Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KPD

Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Matakuliah Keperawatan Maternitas II


Program Studi Ilmu Keperawatan Reg A1 Semester 5

Dosen Pengampu :

1. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S. Kep., Ners., M. Kes., M. Kep


2. Meta Nurbaiti, S. Kep., Ners., M. Kes.

Disusun oleh : kelompok 3

1. Eliya maya sari (17.14201.30.02)


2. Indah sari pendra (17.14201.30.14)
3. Iqbal arifan (17.14201.30.13)
4. Almareta fajrin (17.14201.30.29)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA HUSADA PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan KPD” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah keperawatan maternitas II diprogram studi ilmu keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Palembang, Oktober 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................ i

Kata pengantar .......................................................................................... ii

Daftar isi .................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

a. Latar belakang ....................................................................................... 1


b. Rumusan masalah .................................................................................. 2
c. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II Tinjauan pustaka
a. Definisi .................................................................................................. 3
b. Anatomi fisiologi ................................................................................... 3
c. Etiologi .................................................................................................. 5
d. Manifetasi klinis .................................................................................... 6
e. Komplikasi ............................................................................................ 6
f. Patofisiologi ........................................................................................... 6
g. Patoflow ................................................................................................. 8
h. Pemeriksaan penunjang ......................................................................... 9
i. Penatalaksanaan ................................................................................... 10
j. Asuhan keperawatan ............................................................................ 12
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan .......................................................................................... 20
b. Saran .................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda
persalinan. (Mansjoer, Arif, dkk.2002). Ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture
of membranes(PROM) adalah pecahnya kantung ketuban dan kebocoran dari cairan
ketuban awal minimal 1 jam sebelum awal persalinan pada setiap usia kehamilan.
(Lowdermilk , Deitra Leonard, 2000).
Ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of membranes (PROM) adalah
pecahnya kantung ketuban sebelum onset persalinan yang benar, terlepas dari lamanya
kehamilan. (Murray , Sharon Smith, dkk . 2002).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban disertai keluarnya cairan amnio inin
sebelum proses persalinan dimulai baik pada kehamilan cukup bulan maupun pada persalinan
premature. Walaupun penyebabnya belum diketahui, hal tersebut dihubungkan dengan infeksi
pada membran (korioamnionitis).Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin,
khususnya jika hal ini terjadi di awal kehamilan, karena, setelah ruptur, perlindungan
terhadap janin hilang, dan infeksi uterus dan janin dapat terjadi.
Persalian prematur dapat terjadi setelah ruptur membran, meyebabkan kelahiran prematur
pada janin semakin beresiko.Komplikasi tambahan mencakup peningkatan tekanan pada tali
pusat (tali pusat memanjang dan keluar dari lubang uterus masuk ke dalam vagina), biasanya
jika ruptur terjadi pada saat kepala janin masih terlalu kecil untuk ukuran serviks. Janin
tersebut mungkin mengalami sindrom potter pada gambaran wajah dan hipoplasia pulmone
Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartus, pada
pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan.KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan,
dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang
bulan.Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kommplek, bertujuan
untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration

Distress Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)


B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini?
2. Apa anatomi dan fisiologinya?
3. Apa yang menjadi penyebab sehingga terjadi ketuban pecah dini?
4. Bagaimana dengan manifestasi klinisnya?
5. Apa saja komplikasi yang diakibatkan dari ketuban pecah dini?
6. Bagaimana patofisiologinya?
7. Bagaimana patoflownya?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang keruban pecah dini?
9. Apa saja penatalaksanaan ketuban pecah dini?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan ketuban pecah
dini?
c. Tujuan
1. Mengetahui definisi KPD.
2. Mengetahuianatomi fisiologi KPD.
3. Mengetahui etiologi KPD.
4. Mengetahuimanifestasi klinis KPD.
5. Mengetahui komplikasi KPD.
6. Mengetahui patofisiologi KPD.
7. Mengetahuipatoflow KPD.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang KPD.
9. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan KPD.
10. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan KPD.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Rustam, 1998).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan (Manuaba, 2001).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia
kehamilan sebelum persalinan dimulai (william, 2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.(saifudin, 2002).

B. Anatomi Fisiologi Amnion


Amnion adalah membrane transparan berwarna abu-abu yang melapisi amnion.
Selaput ini menutup pars letal plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi cairan amnion
dan janin berada dalam cairan tersebut.

Selaput Amnion terdiri dari 5 lapisan:

1. Lapisan seluler
2. Membrana basalis
3. Stratum kompaktum
4. Stratum fibroblas
5. Spratum sponglosum di bagian paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion.

Korion adalah membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta
menempel pada tepi plasenta.

Histologi Korion terdiri dari 4 lapisan:

1) Lapisan seluler
2) Lapisan retikuler padat
3) Pseudo-basement membarane
4) Trofoblas.

Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini
ditampung didalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Pada
pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400ml dan pada kehamilan 36-38 minggu
mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan penurunan berlanjut terus sampai
kehamilan postmartur.

Warna cairan dalam kondisi normal pucat dan bewarna seperti jerami dan dapat
mengandung serpihan verniks keseosa. Apabila cairan amnion berwarna coklat-kehijauan,
janin biasanya mengalami episode hipoksia yang menyebabkan relaksasi singterani dan
keluarnya produk sampingan pencernaan janin didalam uterus, yang disebut mekonium.

Komposisi cairan amnion:

1) Air (98-99%).
2) Karbohidrat
3) Mineral
Beberapa fungsi dari cairan amnion yaitu:

1) Mempertahankan suhu yang merata dalam uteru s


2) Memungkinkan gerakan bagian-bagian janin secara bebas.
3) Melindungi janin, cairan amnion berfungsi sebagai peredam kejutan
4) Membilas saluran genetalia bawah ketika terjadi rupture membrane amnion.

Cairan amnion dalam keadaan normal mempunyai konsistensi seperti air dan baunya
tidak menyengat. Apabila cairan menjadi kental atau berbau tidak enak maka perlu dicurigai
adanya infeksi. Volume cairan amnion berkisar antara 500-1200ml. Kebanyakan cairan
amnion ini berasal dari aliran dari ibu ditambah urin janin.

Hidramnion (>2000 ml) sering dikaitkan dengan anomaly congenital janin sehingga
janin tidak dapat cairan / cairan terperangkap dalam tubuh janin. Oligohidramon (>500 ml)
adalah jumlah volume amnion yang kecil dan dapat dikatkan dengan pembentukan yang tidak
sempurna atau tidak terbentuknya ginjal / obstruksi uretra. Apabila janin tidak mampu
menyekresi dan mengekskresi urin maka volume cairan amnion akan menurun. Pembedahan
janin kini dapat dilakukan untuk memperbaiki beberapa obstruksi.

C. Etiologi
Penyebabnya pasti masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun
faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.

Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:

1) Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asendenen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2) Serviks yang inkompetensia
Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri.
3) Tekanan intra uterin yang meningkat
Tekanan intrauterin yang meningkat secara berlebih misalnya karena hidramnio,
gemelli dan trauma.
4) Kelainan letak
Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.

D. Manifestasi klinis
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atu selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering. (Mansjoer, 2000).

E. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Amnionitis
3. Partus preterm
4. Prolaps tali pusat
5. Distorsi (partus kering)
6. Partus lama
7. Karioamnionitis
8. Kompresi tali pusat
9. Pada anak : IUFD (Intra Uteri Fetal Death) dan IPFD ( Intra Partum Fetal Defect),
asfiksia dan prematuritas. Sedangkan pada ibu : infeksi, atonia uteri, perdarahan
postpartum atau infeksi nifas.

F. Patofisiologi
Serviks mulai membuka atau mendatar dan juga karena adanya tekanan pada saat
pertama osteum uteri. Internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar
dan menipis baru kemudian ostium eksternum, ostium uteri internum dan ostium uteri
eksternum, serta penipasan dan mendatar serviks terjadi. pada saat itulah ketuban pecah
dengan sendirinya yang diakibatkan oleh tekanan daan pergesearan pada saat pembukaan
serviks lengkap ( sebelum pembukaan 5 cm). Jumlah air ketuban pada saat kehamilan + 500
cc, apabila kurang dari normal dinamakan oligohidron.
Hal ini dapat menyebabkan dinding rahim mengecil dan menekan pada bayi sehingga
dapat meninbulkan aspeksia pada bayi. Sedangkan air ketuban yang berlebihan +1,5 liter
dapat menyebabkan kelainan pada ibu dan bayi yang dinamakan Hidramnion, juga bila
tertahan pada pintu atau panggul, seluruh tenaga dari atas diarahkan ke bagian membrane
yang menyentuh as internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
G. Patoflow

Faktor Predisposisi KPD

Infeksi Genetelia Serviks inkompeten tekanan intrauteri kelainan letak:


Meningkat: gemeli, janin sungsang
Hidramnion, trauma
Proses biomekanik bakteri dilatasi serviks ketegangan uterus tidak ada bagian
Mengeluarkan enzim berlebihan berlebihan terendah yang
Proteolitik menutupi pintu
Atas panggul yang
Selaput ketuban mudah selaput ketuban serviks tidak bisa Menghalangi
pecah menonjol dan menahan tekanan Tekanan terhadap
mudah pecah intrauterus membran

Ketuban pecah dini

air ketuban terlalu banyak keluar Klien tidak mengetahui Tidak ada pelindung
distosia ( partus kering) penyebab dan akibat KPD dunia luar dengan
daerah rahim
Lanjutan CP Dx. Kep :
mudahnya mikroorganisme
Kurang Pengetahuan
masuk secara asensen

Dx.kep :

Risiko infeksi

Ketuban Pecah dini

Distosia/partus kering air ketuban terlalu banyak yang His yang berulang

keluar

Laserasi pada jalan lahir peningkatan kontraksi


Kecemasan ibu terhadap dan pembukaan serviks

Mengiritasi nervus keselamatan janin dan ibunya

Pundendalis nyeri, rasa mulas dan

Dx. Kep : Ingin mengejan

Stimulus nyeri Cemas

Dx. Kep :

Nyeri persalinan

H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap dengan asupan darah. leukositosis digabung dengan
peningkatan bentuk batang pada asupan tepi menunjukkan infeksi intrauterine.
b. Pemeriksaan leukosit darah :> 15.000/ul bila terjadi infeksi.
c. Amniosentisis.
2. USG ( Ultrasonograi)
Menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang.
Hal – hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban yang harus segera
dilakukan:
1. Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih
2. Tenangkan diri jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini.
3. Ambil nafas dan tenangkan diri.
4. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.
Yang tidak boleh dilakukan:
1. Tidak boleh berendam didalam bath tub, karena bayi ada terinfeksi kuman.
2. Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari kesana kemari, karena air ketuban akan
terus keluar.

I. Penatalaksanaan
1. Injeksi oksitosin sesuai indikasi berdasarkan usia kehamilan
2. Pemantauan bunyi jantung janin
3. Partus spontan
4. Ekstraksi vakum
5. Ekstraksi forsep
6. Embriotomi bila anak sudah meninggal
7. Section sesarea bila ada indikasi obstetric
8. Tes maturasi janin
9. Katetertekanan intrauterus
10. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotic.
11. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu. Berikan antibiotic untuk
morbiditas dan janin.
Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan >37 minggu.
1. Jika ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotic prolaksis.
2. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandindan infuse
oksitosin atau section caesaria.
Sebagai gambaran untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan sbb:
1. Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khusunya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu spsis,
meningitis dan pesalinan maturitas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteorid, sehingga kematangan paru janin dapat
diselamatkan.
4. Pada kehamilan 24-32 minggu yang menuggu berat janin cukup, perlu untuk
dipertimbangkan melakukan induksi persalinan , dengan kemungkinan janin tidak
dapat diselamatkan.
5. Mengahadapi KPD, diperlukan KIM terdapat ibu dan kelurga sehingga dapat
pengertian bahwatindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
6. Pemeriksaan rutin yang dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal
dan perlu dilakukan aspirasi air ketuban utnk melakulkan pemeriksaan kematangan
paru melalui perbandingan L/S.
7. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24
jam, bila tidak terjadi his spontan
Tujuan umum perawatan Bayi Baru Lahir adalah untuk :
1. Mempertahankan pernapasan
a. Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dari badan
agar supaya lender dari mulut dan mencegah lender dan kadang-kadang darah
dan mekonium mauk kesaluran pernapasan.
b. Pengisapan lender harus dilakukan dengan cepat dan lembut.
c. Bayi normal beberapa detik sampai menit dengan membersihkan mulut dan
hidung dari lender akan segera timbul pernapasa spontan
2. Mencegah infeksi
Usaha yang paling efektif untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahiriqlah
mencuci tangan sebelum memegang bayi dari perlengkapan yang digunakan untuk
merawat bayi, mengisolasi bayi yang sakit ddan memakai pakaian yang bersih.
3. Memperhatikan suhu tubuh
a. Suhu lingkungan mempengaruhi kehidupan dan kesehatan bayi baru lahir, bila
suhu lingkungan tidak ada, metabolism dan konsumsi oksigen bayi akan
meningkat.
b. Segera setelah bayi lahir harus dikeringkan dan ditempatkan ditempat yang
hangat. Setelah suhu tubuh bayi stabil biasanya 1-2 jam sesudah l;ahir, bayi
dibersihkan atau dimandikan.
4. Mengenal tanda-tanda sakit
a. Kondisi bayi dapat berubah dengan cepat karena itu perlu diawasi dengan
kontinyu.
b. Beberapa tanda-tanda kelainan yang harus diperhatikan misalnya, kuning pada
bulan pertama kesukaran pernapasan, kenaikan atau penurunan suhu tubuh, biru
atau pucat, penyakit kembung, problem makan, muntah, kejang-kejang, tidak
BAB 12 jam dan BAK 12 jam pertama kehidupan dan penurunan badan bayi
yang banyak.

J. Asuhan keperawatan
a. Pengakajian
1. Identitas
Pada penderita ketuban pecah dini sering terjadi pada umru biu 25-44 th dengan
usia kehamilan 37 minggu.
2. Keluhan utama
Keluihan utama klien pada klien KPD adalah ketuban pecah tiba-tiba berwarna
putih keruh dari vagina, tidak ada his sampai 1 jam persalinan.
3. Riwayat obsetri
Untuk mengetahui riwayat obstetric
a. Keadaan haid
Menarche, siklus haid, hari pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah
keluar, encer, menggumpal, lamanya haid, nyeri atau tidak bau.
b. Riwayat perkawinan
Ada perkawinan yang perlu ditanyakan ada berapa kalai kawin dan sudah
berapa lama sehingga mengalami ketuban pecah dini.
c. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalaj berapa kali melakukan ABC
(Ante Natal Care), selama kehamilan periksa dimana, ukur tinggi badan dan
berat badan.
4. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya ditandai dengan ketuban pecah tiba-tiba dan tidak merasa nyeri 1 jam
dan sampai menimbulkan gejala seperti badan lemah, suhu meningkat, nadi
meningkat.
5. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ibu sudah mengalami penyakit ketuban dan tidak mempengaruhi
kehamilan.
6. Riwayat penyakit keluarga
Ketuban pecah dini bukan merupakan penyakit keturunan dan tidak
mempengaruhi kehamilan
7. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Virginia Henderson
a. Respirasi
Frekuensi pernapasan biasanya normal
b. Nutrisi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisinya karena kelelahan
c. Eliminasi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam plaeliminasi dan merasakan
tidak nyaman.
d. Istirahat/tidur
Biasanya klien akan mengalami gangguan dalam istirahat/tidurnya
disebabkan karena badan lemah
e. Mempertahakan suhu tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan KPD biasanya mengalami gangguan dalam hal suhu
tubuh, suhu tubuyh dapat mencapai lebih dari 37,50C.
f. Kebutuhan personal hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri
dimana keb. personal hygiene klien KPD dibantu oleh keluarganya.
g. Aktivitas
Pada klien KPD aktivitasnya terganggu, pekerjaan / kegiatan sehari- hari
tidak mampu dilakukan dengan maksimal karena kedaannya semakin lemah
h. Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri akibat proses
persalinan memanjang.
i. Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamana ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa
aman terlindungin oleh keluarganya.
j. Kebutuhan berpakaian
Klien dengan KPD tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
berpakaian tersebut.
k. Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkmunikasi dengan orang lain
l. Kebutuhan spiritual
Apakah klien tetap menjalankan ajaran agamanya
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan KPD biassanya tidak dapat memenugi kebutuhan bermain dan
rekreasi karena kondisinya lemah.
n. Kebutuhan belajar
bagaimana klien berusaha belajar, menemukan dan memuaskan rasa ingin
tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum biasanya lemah
b. Kesadaran
Composmentris
c. TTV
1. TD : meningkat >120/90 mmHg
2. Nadi : nadi meningkat >80 x/menit
3. Suhu : suhu meningkat >38 oC.
4. Respirasi : biasanya normal
5. Berat badan dan tinggi badan
Normal dan kadang terjadi perubahan BB
6. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Apakah simetris atau tidak , kedaan rambut dan kulit kepala
2. Mata – telinga- hidung
Bentuk wajah , keadaan mata, hidung, telinga mulut dan gigi.
3. Leher
Benjolan pada leher dan pembesaran vena juguralis.
4. Dada dan punggung
Kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercosta, pernapsan
tertinggal, suara wheezing, ronchi, irama frekuensi pernapasan. Pada
jantung dikaji bunyi jantung, adakah bunyi gollop, mur-mur.
5. Abdomen
Uterus teraba lunakdan tidak ada nyeri tekan, ukur tinggi fundus
6. Ekstermitas atas dan bawah
Kesimetrisa, kekuatan otot, ada atau tidaknya oedema
7. Genetalia
Keluar cairan jernih dari vagina. Pemeriksaan cairan amnion,
pemeriksaan vagina steril menentukan penipisand dan dilatasi
serviks.
b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri persalinan b/d dilatasi serviks, tidak efektifnya persalinan, penekanan
pada jaringan sekitar vagina ditandai dengan klien mengerang kesakitan, wajah
klien meringis, keringat dingin, terdapat dilatasipupil, kontraksi uterus,
frekuensi jantung meningkat, frekuensi napas meningkat, mata sayup.
2. Resiko kurang volume cairan b/d keliuarnya cairan ketuban
3. Resiko infeksi b/d keluarnnya cairan pervaginamyang ditandai dengan dengan
suhu badan meningkat, nadi menigkat, air ketuban keruh dan berbau,
leukositosis (peningkatan sel darah putih).
4. Ansietas b/d krisis situasi
5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya b/d kurang infoemasi ditandai
dengan ibu bertanya tentang penyakitnya, ibu tampak bingung, khawatir
tentang penyakit yang dialaminya.
c. Intervensi keperawatan
1. Nyeri persalinan berhubungan dengan dilatasi serviks, tidak efektifnya proses
persalinan,tekan pada jaringan sekitar vagina, ditandai dengan klien
mengerang kesakitan,wajah klien meringis,keringat dingin, terdapat dilatasi
pupil,kontraksi uterus frekuensi jantung meningkat, frekuansi nafas
meningkat,mata sayup.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri,onset nyeri
b. Klien mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengontrol
nyeri,dan tindakan
c. Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri yang mencari
pertolongan
d. Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri.
Intervensi :
a. Kaji secara komperhensif tentang nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi.
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c. Gunakan komunikasi teraupetik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup : pola tidur,
nafsu makan, aktivitas, mood, reletionsip, pekerjaan, tanggung jawab
peran.
e. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,berapa lama terjadi,
dan tindakan pencegahan.
f. Control faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (misalnya: temperature ruangan,penyinaran
dll.)
2. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan keluarnya cairan ketuban.
Kriteria hasil :
a. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
b. Tidak ada tanda deehidrasi
c. Turgor kulit normal
d. Membran mukosa lembab
e. Tidak ada rasa haus berlebihan

Intervensi :

a. Pertahankan intake dan output yang adekuat


b. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane, nadi akurat dan tekanan
darah)
c. Monitor tanda-tanda vital sesuai kebutuhan
d. Berikan makanan/cairan pada klien
e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
f. Motivasi keluarga atau orang terdekat umtuk membantu klien minum
g. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
3. Resiko infeksi berhubungan dengan keluarnya cairan pervaginam (ketuban) yang
ditandai dengan suhu badan meningkat, nadi meningkat, air ketuban keruh dan
berbau, leukositosis ( peningkatan sel darah putih).
Kriteria hasil :
a. Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi
b. Suhu tubuh normal (36,5-37 c)
c. Nadi normal (70-80x/menit)
d. Frekuensi nafas normal (20x/menit)
e. Tekanan darah normal (120/80 mmhg)
f. Cairan ketuban tidak berbau busuk

Intervensi :

a. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut jantung,
caiaran ketuban yang berbau busuk, vulva udema, kelelahan dan malaise)
b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut,
status imun menurun dan malnutrisi
c. Pantau personal hiegine untuk perlindungan terhadap infeksi
d. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
e. Monitor sel darah putih
f. Anjurkan klien atau keluarga untuk menjaga personal hygiene dan
melindungi tubuh terhadap infeksi
g. Anjurkan pada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruangan klien.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasi

Kriteria hasil :

a. Klien dapat memonitor intensitas cemas


b. Klien dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika cemas
c. Klien mencari informasi yang menurunkan cemas
d. Klien menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
e. Klien dapat mempertahankan hubungan sosial
f. Klien dapat mempertahankan konsentrasi
g. Klien melaporkan tidur adekuat
h. Ekspresi wajah klien tenang

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien


b. Kaji tingkat kecemasan klien
c. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
d. Berusaha memahami keadaan klien
e. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang
mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
f. Berikan informasi tentang diagnosa,prognosis dan tindakan
g. Damping klien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan
h. Motivasi klien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
i. Bantu klien untuk menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan
kecemasan
5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi ditandai dengan ibu bertanya tentang penyakitnya, ibu tampak
bingung, gelisah khawatir, tentang penyakit yang dialaminya

Kriteria hasil :

a. Klien dapat menjelaskan tentang pengertian penyakit kpd


b. Klien dapat menjelaskan penyebab dan faktor risiko dari penyakit KPD
c. Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala dari penyakit kpd
d. Klien dapat menyebutkan penatalaksanan dan pencegahan pada penyakit
KPD
e. Klien dapat menjelaskan tindakan untuk meminimalakan keluhan selama
proses persalinan
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan penyakit yang
dialaminya
b. Berikan informasi kepada klien tentang penyakitnya meliputi:
pengertian,penyebab,tanda dan gejala,penatalaksaan dan pencegahan serta
perawatan dirumah
c. Tentukan motivasi klien untuk mempelajari informasi-informasi yang
khusus (misalnya: status psikologis,orientasi,nyeri,keletihan,tidak
terpenuhi kebutuhan dasar,keadaan emosianaldan adaftasii terhadap sakit)
d. Berikan pengalaman sesuai dengan tindakan pemahaman klien,mengulang
informasi bila diperlukan
e. Sediahkan lingkungan yang kondusif untuk belajar
f. Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya
g. Berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
h. Diskusikan perubahan perilaku yang dapat mencegah komplikasi
d. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik (Nursalam, 2001).
e. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus
pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman
pembuatan SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau
teratasi sebagian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
ada tanda-tanda persalinan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan.Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan.
Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,
merokok, dan perdarahan selama kehamilan, pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai
ketebalan dan kekuatan selaput ketuban yang berbeda-beda tergantung gizi, aktivitas dan
pergerakkan yang dilakukan oleh calon ibu tersebut.

B. Saran
Ketuban pecah dini harus dihindari karena dapat menyebabkan infeksi karena dapat
membuat kuman masuk melalui jalan lahir , untuk mencegahnya diharapkan para calon ibu
jangan melakukan aktifitas yang berat dan lebih baik beristirahat dan lakukan kegiatan
dalam batas kemampuan.
.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, yuli. 2017. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta. Trans Info Media
https.//id.scribd.com/doc/23903855/Asuhan-Keperawatan-Ibu-Hamil-Dengan-Masalah-
Ketuban-Pecah-Dini

Anda mungkin juga menyukai