Disusun Oleh:
FATKHUL MASYHURI
202014049
b. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
yaitu dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang
dikendalikan oleh hipotalamus telah menurun.
c. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA, dimana kita
dilahirkan dengan kode genetik yang unik, dimana penuaan dan usia
hidup kita telah ditentukan secara genetik.
d. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena
terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang
waktu. Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat
reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat
mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya
atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain.
3) Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: terjadinya
presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara,
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kta,50% terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya otosklerosis
akibat atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan serumen
dapat mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya
perubahan penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress.
4) Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis
(bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada cahaya gelap,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta
menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada
mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil
menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap
akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih
buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan
untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna
gelap seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan
dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang
(sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko
cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri
dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan
jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional
para lansia sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: terjadinya
penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk memompa
darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang
dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk
dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh
darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada
pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, perubahan yang
sering ditemui antara lain temperatur suhu tubuh menurun
(hipotermia) secara fisiologik kurang lebih 35°C, ini akan
mengakibatkan metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks
mengigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami
kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan
elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri
menurun, karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan
kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan
hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan
pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring
pertambahan usia.
8) Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan gigi,
penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur
30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit, esofagus melebar, rasa
lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltik 8 lemah dan biasanya
timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil
dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
9) Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang
merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui
urine, darah masuk keginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari
ginjal yang disebut nefron (tempatnya di glomerulus), kemudian
mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya,
kemampuan mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine
menurun. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan buang air
seni meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
terkadang menyebabkan retensi urine.
10) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi
semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate),
dan daya pertukaran zat menurun. Produksi aldosteron menurun,
Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan
testoteron menurun.
11) Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau
keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
cenderung kusam, kasar, dan bersisi.
12) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang kehilangan
densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang
menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut
dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil
sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor,
aliran darah ke 9 otot berkurang sejalan dengan proses menua.
Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam
gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak
dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah,
perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah atau
terlambatmengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung,
kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
b. Perubahan Psikososial pada Lansia
Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat
perubahan psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:
1) Kesepian Septiningsih dan Na’imah (2012) menjelaskan dalam
studinya bahwa lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian
yang dialami dapat berupa kesepian emosional, situasional, kesepian
sosial atau gabungan ketiga-tiganya.
2) Kecemasan Menghadapi Kematian Ermawati dan Sudarji (2013)
menyimpulkan dalam hasil penelitiannya bahwa terdapat 2 tipe
lansia memandang kematian. Tipe pertama lansia yang cemas ringan
hingga sedang dalam menghadapi kematian ternyata memiliki
tingkat religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua
adalah lansia yang cemas berat menghadapi kematian dikarenakan
takut akan kematian itu sendiri, takut mati karena banyak tujuan
hidup yang belum tercapai, juga merasa cemas karena sendirian dan
tidak akan ada yang menolong saat sekarat nantinya.
3) Depresi Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya depresi lansia adalah:
a) jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan lebih tinggi terjadi
depresi dibandingkan lansia laki-laki, hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi
wanita dan laki-laki, serta model perilaku tentang keputusasaan yang
dipelajari;
b) Status perkawinan, dimana lansia yang tidak menikah/tidak
pernah menikah lebih tinggi berisiko mengalami depresi, hal
tersebut dikarenakan orang lanjut usia yang berstatus tidak
kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam
hal ini dari orang terdekat yaitu pasangan) yang
menyebabkan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan
kesendirian
c) Rendahnya dukungan sosial. Berdasarkan konsep lansia dan
proses penuaan yang telah dijabarkan, maka lansia rentan
sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik
maupun psikologis.
2. Etiologi
Menurut Brunner & Suddath (2012), gejala artritis akut disebabkan
oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium
urat monohidrat. Karena itu,dilihat dari penyebabnya penyakit ini
termasuk dalam golongan kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan
dengan gangguan kinetik asam urat yang hiperurisemia. Hiperurisemia
pada penyakit ini terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat yang berlebih.
a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebih karana penyakit lain, seperti leukemia,terutama bila
diobati dengan
sitostatika, psoriasis,polisitemia vera dan mielofibrosis.
2. Kurang asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal terjadi karena ekskresi asam urat di tubuli distal
ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahu.
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,
misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik..
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini
tidak penting.
4. Patofisiologi
Menurut Helmi, Zairin Helmi (2011), banyak faktor yng berperan
dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui
peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan
gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat. Presipitasi monosodium urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler
misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon
terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit
PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom
dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan
membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi
ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa
ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom
dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Helmi, Zairin Helmi (2011), manifestasi gout atrithis
yakni :
1. Artritis Akut
Artritis Akut ini bersifat sangat berat. Pasien tidak dapat berjalan
(kalau yang terkena adalah kaki) tidak dapat memakai sepatu dan tidak
dapat terganggu, perasaan sakit sangat hebat (excruciating). Rasa sakit
ini mencapai puncaknya dalam 24 jam setelah mulai timbul gejala
pertama.
2. Lokasi Sendi
Serangan akut biasnaya bersifat monoartikular disertai gejala lengkap
proses inflamasi yaitu : merah, bengkak, teraba panas dan sakit. Lokasi
yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi metaatarso –
falongeal pertama (MTP–I). Hampir semua kasus lokasi artritis
terutama ada sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.
3. Remisi sempurna antara serangan akut (Inter Critical Gout) Serangan
akut dapat membaik pada serangan pertama dan selanjutnya diikuti
oleh remisi sempurna sampai serangan berikutnya. Apabila
hiperurisemia (kalau ada) tidak dikoreksi, akan timbul artritis gout
menahun.
4. Hiperurisemia
Keadaan hiperurisemia tidak selalu identik dengan artritis gout akut
artinya tidak selalu artritis gout akut disertai dengan peninggalan kadar
asam urat darah. Banyak orang dengan peninggian asam urat, namun
tidak pernah menderita serangan artritis gout ataupun terdapat tofi.
5. Thopy
Thopy adalah penimbunan kristal urat pada jaringan. Mempunyai sifat
yang karakteristik sebagai benjolan dibawah kulit yang bening dan tofi
paling sering timbul pada seseorang yang menderita artritis gout lebih
dari 10 tahun.
6. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2011), penatalaksanaan gout arthritis yakni :
a. Penatalaksanaan serangan akut .
Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
1. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan
serangan arthritis gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih
rendah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap Kristal urat
dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6
mg per jam sampai nyeri, mual atau diare hilang. Kontraindikasi
pemberian oral jika terdapat inflamammatory bowel disease.
2. OAINS
Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan
adalah indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8
jam. Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikus aktif,
gangguan fungsi ginjal, dan riwayat alergi terhadap OAINS.
3. Kortikosteroid
untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi
yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat
efektif, contohnya triamsinolon 10-40 mg intraartikular.
4. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan
aspirin karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam
urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia.
5. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24
jam setelah serangan menghilang.
7. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang
tinggi dalam darah ( > 6 mg%). Kadar asam urat normal dalam serum
pada pria 8mg% dan pada wanita 7mg%. pemeriksaan kadar asam urat ini
akan lebih tepatlagi bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang
didapatkan leukositosis ringan dengan led meninggi sedikit. Kadar asam
urat dalam urin juga sering tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).
Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga
penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna
putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis
dapat dipastikan bila ditemukan gambarankristal asam urat ( berbentuk
lidi) pada sediaan mikroskopik.
Kriteria diagnostik Artritis Gout : ( ARA 1977)
1. Kristal urat dalam cairan sendi.
2. Tofus yang mengandung kristal urat.
3. Enam dari kriteria dibawah ini:
a. Lebih dari satu kali serangan ertritis akut
b. Inflamasi maksimal pada hari pertama
c. Artritis monoartikular
d. Kemerahan sekitar sendi
e. Nyeri atau bengkak sendi metatarsofalangeal 1
f. Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal 1
g. Serangan unilateral pada sendi tarsal
h. Dugaan adanya tofus
i. Hiperurikemia
j. Pembengkakan asimetri sebuah sendi pada foto rontgen
k. Kista subkortikal tanpa erosi pada foto rontgen
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria
dewasa ( 30 th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause ( 50 –
60 th ).
b. Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c. Pemeriksaan fisik
1. Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
2. Nyeri tekan pada sendi yang terkena
3. Nyeri pada saat digerakkan
4. Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
5. Denyut jantung berdebar
d. Riwayat psikososial
1. Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
2. Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko gangguan mobilisasi b.d nyeri akibat gout artritis
b. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kondisi kronis (gout artritis)
c. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan di rumah b.d
kurangngnya mengenal masalah kesehatan
4. Perencanaan
a. Resiko gangguan mobilisasi b.d nyeri akibat gout artritis
Tujuan umum :
Setelah 3x kunjungan rumah, resiko gangguan mobilisasi klien tidak
terjadi
Tujuan Khusus :
Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, klien/keluarga mampu
melakukan pergerakkan ROM.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi
penderita asam urat
2) Ajarkan latihan ROM
3) Monitor cara latihan yang dilakukan oleh klien
4) Demonstrasikan cara-cara melatih pergerakkan pada klien
5) Kolaborasi dengan keluarga supaya menciptakan lingkungan yang
aman dan menyiapkan alat bantu
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama Lengkap : Tn.S
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 1 Mei 1943
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
Diagnosa Medis : Athritis Gout
Alamat : Boyolali
2. Keluarga atau Orang lain yang Peting/ Dekat yang dapat Dihubungi
Nama : Ny.W
Alamat : Boyolali
No. Telepon :-
Hubungan dengan Klien : isteri
GENOGRAM
x x x
x
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Hubungan Pernikahan
: Pasien
: Hubungan satu tempat tinggal
3. Alasan Utama datang ke RS/ Menghuni PSTW
Tidak dapat terkaji
4. Keluhan Utama Saat Ini
Tn.S mengatakan kaki dan lutut terasa nyeri
5. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini : Petani
Pekerjaan sebelumnya : Tn.S mengatakan dari dulu bekerja
merawat sawah milik sendiri
Sumber pendapatan : Tn.S mengatakan sumber pendapatan dari
Panen padi
Kecukupan pendapatan : Tn.S mengatakan hasil panen padi
cukup untuk kehidupan sehari-hari
6. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Tn.S mengatakan hobinya menonton TV
Berpergian/ wisata : Tn.S mengatakan hanya bepergian untuk
hal penting (misal: menjenguk orang sakit,
mendatangi undangan pernikahan).
Keanggotaan organisasi :Tn.S mengatakan masih mengikuti
kegiatan organisasi seperti perkumpulan RT
dan RW.
Lainnya : Tidak ada
7. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung :
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : Tn.S mengatakan BAK 4-5x/ hari dengan
warnah kuning jernih dan berbau yang khas.
Kebiasaan BAK pada malam hari : Tn.S mengatakan dimalam hari
hanya buang air sekali.
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tn.S mengatakan
tidak mengalami keluhan pada saat BAK
b. BAB
Frekuensi dan waktu : Tn.S mengatakan BAB 1 kali/hari
Kosistensi : Tn.S mengatakan BAB dengan konsistensi
yang lembek berwarna kuning
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tn.S mengatakan
tidak mengalami keluhan pada saat BAB
Pengalaman memakai Laxanti/ pencahar : Tn.S mengatakan
belum pernah memakai Laxanti/ pencahar.
3. Personal Hiegene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : Tn.S mengatakan mandi 2x/hari
Pemakaian sabun (ya/tidak) : Tn.S mengatakan mandi
menggunakan sabun.
b. Oral Hiegene
Frekuensi dan waktu gosok gigi : Tn.S mengatakan gosok gigi
2x/hari dengan menggunakan pasta gigi.
c. Cuci Rambut
Frekuensi : Tn.S mengatakan cuci
rambut setiap hari
Penggunaan shampo (ya/tidak) :Ya
d. Kuku dan Tangan
Frekuensi gunting kuku : Tn.S mengatakan menggunting
kuku saat kuku sudah mulai panjang
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : Tn.S mengatakan sering
mencucci tanganya dengan sabun. Tn.S mengatakan mencuci
tangan sebelum makan dan setelah makan.
C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama dalam 1 tahun terakhir : Lutut dan kaki terasa
sakit.
b. Gejala yang Dirasakan : Nyeri pada kaki dan lutut
c. Faktor Pencetus : Pola makan yang kurang baik
d. Timbulnya keluhan : Mendadak
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : Tn.S mengatakan sakitnya
dirasakan sejak 4 hari yang lalu
f. Upaya Mengatasi : Tn.S mengatakan hanya beli obat diwarung dan
beristirahat yang cukup.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang diterima : Tn.S pernah mengalami asma
b. Riwayat alergi : Tn.S mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
baik makanan, obat atau binatang
c. Riwayat kecelakaan : Tn.S mengatakan pernah mengalami jatuh
dari motor hingga pergelangan tangan sebelah kiri kadang suka
sakit
d. Riwayat dirawat di rumah sakit : Tn.S mengatakan pernah dirawat
di Rumah Sakit karena sakit asma
e. Riwayat pemakaian obat : Tn.S mengatakan hanya mengonsumsi
obat pemberian dari dokter saat mengalami masalah kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum (TTV): TD : 120/70mmHg, N: 78x/menit, RR:
22x/menit, S: 36,5C
b. Nyeri atau Skala Nyeri : Skala nyeri 6
c. Status Gizi
BB saat ini : 50 kg
TB :155 cm
d. BMI
(√) Gizi cukup
( ) Gizi Lebih
( ) Gizi Kurang
e. Personal Hyiene : Tn.S tampak sehat dan rapi
f. Rambut : Rambut Tn.S berwarna putih
g. Mata : Mata tampak terlihat sayu dan kantung mata menghitam
h. Telinga : Telinga Tn.S tampak bersih
i. Mulut, Gigi, dan Bibir : Mulut bersih, tidak ada sariawan dan bau
mulut
j. Gigi : gigi ada yang berlubang dan bersih
k. Bibir : tampak lembab
l. Dada :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris, tidak
ada lesi, bentuk dada simetris.
Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri.
Perkusi : Bunyi Sonor
Auskultasi : Bunyi Vaskuler
m. Abdomen:
Inspeksi : Tidak ada pembesaran perut, simetris, tidak ada
Lesi, tidak ada jejas.
Auskultasi : Bising usus 8 x/ menit
Perkusi : Bunyi Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
n. Kulit :
Bersih, berwarna sowo matang, tidak ada lesi, sedikit kriput
o. Ekstermitas atas :
Tangan kanan dan kiri bisa digerakan secara bebas, tidak ada
edema di kedua tangan dan kekuatan otot 5.
p. Ekstermitas bawah :
Kaki kanan dan kiri bisa digerakkan secara bebas, tidak ada edema
di kedua kaki dan kekuatan otot 5.
4. Status Fungsional :
Dari pengkajian fungsional kepada Tn.S menggunakan Modifikasi
Indeks Kemandirian Katz dengan analisa hasil point 17 yang artinya
adalah mandiri.
6. Dukungan Keluarga
Tn.S mengatakan selalu mendapat dukungan dari semua keluarganya.
E. Lingkungan Tempat Tinggal
1. Kebersihan dan Kerapian Ruangan
Rumah Tn.S tampak bersih tetapi ruangan sedikit berantakan
2. Penerangan
Penerangan di rumah Tn.S cukup
3. Sirkulasi Udara
Sirkulasi rumah Tn.S cukup. Rumah Tn.S terdapat 2 jendela dan 8
ventilasi udara.
4. Keadaan kamar mandi dan Wc
Kamar mandi Tn.S bersih, airnya bersih, sudah memiliki jamban, tidak
bau
5. Pembuangan Air kotor
Tn.S menggunakan sapiteng
6. Sumber Air Minum
Tn.S dan keluarga meminum dari beli air bersih yang dimasak terlebih
dahulu
7. Pembuangan Sampah
Tn.S membuang sampah di lubang sampah kemudian dibakar
8. Sumber Pencemaran
Tidak ada sumber pencemaran.
9. Penataan halaman
Rapi
10. Privasi
Keluarga saling menjaga privasi masing-masing.
11. Risiko Injury
Dari segi penataan rumah tidak ada resiko injury.
A. Analisa Data
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan Agens Cidera Biologis
2. Resiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya Informsi
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi Formatif
F. Evaluasi Sumatif
DOKUMENTASI