Anda di halaman 1dari 9

Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah

Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH


MELAKUKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
PADA LANSIA

Yohanes Daud Djawa1), Tanto Hariyanto2), Vita Maryah Ardiyani3)

1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2)
Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
3)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Email : jurnalpsik.unitri@gmail.com

ABSTRAK

Tidur merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi bagi setiap individu dan terjadi secara
alami serta memiliki fungsi fisiologis dan psikologis. Salah satu tindakan non farmakologis
untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia adalah dengan melakukan
Relaksasi Otot Progresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas
tidur sebelum dan sesudah melakukan relaksasi otot progresif pada lansia di Posyandu
Lansia Permadi Tlogomas. Desain penelitian menggunakan studi komparatif dengan
mengukur kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan relaksasi otot progresif . Sampel
dalam penelitian ini adalah lansia sebanyak 15 orang yang diambil dengan teknik
Purposive Sampling. Pada hasil pengukuran terhadap parameter kualitas tidur diperoleh
hasil sebagian besar responden memiliki kualitas tidur yang sangat buruk ( > 60%) dan
hasil kualitas tidur setelah melakukan relaksasi otot progresif didapatkan sebagian besar
responden memiliki kualitas tidur yang sangat baik ( < 40%). Berdasarkan hasil analisis
data menggunakan paired-t test dengan nilai signifikansi α = 0,05 didapatkan nilai
signifikansi 0,000 (0,000 < 0,05) maka H1 diterima artinya ada perbedaan kualitas tidur
yang signifikan sebelum dan sesudah melakukan relaksasi otot progresif pada lansia di
Posyandu Lansia Permadi Tlogomas. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada
pengasuh posyandu lansia agar dapat menggunakan relaksasi otot progresif sebagai
intervensi nonfarmakologis dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.

Kata Kunci: Kualitas Tidur, Lansia, Relaksasi Otot Progresi.

169
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

DIFFERENCES SLEEP QUALITY BEFORE AND AFTER DOING PROGRESSIVE


MUSCLE RELAXATION IN THE ELDERLY

ABSTRACT

Sleep is a need that must be met for each individual and occurs naturally and has
physiological and psychological functions. One of the non-pharmacological measures to
improve the fulfillment of sleeping needs in the elderly is by performing Progressive
Muscle Relaxation. This study aims to determine differences in quality of sleep before and
after progressive muscle relaxation in elderly at Posyandu Elderly Permadi Tlogomas. The
study design used a comparative study by measuring the quality of sleep before and after
progressive muscle relaxation. The sample in this study is elderly as many as 15 people
taken with Purposive Sampling technique. In the result of the measurement of sleep quality
parameters obtained the result most of the respondents have very poor sleep quality (>
60%) and the result of sleep quality after progressive muscle relaxation found most of the
respondents have excellent sleep quality (<40%). Based on the result of data analysis
using paired-t test with significance value α = 0,05 got significance value 0,000 (0,000
<0,05) then H1 accepted mean there is difference of quality of sleep which significant
before and after do progressive muscle relaxation at elderly at Posyandu Lansia Permadi
Tlogomas. Based on the results of this study suggested to elderly posyandu caregivers in
order to use progressive muscle relaxation as a nonfarmakologis intervention in improving
the quality of elderly sleep.

Keywords: Progressive Muscle Relaxation, Elderly, Sleep Quality

PENDAHULUAN kebutuhan tidur. Pada kelompok lanjut


usia (40 tahun) dijumpai 7 % kasus yang
Tidur merupakan salah satu mengeluh mengenai masalah tidur (hanya
kebutuhan dasar manusia yang terjadi dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari).
secara alami dan memiliki fungsi Hal yang sama dijumpai pada 22% pada
fisiologis dan psikologis untuk proses kelompok usia 75 tahun. Demikian pula,
perbaikan tubuh. Jika seseorang tidak kelompok lanjut usia lebih banyak
mendapatkan tidur yang baik maka akan mengeluh terbangun lebih awal. Selain
menimbulkan kerusakan pada fungsi otot itu, terdapat 30% kelompok usia tujuh
dan otak karena tidak adekuatnya puluh tahun yang banyak terbangun di
170
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

waktu malam hari. Angka ini ternyata mengajarkan cara-cara yang dapat
tujuh kali lebih besar dibandingkan menstimulus dan memotivasi tidur. Salah
dengan kelompok usia 20 tahun satu cara yang bisa dilakukan adalah
(Bandiyah, 2009). relaksasi. Relaksasi merupakan suatu
Menurut Alimul (2006), Gangguan bentuk teknik yang melibatkan
pola istirahat tidur secara umum pergerakan anggota badan dan bisa
merupakan suatu keadaan dimana dilakukan dimana saja (Potter & Perry,
individu mengalami atau mempunyai 2005).
resiko perubahan dalam jumlah dan Terapi non farmakologis yang
kualitas pola istirahat atau tidur yang termurah sampai saat ini, tidak
menyebabkan ketidaknyamanan. memerlukan imajinasi, ketekunan atau
Gangguan ini terlihat pada klien dengan sugesti, tidak ada efek samping, mudah
kondisi yang memperlihatkan perasaan untuk dilakukan adalah relaksasi otot
lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu progresif. Relaksasi otot progresif
dan apatis, kehitaman didaerah sekitar merupakan salah satu teknik untuk
mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva mengurangi ketegangan otot dengan
merah, mata perih, perhatian terpecah- proses yang simpel dan sistematis dalam
pecah, sakit kepala dan sering menguap menegangkan sekelompok otot kemudian
atau mengantuk. merilekskannya kembali. Relaksasi ini
Tingginya masalah tidur yang diperkenalkan oleh Edmund Jacobson
terjadi pada lansia memerlukan pada tahun 1938 (Conrad & Roth, 2007).
penanganan yang sesuai untuk Selain untuk memfasilitasi tidur, relaksasi
meningkatkan pemenuhan kebutuhan otot progresif juga bermanfaat untuk
tidur. Pemenuhan kebutuhan tidur setiap ansietas, mengurangi kelelahan, kram
orang berbeda-beda dan terlihat dari otot serta nyeri leher dan punggung
kualitas tidurnya. Kebutuhan kualitas (Berstein et al., 2000).
tidur ada yang terpenuhi dengan baik dan Tehnik latihan relaksasi otot
ada yang mengalami gangguan (Hidayat, progresif sebagai salah satu tehnik
2006). Pemenuhan kebutuhan tidur relaksasi otot telah terbukti atau terdapat
terlihat dari parameter kualitas tidur, hasil yang memuaskan dalam program
seperti lamanya tidur, waktu yang terapi terhadap ketegangan otot yang
diperlukan untuk tidur, frekuensi mampu mengatasi keluhan ansietas,
terbangun dan beberapa aspek subjektif, insomnia, kelelahan, kram otot, nyeri
seperti kedalaman tidur, perasaan segar di leher dan pinggang, tekanan darah tinggi,
pagi hari, kepuasan tidur serta perasaan phobia ringan dan gagap. Kaitan antara
lelah siang hari. Peningkatan pemenuhan tehnik relaksasi dan pemenuhan
kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan kebutuhan istirahat tidur sangat erat,
171
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

karena istirahat dan tidur tergantung dari 2. Lansia yang mengkonsumsi obat
relaksasi otot (Asmadi, 2008). tidur.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka 3. Lansia yang lumpuh.
peneliti tertarik untuk melakukan 4. Lansia yang tinggal di lingkungan
penelitian dengan judul “Perbedaan gaduh.
Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Pengambilan sampel dengan
Melakukan Latihan Relaksasi Otot teknik non probability yaitu purposive
Progresif Pada Lansia di posyandu lansia sampling sebanyak 15 orang. Penelitian
Permadi RW 02 Tlogomas”. ini menggunakan satu variabel karena
hanya akan meneliti perbedaan kualitas
tidur sebelum dan sesudah melakukan
METODE PENELITIAN relaksasi otot progresif pada lansia di
Posyandu Lansia Permadi RW 02
Desain penelitian yang digunakan Tlogomas. Instrumen yang digunakan
adalah studi komparatif. Pada penelitian dalam penelitian ini adalah kuesioner The
akan di uji perbedaan kualitas tidur Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi Kuisioner digunakan untuk meneliti
otot progresif pada lansia di Posyandu variabel kualitas tidur lansia sebelum dan
Lansia Permadi RW 02 Tlogomas. sesudah melakukan relaksasi otot
Populasi dalam penelitian ini adalah progresif. Penelitian ini dilakukan
seluruh lansia di Posyandu Lansia berdasarkan etika penelitian yaitu:
Permadi RW 02 Tlogomas sebanyak 60 informed consent, anonymity dan
orang. Sampel dalam penelitian ini condfidentiality. Proses pengumpulan
adalah semua Lansia yang memenuhi data dilakukan selama delapan hari, pada
kriteria inklusi dalam penelitian ini, tanggal 3-10 Juli 2013. Penelitian
meliputi: dilakukan di Posyandu Lansia Permadi
1. Lansia yang dapat melakukan RW 02 Tlogomas, Malang. Data-data
relaksasi otot progresif. yang telah dikumpulkan dianalisis
2. Lansia yang sehat jasmani dan dengan menggunakan Uji statistik paired
rohani. t-test dengan derajat kemaknaan 0,05.
3. Lansia yang tidak menderita
penyakit kronis.
4. Lansia yang bersedia menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
responden.
Sedangkan kriteria eksklusi dalam Berdasarkan Gambar 1. Sebagian
penelitian ini adalah : besar responden berusia 61-65 tahun
1. Lansia mengalami gangguan jiwa. yaitu sebesar 47%.
172
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

Berdasarkan Gambar 3. dari 15


responden didapatkan 5 lansia memiliki
nilai komponen kualitas tidur berjumlah
12 (80%).

Gambar 1. Diagram lingkaran responden


berdasarkan umur

Gambar 4. Diagram batang berdasarkan


karakteristik perkembangan
kualitas tidur lansia sesudah
melakukan relaksasi otot
progresif

Gambar 2. Diagram lingkaran responden Berdasarkan Gambar 4. dari 15


berdasarkan jenis kelamin responden didapatkan bahwa 2 lansia
memiliki nilai komponen kualitas tidur
Berdasarkan Gambar 2. Sebagian berjumlah 6 (40%).
besar responden berjenis kelamin wanita
yaitu sebesar 80%.

Gambar 5. Diagram batang berdasarkan


karakteristik selisih kualitas
tidur lansia sebelum dan
Gambar 3. Diagram batang berdasarkan
sesudah melakukan
karakteristik perkembangan
kualitas tidur lansia sebelum relaksasi otot progresif.
melakukan relaksasi otot
progresif
173
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

Berdasarkan Gambar 5. dari 15 pagi hari. Pendapat Akmal (2012) yang


responden didapatkan bahwa sebagian menyatakan lansia menghabiskan lebih
besar responden memiliki nilai kualitas banyak waktu di tempat tidur untuk
tidur sebelum dan sesudah berjumlah 7 memulai tidur, frekuensi terbangun
(53%). menjadi meningkat sehingga fragmentasi
Berdasarkan hasil uji statistik tidur karena sering terbangun mengalami
paired t-test diperoleh hasil mean total peningkatan. Lansia juga cenderung
sebelum melakukan relaksasi otot mengalami keletihan, mengantuk,
progresif adalah 12,80 dengan SD=2,45 penurunan efisiensi tidur dan mudah tidur
dan mean total sesudah melakukan pada siang hari. Pendapat lain juga
relaksasi otot progresif adalah 4,53 didukung oleh Winanto (2009) bahwa
dengan SD=0,99. Hasil uji paired t-test lansia perlu memperhatikan kualitas
didapatkan nilai t adalah 10,805, mean tidurnya. Kualitas tidur tidak hanya
differences 8,266 dan nilai signifikasi tergantung pada jumlah, tetapi
yaitu 0,000. Hasil ini menunjukan bahwa bergantung pada pemenuhan kebutuhan
nilai 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat tubuh untuk tidur. Lamanya waktu tidur
perbedaan yang signifikan dan bermakna. tergantung dari individunya sendiri, dan
yang menjadi salah satu indikator
Kualitas Tidur Lansia Sebelum terpenuhinya kebutuhan kualitas tidur
Melakukan Relaksasi Otot Progresif seseorang adalah kondisi saat bangun
Sebelum dilakukan relaksasi otot tidur. Seseorang yang segar artinya
progresif pada lansia maka dilakukan kebutuhan tidur tercukupi.
pengukuran kualitas tidur menggunakan
kuisioner PSQI (The Pittsburg Sleep Kualitas Tidur Lansia Sesudah
Quality Index) terlebih dahulu. Pada hasil Melakukan Relaksasi otot Progresif
pengukuran terhadap parameter kualitas Hasil yang didapatkan dari mean
tidur diperoleh hasil mean yaitu total dari total skor pemenuhan kebutuhan tidur
skor pemenuhan kebutuhan tidur lansia, mengalami peningkatan yaitu 4.53
yaitu 12,80 (SD=2,45) dan jumlah skor (SD=0,99) dan jumlah skor berdasarkan
berdasarkan kriteria penilaian untuk kriteria penilaian untuk sebagian besar
sebagian besar responden memiliki responden memiliki kualitas tidur yang
kualitas tidur yang sangat buruk(>60%). sangat baik(<40%). Hasil penelitian ini
Hal ini sesuai dengan pemberian didukung oleh Prayitno (2002) yang
relaksasi otot progresif pada 15 menyatakan bahwa terapi relaksasi otot
responden mengalami kualitas, progresif harus dilakukan dengan baik
kedalaman dan durasi tidur yang disertai karena dapat menciptakan keadaan yang
dengan penurunan rasa mengantuk di relaks dan efektif dalam memperbaiki
174
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

tidur. Pendapat lain juga dikemukakan dengan SD = 0,99. Hasil uji paired t-test
oleh Widastra (2009) bahwa beberapa didapatkan nilai t adalah 10,805, mean
teknik yang dapat dilakukan untuk differences 8,266 dan nilai signifikansi =
meningkatkan kualitas tidur secara 0,000. Hasil ini menunjukan bahwa nilai
kualitas dan kuantitas adalah metode <0,05(0,000) yang berarti terdapat
Bootzin dan metode relaksasi, namun perbedaan yang signifikan dan bermakna.
pendekatan relaksasi yang paling banyak Hasil ini didukung oleh pendapat Conrad
dipakai adalah relaksasi otot progresif. dan Roth (2007) yang menjelaskan
Relaksasi otot progresif efektif bahwa pemberian relaksasi otot progresif
meningkatkan kualitas tidur jika mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
dilakukan secara teratur. tidur lansia yang didasarkan pada cara
National Center for kerja system saraf simpatis dan
Complementary and Alternative Medicine parasimpatis yang bekerja saling timbal
(2010) juga menyebutkan efek dari balik mempengaruhi organ-organ yang
relaksasi otot progresif membantu lansia ada di dalam tubuh sehingga mampu
dalam meningkatkan kebutuhan tidurnya mengurangi ketegangan. Relaksasi yang
dan menurunkan gangguan tidur yang diberikan kepada lansia mampu
cenderung meningkat pada lansia. meningkatkan relaksasi otot-otot besar
Relaksasi ini lebih baik dilakukan sehingga dapat meningkatkan
dibandingkan teknik meditasi. Dengan kenyamanan, terpenuhinya kebutuhan
demikian intervensi keperawatan dalam tidur secara kuantitas dan kualitas.
meningkatkan pemenuhan kebutuhan Relaksasi Otot Progresif didasari
tidur dapat dilakukan dengan melakukan pada mekanisme kerja relaksasi otot
teknik relaksasi yaitu relaksasi otot progresif dalam mempengaruhi
progresif sehingga dapat memenuhi kebutuhan tidur dimana terjadi respon
kebutuhan tidur secara kualitas kepada relaksasi (Trophotropic) yang
lansia (Berstein et al., 2007). menstimulasi semua fungsi dimana
kerjanya berlawanan dengan system saraf
Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum simpatis sehingga tercapai keadaan relaks
Dan Sesudah Melakukan Relaksasi dan tenang. Perasaan rileks ini akan
Otot Progresif diteruskan ke hipotalamus untuk
Berdasarkan hasil uji statistik t menghasilkan Corticotropin Releasing
paired test diperoleh hasil mean total Factor (CRF) yang nantinya akan
sebelum melakukan relaksasi otot menstimulasi kelenjar pituitary untuk
progresif adalah 12,80 dengan SD=2,45 meningkatkan produksi beberapa
dan mean total sesudah melakukan hormon, seperti β-Endorphin, Enkefalin
relaksasi otot progresif adalah 4,53 dan Serotonin. Secara Fisiologis,
175
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

terpenuhinya kebutuhan tidur ini SARAN


merupakan akibat dari penurunan
aktifitas RAS (Reticular Activating Dalam rangka pengembangan
System) dan noreepineprine sebagai latihan relaksasi otot progresif sebagai
akibat penurunan aktivitas sistem batang psikoterapi. Peneliti menyarankan untuk
otak. Respon relaksasi terjadi karena dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
terangsangnya aktifitas sistem saraf pengaruh latihan relaksasi otot progresif
otonom parasimpatis nuclei rafe terhadap tingkat insomnia lansia dengan
sehingga menyebabkan perubahan yang menggunakan desain penelitian yang
dapat mengontrol aktivitas sistem saraf berbeda misalnya dengan menggunakan
otonom berupa pengurangan fungsi kelompok kontrol. Penelitian yang serupa
oksigen, frekuensi nafas, denyut nadi, dapat juga dilakukan pada area penelitian
ketegangan otot, tekanan darah, serta yang berbeda, misalnya pengaruh latihan
gelombang alfa dalam otak sehingga relaksasi otot progresif terhadap
mudah untuk tertidur (Ramdhani, 2008). gangguan tidur yang lain seperti
Pada penelitian ini, peneliti menerapkan hipersomnia, narkolepsi, nokturnal
terapi relaksasi otot progresif dan dispnea, parasomnia, atau deprivasi tidur.
pengukuran kualitas tidur terbatas (kurun
waktu 1 minggu) sehingga hasil yang
didapat kurang menggambarkan kualitas DAFTAR PUSTAKA
tidur secara akurat.
Akmal, S.A. 2012. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Insomnia Pada
KESIMPULAN Lanjut Usia.
http://infopenyakitdalam.com.
1) Sebelum latihan relaksasi otot Diakses tanggal 11 Januari 2013.
progresif, sebagian besar lansia
mengalami tingkat insomnia ringan. Alimul, H. Aziz. 2006. Pengantar
2) Sesudah latihan relaksasi otot Kebutuahan Dasar Manusia:
progresif sebagian besar lansia Aplikasi Konsep dan Proses
tidak ada keluhan insomnia. Keperawatan. Jakarta: Salemba
3) Ada perbedaan kualitas tidur Medika.
sebelum dan sesudah melakukan
relaksasi otot progresif pada lansia Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural
di Posyandu Lansia Permadi RW Keperawatan : Konsep Dan
02 Tlogomas. Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
176
Nursing News Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Volume 2, Nomor 2, 2017 Melakukan Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia

http:/ www. Dikeskotabima.com.


Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Diakses tanggal 15 Januari 2013.
Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: Nuha Medika. Ramdhani, N. Aulia. Adhyos. 2008.
Pengembangan Multimedia
Berstein,A.D. Borkovec. Stevens. 2000. Relaksasi. http://www
The Journal: New Direction in neila.staff.ugm.ac.id. Diakses
Progressive Relaxation Training tanggal 27 November 2012.
a Guidebook for Helping. USA:
Praeger Publisher. Widastra, I. M. 2009. Terapi Relaksasi
Otot Progresif Sangat Efektif
Conrad, A. & Roth, W.T. 2007. Muscle Mengatasi Keluhan Insomnia
Relaxation for Anxiety Disorder: pada Lansia. Gempar. Jurnal
It works but how?. The Journal of Ilmiah Keperawatan No.2 Vol.1,
Anxiety Disorder, 243-264. 84-89.

Hidayat, A. A. 2006. Kebutuhan Dasar Winanto. 2009. Tidur dalam Sudut


Manusia Aplikasi Konsep dan Pandang Ilmiah.
Proses Keperawatan. Edisi 2. http://www.winanto.typepad. com.
Jakarta: Salemba Medika. Diakses tanggal 19 Januari 2013.

National Center for Complementary and


Alternative Medicine. 2010.
Influence Progressive Muscle
Relaxation for Sleep In Elderly.
http://icbseverywhere.com.
Diakses tanggal 13 Januari 2013.

Potter, P.A & Perry, A.G. 2005. Buku


Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Jakarta: EGC.

Prayitno. 2002. Gangguan Pola Tidur


Pada Kelompok Usia Lanjut dan
Terapi Relaksasi Otot Progresif.

177

Anda mungkin juga menyukai