Oleh :
NIM. 2018.49.045
TAHUN 2020
LITERATURE REVIEW
Keperawatan
Oleh :
NIM. 2018.49.045
TAHUN 2020
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 2018.49.045
Tidur Pada Lansia” memang benar merupakan karya original yang dibuat sendiri
oleh penulis, bukan Karya Tulis Ilmiah dari orang lain baik sebagian maupun
pernyataan ini tidak benar maka saya siap untuk menerima sanksi sebagai bentuk
Kediri, 2020
Yang menyatakan
NIM. 2018.49.045
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
LITERATURE REVIEW
Oleh:
Nim. 201849045
Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilaksanakan ujian tugas akhir dihadapan
tim penguji
Pembimbing I Pembimbing II
iii
HALAMAN PENGESAHAN
TELAH DIREVISI
Pembimbing
Mengetahui,
iv
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH
Ketua 1
Dyah I.K, S.Kep.Ns.M.Ked,PhD
NIDN. 0702017704
..................
Mengetahui
v
ABSTRAK
LITERATURE REVIEW
Lanjut usia (lansia) adalah periode akhir pada kehidupan manusia yang ditandai
dengan perubahan psikologis-sosial dan perubahan fisik sehingga terjadi
penurunan kelemahan, meningkatnya rentan terhadap penyakit, serta perubahan
fisiologi. Salah satu perubahan yang mengganggu di lanjut usia yaitu perubahan
fisiologis, dengan adanya gangguan terhadap kualitas tidur lanjut usia. Cara
menanganinya dengan tindakan non farmakologis salah satunya adalah relaksasi
otot progresif. Tujuan ini untuk melakukan analisis terhadap artikel atau jurnal
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada
lansia. Desain ini menggunakan Literature Review, melalui Google Schoolar
(2010-2020), dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Metode untuk Tinjauan
Istilah dan pencarian memasukkan kata kunci relaksasi otot progresif, kualitas
tidur, dan lansia. Hasil penelitian pencarian dalam 5 jurnal bahwa, relaksasi otot
progresif berpengaruh terhadap peningkaan kualitas tidur pada lansia yang dapat
dilihat dari sebelum dilakukannya intervensi kualitas tidur tetap buruk dan setelah
dilakukannya intervensi kualitas tidur menjadi membaik. Kesimpulan Dari
penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap kualitas tidur pada lansia. Saran dapat memberikan informasi
dan intervensi keperawatan secara mandiri sebagai pengobatan non farmakologi
untuk membantu menangani gangguan tidur dengan dilakukannya relaksasi otot
progresif.
ABSTRACT
vi
LITERATURE REVIEW
Elderly (elderly) is the final period in human life that undergoes psychological-
social and physical changes resulting in decreased weakness, susceptibility to
disease and physiological changes. One of the changes that interfere with age,
physiological changes, disturbances in the quality of sleep of the elderly. One way
to handle it with non-pharmacological action is progressive muscle relaxation.
This aim is to analyze the articles or journal articles of progressive muscle
relaxation therapy on improving sleep quality in the elderly. This design uses a
Literature Review, through Google Schoolar (2010-2020), in Indonesian and
English. The term review and search method included the keywords progressive
muscle relaxation, sleep quality, and elderly. The results of research in 5 journals
show that muscle relaxation which has an effect on improving sleep quality in the
elderly can be seen from before the intervention sleep quality remains poor and
after the intervention sleep quality improves. Conclusion From previous studies, it
was shown that there was an effect of progressive muscle relaxation on sleep
quality in the elderly. Suggestions can provide information and independent
nursing interventions as non-pharmacological treatments to help sleep disorders
with progressive muscle relaxation.
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur saya penjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehigga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Literature Review Pengaruh
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk gelar Ahli
1. Yth. Bapak Heny Kristanto, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Direktur Akademi
4. Yth. seluruh dosen dan staff karyawan Akper Dharma Husada Kediri yang
telah sarana dan prasarana dalam meyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini.
viii
6. Teman-teman serta semua pihak ikut membantu secara langsung dan tidak
langsung dalam penyusunan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
UCAPAN TERIMAKASIH...............................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
D. Manfaat........................................................................................................4
x
A. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif..................................................6
B. Konsep Tidur.............................................................................................17
2. Fisiologi Tidur.........................................................................................17
3. Tahapan Tidur.........................................................................................18
5. Gangguan Tidur.......................................................................................21
C. Konsep Lansia...........................................................................................23
1. Definisi Lansia........................................................................................23
3. Proses Penuaan........................................................................................24
A. Desain Penelitian.......................................................................................28
B. Sumber Data..............................................................................................28
xi
2. Kata Kunci.................................................................................................32
2. Penilaian Kualitas....................................................................................35
E. Metode Analisis............................................................................................36
A. Hasil............................................................................................................36
B. Pembahasan Artikel..................................................................................45
BAB V PENUTUP................................................................................................50
A. Kesimpulan................................................................................................50
B. Saran..........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
LAMPIRAN..........................................................................................................55
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Pembimbing I.................................................................................................56
Pembimbing II...............................................................................................58
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah periode akhir pada kehidupan manusia yang
lanjut usia. Salah satu permasalahan pada lanjut usia adalah masalah kesehatan
tidur yang tidak adekuat dan menyebabkan berbagi macam keluhan tidur
2017)
dibagi menjadi usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) yaitu usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) yaitu kelompok usia diatas 90 tahun.
Berdasarkan data United Nations Economic And Social Commission For Asia
And The Pacific (UNESCAP) tahun 2011. jumlah penduduk lanjut usia
xvi
(lansia) di kawasan Asia mencapai 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk
tahun 2018 adalah 22.659.326 jiwa (RI, 2018). Setiap tahunnya lansia yang
karena faktor perilaku (40% dialami oleh lansia) yaitu gangguan tidur. Tidur
sangat bermanfaat bagi tubuh manusia terutama untuk fungsi organ tubuh, hal
ini mampu mengembalikan energi tubuh. Selain itu juga waktu tidur yang
sangat lama bisa menyebabkan tidak baik bagi tubuh seperti badan terlalu
lemas, tidak bergairah saat bangun tidur. Lansia membutuhkan kualitas tidur
yang baik untuk meningkatkan kesehatan dan memulihkan kondisi dari sakit.
keputusan. Selain itu kemandirian lansia juga berkurang yang ditandai dengan
menurunnya partisipasi dalam aktivitas harian. Hal ini tentu berdampak buruk
terhadap kualitas hidup lansia. Oleh karena itu masalah kualitas tidur pada
xvii
progresif (Putri, 2017). Relaksasi pertama kali diperkenalkan oleh Edmund
relaksasi dan peregangan pada sekelompok otot dalam suatu keadaan rileks
dan dilakukan selama 15-30 menit. Efek relaksasi otot progresif dapat
penenang sehingga sistem saraf akan bekerja dengan baik dan otot-otot tubuh
akan menjadi rileks yang akan menimbulkan perasaan tenang, nyaman dan
rasa kantuk. Dengan lebih jelas dimana terapi relaksasi otot progresif dapat
signal otak yang menyebabkan otot rileks dan meningkatkan aliran darah ke
otak. Relaksasi otot progresif dapat membuat pikiran terasa tenang, rileks dan
lebih mudah untuk tidur. Relaksasi otot progresif efektif pada lansia dengan
gangguan tidur ditandai dengan penurunan nilai PSQI. Kualitas tidur ini
Index (PSQI). Kualitas tidur yang baik meniliki nilai PSQI ≤ 5 dan kualitas
tidur buruk jika nilai PSQI ≥ 5 (Hardani, 2016). Dalam penelitian teknik
xviii
kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ada adalah
dari 5 jurnal yang telah direview “Apakah terdapat pengaruh terapi rileksasi
C. Tujuan
pada lansia.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
lansia.
2. Manfaat Praktis
xix
b. Bagi institusi pendidikan
kualitas tidur.
c. Bagi lansia
xx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
mengencangkan dan melemaskan otot pada suatu bagian tubuh pada satu
gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman
dan dapat disertai dengan instruksi yang direkam yang mengarahkan individu
2017).
6
7
dalam dan diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi
yang ditegangkan dan dilemaskan, yaitu kelompok otot tangan, kaki, dahi,
mata, otot-otot bibir, lidah rahang, dada, dan leher, pada anggota gerak
bagian atas terdaat sekumpulan otot yang terlibat dalam kontraksi dan
Pada anggota gerk bagian bawah jenis otot yang terlibat pada kontraksi dan
mussculus biceps femoris, dan mussculus plataris. Pada bagian kepala, wajah,
8
dan mulut otot – otot yang terlibat pada saat kontraksi dan relaksasi meliputi
stiloglosus. Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang terlibat meliputi,
Selain itu pada saat melakukan pernafasan dalam juga melibatkan otot – otot
Otot-otot ini sebagai otot volunter yang dapat dilatih secara sadar, dan
serabut terbuat dari sejumlah slim filament yang dapat mengkerut dan
koordinasi, maka otot akan berkonstraksi, glycogen yang berbentuk gula akan
terurai menjadi tenaga dan asam laktat yang dapat menimbulkan kelelahan.
Ketika otot-otot dalam keadaan rileks, asam laktat akan dibuang melalui
aliran darah, akan tetapi jika otot-otot dalam keadaan tegang untuk jangka
9
rasa sakit pada otot-otot leher, bahu dan sebagainya (Jumrotin et al., 2018).
relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot. Hingga saat ini belum ada
alat untuk mengukur tingkat ketegangan dan relaksasi otot. Sehingga ukuran
otot yang tegang dan rileks menjadi tidak standar dan lebih domoinan bersifat
subyektif. Untuk ketegangan otot, secara obyektif sebenarnya bisa dilihat dan
memanjangnya serabut otot bisa dilihat secara kasat mata. Konsistensi atau
tegang otot maka akan semakin keras konsistensinya. Selain itu, usaha
a. Persiapan
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang, atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
b. Prosedur Kerja
6. Ditujukan untuk
mengendurkan
ketegangan yang dialami
oleh otot rahang.
1) Katupkan rahang,
diikuti dengan
menggigit gigi
Gambar 2.7 Gerakan Untuk Otot
sehingga terjadi
Rahang (Ramdani, H. 2012).
ketegangan di sekitar
otot rahang.
7. Ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot
sekitar mulut.
1) Bibirnya di
moncongkan sekuat-
kuatnya sehingga
akan dirasakan Gambar 2.8 Gerakan Untuk Otot
ketegangan di sekitar Mulut (Ramdani, H. 2012).
mulut.
8. Ditujukan untuk
merilekskan otot leher
bagian depan dan
belakang.
1) Gerakan diawali
dengan otot leher
Gambar 2.9 Gerakan Untuk Melatih
bagian belakang baru
Otot Leher Belakang (Ramdani, H.
kemudian otot leher
2012).
bagian depan
2) Letakkan kepala
sehingga dapat
beristirahat
14
9. Ditujukan untuk
merilekskan otot leher
bagian depan
1) Gerakan membawa
kepala ke muka
2) Benamkan dagu ke
dada, sehingga dapat Gambar 2.10 Gerakan Untuk Otot
merasakan ketegangan Leher Depan (Ramdani, H. 2012).
di sekitar leher bagian
muka
kembali ke kursi
sambil membiarkan
otot menjadi lemas
c. Terminasi
progresif yaitu pada pasien yang mengalami gangguan tidur salah satunya
Kontra indikasi pada terapi relaksasi otot progresif ini yaitu pasien yang
B. Konsep Tidur
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata
tidur mencangkup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, literasi
2. Fisiologi Tidur
menekan saraf pusat otak agar memberi perintah pada tubuh untuk bangun
mensensefalon dan bagian atas pons. Tidur adalah irama biologis yang
sirkadian 24 jam. Siklus sirkadian dipengaruhi oleh cahaya dan suhu. Selain
dalam suhu tubuh juga berhubungan dengan pola tidur individu. Individu
akan bangun ketika mencapai suhu tubuh tertinggi dan akan tertidur ketika
3. Tahapan Tidur
(NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang
NREM tahap I
1) Tingkat trausisi
2) Merespon cahaya
NREM tahap II
2) Sulit dibangunkan
NREM tahap IV
1) Tidur nyenyak
2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
20
mimpi
a. Penyakit
Sesorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
21
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
d. Kelelahan
e. Kecemasan
f. Alkohol
g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
5. Gangguan Tidur
a. Insomnia
b. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya
c. Parasomnia
d. Narkolepsi
Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak
terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama
dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau
endokrin.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
(Silvanasari, 2012)
23
Sleep Quality Index (PSQI) dikembangkan pada tahun 1988 oleh Buysse
Kusioner PSQI mengukur kualitas tidur dalam interval 1 bulan dan terdiri
tidur subyektif (subjective sleep quality), latensi tidur (sleep latency), durasi
C. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
fase kehidupan yang dialamai oleh setiap individu yang telah mencapai
umur 60 tahun keatas. Lansia adalah seseorang dimana saat mengalami usia
lanjut dapat mengalami perubahan yang telah memasuki periode akhir atau
yaitu :
penyakit berat
(Azizah, 2011)
3. Proses Penuaan
fungsi normalnya sehingga dapat menjaga agar lebih rentan terhadap infeksi
meliputi masuknya kalori, berbagai macam penyakit, dan stress di luar. Dari
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan diri manusia, tidak hanya
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
dalam.
2) Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan
liverspot.
3) Sistem Muskuloskeletal
26
tidak teratur.
4) Kartilago
5) Tulang
6) Otot
7) Sendi
Pada lansia, jaringan sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia
a) Sistem Kardiovaskuler
27
b) Sistem respirasi
ke paru berkurang.
(Azizah, 2011)
b. Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quocient)
7) Kebijakan (Wisdom)
8) Kinerja (Perfomance)
9) Motivasi
(Azizah, 2011).
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
review. Penggunaan metode ini terkait dengan situasi yang dimana dalam
masa pandemi covid-19 yang membatasi penulis dalam pengambilan data dan
karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh
para peneliti dan praktisi. Literature review bertujuan untuk membuat analis
dan sintesis terhadap pengetahuan yang sudah terkait topik yang akan diteliti
untuk menemukan ruang kosong bagi penelitian yang akan dilakukan. Tujuan
yang lebih rinci dijelaskan oleh Okoli & Schabram (2010) yaitu (1)
mempelajari kedalaman atau keluasan penelitian yang sudah ada terkait topik
B. Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan biasanya terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian yang di dapat
28
29
sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/instansi yang
data sekunder, karena diperoleh dari pihak lain dan tidak mengumpulkan data
secara rutin dan langsung. Untuk mencari sumber data sekunder baik berupa
Strategi yang digunakan dalam pencarian jurnal atau artikel yang berkaitan
Kerja).
ingin dianalisis oleh peneliti. Pada penelitian ini yang digunakan untuk
pada lansia.
agar dilakukan sebagai pembeda dengan jurnal yang lain. Pada penelitian
pada lansia
2. Kata Kunci
digunakan, maka pencarian jurnal ini memakai kata kunci ataupun Boolean
“Lansia”)
jurnal yang memiliki judul yang sama ataupun memiliki tujuan yang
Excluded
Seleksi judul dan duplikat dan n = 123
perbandingan Population : 50
n = 545 Intervensi : 33
Outcome : 40
Excluded
n = 402
Skrining berdasarkan identifikasi Population : 172
abstrak Intervensi : 140
n : 422 Outcome : 90
Excluded
n = 10
Assessment berdasarkan full text Population :6
n :20 Intervensi :1
Outcome :3
dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai ``ya``; ``tidak``; ``tidak jelas``
atau ``tidak berlaku``; dan setiap skor studi kemudian dihitung dan
E. Metode Analisis
36
yang dijelaskan dalam literature review, data relavan yang telah oleh
statistic, hasil yang terkait dengan kompetensi budaya dan analisis hasil.
terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia.
perbedaan antara studi, digunakan untuk mensintetis data dalam tinjauan ini.
36
BAB IV
Excluded
Skrining berdasarkan identifikasi n = 402
abstrak Population : 172
n : 422 Intervensi : 140
Outcome : 90
A. Hasil
Bagian pada literature review ini berisi data yang relevan sesui dengan tujuan penelitian. Hasil penyajian literature pada
penulisan tugas akhir ini berisi rangkuman hasil dari berbagai jurnal yang sudah dipilih. Hasil penelitian dari 5 jurnal ilmiah yang
penulis analisis menemukan hasil bahwa relaksasi otot progresif efektif dalam meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
36
Lansia kontrol. Group Index 0,000. Oleh
Design (PSQI) karena itu
dan dapat
wawancar disimpulkan
a dan bahwa
dilakukan terdapat
sebanyak perbedaan
4 kali; yang
yaitu bermakna
sebelum dari kualitas
intervensi tidur lansia
(pretest), sebelum dan
dua sesudah
minggu latihan
setelah relaksasi otot
intervensi progresif
(posttest pada
1), tiga kelompok
minggu perlakuan
setelah
intervensi
(posttest
2), dan
empat
minggu
setelah
intervensi
(posttest
3)
2. Rostina Pengaruh jumlah seluruh quasi- Pengump Mengguna Hasil Tidak ada
h Terapi sampel 30 lansia yang experimen ulan data kan analisa penelitian
Manur Relaksasi orang mengalami tal dengan dilakukan data dengan uji
ung, Otot gangguan rancangan dengan bivariat statistic Mc.
Tri Progresif tidur yang pre test- cara dan Nemar,
Utami Terhadap tinggal di post test kuesioner univariate didapatkan
Adriani Kualitas Panti one group Pittsburg yang dari hasil uji
2017 Tidur Pada Jompo only h Sleep menggunak statistik p
Lansia Di Yayasan design Quality an uji value = 0,003
Panti Guna Budi Index statistic (P<0,05),
Jompo Bakti (PSQI) Mc. Nemar menunjukkan
Yayasan bahwa ada
Guna Budi pengaruh
Bakti terapi
Medan relaksasi otot
Tahun 2017 progresif
terhadap
kualitas tidur
pada lansia di
Panti Jompo
Yayasan
Guna Budi
Bakti Tahun
2017
3. Rinco Pengaruh besar sampel Seluruh Quasi- Pengump Analisa Hasil uji t-test Tidak ada
Siregar Terapi dalam lansia yang experimen ulan data data menunjukkan
Relaksasi penelitian ini mengalami tal dengan dilakukan bivariat ada perbedaan
2018 Otot menjadi 31 insomnia di rancangan dengan yang skor kualitas
Progressive responden UPT pre test cara menggunak tidur sebelum
Terhadap Pelayanan and post kuesioner an uji Pair- dan sesudah
Kualitas Sosial test one Pittsburg t test. diberikan
Tidur Lanjut Usia group h Sleep terapi
Lansia di only Quality relaksasi otot
UPT design Index progresive
Pelayanan (PSQI) pada lansia di
Sosial UPT
Lanjut Usia Pelayanan
Binjai Sosial Lanjut
tahun 2017 Usia (p =
0,001 < 0.05)
4. Kemal Pengaruh dalam Seluruh desain pengumpu Analisa dari hasil uji Tidak ada
a Sari, Teknik penelitian ini, lansia yang quasi- lan data data paired t-test
Hesti Relaksasi yakni semua mengalami experimen yang univariat dengan nilai
Wulans Otot populasi gangguan t melalui digunakan dan sig. (2-tailed)
ari, dkk Progresif dijadikan tidur di pendekata berupa bivariat 0,000 < 0,005,
2019 Terhadap sebagai Yayasan n one kuesioner dengan didapatkan
Kualitas sampel. 76 Guna Budi group pre Pittsburgh statistik distribusi
Tidur Dan orang lansia Bakti test and Sleep menggunak normal dan
Kelelahan untuk Medan post test Quality an uji berdasarkan
Fisik Pada dijadikan design Index paired t- uji Shapiro
Lansia Di responden (PSQI) test. wilk dengan
Yayasan dalam dan nilai 0,000,
Guna Budi penelitian lembar sehingga
Bakti observasi relaksasi otot
Medan progresif
memiliki
pengaruh
meningkatkan
kualitas tidur
dan
menurunkan
kelelahan
fisik pada
lansia.
5. Abdul Pengaruh Jumlah kelompok quasy Alat ukur Data Berdasarkan Tidak ada
Muhith Terapi sampel dalam kontrol experime yang dianalisis uji Paired T-
, Teguh Relaksasi penenlitian sebanyak nt design digunaka mengguna test
Herlam Otot ini 40 20 menggun n adalah kan uji didapatkan
bang, Progresif responden akan lembar Paired T- hasil p value
dkk Terhadap dan rancanga observasi test dan uji = 0,000
2020 Kekuatan kelompok n pretest MMT Independe (p<0,05)
Otot Dan intervensi and (Manual nt T-test untuk
Kualitas sebanyak posttest Muscle kekuatan otot
Tidur 20 nonequiv Testing) dan p value =
Lanjut responden alent dan 0,000
Usia. control kuisioner (p<0,05)
group PSQI untuk
(Pittsbur kualitas tidur
gh Sleep yang
Quality menunjukan
Index) adanya
perbedaan
yang
signifikan.
Sedangkan
pada uji
Independent
T-test
diperoleh
hasil p value
= 0,000
(p<0,05)yang
menunjukan
ada pengaruh
terapi
relaksasi otot
progresif
terhadap
kekuatan otot
dan kualitas
tidur lanjut
usia
45
Tabel 4.1 menjelaskan mengenai hasil artikel yang telah didapat oleh
untuk kelompok kontrol tidak ada perubahan setelah dilakukannya terapi relaksasi
progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia. Sebelum dan sesudah
B. Pembahasan Artikel
statistik
lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif pada kelompok
Pada Lansia Di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Tahun 2017”
kualitas tidur baik sesudah dilakukan intervensi. Dari hasil uji statistik
3, dari peneliti rico siregar 2018 “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progressive
Terhadap Kualitas Tidur Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
tahun 2017” terdapat fakta dimana Hasil uji t-tes menunjukkan ada perbedaan
skor kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot
progresive pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (p = 0,001 >
0.05). jurnal ke 4, dari peneliti kemala sari dkk, 2019 “Pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Dan Kelelahan Fisik Pada
sesudah intervensi latihan teknik relaksasi otot progresif dilihat dari hasil uji
paired t-test dengan nilai sig. (2-tailed) 0,000 < 0,005, didapatkan distribusi
normal dan berdasarkan uji Shapiro wilk dengan nilai 0,000. Jurnal ke 5, dari
peneliti Abdul Muhith dkk, 2020 berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
kekuatan otot lanjut usia. Hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,000 atau p<0,05
kualitas tidur lanjut usia. Hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,000 atau p<0,05
tidur pada lansia yang dilihat dari sebelum dilakukannya intervensi mengalami
gangguan tidur atau kualitas tidur buruk dan setelah dilakukannya intervensi
Dari 5 jurnal yang telah direview dapat ditunjang dengan teori, Lansia
perubahan yang telah memasuki periode akhir atau seseorang yang rentang
berbagai masalah (Azizah, 2011). Masalah yang banyak dialami oleh seorang
perasaan lelah, mudah terangsang, dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di
sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian
terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Islam et al.,
2018). Menurut Potter & Perry (2012) menyatakan bahwa lansia yang
kualitas tidur yang buruk pada lansia dapat menggunakan tindakan non
kali yang diperkenalkan oleh Edmund Jacobson sebagai teknik terapi yang
progresif juga mampu mengatasi gangguan tidur, ansietas, nyeri dll. Teknik
relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan
bahwa tubuh manusia terdapat 620 otot skeletal. Otot-otot ini sebagai otot
volunter yang dapat dilatih secara sadar, dan otot skeletal tersusun dari ikatan
filament yang dapat mengkerut dan memanjang atau melebar. Apabila beribu-
ribu slim filament bekerja dalam koordinasi, maka otot akan berkonstraksi,
glycogen yang berbentuk gula akan terurai menjadi tenaga dan asam laktat
asam laktat akan dibuang melalui aliran darah, akan tetapi jika otot-otot dalam
keadaan tegang untuk jangka panjang, sirkulasi darah menjadi terhambat dan
kelelahan terbentuk dengan cepat, penimbunan ini mengarah pada ketegangan
sehingga menghasilkan rasa sakit pada otot-otot leher, bahu dan sebagainya.
(Jumrotin et al., 2018). Hasil penelitian diatas dapat ditunjang dengan teori
bahwa kualitas tidur yang buruk disebabkan oleh proses penuaan, gangguan
psikologis, gangguan medis umum, gaya hidup, faktor lingkungan fisik, dan
menyatakan bahwa kualitas tidur lansia menjadi cukup dan tidurnya menjadi
nyenyak hal disebabkan faktor fisiologis dan faktor psikologis menjadi relaks,
pikiran menjadi tenang dan nyaman hal ini dikarenakan efek dari metode
relaksasi otot progresif yang berkerja dengan cara menegangkan pada otot-otot
pada lansia. Setiap lansia mengalami perubahan fisik, perubahan psiko social
dan perubahan fisiologis salah satunya yaitu kualitas tidur yang buruk.
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
sering menguap atau mengantuk. Cara untuk mengatasi gangguan tidur pada
bagian otot- otot mulai dari wajah hingga kaki. Dengan dilakukannya relaksasi
otot progresif diharapkan adanya perubahan terhadap kualitas tidur pada
PENUTUP
A. Kesimpulan
progresif dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Hal ini bisa
dan kualitas tidur lansia sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif
dilakukan setiap hari satu kali sebelum tidur dengan durasi 15 sampai 30
B. Saran
1. Bagi Umum
50
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi
ketergantungan.
5. Conflict of interest
Anggini, K., Daeli, M., & Zai, S. (n.d.). Kualitas Tidur Pada Lansia. Hubungan
Conrad, A., Roth, W.T. 2007. Muscle Relaxation Therapy for Anxiety Disorders:
Daud, Izma, & Warjiman, Warjiman. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Budi
1(2), 1–5.
Dhyani, D., Sen, S., & Raghumahanti, R. (2015). Effect Of Progressive Muscular
Djawa, Y. D., Hariyanto, T., & Ardiyani, V. M. (2017). Perbedaan Kualitas Tidur
Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Journal of
https://doi.org/10.30996/persona.v7i1.1525
Islam, M. A., Alam, F., Solayman, M., Khalil, M. I., Kamal, M. A., Gan, S. H.,
Wulansari, N., Mahawati, E., Hartini, E., Betteng, R., Wu, H., Ballantyne, C.
M., Thorens, B., Mueckler, M., Li, W., Yuan, G., Pan, Y., Wang, C., Chen,
https://doi.org/10.1016/j.cell.2017.12.025%0Ahttp://www.depkes.go.id/resou
rces/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
%0Ahttp://www.who.int/about/licensing/
Manurung, R., & Adriani, T. U. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi
Bakti Medan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 3(2), 294–
306.
Muhith, A., Herlambang, T., Fatmawati, A., Hety, D. S., & Merta, I. W. S. (2020).
Kualitas Tidur Lanjut Usia. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(2), 306.
https://doi.org/10.33366/jc.v8i2.1792
Potter & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Vol 2
EGC. Jakarta.
Putri. RS.(2017). Pengaruh relaksasi otot progressive terhadap kualitas tidur lansia
Saedi, M., Ashktorab, Tahereh., Saatchi, Kiarash., Zayeri, Farid., Amir, Sedighe.,
KUALITAS.
Tidur Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2017. Jurnal
Sulidah, S., Yamin, A., & Diah Susanti, R. (2016). Pengaruh Latihan Relaksasi
Lampiran 1
MAHASISWA PEMBIMBING
1. BAB I Jumat, 4
2. BAB I Kamis , 10
BAB III
3. BAB III Jumat, 11
Desember 2020
Desember 2020
BAB 5 2021
BAB 5 2021
Lampiran 2
LEMBAR BIMBINGAN PENYUSUNAN KTI
PEMBIMBING I
Lampiran 3
PEMBIMBING II
4. Relaksasi otot 2020 Penelitian Non Variabel Pittburgh Pre dan post
progresif pre Probability independen : Sleep test
meningkatkan eksperiment Jenis meningkatkan Quality
kualitas tidur pada Purposive kualitas tidur Index
lansia wanita Sampling (PSQI)