Anda di halaman 1dari 34

ANALISA JURNAL

BREAST MILK-FED INFANT OF COVID-19 PNEUMONIA MOTHER:


A CASE REPORT
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawataan Maternitas

Disusun Oleh :

Kelompok 3B
Misra 24191376
Hartatik Nurhayati 24191377
Iswandi Zulpahmiansyah 24191378
Miftah Silvia Ayu 24191379

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2020
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Disahkan Analisa Jurnal “Breast Milk-fed Infant of Covid-19 Pneumonia


Mother: a Case Report” Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Stase
Keperawatan Maternitas Stikes Surya Global Yogyakarta Tahun 2020.

Yogyakarta, Juli 2020

Disusun Oleh:

Kelompok 3B
Misra 24191376
Hartatik Nurhayati 24191377
Iswandi Zulpahmiansyah 24191378
Miftah Silvia Ayu 24191379

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

(Viantika Kusumasari, S.Kep., Ns., M.Kep)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas analisa
jurnal yang berjudul “Breast Milk-fed Infant of COVID-19 Pneumonia Mother: a
Case Report”.
Adapun penyusunan tugas ini, sehubungan dengan pemenuhan tugas
kelompok yaitu presentasi jurnal stase keperawatan jiwa yang dibimbing oleh Ibu
Viantika Kusumasari, S. Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing akademik
di RSUD Wonosari Yogyakarta.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai update ilmu tentang tatalaksana keperawatan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam analisa jurnal ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan
demi perbaikan analisa jurnal yang telah kami buat. Mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing akademik, karena berkat bimbingan beliaulah kami bisa
menyelesaikan analisa jurnal ini.

Yogyakarta, Juli 2020

Tim Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………....... 1
Halaman Pengesahan……………………………………………………………………. 2
Kata Pengantar…………………………………………………………………………... 3
Daftar Isi………………………………………………………………………………… 4
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 5
A. Latar Belakang…………………………………………………………………... 5
B. Tujuan…………………………………………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… 7
A. Definisi Laktasi………………………………………………………………….. 7
B. Produksi ASI……………………………………………………………………. 7
C. Proses Laktasi………………………………………………………………….... 9
D. Komposisi Gizi dalam ASI……………………………………………………… 10
E. Manfaat ASI…………………………………………………………………….. 13
F. Faktor yang Mempengaruhi ASI………………………………………………... 15
BAB III SKENARIO KLINIS……………………………………………………….. 18
A. KASUS………………………………………………………………………….. 18
BAB IV RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………. 19
A. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 19
B. PICO…………………………………………………………………………….. 19
BAB V HASIL PENELUSURAN BUKTI…………………………………………... 21
A. Metode Penelusuran Bukti……………………………………………………… 21
B. Hasil Penelusuran Bukti………………………………………………………… 21
BAB VI TELAAH KRITIS…………………………………………………………... 26
A. VIA……………………………………………………………………………... 26
BAB VII PEMBAHASAN……………………………………………………………. 29
A. Diskusi…………………………………………………………………………... 29
BAB VIII KESIMPULAN……………………………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal Desember 2019, coronavirus baru bernama SARS-CoV-
2 pecah di Wuhan, Cina, mempengaruhi populasi yang rentan dan
menyebabkan pneumonia COVID-19 yang sangat menular (Zhu N, Zhang D,
Wang W, 2020). Dengan kasus-kasus yang sekarang terkonfirmasi di banyak
negara dan angka kematian 3,5%, COVID-19 telah dinyatakan oleh WHO
sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global. SARS-CoV – 2
menyebar terutama melalui tetesan dan kontak dekat.
Serangan pandemi COVID-19 yang kini mencapai lebih dari 200
negara dan territorial menyebabkan 2,6 milyar orang kini menjalani isolasi
diri sesuai dengan rekomendasi pemerintah di seluruh dunia. Salah satu
kelompok rentan dalam bencana penyakit menular missal ini adalah para ibu
yang menyusui bayi berusia dibawah dua tahun. Bayi dan anak-anak termasuk
kelompok yang rentan tertular COVID-19, meski dengan alasan yang belum
diketahui, tingkat kematiannya cukup rendah dibanding pada orang usia
lanjut. Kondisi ini menyebabkan kebingungan pada kaum ibu, terutama
apakah mereka masih bisa menyusui anaknya atau tidak pada masa sulit ini
(Pramono, 2020). Menurut rekomendasi para ahli dan keputusan pihak
berwenang di China, pasien dengan pneumonia yang dikonfirmasi atau
dicurigai COVID-19 harus berhenti menyusui sampai pemulihan. Namun,
tidak pasti apakah SARS-CoV – 2 dapat hadir dalam ASI.
Sejumlah organisasi global seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Asosiasi Konsultan
Laktasi Internasional (ILCA), Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNICEF) merekomendasikan para ibu masih terus dapat menyusui anaknya
di tengan masa pandemi COVID-19 saat ini. Air susu ibu (ASI) memiliki
komposisi unik yang berubah sesuai dengan usia dan kebutuhan masing-
masing bayi. Kandungan ASI yang meliputi immunoglobulin A (IgA),
laktoferin, leukosit, dan zat gizi lainnya, juga memiliki peran untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak (Pramono, 2020).

5
Berdasarkan uraian diatas, maka kelompok ingin mengetahui
keamanan menyusui dan efek protektif ASI pada bayi dari ibu yang terinfeksi
SARS-CoV-2.
B. Tujuan
Mampu memahami dan mengaplikasikan jurnal “Breast Milk-fed
Infant of Covid-19 Pneumonia Mother: a Case Report”.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia
(Maryunani, 2012). Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran ASI. ASI ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik
dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri
(Padila, 2014).
B. Produksi ASI
Selama kehamilan, hormone esterogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveoli dan duktus lactiferous di dalam payudara, serta
merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai
masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone esterogen menurun.
Penurunan kadar esterogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan
produksi ASI. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh
menyusunya bayi pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan
sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi
oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepithel. Proses ini disebut
juga sebagai “reflek prolaktin” atau milk production reflect yang membuat
ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari-hari dini, laktasi reflek ini tidak
dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu. Nantinya, reflek ini dapat dihambat oleh
keadaan emosi ibu bila ia merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti atau
bila merasakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui
duktus kasinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh
kelenjar liypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus
mamae dan ductus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI

7
keluar dari alveoli melalui duktus lactiverous, tempat ASI akan disimpan.
Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, kemulut bayi.
Gerakan ASI dari dari sinus ini dinamakan let down reflect atau pelepasan.
Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan
dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan
tentang bayinya. Pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang baik .
tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus-menerus tetapi hanya
memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam
payudara. Bila pelepasan gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang
kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti
befungsi dan laktasi akan berhenti. Cairan pertama yang diperoleh bayi dari
ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandung campuran
yang kaya akan protein, mineral, dan antibody dari pada ASI yang telah
matur. ASI mulai ada kira-kira pada hari yang ketiga atau keempat setelah
kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 1
hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusi sesudah produksi ASI akan
meningkat (Sulistyowati, 2009).
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron merangasang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesterone merangsang pertumbuhan
saluran kelenjar. Kedua hormon ini mengerem LTH, setelah plasenta lahir
maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi. Lobus hypofise
mengeluarkan oksitosin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran
air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan putting
susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oksitosin
yang menyebabkan payudara mengeluarkan air susunya (Padila, 2014).
Pada hari ke-3 postpartum, payudara menjadi besar, keras dan nyeri.
Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat,
keluarlah cairan putih dari putting susu. ASI kurang lebih mengandung
protein 1-2%, lemak 3-5 , gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal yang
mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Banyaknya air susu
sangat bergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu
(Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983 dalam Padila, 2014).

8
Anjuran pemberian ASI yang benar adalah sebagai berikut:
1. ASI ekslusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%
kebutuhan bayi
2. Dari 6 – 12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena
dapat memenuhi 60 – 70 % kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan 19
makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai
dengan usia bayi
3. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi
dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap
dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat
lainnya
C. Proses Laktasi
Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormone, refleks dan
perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor
berikut (Bobak et al, 2005):
1. Laktogenesis
Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir
kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar mamaria
oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai prolaktin.
Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama
susu dikeluarkan dari payudara.
2. Produksi susu
Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan jumlah produksi
hormon prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan pengeluaran susu
yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor
yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.
3. Ejeksi susu
Pergerakan susu dari alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses
ekstrusi dari sel) ke mulut bayi merupakan proses yang aktif dalam
payudara. Proses ini tergantung pada refleks let down atau ejeksi susu.
Refleks let down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi.

9
Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel disekitar alveoli berkontraksi,
mengeluarkan susu melalui duktus ke mulut bayi.
4. Kolostrum
Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi baru
lahir. Kolostrum mengandung antibody vital dan nutri padat dalam
volume kecil, sesuai sekali untuk makanan pertama bayi. Menyusui dini
yang efisien berkolerasi dengan penurunan kadar bilirubin dan kerja
laksatif kolostrum yang mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum
secara bertahap berubah menjadi ASI antara hari ketiga dan kelima masa
nifas.
5. Air Susu Ibu (ASI)
Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung lebih
sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar di akhir
menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa ini berwarna
putih dan mengandung banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih
tinggi pada akhir pemberian makan memberikan bayi pasa puas.
Pemberian makan yang cukup lama, untuk setidaknya membuat satu
payudara menjadi lunak, memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk
menigkatkan berat badan, menjarangkan jarak antar menyusui, dan
mengurangi pembentukan gas dan kerewelan bayi karena kandungan
lemak yang tinggi ini akan dicerna lebih lama.
D. Komposisi Gizi dalam ASI
Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Komposisi
ASI berubah menurut stadium penyusuan. Komposisi ASI tidak dapat di tiru
dengan pemberian susu formula (Marliandiani, 2015).
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar, berwarna
kuning keemasan, kental, dan lengket. Kolostrum disekresi oleh kelenjar
payudara pada hari pertama sampai hari keempat pascapersalinan.
Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur.
Selain itu kolostrum mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein

10
utama dalam kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM) yang
digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisasi
bakteri, virus, jamur dan parasit.
Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrun juga
sebagai pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
makanan bagi bayi (Marlindiani, 2015).
2. ASI Transisi/Peralihan
ASI peralihan diproduksi pada hari keempat atau ketujuh sampai
hari ke- 10/ke-14 setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang. Pada
ASI transisi kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi, kadar
protein dan mineral lebih redah, serta lebih banyak kalori (Marlindiani,
2015).
3. ASI matur
ASI matur keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. ASI matur
akan terlihat lebih encer daripada susu sapi. pada tahap ini, ASI banyak
mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Air susu matur
merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan dengan stimulasi saat
laktasi. ASI merupakan makanan satu-satunya paling baik bagi bayi
sampai usia enam bulan. Air susu matur memiliki dua tipe yaitu foremilk
dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar lebih dulu saat ibu
menyusui. Sifat foremilk lebih encer, tinggi laktosa, dan protein yang
penting untuk pertumbuhan otak dan berfungsi sebagai penghilang rasa
haus pada bayi. Hindmilk keluar beberapa saat setelah foremilk , sifatnya
lebih kental dan kandungan lemak lebih tinggi sehingga memberikan
efek kenyang pada bayi, serta bermaanfaat untuk pertumbuhan fisik anak
(Malindiani & Ningrum N.P, 2015).
Komposisi ASI menurut Marlindiani (2015) antara lain sebagai berikut :
1. Laktosa
Laktosa 7g/100 ml merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI
yang berperan penting sebagai sumber energi. Selain itu laktosa juga

11
diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam
perkembangan sistem saraf.
2. Lemak
Lemak 3,7-4,8g/100ml, merupakan zat gizi terbesar kedua pada
ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam
pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen asam
lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam alfa linoleat yang akan
diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA berfungsi
untuk perkembangan otak bayi.
3. Vitamin
Kandunga vitamin dalam ASI antara lain vitamin E banyak
terkandung dalam kolostrum, vitamin K berfungsi sebagai katalisator
pada proses pembekuan darah, vitamin D berfungsi untuk pembentukan
tulang dan gigi.
4. Garam dan mineral
jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap.
Jumlah zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari
pemecahan sel darah merah dan zat besi yang terkandung dalam ASI. Zat
besi diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga
diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika.
5. Oligosakarida
Oligosakirida 10-12 g/l merupakan komponen bioaktif di ASI
yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah
bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan bayi.
6. Protein
Protein dalam susu yaitu kasein dan whey kadarnya 0,9%. Protein
0,8-1,0 g/100 ml, merupakan komponen dasar dari protein adalah asam
amino berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa asam amino
tertentu yaitu taurina, triptopan, dan fenilalanina merupakan senyawa
yang berperan dalam proses ingatan. (Marlindiani, 2015).

12
E. Manfaat ASI
Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak
bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan
dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Astuti, 2015).
Dampak yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu
bayi memiliki resiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Berdasarkan
hasil penelitian di dapatkan bahwa bayi yang diberikan susu formula lebih
sering mengalami diare dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif (Khrist Gafriela Josefa & Ani Margawati, 2011 dan citra Puspita
Ningrum, 2006). Di Amerika, tingkat kematian bayi pada bulan pertama
berkurang sebesar 21% pada bayi yang disusui. Bayi yang tidak memperoleh
zat kekebalan tubuh tidak mendapatkan makanan yang bergizi tinggi serta
berkualitas dapat menyebabkan bayi mudah mengalami sakit yang
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya terhambat
(Mursyida A.Wadud, 2013 dalam Astuti, 2015).
Manfaat pemberian ASI menurut Astuti (2015) dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Manfaat ASI untuk bayi
a. Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal, namun tidak
meningkatkan risiko kegemukan.
b. Antibodi tinggi sehingga aak lebih sehat.
c. Tidak menimbulkan alergi dan menurunkan resiko kencing manis.
d. Menimbulkan efek psikologis untuk pertumbuhan.
e. Mengurangi resiko karies gigi.
f. Mengurangi resiko infeksi saluran pencernaan (muntah, diare)
g. Mengurangi resiko infeksi saluran pernapasan dan asma.
h. Meningkatkan kecerdasan.
i. Mudah dicerna, sesuai kemampuan pencernaan bayi.
2. Manfaat ASI untuk Ibu
a. Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin sehingga
meningkatkan kontraksi rahim.
b. Mengurangi jumlah pendarahan nifas.

13
c. Mengurangi resiko karsinoma mammae.
d. Mempercepat pemulihan kondisi ibu nifas
e. Berat badan lebih cepat kembali normal.
f. Metode KB paling aman, kadar prolaktin meningkatkan sehingga
akan menekan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
ovulasi
g. Suatu kebanggaan bagi ibu jika dapat menyusui dan merasa menjadi
sempurna.
3. Manfaat bagi Keluarga
a. Aspek ekonomi dan psikologi
Tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli
susu formula, bayi yang sehat karena diberi ASI dapat menghemat
biaya kesehatan dan mengurangi kekhawatiran keluarga.
b. Aspek kemudahan
Lebih praktis saat berpergian karena tidak perlu membawa
botol, susu, air panas, dan segala macam perlengkapan.
4. Manfaat bagi Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien di
dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi, menjamin status gizi
bayi menjadi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidai untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung
akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi
komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.
c. Mengurangi devisa dalam pemberian susu formula
ASI yang di anggap sebagai kekayaan nasional, jika semua
ibu memberikan ASI maka dapat menghemat devisa yang
seharusnya dipakai membeli susu formula.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang secara
optimal sehingga akan menjamin kualitas generasi penerus bangsa.

14
F. Faktor yang Mempengaruhi ASI
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi
pada kelenjar payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
menurut Dewi & Sunarsih, (2011) antara lain:
1. Faktor makanan ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi
dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan lancar
(Dewi dan Sunarsih, 2011).
2. Faktor isapan bayi
Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian
hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan
rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin.
Prolaktin bekerja pada kelenjar susu (alveoli) untuk memproduksi ASI.
Isapan bayi tidak sempurna atau puting susu ibu yang sangat kecil akan
membuat produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus
menurun dan ASI akan terhenti (Dewi & Sunarsih, 2011).
3. Frekuensi penyusuan
Menyusui bayi direkomendasi 8 kali sehari pada bulan-bulan
pertama setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan pengeluaran
ASI. Frekuensi menyusui berkaitan dengan kemampuan stimulasi kedua
hormon dalam kelenjar payudara, yakni hormon prolaktin dan oksitosin
(Riksani, 2012). Produksi ASI kurang di akibatkan frekuensi penyusuan
pada bayi yang kurang lama dan terjadwal. Menyusui yang dijadwal akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi ASI. Penelitian yang dilakukan Dewi dan Sunarsih
mengatakan bahwa produksi ASI bayi premature akan optimal dengan
pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah
melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat
menyusu. Bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari
selama 2 minggu pertama setelah melahirkan, berhubungan dengan
produksi ASI yang cukup.

15
4. Riwayat penyakit
Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu
produksi ASI dapat mempengaruhi produksi ASI (Dewi dan Sunarsih,
2011).
5. Faktor psikologis
Produksi ASI dipengaruhi oleh faktor psikologis, kejiwaan ibu
yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kecemasan, kurang percaya
diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan
volume ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik, ibu harus dalam
keadaan tenang (Kristiyansari, 2009). Kondisi ibu yang mudah cemas
dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga dapat berpengaruh pada
produksi ASI. Hal ini di karenakan kecemasan dapat menghambat
pengeluaran ASI (Kodrat, 2010). Menurut penelitian Mittra Jalal (2017)
kecemasan dan stress dapat menurunkan hormone prolaktin dan sekresi
oksitosin, sehingga aliran susu berkurang ketika ibu menyusui.
6. Berat badan lahir
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal
(> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi
frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat
lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI (Dewi & Sunarsih, 2011)
7. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat untuk mempelancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI dengan cara menjaga agar payudara senantiasa bersih
dan terawat (puting susu) karena saat menyusui payudara ibu akan
kontak langsung dengan mulut bayi menurut (Maryunani, 2012).
Perawatan payudara dapat merangsang hipofsis untuk mengeluarkan
hormon prolaktin dan oksitosin. Kedua hormon inilah yang berperan
besar dalam produksi ASI. Perawatan payudara yang dimulai dari
kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui

16
bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik,
maka putting tidak akan lecet sewaktu diisap bayi (Dewi & Sunarsih,
2011).
8. Pola tidur
Ibu Menyusui memiliki pola istirahat kurang baik dalam jumlah
jam tidur maupun gangguan tidur. Faktor istirahat mempengaruhi
produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang
istirahat maka ASI juga berkurang (Rini Susilo, 2011).
9. Jenis persalinan
Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan
setelah bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama
persalinan. Sedangkan pada persalinan tindakan sectio ceasar seringkali
sulit menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan
anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat menyusui bayinya di jam pertama
setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi di bagian perut membuat proses
menyusui sedikit terhambat. (Prawirohardjo dalam Marmi, 2012).
10. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI.
Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang
dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif
sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak
prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat
disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ (Dewi dan Sunarsih, 2011).
11. Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk memproduksi ASI.
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan
menghambat pelepasan oksitosin (Dewi dan Sunarsih, 2011).

17
BAB III
SKENARIO KLINIS
A. KASUS
Pasien adalah seorang wanita berusia 32 tahun, ibu dari anak laki-laki
berusia 13 bulan yang disusui sejak lahir. Pada 20 Januari 2020, pasien dan
putranya makan bersama keluarga. Setelah dua minggu, pasien mengalami
hidung tersumbat, dan putranya mengalami demam dengan suhu puncak 38,4
°C, batuk kering, dan hidung tersumbat. Dua hari setelah onset (2 Februari
2020), tes untuk asam nukleat SARS-CoV-2 yang dilakukan di Rumah Sakit,
positif pada ibu dan anak, sedangkan suami pasien memiliki hasil negatif.
Hasilnya dikonfirmasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Pasien menderita depresi pascapersalinan, merasa sangat cemas, dan
bersikeras untuk tetap bersama anaknya. Pada saat yang sama, sang suami
meminta untuk menemani istri dan putranya karena kekhawatiran tentang
kesehatan mental pasien. Untuk menghormati keinginan pasien dan
keluarganya, dan setelah berkonsultasi dengan psikiater, keluarga dirawat di
bangsal isolasi tekanan negatif yang sama.

18
BAB IV
RUMUSAN MASALAH

A. Rumusan Masalah
Judul : Breast Milk-fed Infant of COVID-19 Pneumonia Mother: a Case
Report
Penulis :
1. Yuanyuan Yu
2. Jian Xu
3. Youjiang Li
4. Yingying Hu
5. Bin li
Tahun Publikasi : 2020
B. PICO
P (Patient, I (Intervention) C O (Outcome)
Population, (Comparison)
Problem)
Wanita menyusui Meneliti asam Dalam jurnal
Dari pembanding
dengan penyakit nukleat SARS- tidak ada
kedua kelompok
covid-19 CoV pada ibu pembanding
di dapatkan
yang menderita
kesimpulan bahwa
covid-19 dalam
hasil anak yang
serum ibu yang
tetap diberikan
menyusui dan
ASI dari ibu yang
ASI
dinyatakan positif
covid 19 akan
memiliki antibodi
terhadap corona
virus yang
memberikan
mereka kekebalan

19
pasif,
dibandingkan
dengan anak yang
diberikan ASI
pada ibu yang
tidak dinyatakan
positif covid 19.

20
BAB V
HASIL PENELUSURAN BUKTI
A. Metode Penelusuran Bukti
Langkah-langkah penelusuran bukti :
1. Membuka aplikasi browser
2. Ketik google cendekia
3. Ketika masuk di beranda Ketik keyword
a. Jurnal lactation and breastfeed with covid 19
b. Pada kolom cari dokumen maka akan muncul beberapa jurnal
publikasi
4. Di page pertama setelah muncul hasil pencarian muncul beberapa artikel
5. Pilih jurnal yang diinginkan, klik pdf kemudian download dan tersimpan.
B. Hasil Penelusuran Bukti
1. Ketik dalam pencarian google search google cendekia atau google
scholar”
2. Maka akan muncul tampilan seperti ini

21
3. Lalu klik google cendekia
4. Maka akan muncul tampilan seperti ini

22
5. Tuliskan kata kunci di kolom search sesuai jurnal yang dinginkan dan klik
jurnal yang diinginkan ( lactation and breastfeed with covid 19).
6. Maka akan muncul banyak tema mengenai lactation and breastfeed with
covid 19 dan pilih sesuai yang diinginkan, maka akan muncul tampilan
seperti ini

23
24
7. Dan dibuka tampilannya, maka akan seperti ini dan pilih download

25
BAB VI
TELAAH KRITIS
A. VIA
Validity (dalam Importance (dalam
Applicability (dalam
metode) result)
discussion)

Desain penelitian: Untuk membandingkan Pada penelitian ini


Didalam penelitian ini data dari penelitian ini pemberian ASI untuk
kami tidak menemukan tidak ada bukti yang bayi dari ibu yang
metode penelitian yang mendukung bahwa terinfeksi corona virus
ada dalam penelitian SARS-CoV–2 dapat tetap di berikan karena
ini. melewati sawar darah tidak adanya bukti
Instrumen penelitian: dan masuk dalam ASI. bahwa SARS-CoV-2
Tidak ditemukan Data yang baru-baru ini dalam kolostrum.
instrumen yang dipublikasikan di china Tetapi untuk penerapan
digunakan dalam tentang sembilan wanita pemberian ASI nya
penelitian. hamil yang didiagnosa sendiri menggunakan
Tempat dan waktu covid-19 menunjukkan metode tidak langsung
penelitian: bahwa tidak ada SARS- karena mencegah
di Rumah Sakit Aliated CoV–2 dalam kolostrum terjadinya penularan
Fourth, Fakultas wanita tersebut. Dalam melalui kontak
Kedokteran Universitas kasus yang disajikan, tes langsung dengan ibu
Zhejiang (02, Februari untuk kehadiran asam yang terinfeksi corona
2020) nukleat SARS-CoV-2 virus. Metode seperti ini
Populasi dan sampel: dalam serum ibu dan sangat efektif dilakukan
Sampel dalam ASI dilakukan beberapa karena asupan gizi dan
penelitian ini adalah kali dengan hasil negatif. nutrisi untuk bayi masih
ibu meyusui dengan Sebuah kasus bisa terpenuhi dan akan
Covid-19 sebelumnya mendapatkan antibodi
dilaporkan dari seorang terhadap SARS-CoV-2
wanita hamil yang yang cukup bagus
didiagnos covid-19 pada

26
usia kehamilan 19
minggu tetapi kemudian
pulih. Antibodi SARS-
CoV hadir dalam sampel
darahnya yang diambil
pada hari ke 12 dan 19.
Dia melahirkan bayi
yang sehat pada usia 38
minggu, dan asam
nukleat SARS-CoV
tidak terdeteksi dalam
serum ibu dan neonatal,
apusan nasofaring,
plasenta, darah tali pusat,
dan cairan ketuban.
Namun, antibodi
terhadap SARS-CoV
terdeteksi dalam serum
ibu, darah tali pusat, dan
ASI.
ASI tidak hanya
menyediakan berbagai
nutrisi untuk
pertumbuhan dan
perkembangan bayi
tetapi juga banyak bahan
bioaktif, termasuk
antibodi, untuk
memberikan
perlindungan terhadap
mikroorganisme patogen
di awal kehidupan. Jadi

27
pemberian ASI masih
tetap diperbolehkan tetapi
dengan pemberian ASI
tidak langsung.

28
BAB VII
PEMBAHASAN
A. DISKUSI
Studi observasi menunjukkan bahwa menyusui aman. Ketika
seorang ibu dan bayinya didiagnosis COVID-19, menyusui langsung tidak
hanya tidak memperburuk keparahan penyakit tetapi juga dapat
memberikan perlindungan kekebalan pasif pada bayi. Ketika ibu
dikonfirmasi COVID-19, kami sarankan hanya menyusui tidak langsung
untuk menghindari penularan virus melalui rute pernapasan.
Pasien datang dengan gejala klinis seperti demam, batuk kering
jarang, kelelahan, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, dan diare.
Sebagian besar pasien memiliki prognosis yang baik, dan anak-anak
memiliki gejala yang relatif ringan. Di antara 450 pasien awal yang
dilaporkan dalam literatur, tidak ada kasus anak-anak berusia kurang dari
15 tahun (Li Q, Guan X & Wu P, 2020) . Secara klinis, pasien kadang-
kadang hadir dengan jumlah sel darah putih menurun atau normal,
terutama limfosit. Biasanya, CT scan dada menunjukkan beberapa
kekeruhan tambal sulam di bawah pleura, yang kemudian berkembang
menjadi kekeruhan tanah-kaca. Dalam laporan saat ini, masa inkubasi
adalah 12 hari, dan manifestasi klinis, hasil laboratorium, dan pencitraan.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa waktu mulai timbulnya
gejala hingga pemulihan berkisar antara 12 hingga 32 hari, tetapi tes untuk
asam nukleat SARS-CoV-2 positif keluar setelah satu minggu (Lan L, Xu
D, Ye G, et al, 2020). Dalam kasus yang dilaporkan di sini, waktu dari
awal penyakit hingga keluar adalah selama 29 hari. Selama rawat inap,
hasil tes untuk asam nukleat SARS-CoV-2 berubah dari negatif menjadi
positif, menunjukkan bahwa isolasi pasien harus dilanjutkan setelah keluar
dari rumah sakit untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Beberapa virus pada ibu menginfeksi anaknya melalui ASI (Azzari
C, Moriondo M, Indol G, dkk, 2008). Serupa dengan SARS-CoV – 2, virus
hepatitis C dan Ebola adalah milik virus RNA. Telah didokumentasikan
bahwa sejumlah kecil virus hepatitis C dan Ebola dapat dideteksi dalam

29
ASI, meningkatkan kemungkinan bahwa menyusui dapat mengakibatkan
penularan virus dari ibu ke anak (Mavilia MG, 2018 & Olgun NS, 2017).
Tidak ada bukti yang mendukung kemungkinan bahwa SARS-CoV – 2
dapat melewati sawar darah-darah dan memasuki ASI. Data yang baru-
baru ini dipublikasikan tentang sembilan wanita hamil menunjukkan
bahwa tidak ada SARS-CoV – 2 dalam kolostrum (Retrospektif Catatan
Medis, Lancet 2020). Dalam kasus yang disajikan, tes untuk kehadiran
asam nukleat SARS-CoV-2 dalam serum ibu dan ASI dilakukan beberapa
kali dengan hasil negatif secara konsisten, semakin menegaskan bahwa
kemungkinan penularan dari ibu-ke-bayi sangat kecil. dan ASI aman untuk
menyusui bayi secara tidak langsung.
Semua bukti menunjukkan bahwwa menyusui sangat aman.
Faktanya, virus ini belum pernah ditemukan di dalam ASI. Jadi, UNICEF
mendorong para ibu untuk melanjutkan pemberian ASI kepada bayi dan
anak hingga usia tahun. ASI adalah sumber perlindungan dan gizi terbaik
bagi anak karena mengandung antibodi penting dan zat gizi lain yang bisa
membantu sistem daya tahan tubuh bayi melawan infeksi (UNICEF
Indonesia, 2020).
Meskipun memiliki gejala virus corona, seperti demam atau batuk,
ibu dapat tetap menyusui. Manfaat pemberian ASI jauh melebihi resiko
penularannya. Akan tetapi, tentu ibu harus mengikuti seluruh praktik yang
direkomendasikan untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi, ataupun
orang lain di rumah. Praktik ini termasuk mencuci tangan dengan sabun
selama minimal 20 detik, mengenakan masker dan membersihkan
permukaan yang disentuh orang yang sakit (UNICEF Indonesia, 2020).
ASI tidak hanya menyediakan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi tetapi juga banyak bahan bioaktif, termasuk
antibodi, untuk memberikan perlindungan terhadap mikroorganisme
patogen di awal kehidupan (Yeung CY, Lee HC, Chan WT, dkk, 2014).
Ketika mikroorganisme patogen menyerang tubuh, organisme
memobilisasi respons imun. IgM adalah antibodi yang paling awal yang
dihasilkan dalam respon imun humoral awal, sering digambarkan sebagai

30
garda depan mekanisme pertahanan anti-infeksi. Kehadiran antibodi IgM
menunjukkan kejadian infeksi baru-baru ini dan digunakan untuk
diagnosis awal. Antibodi IgG melindungi organisme dari serangan oleh
virus homotypic. Karena itu, antibodi IgG adalah tanda kekebalan atau
resistensi.

31
BAB VIII
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis jurnal, jurnal tersebut merekomendasikan
pemberian ASI untuk bayi yang dimana ibu didiagnosa COVID-19. Studi
observasi ini menunjukkan bahwa pemberian ASI aman bagi bayi ketika
seorang ibu didiagnosis COVID-19. pemberian ASI untuk bayi dari ibu yang
didiagnosa COVID-19 bayi tersebut akan memiliki antibodi terhadap SARS-
CoV-2 yang cukup bagus yang memberikan mereka kekebalan pasif. Tetapi
untuk penerapan pemberian ASI nya sendiri menggunakan metode tidak
langsung karena mencegah terjadinya penularan melalui kontak langsung
dengan ibu yang terinfeksi corona virus.

32
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri dkk.. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangga
Azzari C, Moriondo M, Indol G, et al. Higher risk of hepatitis C virus perinatal
transmission from drug user mothers is mediated by peripheral blood
mononuclear cell infection. J Med Virol 2008;80(1):65– 71.
doi:10.1002/jmv.21023.
Bobak, et al. 2005. Keperawatan Maternitas 4th edn. Jakarta: ECG.
https://assets.researchsquare.com/files/rs-20792/v1/d5e8ea55-0d2a-4167-886c-
cf5abb4e4335.pdf diakses pada 23 Juni 2020 pukul 14.57
Lan L, Xu D, Ye G, et al.Positive RT-PCR Test Results in Patients Recovered
From COVID-19 .JAMA 2020;Feb doi:10.1001/jama.2020.2783.
Li Q,Guan X,Wu P,et Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel
Coronavirus–Infected Pneumonia.N Engl J Med 2020;Jan 29.doi:
10.1056/NEJMoa2001316.[Epub ahead of print].
Marliandiani. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta: salemba medika; 2015.
Mavilia MG, Wu Mechanisms and Prevention of Vertical Transmission in
Chronic Viral Hepatitis.J Clin Transl Hepatol 2017;5(2):119–129.
doi:10.14218/JCTH.2016.00067.
Pranomo, Andini. 2020. Bagaimana Cara Ibu Menyusui Bayi yang Aman dari
Risiko Penularan COVID-19. Artikel: Australian National University.
Diakses dari https://theconversation.com.
Robertson CA, Lowther SA, Birch T, et al. SARS and pregnancy: a case Emerg
Infect Dis 2004;10(2):345–348. doi:10.3201/eid1002.030736.
Sulistyowati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: C.V Andi
Offset.
UNICEF Indonesia. 2020. Menyusui pada Masa Wabah Virus Corona (COVID-
19). Diakses dari https://www.unicef.org.
Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Xie SY, Zeng G, Xia SC, et al. Zhonghua Liu Xing Bing Xue Za Zhi
2007;28(4):343–345.

33
Yu, Y dkk. 2020. Breast Milk-fed Infant of COVID-19 Pneumonia Mother: a
Case Report. The Fourth A liated Hospital Zhejiang University
School of Medicine.

34

Anda mungkin juga menyukai