Anda di halaman 1dari 81

LITERATURE REVIEW

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SINDY MARVENIA PUSPASARI

NIM. 2018.49.045

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN 2020
LITERATURE REVIEW

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya

Keperawatan

di Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Oleh :

SINDY MARVENIA PUSPASARI

NIM. 2018.49.045

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN 2020
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sindy Marvenia Puspasari

NIM : 2018.49.045

Tempat, tanggal lahir : Nganjuk, 13 Maret 2000

Institusi : Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “ Literature

Review Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Peningkatan Kualitas

Tidur Pada Lansia” memang benar merupakan karya original yang dibuat sendiri

oleh penulis, bukan Karya Tulis Ilmiah dari orang lain baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali kutipan yang sudah disebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar maka saya siap untuk menerima sanksi sebagai bentuk

tanggung jawab saya

Kediri, 2020

Yang menyatakan

Sindy Marvenia Puspasari

NIM. 2018.49.045

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH YANG BERJUDUL

LITERATURE REVIEW

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

Oleh:

Sindy Marvenia Puspasari

Nim. 201849045

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilaksanakan ujian tugas akhir dihadapan

tim penguji

Pada tanggal : Desember 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Hengky Irawan, S.Kep.Ns.M.Kes Fajar Rinawati, S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.J


NIDN. 0711027601 NIDN. 0723108101

iii
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH YANG BERJUDUL

LITERATURE REVIEW PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT


PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA

TELAH DIREVISI

DAN DISETUJI OLEH PEMBIMBING

Pada tanggal :……………………………………

Pembimbing

Hengky Irawan, S.Kep.Ns.M.Kes


NIDN. 0711027601

Mengetahui,

Ketua Panitia Ujian Akhir Program

Tahun Akademik 2020/2021

YUNARSIH, SKep, Ns, M.Kes


NIDN.07106067401

iv
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH YANG BERJUDUL

LITERATURE REVIEW PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT


PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

OLEH

SINDY MARVENIA PUSPASARI

TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

Pada Hari, Tanggal : Januari 2021

Tim Penguji Nama Penguji Tanda Tangan

Ketua 1
Dyah I.K, S.Kep.Ns.M.Ked,PhD
NIDN. 0702017704
..................

Anggota Moh. Alimansur, S.Kep, Ns, M.Kes 2


NIDN. 0723127501
.................

Hengky Irawan, S.Kep.Ns.M.Kes 3


NIDN. 0711027601
..................

Mengetahui

Direktur Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

HENY KRISTANTO, S.Kep, M.Kes


NIDN. 0716047002

v
ABSTRAK

LITERATURE REVIEW

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

Oleh : Sindy Marvenia Puspasari

Lanjut usia (lansia) adalah periode akhir pada kehidupan manusia yang ditandai
dengan perubahan psikologis-sosial dan perubahan fisik sehingga terjadi
penurunan kelemahan, meningkatnya rentan terhadap penyakit, serta perubahan
fisiologi. Salah satu perubahan yang mengganggu di lanjut usia yaitu perubahan
fisiologis, dengan adanya gangguan terhadap kualitas tidur lanjut usia. Cara
menanganinya dengan tindakan non farmakologis salah satunya adalah relaksasi
otot progresif. Tujuan ini untuk melakukan analisis terhadap artikel atau jurnal
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada
lansia. Desain ini menggunakan Literature Review, melalui Google Schoolar
(2010-2020), dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Metode untuk Tinjauan
Istilah dan pencarian memasukkan kata kunci relaksasi otot progresif, kualitas
tidur, dan lansia. Hasil penelitian pencarian dalam 5 jurnal bahwa, relaksasi otot
progresif berpengaruh terhadap peningkaan kualitas tidur pada lansia yang dapat
dilihat dari sebelum dilakukannya intervensi kualitas tidur tetap buruk dan setelah
dilakukannya intervensi kualitas tidur menjadi membaik. Kesimpulan Dari
penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap kualitas tidur pada lansia. Saran dapat memberikan informasi
dan intervensi keperawatan secara mandiri sebagai pengobatan non farmakologi
untuk membantu menangani gangguan tidur dengan dilakukannya relaksasi otot
progresif.

Kata kunci: Relaksasi Otot Progresif, Kualitas Tidur, Lansia

ABSTRACT

vi
LITERATURE REVIEW

THE EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION THERAPY ON

IMPROVEMENT OF SLEEP QUALITY IN ELDERLY

By: Sindy Marvenia Puspasari

Elderly (elderly) is the final period in human life that undergoes psychological-
social and physical changes resulting in decreased weakness, susceptibility to
disease and physiological changes. One of the changes that interfere with age,
physiological changes, disturbances in the quality of sleep of the elderly. One way
to handle it with non-pharmacological action is progressive muscle relaxation.
This aim is to analyze the articles or journal articles of progressive muscle
relaxation therapy on improving sleep quality in the elderly. This design uses a
Literature Review, through Google Schoolar (2010-2020), in Indonesian and
English. The term review and search method included the keywords progressive
muscle relaxation, sleep quality, and elderly. The results of research in 5 journals
show that muscle relaxation which has an effect on improving sleep quality in the
elderly can be seen from before the intervention sleep quality remains poor and
after the intervention sleep quality improves. Conclusion From previous studies, it
was shown that there was an effect of progressive muscle relaxation on sleep
quality in the elderly. Suggestions can provide information and independent
nursing interventions as non-pharmacological treatments to help sleep disorders
with progressive muscle relaxation.

Keywords: Progressive Muscle Relaxation, Sleep Quality, Elderly

vii
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur saya penjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya, sehigga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Literature Review Pengaruh

Terapi Telakasasi Otot Progresif Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pada

Lansia“ dapat terselesaikan.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk gelar Ahli

Madya Keperawatann di Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri.

Bersamaan ini perkenalkanlah saya mengucapkan terimakasih, kepada :

1. Yth. Bapak Heny Kristanto, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Direktur Akademi

Keperawatan Dharma Husada Kediri yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

2. Yth. Bapak Hengky Irawan. S.Kep.Ns.M.Kes selaku Dosen Pembimbing I

yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, pengarahan, dan saran

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

3. Yth. Ibu Fajar Rinawati.S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.J selaku Pembimbing II yang

telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, dan saran dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini

4. Yth. seluruh dosen dan staff karyawan Akper Dharma Husada Kediri yang

telah sarana dan prasarana dalam meyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini.

5. Orang tua, keluarga serta saudara-saudara yang telah memotivasi dan

memberikan dukungan baik secara moril, materil, dan spiritual demi

terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

viii
6. Teman-teman serta semua pihak ikut membantu secara langsung dan tidak

langsung dalam penyusunan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

UCAPAN TERIMAKASIH...............................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................4

C. Tujuan..........................................................................................................4

D. Manfaat........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

x
A. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif..................................................6

1. Definisi Relaksasi Otot Progresif..............................................................6

2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif..............................................................7

3. Fisiologis Kontraksi dan Relaksasi Otot Progresif....................................7

4. Prosedur Relaksasi Otot Progresif.............................................................9

B. Konsep Tidur.............................................................................................17

1. Definisi Kualitas Tidur............................................................................17

2. Fisiologi Tidur.........................................................................................17

3. Tahapan Tidur.........................................................................................18

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur...............................................20

5. Gangguan Tidur.......................................................................................21

C. Konsep Lansia...........................................................................................23

1. Definisi Lansia........................................................................................23

2. Batasan Umur Lansia..............................................................................23

3. Proses Penuaan........................................................................................24

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia.....................................................24

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................28

A. Desain Penelitian.......................................................................................28

B. Sumber Data..............................................................................................28

C. Langkah/Strategi Pengumpulan Data.....................................................29

1. Framework yang digunakan....................................................................29

xi
2. Kata Kunci.................................................................................................32

D. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas.......................................................33

1. Hasil pencarian dan seleksi studi.............................................................33

2. Penilaian Kualitas....................................................................................35

E. Metode Analisis............................................................................................36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................36

A. Hasil............................................................................................................36

B. Pembahasan Artikel..................................................................................45

BAB V PENUTUP................................................................................................50

A. Kesimpulan................................................................................................50

B. Saran..........................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

LAMPIRAN..........................................................................................................55

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan Untuk Mengepalkan Otot Tangan Bagian Bawah.......10

Gambar 2.2 Gerakan Untuk Otot Tangan Bagian Belakang..........................11

Gambar 2.3 Gerakan Untuk Otot Lengan Bagian Atas.................................11

Gambar 2.4 Gerakan Untuk Melatih Otot Bahu............................................12

Gambar 2.5 Gerakan Untuk Otot Dahi..........................................................12

Gambar 2.6 Gerakan Untuk Otot Mata..........................................................12

Gambar 2.7 Gerakan Untuk Otot Rahang......................................................13

Gambar 2.8 Gerakan Untuk Otot Mulut........................................................13

Gambar 2.9 Gerakan Untuk Melatih Otot Leher Belakang...........................13

Gambar2.10 Gerakan UNtuk Otot Leher Depan...........................................14

Gambar 2.11 Gerakan Otot punggung...........................................................14

Gambar 2.12 Gerakan Untuk Otot Dada........................................................15

Gambar 2.13 Gerakan Untuk Otot Perut........................................................16

Gambar 2.14 Gerakan Untuk Otot Paha........................................................16

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prosedur Kerja...............................................................................10

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi Dan Ekslusi Dengan Format Picos.......................31

Tabel 3.2 Tracking Pencarian Artikel............................................................32

Tabel 3.3 Penilaian Kualitas..........................................................................34

Tabel 4.1 hasil penyaringan Artikel...............................................................36

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Kontrak Waktu Penyusunan Proposal Tugas Akhir....55

Lampiran 2: Lembar Bimbingan Penyusunan Proposal Tugas Akhir

Pembimbing I.................................................................................................56

Lampiran 3: Lembar Bimbingan Penyusunan Proposal Tugas Akhir

Pembimbing II...............................................................................................58

Lampiran 4: keterangan penelitian kualitas (DSVIA)...................................59

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah periode akhir pada kehidupan manusia yang

ditandai dengan perubahan psikologis-sosial dan perubahan fisik sehingga

terjadi penurunan kelemahan, meningkatnya rentan terhadap penyakit, serta

perubahan fisiologi. Salah satu perubahan yang mengganggu di lanjut usia

yaitu perubahan fisiologis, dengan adanya gangguan terhadap kualitas tidur

lanjut usia. Salah satu permasalahan pada lanjut usia adalah masalah kesehatan

diakibatkan proses degeneratif. Proses degenerasi pada lansia menyebabkan

waktu tidur yang efektifitas semakin berkurang, dan menyebabkan kualitas

tidur yang tidak adekuat dan menyebabkan berbagi macam keluhan tidur

sehingga dapat mengganggu kualitas hidup lansia (Chasanah & Supratman,

2017)

Menurut World Health Organitation menyatakan bahwa lanjut usia

dibagi menjadi usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun, lanjut

usia (elderly) yaitu usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia 75-90

tahun, usia sangat tua (very old) yaitu kelompok usia diatas 90 tahun.

Berdasarkan data United Nations Economic And Social Commission For Asia

And The Pacific (UNESCAP) tahun 2011. jumlah penduduk lanjut usia

xvi
(lansia) di kawasan Asia mencapai 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk

dunia (Fatimah, Rosadi, Hakim, & Alcantud, 2018). Berdasarkan data

Kementrian Kesehatan RI, Jumlah lansia di Indonesia diatas 65 tahun pada

tahun 2018 adalah 22.659.326 jiwa (RI, 2018). Setiap tahunnya lansia yang

mengalami gangguan tidur (insomnia) sedang sebanyak 20%-40% dan 17%

nya mengalami masalah gangguan tidur berat (Anggini et al., n.d.)

Penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup pada lansia terjadi

karena faktor perilaku (40% dialami oleh lansia) yaitu gangguan tidur. Tidur

sangat bermanfaat bagi tubuh manusia terutama untuk fungsi organ tubuh, hal

ini mampu mengembalikan energi tubuh. Selain itu juga waktu tidur yang

sangat lama bisa menyebabkan tidak baik bagi tubuh seperti badan terlalu

lemas, tidak bergairah saat bangun tidur. Lansia membutuhkan kualitas tidur

yang baik untuk meningkatkan kesehatan dan memulihkan kondisi dari sakit.

Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan-gangguan antara lain,

seperti : kecenderungan lebih rentan terhadap penyakit, pelupa, konfusi,

disorientasi serta menurunnya kemampuan berkonsentrasi dan membuat

keputusan. Selain itu kemandirian lansia juga berkurang yang ditandai dengan

menurunnya partisipasi dalam aktivitas harian. Hal ini tentu berdampak buruk

terhadap kualitas hidup lansia. Oleh karena itu masalah kualitas tidur pada

lansia harus segera ditangani Cara yang dapat digunakan untuk

menanggulangi masalah tidur untuk meminimalisir adanya efek samping

adalah dengan pengobatan nonfarmakologi (Daud & Warjiman, 2016).

Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah gangguan tidur adalah dengan teknik relaksasi otot

xvii
progresif (Putri, 2017). Relaksasi pertama kali diperkenalkan oleh Edmund

Jacobson sebagai teknik terapi yang dapat membantu mengurangi kecemasan

serta stres. Relaksasi otot progresif merupakan teknik yang memfokuskan

relaksasi dan peregangan pada sekelompok otot dalam suatu keadaan rileks

dan dilakukan selama 15-30 menit. Efek relaksasi otot progresif dapat

mengurangi nyeri akibat ketegangan, kondisi mental yang lebih baik,

mengurangi kecemasan, meningkatkan aktifitas parasimpatis, mengatasi

gangguan pola tidur, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kerja fisik

sehingga relaksasi otot progresif memiliki efek jangka panjang dalam

meningkatkan kualitas hidup (Dhyani, 2015). Terapi relaksasi otot proresif

merupakan terapi yang menyebabkan pelepasan neurotransmiter sebagai

penenang sehingga sistem saraf akan bekerja dengan baik dan otot-otot tubuh

akan menjadi rileks yang akan menimbulkan perasaan tenang, nyaman dan

rasa kantuk. Dengan lebih jelas dimana terapi relaksasi otot progresif dapat

merangsang pengeluaran zat kimia endorfin dan enkefalin serta merangsang

signal otak yang menyebabkan otot rileks dan meningkatkan aliran darah ke

otak. Relaksasi otot progresif dapat membuat pikiran terasa tenang, rileks dan

lebih mudah untuk tidur. Relaksasi otot progresif efektif pada lansia dengan

gangguan tidur ditandai dengan penurunan nilai PSQI. Kualitas tidur ini

dinilai dengan menggunakan lembar kuesioner skala Pittsburgh Sleep Quality

Index (PSQI). Kualitas tidur yang baik meniliki nilai PSQI ≤ 5 dan kualitas

tidur buruk jika nilai PSQI ≥ 5 (Hardani, 2016). Dalam penelitian teknik

relaksasi otot progresif terbukti memuaskan dalam program terapi terhadap

ketegangan otot yang mampu mengatasi keluhan ansietas, insomnia,

xviii
kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia

ringan dan gagap. (Djawa et al., 2017)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ada adalah

dari 5 jurnal yang telah direview “Apakah terdapat pengaruh terapi rileksasi

otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia? “

C. Tujuan

Untuk melakukan analisis 5 jurnal yang telah direview terhadap

pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur

pada lansia.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini dapat membuktikan kebenaran bahwa Tindakan

terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada

lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi profesi perawat

Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam melakukan studi kasus dan

mempraktikkan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan dalam

sebuah penelitian serta hasil ini dapat digunakan oleh peneliti

selanjutnya untuk melakukan studi penelitian yang lebih baik.

xix
b. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi pendidikan

dalam tindakan terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan

kualitas tidur.

c. Bagi lansia

Dapat memberikan gambaran pada klien tentang relaksasi otot

progresif sebagai tindakan secara non farmakologis untuk mengatasi

gangguan tidur sehingga dapat menerapkannya secara mandiri.

xx
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif

1. Definisi Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak

memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Teknik relaksasi progresif

dilakukan dengan memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan

mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan

melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik ini

dikembangkan sejak pada awal tahun 1920-an (Jumrotin et al., 2018).

Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan

mengencangkan dan melemaskan otot pada suatu bagian tubuh pada satu

waktu untuk memberikan perasaaan relaksasi secara fisik. Relaksasi otot

progresif merupakan suatu teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian

gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman

pada seluruh tubuh. Tindakan ini biasanya memerlukan waktu 15 - 30 menit

dan dapat disertai dengan instruksi yang direkam yang mengarahkan individu

untuk memperhatikan urutan otot yang dirileksasikan (Manurung & Adriani,

2017).

6
7

2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi Otot Progresif telah digunakan dalam berbagai penelitian di

dalam dan diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi

subjek penelitian. Saat ini latihan relaksasi otot progresif semakin

berkembang dan semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengatasi

keteganan, kecemasan, stress, depresi, membantu orang yang mengalami

gagguan kulaitas tidur hingga meningkatkan kualitas hidup pasien pasca

operasi menurunkan tekanan darah pada pasie hipertensi esensial dan

meredakan keluhan sakit kepala (Azizi & Mashhady, 2012).

3. Fisiologis Kontraksi dan Relaksasi Otot Progresif

Latihan relaksasi otot progresif melibatkan Sembilan kelompok otot

yang ditegangkan dan dilemaskan, yaitu kelompok otot tangan, kaki, dahi,

mata, otot-otot bibir, lidah rahang, dada, dan leher, pada anggota gerak

bagian atas terdaat sekumpulan otot yang terlibat dalam kontraksi dan

relaksasi yaitu musculus latissimus dorsi, musculus deltoideus, mussculus

trapezius, mussculus biceps brachii, mussculus triceps brachii, musculus

extensor carpi radialis, mussculus extensor carp ulnaris, musculus pronator

teres, musculus pamaris ulnarris, dan musculus feksor digitorunt profondus.

Pada anggota gerk bagian bawah jenis otot yang terlibat pada kontraksi dan

relaksasi meliputi musculus iliopsoas, musculus tensor fasialata, musculus

rechus femoris, musculus ventus, mussculus peroneus, mussculus tibialis,

musculus saleus, mussculus adductor magnus, mussculus gluteus maksimus,

mussculus biceps femoris, dan mussculus plataris. Pada bagian kepala, wajah,
8

dan mulut otot – otot yang terlibat pada saat kontraksi dan relaksasi meliputi

mussculus frontalis, mussculus okcipitalis, mussculus ohligeus oculi,

mussculus orbicularis oculi, mussculus 9 levator palpebra, mussculus

triangularis, mussculus orbicularis oris, mussculus quadrates labii,

mussculus bucsinator, mussculus zigomaticus, mussculus maseter, mussculus

temporalis, mussculus pterigoid, mussculus genioglosus dan mussculus

stiloglosus. Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang terlibat meliputi,

mussculus platysma, mussculus sternoheido mastoid, mussculus longisimus

capitis, mussculus deltoid, mussculus sub scapularis, mussculus

supraspinatus, mussculus supra , dan mussculus teres. Sedangkan pada

bagian otot yang terlibat adalah mussculus pectolaris major, mussculus

pectolaris minor, mussculus sub clavicula, dan mussculus seratus anterior.

Selain itu pada saat melakukan pernafasan dalam juga melibatkan otot – otot

bagian perut yang meliputi mussculus abdominalis internal, mussculus

abdominalis eksternal, mussculus obliqus abdominalis, dan mussculus

transversus abdominalis. (Islam et al., 2018).

Otot-otot ini sebagai otot volunter yang dapat dilatih secara sadar, dan

otot skeletal tersusun dari ikatan serabut pararel, dimana masing-masing

serabut terbuat dari sejumlah slim filament yang dapat mengkerut dan

memanjang atau melebar. Apabila beribu-ribu slim filament bekerja dalam

koordinasi, maka otot akan berkonstraksi, glycogen yang berbentuk gula akan

terurai menjadi tenaga dan asam laktat yang dapat menimbulkan kelelahan.

Ketika otot-otot dalam keadaan rileks, asam laktat akan dibuang melalui

aliran darah, akan tetapi jika otot-otot dalam keadaan tegang untuk jangka
9

panjang, sirkulasi darah menjadi terhambat dan kelelahan terbentuk dengan

cepat, penimbunan ini mengarah pada ketegangan sehingga menghasilkan

rasa sakit pada otot-otot leher, bahu dan sebagainya (Jumrotin et al., 2018).

Ketegangan otot merupakan hasil dari kontraksi serabut otot, sedangkan

relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot. Hingga saat ini belum ada

alat untuk mengukur tingkat ketegangan dan relaksasi otot. Sehingga ukuran

otot yang tegang dan rileks menjadi tidak standar dan lebih domoinan bersifat

subyektif. Untuk ketegangan otot, secara obyektif sebenarnya bisa dilihat dan

dirasakan. Pergerakan otot yang terjadi akibat semakin membesar dan

memanjangnya serabut otot bisa dilihat secara kasat mata. Konsistensi atau

kekerasan bisa menjadi salah satu indikator ketegangan karena semakin

tegang otot maka akan semakin keras konsistensinya. Selain itu, usaha

menegangkan otot harus dilakukan dengan menahan nafsu, keras dan

lemahnya getaran atau guncangan saat menegangkan menindikasikan tingkat

ketegangan otot (Villela, 2013).

4. Prosedur Relaksasi Otot Progresif

a. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang

tenang dan sunyi. Persiapan klien :

1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur,, dan pengisian lembar

persetujuan terapi pada klien


10

2) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata

tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk

di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri

3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu

4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang, atau hal lain yang sifatnya

mengikat ketat.

b. Prosedur Kerja

Tabel 2.1 Prosedur Kerja

No Keterangan Gerakan Contoh gerakan yang dilakukan


.
1. Ditujukan untuk melatih
otot tangan
1) Genggam tangan kiri
sambil membuat
suatu kepalan
2) Buat kepalan
semakin kuat sambil
merasakan sensasi
ketegangan yang
terjadi
Gambar 2.1 Gerakan Untuk
3) Pada saat kepalan
Mengepalkan Otot Tangan Bagian
dilepaskan, klien
Bawah (Ramdani, H. 2012).
dipandu untuk
merasakan relaks
selama 10 detik
4) Gerakan pada tangan
kiri ini dilakukan 2
kali sehingga klien
dapat menyebabkan
perbedaan antara
11

ketegangan otot dan


keadaan relaks yang
dialami
5) Prosedur serupa juga
dilatihkan pada
tangan kanan

2. Ditujukan untuk melatih


otot tangan bagian
belakang

1) Tekuk kedua lengan


ke belakang pada
pergelangan tangan, Gambar 2.2 Gerakan Untuk Otot
sehingga otot di Tangan Bagian Belakang (Ramdani,
tangan bagian H. 2012).
belakang dan lengan
bawah menekan, jari-
jari menghadap ke
langit-langit.
3. Ditujukan untuk melatih
otot biceps (otot besar
bagian atas pangkal
lengan)
1) Genggam kedua
tangan sehingga Ga
menjadi kepalan mbar 2.3 Gerakan Untuk Otot Lengan
2) Kemudian Bagian Atas (Ramdani, H. 2012).
membawa kedua
kepalan ke pundak
sehingga otot biceps
akan menjadi tegang
12

4. Ditujukan untuk melatih


otot bahu supaya
mengendur
1) Angkat kedua bahu
setinggi-tingginya
seakan-akan hingga
menyentuh kedua
Gambar 2.4 Gerakan Untuk Melatih
telinga
Otot Bahu (Ramdani, H. 2012).
2) Fokuskan atas dan
leher.
5. Ditujukan untuk
melemaskan otot-otot
wajah (seperti otot dahi,
mata, rahang, dan mulut)
1) Gerakan otot dahi
dengan cara
mengerutkan otot Gambar 2.5 Gerakan Untuk Otot
dahi dan alis sampai Dahi
otot terasa dan
kulitnya keriput
2) Tutup keras-keras
mata sehingga dapat
dirasakan di sekitar
mata dan otot-otot
yang mengendalikan Gambar 2.6 Gerakan Untuk Otot
gerakan mata. Mata. Ramdani, H. (2012)
13

6. Ditujukan untuk
mengendurkan
ketegangan yang dialami
oleh otot rahang.
1) Katupkan rahang,
diikuti dengan
menggigit gigi
Gambar 2.7 Gerakan Untuk Otot
sehingga terjadi
Rahang (Ramdani, H. 2012).
ketegangan di sekitar
otot rahang.

7. Ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot
sekitar mulut.
1) Bibirnya di
moncongkan sekuat-
kuatnya sehingga
akan dirasakan Gambar 2.8 Gerakan Untuk Otot
ketegangan di sekitar Mulut (Ramdani, H. 2012).
mulut.

8. Ditujukan untuk
merilekskan otot leher
bagian depan dan
belakang.
1) Gerakan diawali
dengan otot leher
Gambar 2.9 Gerakan Untuk Melatih
bagian belakang baru
Otot Leher Belakang (Ramdani, H.
kemudian otot leher
2012).
bagian depan
2) Letakkan kepala
sehingga dapat
beristirahat
14

3) Tekan kepala pada


permukaan bantalan
kursi sedemikian rupa
sehingga dapat
merasakan
ketegangan di bagian
belakang leher dan
punggung atas

9. Ditujukan untuk
merilekskan otot leher
bagian depan
1) Gerakan membawa
kepala ke muka
2) Benamkan dagu ke
dada, sehingga dapat Gambar 2.10 Gerakan Untuk Otot
merasakan ketegangan Leher Depan (Ramdani, H. 2012).
di sekitar leher bagian
muka

10. Ditujukan untuk


merileksasikan otot
punggung
1) Angkat tubuh dari
sandaran kursi
2) Punggung di
lengkungkan Gambar 2.11 Gerakan Untuk Otot

3) Busungkan dada, Punggung (Ramdani, H. 2012).


tahan kondisi tegang
selama 10 detik,
kemudian rilaks
4) Saat rileks,
letakkan tubuh
15

kembali ke kursi
sambil membiarkan
otot menjadi lemas

11. Ditujukan untuk


melemaskan otot dada
1) Tarik napas
panjang untuk mengisi
paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya
2) Ditahan selama
Gambar 2.12 Gerakan Untuk Otot
beberapa saat, sambil
Dada (Ramdani, H. 2012).
merasakan ketegangan
di bagian dada sampai
turun ke perut,
kemudian dihembuskan
3) Saat ketegangan
dilepaskan, lakukan
napas normal dengan
lega
4) Ulangi sekali lagi
sehingga dapat
dirasakan perbedaan
saat kondisi tegang dan
rileks

12. Ditujukan untuk


merilekskan otot perut
1) Tarik dengan kuat
perut kedalam
2) Tahan sampai
menjadi kencang dan G

keras selama 10 ambar 2.13 Gerakan Untuk Otot


16

detik, lalu Perut (Ramdani, H. 2012).


dilepaskan bebas
3) Ulangi kembali
seperti gerakan awal
perut ini

13. Ditujukan untuk melatih


otot-otot kaki (seperti
paha dan betis)
1) Luruskan kedua
telapak kaki sehingga
otot paha terasa
tegang
Gambar 2.14 Gerakan Untuk Otot
2) Lanjutkan dengan
Paha (Ramdani, H. 2012).
mengunci lutut
sedemikian rupa
sehingga ketegangan
pindah ke otot betis
3) Tahan posisi
tegang selama 10
detik, lalu dilepas
4) Ulangi setiap
gerakan masing-
masing 2 kali

c. Terminasi

1) Melakukan evaluasi tindakan

2) Berpamitan dengan lansia

3) Mencatat kegiatan dalam lembar observasi


17

5. Indikasi dan Kontra Indikasi

Beberapa indikasi yang dapat diberikan intervensi terapi relaksasi otot

progresif yaitu pada pasien yang mengalami gangguan tidur salah satunya

insomnia, sering engalami stress, cemas, dan depresi.

Kontra indikasi pada terapi relaksasi otot progresif ini yaitu pasien yang

mengalami keterbatasan gerak, misalkan tidak bisa bergerak dikarenakan

menderita penyakit stroke, mengalami penyakit diabetes mellitus, dan pasien

yang mengalami perawatan tirah baring (bed rest)

B. Konsep Tidur

1. Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan kepuasan sesorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang,

dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata

bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit

kepala dan sering menguap atau mengantuk (Islam et al., 2018)

Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dijalani seseorang

individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kwalitas

tidur mencangkup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, literasi

tidur, serta aspek subjektif dari tidur (Sagala, 2011).

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan suatu mekanisme kegiatan yang diakibatkan

karena adanya mekanisme serebral yang aktif secara bergantian dan


18

menekan saraf pusat otak agar memberi perintah pada tubuh untuk bangun

tidur. Pusat pengaturan aktifitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam

mensensefalon dan bagian atas pons. Tidur adalah irama biologis yang

kompleks. Tidur ditandai dengan aktifitas fisik yang minimal, perubahan

proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan eksternal.

Perkiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon,

kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus

sirkadian 24 jam. Siklus sirkadian dipengaruhi oleh cahaya dan suhu. Selain

faktor eksternal seperti aktifitas sosial dan rutinitas pekerjaan, perubahan

dalam suhu tubuh juga berhubungan dengan pola tidur individu. Individu

akan bangun ketika mencapai suhu tubuh tertinggi dan akan tertidur ketika

mencapai suhu tubuh rendah (Silvanasari, 2012).

3. Tahapan Tidur

Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye movement

(NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang

terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama

siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90

menit sebelum tidur berakhir.

a. Tahapan Tidur NREM

NREM tahap I

1) Tingkat trausisi

2) Merespon cahaya

3) Berlangsung beberapa menit


19

4) Mudah terbangun dengan rangsangan

5) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun

6) Bila terbangun terasa sedang bermimpi

NREM tahap II

1) Periode Suara Tidur

2) Mulai relaksasi otot

3) Berlangsung 10-20 menit

4) Fungsi tubuh berlangsung lambat

5) Dapat dibangunkan dengan mudah

NREM tahap III

1) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak

2) Sulit dibangunkan

3) Relaksasi otot menyeluruh

4) Tekanan darah menurun

5) Berlangsung selama 15-30 menit

NREM tahap IV

1) Tidur nyenyak

2) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif

3) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun

4) Sekresi lambung menurun

5) Gerak bola mata cepat

b. Tahapan tidur REM

1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM

2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
20

3) Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi

mimpi

4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga

berperan dalam belajar

c. Katakteristik tidur REM

1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka

2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar, imobilisasi

3) Pernapasan : Tidur teratur, kadang dengan apnea

4) Nadi : Cepat dan ireguler

5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi

6) Sekresi gaster : Meningkat

7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik

8) Gelombang otak : EEG aktif

9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan

(Saryono & Widianti, 2010; Maas, 2011)

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur

a. Penyakit

Sesorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari

normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur

atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan

seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskular, dan penyakit persarafan.

b. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
21

kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan

menghambat tidurnya.

c. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan

untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

d. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

e. Kecemasan

Pada keadaan lemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis

sehingga mengganggu tidurnya.

f. Alkohol

Alkohol menekan secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol

dapat meningkatkan insomnia dan lekas marah.

g. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:

1) Deuritik : Menyebabkan insomnia

2) Antidepresan : Menyupresi REM

3) Kafein : Meningkatkan saraf simpatis

4) Beta Blocker : Menimbulkan insomnia

5) Narkotika : Menyupresi REM

Potter & Perry (2012)

5. Gangguan Tidur

a. Insomnia

Adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kwalitas dan kwantitas


22

tidur. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan

kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.

b. Hipersomnia

Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya

disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,

liver, dan metabolisme.

c. Parasomnia

Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur seperti

samnohebalisme (tidur sambil berjalan).

d. Narkolepsi

Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak

terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama

dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau

endokrin.

e. Apnea tidur dan mendengkur

Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai

apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya

rintangan pengeluaran udara dari hidung dan mulut, misalnya amandel,

adenoid, otot-otot dibelakang mulut mengendor dan bergetar. Periode

apnea berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.

f. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

(Silvanasari, 2012)
23

6. Alat Ukur Kualitas Tidur

Dalam pengukuran kualitas tidur yang digunakan yaitu Pittsburgh

Sleep Quality Index (PSQI) dikembangkan pada tahun 1988 oleh Buysse

yang bertujuan untuk menyediakan indeks yang erstandard dan mudah

digunakan oleh klinisi maupun pasien untuk mengukur kualitas tidur.

Kusioner PSQI mengukur kualitas tidur dalam interval 1 bulan dan terdiri

atas 19 pertanyaan yang mengukur 7 komponen penilaian, yakni kualitas

tidur subyektif (subjective sleep quality), latensi tidur (sleep latency), durasi

tidur (sleep duration), lama tidur efektif di ranjang (habitual sleep

efficiency), gangguan tidur (sleep disturbance), penggunaan obat tidur (sleep

medication), dan gangguan konsentrasi di waktu siang (daytime dysfunction)

C. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Menurut World Health Organisation (WHO) merupakan salah satu

fase kehidupan yang dialamai oleh setiap individu yang telah mencapai

umur 60 tahun keatas. Lansia adalah seseorang dimana saat mengalami usia

lanjut dapat mengalami perubahan yang telah memasuki periode akhir atau

seseorang yang rentang dalam kehidupannya. Meskipun seseorang

memasuki usia lanjut banyak yang mengalami kemunduran fisik maupun

mental yang bisa menimbulkan berbagai masalah (Azizah, 2011).

2. Batasan Umur Lansia

Dari beberapa pendapat pengelompokkan lansia berdasarkan batasan umur


24

yaitu :

a. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu :

1) Usia pertengahan (Middle Age) kelompok usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (Elderly) kelompok usia 60-74 tahun

3) Usia tua (Old) kelompok usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (Very Old) kelompok usia 90 tahun ketas

b. Lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan

kelompok yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas

2) Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun), merupakan

kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan

masyarakat pada umumnya

3) Kelompok usia masa senecrus (>65 tahun), merupakan kelompok

yang umumnya hidup sendiri, terpecil, hidup dalam panti, penderita

penyakit berat

(Azizah, 2011)

3. Proses Penuaan

Merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara

perlahan untuk memperbaiki diri atau dapat mengganti dan mempertahnkan

fungsi normalnya sehingga dapat menjaga agar lebih rentan terhadap infeksi

dan bisa memperbaiki yang dideritanya. Adapun faktor yang

memperngaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama faktor genetik melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap


25

stress, dan pertahanan terhadap antioksidan. Kedua faktor lingkungan, yang

meliputi masuknya kalori, berbagai macam penyakit, dan stress di luar. Dari

kedua faktor tersebut mempengaruhi aktivitas metabolisme sel yang akan

menyebabkan terjadinya stress oksigen sehingga akan terjadi kerusakan pada

sel yang bisa mengakibatkan proses penuaan tersebut (Sumaryo, Wijayanti,

dan Sumedi, 2016).

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan diri manusia, tidak hanya

perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosisal, dan seksual.

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran, prebikuasis (gangguan pada pendengaran) oleh

karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga

dalam.

2) Sistem Integumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan

keriput. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

berbecak. Kekeringan kulit disebabkan atropi gradula sabasea dan

gladula sudoritera, timbul pigmen coklat pada kulit dikenal dengan

liverspot.

3) Sistem Muskuloskeletal
26

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai

berikut : Jaringan penghubung (kolagen danelastin). Kolagen

sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago, dan

jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang

tidak teratur.

4) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendiaan lunak dan mengalami granulasi

dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan

kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung kearah progresif.

5) Tulang

Berkurangnya kepadatan tulang setalah diobseravsi adalah bagian

dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut

mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

6) Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung

dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

7) Sendi

Pada lansia, jaringan sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia

mengalami penurunan elastisitas.

8) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi

Perubahan sistem ardiovaskuler dan respirasi mencakup :

a) Sistem Kardiovaskuler
27

Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertopi dan

kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan

pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa

node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

b) Sistem respirasi

Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengkompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir

ke paru berkurang.

c) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata : Kehilangan,

gigi, Indra pengecap menurun, Rasa lapar menurun, Liver (hati)

makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah, Sistem Perkemihan : Pada sistem

perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi

yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,

dan reabsorbsi oleh ginjal, Sistem Saraf : Sistem susunan saraf

mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada

serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan

kemampuan dalan melakukan aktivitas sehari-hari, Sistem

Reproduksi : Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-

laki testis masig dapat memproduksi spermatozoa, meskipun


28

adanya penurunan seacar bengangsur-angsur.

(Azizah, 2011)

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, ingatan)

2) IQ (Intellegent Quocient)

3) Kemampuan belajar (Learning)

4) Kemampuan pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan masalah (Problem solving)

6) Pengambilan keputusan (Decission making)

7) Kebijakan (Wisdom)

8) Kinerja (Perfomance)

9) Motivasi

(Azizah, 2011).
28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam peneitian ini adalah metode literature

review. Penggunaan metode ini terkait dengan situasi yang dimana dalam

masa pandemi covid-19 yang membatasi penulis dalam pengambilan data dan

terjun langsung di lapangan dalam beberapa kasus keperawatan.

Literature review adalah sebuah metode yang sistematis. Eksplisit dan

resprodusibel untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap

karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh

para peneliti dan praktisi. Literature review bertujuan untuk membuat analis

dan sintesis terhadap pengetahuan yang sudah terkait topik yang akan diteliti

untuk menemukan ruang kosong bagi penelitian yang akan dilakukan. Tujuan

yang lebih rinci dijelaskan oleh Okoli & Schabram (2010) yaitu (1)

menyediakan latar/basis teori untuk penelitian yang akan dilakukan, (2)

mempelajari kedalaman atau keluasan penelitian yang sudah ada terkait topik

yang akan diteliti dan, (3) menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dengan 88

terhadap apa yang sudah dihasilkan oleh penelitian terdahulu.

B. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan biasanya terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian yang di dapat

28
29

dari hasil pengukuran, pengamatan, survey, dan lain-lain. Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/instansi yang

secara rutin mengumpulkan data (Setiadi,2013).

Pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian yaitu menggunakan

data sekunder, karena diperoleh dari pihak lain dan tidak mengumpulkan data

secara rutin dan langsung. Untuk mencari sumber data sekunder baik berupa

artikel maupun jurnal yang terkait Database yang digunakan yaitu

menggunakan Google Shcolar yang berhubungan dengan judul penenlitian

relaksasi otot progresif terhdap kualitas tidur lansia

C. Langkah/Strategi Pengumpulan Data

1. Framework yang digunakan

Strategi yang digunakan dalam pencarian jurnal atau artikel yang berkaitan

dengan penelitian ini adalah menggunakan PICOS framework (Kerangka

Kerja).

a. Problem/Population, yaitu suatu kejadian/ persoalan/ populasi yang

ingin dianalisis oleh peneliti. Pada penelitian ini yang digunakan untuk

mencari tema jurnal yang mempunyai hubungan sama dengan tema

penelitian yaitu terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur

pada lansia.

b. Implementasi/intervension, yaitu langkah didalam pelaksanaan yang

akan diberikan kepada populasi baik yang mencangkup semua kasus

dengan melakukan suatu penjelasan terkait dengan penatalaksanaan yang

akan diberikan. Pada penelitian penatalaksaan yang diberikan pkepada


30

populasi yaitu tindakan relaksasi otot progresif

c. Control/comparation, merupakan pemberian penatalaksanaan lainnya

agar dilakukan sebagai pembeda dengan jurnal yang lain. Pada penelitian

yang dilakukan hanya menggunakan relaksasi otot progresif

d. Outcame, merupakan suatu perolehan hasil yang didapatkan dari suatu

penelitian jurnal yang sudah di review. Dilihat dari hasil penelitian

adanya pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kuaitas tidur

pada lansia

e. Study Design, yaitu penggunaan desain penelitian yang digunakan pada

jurnal penelitian yang direview. Pada penelitian desain yang digunakan

seluruhnya adalah quasi eksperiment dan pre eksperiment


31

Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan ekslusi dengan format PICOS

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population/problem Jurnal yang Jurnal atau artikel
mempunyai hubungan yang tidak berkaitan
sesuai dengan tema dengan tema
penelitian yaitu pada penelitian yaitu pada
lansia yang mengalami lansia yang mengalami
kualitas tidur yang kualitas tidur buruk
buruk biasa disebut yang biasa disebut
dengan gangguan tidur denngan gangguan
tidur
Intervension Memberikan terapi Selain memberikan
relaksasi otot progresif terapi relaksasi otot
progresif
Comparation Faktor pembanding Tidak adanya factor
tidak ada pembanding
Outcome Adanya pengaruh Tidak ada pengaruh
terapi relaksasi otot terapi relaksasi otot
progresif dengan progresif dengan
kualitas tidur kualitas tidur
Study design Quasi eksperiment Selain quasi
eksperiment
Tahun terbit Menggunakan artikel Tahun terbit dibawah
atau jurna dengan 2010
terbitan tahun 2010-
2020
Bahasa Bahasa Indonesia Selain Bahasa
Indonesia
32

2. Kata Kunci

Dalam menentukan serta memudahkan untuk menentukan jurnal yang akan

digunakan, maka pencarian jurnal ini memakai kata kunci ataupun Boolean

operator (OR, AND, NOT or AND NOT) untuk memspesifikasikan dan

memperluas dalam pencarian.

Keyword yang digunakan penulis untuk menggunakan literature review ini

adalah “Progressive Muscle Relaxation” AND “ Sleep Quality” AND

“Elderly” (“Relaksasi Otot Progresif” AND “Kualitas Tidur” AND

“Lansia”)

Dalam mempermudah peneliti untuk mendapatkan artikel yang

diinginkan biasanya mendapat beberapa kata kunci yang digunakan.

Tujuannya untuk meemperluar atau menspesifikkan pencarian sehingga

mempermudah dalam menentukan artikel atau jurnal yang akan digunakan.

Terdiri dari sebagai berikut :

Tabel 3.2 Tracking Pencarian Artikel Dengan Google Scholar

Tanggal Database Tahun Kata Kunci Jumlah


Pencarian pencarian artikel yang
ditemukan
(#hits)
01 desember Google 2010-2020 Relaksasi 1.320 hasil
2020 Scholar otot
progresif
AND
kualitas
tidur AND
lansia
33

D. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

1. Hasil pencarian dan seleksi studi

Google Scholar merupakan database yang digunakan untuk

mencari literature ini. Kemudian memasukkan kata kunci “Relaksasi Otot

Progresif” AND “Kualitas Tidur” AND “ lansia”sehingga menemukan

sebanyak 1.320 jurnal yang sesuai dengan keyword tersebut dengan

menggunaka tahun terbitan 10 tahun terakhir. Lalu jurnal dipilih kembali

berdasarkan kriteria inklusi yang sudah ditentukan oleh peneliti, seperti

jurnal yang memiliki judul yang sama ataupun memiliki tujuan yang

hampir sama dengan mengidentifikasi abstrak pada jurnal-jurnal tersebut.

Jurnal yang tidak memenuhi kriteria maka diekslusi sehingga

mendapatkan 5 jurnal yang akan dilakukan ulasan pada setiap jurnal.


34

Diagram Seleksi Artikel


Jurnal di eklusi sebanyak n=
Studi akan diidentifikasi dari
520 karena tidak sesuai dengan
database Google scholar
kata kunci yang ingin dipakai
N : 1320
oleh peneliti, dimana kata
kunci yang dipakai “relaksasi
otot progresif, kualitas tidur,
lansia”

Penyeleksian jurnal berdasarkan


kata kunci serta menggunakan dan
bahasa Indonesia
n : 800

Excluded
Seleksi judul dan duplikat dan n = 123
perbandingan Population : 50
n = 545 Intervensi : 33
Outcome : 40

Excluded
n = 402
Skrining berdasarkan identifikasi Population : 172
abstrak Intervensi : 140
n : 422 Outcome : 90

Excluded
n = 10
Assessment berdasarkan full text Population :6
n :20 Intervensi :1
Outcome :3

Jurnal pencarian akhir yang dapat


dianalisa sesuai rumusan dan tujuan
masalah Jurnal tidak sesuai
n = 10 rumusan masalah
dan tujuan
masalah
n: 5

Kelayakan Kriteria Inklusi


n:5
35

Pemilihan jurnal dilihat dari kelayakan


2. Penilaian Kualitas inklusi yaitu dilihat dari DSVIA juga
untuk melihat parameter yang sudah
dibuat,
Analisis kualitas metodologi serta
dalam analisis
setiap studidan sintesis
dengan artikel
checklist

daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas

dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai ``ya``; ``tidak``; ``tidak jelas``

atau ``tidak berlaku``; dan setiap skor studi kemudian dihitung dan

dijumlahkan. Critical appraisal untuk menilai studi yang memenuhi

syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika skor penelitian setidaknya

50% memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut-off

yang telah disepakati oleh peneiliti, studi dimasukkan ke dalam

kriteria inklusi. Peneliti mengkecualikan studi yang berkualitas rendah

untuk menghindari bias dalam validitas hasil dan rekomendasi ulasan.

Tabel 3.3 Penilaian Kulaitas

Desain Quasi Eksperimen


Sampel dan Sampling Non Probability Jenis
Purposive Sampling dan
accidental sampling,
sampling jenuh
Variabel Pengaruh relaksasi otot
progresif
Instrumen Kuesioner pittburgh sleep
quality index (PSQI),
observasi, wawancara
Analisis Analisa univariat dan analisa
bivariate, Independent T-test
dan uji Paried T-test

E. Metode Analisis
36

Metode Analisis yang digunakan dalam systematic/literatur review ini

adalah metode analisis deskriptif berdasarkan tema yang sudah ditentukan

dalam systematic/literatur revie . studi yang menggunakan analisis deskriptif

yang mengambarkan dan menjelaskan melalui narasi mengenai hasil penelitian

yang dijelaskan dalam literature review, data relavan yang telah oleh

pertanyaan ulasan termasuk : penulis, negara, tahun, latar belakang, kerangka

teori, tujuan penelitian, konsepualisasi kompetensi budaya, konten pendidikan

desain penelitian, ukuran sampel, metode pengambilan sampel, deskripsi

peserta, keandalan dan validas, instrument pengukuran, analisi dan teknik

statistic, hasil yang terkait dengan kompetensi budaya dan analisis hasil.

Pendekatan naratif dengan tujuan utama untuk mengumpulkan bukti tentang

terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia.

Dan mengembangkan narasi tekstual yang koheren tentang kesamaan dan

perbedaan antara studi, digunakan untuk mensintetis data dalam tinjauan ini.
36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diagram Seleksi Artikel


Studi akan diidentifikasi dari Jurnal di eklusi sebanyak n=
database Google scholar 520 karena tidak sesuai dengan
N : 1320 kata kunci yang ingin dipakai
oleh peneliti, dimana kata
kunci yang dipakai “relaksasi
otot progresif, kualitas tidur,
lansia”
Penyeleksian jurnal berdasarkan
kata kunci serta menggunakan dan
bahasa Indonesia
n : 800
Excluded
n = 123
Seleksi judul dan duplikat dan Population : 50
perbandingan Intervensi : 33
n = 545 Outcome : 40

Excluded
Skrining berdasarkan identifikasi n = 402
abstrak Population : 172
n : 422 Intervensi : 140
Outcome : 90

Assessment berdasarkan full text Excluded


n :20 n = 10
Population :6
Intervensi :1
Jurnal pencarian akhir yang dapat Outcome :3
dianalisa sesuai rumusan dan tujuan
masalah
n = 10

Kelayakan Kriteria Inklusi


Pemilihan jurnal dilihat dari
n:5
kelayakan inklusi yaitu dilihat dari
DSVIA juga untuk melihat
parameter yang sudah dibuat, serta
36
36

A. Hasil

Bagian pada literature review ini berisi data yang relevan sesui dengan tujuan penelitian. Hasil penyajian literature pada

penulisan tugas akhir ini berisi rangkuman hasil dari berbagai jurnal yang sudah dipilih. Hasil penelitian dari 5 jurnal ilmiah yang

penulis analisis menemukan hasil bahwa relaksasi otot progresif efektif dalam meningkatkan kualitas tidur pada lansia.

Tabel 4.1 hasil penyaringan Artikel

No Nama Judul Jumlah Kelompok Metode Cara Analisa Hasil Keterbatasan


. Peneliti sampel pengump penelitian
Tahun ulan data
1. Sulidah Pengaruh besar sampel terdiri dari Quasi Data Data Hasil Tidak ada
, Latihan penelitian ini 26 Experime diambil dianalisis perhitungan
Ahmad Relaksasi 51 responden responden ntal menggun mengguna didapatkan
Yamin, Otot kelompok dengan akan kan t test nilai t hitung
Raini Progresif perlakuan pendekata kuisioner dan lebih besar
Diah Terhadap dan 25 n Pretest- Pittsburg Repeated dari t tabel
Susanti Kualitas responden Posttest h Sleep Anova dan p < 0,05
2016 Tidur kelompok Control Quality nilai p =

36
Lansia kontrol. Group Index 0,000. Oleh
Design (PSQI) karena itu
dan dapat
wawancar disimpulkan
a dan bahwa
dilakukan terdapat
sebanyak perbedaan
4 kali; yang
yaitu bermakna
sebelum dari kualitas
intervensi tidur lansia
(pretest), sebelum dan
dua sesudah
minggu latihan
setelah relaksasi otot
intervensi progresif
(posttest pada
1), tiga kelompok
minggu perlakuan
setelah
intervensi
(posttest
2), dan
empat
minggu
setelah
intervensi
(posttest
3)
2. Rostina Pengaruh jumlah seluruh quasi- Pengump Mengguna Hasil Tidak ada
h Terapi sampel 30 lansia yang experimen ulan data kan analisa penelitian
Manur Relaksasi orang mengalami tal dengan dilakukan data dengan uji
ung, Otot gangguan rancangan dengan bivariat statistic Mc.
Tri Progresif tidur yang pre test- cara dan Nemar,
Utami Terhadap tinggal di post test kuesioner univariate didapatkan
Adriani Kualitas Panti one group Pittsburg yang dari hasil uji
2017 Tidur Pada Jompo only h Sleep menggunak statistik p
Lansia Di Yayasan design Quality an uji value = 0,003
Panti Guna Budi Index statistic (P<0,05),
Jompo Bakti (PSQI) Mc. Nemar menunjukkan
Yayasan bahwa ada
Guna Budi pengaruh
Bakti terapi
Medan relaksasi otot
Tahun 2017 progresif
terhadap
kualitas tidur
pada lansia di
Panti Jompo
Yayasan
Guna Budi
Bakti Tahun
2017

3. Rinco Pengaruh besar sampel Seluruh Quasi- Pengump Analisa Hasil uji t-test Tidak ada
Siregar Terapi dalam lansia yang experimen ulan data data menunjukkan
Relaksasi penelitian ini mengalami tal dengan dilakukan bivariat ada perbedaan
2018 Otot menjadi 31 insomnia di rancangan dengan yang skor kualitas
Progressive responden UPT pre test cara menggunak tidur sebelum
Terhadap Pelayanan and post kuesioner an uji Pair- dan sesudah
Kualitas Sosial test one Pittsburg t test. diberikan
Tidur Lanjut Usia group h Sleep terapi
Lansia di only Quality relaksasi otot
UPT design Index progresive
Pelayanan (PSQI) pada lansia di
Sosial UPT
Lanjut Usia Pelayanan
Binjai Sosial Lanjut
tahun 2017 Usia (p =
0,001 < 0.05)

4. Kemal Pengaruh dalam Seluruh desain pengumpu Analisa dari hasil uji Tidak ada
a Sari, Teknik penelitian ini, lansia yang quasi- lan data data paired t-test
Hesti Relaksasi yakni semua mengalami experimen yang univariat dengan nilai
Wulans Otot populasi gangguan t melalui digunakan dan sig. (2-tailed)
ari, dkk Progresif dijadikan tidur di pendekata berupa bivariat 0,000 < 0,005,
2019 Terhadap sebagai Yayasan n one kuesioner dengan didapatkan
Kualitas sampel. 76 Guna Budi group pre Pittsburgh statistik distribusi
Tidur Dan orang lansia Bakti test and Sleep menggunak normal dan
Kelelahan untuk Medan post test Quality an uji berdasarkan
Fisik Pada dijadikan design Index paired t- uji Shapiro
Lansia Di responden (PSQI) test. wilk dengan
Yayasan dalam dan nilai 0,000,
Guna Budi penelitian lembar sehingga
Bakti observasi relaksasi otot
Medan progresif
memiliki
pengaruh
meningkatkan
kualitas tidur
dan
menurunkan
kelelahan
fisik pada
lansia.
5. Abdul Pengaruh Jumlah kelompok quasy Alat ukur Data Berdasarkan Tidak ada
Muhith Terapi sampel dalam kontrol experime yang dianalisis uji Paired T-
, Teguh Relaksasi penenlitian sebanyak nt design digunaka mengguna test
Herlam Otot ini 40 20 menggun n adalah kan uji didapatkan
bang, Progresif responden akan lembar Paired T- hasil p value
dkk Terhadap dan rancanga observasi test dan uji = 0,000
2020 Kekuatan kelompok n pretest MMT Independe (p<0,05)
Otot Dan intervensi and (Manual nt T-test untuk
Kualitas sebanyak posttest Muscle kekuatan otot
Tidur 20 nonequiv Testing) dan p value =
Lanjut responden alent dan 0,000
Usia. control kuisioner (p<0,05)
group PSQI untuk
(Pittsbur kualitas tidur
gh Sleep yang
Quality menunjukan
Index) adanya
perbedaan
yang
signifikan.
Sedangkan
pada uji
Independent
T-test
diperoleh
hasil p value
= 0,000
(p<0,05)yang
menunjukan
ada pengaruh
terapi
relaksasi otot
progresif
terhadap
kekuatan otot
dan kualitas
tidur lanjut
usia
45

Tabel 4.1 menjelaskan mengenai hasil artikel yang telah didapat oleh

penulis. Jurnal 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan menunjukkan penurunan

gangguan tidur setelah dilakukannya terapi relaksasi otot progresif sedangkan

untuk kelompok kontrol tidak ada perubahan setelah dilakukannya terapi relaksasi

otot progresif. Rata-rata skor PSQI menunjukkan kelompok perlakuan lebih

rendah dari kelompok control. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok control

Pada jurnal 2,3,4,5 menyebutkan adanya pengaruh terapi relaksasi otot

progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia. Sebelum dan sesudah

dilakukannya intervensi terdapat perbedaan terhadap kualitas tidur lansia, dimana

sebelum dilakukannya intervensi terdapat kualitas tidur cenderung buruk dan

sesudah dilakukannya intervensi kualitas tidur menjadi membaik.

B. Pembahasan Artikel

Pembahasan jurnal 1, menjelaskan pada kelompok perlakuan dan

kelompok control terdapat pengaruh relaksasi otot progresif dilihat dari

statistik

dari peneliti sulidah dkk 2016, “Pengaruh Latihan Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia” dimana dalam penelitian tersebut

menyebutkan bahwa sebelum latihan relaksasi otot progresif, seluruh

responden kelompok perlakuan mempunyai kualitas tidur buruk sedangkan

setelah diberikannya relaksasi otot progresif responden dengan kualitas tidur

buruk cenderung berkurang. Hasil perhitungan didapatkan nilai t hitung lebih


besar dari t tabel dan p < 0,05 nilai p = 0,000. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dari kualitas tidur

lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Jurnal ke 2, dari peneliti manurung, dkk

2017 “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur

Pada Lansia Di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Tahun 2017”

menemukan beberapa fakta dimana mayoritas responden memiliki kualitas

tidur buruk sebelum dilakukan intervensi sedangkan responden yang memiliki

kualitas tidur baik sesudah dilakukan intervensi. Dari hasil uji statistik

menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkan p value = 0,003 (P<0,05). Jurnal ke

3, dari peneliti rico siregar 2018 “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progressive

Terhadap Kualitas Tidur Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

tahun 2017” terdapat fakta dimana Hasil uji t-tes menunjukkan ada perbedaan

skor kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot

progresive pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (p = 0,001 >

0.05). jurnal ke 4, dari peneliti kemala sari dkk, 2019 “Pengaruh Teknik

Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Dan Kelelahan Fisik Pada

Lansia Di Yayasan Guna Budi Bakti Medan”,faktanya bahwa intervensi pada

latihan relaksasi otot progresif memiliki perbedaan sebelum intervensi dan

sesudah intervensi latihan teknik relaksasi otot progresif dilihat dari hasil uji

paired t-test dengan nilai sig. (2-tailed) 0,000 < 0,005, didapatkan distribusi

normal dan berdasarkan uji Shapiro wilk dengan nilai 0,000. Jurnal ke 5, dari

peneliti Abdul Muhith dkk, 2020 berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Kekuatan Otot Dan Kualitas Tidur Lanjut Usia”.


menunjukan bahwa seluruh responden mengalami kualitas tidur buruk

sebanyak (100%), sedangkan setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif

diberikan post test menunjukan bahwa hampir seluruhnya mengalami kualitas

tidur baik sebanyak (80%). Berdasarkan hasil uji Independent T-test

menunjukan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

kekuatan otot lanjut usia. Hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,000 atau p<0,05

yang artinya H1 diterima. Berdasarkan hasil uji Independent T-test

menunjukan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

kualitas tidur lanjut usia. Hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,000 atau p<0,05

yang artinya H1 diterima. Dari jurnal 1, 2, 3, 4, dan 5 menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas

tidur pada lansia yang dilihat dari sebelum dilakukannya intervensi mengalami

gangguan tidur atau kualitas tidur buruk dan setelah dilakukannya intervensi

kualitas tidur menjadi membaik.

Dari 5 jurnal yang telah direview dapat ditunjang dengan teori, Lansia

adalah seseorang dimana saat mengalami usia lanjut dapat mengalami

perubahan yang telah memasuki periode akhir atau seseorang yang rentang

dalam kehidupannya. Meskipun seseorang memasuki usia lanjut banyak yang

mengalami kemunduran fisik maupun mental yang bisa menimbulkan

berbagai masalah (Azizah, 2011). Masalah yang banyak dialami oleh seorang

lansia yaitu buruknya kualitas tidur. Kualitas tidur merupakan kepuasan

sesorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan

perasaan lelah, mudah terangsang, dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di

sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian
terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Islam et al.,

2018). Menurut Potter & Perry (2012) menyatakan bahwa lansia yang

mengalami kesulitan tidur disebabkan karena penyakit fisik tertentu, gaya

hidup, stress emosional dan faktor lingkungan. Untuk menangani masalah

kualitas tidur yang buruk pada lansia dapat menggunakan tindakan non

farmakologi dengan teknik terapi relaksasi otot progresif . Relaksasi pertama

kali yang diperkenalkan oleh Edmund Jacobson sebagai teknik terapi yang

dapat membantu mengurangi kecemasan serta stress. Teknik relaksasi otot

progresif juga mampu mengatasi gangguan tidur, ansietas, nyeri dll. Teknik

relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan

imajinasi, ketekunan atau sugesti. Teknik relaksasi progresif dilakukan dengan

memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot

yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik

relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik ini dikembangkan sejak

pada awal tahun 1920-an. Terjadinya ketegangan otot dapat diterangkan

bahwa tubuh manusia terdapat 620 otot skeletal. Otot-otot ini sebagai otot

volunter yang dapat dilatih secara sadar, dan otot skeletal tersusun dari ikatan

serabut pararel, dimana masing-masing serabut terbuat dari sejumlah slim

filament yang dapat mengkerut dan memanjang atau melebar. Apabila beribu-

ribu slim filament bekerja dalam koordinasi, maka otot akan berkonstraksi,

glycogen yang berbentuk gula akan terurai menjadi tenaga dan asam laktat

yang dapat menimbulkan kelelahan. Ketika otot-otot dalam keadaan rileks,

asam laktat akan dibuang melalui aliran darah, akan tetapi jika otot-otot dalam

keadaan tegang untuk jangka panjang, sirkulasi darah menjadi terhambat dan
kelelahan terbentuk dengan cepat, penimbunan ini mengarah pada ketegangan

sehingga menghasilkan rasa sakit pada otot-otot leher, bahu dan sebagainya.

(Jumrotin et al., 2018). Hasil penelitian diatas dapat ditunjang dengan teori

bahwa kualitas tidur yang buruk disebabkan oleh proses penuaan, gangguan

psikologis, gangguan medis umum, gaya hidup, faktor lingkungan fisik, dan

faktor lingkungan sosial dan setelah penelitian berlangsung terdapat

perubahan yang signifikan rata-rata lansia yang mengalami gangguan tidur

menyatakan bahwa kualitas tidur lansia menjadi cukup dan tidurnya menjadi

nyenyak hal disebabkan faktor fisiologis dan faktor psikologis menjadi relaks,

pikiran menjadi tenang dan nyaman hal ini dikarenakan efek dari metode

relaksasi otot progresif yang berkerja dengan cara menegangkan pada otot-otot

tertentu kemudian mereksasikan kembali.

Dari hasil fakta dan teori telah didapatkan seluruhnya menunjukkan

adanya pengaruh relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur

pada lansia. Setiap lansia mengalami perubahan fisik, perubahan psiko social

dan perubahan fisiologis salah satunya yaitu kualitas tidur yang buruk.

Kulaitas tidur merupakan kepuasan sesorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang,

dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan

sering menguap atau mengantuk. Cara untuk mengatasi gangguan tidur pada

lansia dapat menggunakan tindakan non farmakologi yaitu dengan relaksasi

otot progresif yang dapat dilakukan dengan meneganggakan dan melemaskan

bagian otot- otot mulai dari wajah hingga kaki. Dengan dilakukannya relaksasi
otot progresif diharapkan adanya perubahan terhadap kualitas tidur pada

lansia, dan diharapkan relaksasi otot progresif digunanakan sebagai intervensi

oleh perawat untuk megatasi masalah gangguan tidur.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan 5 jurnal yang sudah direview oleh penulis dalam bab

sebelumnya, hingga bisa ditarik kesimpulan bahwa terapi relaksasi otot

progresif dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Hal ini bisa

dibuktikan dari kualitas tidur lansia sebelum intervensi latihan teknik

relaksasi otot progresif mayoritas lansia mengalami kualitas tidur kurang

dan kualitas tidur lansia sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif

mayoritas lansia yang mengalami kualitas tidur baik, intervensi pada

latihan relaksasi otot progresif memiliki perbedaan sebelum intervensi dan

sesudah intervensi latihan teknik relaksasi otot progresif. Kemudian

berdasarkan jurnal yang telah direview relaksasi otot progresif bisa

dilakukan setiap hari satu kali sebelum tidur dengan durasi 15 sampai 30

menit untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

B. Saran

1. Bagi Umum

Diharapkan literarure riview ini bisa menjadi informasi kepada

masyarakat tentang pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

peningkatan kualitas tidur pada lansia

2. Bagi Institusi Pendidikan

50
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi

pendidikan dalam tindakan terapi relaksasi otot progresif terhadap

peningkatan kualitas tidur.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan hasil literature review ini mampu dijadikan salah satu

pengobatan nonfarmakologis dalam mengatasi gangguan tidur

dibandingkan dengan tindakan farmakologis yang dapat menimbulkan

ketergantungan.

4. Bagi lansia dengan gangguan tidur

Untuk lansia yang menderita gangguan tidur dapat menggunakan

terapi nonfarmakologis yaitu relaksasi otot progresif. Serta dapat

dipraktekan secara mandiri

5. Conflict of interest

Literature review ini tidak terdapat konflik dan kepentingan tertentu

didalamnya yang melibatkan beberapa pihak. Dimana dalam setiap

jurnal yang telah direview terdapat pertanggung jawaban dari setiap

penulisnya, serta dalam pemberian intervensi sesuai dengan Standart

Operasional Prosedure. Jadi dalam setiap jurnal yang telah direview

responden menerima apa yang penulis intervensikan serta antara

responden dan penulis memiliki hubungan yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Anggini, K., Daeli, M., & Zai, S. (n.d.). Kualitas Tidur Pada Lansia. Hubungan

Latihan Relaksasi Otot Progresif Dengan Kualitas Tidur Pada Lansia.

Ariana, P. A., Putra, G. N. W., & Wiliantari, N. K. (2020). Relaksasi Otot

Progresif Meningkatkan Kualitas Tidur Pada Lansia Wanita. Jurnal

Keperawatan Silampari, 53(9), 1689–1699.

Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Chasanah, Nur, & Supratman, S. K. M. (2017). Hubungan Kualitas Tidur dengan

Kualitas Hidup pada Lansia di Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan

Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Conrad, A., Roth, W.T. 2007. Muscle Relaxation Therapy for Anxiety Disorders:

It Works But How?. Journal of Anxiety Disorders, 21 (243–264)

Daud, Izma, & Warjiman, Warjiman. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Budi

Sejahtera Martapura Tahun 2016. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI),

1(2), 1–5.

Dhyani, D., Sen, S., & Raghumahanti, R. (2015). Effect Of Progressive Muscular

Relaxation On Stress And Disability In Subjects With Chronic Low Back

Pain. Journal Of Nursing And Health Science. Vol. 4 No. 1

Djawa, Y. D., Hariyanto, T., & Ardiyani, V. M. (2017). Perbedaan Kualitas Tidur

Sebelum Dan Sesudah Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia.

Nursing News, 2(2), 595–606.


https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/450/368

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Journal of

Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Jumrotin, J., Suroso, S., & Meiyuntariningsih, T. (2018). Terapi Relaksasi

Progresif Untuk Menurunkan Kecemasan Siswi Dalam Menghadapi

Menarche. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 7(1), 79–92.

https://doi.org/10.30996/persona.v7i1.1525

Islam, M. A., Alam, F., Solayman, M., Khalil, M. I., Kamal, M. A., Gan, S. H.,

Wulansari, N., Mahawati, E., Hartini, E., Betteng, R., Wu, H., Ballantyne, C.

M., Thorens, B., Mueckler, M., Li, W., Yuan, G., Pan, Y., Wang, C., Chen,

H., … Perkeni. (2018). Title. Isbn, 4(1), 121–138.

https://doi.org/10.1016/j.cell.2017.12.025%0Ahttp://www.depkes.go.id/resou

rces/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

%0Ahttp://www.who.int/about/licensing/

Manurung, R., & Adriani, T. U. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif

Terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi

Bakti Medan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 3(2), 294–

306.

Maas, L. Meridean. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis NANDA,

Kriteria Hasil NOC, & Intervensi NIC. Jakarta: EGC

Muhith, A., Herlambang, T., Fatmawati, A., Hety, D. S., & Merta, I. W. S. (2020).

Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kekuatan Otot Dan

Kualitas Tidur Lanjut Usia. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(2), 306.

https://doi.org/10.33366/jc.v8i2.1792
Potter & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Vol 2

EGC. Jakarta.

Putri. RS.(2017). Pengaruh relaksasi otot progressive terhadap kualitas tidur lansia

di Panti Jompo Aisyah Surakarta. Skripsi. Available : ww.eprints.ums.ac.id.

RI, Kemenkes. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.

Saedi, M., Ashktorab, Tahereh., Saatchi, Kiarash., Zayeri, Farid., Amir, Sedighe.,

& Akbari, Ali. (2012). The Effect Of Progressive Muscle Relaxation On

Sleep Quality Of Patients Undergoing Hemodialysis. Journal Of Critical Care

Nursing. Vol. 5 No.1

Silvanasari, I. A. (2012). FAKTOR-FAKTOR : DI h KUALITAS / BURUK : DI h

KUALITAS.

Siregar, R. (2018). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progressive Terhadap Kualitas

Tidur Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2017. Jurnal

Mutiara Ners, 1, 109–113.

Sulidah, S., Yamin, A., & Diah Susanti, R. (2016). Pengaruh Latihan Relaksasi

Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan

Padjadjaran, v4(n1), 11–20. https://doi.org/10.24198/jkp.v4n1.2

Villela, lucia maria aversa. (2013). Journal of Chemical Information and

Modeling, 53(9), 1689–1699.


LAMPIRAN

Lampiran 1

KONTRAK WAKTU PENYUSUNAN KTI

NO. MATERI JADWAL TANDA TANDA

BIMBINGAN KONSULTASI TANGAN TANGAN

MAHASISWA PEMBIMBING
1. BAB I Jumat, 4

BAB II Desember 2020

2. BAB I Kamis , 10

BAB II Desember 2020

BAB III
3. BAB III Jumat, 11

Desember 2020

4. BAB III Jumat, 11

Desember 2020

5. BAB 4 dan Senin, 4 januari

BAB 5 2021

6. BAB 4 dan Senin, 11 januari

BAB 5 2021

Lampiran 2
LEMBAR BIMBINGAN PENYUSUNAN KTI

PEMBIMBING I

NAMA MAHASISWA : Sindy Marvenia Puspasari

JUDUL KTI : Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif

Terhadap Peningkatan Kuaitas Tidur Pada Lansia

NAMA PEMBIMBING : Hengky Irwan S.Kep,Ns,M.Kep

No. Tanggal Materi Revisi Tanda Tangan


Konsultasi Konsultasi

1. 4 BAB I 1. Referensi minimum 2010


Desember 2. Untuk solusi di alinia
2020 terakhir tentang teknik
relksasi mempengaruhi
kualitas tidur
3. Tujuan bisa tujuan mum saja

2. 4 BAB II 1. Salah ketik pada ejaan kata


Desember
2020

3. 10 BAB III 1. Inklusi dan ekslusi


Desember diperjelas,
2020 2. Jumlah sampel dan populasi,
dan variabelnya diperjelas

4. 5 Januari BAB 4 1. Jumlah sampel minimal 20


2021 responden
2. Sebaiknya metode
disamakan
3. Ditambahkan fakta, teori,
opini
5. 6 januari BAB 4 dan 1. Dibawah tabel diberikan
2021 BAB 5 diskripsi untuk menjelaskan
isi tabel

Lampiran 3

LEMBAR BIMBINGAN PENYUSUNAN KTI

PEMBIMBING II

NAMA MAHASISWA : Sindy Marvenia Puspasari


JUDUL KTI : Pengaruh Relaksai Otot Progresif Terhadap

Peningkatan Kualitas Tidur Pada Lansia

NAMA PEMBIMBING : Fajar Rinawati, S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.J

No. Tanggal Materi Revisi Tanda


Konsultasi Konsultasi Tangan

1. 12 BAB I 1. Penataan daftar isi


Desember BAB II 2. Penataan kalimat
2020 BAB III 3. Penataan literature

2. 17 BAB I 1. Setiap sub judul diberikan


Desember BAB 2 spasi
2020 BAB 3

3. 17 BAB I 1. ACC proposal tugas akhir


Desember BAB 2
2020 BAB 3

4. 5 januari BAB 4 1. Melengkapi tabel


2021 dan BAB 2. Menambahkan deskripsi
5 untuk menjelaskan isi
tabel
3. Membuat pembahsan
dimana setiap jurnal dibuat
satu paragraph terdiri dari
fakta, teori, opini
No. Judul Tahun Desain Sampel Variabel Instrument Analisa
Data

1. Pengaruh Terapi 2017 Penelitian Accidental Variabel Pittburgh Analisa


Relaksasi Otot Quasi Sampling independen : Sleep univariat
Progresif Terhadap Eksperiment relaksasi otot Quality dan analisa
Kualitas Tidur progresif Index bivariate
Pada Lansia Di (PSQI)
Variabel Lampiran 4
Panti Jompo
Yayasan Guna dependen : Keterangan dari
Budi Bkti Medan kualitas tidur penilaian kualitas
Tahun 2017 pada lansia
(DSVIA)
2. Pengaruh Latihan 2016 Penelitian Purposive Variabel Pittburgh T-test dan
Relaksasi Otot Quasi Sampling independen : Sleep repeated
Progresif Terhadp Eksperiment relaksasi otot Quality anova
Kualitas Tidur progresif Index
Lansia (PSQI)
Variabel
dependen :
kualitas tidur
pada lansia

3. Pengaruh Terapi 2020 Penelitian Total Variabel Pittburgh Paried T-


Relaksasi Otot Quasi Sampling independen : Sleep test dengan
Progresif Terhadap Eksperiment relaksasi otot Quality derajat
Kekuatan Otot Dan progresif Index kemaknaan
Kualitas Tidur (PSQI) 0,05
Lanjut Usia. Variabel
dependen :
kualitas tidur
pada lanjut
usia

4. Relaksasi otot 2020 Penelitian Non Variabel Pittburgh Pre dan post
progresif pre Probability independen : Sleep test
meningkatkan eksperiment Jenis meningkatkan Quality
kualitas tidur pada Purposive kualitas tidur Index
lansia wanita Sampling (PSQI)

Anda mungkin juga menyukai