Disusun Oleh :
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktik klinik1
pada tanggal 3 Mei sampai dengan 8 Mei 2021 oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI.
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini telah disetujui oleh pembimbing akademik.
Askep : Gastroenteritis
1+2+3/3
1 Laporan
. pendahuluan
(Lp)
2 Askep
. Keperawatan
86
3 Responsi
. Ns. Dina Zakiyyatul
Fuadah,S.kep.,M.Kep
No. Elemen Nilai Total Nilai TT Perceptor
(0-100)
1+2
2
1. Penguasaan
Konsep
Perasat/Skill
2 Responsi
Prosedur/
SOP perasat
A. Definisi
Secara global, sebagian besar kasus pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus. Pada
orang dewasa, norovirus dan Campylobacter menjadi penyebab yang lebih umum. Penyebab
lain yang lebih jarang ditemukan yakni bakteri lain (atau racun bakteri) dan parasit.
Penularannya bisa terjadi karena konsumsi makanan yang dimasak secara tidak benar atau air
yang terkontaminasi atau melalui persinggungan langsung dengan orang yang terinfeksi.
Yang paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang cukup. Untuk
kasus ringan atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan rehidrasi oral. Untuk
kasus yang lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan. Gastroenteritis
paling banyak terjadi pada anak-anak dan masyarakat di negara berkembang.
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011). Gastroenteristis
akut yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Betz & Linda, 2009).
B. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kumankuman patogen
telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80 % pada kasus yang datang disarana
kesehatan dan sekitar 50 % kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi
tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit.
Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory.
Hampir sekitar 70%-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan. Secara garis
besar penyebab diare dikelompokkan menjadi penyebab langsung atau faktor-faktor yang
dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya diare. Penyebab diare akut dapat dibagi
menjadi dua golongan, diare sekresi (secretory diarrhoea) dan diare osmotis (osmotic
diarrhea).
Diare sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain (Sodikin, 2011):
a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti keadaan gizi / gizi
buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, sosial budaya, dan sosial
ekonomi).
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (seperti
keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan,
gugup), gangguan saraf, hawa dingin atau alergi, dan sebagainya.
d. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori
protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan bayi baru lahir.
C. Manisfestasi klinik
Gejala gastroenteritis berlangsung dalam waktu yang pendek (2-5 hari, tetapi
terkadang ada beberapa hari tambahan), gejala yang muncul pada gastroenteritis antara lain:
diare tidak berdarah, mual, muntah (kadang-kadang kurang dar 48 jam), nyeri perut (hilang
timbul, karena pergerakan usus). Gejala lain yang dapat muncul antara lain demam ringan
(sekitar 37,70C), terkadang nyeri kepala, nyeri otot dan perasaan lelah. Semua gejala tersebut
dapat berkembang menjadi gastroenteritis yang berat seperti dehidrasi yang dapat mengancam
jiwa, terutama pada anak-anak (Daldiyono 2006).
Infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja meningkatkan sekresi
usus dan penurunan absorbs diusus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan
toksin yang menyebabkan terjadinya diare infeksi atau gastroenteritis. Infeksi bakteri yang
invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses atau akibat garam
magnesium. Mekanisme gastroenteritis terjadi akibat bakteri Enteropagen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan
produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih
mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus. (Zein et al 2004).
a. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 ml dalam 24 jam. Pada kasus gastroenteritis, diare secara umum terjadi
karena adanya peningkatan sekresi air dan elektrolit (Simadibrata et al 2009).
b. Nyeri Perut. Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut
banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang timbul
ada hubungannya dengan makanan, apakah timbulnya terus menerus, adakah
penjalaran tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan kualitas
nyeri perut dari berbagai organ berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum akan
timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan berpusat pada garis tengah
epigastrium atau pada usus halus akan timbul nyeri disekitar umbilukus yang
mungkin sapat menjalar ke punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai
berat. Bila pada usus besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon
jarang bertempat diperut bawah (Hadi 2002).
c. Mual dan Muntah. Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi
lambung melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasikan terjadinya
muntah. Lokasinya terletak pada formasio retikularis lateral medulla oblongata yang
berdekatan dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernapasan, vasomotor, dan
fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki peranan dalam terjadinya muntah
(Hasler 2012).
Muntah dikoordinasikan oleh batang otak dan dipengaruhi oleh respon dari usus,
faring, dan dinding torakoabdominal. Mekanisme yang mendasari mual itu sendiri
belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga terdapat peranan korteks serebri karena
mual itu sendiri membutuhkan keadaan persepsi sadar (Hasler 2012).
d. Demam. Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu tubuh normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu (set point) di
hipotalamus (Dinarello dan Porat 2012). Temperatur tubuh dikontrol oleh
hipotalamus. Neuron-neuron baik di preoptik anterior hipotalamus dan Posterior
hipotalamus menerima dua jenis sinyal, satu dari saraf perifer yang mengirim
informasi dari reseptor hangat/dingin dikulit yang lain dari temperatur darah. Kedua
sinyal ini diintegrasikan oleh termoregulatory centre dihipotalamus yang
mempertahankan temperatur normal. Pada lingkungan dengan suhu netral, metabolic
ratemanusia menghasilkan panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk
mempertahankan suhu inti yaitu dalam batas 36,5-37,50C (Dinarello dan Porat 2012).
Pusat pengaturan suhu terletak dibagian anterior hipotalamus. Ketika vascular bed
yang mengelilingi hipotalamus terekspos pirogen eksogen tertentu (bakteri) atau
pirogen endogen, zat metabolik asam arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel
jaringan pembuluh darah ini.
Zat metabolik ini seperti prostaglandin E2, melewati blood brain barrier dan menyebar
ke daerah termogulator hipotalamus, mencetuskan serangkaian peristiwa yang meningkatkan
sel point hipotalamus. Dengan adanya set point yang pesat sampai osmolaritas cairan usus
sama dengan darah. Larutan ORS-beras atau sering disebut juga dengan air tajin dapat
mengurangi kuantitas tinja dan lamanya fase diare dengan rata-rata 20% pada diare non kolera
dan pada diare kolera dapat menurunkan lamanya fase diare sebesar 30% (Tan & Rahardja
2007). ORS-beras atau air tajin sebaiknya diberikan sebagai ORS standar untuk dewasa dan
anak pada kolera, dan dapat digunakan sebagai terapi kepada pasien dimana sediaannya
tersedia. Air tajin sebaiknya tidak diberikan sebagai standar ORS sebagai terapi dengan diare
non-koler akut, khususnya ketika makanan segera diberikan setelah rehidrasi, seperti
direkomendasikan untuk mencegah malnutrisi (WGO 2008).
D. Patofisiologi
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi rotavirus. Zat
enterotoksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadinya lisis sel enterosit traktus
gastrointestinal.
Transmisi penyakit ini umumnya adalah melalui rute fekal-oral dari makanan dan minuman
yang terkontaminasi agen kausal penyakit. Rotavirus yang masuk ke dalam mulut akan
menginfeksi lapisan mukosa usus kecil, bereplikasi, kemudian virions akan dilepaskan ke
dalam lumen usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari usus kecil. Masa
inkubasi rotavirus adalah sekitar dua hari.
Widagdo (2011) menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara fekaloral bersama makanan
dan minuman, dari beberapa ditularkan secara airborne yaitu norovirus, Virus penyebab diare
secara selektif menginfeksi dan merusak sel-sel di ujung jonjot yang rata disertai adanya
sebukan sel radang mononuclear pada lamina propania sedang pada mukosa lambung tidak
terdapat perubahan walaupun penyakit dikenal sebagai gastroenteristis. Gambaran patologi
tidak berkorelasi dengan gejala klinik, dan terlihat perbaikan proses sebelum gejala klinik
hilang.
Kerusakan akibat virus tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air dan garam
berkurang dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi dari cairan usus, serta
aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan terjadilah malabsorpsi karbohidrat terutama
laktosa. Faktor penyebab gastroenteristis virus lebih banyak mengenai bayi dibandingkan
dengan anak besar adalah fungsi usus berkurang, imunitas spesifik kurang, serta menurunnya
mekanisme pertahanan spesifik seperti asam lambung dan mukus. Enteritis virus juga
meningkatkan permiabilitas terhadap makromolekul di dalam usus dan ini diperkirakan
sebagai penyebab meningkatnya resiko terjadinya alergi makanan.
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Pembagian diare menurut mekanismennya
a. Absorbsi
b. Gangguan sekresi
Kejadian secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih.
Menurut mekanisme diare maka dikenal : Diare akibat gangguan absorbsi yaitu volume cairan
yang berada di kolon lebih besar dari kapasitas absorbsi menurun atau sekeresi bertambah.
Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit terutama
Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
1. Rehidrasi oral
2. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh, zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide synthase), dimana eksresi enzim ini
meningkat selama gastroenteritis dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian gastroenteritis (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian zinc selama gastroenteritis terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan gastroenteritis, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi tinja, serta
menurunkan kekambuhan kejadian gastroenteritis pada 3 bulan berikutnya, berdasarkan bukti
ini semua anak gastroenteritis harus diberi zinc segera saat anak mengalami gastroenteritis,
dosis pemberian zinc pada balita :
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun gastroenteritis sudah berhenti, cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larut berikan pada anak gastroenteritis (Kemenkes RI,2011).
Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan,
pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, beri makanan yang mengandung
protein yang akan membantu dalam menyerap air dalam tubuh anak, makanan yang
mengandung protein seperti apel, kentang, pisang, dan wortel. Ibu dapat mengolahnya
menjadi sayur dengan tambahan bahan- bahan yang lain yang disukai anak untuk membantu
meningkatkan nafsu makan (Ngastiyah,2014).
4. Medikmentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus, termasuk gastroenteritis berat dengan panas (Ngastiyah,2014), kecuali
pada :
C. Gastroenteritis persisten.
D. Obat-obatan anti gastroenteritis meliputi antimotilitas (missal loperamid, difenoksilat,
opium), adsorben (missal norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin
dan klorpromazin, tidak satu pun obat-obatan ini terbukti mempunyai efek yang nyata
untuk gastroenteritis akut dan beberapa mempunyai efek yang membahayakan, obat-
obatan ini tidak boleh diberikan pada anak < 5 tahun.
H. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, psikal assesment.
Kaji data menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita (2012) adalah :
1. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan No telpon
2. Keluhan utama
Keluhan utama yaitukeluhan yang dirasakan oleh klien Bab 4-10 kali dan cair ,yang
menyebabkan klien datang untuk berobat kerumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya keluhan yang dikatakan ibu pasien yaitu bab 4-10 kali dalam sehari, badan
terasa lemas dan mata terlihat cowong. Bab pada pasien dialami sejak 4 hari yang
lalu.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya pasien An.Y tidak pernah sakit apapun.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada tidaknya didalam anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.
4. Pengkajian pola kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolism
Pasien akan mengalami penurunan nafsu makan dan mengalami dehidrasi ringan.
b. Pola akttifitas
Pola aktifitas klien akan terganggu karena klien mengalami bab yang sering,
dehidrasi.
c. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur akan terganggu karena klien merasa tidak nyaman dengan
gejala gejala yang dialaminya.
d. Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urine karena kurangnya asupan nutrisi yang
masuk dalam tubuh klien.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Terjadi kecemasan terhadap diri sendiri, pasien ingin cepat sembuh dari
penyakitnya dan bisa bermain seperti biasa.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, penglihatan, perabaan, perasaan dan pendengaran umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat
dirumah sakit dan harus bed rest.
h. Pola penanggulangan stress
Pasien tampak cemas, gelisah, rewel dan menangis terus.
5. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan tingkat kesadaran, dengan cara memeriksa tanda – tanda vital :
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda vital :
Suhu tubuh :38
Nadi : 90x/menit
RR : 24x/menit
2. Pemeriksaan fisik Head to toe
1. Kepala
Inspeksi: Kepala simetris, warna rambut normal, kondisi rambut normal, kondisi
kepala normal, tidak ada lesi.
Palpasi: Ubun-ubun besar cekung pada bayi yang dehidrasi.
2. Wajah
Inspeksi: Muka simetris, pucat, kondisi muka normal, tidak ada lesi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
3. Mata
Inspeksi: Simetris, sklera putih, pupil isokor, konjungtiva merah muda, diare
tanpa dehidrasi: kelopak mata cekung
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
4. Telinga
Inspeksi: Simetris, kondisi telinga normal, kebersihan telinga normal, tidak ada
lesi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
5. Hidung
Inspeksi: Simetris, kebersihan tidak ada lesi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
7. Leher
Inspeksi: Simetris, warna kulit normal, tidak ada lesi.
Palpasi: Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar getah bening dan
kelenjar tiroid.
8. Thorax (dada)
Inspeksi: simetris, bentuk dada normal, pernapasan normal hingga cepat
Palpasi: Vocal fremitus sama. Perkusi: Sonor.
Auskultasi: Tidak ada suara tambahan.
9. Abdomen
Inspeksi: Simetris, terdapat distensi abdomen, tidak ada lesi.
Auskultasi: Bising usus meningkat (normal anak: 5- 15x/menit).
Perkusi: Hipertimpani.
Palpasi: Supel, pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
11. Ekstremitas
Kekuatan otot normal, tidak edema, tidak fraktur.
12. Genitalia dan Anus
Inspeksi: Anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena seringnya defekasi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang timbul dari diri
sendiri maupun luar (lingkungan) (Nursalam, 2015).Diagnosa keperawatan yang lazim
muncul menurut SDKI:
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Diare berhubungan dengan proses infeksi dan inflamasi diusus
c. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan.
d. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
e. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peroses penyakit.
f. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi hiperpristaltik.
C. Intervensi Keperawatan
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan Adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah di
susun tercapai atau tidak Menurut Friedman (dalam harmoko ,2016) evaluasi
didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang di lakukan oleh
keluarga, perawat dan yang lainya . ada beberapa metode evaluasi yang di pakai
dalam perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus
di sesuikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.
KASUS SEMU
An.B berusia 3 tahun berjenis kelamin laki – laki datang ke RSUD Gambiran pada
tanggal 16 Juni 2021 pukul 09.00 WIB, An.Y datang kerumah sakit diantar oleh ibunya
(Ny.S). Saat datang di rumah sakit ibunya mengatakan bahwa pasien mengalami Bab
cair , sehari sudah bab 4-10x, badan pasien lemas, mata cowong, dan mual muntah.
Pasien di diagnose Gastroenteritis, saat ini pasien sudah dirawat di ruang Anggrek
dengan nomor register 44.67.89 Saat masuk ruangan An.S berat badannya 11 kg. Hasil
pengkajian yang didapatkan saat TTV yaitu TD: 90/60 Nadi 140x/menit , Suhu tubuh
38 derajat celcius dan RR 24x/menit, turgor kulit menurun, konjungtiva pucat CRT >
3dtk