Anda di halaman 1dari 115

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

KUALITAS TIDUR LANSIA :

LITERATURE REVIEW

SKRIPSI

OLEH :

M RADJA AIRLANGGA FIRDAUS

213117085

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
KUALITAS TIDUR LANSIA :
LITERATURE REVIEW

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan

OLEH :

M RADJA AIRLANGGA FIRDAUS


213117085

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) Sekolah Tinggi
Ilmu Keperawatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
Pada Tanggal ……
“PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA : LITERATURE REVIEW”

Nama : M Radja Airlanga Firdaus


NPM : 213117085
Mengesahkan
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achamd Yani Cimahi
Pembimbing I Pembimbing II

H. Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep R. Acep Hasan, S.Kep.,Ners.,M.Kep


Penguji I Penguji II

Lina Safarina, S.Kp., M.Kep


Mengetahui,
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Ketua,

Achmad Setya Roswendi, S.Kp.,MPH

i
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “PENGARUH

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS

TIDUR LANSIA : LITERATURE REVIEW” ini, sepenuhnya karya saya

sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya

orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara - cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menangggung resiko / sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan terhadap karya saya ini, atau klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Cimahi, ……2021
Yang membuat pernyataan

M. Radja Airlangga F

ii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2021
M. RADJA AIRLANGGA FIRDAUS
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
KUALITAS TIDUR LANSIA : LITERATURE REVIEW
xiv + 73 lembar + 4 tabel + 3 gambar + 3 lampiran
ABSTRAK

Latar Belakang : Lanjut usia merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam
kehidupan manusia, didalamnya terdapat proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Prevalensi lansia di Dunia pada
tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 8,1% jika dibandingkan tahun 2012.
Prevalensi di Asia memiliki jumlah lansia tertinggi dibandingkan benua lainnya,
yaitu 400 juta jiwa. Sementara di Indonesia pada tahun 2013 terjadi peningkatan
total lansia sebesar 0,89% dibandingkan tahun 2010. Prevalansi gangguan kualitas
tidur pada lansia cukup tinggi yaitu 67% pada tahun 2010, dan tanpa di sadari
bahwa kualitas tidur tersebut berpengaruh terhadap kesehatan fungsional dan
fungsi kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pegaruh relaksasi
otot progresif terhadap kualitas tidur lansia melalui Literature Review.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan literature review melalui
penelusuran jurnal-jurnal di Pubmed, Google Scholar dan Portal Garuda
memperoleh 5 jurnal yang telah di uji kelayakan berdasarkan instrumen JBI
Critical Appraisal Checklist for QuasiExperiment Studies. Penyeleksian artikel
menggunakan PRISMA dan menggunakan aplikasi Plagiarism Checker X dengan
hasil 25%.
Hasil : Hasil ke 5 jurnal menunjukkan terdapat pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap kualitas tidur lansia.
Kesimpulan : Terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas
tidur lansia.
Saran : Hasil Literature Review ini diharapkan dapat menjadikan informasi
tambahan dalam pengembangan ilmu kesehatan yang berkaitan dengan pengaruh
terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia .
Kata Kunci : Kualitas Tidur Lansia, Terapi Relaksasi Otot Progresif.
Kepustakaan : 23, 2011-2021

iii
SCIENCE OF NURSING STUDY PROGRAM (S1)
NURSING STUDY PROGRAM (S1)
SCHOOL OF HEALTHY SCIENCE OF ACHMAD YANI CIMAHI
COLLEGE OF HEALTH SCIENCES 2021
EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION THERAPY ON
ELDERLY SLEEP QUALITY: LITERATURE REVIEW
xiv + 73 sheets + 4 tables + 3 pictures + 3 attachments
ABSTRACT

Background : Elderly is a condition that occurs in human life, in which there is a


process of slow disappearance of the ability of tissues to repair themselves,
replace themselves and maintain their normal structure and function. The
prevalence of elderly in the world in 2013 increased by 8.1% when compared to
2012. The prevalence in Asia has the highest number of elderly compared to other
continents, which is 400 million people. While in Indonesia in 2013 there was an
increase in the total elderly by 0.89% compared to 2010. The prevalence of sleep
quality disorders in the elderly is quite high at 67% in 2010, and without realizing
that the quality of sleep has an effect on functional health and cognitive function.
The purpose of the study was to look at the progressive muscle relaxation of
elderly sleep quality through literature review.
Research Method : This study uses literature review through searches of journals
in Pubmed, Google Scholar and Portal Garuda obtained 5 journals that have
been tested for feasibility based on the JBI Critical Appraisal Checklist for
QuasiExperiment Studies instrument. Selecting articles using PRISMA and using
plagiarism checker X application with 25% results.
Result : The results of the 5 journals showed that there was an effect of
progressive muscle relaxation therapy on the quality of elderly sleep.
Conclusion : There is an influence progressive muscle relaxation therapy on the
quality of sleep of the elderly.
Suggestion : The results of this Literature Review are expected to provide
additional information in the development of health sciences related to the
influence of progressive muscle relaxation therapy on the quality of elderly sleep.
Keywords : Elderly Sleep Quality, Progressive Muscle Relaxation Therapy.
Literature : 23, 2011-2021

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap

kualitas Tidur Lansia”dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan

skripsi ini penulis menyadari banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu, mendukung serta membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini, antara lain kepada :

1. Gunawan Irianto, dr., M.Kes., (MARS) selaku Ketua STIKes Jenderal Achmad

Yani Cimahi

2. Achmad Setya R, S.Kp., MPH selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(S1)

3. Hikmat Rudyana,S.Kp.,M.Kep selaku Dosen pembimbin 1 yang juga telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sampai skripsi ini selesai

dengan baik

4. R. Acep Hasan, S.Kep.,Ners.,M.Kep Dosen pembimbin 2 yang juga telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sampai skripsi ini selesai

dengan baik

5. Lilis Rohayani, S.Kep., Ners., M.Kep selaku dosen Koordinator Mata Kuliah

Skripsi

v
6. Staff Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) STIKes Jenderah Achmad Yani

Cimahi, pengelola perpustakaan serta seluruh pihak yang terlibat dalam

penyusunan skripsi ini

7. Kedua orangtua dan keluarga tercinta untuk do’a, motivasi dan kesabarannya

yang tak henti baik secara moril maupun material

8. Octavia Salsabila, yang telah memberikan do’a, semangat dan motivasi

9. teman seperjuangan saya Syifa Fauziah , Nufikhi, Wulan, Mitha, Wafa, Andi,

Rio, Salamina, dan Rahman yang telah memberikan dukungan yang berarti

10. seluruh pihak yang telah membantu penulisan dalam penyelesaian skripsi ini,

yang pada kesempatan kali ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat mengarah pada

perbaikan sangat penulis harapkan.

Akhri kata, penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya semoga

bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, aamiin.

Cimahi, … Agustus 2021

Penulis

vi
PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan

kepada Rasulullah SAW.

Teriring do’a, rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang dipersembahkan

untuk orang – orang tercinta :

Yang tercinta ibu Erna Rahmawati S.pd, dan bapak Irwan Zaenal Arifin S.Sos,

yang telah mendidik dan membesarkan dengan segala do’a terbaik, memberikan

limpahan cinta dan kasih sayang yang tidak terbatas, mengingatkan ketika khilaf,

dan senantiasa mendukung dalam segala langkah menuju kebahagiaan dunia dan

akhirat.

Yola Nevada S F, yang memberikan dukungan, semangat serta do’a.

Octavia Salsabila, yang telah memberikan do’a, semangat, dukungan dan motivasi

Teman seperjuangan saya, Syifa, Nufikhi, Wulan, Mitha, Wafa, Andi, Rio,

Salamina, dan Rahman yang telah memberikan dukungan yang berarti

vii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN.......................................................................................................i
PENGESAHAN.......................................................................................................ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
PERSEMBAHAN.................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B.Rumusan Masalah............................................................................................5
C.Tujuan Penelitian..............................................................................................5
1.Tujuan Umum.......................................................................................................5
2. Tujuan Khusus.............................................................................................6
D.Manfaat............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7
A.Konsep Teori Lansia.....................................................................................7
1.Definisi..........................................................................................................7
2.Klasifikasi Lansia..........................................................................................8
3.Karakteristik..................................................................................................9
4.Teori Penuaan.............................................................................................11

viii
5.Perubahan Fisiologi Tubuh Lansia............................................................14
B.Konsep teori tidur...........................................................................................24
1.Definisi.......................................................................................................24
2.Kualitas Tidur............................................................................................25
3.Fisiologi Tidur...........................................................................................26
4.Tahapan Tidur............................................................................................26
5.Faktor yang mempengaruhi kulitas dan kuantitas tidur.............................27
C.Konsep Teori Relaksasi otot progresif...........................................................31
1.Definisi........................................................................................................31
2.Tujuan relaksasi otot progresif....................................................................31
3.Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif....................................................33
4.Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif....................................................33
5.Hal yang Perlu di Perhatikan pada Terapi Relaksasi Otot Progresif..........33
6.Teknik Relaksasi Otot Progresif.................................................................34
D.Kerangka Teori Penelitian..............................................................................39
BAB III..................................................................................................................40
METODE PENELITIAN.......................................................................................40
A.Penelusuran Literatur.....................................................................................40
1.Sumber data...............................................................................................40
2.Kata kunci..................................................................................................42
B.Kriteria Literatur.............................................................................................43
C.Penelitian kualitas...........................................................................................45
D.Seleksi literature (PRISMA)..........................................................................48
E.Etik Penelitian.................................................................................................51
BAB IV..................................................................................................................53
A.Hasil...............................................................................................................53
1.Krakteristik umum dalam penyeleksian studi...........................................53
2.Rangkuman Hasil Pencarian Literature Review.......................................56
B.Pembahasan....................................................................................................64
1.Karakteristik Penelitian.............................................................................64
2. Persamaan dan perbedaan........................................................................64

ix
3.Analisa dan sintesa...................................................................................65
C.Keterbatasan Literature Riview......................................................................69
BAB V....................................................................................................................70
Simpulan dan saran................................................................................................70
A.Simpulan........................................................................................................70
B.Saran...............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................72
LAMPIRAN...........................................................................................................75

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kata Kunci berdasarkan PICOST.........................................................42


Tabel 3. 2 Format PICOST dalam Literature Review...........................................44
Tabel 4. 1 Karakteristik Umum Dalam Penyeleksian Studi..................................52
Tabel 4. 2 Rangkuman Hasil Pencarian Literature Review...................................54

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian.................................................................38


9

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pertanyaan Quasi Eksperiment Studies

Lampiran 2 : Lampiran Bimbingan

Lampiran 3 : Riwayat Hidup

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Proses lanjut usia merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak

permulaan kehidupan, masa dimana proses produktivitas berfikir,

mengingat, menangkap, dan merespon sesuatu sudah mengalami

penurunan secara berkala sebagai sebuah proses penuaan dengan yang

dialami lansia tersebut .(Manurung & Adriani 2017)

(Darmojo, 2009 dalam Dariah dan Okatiranti 2016) mengatakan

bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang di derita lansia tersebut .

(Setyoadi et al, 2016) Mengatakan bahwasannya menua

merupakan fenomena di seluruh dunia . menjadi tua merupakan proses

alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu

anak,dewasa, dan tua. Perediksi pada tahun 2030, orang di dunia dalam

satu hari dapat mencapai usia di atas 65 tahun. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa seiring bertambahnya tahun jumlah penduduk

1
lanjut usia atau lansia akan terus meningkat, di Indonesia termasuk yang

diperkirakan mencapai 32 sampai 36 juta orang atau 11,34 % dari

populasi penduduk pada tahun 2025.

Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) setiap tahunnya

baik di dunia maupun di Indonesia. Tahun 2013 total populasi lansia

meningkat sebesar 8,1% jika dibandingkan tahun 2012 (World Health

Organization [WHO], 2014; World Population Ageing [WPA], 2013).

Benua Asia merupakan jumlah lansia tertinggi dibandingkan benua

lainnya, yaitu 400 juta jiwa atau sekitar setengah jumlah lansia di dunia .

Sementara di Indonesia, pada tahun 2013 terjadi peningkatan total lansia

sebesar 0,89% dibandingkan tahun 2010 (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2013)

Peningkatan jumlah lansia berarti pula bertambah banyakya Lansia

yang menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan

segera dan terintegrasi. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan

terjadi gangguan terhadap psikologis dan sosial dikarenakan beberapa

lansia telah mengalami masa penurunan atau keterbatasan dalam

beraktifitas(Setyoadi et al,2016)

Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Setiap

orang tidak dapat terlepas dari tidur, dimana kondisi seseorang tergantung

pada kualitas tidurnya. Sementara yang dimaksud dengan kualitas tidur

adalah kemampuan individu untuk dapat tetap tidur, tidak hanya

mencapai jumlah atau lamanya tidur. Kualitas tidur menunjukkan adanya

2
kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat yang

sesuai dengan kebutuhannya.(Sulistyani ,2016)

Kondisi tidur dapat memasuki suatu keadaan istirahat periodik dan

pada saat itu kesadaran terhadap alam menjadi terhenti, sehingga tubuh

dapat beristirahat. Otak memiliki sejumlah fungsi struktur, dan pusat-pusat

tidur yang mengatur siklus tidur dan terjaga. Tubuh pada saat yang sama

menghasilkan substansi yang ketika dilepaskan ke dalam aliran darah

akan membuat mengantuk (Sulistyani ,2016)

Meskipun secara fisiologis kebutuhan tidur lansia berkurang tetapi

hendaknya dapat diimbangi dengan kualitas tidur yang baik. Tidur yang

berkualitas meskipun kuantitasnya sedikit tetap lebih baik dibanding

waktu tidur yang panjang tetapi tidak berkualitas. Tidur yang berkualitas

adalah keadaan tidur yang dalam, tidak mudah terbangun, dapat mencapai

mimpi, dan ketika bangun tubuh menjadi lebih segar, merasakan kepuasan

tidur dan bebas dari ketegangan.(Sulidah et.al, 2016). Siklus tidur yang

tidak sempurna pada lansia menyebabkan lansia tidak tertidur pulas, sering

terbangun, dan jumlah total waktu tidur per hari yang berkurang. Hal

tersebut menyebabkan sebagian besar lansia kualitas tidurnya mengalami

penurunan (Setyoadi et al, 2016)

3
2

Terdapat kelompok lanjut usia (60 tahun), ditemukan 7% kasus

yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih

dari lima jam sehari. Hal yang sama ditemukan pada 22% kasus pada

kelompok usia 70 tahun, kelompok lanjut usia lebih banyak

mengeluh 30% terbangun lebih awal (Nugroho, 2012)

World Health Organization (WHO) meyatakan bahwa di setiap

negara, orang dengan umur diatas 60 tahun memiliki proporsi tumbuh

lebih cepat dari kelompok usia lainnya.. Prevalansi gangguan kualitas

tidur pada lansia cukup tinggi yaitu 67% pada tahun 2010, dan tanpa di

sadaripun bahwa kualitas tidur tersebut berpengaruh terhadap kesehatan

fungsional dan fungsi kognitif (Sumarauw et al, 2017).

Hasil penelitian di Iran, sebesar 86,2% dari 390 lansia (199 laki-

laki dan 191 perempuan) dengan rata-rata usia 60 tahun atau lebih

menyatakan mengalami gangguan kualitas tidur dan lebih dari separuh

lansia membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit untuk mulai tertidur

dikarenakan merasa bahwa tidurya tidak berkualitas (Malakouti,

Foroughan, & Nojomi, 2009)dalam ( anggarawati & Kuntarti, 2016).

Susenas tahun 2012 mendapatkan hasil, didapatkan untuk

prevelensi gangguan tidur pada lansia di Indonesia sekitar 41,05%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ,2012) Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan dari jumlah populasi pada

penelitian 198 orang lansia, Sampel yang digunakan berupa lansia yang
3

datang ke posbindu, dengan sampel 66 orang. Responden yang

mengalami kualitas tidur yang baik terdapat (45,4%) dan sebagaian lagi

responden (54,6%) mengalami kualitas tidur yang buruk. Hasil tersebut

menunjukan lansia yang mengalami kualitas tidur yang buruk lebih

banyak dibandingkan dengan yang kualitas tidur baik.(Dariah &

Okatiranti 2016)

Dampak negatif kualitas tidur lansia yang buruk mengakibatkan

antara lain dapat merusak mood lansia, merasa lemas, tidak segar saat

melakukan aktivitas, dan meningkatkan risiko jatuh karena berkurangnya

tingkat konsentrasi pada lansia (Neikrug & Ancoli-Israel, 2010)

dalam(Anggarawati and Kuntarti ,2016)

Menurut Malik (2010) dalam (Sulidah et al, 2016),mengatakan

bahwa ketidakmampuan lansia memenuhi tidur yang berkualitas dapat

menimbulkan keluhan pusing, kehilangan gairah, rasa malas, cenderung

mudah marah/tersinggung, kemampuan pengambilan keputusan secara

bijak menurun, hingga menyebabkan depresi dan frustrasi.

Kualitas tidur yang buruk pada lansia dapat diatasi dengan

pengobatan farmakologi dan non-farmakologi untuk nonfarmaologi

dengan menggunakan obat obat tertentu seperti benzodiazepine, agonis

reseptor melatonin, dan beberapa obat lainnya dan nonfarmakologi

seperti olahraga teratur, terapi rendam kaki terapi stimulus dan lainnya

,salahsatu non farmakologi yaitu dengan bantuan terapi relaksasi otot

progresif. Joshi (2008) dalam (Anggarawati and Kuntarti, 2016)


4

meyakini bahwa efek rasa nyaman yang dihasilkan dari latihan relaksasi

otot progresif juga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur

meskipun belum banyak yang mencoba.

Relaksasi otot progresif menurut (stuart, 2005) merupakan suatu

terapi relaksasi yang diberikan kepada lansia dengan menegangkan otot ±

otot tertentu.Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik

relaksasi mengombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian seri

kontraksi dan relaksasi otot tertentu(Manurung & Adriani 2017)

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik sistematis

untuk mencapai keadaan relaksasi yang dikembangkan oleh Edmund

Jacobson(Suprihatin, 2011). (Setyoadi et al, 2016) Menyebutkan

memperbaiki gangguan pada kualitas tidur lansia dengan teknik relaksasi

otot progresif, untuk mendapatkan perasaan relaks yaitu dengan teknik

relaksasi yang memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan

mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan

dengan melakukan teknik relaksasi otot progresif.

Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan

gerakan mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada satu bagian

tubuh pada satu bagian tubuh pada satu waktuuntuk memberikan

perasaaan relaksasi secara fisik.Gerakan mengencangkan dan

melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara berturut

– turut dan merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada

lansia.(Manurung & Adriani, 2017)


5

Perawat yaitu sebagai penanggung jawab untuk membantu

mengatasi masalah tidur lansia dengan salah satu caranya dengan

menggunakan terapi relaksasi otot progresif, selain dengan menggunakan

terapi relaksasi otot progresif perawat dapat menggunakan cara selain

terapi relaksasi otot progresif seperti mematikan lampu, membaca buku,

yoga dan meditasi dinilai dapat mengurangi gangguan tidur pada lansia.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk

mengetahui lebh lanjut tentang “ Pengaruh Terapi Relaksasi Otot

Progresif terhadap kualitas Tidur pada Lansia : Literatur Review”.

Menurut WHO 2010 , menurut susenas 2012 dan hasil penelitian di atas

menunjukan lansia dengan kualitas tidur yang buruk lebih banyak

dibandingkan lansia yang kualitas tidurnya baik. Berdasarkan fenomena

di atas Penulis mengambil judul “ Pengaruh Relaksasi Otot Progresif

terhadap kualitas Tidur Lansia : Literatur Riview “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah di atas

memberi dasar bagi peneliti untu merumuskan pertanyaan penelitian

yaitu “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap kualitas Tidur

pada Lansia : Literatur Review”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
6

Mengidentifikasi adanya Pengaruh Terapi Relaksasi Otot

Progresif terhadap kualitas Tidur pada Lansia

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik penelitian hasil jurnal – jurnal

dengan cara inklusi dan ekslusi.

b. Mengetahui persamaan dan perbedaan dari hasil jurnal - jurnal

tentang Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap

Kualitas Tidur Lansia.

c. Mengalisis dan mensitesa dari setiap jurnal penelitian meliputi,

judul, penulis, tahun, negara, bahasa, tujuan penelitian, jenis

penelitian, metode pengupulan data, populasi dan jumlah sampel

dan hasil penelitian.

D. Manfaat

a. Bagi perawat

Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi dan pengetahuan

tentang ilmu keperawaan tenntang Pengaruh Terapi Relaksasi Otot

Progresif terhadap kualitas Tidur pada Lansia .

b. Bagi Insttusi Pendidikan

Memberikan Informasi tentang Pengaruh Terapi Relaksasi Otot

Progresif terhadap kualitas Tidur pada Lansia, dapat menjadi

referensi dan bahan pembelajaran kualitas tidur pada lansia.

c. Bagi peneliti selanjutnya


7

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi dan kajian bagi peneliti atau sumber teori untuk penelitian

seanjutnya mengenai Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif

terhadap kualitas Tidur pada Lansia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Lansia

1. Definisi

Lansia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

lebih. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

memang berangsur-angsur dan mengakibatkan perubahan kumulatif,

merupakan proses penurunnya daya tahan tubuh dalam atau luar tubuh

dalam menghadapi rangsangan.(Khalifa, 2016)

Lanjut usia merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Proses lanjut usia merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak

permulaan kehidupan. Lansia adalah masa dimana proses produktivitas

berfikir, meningat, menangkap, dan merespon sesuatu sudah mengalami

penurunan secara berkala (Muhammad, 2010) dalam (Manurung &

Adriani 2017)

Lansia adalah ketika seseorang yang usianya >60 tahun dan

dalam mencari nafkah sebagian mengalami ketidak berdayaan sendiri

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).

Berdasar pada pengertian di atas tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa lansia merupakan seseorang dengan usia > 60 tahun,lansia

8
9

mengalami penurunan dalam kemampuan beradaptasi, dan sebagian

tidak berdaya dalam tidak mampu memenuhi kebutuhan seharai-

harinya.

2. Klasifikasi Lansia

Depkes RI (2003) diklasifikasikannya lansia dalam kategori berikut:

a. Pralansia (pranelisis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia, seseorang yang sudah berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang telah berusia 70tahun

ke atas/ seseseorang yang berumur 60tahun ke atas yang

mengalami masalah kesehatan

d. Lansia potensial, lansia yang mampu melakukan berbagai

pekerjaan/ atau melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan

jasa/barang.

e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak dapat mampu mencari

nafkah sehingga hidupnya hanya tergantung pada bantuan dari

orang lain.

Sedangkan Klasifikasi lansia menurut WHO dalam(Prabowo, 2014)

adalah sebagai berikut :

a. Elderly : 60 – 74 Tahun

b. Old : 75 - 89 Tahun

c. Very Old : >90 Tahun


10

3. Karakteristik

(Prabowo, 2014) mengatakan Terdapat tiga karakteristik pada

Lansia yaitu sebagai berikut :

a. Usia lebih dari 60 tahun

b. Masalah dan Keutuhan pada lansia bervariasi dari rentang sehat

sampai sakit, mulai dengan kebutuhan biopsikososial sampai

sepiritual, serta dari kondisi adaptif sampai kondisi maladaptif

c. Lingkungan tempat tinggal bervariasi

(Khalifa, 2016) Berpendapat Lansia memiliki ciri yaitu berikut :

d. Lansia merupakan periode kemunduran.

Sebagian datang dari faktor psikkologis dan faktor fisik yang

menybabkan kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia

terdapat peran motivasi yang penting. Misalnya ketika motivasi

lansia dalam melakukan kegiatan rendah, maka akan dapat

mempercepatnya dalam proses kemunduran fisik pada lansia

tersebut, akan tetapi ketika motivasi lansia tinggi, lebih lama

terjadi kemunduran fisik pada lansia tersebut.

e. Lansia memiliki status kelompok minoritas.

Kondisi ini dapat diakibatkan dari tidak menyenangkannya

sikap sosial masyarakat terhadap lansia dan diperkuat oleh

pendapat yang kurang baik, misalnya sikap sosial masrakat


11

menjadi negatif terhadap lansia disebabkan lansia yang lebih suka

mempertahankan pendapatnya, tetapi sebagian lansia yang

mempunyai tenggang rasa kepada masyarakat sehingga sikap

sosial masyarakat menjadi positif terhadap lansia tersebut.

f. Menua membutuhkan perubahan peran.

Perubahan peran tersebut karena sudah mulai mengalaminya

kemunduran yang dilakukan lansia dalam segala hal. Perubahan

peran pada lansia sebaiknya dilakukan dengan dasar keinginan

sendiri bukan dengan dasar tekanan dari lingkungan itu sendiri.

Contohnya ketika jabatan Ketua RW diduduki lansia, sebaiknya

masyarakat tidak memaksa menurunkan lansia sebagai ketua RW

karena usianya

g. Lansia dengan penyesuaian yang buruk.

Lansia cenderung lebih mengembangkan konsep diri yang

buruk dikarenakan perlakuan yang buruk dari masyarakat.

Penyesuaian diri lansia menjadi buruk akibat dari perlakuan yang

buruk itu pula. Contohnya ketika lansia yang tinggal bersama

dianggap memiliki pola pikiran yang kuno sehingga keluarga lebih

sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan,

Menyebabkannya lansia menjadi cepat tersinggung, menarik diri

dari lingkungan, dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.


12

4. Teori Penuaan

a. Teori Biologi

1) Teori Genetik Clock

Teori ini mengatakan bahwa menua terjadi akibat adanya

progam genetik di dalam nuklei. Suatu saat akan terhentinya

proses miosis.

2) Teori Error

Teori ini mengemukakan menua merupakan akibat dari

penumpukan berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan

manusia, kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan sebagai

akibatnya.

3) Teori autoimun

Proses menua diakibatkan perubahan protein pasca translasi

yang berakibat pada kurangnya kemampuan sistem dirinya

sendiri (self recognition). Terjadinya kelainan pada permukaan

sel maka hal ini akan mengakibatkan sel mengalami perubahan

diakibatkan perubahan somatik.

4) Teori Free Radikal

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen

radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas sangat

merusak karena sangat reaktif, hingga bereaksi dengan DNA,

asam lemak tak jenuh dan protein. Makin tua umur makin
13

banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses perusakan terus

terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel dan sel

akhirnya mati.

5) Teori Kolagen

Kelebihan usaha juga stress dapat menyebabkan sel tubuh

rusak. Jaringan terdapat peningkatan kolagen dapat

mempercepat kerusakan pada jaringan juga melambatnya

perbaikan jaringan sel.

b. Teori Psikologi

1) Activity theory, Penurunan jumlah kegiatan secara langsung

mengakibatkan penuaan.

2) Continitas theory, Adanya suatu pola perilaku yang

meningkatkan stress yang diakibatkannya oleh suatu

kepribadian berlanjut.

3) Dissaggement theory, Terputusnya suatu hubungan dengan

dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain, yang dapat

mempercepat proses penuaan.

4) Theory Strafikasi Usia, Karena mempercepat proses penuaan

dan orang digolongkan dalam usia.

5) Theory kebutuhan manusia, Tidak semua orang menapai

kebuthan yang sempurna dan orang yang bisa mencapai

aktualisasi menurut penelitian 5%.


14

6) Jung Theory, Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas

dalam perkembangan kehidupan.

7) Course Of Human Life Theory, Ada tingkat maksimum antara

seseorang dalam hubungan dengan lingkungan.

8) Development Task Theory, sesuai dengan usianya tiap tingkat

kehidupan mempunyai tugasperkembangan.

c. Teori sosiologis

1) Teori Interaksi sosial

Teori ini menjelaskan dalam situasi tertentu lanjut usia

bertindak, yaitu dengan dasar beberapa hal yang dihargai

masyarakat. kunci mempertahankan status sosialnya

berdasarkan kemampuannya bersosialisasi kemampuan lanjut

usia untuk terus menjalin interaksi sosial.

2) Teori aktifitas atau kegiatan

Teori ini mengatkan bahwa ketika seorang lanjut usia yang

aktif dan banyak ikut-ikutan serta dalam kegiatan sosial

merupakah lansia yang bisa di sebut sukses.

3) Teori kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Penyataan dalam teori ini bahwa tipe personalitas yang

dimiliki lansia mempengaruhi perubahan yang terjadi pada

seorang lanjut usia. Pernyataan teori ini yaitu dalam siklus diri

lansia adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut

usia. Demikian pula, gambarannya pada lanjut usia merupakan


15

pengalaman hidup seseorang. Hal ini dapat dilihat dari gaya

hidup berperilaku dan harapan seseorang ternyata tidak

berubah, walaupun ia telah menginjak lanjut usia.

d. Teori Pembebasan/ Penarikan diri

Teori ini membahas putusnya hubungan atau pergaulan

antara lansia dengan masyarakat dan kemunduran individu lainnya.

Teori ini mengungkapkan bahwa bertambahnya usia, apalagi

dengan ditambahnya dengan ada kemiskinan, Lansia secara

berangsur- angsur akan perlahan melepaskan diri dari kehidupan

sosialnya ataupun menarik diri pada pergaulan di sekitarnya.

Keadan ini yang mengakibatkan menurunya interaksi sosial lansia,

baik secara kualitas ataupun kuantitas sehinggan sering lanjut usia

mengalam kehilangan ganda.(Ratnawati, 2017)

5. Perubahan Fisiologi Tubuh Lansia

(Ratnawati, 2017) mengemukakan bahwa Lansia mengalami

perubahan sebagai berikut :

a. Sel

1) Penurunan jumlah pada sel

2) Lebih besarnya ukuran sel

3) Cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang

4) Proporsi pada otot, ginjal, otak, hati, dan darah menurun

5) Sel dari jumlah otak menurun

6) Mekanisme perbaikan otak menurun


16

7) Otak menjadi atrofi, massanya berkurang 5-10%

8) Dangkal dan melebarnya lekukan pada otak

9) Ketika jumlah sel menurun dan mempengaruhi tubuh seperti

salah satunya otak yang mengalami kerusakan dapat

mempengaruhi tidur seseorang.

b. Sistem persarafan

1) Menurunnya hubungann persarafan

2) Berat otak mengalami penurunan 10-20% ( setiap harinya sel

syaraf otak setiap orang berkurang )

3) Respon dan waktu bereaksi melambat

4) Saraf pada panca indra mengecil

5) Pendengaran berkurang bahkan menghilang, penglihatann

berkurang saraf perasa dan penciuman mengecil, lebih sensitif

pada perubahan suhu dan juga rendahnya ketahanan terhadap

suhu dingin

6) Sensitifitas pada sentuhan berkurang

7) Defisit memori

8) Apne atau sleep apneu salah satu gangguan tidur dari sistem

pernafasan yang menyebabkan pernafasan seseorang berhenti

sementara.

c. Sistem pendengaran

1) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya mendengar pada

telinga dalam, utamanya pada bunyi suara atau nada yang tinggi,
17

suara yang kurang jelas, sulit mengertikan kata-kata, 50% terjadi

pada usia di atas 65 tahun.

2) Membran timpani menjadi atrofi dan menyebabkan

otoskleorosis.

3) Terjadi penngumpulan serumen, dapat meneras karena

meningkatnya keratin

4) Semakin menurunnya pendengaran pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan/stress

5) Tinitus (bising yang bersifat medengung, bisa nada tinggi atau

rendah, bisa terus-menerus atau intermiten).

6) Vertigo (Perasaan yang tidak setabil terasa seperti bergoyang

atau pun berputar).

7) Gangguan pendengaran seperti contohnya halusinasi saat tidur

ketika seseorang mendengar sesuatu yang dapat seseorang

tersebut terbangun dari tidur.

d. Sistem Penglihatan

1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan menghilangnya respon

terhadap sinar.

2) Kornea lebih berbentuk bola

3) Lensa menjadi lebih suram (kekeruhan pada lensa), katarak,

jelas menyebabkan gangguan pada penglihatan.


18

4) Mengalami peningkatan ambang, , daya adaptasi terhadap

kegelapan menjadi lebih lambat , pengamatan sinar, dan ketika

dalam gelap pengilahatan menjadi susah.

5) Menurun/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi

prebiopia, seseorang mengalami susah penglihatan pada jarak

dekat di pengaruhi oleh elastisias lensa.

6) Luas pandangan berkurang : lapang pandang menurun

7) Penurunan dalam membedakan warna , terutama warna biru dan

hijau

e. Sistem kardiovaskular

1) Menebal dan kakunya katup jantung.

2) Elastisitas pada dinding aorta menurun.

3) Kemampuan jantung dalam memompa menurun 1% setiap

tahunnya setalah berumur 20tahun. Hal ini yang menyebabkan

kontraksi dan menurunnya dan volume menrun.

4) Curah jantung menurun.

5) Elastisitas pembuluh darah menghilang, terjadinya pengurangan

efektivitas pembuluh darah perifer, perubahan posisi dari tidur

ke duduk (duduk ke berdiri) dapat menyebabkan tekanan darah

menurun menjadi 65 mmhg ( dapat mengakibatkan pusing

secara mendadak).

6) Lebih rentannya kinerja jantung terhadap kondisi perdarahan

dan dehidrasi.
19

7) Tekanan darah menjadi tinggi akibat resistensi pembuluh darah

perifer meningkat. Sistole normal ±170 mmhg, ±95 mmhg.

8) 70% orang yang memiliki masalah kardiovaskular berat

mengalami sleep apnea.

f. Sistem pengaturan suhu tubuh

1) Penurunan temperatur tubuh (hipotermia) secara fisiologis

±35°C ini diakibatkan penurunan metabolisme.

2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan tampak pucat dan merasa

kedinginan dan, menggigil dan gelisah.

3) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadinya penurunan aktivitas pada

otot.

4) Suhu tubuh yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada

tidur

g. Sistem pencernaan

1) Hilangnya gigi, setelah umur 30 tahun akan terjadi periodontal

disease. Selain meliputi kesehatan gigi dan buruknya gizi.

2) Indra pengecap mengalami penurun, selaput lendir yang kronis

adanya iritasi, atrofi indra pengecap (180%), sensitivitas saraf

pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit

hilang.

3) Melebarnya esopagus.
20

4) Menurunnya rasa lapar (sensitivitas lapar menurun), asam

lambung, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.

5) Timbulnya konstipasi dan peritaltik melemah.

6) Melemahnya fungsi absorbsi (daya absorbs menurun, terutama

karbohidrat). Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan

menurun, aliran darah berkurang.

7) Asam lambung yang kronis dapat menggangu tidur seseorang.

h. Sistem reproduksi

Wanita :

1) Vagina megecil dan mengalami kontraktur.

2) Ovari menciut, terjadinya atrofi pada uterus.

3) Atropi payudara.

4) Atropi vulva.

5) Selaput lendir vagina menurun, halusnya permukaan,

berkurangnya sekresi, terjadi perubahan warna dan sifatnya

menjadi alkali.

Pria :

1) Spermatozoa masih dapat di produksi oleh testis, meskipun

secara berangsur-angsur mengalami penurunan.

2) Menetapnya dorongan seksual sampai usia diatas 70 tahun,

asal kondisi kesehatannya baik

i. Sistem geritourinaria

1) Ginjal
21

Ginjal sebagai alat pengeluaran metabolisme tubuh, dengan

melalui urine darah yang masuk kedalam ginjal, dan disaring

oleh unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di

glomeurus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke

ginjal menurun hingga 50% sehingga tubulus menjadi

berkurang. Akibatnya, urine menurun, berat jenisnya menuru,

proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood urea nitrogen)

peningkatan terjadi hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal

terhadap glukosan menjadi meningkat. Lebih mudah

terganggunya keseimbbangan asam da elektrolit bila

dibandingkan dengan usia muda. Sejak usia 30 tahun Renal

plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau

klirens kreatinin menurun secara linier. Berkurangnya jumlah

darah yang difiltrasi oleh ginjal, ketika ginjal mengalami

masalah dapat menyebabkan gangguan tidur karna terdapat

gangguan stimulasi pada ginjal .

2) Vesika urinaria

Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun, sampai 200 ml

atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada

pria lanjut usia, diakibatkan meningkatnya retensi urine vesika

urinaria menjadi sulit dikosongkan .


22

3) Pembesaran prostat

Pembesaran kurang lebih 75% pada pria usia 65 tahun ke

atas.

4) Atrovi vulva

Semakin menua vagina seseorang, kebutuhan hubungan

seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan

fungsi seksualnya seseorang berhenti. Frekuensi hubungan

seksyal cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi

kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya berjalan terus

sampai tua.

j. Sistem endokrin

1) Hormon Estrogen, progesteron, dan testosteron yang mengalami

penurunan, hormon ini sebagai penambah gairah sex

2) Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat

penting dalam pengaturan gula darah).

3) Mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik

di butuhkannya kelenjar endokrin, dengan jalan mengatur

vasokontriksi pembuluh darah. Pada lanjut usia Kegiatan

kelenjar anak ginjal ini menjadi berkurang dapat juga

mengganggu tidur.

4) Penurunan produksi pada hampir semua hormon.

5) Tidak berubahnya fungsi pada paratiroid dan sekresinya.


23

6) Hipofisis: ada pertumbuhan pada hormon, tetapi lebih rendah

dan hanya di dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi

FSH,TSH,ACTH, dan LH. Aktivitas tiroid, BMR (basal

metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun.

7) Produksi aldosteron mengalami penurunan.

8) Sekresi hormon, misalnya: progesterone, estrogen, dan

testoteron menurun.

k. Sistem integumen

1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik

3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang

tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-

bintik atau noda cokelat.

4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-

kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.

5) Respon terhadap trauma menurun.

6) Menurunnya mekanisme proteksi kulit.

7) Produksi serum menurun.

8) Vitamin D mengalamii penurunan

9) Pigmentasi kulit terganggu

10) Berwarna kelabu dan menipisnya rambut dan kulit kepala.

11) Penebalan Rambut pada hiduung dan telinga.


24

12) Akibat menurunnya vaskularisasi dan cairan menyebabkan

berkurangnya elastisitas.

13) Melambatnya pertumbuhan pada kuku.

14) Rapuh dan kerasnya Kuku jari.

15) Memudarnya kuku, kurang bercahaya.

16) Pertumbuhan Kuku kaki secara berlebihan dan seperti tanduk.

17) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat beringat.

l. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang menjadi semakin rapuh dan kehilangan densitas (cairan).

Gangguan tulang yakni mudah mengalami demineralisasi.

2) Stabilitas tulang dan kekuatan tulang menurun, terutama pada

pergelangan,vertebra, dan paha. Osteoforosis dan fraktur

menjadi meningkat pada area tulang tersebut.

3) Kartilago sebagai permukaan sendi tulang penyangga rusak

Kifosis.

4) Gerakan pinggang, jari tanan dan lutut menjadi terbatas.

5) Kekakuan pada jaringan penghubung.

6) Diskusi intervertebralis mengalami penipisan dan menjadi

pendek (berkuran tingginya).

7) Persendian menjadi kaku dan lebih besar.

8) Tendon mengalami pengerutan dan mengalami sklerosis.

9) Serabut otot mengalami Atrofi, pengecilan serabut otot sehingga

gerakan menjadi lamban, menjadi tremor (perubahan pada otot


25

cukup rumit dan sulit dipahami), danotot menjadi keram yang

dapat mengannggu tidur.

B. Konsep teori tidur

1. Definisi

Tidur adalah status dimana terjadi suatu perubahan kesadaran

ketika rakasi dan persepsi individu terhadap lingkungan menurun.

Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang

minimal,bervariasinya tingkat kesadaran, fisiologis tubuh mengalami

perubahan, dan respons terhadap stimulus eksternal. Tidur dapat

mengistirahatkan atau memulihkan atau fisik setelah seharian

beraktivitas, mengurangi kecemasan dan stress, serta dapat

meningkatkan kemampuan dan konsenterasi stat hendak melakukan

aktivitas sehari- hari. Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama

pentingnya dgn kebutuhan makan, aktivitas penurunan maupun

kebutuhan dasar lainnya.( Kasiati & Dwi 2016)

(Nilifda, 2016) Mengatakan tidur merupakan kebutuhan dasar

setiap orang. Pada kondisi tidur, untuk mengembalikan stamina tubuh

melakukan proses pemulihan hingga berada dalam kondisi yang

optimal.
26

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tidur

merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu yang merupakan yang

dapat memulihkan kondisif fisik dan mengurangi stress setelah

melakukan aktifitas seharian, dan juga untuk menjalani aktivitas lebih

optimal.

2. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana seorang individu

menjalani tidur yang menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat

terbangun. Proses tidur maupun kondisi saat tidur yang berlangsung

optimal menggambarkan tingginya kualitas tidur seseorang.(Nashori &

Wulandari 2017)

Kualitas tidur menunjukkan adanya kemampuan individu untuk

tidur dan memperoleh jumlah istirahat yang sesuai dengan

kebutuhannya. Kualitas tidur yang buruk mengakibatkan kesehatan

fisiologis dan psikologis menurun. Secara fisiologis, rendahnya tingkat

kesehatan individu di sebabkan kualitas tidur yang buruk dan

meningkatkan kelelahan atau mudah letih. Secara psikologis,

kurangnya percaya diri, rendahnya kualitas tidur dapat mengakibatkan

ketidakstabilan emosional, kecerobohan dan impulsif yang

berlebihan.Kualitas tidur yang baik untuk usia diatas 60 tahun yaitu

dengan kebutuhan tidur 6jam/hari ( Sulistyani 2016).

3. Fisiologi Tidur
27

Aktivitas tidur terdapat dua system yaitu diatur dan dikontrol pada

batang otak, yaitu: Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar

Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini

memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kesadaran dan

kewaspadaan, pendengaran, memberi stimulus visual, , nyeri, dan

sensori raba serta emosi dan proses berfikir. Saat keadaan sadar, RAS

melepaskan katekolamin, sedangkan terjadi pelepasan serum serotonin

dan BSR terjadi pada saat tidur .( Kasiati & Dwi 2016)

4. Tahapan Tidur

( Kasiati & Dwi 2016) Mengatakan bahwa diketahui ada dua tahapan

tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement

(REM)

a) Tidur NREM

Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena

gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih

pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang

yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi

fisiologi tubuh. Di samping itu, semua proses metabolic termasuk

tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur

NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Sebutan tidur ringan

(light sleep) pada tahap I-II dan tahap III-IV disebut sebagai tidur

dalam (deep sleep atau delta sleep).

b) Tidur REM
28

Tidur REM biasanya berlangsung antara 5-30menit dan terjadi

setiap 90 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan

sebagian mimpi terjadi pada tahap ini.Ottak cenderung lebh aktif

dan 20% metabolisme meningkat Selama tidur REM. Pada tahap

individu menjadi dapat bangun secara tiba-tiba atau justru sulit

untuk dibangunkan,peningkatan sekresi lambung, tonus otot

terdepresi, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak

teratur. Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan

REM. Normalnya siklus tidur berlangsung selama 1,5jam , dan

selama 7-8 jam tidur setiap orang biasanya melalui empat hingga

lima siklus. Mulainya siklus tersebut pada tahap NREM dan

berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30

menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit.

Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20

menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama

10 menit.

5. Faktor yang mempengaruhi kulitas dan kuantitas tidur

Menurut (Kasiati and Dwi 2016) terdapat beberapa faktor yang

mempengarui kualitas dan kuantitas tidur sebagai berikut :

a) Penyakit

Penyakit menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat

menyebabkan gangguan pada tidur. Kebutuhan tidur seseorang di

pengaruhi oleh sakit. Banyak penyakit yang memperbesar


29

kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi,

Klien menjadi kurang atau bahkan tidak bisa tidur karena penyakit,

misalnya rasanyeri setelah melakukan operasi. Biasanya individu

yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada

biasanya di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga

dapat mengalami gangguan.

b) Lingkungan

Proses tidur juga dapat dihambat oleh faktor lingkungan.ada atau

tidaknya setimulus dapat menghambat upaya tidur. Sebagai

contoh,ketika temperatur ruangan yang tidak nyaman atau

ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

Akan tetapi, seiring waktu seseorang akan dapat beradaptasi dan

tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

c) Latihan dan Kelelahan

Pola tidur individu dapat di pengaruhi oleh kondisi tubuh yang

lelah. semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya dapat

dikarenakan faktor kelelahan seseorang tersebut. Setelah

beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

d) Gaya hidup

Individu harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu

yang tepat.

e) Strees emosional
30

Depresi dan ansietas sering kali mengganggu tidur seseorang.

Meningkatnya kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system

saraf simapatis di sebabkan kondisi ansietasM enyebabkan

berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta

seringnya terjaga saat tidur karena faktor tersebut.

f) Stimulant dan alkohol

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat

merangsang susunan syaraf pusat (SSP) sehingga dapat

mengganggu pola tidur. Sedangkan terganggu siklus tidur REM

dapat di sebabkan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan. Keika

telah hilangnya pengaruh terhadap alkohol, mimpi buruk sering di

alami individu.

g) Diet

Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur

dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, peningkatan total

tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari lebih dikaitkan

dengan bertambahnya berat badan.

h) Merokok

Efek nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi

pada tubuh. Akibatnya, seseorang yang merokok sering kali

kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.

i) Medikasi
31

Beberapa obat tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur

seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur

NREM, mimpi buruk dan insomnia dapat disebabkan oleh meta

bloker, sedangkan narkotika (misalnya: meperidin hidroklorida dan

morfin (yang biasanya di gunakan dalam pengobatan saat perang))

diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya

terjaga di malam hari.

j) Motivasi

Kualitas tidur seseorang dapat terganggu dan mengalami mimpi

buruk dan juga insomnia karena dipengaruhi obat-obatan tertentu,

sedangkan narkotik (misalnya: meperidin hidroklorida dan morfin

(yang biasanya di gunakan dalam pengobatan saat perang))

diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya

terjaga di malam hari.

k) Lingkungan

Cepatnya proses tidur seorang individu dapat di sebabkan keadaan

lingkungan yang aman dan nyaman.

C. Konsep Teori Relaksasi otot progresif

1. Definisi
32

Tehnik relaksasi otot progresif merupakan terapi yang terfokus

untuk mempertahankan kondisi relaksasi yang dalam yang melibatkan

kontraksi dan relaksasi berbagai kelompok otot mulai dari kaki kearah

atas atau dari kepala ke arah bawah, dengan cara ini maka akan

disadari dimana otot itu akan berada dan dalam hal ini akan

meningkatkan kesadaran terhadap respon otot tubuh(Sundari & Dewi ,

2020)

Progressive Muscle Relaxation adalah jenis terapi kognitif yang

merupakan kombinasi terapi yang saling mendukung yang melibatkan

aspek mind-body dan spirit. Mind-body dan spirit terapi merupakan

intervensi yang menggunakan berbagai teknik untuk memudahkan

kemampuan pikiran untuk mempengaruhi gejala fisik dan fungsi

tubuh( nuwa, 2018)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi otot

progresif merupakan teknik salah satu teknik relaksasi yang sederhana

untuk dilakukan dengan menggunakan kombinasi pernafasan,

penegangan otot, dan merelaksasikan otot kembali, juga untuk

mengatasi masalash pada kualitas tidur.

2. Tujuan relaksasi otot progresif

Tujuan relaksasi otot progresif menurut (Solehati et al,

2015)yaitu sebagai berikut :


33

a) Menurunkan ketegangan otot, nyeri pada leher, kecemasan, ,

dan punggung,tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju

metabolik,

b) Mengurangi disritmia jantung,

c) Mengurangi kebutuhan oksigen,

d) Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi,

e) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress,

f) Mengatası insomnia, depreSI, kelelahan, tabilitas, spasme otot,

fobia ringan, gagap ringan, dan

g) Membangun emosi positif dan emosi negatif

3. Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif

Thantawy (2001) ,dan Hakim (2004), dalam (Rahmawati &

setyawati 2013) menyebutkan beberapa manfaat relaksasi otot

progresif sebagai berikut :

a) mengatasi kekhawatiran/ kecemasan atau stress melalui

pengendoran otot-otot syaraf

b) pembebasan dari ketengangan otot maupun pikiran senetral

mungkin

c) meningkatkan cadangan emosi

d) meningkatkan motivasi

e) meningkatkan hubungan interpersonal


34

4. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

Menrurut [CITATION Set11 \l 1057 ] Terdapat beberapa indikasi

pada lansia sebagai berikut :

b) Lansia yang mengalami Stres.

c) Lansia yang mengalami kecemasan.

d) Lansia yang mengalami depresi

5. Hal yang Perlu di Perhatikan pada Terapi Relaksasi Otot Progresif

Menurut [ CITATION Set11 \l 1057 ] ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam melaksanakan terapi relaksasi otot progresif :

a) Jangan terlalu mengegangkan otot terlalu lama karena dapat

mencederai diri.

b) Untuk membuat otot relaks di perlukan waktu 20-50 detik

c) Perhatikan posisi tubuh, hindari posisi sendiri, dengan mata

tertutup akan lebih nyaman

d) Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan

e) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian kiri

dua kali

f) Pastikan pasien benar-benar rileks

6. Teknik Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi otot perogresif menurut [ CITATION Set11 \l 1057 ]

a) Persiapan
35

1) Memposisikan tubuh pasien secara nyaman yaitu dengan mata

tertutup menggunakan bantal pada bawah kepala dan lutut

ataupun duduk di kursi dengan penopang pada kepala, hindari

posisi berdiri.

2) Melepaskan kacamata, jam, dan sepatu atauaksesoris lainnya.

3) Ikatan pada dasi dilonggarkan, ikat pinggang atau hal lainnya

yang bersifat mengikat ketat.

b) Tahapan gerakan otot progresif

1) Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan,

a) Membuat suatu kepalan dengan menggeam tangan kiri.

b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi

ketegangan yang terjadi.

c) Pada sant kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk

merasakan relaks

d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali schingga

klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot

dan keadaan rclaks yang dialami

e) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan

2) Gerakan 2 : ditujukan untuk melatih otot tangan bagian

belakang

Tekukan kedua lengan ke belakang menuju pergelangan

tangan hingga otot di tangan bagian belakang dan lengan

bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.


36

3) Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot biseps ( otot besar

pada bagian atas pangkal lengan )

a) Kepalkan kedua tangan

b) Kemudian membawa kedua kepalan tangan kepundak

sehinggap membuat otot biseps menjadi tegang

4) Gerakan 4 : Gerakan 4 Bertujuan untuk mengendurkan otot

bahu

a) Kedua bahu diangkat setinggi-tingginya seakan menyentuh

telinga

b) Fokuskan gerakan pada kontras ketagangan yang tejadi di

bahu, leher ,dan punggung atas

5) Gerakan 5 dan 6: Bertujuan untuk melemaskan otot wajah

(otot dahi ,mata ,mulut, dan rahang)

a) Menggerakkan otot-otot pada dahi dengan cara

mengerutkan alis dan dahi sehingga otot terasa dan kulitnya

keriput.

b) Tutup keras-keras mata schingga dapat dirasakan disekitar

mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

6) Gerakan 7 : ditujukan untuk mengendurkan ketcgangan yang

dialami oleh otot rahang Katupkan rahang, diikuti dengan

menggigil gigi schingga terjadi ketegangan disekitar otot

rahang.
37

7) Gerakan 8 : ditujukan untuk mengendurkan otot-olot sekitar

mulut.

Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya schingga akan

dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

8) Gerakan 9 : ditujukan untuk merileksikan otot leher baginn

depan maupun belakang.

a) Awali dengan otot-otot leher bagian belakang dan

dilanjutkan dengan otot leher bagian depan.

b) Letakkan kepala sehingga dapat beristurahat.

c) Menekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian

dengan rupa sehingga dapat dirasakan ketegangan dibagian

belakang leher dan punggung atas

9) Gerakan 10 :ditujukan untuk melatıh otot leher begian depan

a) Gerakan membawa kepala ke muka

b) Benamkan dagu ke dada, schingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagan muka

10) Gerakan 11 : ditujukan untuk melatih otot bagian punggung

a) Angkatkan tubuh dari sandaran kursi

b) Lengkungkan punggung

c) Dada dibusungkan, tahan kondisi tegang, sehingga relaks

d) Saat relaks, letakan kembali tubuh ke kursi sambil otot

biarkan menjadi lemas

11) Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan otot bagian dada


38

a) Tarik nafas hingga paru-paru terisi udara sebanyak-

banyaknya

b) Tahan beberapa saat, sambil rasakan ketegangan pada

bagian dada sampai keperut .

c) Saat ketegangan dilepas, kembali lakukan nafas normal.

d) Ulangi kembali, dapat di rasakan perbedaan saat tegang dan

relaks.

12) Gerakan 13 : ditujukan untuk melatih otot bagian perut

a) Tarik perut kedalam dengan kuat.

b) Tahan hingga kencang dan keras, kemudian lepaskan.

c) Ulangi kembali gerakan.

13) Gerakan 14 dan 15 : ditujukan untuk melatih otot kaki ,paha,

dan betis

a) Luruskan kaki hingga otot paha menegang.

b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa hingga

ketegangan menjadi pindah ke betis

c) Tahan posisi, kemudian lepaskan, ulangi sebanyak dua kali.


39

D. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian

Perubahan pada

lansia

Perubahan Fisilogis pada

lansia (dari yang paling


Perubahan Psikososial :
berpengaruh) :
Mudah Kelelahan
Sel
Adaptasi Lingkungan
Sistem pernafasan
Gaya Hidup
Sistem kardiovaskular
Masalah Kejiwaan ( Stress)
Sistem muskuloskeletal

Sistem pencernaan
Masalah
Sistem pendengaran
Kualitas Tidur
Sistem Geritouurinaria

Kualitas tidur Sistem reproduksi


Penatalaksaan
Nonfarmakologi Sistem pengaturan suhu

tubuh
Memusatkan konsentrasi pada
Sistem endokrin
penegangan otot dan mengatur
Sistem integumen
pernafasan untuk masuk kedalam kondisi
Sistem penglihatan

yang rileks

Sumber : ( Kasiati & Dwi 2016) ,(Ratnawati, 2017), [ CITATION Set11 \l 1057 ],
(Rahmawati & setyawati 2013)
40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Penelusuran Literatur

1. Sumber data

Sumber data dalam penlitian Literature Review ini menjelaskan

bagaimana mengakses, memperoleh, mencari sumber data sekunder.

Jurnal nasional maupun jurnal internasional dapat dijadikan sumber

data sekunder dalam literature review ini, yang berdasarkan dari

database akademik bereputasi yang sesuai dengan topik atau tema yang

akan dibahas.

Sumber data yang dapat digunakan dalam metode literature

review ini yaitu bisa berdasarkan :

a. Database akademik bereputasi, seperti :

1) Pubmed

Pubmed adalah platform untuk meneliti publikasi ilmiah

dibidang kesehatan. Dikembangkan dan dikelola oleh NCBI

(Pusat Nasional Untuk Informasi Bioteknologi). Pada

penelusuran database ini dilakukan pencarian artikel dengan

kata kunci “The Effect Progressive Musscle Relaxsation Therapi

on Sleep Quality Elderly”. Peneliti mendapatkan hasil sebanyak

2.155 artikel. Peneliti memasukan batasan artikel dari tahun

2016 – 2021 full text, abstrak, free akses, terakreditasi scopus


41

serta sesuai dengan kriteria inkusi dan ekslusi terdapat 1 artikel

yang terpilih untuk dijadikan bahan Literature Review. PubMed

dapat di akses di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/about/

kemudian masukan kata kunci yang akan digunakan oleh

pengguna.

2) Google Scholar

Google scholar merupakan sebuah media pencarian

publikasi ilmiah seperti jurnal, proceeding, buku, skripsi, dan

tesis. Beberapa fiturnya mendukung para peneliti untuk

mengevaluasi dan melihat siapa yang telah mengakses

artikelnya. Pada penelitian didalam database google scholar,

peneliti mendapatkan hasil penelusuran dengan menggunakan

kata kunci “Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

kualitas tidur lansia”. Peneliti memasukan batasan artikel dari

tahun 2016 – 2021 full text, abstrak, free akses, terakreditasi

sinta, terdapat ISSN serta sesuai dengan kriteria inkusi dan

ekslusi, mendapatkan hasil sebanyak 1.330 artikel. Peneliti

mendapatkan 4 artikel yang sesuai dengan kriteria sebagai bahan

Literature Review. Google schoolar dapat diakses

http://scholar.google.com/ kemudian masukan kata kunci yang

akan digunakan.

3) Garuda
42

Garuda merupakan sebuah portal yang memuat referensi

ilmiah Indonesia dan memberikan akses terhadap karya ilmiah

yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia. Pada

penelitian didalam database garuda, peneliti mendapatkan hasil

penelusuran dengan menggunakan kata kunci ”Pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia”. Peneliti

memasukan batasan artikel dari tahun 2016 – 2021 full text,

abstrak, free akses, terdapat ISSN serta sesuai dengan kriteria

inkusi dan ekslusi, mendapatkan hasil sebanyak 2 artikel.

Peneliti tidak mendapatkan artikel yang sesuai dengan kriteria

sebagai bahan Literature Review. Dengan menggunakan alamat

website https://garuda.ristekbrin.go.id/ .

Sumber data dalam bagian ini dapat juga menjelaskan waktu

dalam pencarian literature review berdasarkan tema atau topik yang

akan dibahas, dimulai dari awal hingga akhir waktu pencarian topik

(Roswendi et al,2021)

2. Kata kunci

Kata kunci dalam bagian ini menjelaskan tentang bagaimana kata

kunci berperan dalam pencarian literature. Kata kunci ini perannya

sangat penting karena mempermudah pencarian literature agar sesuai

dengan tujuan penlitian. Oleh sebab itu kata kunci harus jelas, spesifik

dan tepat sesuai dengan masalah utama penelitian yang akan dibahas.

Kerangka PICOST dapat digunakan untuk menentukan kiteria dan


43

kata kunci dalam pencarian literature. Kerangka PICOST dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Population

Populasi yang dicari, dianalisi atau digunakan dalam

melakukan literature review.

b. Intervention

Perlakuan atau tindakan yang diberikan kepada population

sesuai dengan topik dalam penelitian literature review

c. Comparation

Pembanding dalam tindakan atau perlakuan lain yang

digunakan dalam literature review, namun jika tidak ada

pembanding bisa menggunakan kelompok kontrol yang ada

dalam sebuah artikel.

d. Output

Hasil sesuai dengan topik penelitian literature review.

e. Study

Design penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

literature review.

f. Time

Waktu terbitnya sebuah jurnal yang akan digunakan dalam

penelitian literature review (Roswendi et al., 2021).


44

Tabel 3. 1 Kata Kunci berdasarkan PICOST

Population Lansia
Intervention Terapi Relaksasi otot Progresif
Comparation Kelompok Kontrol atau tidak
Output Kualitas tidur
Study Kuasi eksperimen
Time 2016 – 2021

B. Kriteria Literatur

Setelah mendapatkan literature yang sesuai dengan topik utama

yang dibahas, langkah selanjutnya yaitu menentukan literature yang sesuai

dengan topik penelitian. Kriteria inklusi dan eksklusi berfungsi sebagai

penyaring dalam proses memepermudah memilih dan menolak sebuah

literature yang sesuai atau tidak dengan topik utama. Kriteria ini harus

jelas, detail dan lengkap, dalam kriteria ini PICOST dapat digunakan

sebagai strategi dalam menentukan kriteria literature (Roswendi et al.,

2021).

Kata kunci dalam penelusuran artikel dapat menggunakan Boolean

operator (and, or, not) untuk memperluas perolehan Literature. kata

kunci dapat disesuaikan dengan Medical Subject Headings (MeSH) yaitu

pengaturan pendaftaran kata kedalam sebuah daftar kata untuk pencarian

artikel dalam bidang kesehatan, yang dibuat dan diperbaiki oleh United

States National Library of Medicine (NLM) (Roswendi et al., 2021).


45

Tabel 3. 2Format PICOST dalam Literature Review Pengaruh Terapi Relaksasi

Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population Artikel full text mengenai

Pengaruh terapi relaksasi

otot progresif terhadap

kualitas tidur lansia atau

artikel yang berkaitan


dengan judul penelitian
Intervention Terapi Relaksasi otot
Progresif
Comparation Kelompok kontrol atau
tidak
Outcomes Kualitas tidur pada lansia
Study Design Penelitian kuantitatif, Cross Sectional
QuasiExperiment
Time 2016-2021 Kurang dari tahun 2016
Language Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris

C. Penelitian kualitas

Holly tahun 2012 (dalam Roswendi et al., 2021) penilaian kualitas

atau critical appraisal adalah proses evaluasi atau memeriksa artikel

secara cermat dan sistematis untuk menilai sebuah relevansi dan

keabsahan sehingga layak untuk dijadikan referensi. Langkah ini sangat

penting dalam literature review karena dapat menjamin artikel yang

dijadikan rujukan benar-benar berkualitas dan layak dijadikan sumber

dalam metode literature review.


46

Penelitian kualitas sangat berperan dan berpengaruh dalam kualitas

artikel yang diperoleh. Artikel yang memenuhi syarat dalam critical

appraisal dapat dikatakan layak menjadi referensi penulisan literature.

Oleh sebab itu penilaian kualitas artikel dapat dilakukan oleh orang yang

berkompeten dalam penulisan literature review ini dengan minimal 2

reviewer.

Penilaian kualitas artikel ini dapat menggunakan instrumen ilmiah

dengan critical apprisal tools (CAT), yang disesuaikan dengan desain

penelitian yang digunakan. Instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian ini menggunakan instrumen JBI (The Joanna Brights Institue)

dengan pendekatan Quasi Eksperiment. Jurnal yang telah ditetapkan

selanjutnya akan dianalisis dengan JBI yang terdiri dari delapan

pertanyaan, yaitu:

1. Apakah jelas dalam penelitian ini apa penyebab dan apa efek (yaitu

tidak ada kebingungan tentang variabel mana yang lebih dulu)?

2. Apakah peserta yang termasuk dalam perbandingan serupa?

3. Apakah peserta termasuk dalam perbandingan yang menerima

perlakuan/ perawatan serupa, selain penerapan atau intervensi yang

diminati?

4. Apakah ada kelompok kontrol ?

5. Apakah ada beberapa pengukuran hasil sebelum dan sesudah

intervensi/ pajannan?
47

6. Apakah tindak lanjut selesai dan jika tidak, apakah perbedaan antara

kelopok dalam hal tindak lanjut mereka cukup dijelaskan dan

dianalisa?

7. Apakah hasil peserta dimasukkan dalam perbandingan yang diukur

dengan cara yang sama?

8. Apakah hasil diukur dengan cara yang dapat diandalkan?

9. Apakah analisis stastitik yang tepat digunakan?

No Judul Tahun Penulis Skor


1 Pengaruh 2017 Rostinah 7/9
terapi Manurung
relaksasi otot et.al
progresif
terhadap
kualitas tidur
pada lansia di
panti jompo
yayasan guna
bakti Medan
2 Pengaruh 2016 Setyoadi et.al 8/9
relaksasi otot
progresif
dengan musik
terhadap
kualitas tidur
lansia di
posyandu
lansia
anjasmoro
kelurahan
sukorame
Kediri
3 Pengaruh 2016 Sulidah et.al 8/9
latihan
relaksasi otot
progresif
terhadap
kualitas idur
48

lansia
4 Pengaruh 2018 Sunaringtyas 8/9
pelaksanaan et.al
relaksasi otot
progresif
terhadap
kualitas tidur
pada lansia
hipertensi di
puskesmas
tumpang
kecamatan
talun
kabupaten
bBitar
5 Effect of 2020 Liu et.al 9/9
progressive
muscle
relaxation on
axiety and
sleep quality
in patients
with COVID
19

D. Seleksi literature (PRISMA)

Nursalam tahun 2020 (dalam Roswendi et al., 2021) artikel yang

telah diperoleh berdasarkan kata kunci perlu adanya seleksi yang lebih

lanjut menggunakan evluasi dan protokol dari literature yang akan

direview. Protokol yang dapat digunakan dalam literature review salah

satunya yaitu Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and

Meta0analyses (PRISMA), PRISMA digunakan agar penulisan literature

dapat dilakukan secara sistematis dan terstruktur.

Tahapan dalam seleksi literature menggunakan diagram PRISMA

yaitu ada beberapa tahapan , yaitu sebagai berikut :


49

a. Identification

Pada tahap ini dilakukan identifikasi jumlah artikel yang diperoleh

dari database akademik atau sumber data lainnya sesuai kata kunci

yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini artikel yang didapat dari

database akademik bereputasi tinggi menggunakan database bereputasi

sedang menggunakan PubMed didapatkan hasil 2.155 jurnal. Database

bereputasi rendah menggunakan GoogleScholar didapatkan hasil 1.330

jurnal dan Garuda didapatkan hasil 2 jurnal. Jurnal yang diperolah dari

hasil identification 3.487 jurnal.

b. Screening

Diperiksa ada tidaknya duplikasi artikel dalam hal kesamaan judul

dan penulis lalu dituliskan secara rinci jumlah artikel yang terdapat

duplikasi atau memiliki kesamaan selanjutnya dieliminasi dan

dituliskan pula secara rinci jumlah artikel yang tersisa atau tidak

terdapat duplikasi. Dalam penelitian ini jumlah artikel duplikasi

sebanyak 134 jurnal, dan jumlah artikel setelah periksa duplikasi

sebanyak 3.353 jurnal.

c. Eligibility

Pada tahap selanjutnya artikel diseleksi berdasarkan kelayakan

melalui kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang sudah ditetapkan serta

critical appraisal tuls yang sesuai, lalu artikel yang tidak layak

dilakukan eliminasi. Dalam penelitian ini jumlah jurnal full text sesuai
50

uji kelayakan sebanyak 5 jurnal. Jumlah jurnal full text yang dieliminasi

sebanyak 10 jurnal.

d. Included

Pada tahap terakhir dituliskan perolehan jumlah artikel yang

berhasil lolos dari seleksi yang telah dilakukan dan telah dinilai dengan

CAT sebanyak 5 jurnal.


51

Gambar 3. 1 Bagan Prisma


I
D Artikel yang didapatkan dari data
E base akademik (n = 3.487 )
N PubMed (n = 2.155)
T
Google Scholar (n = 1.330)
I
F Garuda (n = 2)
I
C
A
T
I Jumlah artikel setelah diperiksa
Jumlah artikel duplikasi
O (n = 3.353)
(n = 134)
N
Jumlah artikel yang
S dikeluarkan karena:
C Tidak free akses
R
E Tidak full text
E
N Tidak berbahasa
Jumlah artikel Indonesia atau
I Jumlah artikel yang
yang dieliminasi (n
N tersaring (n = 15) Inggris
= 3.338)
G Tidak sesuai judul
E
L Jumlah artikel yang
I dikeluarkan
G berdasarkan
I kelayakan melalui
B kriteria inklusi dan
I CAT :
L Jumlah artikel full Jumlah artikel full Populasi tidak
I text sesuai uji text yang sesuai = 5
T kelayakan (n = 5) dieliminasi (n = 10)
Y Variabel tidak
sesuai, desain
I
penelitian tidak
N
sesuai = 1
C
L Analisa data dan
Jumlah artikel yang diterima dan
U output tidak sesuai
dilakukan dalam sintesis kuantitatif
D =4
(n = 5)
E
D
52

E. Etik Penelitian

Plagiat merupakan masalah utama dalam sebuah penelitian yang

menggunakan produk orang lain yang dianggap bahwa itu adalah hasil

karya sendiri. Perlu untuk mendeteksi dimana plagiat bisa muncul yaitu

dalam penulisan karya ilmiah atau sebuah riset dalam perguruan tinggi

yang tujuannya untuk memperoleh benang merah literasi informasi agar

mengurangi dan mempersempit ruang dalam plagiat.

Menurut Soelistyo tahun 2011 (dalam Roswendi et al., 2021) ada

beberapa tipe plagiarisme, yaitu :

a. Plagiarisme kata demi kata

Menuliskan isi yang sama persis dengan sumber yang

dicantumkan dalam penelitian

b. Plagiarisme atas sumber

Yaitu memakai topik orang lain tanpa mencamtukan source dari

peneliti sebelumnya.

c. Plagiarisme author (pengarang)

Mengakui hasil karya orang lain sebagai hasil karya sendiri.

Bentuk upaya pencegahan dalam plagiat dalam penulisan harus

memperhatikan cara pengutipan da melakukan paraphrase, lalu menuliskan

daftar pustaka karya yang dirujuk dengan baik dan benar. Selain cara di

atas untuk mencegah plagiat adapun aplikasi software komputer yang

dapat mendukung dalam hal mencegah plagiarisme baik aplikasi berbayar

ataupun yang gratis.


53

Gambar 3. 2 Etik Penelitian Menggunakan Plagiarism Checker X

Interpretasi Plagiarisme :

Jumlah persentase maksimal plagiarisme untuk S-1 Keperawatan STIKES

Jenderah Achmad Yani Cimahi yaitu sebesar 25%. Berdasarkan pada tabel dan

gambar hasil cek plagiarisme menggunakan aplikasi Plagiarism Checker X pada

hari Jumat Tanggal 23 Juli 2021 diatas dapat diketahui bahwa terdeteksi 1.970

kata yang sama dari total 7.996 kata yang terdapat dalam Bab 1 sampai 3 dengan

catatan hasil bahwa terdeteksi plagiarisme sedang dengan total persentase 25%

artinya skripsi tidak dikatakan plagiat.


54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut merupakan isi dari hasil pada penelitian literature review

berdasarkan jurnal yang akan digunakan yaitu penulisan karakteristik umum

dalam penyelesaian studi (Tabel 4.1) dan rangkuman hasil literature review

yang didapatkan (Tabel 4.2). di bawah ini merupakan isi dari hasil penelitian

literature review berdasarkan jurnal yang digunakan.

1. Karakteristik umum dalam penyeleksian studi

Tabel 4. 1 Karakteristik Umum Dalam Penyeleksian Studi

No Kategori N %
1 Tahun Publikasi
a. 2016 2 40%
b. 2017 1 20%
c. 2018 1 20%
d. 2020 1 20%
Total 5 100%
2 Variable
A Variable Dependen
1) Kualitas tidur pada lansia 5 50%
B Variable Independen
1) Relaksasi otot progresif 5 50%
a.
Total 10 100%
3 Desain Penelitian
Quasi Exsperiment Study 5 100%
Total 5 100%
55
56

2. Rangkuman Hasil Pencarian Literature Review

Tabel 4. 2 Rangkuman Hasil Pencarian Literature Riview

NO Judul Negara Bahasa Tujuan Jenis Metode Populasi dan Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Pengumpulan Jumlah
Tahun Data Sampel
1 Pengaruh Indonesia Indonesia Untuk Kuantitati Menggunakan Jumlah Hasil
terapi mengetahui f SOP , Vidio populasi peneltian
relaksasi otot pengaruh terapi Relaksasi seluruh lansia menunjukkan
progresif relaksasi otot Otot yang adanya
terhadap progresif Progresif, dan mengalami pengaruh
kualitas tidur terhadap Kuesioner gangguan dengan
pada lansia kualitas tidur untuk melihat tidur denan kualitas tidur
dipanti pada lansia di sebelum dan sampel 30 lansia dengan
jompo panti jompo sesudah di orang p Value =
yayasan guna yayasan guna berikannya 0,003
budi bakti budi bakti tahun intervensi
Medan 2017 Dengan
(Marunung kategori
dan Adriyani, kualitas tidur
2017) sebelum
dilakukan
intervensi
dengan
kualitas tidur
baik
57

NO Judul Negara Bahasa Tujuan Jenis Metode Populasi dan Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Pengumpulan Jumlah
Tahun Data Sampel
sebanyak
33,3% dan
kualitas tidur
buruk
sebanyak
66,7%
Dengan
kualitas tidur
setalah
diberikannya
intervensi
dengan
kategori
kualitas tidur
baik
sebanyak
70% dan
dengan
kategori
kualitas tidur
buruk
sebanyak
30%
2 Pengaruh Indonesia Indonesia Untuk Kuantitati Menggunakan Jumlah Hasil
reaksasi otot menganalisis f Kuesioner populasi peneltian
58

NO Judul Negara Bahasa Tujuan Jenis Metode Populasi dan Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Pengumpulan Jumlah
Tahun Data Sampel
progresif Pengaruh lansia di atas menunjukan
dengan reaksasi otot 60 tahun yang adanya
musik progresif ada di wilayah pengaruh
terhadap dengan musik posyandu dengan
kualitas tidur terhadap sukorame kualitas tidur
lansia di kualitas tidur dengan lansia dengan
posyandu lansia di sampel 17 p Value =
lansia posyandu lansia orang lansia 0,000
anjasmoro anjasmoro Sebelum di
kelurahan kelurahan berikannya
Sukorame Sukorame intervensi
Kediri Kediri dengan
(Setyoadi kategori
et.al ,2016) kualitas tidur
sebanyak
7,5% dan
dengan
setelah
dilakukannya
intervensi
dengan
kualitas tidur
sebanyak
4,2%
59

NO Judul Negara Bahasa Tujuan Jenis Metode Populasi dan Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Pengumpulan Jumlah
Tahun Data Sampel
3 Pengaruh Indonesia Indonesia Untuk Kuantitati Menggunakan Populasi Hasil
latihan mengedintifikas f Kuesioner dalam peneltian
relaksasi otot i Pengaruh penilitian ini mennjukan
progresif latihan relaksasi adalah semua adanya
terhadap otot progresif lansia yang pengaruh
kualitas tidur terhadap tinggal di dengan
lansia kualitas tidur balai kualitas tidur
( Sulidah lansia perlindungan lansia dengan
et.al, 2016) sosial tresna p Value =
werdhacipara 0,000
y Sampel 51 Dengan
dengan 26 kategori
kelompok perlakuan
intervensi dan terhadap
24 kelompok kualitas tidur
kontrol sebanyak 26
orang dengan
kategori
kontrol
terhadap
kualitas tidur
baik
sebanyak 25
orang
4 Pengaruh Indonesia Indonesia Untuk Kuantitati Menggunakan Popuulasi Hasil
60

NO Judul Negara Bahasa Tujuan Jenis Metode Populasi dan Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Pengumpulan Jumlah
Tahun Data Sampel
pelaksanaan menganalisis f Kuesioner penelitian ini peneltian
relaksasi otot Pengaruh dan observasi adalah semua mennjukan
proresif pelaksanaan lansia yang adanya
terhadap relaksasi otot mengalami pengaruh
kualitas tidur proresif insomnia di dengan
pada lansia terhadap posyandu kualitas tidur
hipertensi di kualitas tidur sedap malam lansia dengan
wilayah pada lansia pare kediri p Value =
puskesmas hipertensi di Sampel 20 0,0001
tumpang wilayah Dengan
kecamatan puskesmas kualitas tidur
Talun tumpang sebelum
kabupaten kecamatan dilakukan
Blitar Talun kabupaten intervensi
(Sunaringtya Blitar dengan
s et.al, 2018) kategori baik
sebanyak 5%,
dengan
kategori
cukup
sebabnyak
35%, dengan
kategori
buruk
sebanyak
61

NO Judul Negara Bahasa Tujuan Jenis Metode Populasi dan Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Pengumpulan Jumlah
Tahun Data Sampel
60% terhadap
kualitas tidur
lansia.
Kualitas tidur
setelah
dilakukan
intervensi
dengan
kategori baik
sebanyak
85%, dengan
kategori
cukup
sebanyak 5%,
dengan
kategori
buruk
sebanyak
10% terhadap
kualitas tidur
lansia

5 Effects of Cina Inggris Untuk Kuantitati Menggunakan Populasi Hasil


progresive mengetahui f Kuesioner Seluruh peneltian
muscle pengaruh STAI (Untuk pasien mennjukan
62

NO Judul Negara Bahasa Tujuan Jenis Metode Populasi dan Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Pengumpulan Jumlah
Tahun Data Sampel
relaxation on relaksasi otot mengukur COVID -19 di adanya
anxiety and progresif kecemasan Hainan pengaruh
sleep quality terhadap dan kualitas Sampel 51 dengan
in patients kecemasan dan tidur ) orang kualitas tidur
with COVID kualitas tidur lansia dengan
19 (Liu et.al, pasien COVID p Value =
2020) -19 <0,001
Dengan
kategori
setelah
intervensi
terhadap grup
eksperimental
sebanyak
12,68%,
dengan
kategori
sebelum
dilakukannya
intervensi
terhadap grup
eksperimental
11,51%
63

Pembahasan

1. Karakteristik Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan 5 jurnal yang terdiri dari 4 jurnal

berbahasa indonesia yang sudah terindeks sinta berjumlah 4 dan

terpublikasi ISSN sebanyak 3 dan 1 jurnal berbahasa inggris telah DOI

(Digital Object Indentifier). Penulis 5 Jurnal tersebut adalah Manurung &

Adriani (2017), Setyoadi et.al (2016), Sulidah et.al (2016), Sunaringtyas et

al (2018), (Liu et al. (2020).

Hasil identifikasi karakteristik penelitian dari 5 jurnal didapatkan 2

jurnal dengan tahun publikasi 2016, 1 jurnal dengan tahun publkasi 2017,

1 jurnal dengan tahun publikasi 2018, dan 1 jurnal dengan tahun publikasi

2020. Dari hasil 5 jurnal variabel telah di tetapkan yaitu relaksasi otot

progresif berpengaruh terhadap kualitas tidur pada lansia. Dari ke 5 jurnal

didapatkan populasi yang termasuk kriteria inklusi yaitu lansia. Desain

penelitian dari ke 5 jurnal menggunakan desain penelitian dengan

pendekatan Quasi Eksperiment Study.

2. Persamaan dan perbedaan

Ke 5 jurnal mememiliki tujuan penelitian yaitu untuk melihat

pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia. Terdapat

4 jurnal menggunakan teknik sampling yang sama terdapat pada

penelitian manurung & adriyani (2017)dengan besar sampel 30 orang,

Setyoadi et.al (2016)dengan besar sampel 17 orang, sulidah et.al (2016)


64

dengan besar sampel 26 orang di berikan intervensi dan 24 kelompok

kontrol, Sunaringtyas et.al (2018) dengan besar sampel sebanyak 20

orang menggunakan teknik sampling purposive sampling. Berbeda

dengan penelitian Liu et.al (2020) menggunakan Random Sampling

dengan besar sampel sebanyak 51 orang.

Penggunaan instrumen atau alat ukur ke 5 jurnal menggunakan

Kuesioner, dan pada penelitian Manurung & Adriyani (2017) selain

menggunakan Kuesioner juga menggunakan vidio dan SOP, pada

penelitian Setyoadi et.al (2016) dan penelitian Sunaringtyas et.al (2018)

selain menggunakan Kuesioner juga menggunakan Observasi untuk di

analisis perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan Intervensi.

Hasil dari 5 jurnal yang dibahas terdapat 2 jurnal menggunakan

analisa univariat dan bivariat dan 3 jurnal hanya menggunakan analisa

data bivariat. 2 dari 5 jurnal menggunakan uji statistika yang sama yaitu

uji Wilchoxon, terdapat 1 jurnal yang menggunakan uji Mc.Nemar, 1

jurnal menggunakan uji statistika Riveated Anova, dan terdapat 1 jurnal

menggunakan uji statistika Chi Square.

3. Analisa dan sintesa

Hasil penelitian yang dipaparkan di bawah ini merupakan hasil

kajian dan prakti penelitiam yang telah dilakukan oleh para peneliti

sebelumnya dengan topik permasalahan yang serupa, dengan topik


65

penelitian yang dikaji, yaitu mengenai pengaruh relaksasi otot progresif

terhadap kualitas tidur lansia.

Hasil kajian yang terdiri dari 5 jurnal penelitian yang dilakukan

penulis terhadap filterisasi dari data sekian banyak jurnal penelitian,

penulis mengambil 5 jurnal yang menurut penulis berkaitan erat dengan

topik yang sedang dikaji.

a. Gambaran Relaksasi Otot Progresif terhadap kualitas tidur

Hasil analisis yang telah dilakukan dari ke 5 jurnal, penelitian yang

dilakukan Manurung & Adriyani (2017) didapatkan hasil untuk kualitas

tidur sebelum dilakukan intervensi dengan kategori kualitas tidur baik

sebanyak 33,3% , dan kualitas sebelum dilakukan intervensi dengan

kualitas tidur bruk sebanyak 66,7%. Sedangkan kualitas tidur setelah

dilakukan intervensi dengan kuualitas tidur baik sebanyak 70,0%,

sedangkan kualitas tidur setelah dilakukan intervensi dengan kualitas

tidur buruk sebnyak 30,0%.

Penelitian yang dilakukan Setyoadi et.al (2016) di dapatkan hasil

untuk kualitas tidur sebelum dilakukan intervensi dengan nilai 7,5%,

kualitas tidur setelah dilakukan intervensi dengan nilai 4,2%.

Penelitian yang dilakukan Sulidah et.al (2016) didapatkan hasil

untuk kualitas tidur sebelum dilakukan intervensi dengan kategori

kualitas tidur baik sebanyak 0,00%, kualitas tidur sebelum dilakukan

intervensi dengan kualitas tidur buruk sebanyak 100%. Kualitas tidur 2

minggu setelah dilakukannya intervensi dengan kaegori kualitas tidur


66

baik sebanyak 42,3%, kualitas tidur 2 minggu setelah diberikan

intervensi dengan kategori kualitas tidur buruk sebanyak 57,7%.

Kualitas tidur 3minggu setelah dilakukan intervensi dengan kategori

kualitas tidur baik sebanyak 61,5% , kualitas tidur 3 minggu setelah

dilakukan intervensi dengan kategori kualitas tidur buruk sebanyak

38,5%. Kualitas tidur 4 minggu setelah dilakukan intervensi dengan

kualitas tidur baik sebanyak 80,8%, kualitas tidur 4 minggu setelah

dilakukannya intervensi dengan kategori kualitas tidur buruk sebanyak

19,2%.

Penelitian yang dilakukan Sunaringtyas (2018) didapatkan hasil

sebelum dilakukannya intervensi dengan kategori kualitas tidur baik

sebanyak 5%, sebelum di lakukannya intervensi dengan kategori

kualitas tidur buruk sebanyak 60%. Setelah diberikannya intervensi

dengan kualitas tidur baik sebanyak 85%, setelah diberikannya

inntervensi dengan kualitas tidur buruk sebanyak 10%.

Penelitian yang dilakukan oleh Liu et.al (2020) didapatkan hasil

dengan kelompok eksperimen dengan kategori sebelum diberikan

intervensi sebanyak 11,51%, dengan kategori setelah dilakukan

intervensi sebanyak 12,68%. Kelompok kontrol sebelum dilakukan

intervensi sebanyak 7,92%, dan setelah dilakukan intervensi sebanyak

9,24%

b. Pengaruh relaksasi otot progresif teradap kualitas tidur lansia


67

Penelitian yang dilakukan oleh Manurung & Adriyani (2017)

didapatkan hasil terdapat hubungan yang kuat antara pengaruh relaksasi

otot progresif terhadap kualitas tidur lansia didapakan hasil p value

sebesar (0,003) <0,05 Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat

pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia,

berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mc.Nemar.

Penelitian yang dilakukan Setyoadi et.al (2016) didapatkan hasil

terdapat hubungan yang kuat antara pengaruh terapi relaksasi otot

proresif terhadap kualitas tidur lansia dengan p value sebesar (0,00)

<0,05 Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia, berdasarkan hasil

uji statistik menggunakan Wilcoxon.

Penelitian yang dilakukan sulidah et.al (2016) didapatkan hasil

terdapat hubungan yang kuat antara pengaruh terapi relaksasi otot

proresif terhadap kualitas tidur lansia dengan p value sebesar (0,000)

<0,05 Ha diterima dan Ho ditolak,yang berarti terdapat pengaruh terapi

relaksasi otot progresfi terhadap kualitas tidur lansia, berdasarkan hasil

uji statistik menggunakan Repeated Anova.

Penelitian yang dilakukan Sunaringtyas et.al (2018) didapatkan

hasil terdapat hubungan yang kuat antara pengaruh terapi relaksasi otot

proresif terhadap kualitas tidur lansia dengan p value sebesar (0,0001)

<0,05 Ha diterima dan Ho ditolak, berarti terdapat pengaruh terapi


68

relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia, berdasarkan hasil

uji statistik menggunakan Wilcoxon.

Penelitian yang dilakukan Liu et.al (2020) didapatkan hasil

terdapat hubungan yang kuat antara pengaruh terapi relaksasi otot

proresif terhadap kualitas tidur lansia dengan p value sebesar (< 0,001)

<0,05 Ha diterima dan Ho ditolak, berarti terdapat pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia, berdasarkan hasil

uji statistik menggunakan Chi Square.

Hasil penelitian dan teori yang ada menunjukkan bahwa adanya

pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia,

lansia yang telah mengalami perubahan atau penurunan fungsi fisologi

dapat menyebabkan stress, kecemasan, dan depresi yang akan

berdampak pada terjadinya gangguan kualitas tidur lansia. Kualitas

tidur yang baik atau buruk pada lansia akan berpengaruh terhadap segar

dan bugar atau tidaknya lansia ketika terbangun yang akan

mempengaruhi mood pada hari tersebut kemudia dapat berpengaruh

terhadap kesehatan fisiologis dan psikologis. Terapi relaksasi otot

progresif yang diaplikasikan dengan benar dapat menurunkan tingkat

stress, kecemasan,dan emosi pada lansia yang akan membuat kualitas

tidur lansia akan menjadi lebih baik.

B. Keterbatasan Literature Riview


69

Penelitian Literature Riview ini masih memiliki beberapa kekurangan

karena terdapat batasan-batasan dalam penelitian yang dilakukan. Kesulitan

mencari jurnal bereputasi tinggi dengan memiliki keterbatasan tahun

penelitian, tidak free acces, tidak full text, dan banyak yang hanya

menampilkan abstrak saja serta jurnal internasional yang tidak berbahasa

inggris, dan jurnal nasional yang tidak menggunakan bahasa indonesia, serta

analisa data terdapat yang tidak menjelaskan univariat. Banyak jurnal yang

memiliki duplikasi,dan tidak termasuk kedalam keriteria inklusi pencarian

jurnal.
70

BAB V

Simpulan dan saran

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pembahasan pada bab

sebelumnya yaitu jurnal – jurnal penelitian yang telah dikaji berhubungan

dengan topik penelitian tentang Pengaruh terapi relaksasi otot progresif

terhadap kualitas tidur lansia

1. Peneliti mengambil 5 jurnal berdasarkan kriteria inklusi pada

penelitian literature review

2. Persamaan terletak pada topik masalah penelitian, kemudian pada

tujuan penelitian dari setiap jurnal, metode pengumpulan menggunakan

alat ukur kuesioner dan beberapa alat ukur tambahan seperti SOP, vidio

dan, observasi, dengan jumlah sampel yang berbeda, dengan teknik

pengumpulan data yang berbeda

B. Saran

Penelitian sekunder yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hasil

berupa beberapa saran yang bisa diberikan bagi pengembang teori

keperawatan, bagi perawat, bagi institusi pendidikan dan bagi peneliti

selanjutnya.
71

1. Bagi Perawat

Diperlukannya upaya care giver untuk memberikan asuhan

keperawatan seperti terapi relaksasi otot progresif dan educator untuk

memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara melakukan terapi

relaksasi otot progresif dengan baik sesuai SOP yang ada dan sering

memperhatikan terhadap gangguan tidur pada lansia.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sarana penggalian ilmu

pengetahuan, bahan ajar, serta referensi mengenai pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian sekunder ini diharapkan dapat dijadikan bahan

informasi dan bahan penelitian oleh peneliti selanjutnya. Serta peneliti

selanjutnya disarankan agar meneliti serta melengkapi materi yang tidak

terkaji dalam penelitian ini.

a.
72

DAFTAR PUSTAKA

Sulidah et.al (2016). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap


Kualitas Tidur Lansia.

Anggarawati, & Kuntarti, (2016). Peningkatan Kualitas Tidur Lansia Wanita


melalui Kerutinan Melakukan Senam Lansia.

Sulistyani, Cicik, (2016). Jurnal Kesehatan Masyarakat Tahun 2012.

Dariah, E. D., & Okatiranti. (2016). Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas


Tidur Lansia Di Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung
Barat. Jurnal Ilmu Keperawatan, III.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Kesehatan Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2013. In Journal of Physics A: Mathematical and General.

Khalifa, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Kushariyadi, S. d. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Liu, K., Chen, Y., Wu, D., Lin, R., Wang, Z., & Pan, L. (2020).effect of
progessive musscle relaxation on anxiety and sleep quality in patients with
covid 19.

Manurung, R., & Adriani, T. U. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot


Progresif Terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Jompo Yayasan
Guna Budi Bakti Medan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda.

muhammad saleh nuwa. (2018). Modul Kombinasi Terapi Progressive Muscle


Relaxation Dengan Spiritual Guided Imagery and Music (Panduan Buat
Perawat).

Nashori, F., & Wulandari, E. D. (2017). Psikologis Tidur : Dari kualitas tidur
hingga Insomnia. Universitas Islam Indonesia.
73

Nilifda, H. (2016). Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi Akademik


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK
Universitas Andalas.

NS. Kasiati, & Ni Wayan Dwi. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. EGC.

Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Rahmawati dan Roro setyawati. (2013). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif


Terhadap Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Pondok
Pesantren Fathul Huda Kebondalem Purwokerto. Journal of Chemical
Information and Modeling.

Ratnawati. (2017). Buku Pengayaan Uji Kompetensi Keperawatan Gerontik.


Health Book Publishing.

Roswendi, A. S., Suryaningsih, C., Nurjanah, N., & Supriadi, D. (2021). Literure
Review Konsep dan Aplikasi (D. Ardianto & Yuswandi. Media More Karya
Optima.

Setyoadi, Retno Lestari, N. K. (2016). Majalah Kesehatan FKUB 2016. Pengaruh


Relaksasi Otot Progresif Dengan Musik Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di
Posyandu Lansia “Anjasmoro” Kelurahan Sukorame Kediri.

Solehati et al. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan


Maternitas. PT. Refika Aditama.

Sunaringtyas, W., Fuadah, D. Z., & Kusdiantoro, L. (2018). Pengaruh


Pelaksanaan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia
Hipertensi Di Puskesmas Tumpang Kecamatan Talun Kabupaten Blitar.
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta.

Sundari, R. I., & Dewi, F. K. (2020). Pelatihan Relaksasi Otot Progresif Pada
Kader Posyandu Lansia di Posyandu Lansia RW 05 Desa Kalibagor.

Suprihatin, T. (2011). Agresivitas Anak. Proyeksi, 6(1), 53–61.


T, R. I. S., Onibala, F., & Sumarauw, L. (2017). Hubungan Kualitas Tidur
Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia di Bplu Senja Cerah Sulawesi Utara.
E-Journal Keprawatan.
74

LAMPIRAN
Lampiran 1

JBI Critical Appraisal for Quasi Eksperiment Studies

Reviewer :

Date :

Author :

Title :

Year :

Record Number :

Questions Yes No
1. Apakah jelas dalam penelitian ini apa 'penyebab' dan apa 'efek'

(yaitu tidak ada kebingungan tentang variabel mana yang lebih

dulu)?
2. Apakah peserta yang termasuk dalam perbandingan serupa?
3. Apakah peserta termasuk dalam perbandingan yang menerima

perlakuan / perawatan serupa, selain pemaparan atau intervensi

yang diminati?
4. Apakah ada kelompok kontrol?
5. Apakah ada beberapa pengukuran hasil sebelum dan sesudah

intervensi / pajanan?
6. Apakah tindak lanjut selesai dan jika tidak, apakah perbedaan

antara kelompok dalam hal tindak lanjut mereka cukup

dijelaskan dan dianalisis?


7. Apakah hasil peserta dimasukkan dalam perbandingan yang

diukur dengan cara yang sama?

8. Apakah hasil diukur dengan cara yang dapat diandalkan?


9. Apakah analisis statistik yang tepat digunakan?

Perubahan pada

lansia

Perubahan Fisilogis pada

lansia (dari yang paling


ahan Psikososial :
berpengaruh) :
h Kelelahan
Sel
asi Lingkungan
Sistem pernafasan
Hidup
Sistem kardiovaskular
ah Kejiwaan ( Stress)
Sistem muskuloskeletal

Sistem pencernaan
Masalah
Sistem pendengaran
Kualitas Tidur
Sistem Geritouurinaria

Kualitas tidur Sistem reproduksi


Penatalaksaan
Nonfarmakologi Sistem pengaturan suhu

tubuh
Memusatkan konsentrasi pada
Sistem endokrin
penegangan otot dan mengatur
Sistem integumen
ernafasan untuk masuk kedalam kondisi
Sistem penglihatan

yang rileks
JBI CRITICAL APPRAISAL CHECKLIST FOR
QUASI-EXPERIMENTAL STUDIES

Reviewer : M Radja Airlangga Firdaus

Date : 05 agustus 2021

Author : Rostinah manurung et.al

Title :Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur

pada lansia di panti jompo yayasan guna budi bakti medan

2017

Year : 2017

Record Number : p-ISSN 2655-2728 / E-Issn 2655—4712 / Doi : 10.3324

(Terindeks sinta 5)

YES NO UNCLE NOT


R APPLICABLE
1. Is it clear in the study what is V
the ‘cause’ and what is the
‘effect’ (i.e. there is no
confusion about which variable
comes first)?
(Apakah jelas dalam penelitian
ini apa 'penyebab' dan apa 'efek'
(yaitu tidak ada kebingungan
tentang variabell mana yang
lebih dulu)?)

2. Were the participants included V


in any comparisons similar?
(Apakah peserta yang
termasuk dalam perbandingan
serupa?)
3. Were the participants included V

in any comparisons receiving

similar treatment/care, other

than the exposure or

intervention of interest?

(Apakah peserta termasuk

dalam perbandingan yang

menerima perlakuan /

perawatan serupa, selain

pemaparan atau intervensi

yang diminati?)

4. Was there a control group? V

(Apakah ada kelompok

kontrol?)

5. Were there multiple V

measurements of the outcome

both pre and post the

intervention/exposure?

(Apakah ada beberapa

pengukuran dari hasil sebelum

dan sesudah intervensi /

pajanan?)
6. Was follow up complete and if V

not, were differences between

groups in terms of their follow

up adequately described and

analyzed?

(Apakah tindak lanjut selesai

dan jika tidak, apakah

perbedaan antara kelompok

dalam hal tindak lanjut mereka

cukup dijelaskan dan

dianalisis?)
7. Were the outcomes of V

participants included in any

comparisons measured in the

same way?

(Apakah hasil peserta

dimasukkan dalam

perbandingan yang diukur

dengan cara yang sama?)

8. Were outcomes measured in a V

reliable way?

(Apakah hasil diukur dengan

cara yang dapat diandalkan?)


9. Was appropriate statistical V

analysis used?

(Apakah analisis statistik yang

tepat digunakan?)
JBI CRITICAL APPRAISAL CHECKLIST FOR
QUASI-EXPERIMENTAL STUDIES

Reviewer : M Radja Airlangga Firdaus

Date : 05 agustus 2021

Author : Setyoadi et.al

Title :Pengaruh relaksasi otot dengan musik terhadap kualitas tidur

lansia di posyandu lansia anjasmoro kelurahan sukorame

kediri

Year : 2016

Record Number : (Terindeks sinta 3)

YES NO UNCLE NOT


R APPLICABLE
1. Is it clear in the study what is V
the ‘cause’ and what is the
‘effect’ (i.e. there is no
confusion about which
variable comes first)?
(Apakah jelas dalam penelitian
ini apa 'penyebab' dan apa 'efek'
(yaitu tidak ada kebingungan
tentang variabell mana yang
lebih dulu)?)

2. Were the participants included V


in any comparisons similar?
(Apakah peserta yang
termasuk dalam perbandingan
serupa?)
3. Were the participants included V
in any comparisons receiving

similar treatment/care, other

than the exposure or

intervention of interest?

(Apakah peserta termasuk

dalam perbandingan yang

menerima perlakuan /

perawatan serupa, selain

pemaparan atau intervensi

yang diminati?)

4. Was there a control group? V

(Apakah ada kelompok

kontrol?)

5. Were there multiple V

measurements of the outcome

both pre and post the

intervention/exposure?

(Apakah ada beberapa

pengukuran dari hasil sebelum

dan sesudah intervensi /

pajanan?)

6. Was follow up complete and if V


not, were differences between

groups in terms of their follow

up adequately described and

analyzed?

(Apakah tindak lanjut selesai

dan jika tidak, apakah

perbedaan antara kelompok

dalam hal tindak lanjut mereka

cukup dijelaskan dan

dianalisis?)
7. Were the outcomes of V

participants included in any

comparisons measured in the

same way?

(Apakah hasil peserta

dimasukkan dalam

perbandingan yang diukur

dengan cara yang sama?)

8. Were outcomes measured in a V

reliable way?

(Apakah hasil diukur dengan

cara yang dapat diandalkan?)

9. Was appropriate statistical V


analysis used?

(Apakah analisis statistik yang

tepat digunakan?)
JBI CRITICAL APPRAISAL CHECKLIST FOR
QUASI-EXPERIMENTAL STUDIES

Reviewer : M Radja Airlangga Firdaus

Date : 05 agustus 2021

Author : Sulidah et.al

Title :Pengaruh terapi relaksasi otot terhadap kualitas tidur lansia

Year : 2016

Record Number : (Terindeks sinta 2)

YES NO UNCLE NOT


R APPLICABLE
1. Is it clear in the study what is V
the ‘cause’ and what is the
‘effect’ (i.e. there is no
confusion about which variable
comes first)?
(Apakah jelas dalam penelitian
ini apa 'penyebab' dan apa 'efek'
(yaitu tidak ada kebingungan
tentang variabell mana yang
lebih dulu)?)

2. Were the participants included V


in any comparisons similar?
(Apakah peserta yang
termasuk dalam perbandingan
serupa?)
3. Were the participants included V

in any comparisons receiving

similar treatment/care, other


than the exposure or

intervention of interest?

(Apakah peserta termasuk

dalam perbandingan yang

menerima perlakuan /

perawatan serupa, selain

pemaparan atau intervensi

yang diminati?)

4. Was there a control group? V

(Apakah ada kelompok

kontrol?)

5. Were there multiple V

measurements of the outcome

both pre and post the

intervention/exposure?

(Apakah ada beberapa

pengukuran dari hasil sebelum

dan sesudah intervensi /

pajanan?)

6. Was follow up complete and if V

not, were differences between

groups in terms of their follow


up adequately described and

analyzed?

(Apakah tindak lanjut selesai

dan jika tidak, apakah

perbedaan antara kelompok

dalam hal tindak lanjut mereka

cukup dijelaskan dan

dianalisis?)
7. Were the outcomes of V

participants included in any

comparisons measured in the

same way?

(Apakah hasil peserta

dimasukkan dalam

perbandingan yang diukur

dengan cara yang sama?)

8. Were outcomes measured in a V

reliable way?

(Apakah hasil diukur dengan

cara yang dapat diandalkan?)

9. Was appropriate statistical V

analysis used?

(Apakah analisis statistik yang


tepat digunakan?)
JBI CRITICAL APPRAISAL CHECKLIST FOR
QUASI-EXPERIMENTAL STUDIES

Reviewer : M Radja Airlangga Firdaus

Date : 05 agustus 2021

Author : Sunaringtyas et.al

Title : Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas

tidur pada lannsia hipertensi di puskesmas tumpag kecamatan

talun kabupaten blitar

Year : 2018

Record Number : p-ISSN : 2088-8872 / e-ISSN: 2541-2728 (Terindeks sinta 4)

YES NO UNCLE NOT


R APPLICABLE
1. Is it clear in the study V
what is the ‘cause’ and
what is the ‘effect’ (i.e.
there is no confusion
about which variable
comes first)?
(Apakah jelas dalam penelitian
ini apa 'penyebab' dan apa 'efek'
(yaitu tidak ada kebingungan
tentang variabell mana yang
lebih dulu)?)

2. Were the participants included V


in any comparisons similar?
(Apakah peserta yang
termasuk dalam perbandingan
serupa?)
3. Were the participants included V

in any comparisons receiving

similar treatment/care, other

than the exposure or

intervention of interest?

(Apakah peserta termasuk

dalam perbandingan yang

menerima perlakuan /

perawatan serupa, selain

pemaparan atau intervensi

yang diminati?)

4. Was there a control group? V

(Apakah ada kelompok

kontrol?)

5. Were there multiple V

measurements of the outcome

both pre and post the

intervention/exposure?

(Apakah ada beberapa

pengukuran dari hasil sebelum

dan sesudah intervensi /

pajanan?)
6. Was follow up complete and if V

not, were differences between

groups in terms of their follow

up adequately described and

analyzed?

(Apakah tindak lanjut selesai

dan jika tidak, apakah

perbedaan antara kelompok

dalam hal tindak lanjut mereka

cukup dijelaskan dan

dianalisis?)
7. Were the outcomes of V

participants included in any

comparisons measured in the

same way?

(Apakah hasil peserta

dimasukkan dalam

perbandingan yang diukur

dengan cara yang sama?)

8. Were outcomes measured in a V

reliable way?

(Apakah hasil diukur dengan

cara yang dapat diandalkan?)


9. Was appropriate statistical V

analysis used?

(Apakah analisis statistik yang

tepat digunakan?)
JBI CRITICAL APPRAISAL CHECKLIST FOR
QUASI-EXPERIMENTAL STUDIES

Reviewer : M Radja Airlangga Firdaus

Date : 05 agustus 2021

Author : Liu et.al

Title : Efek relaksasi otot progresif pada kecemasan dan kualitas

tidur di pasien covid-19

Year : 2020

Record Number : DOI : 10.1016

YES NO UNCLE NOT


R APPLICABLE
1. Is it clear in the study what is V
the ‘cause’ and what is the
‘effect’ (i.e. there is no
confusion about which
variable comes first)?
(Apakah jelas dalam penelitian
ini apa 'penyebab' dan apa 'efek'
(yaitu tidak ada kebingungan
tentang variabell mana yang
lebih dulu)?)

2. Were the participants included V


in any comparisons similar?
(Apakah peserta yang
termasuk dalam perbandingan
serupa?)
3. Were the participants included V

in any comparisons receiving


similar treatment/care, other

than the exposure or

intervention of interest?

(Apakah peserta termasuk

dalam perbandingan yang

menerima perlakuan /

perawatan serupa, selain

pemaparan atau intervensi

yang diminati?)

4. Was there a control group? V

(Apakah ada kelompok

kontrol?)

5. Were there multiple V

measurements of the outcome

both pre and post the

intervention/exposure?

(Apakah ada beberapa

pengukuran dari hasil sebelum

dan sesudah intervensi /

pajanan?)

6. Was follow up complete and if V

not, were differences between


groups in terms of their follow

up adequately described and

analyzed?

(Apakah tindak lanjut selesai

dan jika tidak, apakah

perbedaan antara kelompok

dalam hal tindak lanjut mereka

cukup dijelaskan dan

dianalisis?)
7. Were the outcomes of V

participants included in any

comparisons measured in the

same way?

(Apakah hasil peserta

dimasukkan dalam

perbandingan yang diukur

dengan cara yang sama?)

8. Were outcomes measured in a V

reliable way?

(Apakah hasil diukur dengan

cara yang dapat diandalkan?)

9. Was appropriate statistical V

analysis used?
(Apakah analisis statistik yang

tepat digunakan?)
Lampiran 2
Lampiran Bimbingan
Lampiran 3
Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP

FOTO 3X4

Nama : M Radja Airlangga Firdaus


NPM : 213117085
Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 12 April 1999
Alamat : Jln Amalia Rubini Gg Samboja, RT.03/RW.08,
Kel. Sayang, Cianjur
Email : mradjaairlanggaf12@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Ibu Dewi 2 Cianjur : Tahun 2005-2011
2. SMPN 4 Cianjur : Tahun 2011-2014
3. SMAN 1 Cilaku : Tahun 2014-2017
4. STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi : Tahun 2017- Sekarang

Anda mungkin juga menyukai