketentuan dan prosedur (SOP) sesuai yang
ditetapkan.
4) Ka. Bag. Administrasi dan Keuangan : bertanggung jawab terhadap
direktur, memiliki wewenang untuk mengatur dan mendelegasikan
system pada koordinator
5) Supervisor : planing (perencanaan kegiatan), organizing (mampu
mengorganizing kegiataan), staffing (memastikan job desc sesuai dengan
yang diberikan), directing (memberikan arahan agar tugas berjalan
lancar), Controling (melakukan kontrol terhadap kegiatan).
6) Kepala Ruangan : mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
7) Koordinator : bertanggung jawab terhadap kepuasan pasien dengan
menigkatkan kualitas sumber daya manusia
8) Tim Kanan & kiri : ketua tim diberi wewenang, tanggung jawab dan
mengelola kegiatan pelayanan perawatan di suatu metode tim diwilayah
tanggung jawabnya.
9) Pekarya : memelihara, menyiapkan larutan desinfektan, mencuci alat-
alat, mensterilkan, membersihkan ruangan, langit-langit, ventilasi
dinding, merapihkan dan membersihkan tempat tidur.
a. Pembentukan Kelompok Kerja
Kelompok kerja yang digunakan dalam ruangan bougenvil adalah metode
tim, yaitu tim kanan (perempuan) dan kiri (laki-laki). Masing-masing tim
diketuai oleh perawat primer.
b. Rincian tugas Kepala Ruangan, Perawat Primer dan Perawat Asosiat :
Rincian tugas kepala ruangan :

49
1) Tugas pokok kepala ruangan mengawasi dan mengendalikan kegiatan
pelayanan keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah tanggung
jawabnya.
2) Uraian tugas kepala ruangan yaitu : melaksanakan fungsi perencanaan,
melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, melaksanakan
fungsi pengawasan pengendalian dan penilaian.
Rincian tugas perawat primer:
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama prakek bila diperlukan
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
6) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat
7) Membuat jadwal perjanjian klinik
8) Mengikuti timbang terima
9) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas

Rincian tugas perawat asosiat:


1) Tugas pokok perawat asosiet yaitu melakukan perawatan secara langsung
2) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental dan spiritual klien
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan secara diagnostik
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuan
6) Memberi pertolongan segera pada klien gawat
7) Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan ruangan secara
administratif
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan

50
9) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis
10) Mengikuti timbang terima
c. Uraian Evaluasi Kerja Karyawan (Penilaian Kinerja)
Evaluasi kerja karyawan dalam rumah sakit / ruangan adalah evaluasi dengan
metode supervisi dan pengawasan dalam tindakan

3. Ketenagaan

a. Karakteristik Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan

Berdasarkan tabel 2.1 di bawah, sebagian besar (50%) ketenagakerjaan di ruang


Bougenvile adalah keperawatan.

Tabel 2.1 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan Di


Ruang bougenvile Tahun 2019
No Spesifikasi pekerjaan Jumlah Persen
1 Perawat 12 50%
2 Dokter 4 17%
3 Bidan 3 12%
4 Pekarya 5 21 %
Jumlah 24 100%

b. Karakteristik Ketenagaan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 2.2 didapatkan data sebagian besar 38% ketenagaan di ruang
bougenvile berpendidikan Diploma III.

Tabel 2.2 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di


Ruang Bougenvile Tahun 2019
No Pendidikan Jumlah Persen
1 SI Kep + Ners 4 25%
2 SI Kep 1 6%

51
3 DIII Kep 6 38%
4 DIII KEB 2 13%
5 DIV KEB 1 6%
6 SPK 1 6%
7 S1 Kesehatan Masyarakat 1 6%
Jumlah 16 100%

c. Karakteristik Tenaga Keperawatan Berdasarkan Status

Berdasarkan tabel 2.3 didapatkan data sebagian besar 44% ketenagaan di ruang
Bougenvile berstatus PNS.

Tabel 2.3 Distribusi Ketenagaan Berdarakan Status Di Ruang


Bougenvile Tahun 2019
No Status Jumlah Persen
1 PNS 7 44%
2 Honor 3 19%
3 TKS 6 37%
JUMLAH 16 100%

d. Pelatihan yang diikuti


No Nama Pendidikan Pelatihan

1 Hardianto, S.KM S1.KM BTCLS

(penata TK.1/III D)

2 Ns. Endah Tri R,S.Kep (penata/ III C) S1.Kep+ Ners Perawatan luka

3 Ns.Margareta,S.Kep (pembina/IV A) S1.Kep+Ners PPGD

4 Bina Riani,S.Kep (Pengatur/IIC) S1.Kep Perawatan luka

5. Iis yulisdawati,Amd.Kep (Honor) D3.Kep Perawatan luka

6 Sri yuliani,S.Kep (Honor) S1.Kep

52
7 Riski Ayu, Amd.Kep (TKS) D3.Kep BTCLS

8 Anjar wani S L,Amd,Keb (TKS) Amd.Keb APN

9 Rindi Antika,S.Tr,Keb (Honor ) D4.Keb

10 Ns. Yuli Sandra,S.Kep (Penata muda S1.Kep + Ners CI, BTCLS


TK I/IIIB)

11 Bejo S,Amd.Kep ( Penata muda/ Amd, Kep


IIIA)

12 Wulan Febriani,Amd.Kep (TKS) D3.Kep

13 Juhanda Dwi S, S.Kep (TKS) S1.Kep BTCLS

14 Ns. Lulik Nia F, S.Kep (TKS) S1.kep+ Ners PPGD

15 Rini Ainul Fitri, Amd.Keb (TKS) D3.Keb

16 Ns. Rahma Metalia, S.Kep (Penata S1.Kep+ Ners


Muda/ IIIA)

Keterangan:

1. S. Kep+ Ners : 4
2. S1.Keperawatan :1
3. S1.Kesehatan Masyarakat :1
4. D3.Keperawatan :6
5. D3.Kebidanan :2
6. SPK :1
7. D4.Kebidanan :1

e. Jumlah perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien


Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang bougenvile berdasarkan Rumus Gillies
adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata -rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun

53
Σ jam kerja / tahun
1. Waktu perawatan langsung
No Katagori Rata-Rata Rata-Rata Jam Jumlah Jam
Pasien/Hari Perawatan/Har Perawatan/Ha
i ri
1. Self care 5 2 10
2. Parsial 12 3 36
care
3. Total 4 4 16
care
Jumlah 21 62

2. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit X 21 = 13,3 jam


3. Waktu Penyuluhan : 15 menit X 21 = 5,25jam
4. Jumlah jam perawatan perhari = 62 + 13,3 + 5,25 = 80,5 orang
 Jumlah kebutuhan tenaga perawat
80,5 X 365 = 29382,5 = 14,6
365-(52+12+14) X 7 2009
 Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain ditambah 25% = 3,65
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : = 14,6 + 3,65 + 3 (Karu
+ 2 Katim) =21,25 = 21 orang
 Berdasarkan perhitungan di atas, maka Ruang Baugenvile masih
kekurangan tenaga keperawatan sebanyak 10 orang

e. Jumlah perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien


1) Distribusi ketenagaan
a) Distribusi tenaga medis diatur oleh kepala SMF bedah dan sudah
terjadwal
b) Distribusi tenaga keperawatan apabila ada kekurangan tenaga
berkoordinasi dengan supervisor dan Kasie ketenagaan keperawatan
untuk penambahan tenaga perawat.

54
c) Distribusi tenaga non medis apabila ada kekurangan tenaga berkoordinasi
dengan supervisor dan kepala Tata Usaha untuk penambahantenaga non
medis.

f. Pengaturan Jaga

1) Jadwal dinas dibuat setiap bulan


2) Jadwal dinas dibuat oleh kepala ruangan
3) Jadwal jaga dokter diatur oleh SMF
4) Cuti tahunan diberikan secara bergantian dan dianjurkan 1 bulan
sebelumnya.

4. Material
Fasilitas Untuk Pasien
No. Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Bed pasien 31 layak
2. Kursi plastik pasien 11 Layak
3. Troly ekg 1 Layak
4. Tiang infus 36 Layak
5 Skerem 6 Layak
6 kursi roda 1 rusak

Alat Kesehatan Yang Ada Di Ruangan


No. Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Troly makan 1 Layak
2. Troly laken 1 Layak
troli 02 1 layak
3. Lemari kayu 1 pintu 1 Layak
4. Lemari besi pasien 29 Layak
5 lemari kayu 3 layak
5. Troly injeksi 1 Layak
6. Troly obat 2 Layak

55
7. Troly EKG 1 Layak
8. Alat suction 1 Layak
9. Kom tertutup 2 Layak
10. Korentang 1 Layak
11. Bengkok 10 Layak
12. Tensi 4 Layak
13. Stetoskop 6 Layak
14. Thermometer 2 Layak
15. Tabung oksigen 27 Layak
16. Meteran oksigen 17 Layak
17. Nebulizer 1 Layak
18. Kursi roda 1 Layak
19. Nampan 4 Layak
20. Gunting perban 1 Layak
21. Torniquet 2 Layak
22. Klem 2 Layak
23. Ambu bag 2 Layak
24. Bak istrumen besar 2 Layak
25. Bak istrumen kecil 1 Layak

Fasilitas alat

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1. Laken 69 Baik
2. Kulkas 3 Baik
3. Kasur 36 Baik
4. Lemari 6 Baik
5. Bantal 24 Baik
6. Gelang tangan Sesuai kebutuhan pasien Baik
7. Sarung bantal 24 Baik

56
8. Selimut lurik 23 Baik
9. Washlap 14 Baik

Consumable (Obat-Obatan Dan Bahan Habis Pakai)


Ruangan baugenvile mempunyai kotak obat atau tempat obat masing-masing pasien
dan diberi nama identitas pasien dan MR. bahan habis pakai dibuang di kotak
sampah, kontak sampah dibagi menjadi 3 yaitu infeksius, non infeksius dan safety
box.

5. Metode
a. Penerapan MPKP
Ruang Bougenvile melaksanakan MPKP dengan metode tim, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Dalam daftar dinas ruang Bougenvile terbagi menjadi 2 tim. Tim 1 terdiri
dari katim 1 dan anggota tim 6 orang, dan tim 2 terdiri dari katim 1 orang dan
anggota tim 6 orang.
2) Operan sift dan pengaturan sift tiap hari terbagi menjadi 3 shift yaitu shift
pagi dari jam 08.00 WIB – 14.00 WIB, shift siang dari jam 14.00 WIB -
21.00 WIB, dan malam dari jam 21.00 WIB – 08.00 WIB.
3) Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode tim sudah optimal.

b. Discharge Planning
Pasien menyatakan bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah pasien
diperbolehkan pulang.

c. Dokumentasi keperawatan
Dari hasil observasi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan ruang
Bougenvile pada standar 1 kurang optimal, dalam hal ini ditemukan dari 10
rekam medis didapatkan 20% tidak terdapat tanggal masuk ruang bougenvile
20% tidak terdapat jam masuk, 30% tidak terdapat jam dilakukan anamnesa dan
10% tidak terdapat pemfis.. Pada standar 2 penegakkan suatu masalah

57
seharusnya bisa muncul 3 diagnosa untuk satu diagnosa aktual, satu diagnosa
potensial, dan satu diagnosa resiko. Tetapi didalam ruang Bougenvile dari hasil
obesrvasi yang telah kelompok lakukan didapatkan hanya 1 diagnosa yang
ditegakkan, Pada standar 3 intervensi keperawatan sudah optimal dalam standar
asuhan keperawatan.
Pada standar 4 dalam implementasi sudah terdapat SOAP sesuai SAK.

d. Tata tertib pengunjung


Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung SK Direktur No.
800/0873/7.2/II/2012 tata tertib di ruang Bougenvile sebagai berikut:
1) Waktu besuk sesuai Jam yang telah ditentukan
Siang jam : 11:00 WIB s/d 14:00 WIB
Malam jam : 16:00 WIB s/d 19.30 WIB
2) Dilarang merokok di lingkungan RSUDAM sesuai dengan uu No.36 pasal
199 ayat 2 tahun 2009
3) Dilarang berjualan dilingkungan RSUDAM
4) Dilarang membawa senjata tajam, minuman keras, dan sejenisnya kedalam
lingkungan RSUDAM
5) Dilarang membawa anak-anak dibawah umur 12 tahun kedalam lingkungan
RSUDAM
6) Dilarang parkir disembarang tempat
7) Dilarang merusak tanaman (taman) di lingkungan RSUDAM
8) Dilarang membuang sampah di sembarang tempat
9) Dilarang menggunakan jasa ambulan diluar RSUDAM tanpa seizin petugas
berwenang
10) Gunakan air dan listrik seperlunya
11) Mengunci pintu dan jendela serta menyimpan barang berharga terutama pada
malam hari
12) Menghubungi SMS senter bila mendapat kesulitan dalam menerima
pelayanan di RSUDAM
13) Menyelesaikan dokumentasi sebelum meninggalakan RSUDAM

58
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di temukan bahwa sudah adanya
standing banner didepan pintu masuk ruang Boegenvile, namun
keberadaannya masih belum berfungsi dengan baik serta tidak adanya
perhatian dari pengunjung atau keluarga. Dari hasil observasi ditemukan
bahwa jam besuk pasien yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan yaitu pukul 11:00 WIB s/d 14:00 WIB dan pukul 16:00 WIB s/d
19.30 WIB. Dan juga masih terdapat 80% keluarga yang membawa anak
dibawah umur usia 12 tahun. Hal ini menandakan kurangnya sosialisasi
mengenai tata tertib pengunjung di ruang Bousgenvile.

e. Hand Hygine
Berdasarkan wawancara dan observasi dari 10 pasien yang sudah kelompok
lakukan didapatkan dari hasil kuesioner 80% pasien tidak melakukan hand hygine
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan hasil observasi didapatkan bahwa
keluarga pasien tidak melakukan hand hygiene dengan 6 langkah benar cuci
tangan dikarenakan kurang kesadaran diri terhadapan pencegahan infeksi
nasokomial dan kurangnya paparan informasi tentang langkha-langkah hand
hygiene yang benar.

6. Money

a. Ruang Boegenvile memiliki system budgeting yang diatur oleh rumah sakit baik
pelayanan maupun pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan.
b. Pergantian alat yang rusak diruangan dilaporkan oleh perawat pelaksana kepada
perawat penanggung jawab alat dan perawat penanggung jawab membuat
laporan kepada bagian intalasi dan atas persetujuan kepala ruang Boegenvile
c. Permintaan obat dan alat habis pakai (amprah) dilakukan ke bagian farmasi.
d. Perencanaan penggunaan obat dan alkes dilakukan oleh penanggung jawab obat.

59
B. Prioritas masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Sistem
pendokumentasian
asuhan keperawatan 4 4 3 5 3 19 I
yang kurang optimal
2 Kurangnya
kepatuhaan keluarga
dalam mematuhi tata 3 3 1 2 2 11 II
tertib ruangan
bougenvile
3. kurangnya 3 2 1 2 2 10 III
pengetahuan keluarga
tentang hand hygine

Keterangan :
 Magnitude (Mg): kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
 Severity (Sv): besarnya kerugian yang ditimbulkan
 Manageability (Mn): kemungkinana masalah bisa dipecahkan
 Nursing consent (Nc): melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
 Affordability (Af): ketersediaan sumber daya

60
F. ANALISIS SWOT

Strength/kekuatan Weakness/kelemahan Opportunity/peluang Threat/ancaman

Visi Ruangan 1. Pada metode asuhan keperawatan , perawat 1. Adanya kerjasama yang baik antara 1. Peraturan mentri
Menjadi unit pelayan kesehatan masih belum optimal dalam melakukan institusi pendidikan, kesehatan dan kesehatan nomor
yang mampu memberikan pengkajian dan pendokumentasian asuhan rumah sakit dalam kegiatan praktek 269/ Menkes/per/
pelayanan kesehatan holistic, keperawatan. Hal ini dikaitkan dengan klinik mahasiswa III/2008 tentang
berkualitas dalam bidang belum optimalnya penerapan SAK 2. Terdapat sumberdaya manusia yang rekam medis.
penyakit syaraf untuk (Standar Asuhan Keperawatan) yang memadai di RSUD Dr. H. Abdul
menurunkan angka kematian, menjadi acuan dalam proses Moeloek 2. Adanya sistem
kecacatan, dan memperpendek pendokumentasian keperawatan 3. Adanya mahasiswa yang sedang keamanan dalam
hari rawat. 2. pada dokumentasi keperawatan belum praktek belajar di RSUD Dr.H kunjungan jam
Misi Ruangan : secara lengkap mengenai data subjektif dan Abdul Moeloek besuk pasien.
1. Memberikan pelayanan objektif secara lengkap 4. RSAM merupakan rumah sakit tipe Jam besuk yang
kesehatan yang berkualiltas dan 3. pada dokumentasi keperawatan belum A yang memungkinkan untuk tidak efesien
terjangkau bagi seluruh lapisan terisi secara keseluruhan mengenai data memperoleh fasilitas yang tepat akan
masyarakat identitas pasien sehingga ruang memiliki mengakibatkan
2. Mengikuti perkembanngan 4. belum optimalnya pembatasan pengunjung kesempatan yang besar untuk pasien
ilmu dan tekhnologi di ruang Bougenvile, keluarga pasien silih melengkapi fasilitas kesehatan yang mengalami

61
berganti berdatangan dan tidak belum tersedia. gangguan
menghiraukan tentang batasan jam kunjung 5. Adanya kerjasama yang baik antara istirahat
dan jumlah penunggu pasien satpam dan pengunjung pasien.
5. kurangnya disiplin didalam rumah sakit 6. Terdapat satpam yang memantau
mengakibatkan pengunjung tidak efektif atau menjaga pintu masuk di area
dalam kunjungan jam besuk. ruangan Bougenvile.
6. Belum ketatnya di ruangan Bougenvile
dalam kunjungan jam besuk, dengan
adanya pintu gerbang disetiap memasuki
area tidak diterapkan.
7. Tidak adanya satpam tetap didalam
keamanan ruangan Bougenvile
8. Kurangnya kepatuhan pasien untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
9. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
infeksi nasokomial

62
G. PLANNING OF ACTION (POA)
No Uraian kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Waktu Penangguan
g jawab
1 Memberikan Diharapkan perawat Perawat Diskusi Buku pedoman  Persentasi proposal 1. Desta
dan dapat membuat lebih diruang asuhan tanggal 9 januari 2020 2. Desy
menjelaskan dari satu diagnosa Bougenvile keperawatan  Pemberian implementasi 3. Ike
tentang isi dari keperawatan yang terstandar SDKI, dalam bentuk lembar balik 4. Rio
lembar balik berisi diagnosa SIKI, SLKI dan berisi diagnosa medis 5. Rivky
kepada perawat actual, potensial, dan lembar balik berisi yang paling sering muncul
di ruang resiko dan diagnosa medis diruang bougenvile
bougenvile serta menjadikan buku yang paling sering beserta diagnosa
memberikan acuan sebagai muncul diruang keperawatan dan
buku pedoman pedoman dalam bougenvile beserta intervensi sesuai dengan
asuhan asuhan keperawatan diagnosa SDKI dan SIKI dan Buku
keperawatan keperawatan dan pedoman asuhan
terstandar intervensi sesuai keperawatan terstandar
SDKI, SIKI, dengan SDKI dan SDKI, SIKI, SLKI pada
SLKI SIKI tanggal 13 januari 2020

63
2 Penyuluhan Untuk Keluarga Penyuluha Leaflet & kalung  Persentasi proposal
tata tertib memaksimalkan dan n identitas tanggal 9 januari 2020 1. Utami
pengunjung dan perawatan pada pengunjung pengunjung  Melakukan penyuluhan 2. Zami
Memberi pasien dan ruang tatatertib pengunjung 3. Agung
penjelasan memaksimalkan Bougenvile pasien da pembagian 4. Aflah
mengenai tata kenyamanan dan name tag pada tanggal 13
tertib pada keselamatan pasien januari 2020
keluarga dan  Pembuatan Upaya tindak
pengunjung lanjut yang dilakukan
kelompok yaitu dengan
membuat jadwal
pembagian tugas
penyuluhan mengenai tata
tertib pengunjung serta
penanggung jawab
pengecekan jumlah name
card disetiap akhir minggu
yang berjumlah 50 buah

64
3 Penyuluhan Untuk Keluarga Penyuluha Leaflet & proyektor  Persentasi proposal
tentang hand memaksimalkan dan n tanggal 9 januari 2020 1. Ekawat
hygine kepada perawatan pada pengunjung  Melakukan penyuluhan i
pasien dan pasien dan ruang hand hygine kepada 2. Hangga
keluarga mencegah Bougenvile pasien dan keluarga pada 3. Indah
terjadinya infeksi tanggal 13 januari 2020 4. Rahma
nasokomial  Pembuatan Upaya tindak d
lanjut yang dilakukan
kelompok yaitu dengan
membuat jadwal
pembagian tugas
penyuluhan mengenai tata
hand hygine

65
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kesenjangan Teori dan Penyelesaian


Berdasarkan masalah yang didapatkan pada ruangan Bougenvile di RSUD DR. H Abdul
Moeloek tentang peningkatan manajemen pelayanan melalui upaya keselamatan pasien di
ruang Bogenvile di RSUD H. DR. Abdul Moeloek Bandar Lampung maka dilakukan
beberapa kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan yakni.

B. Analisa
Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan manajemen
asuhan dan manajemen pelayanan berupa pembuatan lembar balik asuhan keperawatan
serta pemberian buku SDKI, SIKI, SLKI dalam pendokumentasian keperawatan,
sosialisasi mengenai tata tertib pengunjung dan pemberian kartu penunggu pasien serta
penyuluhan dan peragaan cara hand hygiene dengan 6 langkah benar di ruang Bougenvile
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung maka didapatkan beberapa point sebagai
berikut:

1. Dokumentasi Keperawatan / Rekam Medik pasien


Mengidentifikasi dokumentasi keperawatan di ruang Bougenvile mengenai diagnosa
keperawatan aktual, potensial, dan resiko. Kegiatan ini mulai dilakukan pada tanggal
13 januari 2020, namun masih memiliki beberapa hambatan seperti kurangnya
koordinasi yang baik antar mahasiswa diruangan.

Identifikasi masalah dokumentasi keperawatan diruang Bougenvile dilakukan setiap


terdapat pasien baru dengan pendampingan bersama perawat pelaksana diruangan.
Hasil dari pendokumentasian tersebut sudah mulai terdapat perubahan dalam
penegakan diagnose dari hanya satu diagnose keperawatan sekarang dapat
ditegakkan lebih dari satu masalah diagnose keperawatan meliputi diagnose aktual,
potensial dan resiko.

66
a) Nama : Ny.T
dx keperawatan :
- Nyeri akut
- Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat
- Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
b) Nama : Ny.J
dx.keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral
- Gangguan pola nafas tidak efektif
- Gangguan mobilitas fisik
c) Nama : Tn. S
dx. keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d tik meningkat
- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d CKR
- Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
d) Nama : Tn. D
dx.keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral
- Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
e) Nama : Tn. S
dx. keperawatan :
- Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penyakit
f) Nama : Ny. F
dx. keperawatan :
- Gangguan perfusi jaringan cerebral
- Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
g) Nama : Ny. A
dx. keperawatan :
- Gangguan pola nafas b.d sesak
- Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan keuatan otot
-

67
Kegiatan pemberian lembar balik tentang diagnose medis yang paling sering muncul
diruang bougenvile serta pemberian buku SDKI, SIKI, SLKI dalam
pendokumentasian keperawatan. Kegiatan ini mulai dilakukan pada tanggal 13
januari 2020, kegiatan ini dilakukan dengan baik oleh perawat ruang Bogenvile
namun masih memiliki beberapa hambatan yaitu masih kurangnya komunikasi antar
mahasiswa sehingga hasilnya kurang maksimal. Kelompok menyadari bahwa ruang
Bogenvile merupakan ruang sharaf dimana rata-rata pasien memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi sehingga dapat menambah beban kerja.

Menurut Ali (2009) dalam pengkajian, perawat mengumpulkan dan


mengorganisasikan data dari hasil wawancara, inspeksi, dan observasi. Tujuan dari
mengumpulkan data yaitu untuk menentukan kebutuhan klien sehingga
memudahkan untuk membuat rencana keperawatan bagi klien. Dalam manajemen
keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan,
mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan
perawatan yang sebaik baiknya kepada pasien melalui asuhan keperawatan. Agar
dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik- baiknya.

Penegakan diagnose keperawatan serta utuh merupakan hal yang penting, dimana
penulisan rekam medic yang lengkap serta komprehensif merupakan ciri dari
kualitas pelayanan keperawatan yang prima (Siswanto dkk, 2013). Berdasarkan
identifikasi masalah dokumentasi keperawatan di ruang Bougenvile belum tercapai
dengan optimal. Hal ini dikarenakan minimnya wawenang mahasiswa dalam
penulisan rekam medik salah satunya mengenai diagnose yang mungkin muncul
meliputi diangnosa actual, potensial dan resiko.

Hal lain yang menjadi hambatan mahasiswa dalam melakukan intervensi mengenai
perumusan masalah tiga diagnose keperawatan yaitu tidak semua perawat pelaksana
diruang Bougenvile mengetahui adanya intervensi yang dibuat oleh mahasiswa
mengenai penegakan diagnosa actual, potensial dan resiko.

Upaya yang telah dilakukan kelompok dalam membantu penyusunan kelengkapan


data pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu melakukan pengecekan rekam
medic, membuat lembar balik yang berisikan tentang diagnose medis yang sering
muncul diruang bougenvile beserta diagnose keperawatan dan intervensi

68
keperawatan sesuai SDKI dan SIKI. Untuk rencana tindak lanjut yang dilakukan
agar proses pendokumentasian asuhan keperawatan berjalan dengan baik diharapkan
kita sebagai tenaga kesehatan saling mengingatkan sesama rekan kerja apabila dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan masih kurang lengkap, agar asuhan
keperawatan yang di buat sesuai dengan SDKI dan SIKI.

2) Tata tertib pengunjung


Pengaturan penertiban pengunjung pasien di ruang Bougenvile dilaksanakan dengan
melakukan sosialisasi mengenai tata tertib pengunjung dan pemberian kartu
penunggu terhadap keluarga pasien. Sosialisasi mengenai jam kunjungan serta tata
tertib diruangan Bougenvile ini diharapkan mampu menertibkan keluarga maupun
pengunjung pasien dengan memahami peraturan kunjungan yang berlaku. Selain itu
untuk menertibkan jumlah pengunjung agar tidak menumpuk diruangan, kelompok
memberlakukan kartu penunggu pasien dengan tujuan agar jumlah pengunjung lebih
dapat terkendali. Sehingga kebersihan ruangan serta kenyamanan pasien di ruang
Bougenvile dapat terjaga dengan baik, pasien dapat beristirahat dengan tenang dan
tidak mengganggu proses asuhan keperawatan.

Dalam intervensi ini, kelompok menyadari bahwa hasil yang didapatkan belum
memuaskan atau kurang maksimal. Kondisi ini tentunya juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kurang efektifnya waktu kunjungan keluarga pasien dalam
ruang Bougenvile dikarenakan keluarga yang tidak mematuhi jam kunjungan pasien
serta kurangnya pemahaman dan partisipasi dari keluarga. Sosialisasi yang dilakukan
oleh mahasiswa dirasa kurang optimal dikarenakan keluarga pasien yang datang silih
berganti dan tidak pada keluarga yang sama, sehingga butuh intervensi berulang
ulang untuk melakukan sosialisasi ini. Disisi lain, kelompok melakukan pemberian
kartu pengunjung sebagai tanda pengunjung yang diperbolehkan untuk masuk.

Ketidakefektifan sosialisasi mengenai pembatasan pengunjung serta waktu


kunjungan yang dilakukan oleh mahasiswa dikarenakan keluarga pasien silih
berganti dan dipengaruhi kurangnya pemahaman dari keluarga. Hal tesebut dapat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kebudayaan, dan persepsi. Tidak adanya
penjagaan yang maksimal diruang Bougenvile membuat keluarga pasien bebas dalam
mengunjungi pasien. Hal ini berdampak pada kondisi pasien karena akan menganggu
waktu istirahat pasien.
69
Sebuah penelitian Fumagalli 2006 mengatakan bahwa Kebijakan waktu berkunjung
meliputi 2 jenis yaitu kebijakan waktu kunjung terbuka dan kebijakan waktu
berkunjung tertutup. Kedua jenis kebijakan waktu kunjung tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari waktu kunjungan terbuka adalah dengan
keberadaan keluarga disamping pasien dapat memberikan penguatan positif kepada
pasien yang sakit kritis dan dengan kebebasan waktu berkunjung keluarga dapat
berkunjung sesuai dengan kebutuhan bukan karena keterbatasan waktu.

Saran dari kelompok untuk memaksimalkan kepatuhan pengunjung diharapkan


diruangan bougenvile terdapat satpam yang berada di pintu masuk ruang bougenvil,
agar tata tertib yang sudah ada diruang bougenvile bisa berjalan dengan baik.

3) Hand Hygiene
Melakukan hand hygiene dengan langkah-langkah yang benar dapat mengurangi
resiko infeksi nasokomial dan dapat mempercepat kesembuhan pasien. Sosialisasi
mengenai hand hygiene diruang bougenvile yang dilakukan oleh kelompok
diharapkan mampu menambah pengetahuan keluarga tentang hand hygiene yang
benar sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk melakukan hand hygiene dan
dapat menurunkan resiko infeksi nasokomial serta mengetahui manfaat dari hand
hygiene tersebut. Mencuci tangan saat ini bisa menjadi salah satu hal penting untuk
dilakukan agar mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi.
Apabila menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar, maka dapat mencegah
penularan mikroorganisme (Ernawati, & Wiyanto, S. 2014).

Dalam intervensi ini, kelompok menyadari bahwa hasil yang didapatkan belum
memuaskan atau kurang maksimal. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kurang optimal dikarenakan keluarga pasien yang datang silih berganti dan
bukan keluarga yang sama, sehingga butuh intervensi berulang ulang untuk
melakukan sosialisasi ini. Disisi lain ketidakefektifan sosialisasi mengenai
kepatuhan hand hygiene yang dilakukan oleh mahasiswa dikarenakan keluarga
pasien silih berganti dan dipengaruhi kurangnya pemahaman dari keluarga. Hal
tesebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kebudayaan, dan persepsi.

70
Infeksi nosokomial atau Health Care-Associated Infections (HCAIs) merupakan
ancaman besar bagi keselamatan pasien karena dapat memperpanjang masa rawat
inap dan merupakan salah satu penyebab utama kematian. Infeksi yang menjangkit
tubuh pasien pada saat berada di rumah sakit, dan dapat berkembang menjadi infeksi
yang parah. Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun antiseptik pada saat mencuci tangan dengan air
mengalir atau menggunakan handrub yang mengandung alkohol sesuai dengan
langkah-langkah sistematik yang ditentukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang
tersebar di tangan. Hand hygiene merupakan salah satu kunci utama dalam program
pencegahan dan pengendalian infeksi (Tribun, 2017)
Untuk meminimalisir angka kejadian terjadinya infeksi yang bisa menyebabkan
hingga terjadinya kematian, diharapkan keluarga dapat menyadari betapa pentingnya
hand hygiene untuk dilakukan , saran dari kelompok agar hand hygiene ini berjalan
sesuai harapan, di setiap hansdrub yang sudah ada di sudut ruangan terdapat leaflet
tentang pentingnya cuci tangan, serta kita sebagai tenaga kesehatan tidak ada bosan-
bosan nya untuk selalu mengingatkan kepada keluarga pasien untuk selalu
melakukan hand hygiene, agar keluarga selalu bisa mengingatkan keluarga lain yang
menjenguk untuk selalu hand hygiene sebelum dan sesudah kontak pasien.

71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis Manajemen
1. Pembuatan lembar balik asuhan keperawatan serta pemberian buku SDKI, SIKI,
SLKI dalam pendokumentasian keperawatan
2. Sosialisasi kepada perawat ruangan tentang pendokumentasian dilakukan dengan
cara penjelasan lembar balik dan buku SDKI,SIKI
3. Sosialisasi mengenai tata tertib pengunjung dan pemberian kartu penunggu pasien
4. Implementasi dilakukan dengan memberikan sosialisasi pada pengunjung tentan
tataterti b yang sudah ada di ruangan bougenvile
5. penyuluhan dan peragaan cara hand hygiene dengan 6 langkah benar di ruang
Bougenvile
6. pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya hand hygiene

B. Saran
1. Bagi Ruangan
Dengan adanya masalah yang diangkat di ruang bougenvile diharapkan, ruangan
dapat lagi meningkatkan tentang pengisian dokumentasi asuhan keperawatan,
memberikan informasi tata tertib dan hand hygiene.

2. Bagi Perawat
a) Meningkatkan profesionalisme perawat dalam menerapkan MAKP sesuai
dengan standar oprasional prosedur yang berlaku
b) Kepala ruangan diharapkan dapat menerapkan prosedur MAKP kepada para
perawat diruangan secara berkelanjutan.

3. Bagi Rumah Sakit


a) Adanya mahasiswa yang melaksanakan praktik menejemen keperawatan
dirumah sakit dapat membantu menganalisis kondisi ruangan dan memeberikan
alternatif pemecahan masalah sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien
dapat berkualitas.
b) Menganjurkan kepada pimpinan rumah sakit untuk dapat memonitoring
pelaksanaan MAKP secara optimal disetiap ruangan agar asuhan keperawatan
dapat berjalan secara optimal.
72
4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa yang akan melaksanakan praktik pada periode selanjutnya
dapat menyempurnakan intervensi yang telah dilakukan oleh mahasiswa Profesi
Ners Universitas Muhammadiyah Pringsewu. Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan dapat memberikan contoh sacara real dengan jangka waktu yang
cukup panjang dalam mengimplementasikan manajemen pelayanan dan
menejemeen asuhan keperawatan di rungan.

73
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi.2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:


Salemba Medika.
Endri styani, 2017. Persepsi keluarga tentang waktu berkunjung. Universitas
Diponegoro: Semarang.
Gillies 2002, dalam Tim Manajemen Keperawatan Kelompok II Program pendidikan
Profesi Ners Stikes Sumatera Utara. Medan 2015.
Gillies (2005) dalam Rosyidi (2013), Manajemen Kepemimpinan Dalam
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media Times. Dr. Asiyah Anggraeni, M. MRS, Kepala
Bidang Pelayanan RSUD Blambangan, Banyuwangi
https://Www.Timesindonesia.Co.Id/Read/News/153755/Ini-Etika-Menjenguk-Pasien-Di-
Rumah-Sakit.
Kemenkes RI. 2011. Peraturan Pemerintah mengenai Managamen Rumah sakit.
L.M. Harmain S, Rr Tutik S.H, Sukihananto. 2013.“Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kelengkapan Pendokumentasian asuhan keperawatan”.
Nursalam 2008, Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi II. Jakarta: Selemba Medika
Salawati, I. 2012. Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Ruang Intensive Care Unit
Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 1
Saragih, R & Rumapea, N. 2012.Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat
kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Colombia Asia Medan.
Skripsi
Suarli, S dan Bahtiar. (2012). Managemen Keperawatan dengan pedekatan praktis.
Jakarta : Erlangga.
Swanburg. R. C (1995), dalam Nursing Staff Development. Jones and bartlet
publisher 2015
Tietjen L, Linda S. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas
PelayananKesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Penerjemah Saifuddin, Abdul dkk,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

74
75

Anda mungkin juga menyukai