Anda di halaman 1dari 112

SKRIPSI

LITERATUR REVIEW
PENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN
MENTAL REMAJA PADA SISWA

DISUSUN OLEH :

HOPIPAH OKTAPIA

NIM: 171030100217

STIKes WIDYA DHARMA HUSADATANGERANG


JURUSAN S.1 KEPERAWATAN
2021
SKRIPSI

LITERATUR REVIEW
PENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN
MENTAL REMAJA PADA SISWA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan

DISUSUN OLEH :

HOPIPAH OKTAPIA

NIM: 171030100217

STIKes WIDYA DHARMA HUSADATANGERANG


JURUSAN S.1 KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

LITERATUR REVIEW PENGARUH BULLYING TERHADAP

PERKEMBANGAN MENTAL REMAJA PADA SISWA

Telah Disetujui Untuk Diujikan Dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan S.I

Keperawatan

STIKes Widya Dharma Husada

Pamulang 15 agustus 2021

Pembimbing I pembimbing II

Ida Listiana. SST, M.Kes. Fenita Purnama, SKM, M.Kes.

NIDN : 0418117401 NIDN : 0312069101

Mengetahui,

Ketua Jurusan S.I Keperawatan

Dewi fitriani , S.Kep., M.Kep.


NIDN : 0317107603

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengsn judul :

LITERATURE REVIEW PENGARUH BULLYING TERHADAP


PERKEMBANGAN MENTAL REMAJA PADA SISWA

Telah dilakukan Uji Sidang Skripsi dan perbaikan sesuai dengan saran Dewan
Penguji serta diperiksa oleh Tim Pembimbing Skripsi STIkes Widya Dharma
Husada Tangerang.

Pamulang,15 Agustus 2021

Penguji I penguji II

Dewi Fitriani , S.Kep., M.Kep. Fenita Purnama, SKM, M.Kes.

NIDN : 0317107603 NIDN : 0312069101

Mengetahui
Ketua STIkes Widya Dharma Husada Tangerang

Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep


NIDN : 0417108201

ii
iii
LEMBAR PERNYATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hopipah Oktapia

NIM : 171030100217

Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 12-10-1999

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi Skripsi) yang berjudul “Literatur review
Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa” adalah
bukan karya tulis ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali
dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, saya bersedia sanksi akademis.

Tangerang Selatan,
Yang membuat pernyataan,

Hopipah Oktapia
NIM. 171030100217

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang

berjudul “Study Literature review Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan

Mental Remaja Pada Siswa” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi penelitian ini adalah untuk mempelajari

cara pembuatan skripsi pada STIKes Widya Dharma Husada Tangerang dan untuk

memperoleh gelar Sarjana keperawatan jurusan keperawatan.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga

skripsiini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Dr. (HC) Drs. H. Darsono selaku ketua yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep ,. M.Kep. selaku ketua yayasann Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.

3. M. Zulfikar Adha, SKM., M.KL selaku Wakil Ketua I bidang Akademik

STIKes Widya Dharma Husada.

4. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid, Selaku wakil ketua II bidang administrasi

kepegawaian dan keuangan STIKes Widya Dharma Husada.

5. Ida Listiana. SST, M.Kes, selaku wakil ketua III bidang kemahasiswaan dan

sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyususnan skripsi penelitian.

v
6. Dewi Fitriani , S.Kep., M.Kep selaku ketua Program Stud S1 Keperawatan

Dan Pendidikan Profesi Ners STIKes Widya Dharma Husada.

7. Fenita Purnama, SKM, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi yang baik dan benar.

8. Seluruh dosen daan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta fasilitas dalam

mengikuti pendidikan hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Teruntuk yang spesial dan teristimewa Ayahanda sunaryo dan ibunda aliyah

serta adinda dwi artika yang telah memberikan doa, usaha, dorongan dan

semangat tanpa kenal lelah, serta memotivasi dan juga memberikan bantuan

moril sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

10. Terimakasih untuk semua orang yang telah menanyakan kapan saya wisuda

tapi tidak ada kontribusi apapun dalam hidup saya.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi peelitian ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi

penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi

manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan profesi

keperawatan khususnya.

Penulis,

vi
PROGMAN STUDY S1 KEPERAWATAN
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
SKRIPSI, TAHUN 2021

Hopipah oktapia
171030100217

LITERATURE REVIEW PENGARUH BULLYING TERHADAP


PERKEMBANGAN MENTAL REMAJA PADA SISWA
V Bab + 113 halaman + 12 tabel + 2 bagan + 13 lampiran

ABSTRAK
Pendahuluan : bullying adalah suatu tindakan dalam bentuk penindasan yang dilakukan
dengan sengaja, contoh bullying yang sering terjadi diantaranya kekerasa dan penghinaan
yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih berkuasa
terhadap orang lain dan mengakibatkan dampak seperti depresi, stress, marah dan
menurunnya tingkat kecerdasan otak (IQ) sehingga menyebabkan pengaruh bullying
terhadap perkembangan mental remaja. Tujuan penelitian : untuk menganalisis apakah
ada pengaruh bullying terhadap perkembangan mental remaja pada siswa. Metodologi :
study ini menggunakan literatur review yang diperoleh dari database google scholar
dengan menggunakan kriteria inklusi dan eklusi. Hasil : dari 10 menyatakan aterdapat
pengaruh bullying terhadap perkembangan mental remaja pada siswa. Diskusi : literatur
review ini menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi bullying pada remaja yaitu
faktor lingkungan, faktor sekolah, dan faktor teman sebaya terhadap tindakan bullying
pada remaja. Saran : dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mencegah dan
Menambah pengetahuan serta wawasan mengenai Pengaruh Bullying Terhadap
Perkembangan Mental Remaja. Selain itu diharapkan dapat memberikan edukasi
mengenai pengaruh bullying terhadap perkembangan mental remaja pada siswa.

Kata kuci : bullying, perkembangan mental, remaja


Kepustakaan : 27 (2014-2021)

vii
NURSING S1 STUDY PROGMAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

THESIS, YEAR 2021

Hopipah oktapia

171030100217

LITERATURE REVIEW THE EFFECT OF BULLYING ON THE MENTAL


DEVELOPMENT OF ADOLESCENTS IN STUDENTS

V Chapter + 113 pages + 12 tables + 2 charts + 13 appendices

ABSTRACT

Introduction: bullying is an act in the form of suppression that is carried out


intentionally, examples of bullying that often occur include violence and humiliation that
is carried out intentionally by one person or group who is more powerful towards others
and results in impacts such as depression, stress, anger and decreased levels of brain
intelligence (IQ) so that it causes the effect of bullying on the mental development of
adolescents. The purpose of the study: to analyze whether there is an effect of bullying
on the mental development of adolescents in students. Methodology: This study uses a
literature review obtained from the Google Scholar database using inclusion and
exclusion criteria. Results: out of 10 stated that there was an effect of bullying on the
mental development of adolescents in students. Discussion: This literature review shows
that the factors that influence bullying in adolescents are environmental factors, school
factors, and peer factors for bullying in adolescents. Suggestion: this research is
expected to prevent and increase knowledge and insight about the effect of bullying on
adolescent mental development. In addition, it is expected to provide education about the
effect of bullying on the mental development of adolescents in students.

Keywords: bullying, mental development, youth

Literature :27 (2014-2021)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................vi

ABSTRAK.......................................................................................................vii

ABSTRAC.......................................................................................................viii

DAFTAR ISI...................................................................................................ix

DAFTAR BAGAN..........................................................................................xii

DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xiv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................xv

MOTTO...........................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumus Masalah....................................................................................7
C. Pertanyaan Penelitian............................................................................8
D. Tujuan Penelitian..................................................................................8
1. Tujuan Umum.................................................................................8
2. Tujuan Khusus................................................................................8
E. Manfaat Penelitian................................................................................9

BAB II TEORI PUSTAKA

A. Konsep Teori........................................................................................10
1. Teori Bullying ................................................................................10
a. Definisi Bullying ......................................................................10
b. Faktor Terjadinya Bullying ......................................................11
c. Dampak Bullying .....................................................................13

ix
d. Bentuk-Bentuk Bullying ..........................................................15
e. Aspek-Aspek Bullying .............................................................16
f. Peran Dalam Bullying ..............................................................17
g. Pencegahan...............................................................................20
2. Teori Perkembangan Mental...........................................................22
a. Definisi Perkembangan Mental................................................22
b. Perkembangan Kognitif Pada Remaja......................................23
c. Perkembangan Emosi Masa Remaja........................................25
d. Prinsip Perkembangan..............................................................28
e. Perkembangan psikologi remaja...............................................30
3. Teori Remaja..................................................................................31
a. Definisi Remaja........................................................................31
b. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja.......................................33
c. Faktor-Faktor Keluarga Yang Mempengaruhi Remaja............35
d. Karakteristik Remaja................................................................36
B. Penelitian Terkait..................................................................................39
C. Kerangka Teori.....................................................................................47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.....................................................................................48
B. Tahapan Literatur review.....................................................................48
1. Protokol Registrasi..........................................................................48
2. Database Pencarian.........................................................................49
3. Seleksi Study Dan Penilaian...........................................................52
C. Populasi, Sampel, Teknik Sampling.....................................................56
1. Populasi...........................................................................................56
2. Sampel............................................................................................56
3. Teknik Sampling.............................................................................57
a. Kriteria Enklusi.........................................................................57
b. Kriteria Inklusi..........................................................................58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.....................................................................................59
1. Karakteristik Studi..........................................................................59
2. Karakteristik Responden Studi......................................................71
B. Pembahasan..........................................................................................71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...........................................................................................80

x
B. Saran ....................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 kerangka teori..................................................................................47

Bagan 3.1 diagram flow dalam literature review.............................................54

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 kata kunci literatur review................................................................50

Tabel 3.2 format PICOS dalam literatur review..............................................51

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lembar persetujuan..........................................................................................i

Lembar pernyataan...........................................................................................iii

xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Hopipah Oktapia

Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 12-10-1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat :Jl.Kp. Rancamalang RT 003 RW 002, Desa

Kadusirung, Kec.Pagedangan. Tangerang-

Banten

Email : hopipahokt@gmail.com

No. Telp : 083813906170

Riwayat Pendidikan

1. Madrasah Ibtidaiyah Sinangpalai 2011

2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Legok - Tangerang 2014

3. Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 31 Legok- Tangerang 2017

4. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Widya Dharma Husada Tangerang

2021

xv
MOTTO

Tak ada kemudahan tanpa ketaatan kepada Allah SWT.

-Ustadz Hanan Attaki-

Tidak ada gunanya IQ tinggi namun malas, tidak memiliki disiplin. Yang penting
adalah sehat dan ingin berkorban untuk masa depan yang cerah.

-Prof. B.J. Habibie-

Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tetapi menjadi seseorang
yang bernilai.

-Albert Einstein

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”)

merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan

sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa

terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara

terus menerus. Terdapat banyak definisi mengenai bullying , terutama yang

terjadi dalam konteks lain seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat,

komunitas virtual. Namun dalam hal ini dibatasi dalam konteks school

bullying atau bullying di sekolah.(KPAI, 2018)

Kasus bullying dapat mengakibatkan dampak yang sangat serius. fenomena

bullying terus meningkat angkanya di indonesia. Menurut data dari KPAI

(komisi perlindungan anak indonesia) mencatat dalam kurun waktu 9 tahun,

dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak.

Untuk Bullying baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai

2.473 laporan dan trennya terus meningkat. Data tersebut selaras dengan fakta

dari UNICEF mengenai tingkatan bullying disekolah. Lebih dari satu dari tiga

siswa berusia 13-15 tahun mengalami bullying , dan proporsi yang sama

terlibat dalam perkelahian fisik. Sekitar 16,1% anak-anak yang mendapatkan

perlakuan bullying mengalami ekerasan fisik dan 11,2% juga mengalami

1
2

kekerasan seksual. Pada 39 negara industri, 17 juta remaja mengakui telah

melakukan bullying terhadap orang lain di sekitar sekolah. Sekitar 25% dari

kalangan muda yang mengalami bullying merasa tidak memiliki siapapun

untuk menceritakan tentang bullying yang di alami dan sepertiga dari remaja

tersebut menganggap bullying itu normal.

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan

kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai

mati. (the progressive and continous change in the organism from birth to

death). Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang

dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

kematangannya (maturation) yang langsung secara sistematis, progresif, dan

berkesinambungan. Baik seara menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis

(rohaniah).(syamsu yusuf, 2016).

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin berada dalam

keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan untuk menikmati

kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang

bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara

maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan

positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang dengan kesehatan

mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan


3

berfikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku

buruk. (kemenkes, 2018).

Masalah mental emosional yang tidak diselesaikan dengan baik, maka akan

memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di

kemudian hari, terutama terhadap pematangan karakterdanmemicuterjadinya

gangguan perkembanganmental emosional. Gangguan perkembanganmental

emosionalakan berdampak terhadap meningkatnya masalah perilaku pada saat

dewasa. (satgas, 2010).

Masalah mental emosional pada remaja merupakan sesuatu hal

yangmenghambat seseorang dalam usahanya menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan pengalamannya (Damayanti, 2010). Berdasarkan karakteristik

dan tugasperkembangannya, remaja harus menghadapi perubahan dan

berbagai tantangan baru dalam kehidupan mereka. Pentingnya keberhasilan

perkembangan selama periode remaja dan konsekuensinya terhadap

perkembangan dan kesehatan dimasa dewasa membuat isu tentang

perkembangan mental emosional remaja (Septiani N., 2013).Adapun dampak

bullying dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik anak- anak yang

di-bully, anak-anak yang mem-bully, anak-anak yang menyaksikan bullying ,

bahkan sekolah dengan isu bullying secara keseluruhan. Bullying dapat

membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental anak.

Pada kasus yang berat,bullying dapat menjadi pemicu tindakan yang fatal,
4

seperti bunuh diri dan sebagainya. Data dari EVIDENCE Strenngthening

Child Protection System Violence Against Children In East Asia Andthe

Pacific A Regional Review And Synthesis Of Findings, Unite For

Strenngthening Child Protection System Series, no. 4 UNICEF , 2014

datadiperoleh dari tela’ah literatur yangditerbitkan antara tahun 2000-2013

dikawasan Asia-Pasifik. Angka kematian akibat kekerasan terhadap anak (0-

14 tahun) per 100.000 penduduk dikawasan Asia-Pasifik dengan klasifikasi

bank dunia dan jenis kelamin. Data tersebut selaras dengan laporan dari

UNICEF tahun 2015 kekerasan terhadap anak terjadi secara luas di Indonesia

yang diataranya 40% anak berusia 13-15 tahun melaporkan pernah diserang

secara fisik sedikitnya satu kali dlam setahun. 26% melaporkan pernah

mendapat hukuman fisik dari orang tua atau pengasuh di rumah, dan 50%

anak melaporkan di-bully disekolah.

Remaja merupakan masa yang sangat berharga bila mereka berada dalam

kondisi kesehatan fisik dan psikis, serta pendidikan yang baik. Remaja

menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18

tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang

cukup besar (hampir 20% dari jumlah penduduk). Remaja ini merupakan

calon pemimpin dan pengerak pembangunan di masa depan.pertumbuhan

fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan kematangan kemampuan

berpikir dan emosional. tetapi, di masa remaja juga terjadi proses pengenalan

jati diri, dan kegagalan. dalam proses pengenalan diri ini bisa saja
5

menimbulkan berbagai masalah. permasalahan yang dialami remaja pun

cukup kompleks, mulai dari masalah prestasi di sekolah, pergaulan,

penampilan, menyukai lawan jenis dan lain sebagainya. hal tersebut bisa

membawa pengaruh bullying terhadap perkembangan mental remaja itu

sendiri.

Banyak kasus bullying yang secara kasatmata tampak seperti bercandaan

biasa khas anak-anak sekolah atau remaja yang dikira tidak menimbulkan

dampak serius. Dapat dilihat dari Hasil penelitian siti kholifah tahun 2019

tentang pengaruh bullying terhadap konsep diri remaja di SMK kesehatan

kendedes malang menunjukkan bahwa rata-rata skor bullying responden

adalah 24,09 yang termasuk dalam bullying tingkat sedang. Dari Hasil

tersebut mencerminkan bahwa bullying sebenarnya banyak dialami oleh

remaja namun kurang disadari. Terdapat beberapa alasan kasus bullying di

sekolah ini kurang banyak mendapatkan perhatian hingga akhirnya jatuh

korban. Dari hasil penelitian ini juga menunjukan rata-rata skor konsep diri

pada remaja di SMK Kesehatan Kendedes Malang adalah 78 yang termasuk

dalam konsep diri positif. Bullying juga sangat berpengaruh terhadap konsep

diri remaja dengan pengaruh sebesar 5,8%.

Menurut hasil penelitian dari Ani, Dkk. tahun 2019 tentang Pengaruh

Bullying Verbal Di Lingkungan Sekolah Terhadap Perkembangan Perilaku

Siswa. Menunjukan bahwa Bullying Verbal yang terjadi di lingkungan


6

sekolah MTs Karangmangu kecamatan Krangkeng kabupaten Indramayu

dinilai cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh prosentase sebesar 46% yang

berada pada kategori cukup baik, berdasarkan kriteria 46% terletak diantara

interval 40% - 55%. Dan Perkembangan perilaku siswa MTs Karangmangu

kecamatan Krangkeng kabupaten Indramayu dinilai kurang baik. Karena Hal

ini ditunjukkan oleh presentase 30% yang berada pada kategori kurang baik,

berdasarkan kriteria 30% terletak diantara 00% - 39%. Dari penelitian ini

menunjukan adanya pengaruh bullying verbal di lingkungan sekolah terhadap

perkembangan prilaku siswa di sekolah MTs karangmangu kecamatan

krangkeng kabupaten indramayu.

Berdasarkan penelitian susanti, Dkk. 2019 tentang gambaran perkembangan

mental emosional pada remaja. Hasil penelitian ini meunjukan bahwa

perkembangan mental emosional remaja sebagian besar pada kategori baik

yaitu sebanyak 49 (50,5%) responden, sedangkan pada kategori kurang baik

yaitu sebanyak 48 (49,5%) responden,. Meskipun sebagian besar

perkembangan mental emosional remaja dalam kategori baik akan tetapi

banyak juga perkembangan mental emosional remaja yang kategori kurang

baik dengan selisih yang sedikit.

Melihat permasalahan diatas peneliti termotivasi untuk lebih memahami dan

mengerti secara mendalam mengenai Pengaruh Bullying Terhadap

Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa. penelitian ini dilakukan untuk


7

menguji kembali Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan Mental Remaja

Pada Siswa.

B. Rumusan masalah

Bullying merupakan tindakan penggunaan kekuasaan untuk meyakiti

seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis

dalam lingkup masyarakat maupun sekolah sehingga korban merasa tertekan,

trauma dan tak berdaya. Hal ini tentu terdapat adanya pegaruh bullying

terhadap perkembangan mental remaja pada siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh helena pangaribuan (2019) dalam

penelitiannya menungkapkan bahwa perilaku bullying merupakan salah satu

tindakan yag agresif. Hal ini di tunjukan bahwa 69,9% remaja yang

perkembangan psikososialnya tidak normal dan 59,5% siswa yang melakukan

tindakan bullying .

Sejalan dengan latar belakang peneliian tersebut, hasil analisis jurnal

menunjukan bahwa perilaku bullying ada kaitannya dengan kesehatan mental

pada individu berkaitan dengan karakteristik maupun sisi negatif dalam

dirinya. Diantaranya adanya kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, penulis

tertarik membuat kajian literatur mengenai pengaruh bullying terhadap

perkembangan mental remaja pada siswa berdasarkan literratur review.

C. Pertanyaan penelitian
8

1. Bagaimanabullying Remaja Pada Siswa berdasarkan literature review ?

2. Bagaimana Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa yang mengalami

bullying berdasarkan literature review?

3. Adakah Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan Mental Remaja

Pada Siswa berdasarkan literature review ?

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk tujuan mengidentifikasi adanya Pengaruh

Bullying Terhadap Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa

berdasarkan literature review.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi Bullying Remaja Pada Siswa berdasarkan

literature review .

b. Untuk mengidentifikasi Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa

yang mengalami bullying berdasarkan literature review.

c. Untuk mengidentifikasi Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan

Mental Remaja Pada Siswa berdasarkan literature review.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi instansi pendidikan keperawatan.


9

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi dosen dan mahasiswa

mengenai Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan Mental Remaja

Pada Siswa.

2. Bagi siswa siswi

Menambah pengetahuan bagi siswi-siswi mengenai Pengaruh Bullying

Terhadap Perkembangan Mental Remaja.

3. Bagi pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian sebagai informasi bagi tenaga kesehatan untuk

meningkatkan dan menerapkan ke masyarakat tentang Pengaruh Bullying

Terhadap Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa.

4. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penelitian

tentang Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan Mental Remaja Pada

Siswa.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

wawasan untuk peneliti selanjutnya serta sebagai bahan acuan yang ingin

meneliti mengenai Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan Mental

Remaja Pada Siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Teori Bullying

a. Definisi Bullying

Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu “bull” yang berarti

banteng. Secara etimologi kata “bully” berarti penggertak, orang

yang mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia

disebut menyakat” yang artinya mengganggu, mengusik, dan

merintangi orang lain. (nindya alifian muliasari, 2019).Bullying

(dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”)

merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan

dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih

kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk

menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Terdapat banyak

definisi mengenai bullying , terutama yang terjadi dalam konteks lain

seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat, komunitas virtual.

Namun dalam hal ini dibatasi dalam konteks school bullying atau

bullying di sekolah.(KPAI, 2018).

Menurut American Psycological Association (APA) bullying adalah

bentuk perilaku agresif seseorang yang dengan sengaja dan

menyebabkan luka atau ketidaknyamanan pada orang lain. Biasanya

bullying dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang lebih kuat

10
11

daripada orang yang lebih lemah. Banyak orang beranggapan

perilaku bullying hanya berupa memukul atau menendang. Tetapi,

bullying tidak hanya seperti itu. Memberi surat ancaman atau

menyebarkan aib orang lain pun termasuk tindakan bullying .

Perilaku bullying dikatakan sebagai perilaku agresif yang

dikarakteristikan sebagai perilaku negatif yang bertujuan untuk

merusak atau membahayakan dan perilaku diulang selama jangka

waktu tertentu. (ninda alfian mulya sari, 2019). Oleh karena itu

Bullying merupakan suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan

dengan cara menyakti dalam bentuk fisik, verbal atau

emosional/psikologi oleh seseorang atau kelompok yang merasa

lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada

perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita dan depresi.

b. Faktor penyebab terjadinya bullying

1) Keluarga

Faktor terdekat dari penyebab terjadinya bullying yaitu keluarga,

biasanya pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang

ber-masalah, seperti orang tua yang sering menghukum anaknya

secara berlebihan, orang tua yang selalu bertengkar didepan

anaknya, kemudian anak akan mempelajari dan mengamati

perilaku yang dilakukan oleh orang tua mereka kemudian

menirunya terhadap teman-temannya.


12

2) Sekolah

Faktor selanjutnya yaitu sekolah, karena pihak sekolah sering

menyepelekan bahkan mengabaikan perilaku bullying .

Akibatnya, para pelaku bullying akan terus melakukan bullying

kepada korban karena tidak adanya sikap tegas terhadap pihak

sekolah dan tidak ada sikap dalam melindungi para korban

bullying .

3) Kelompok bermain

Faktor selanjutnya yaitu kelompok bermain, karena biasanya

anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan

bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok bermain tertentu,

meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku

bullying yang mereka lakukan.

4) Kondisi Lingkungan Sosial

Faktor selanjutnya yaitu kondisi lingkungan sosial, salah

satunya yaitu kemiskinan. Bullies atau pelaku bullying akan

melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya,

contohnya seperti pemalakan, pemerasan, dll.

5) Film dan tayangan televisi

Faktor selanjutnya yaitu dari film dan tayangan televisi. Para

pelaku bullying biasanya meniru adegan-adegan kekerasan yang

terdapat pada film dan tayangan televisi entah dari geraknya

ataupun kata-katanya. (sari damayanti, dkk. 2019).


13

c. Dampak bullying

Dampak bullying dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik

anak- anak yang di-bully, anak-anak yang mem-bully, anak-anak

yang menyaksikan bullying , bahkan sekolah dengan isu bullying

secara keseluruhan. Bullying dapat membawa pengaruh buruk

terhadap kesehatan fisik maupun mental anak. Pada kasus yang

berat, bullying d apat menjadi pemicu tindakan yang fatal, seperti

bunuh diri dan sebagainya. Dampak dari bullying adalah:

1) Dampak bagi korban

a) Depresi dan marah

b) rendahnya tingkat kehadiran dan rendahnya prestasi

akademik siswa.

c) Menurunnya skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan

analisis siswa.

Wiyani (2012) mengatakan bahwa dampak yang dapat

terjadi pada anak yang menjadi korban tindakan bullying

antara lain: kecemasan, merasa kesepian, rendah diri,

tingkat kompetensi sosial rendah, depresi, penarikan sosial,

keluhan pada kesehatan fisik, lari dari rumah, bunuh diri

dan penurunan performasi akademik (puji susilo, 2017).

2) Dampak pelaku
14

Pelaku memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri

yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku

yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras,

mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap

frustasi. Memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang

lain dan kurang berempati terhadap targetnya. Dengan

melakukan bullying , pelaku akan beranggapan bahwa mereka

memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus

menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat

menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan

terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.

3) Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying

(bystanders).

4) Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain

yang menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah

perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini,

beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas

karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya

mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan

yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

(KPAI, 2018).

d. Bentuk-bentuk bullying
15

Menurut Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) (dalam Novrian,

2017: 20-21) ada beberapa jenis dan bentuk bullying , secara umum

praktik-praktik bullying dalam dikelompokkan ke tiga kategori yaitu:

1) Bullying Fisik: ini adalah jenis bullying yang kasat mata.

Sesiapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara

pelaku bullying dan korbannya. Contoh-contoh bullying fisik

antara lain memukul, menarik baju, menyenggol dengan bahu,

menjewer, menjambak, menendang, menginjak kaki, memalak

meludahi, melempar dengan barang, menghukum dengan cara

push up, dan menghukum dengan berlari mengelilingi lapangan.

2) Bullying Verbal: ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi

karena bisa tertangkap indera pendengaran kita. Contoh-contoh

bullying verbal antara lain membentak, meledek, mencela,

memaki, menjuluki, meneriaki, mempermalukan didepan umum,

menuduh, menebar gossip, memfitnah dan menolak.

3) Bullying Mental/Psikologis: ini jenis bullying yang paling

berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga kita jika

kita tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi

diam-diam dan diluar radar pemantauan kita. Contoh:

memandang sinis, memandang penuh ancaman,

mempermalukan di depan umum, teror via SMS, mencibir,

memelototi, dan memandang yang merendahkan, berkoalisi. .

(mintasrihardi,dkk. 2019).
16

e. Aspek-aspek bullying

Olweus (dalam Krahe, 2005: 197) merumuskan adanya tiga unsur

dasar bullying , yaitu bersifat menyerang dan negatif, dilakukan

secara berulang kali,dan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara

pihak yang terlibat. Menurut Coloroso (2007 : 44) bullying

melibatkan empat aspek, antara lain :

1) Ketidakseimbangan kekuatan.

Pelaku dapat orang yang lebih tua, besar, kuat,pandai secara

verbal, tinggi dalam status sosial dan berasal dari ras yang

berbeda. Sejumlah anak yang berkumpul bersama-sama untuk

melakukan bullying sehingga tercipta ketidakseimbangan.

2) Niat untuk mencederai

Bullying menyebabkan luka fisik atau kepedihan psikis. Bullying

merupakan tindakan untuk melukai dan menimbulkan rasa

senang di hati pelaku saat menyaksikan korbannya terluka.

Pelaku benar-benar berniat untuk mencederai korban baik secara

fisik maupun secara psikis.

3) Ancaman agresi

lebih lanjut Baik pelaku maupun korban mengetahui bahwa

bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali. Bullying

tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi satu kali saja.

4) Teror
17

Kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan

memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di jantung

korban penindasan bukan hanya merupakan sebuah cara untuk

mencapai tujuanpenindasan, teror itulah yang menjadi tujuan

penindasan. (sri dewi ani, dkk. 2019)

f. Peran dalam bullying

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat

dibagi menjadi 4 (empat) (dalam http://repository.usu.ac.id) yaitu:

1) Bullies (pelaku bullying ) yaitu murid yang secara fisik dan/atau

emosional melukai murid lain secara berulang-ulang (Olweus,

dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja yang diidentifikasi sebagai

pelaku bullying sering memperlihatkan fungsi psikososial yang

lebih buruk daripada korban bullying dan murid yang tidak

terlibat dalam perilaku bullying (Haynie, dkk., dalam Totura,

2003). Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan simptom

depresi yang lebih tinggi daripada murid yang tidak terlibat

dalam perilaku bullying dan simptom depresi yang lebih rendah

daripada victim atau korban (Haynie, dkk., dalam Totura, 2003).

Olweus (dalam Moutappa, 2004) mengemukakan bahwa pelaku

bullying cenderung mendominasi orang lain dan memiliki

kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain yang

sama (Sutton, Smith, & Sweetenham, dalam Moutappa, 2004).


18

Menurut Stephenson dan Smith (dalam Sullivan, 2000), tipe

pelaku bullying antara lain:

a) tipe percaya diri, secara fisik kuat, menikmati agresifitas,

merasa aman dan biasanya populer.

b) tipe pencemas, secara akademik lemah, lemah dalam

berkonsentrasi, kurang populer dan kurang merasa aman,

dan

c) pada situasi tertentu pelaku bullying bisa menjadi korban

bullying .

Selain itu, para pakar banyak menarik kesimpulan bahwa

karakteristik pelaku bullying biasanya adalah agresif,

memiliki konsep positif tentang kekerasan, impulsif, dan

memiliki kesulitan dalam berempati (Fonzi & Olweus

dalam Sullivan, 2000).

Menurut Astuti (2008) pelaku bullying biasanya agresif baik

secara verbal maupun fisikal, ingin popular, sering membuat

onar, mencari-cari kesalahan orang lain, pendendam, iri hati,

hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial di

sekolahnya. Selain itu pelaku bullying juga menempatkan diri di

tempat tertentu di sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh

popular di sekolahnya, gerak geriknya sering kali dapat ditandai


19

dengan sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata

kasar, dan menyepelekan/ melecehkan. Coloroso (2007).

2) Victim (korban bullying ) yaitu murid yang menjadi target dari

perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya

memperlihatkan sedikit pertahanan melawan penyerangannya

(olweus, dalam moutappa dkk, 2004). Menurut byrne

dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi

korban, korban bullying cenderung menarik diri, depresi, cemas,

dan takut akan situasi baru (dalam hynie dkk 2001). Murid yang

menjadi korban bullying dilaporkan lebih menyendiri dan

kurang bahagia disekolah serta memiliki teman dekat yang lebih

sedikit dari pada murid lain (boulton & underwood dkk, dalam

haynie dkk, 2001) korban bullying juga dikarakteristikan dengan

perilaku hati-hati, sensitif dan pendiam (olweous, dalam

moutappa, 2004).

3) Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif,

tetapi juga menjadi korban perilaku agresif (Andreou, dalam

Moutappa dkk, 2004). Craig (dalam Haynie dkk, 2001)

mengemukakan bully victim menunjukkan level agresivitas

verbal dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak

lain. Bully victim juga dilaporkan mengalami peningkatan

simptom depresi, merasa sepi, dan cenderung merasa sedih dan

moody daripada murid lain (Austin & Joseph; Nansel dkk,


20

dalam Totura, 2003). Schwartz (dalam Moutappa, 2004)

menjelaskan bully-victim juga dikarakteristikkan dengan

reaktivitas, regulasi emosi yang buruk, kesulitan dalam

akademis dan penolakan dari teman sebaya serta kesulitan

belajar (Kaukiainen, dkk., dalam Moutappa, 2004).

4) Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif

atau bullying .

g. Pecegahan

Pencegahan ini dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai

dari anak, keluarga, sekolah dan masyarakat. Ada beberapa

pencegahan bullying diantaranya :

1) Pencegahan melalui anak, dengan melakukan pemberdayaan

pada anak agar :

a) Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya bullying

b) Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya

c) Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying

terjadi (melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan

mengembalikan kepercayaan, melaporkan kepada pihak

sekolah, orang tua, tokoh masyarakat)

2) Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan

keluarga dan memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :


21

a) Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta

kasih antar sesama.

b) Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak

dini dengan memperlihatkan cara beinterakasi antar anggota

keluarga.

c) Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian

dan ketegasan anak serta mengembangkan kemampuan

anak untuk bersosialiasi.

d) Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan

kepedulian dan sikap menghargai), berikan teguran

mendidik jika anak melakukan kesalahan

e) Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya

dari media televisi, internet dan media elektronik lainnya.

3) Pencegahan melalui sekolah

a) Merancang dan membuat desain program pencegahan yang

berisikan pesan kepada murid bahwa perilaku bully tidak

diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullying ”.

b) Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid

c) Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah

d) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman,

nyaman dan kondusif.

e) Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban

bully.
22

f) Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite

sekolah

4) Pencegahan melalui masyarakat, dengan membangun

kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan

anak dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan

Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat : PATBM). (KPAI,

2018).

2. Teori Perkembangan Mental

a. Definisi Perkembangan

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan

kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir

sampai mati. (the progressive and continous change in the organism

from birth to death). Pengertian lain dari perkembangan adalah

perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju

tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang

langsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Baik

seara menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

(syamsu yusuf, 2016).

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak dasar, gerak halus, bicara

dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan

merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan


23

neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Kesemua

fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang

utuh. Perkembangan bersifat kualitatif yang pengukurannya lebih

sulit dari pada pengukuran pertumbuhan. Bertambhanya dalam

struktur dan fungsi organ tubuh menjadi lebih kompleks dalam pola

yang benar, sebagai hasil dari proses pematangan sehingga organ

tersebut dapat menjalankan fungsinya. (el yuliantini, 2019).

b. Perkembangan kognitif pada remaja

Perkembangan kognitif adalahh perubahan kemampuan mental

seperti belajar, memori, menalar, berfikir, dan bahasa (jahja, 2012)

menurut piaget (dalam santrock, 2001: dalam jahja, 2012), seorang

remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi

secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang

didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema

kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal

atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja

juga mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja

mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja

mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan

suatu ide baru.


24

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka

cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka

semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada anak-anak),

logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun

rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji

secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis

(remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir

tentang ciri- ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia).

Lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain,

dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka serta cenderung

menginterpretasikan dan memantau dunia sosial (Santrock, 2002).

Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi

keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk tumbuh,

bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi

kognitif dan sosial (Papalia dkk,2008). (dalam Yessy Nur Endah

Sary, 2017).

c. Perkembangan emosi masa remaja

Pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status

remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi

lingkungannya (Ali & Asrori, 2006). Semiawan (dalam Ali &

Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil

untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga
25

belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar,

emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum

sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak

tenang, dan khawatir kesepian. Ali & Ansori (2006) menambahkan

bahwa perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas

pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga

demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam

tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang

ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita

lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut

yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri,

seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat

mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

1) Perubahan jasmani. Perubahan jasmani yang ditunjukkan

dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh.

Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada

bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh

menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering

mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi

remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi

tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut

menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh


26

jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan

dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat

menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali

menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

2) Perubahan pola interaksi dengan orang tua. Pola asuh orang tua

terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang

pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya

sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan

anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta

kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat

berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.

Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul

karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat

menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan

orang tuanya.

3) Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya. Remaja

seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara

khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama

dengan membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam

suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki

kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan

kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan


27

terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan

positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.

4) Perubahan pandangan luar. Ada sejumlah pandangan dunia luar

yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri

remaja, yaitu sebagai berikut:

a) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.

Kadang- kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi

mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang

wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih

dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan

pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat

berubah menjadi tingkah laku emosional.

b) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai

yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau

remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan,

mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan

kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai

banyak teman laki-laki sering sianggap tidak baik atau

bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan

nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan

pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan

remaja bertingkah laku emosional.


28

c) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar

yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara

melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan

yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.

Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak,

sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan

tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru

merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan

mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga

merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh

karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih

patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada

orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis

apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui

penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.

(dalam Yessy Nur Endah Sary, 2017).

d. Prinsip-prinsip perkembangan

Adapun prinsip-prinsip perkembangan, di antaranya :

1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti

(never ending process). Manusia seara terus menerus

berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman

atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung


29

secara terus menerus sejak masa koonsepsi mencapai

kematangan atau masa tua.

2) Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek

individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial, satu sama

lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi

yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak

dalam pertumbuhan fisiknya sering mengalami gangguan (sakit-

sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam

perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang

berkemba, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan

mengalami kelabilan emosional.

3) Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase

perkembangan. Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani

hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan

mengalami fase-fase perkembangan seperti bayi, kanak-kanank,

anak, remaja, dewasa, masa tua. (syamsu yusuf, 2016).


30

e. Perkembangan Psikologi Masa Remaja

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan

pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan

kejiwaan pada remaja adalah:

1) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

a) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi,

dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas.

Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih

sebelum menstruasi.

b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya

mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan

bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih

senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di

rumah.

2) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini

menyebabkan remaja:

a) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik.

b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul

perilaku ingin mencoba-coba.


31

Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut

berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.(yessy

nur endah sary,2017)

3. Teori Remaja

a. Definisi remaja

Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus

perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan

dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Remaja merupakan sekelompok usia 10-20 tahun, yang tidak dapat

dikatakan lagi sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat

dikatakan sebagai orang dewasa(KPAI, 2018.). Hal ini terjadi oleh

karena di masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan

biologik, psikologik, maupun perubahan sosial. Dalam keadaan

serba tanggung ini seringkali memicu terjadinya konflik antara

remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal), maupun dengan

orang lain yang tidak diselesaikan dengan baik maka akan

memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut

di masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan

tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental. Untuk mencegah

terjadinya dampak negatif tersebut, perlu diketahui perubahan yang

terjadi dan karateristik remaja sehingga remaja dapat melalui periode


32

ini dengan optimal dan mampu menjadi individu dewasa yang

matang baik fisik maupun psikisnya. (syamsu yusuf, 2016).

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, yang diawali dengan matang nya organ-organ fisik (seksual)

sehingga mampu berefroduksi. Menurut konopka (pikunas,1976)

masa remaja ini meliputi remaja awal 12-15 tahun,remaja madya 15-

18 thn dan remaja akhir 19-22 tahun. Sementara salzman

mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan

sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah

kemandirian (independece), minat-minat seksual, perenungan diri,

dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Dalam

budaya amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “strom

& stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian,

mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan alineasi

(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya prang dewasa ( lunsin

pikunas, 1976).

Masa remaja adalah masa yang penuh dinamika, karena pada masa

ini remaja mulai merasakan drama percintaan, solidaritas dalam

persahabatan, menjelajahi sesuatu yang baru dan terasa menantang,

menjelajahi dunia baru dan berbeda untuk mengetahui siapa dirinya.

Karakter remaja yang cenderung labil dan sensitif mendorong remaja


33

berperilaku sesuai kehendak hatinya tanpa berfikir akan resiko yang

kemungkinan terjadi di kemudian hari. Remaja juga kerap mengikuti

tren dan mengikuti apa yang temannya lakukan. Ini merupakan

bagian dimana remaja mencoba untuk menonjolkan diri sebagai

individu maupun sebagai sebagai anggota pada suatu kelompok

sosial tertentu. (mintasrihardi,dkk. 2019).

Masa remaja sering dinamakan growth spurt atau pertumbuhan

cepat, juga pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik

disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses

tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas. Masa

remaja juga sering dianggap sebagai periode hidup yng paling sehat.

Namun, pertumbuhan fisik remaja tidak selalu disertai dengan

kematangan memampuan berfikir dan emosional. Selain itu masa

remaja memiliki proses pengenalan jati diri dan kegagalan dalam

proses pengenalan diri. (kemenkes, 2018).

b. Tugas-tugas perkembangan remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja.

Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk

dapat melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan


34

tugas-tugas perkembangan pada usinya dengan baik. Apabila tugas

pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja tidak

akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan

membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas

perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala

remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan

membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase

berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang

bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-

kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja 2014

mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai

berikut:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur

yang mempunyai otoritas.

3) Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan

bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun

kelompok.

4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.
35

6) Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri)

atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup

(weltanschauung).

7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri

(sikap/perilaku) kekanak-kanakan. (khamim zarkasih

putro,2017).

c. Faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan

remaja.

Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal (kondisi

fisik, psikis dan moralitas anggota keluarga dan faktor eksternal

(perubahan sosial-budaya), maka setiap keluarga mengalami

perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam

menerapkan fungsinya (fungsional-normal) tetapi ada juga keluara

yang mengalami keretakan atau ketidakharmonisan (disfungsional-

tidak normal). Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga

yang telah mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang sudah

dijelaskan disamping itu, keluarga yang fungsional ditandai oleh

karakteristik :

1) Saling memperhatikan dan mencintai.

2) Bersikap terbuka dan jujur.

3) Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan

menghargai pendapatnya.
36

4) Ada “sharing” masalah atau pendapat diantara anggota keluarga.

5) Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya.

6) Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi.

7) Orang tua melindungi (mengayomi) anak.

8) Kominikasi antaranggota keluarga berlangsung dengan baik.

9) Keluarga memenusi kebutuhan psikososial anak dan mewarisi

nilai-nilai budaya. Dan

10) Mampu beradaptasi denganperubahan yang terjadi.(syamsu

yusuf, 2016).

d. Karakteristik remaja

1) Usia remaja

Usia remaja pada penelitian ini paling muda adalah 10 tahun,

paling tua adalah 21 tahun, dan sebagian besar berusia 18 tahun.

Usia menggambarkan sebuah tahapan-tahapan perkembangan.

Usia 15-19 tahun merupakan tahap remaja pertengahan

(Hurlock, 2010). Usia remaja 15-19 tahun berada pada rentang

usia remaja pertengahan, cenderung membutuhkan kawan-

kawan dan ”narcistic” yaitu mencintai dirinya sendiri, suka

dengan teman-teman yang memiliki sifat yang sama atau mirip

dengan dia, dan bersifat labil atau mudah berubah-ubah tidak

menentu atau plin plan.Semakin bertambah usia maka emosi,

minat, konsentrasi, dan cara berpikir remaja sudah mulai stabil.


37

Kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah mulai

meningkat. Remaja mulai minat terhadap fungsi-fungsi

intelektual, egonya mencari kesempatan bersatu dengan orang-

orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru (Santrock,

2013).

Usia remaja tergolong masih kurang pengalaman, kurang

pengertian, dan penalaran, sehingga remaja akan sangat mudah

terpengaruh oleh lingkungan dan hal-hal yang baru dialami

(Hurlock, 2010). Masa remaja merupakan masa penyesuaian

yang lebih dikenal dengan masa strom and stress, masa penuh

gejolak yang selalu ingin mencari identitas diri, ingin selalu

merasa diakui dan dihargai oleh orang lain dalam kelompoknya

(Ahmadi, 2011). Purnama (1998) dalam Albaroroh (2016) juga

mengatakan bahwa, di masa ini remaja akan menghadapi

berbagai macam persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan

sendiri tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari orang-orang

terdekatnya.

2) Jenis kelamin remaja

Jenis kelamin remaja pada penelitian ini sebagian besar

perempuan namun mempunyai selisih yang tidak terpaut jauh

dengan jumlah responden laki-laki. Jenis kelamin berpengaruh

terhadap perkembangan masalah mental. Santrock (2013)


38

menyebutkan bahwa identitas gender melibatkan kesadaran,

pemahaman, pengetahuan, dan penerimaan sebagai laki-laki

atau perempuan. Teori nature menyebutkan bahwa laki-laki

cenderung perkasa dan kuat, sedangkan perempuan cenderung

lemah (Hurlock, 2010). Perasaan perempuan juga cenderung

lebih peka dan sensitif dibandingkan dengan laki-laki (Bimo,

2010). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja

perempuan cenderung lebih menunjukkan gejala masalah mental

daripada laki-laki. Penelitian lain menunjukkan bahwa

perempuan menunjukkan gejala depresi dan keinginan bunuh

diri yang lebih tinggi sedangkan laki laki cenderung lebih

menunjukkan tindakan kekerasan (Pilgrim, 2012). Hal tersebut

didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Selina

(2010) menghasilkan perkembangan emosional remaja

perempuan 65% lebih terganggu dibandingkan dengan remaja

laki-laki bila mendapatkan stresor sosial seperti bullying ,

kekerasan ataupun gaya hidup. Dapat disimpulkan bahwa

remaja yang tinggal di lingkungan panti maupun di lingkungan

rumah cenderung mempunyai perkembangan mental emosional

yang tidak baik terjadi pada remaja perempuan dibandingkan

dengan laki-laki. Hal tersebut dikarenakan perempuan lebih

peka terhadap stresor sosial seperti ejekan teman.

3) Pendidikan Remaja
39

Pendidikan remaja pada penelitian ini sebagian besar SMA.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk pandangan

terhadap lingkungan sekitar. Pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

atau informasi yang diperkenalkan (Notoatmodjo, 2012).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas

wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk

mengembangkan diri dengan lebih terbuka. Semakin orang

berpendidikan akan semakin mengenal dirinya secara lebih baik,

termasuk kelebihan dan kekurangannya, sehingga mereka

cenderung mempunyai rasa percaya diri. Pengalaman

pendidikan formal akan mempengaruhi sikap, konsepsi, dan cara

berpikir dalam bertingkah laku lebih fleksibel dan terbuka

terhadap hal baru, serta ingatan dan perasaan yang luas, akan

membawa seseorang menjadi percaya diri dan perkembangan

emosionalnya (Desmita, 2010). (yulia susanti, dkk. 2017).

B. Penelitian Terkait

Dalam penyusunan skripsi penelitian ini. Penulis terinspirasi dan mereferensi

dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang

masalah pada skripsi penelitian ini. Berikut ini penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan skripsi ini :

1. Penelitian ini milik sary pada tahun 2017 yang berjudul “perkembangan

kognitif dan emosi psikologi masa remaja awal” menyebutkan bahwa


40

masa remaja awal merupakan masa ketika seorang anak tumbuh ketahap

menjadi seorang yang dewasa yang tidak dapat di tetapkan secara pasti.

Remaja mulai mempunyai kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan

pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya dikarenakan pertumbuhan

otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses

informasi berkembang dengan cepat. Pada masa remaja ini juga terjadi

reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan

sampai pada belahan atau celah sentral). Prontabel lobe ini berfungsi

dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan

perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan.Widyastuti

dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa remaja.

Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja seperti

perubahan emosi dan perubahan integensia.

2. penelitian ini milik Yusuf pada tahun 2016 yang berjudul “psikologi

perkembangan anak dan remaja”. Mengatakan bhawa perkembangan

adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme

menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlansung

secara sistematis, progresif dan kesinambungan. Faktor keluarga juga

mempengaruhi perkembangan pada anak (remaja) yang diwarnai dengan

faktor internal (kondisi fisik, psikis, dan moralitar) dan faktor eksternal

(perubahan sosial budaya). Keragaman tingkat moral remaja disebabkan

oleh faktor penetunya yang beragam juga. Salah satu faktor penentu atau
41

yang beragam juga. Salah satu faktor penentu yang mempengaruhi

perkembangan moral remaja itu adalah orangtua.

3. penelitian ini milik muliasari pada tahun 2019 yang berjudul “dampak

perilaku bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak (Studi Kasus Di Mi

Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo) menyebutkan bahwa bullying adalah

suatu tindakan atau prilaku yang dilakukan dengan cara menyakiti dalam

bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologi oleh seseorang atau

kelompok yang merasa lebih lemah fisik maupun mental secara berulang-

ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita.

Perilaku bullying di MI Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo dapat

menciptakan suasana lingkungan yang kurang mendukung terhadap

perkembangan anak, baik fisik maupun mentalnya. Perilaku bullying yang

terjadi di MI Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo berupa fisik dan non

fisik/verbal. Bullying ini muncul karena adanya salah paham dan masalah

kecil sehingga menimbulkan dampak bagi kesehatan mental korban.

Perilaku bullying sepatutnya mendapatkan perhatian khusus oleh para

praktisi pendidikan. Sebab, dampak yang ditimbulkan oleh bullying

jikadibiarkan akan menjadi fatal. Bahkan anak bisa bunuh diri karena

bullying .Sebagian dari mereka merasa tertekan karena sering dibully.

Korban bullying biasanya cenderung diam dan tidak mau bercerita tentang

tindakan bullying yang dialami. Dampak dari bullying ini bisa mengalami

tekanan kesehatan mental pada korban.


42

4. penelitian ini milik rakhmawati pada tahun 2019 yang berjudul “pengaruh

bullying terhadap kecerdasan emosional dan kesehatan mental anak di SD

Negeri 08 mulyoharjo kecamatan pemalang kabupaten pemalang”

menyebutkan bahwa Rendahnya tingkat pemahaman seseorang terhadap

bullying dan pengaruhnya menjadi pekerjaan rumah untuk semua pihak,

terutama pihak pemerintah. Tekanan atau beban mental juga dapat

mempengaruhi reaksi emosi dan tindakan anak-anak dalam kehidupannya

sehari-hari. Ketika anak tersebut tertekan baik secara fisik maupun mental,

maka reaksi emosi yang ditimbulkan anak tersebut menjadi besar. Reaksi

emosi yang ditimbulkan menyebabkan anak tersebut melampiaskannya

kepada orang lain, terutama pada temannya. Rumusan masalah penelitian

ini yaitu bagaimana gambaran umum bullying yang terjadi, apa saja faktor

yang menyebabkan bullying terjadi dan bagaimana pengaruh bullying

terhadap kecerdasan emosional dan kesehatan mental anak di SD Negeri

08 Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

5. jurnal milik destianti pada tahun 2020 yang berjudul “Study

Fenomenologi: Tindakan Amoral Saksi Dan Korban Bullying Pada

Remaja Awal Di Sekolah Berbasis Islam Terpadu” menyebutkan bahwa

tindakan bullying di islam sekolah terpadu mempengaruhi moral anak

untuk melakukan tindakan bully ke teman lainnya.Bullying antar siswa di

sekolah marak terjadi pada kalangan remaja awal. Dampak yang

ditimbulkan dari Bullying membuat seseorang yang di bully akan

membully orang yang lebih lemah dari dirinya. Perasaan tidak dihargai
43

dan merasa disakiti secara signifikan akan meningkatkan traumatik kepada

korban bully. Aktivitas yang muncul akibat korban bully adalah depresi,

penyangkalan, malu, ketakutan, kesedihan, membolos, mimpi buruk,

berbohong, dan psikosomatis. Oleh sebab itu dampak dari masalah yang

dihadapi oleh anak dan remaja harus segera diatasi dengan intervensi yang

tepat.

6. jurnal milik kusbianto pada tahun 2020 yang berjudul “Edukasi Family

Therapy Mencegah Bullying Pada Anak: Literature review”. Menyebutkan

bahwa bullying pada anak tidak bisa dipisahkan dari faktor keluarga.

Dengan kejadian ini, anak akan merasa cemas, mengurung diri

dankurangnya konsetrasi sehingga mempengaruhi perkembangan anak

dimasa depan. Keluarga menjadi faktor terpenting untuk mencegah

terjadinya bullying melalui diskusi antar anggota keluarga sehingga anak

lebih berani berbicara mengenai masalah yang dihadapi.Adapun dampak

dari perilaku bullying ini dapat menimbulkan gejala seperti perubahan

pada anak, seperti anak yang sebelumnya ceria mendadak berubah menjadi

pendiam dikarenakan adanya tindakan perilaku bullying disekolah. Selain

itu juga anak bisa menjadi cemas, mengurung diri, tidak percaya diri,

kurangnya konsentrasi hingga prestasi disekolah menjadi turun sehingga

mengganggu perkembangan anak dimasa depannya.

7. jurnal milik Kholifah pada tahun 2019, yang berjudul “Pengaruh Bullying

Terhadap Konsep Diri Remaja Di Smk Kesehatan Kendedes Malang”

menyebutkan bahwa bullying merupakan salah satu masalah sosial yang


44

banyak ditemukan dikalangan anak dan remaja. Lemahnya pengawasan

dari orang tua, pendidik dan msyarakat menjadi salah satu faktor penyebab

merebaknya kasus bullying dilingkungan sekolah. Pada kenyataan nya

korbanbullying tidak berani melawan atau melapot. Hal ini mengakibatkan

kasus bullying tidak dapat tertangai dengan baik sehingga memberi

dampak depresi, perasaan tidak berharga dan tidak diterima, serta

perubahan konsep diri korban.

8. jurnal miliki Putro pada tahun 2017, yang berjudul “memahami ciri dan

tugas perkembangan remaja” menyebutkan bahwa Masa remaja berada

pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya tampak sudah

“dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa remaja gagal

menunjukan kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa

masih belum banyak karena ia sering terlihat pada remaja adanya

kegelisahan, pertentangan, kebingungan, dan konflik pada diri sendiri.

Yuhdi jahja mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja

seperti menerima fisiknya sendiri, mecapai kemandirian emosional dari

orang tua, menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

dirinya sendiri.

9. jurnal milik Zakiyah pada tahun 2017, yang berjudul “faktor yang

mempengaruhi remaja dalam melakukanbullying ”. Menyebutkan bahwa

Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti

seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun

psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya


45

(Sejiwa, 2008). Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko

mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi

korban bullying , antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti

depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga

dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan

ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan

penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Dalam kasus yang

cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan

sifat kekerasan. Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di

Denpasar, Bali, yang tega membunuh temannya sendiri karena dendamnya

kepada korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target bullying korban

sejak kelas satu SMP.masyarakat khusunya harus lebih paham mengenai

bullying . Apa yang menyebabkan remaja melakukan bullying , apa

dampak bagi pelaku, korban, dan saksi, bagaimana bentuk-bentuk

tindakan bullying , dan bagaimana cara mencegah dan memberhentikan

tindakan penindasan ini.

10. Jurnal milik ani, dkk. Pada tahun 2019, yang berjudul “pengaruh bullying

verbal dilingkungan sekolah terhadap perkembanangan prilaku siswa”

menyebutkan bahwa bullying verbal sering kali dianggap tidak terlalu

berbahaya, selain karena dampaknya tidak terlihat secara fisik, orang-

orang yang melakukannya pun sering kali tidak menyadari telah

melakukan bullying verbal. Padahal, bullying perbal dapat menimbulkan


46

dampak buruk yang cukup besar terhadap kesehatan mental dan

perkembangan psikologis seseorang. Bullying secara verbal sangat

gampang ditemui dan terjadi dimanamana.Seperti tindakan memaki,

mengejek, menggosip, membodohkan danmengkerdilkan. Baik itu dalam

konteks disengaja ataupun tidak. Baik dilakukan dalam konteks bercanda

atau pun serius.


47

C. Kerangka Teori
Faktor penyebab bullying
( Sari Damayanti, 2019) :

- Keluarga
- Sekolah
- Kelompok bermain
- Kondisi lingkungan
sosial
- Film dan tayangan
televisi

Dampak bullying (KPAI,


2018) :

- Bagi korban
- Bagi pelaku
- Bagi siswa lain
Perkembangan
bullying mental, emosi,
Bentuk bullying kognitif
(mintasrihardi, dkk 2019) :

- Fisik
- Verbal
- Mental/psikologis

Aspek – aspek bullying (ani


dkk 2019) :

- Ketidakseimbangan
kekuatan
- Niat untuk
mencederai
- Ancaman agresi
- teror
48

bagan 2.1 kerangka teori

Kerangka teori ini merupakan kumpulan dari teori :

KPAI 2018. Riauskina, djuwita dan soesetio 2005. american psycology

association. sari damayanti, dkk 2019. puji susilo 2017. sri dewi ani, dkk 2019.

yayasan semai jiwa amini (SEJIWA) dalam novian 2017 : 20-21.

mintasrihardi,dkk 2019. Syamsu yusuf 2016. Yessy nur endah sari 2017. Lunsin

pikunas 2016. Kemenkes 2018. yulia susanti, dkk. 2017.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu

data yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata dan gambar bukan dalam

angka. Penelitian kualitantif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata verbal dan non verbal dari subjek yang

diamati atau diteliti (Sugiyono, 2017).

Sementara itu, pada penelitian ini jenis penelitian deskriptifnya menggunakan

literature review. Literature review adalah berisi uraian mengenai teori,

temuan dan artikel penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk

dijadikan sebagai bahan penelitian. Literature review digunakan untuk

menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari rumusan masalah yang ingin

diteliti (O’Connor dkk, 2017).

B. Tahapan Literatur review

1. Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai

pengaruh Bullying terhadap perkembangan mental remaja pada

siswa.Protokol dan evaluasi dari literature review akan menggunakan

PRISMA diagram flow untuk menentukan penyeleksian studi yang telah

ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari literature review.

48
49

2. Database Pencarian.

Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa

studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu.

Pencarian literature review dilakukan pada bulan maret 2021. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh

dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti peneliti

terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal

bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang

sudah ditentukan. Pencarian literatur dalam literature review ini

menggunakan 4database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang

yaitu, Pubmed, garuda jurnal, sinta jurnal dan Google Scholar.

a. Kata kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolean

operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang bergunakan untuk

memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga

mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang

digunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan

dengan Medical Subject Heading (MeSH)) dan terdiri dari :


50

Tabel 3.1 Kata Kunci Literature review

english

Bullying Mental development Adolescent

Factor Mental development Adolescent

OR OR OR

Impact psychology Factor

indonesia

Bullying Perkembangan remaja

mental

Faktor Perkembangan remaja

mental

OR OR OR

Dampak mental faktor

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework, yang terdiri dari :

1) Population/Problem adalah populasi atau masalah yang akan di

analisis sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam

literature review.

2) Intervention/kasusadalah suatu tindakan atau penatalaksanaan

terhadap kasus perorangan (masyarakat) serta pemaparan


51

tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan tema yang

ditentukan dalam literature review.

3) Comparation adalah intervensi atau tindakan lain yang

digunakan sebagai pembanding, jika tidak ada bisa

menggunakan kelompok kontrol dalam studi yang terpilih.

4) Outcome adalah hasil atau luaran yang diperoleh pada studi

terdahulu yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam

literature review.

5) Study design adalah desain penelitian yang digunakan dalam

artikel yang akan di review.

Tabel 2.2 Format PICOS dalam literature review

Kriteria Insklusi Eksklusi

Population Bullying yang Tidak

dilakukan oleh menjelaskan

remaja. bullying yang

dilakukan oleh

remaja.

Interventio/kasus Bullying Selain Bullying

Comparators Tidak ada faktor Tidak ada

pembanding faktor

pembanding

Outcomes Penurunansetelah Tidak ada


52

mendapatkan penurunansetela

Bullying terhadap h mendapatkan

perkembangan Bullying

mental remaja terhadap

perkembangan

mental remaja

Study Design and case control dan Selain case

Publication Type cross sectional control dan

cross sectional

Tahun Publikasi Post – 2016 Pra – 2016

Language Indonesian, Selain

English Indonesian and

english

3. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

a. Hasil pencarian dan seleksi studi

Berdasarkan hasil pencarian literatur melalui publikasi

4database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu

Pubmed, garuda jurnal, sinta jurnal dan Google Scholar. yang

menggunakan keyword “Bullying ” AND “mental development”

AND “adolescents”, dalam pencarian yang dilakukan peneliti

mendapatkan 116 artikel yang sesuai dengan kata kunci tersebut.

Hasil pencarian yang telah didapatkan kemudian diperikasi


53

duplikasi, ditemukan terdapat 80 artikel yang sama dan meng

inklusi berdasarkan tahun terkait sehingga terdapat 36 artikel.

Peneliti kemudian melakukan skrining berdasarkan judul yang

disesuaikan dengan tema literature review. Assessment yang

dilakukan berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan

ekslusi didapatkan sebanyak 10 artikel yang bisa dipergunakan

dalam literature review.

Dalam penelitian yang menggunakan metode Literature review

(LR), ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil

dari studi literatur tersebut dapat diakui kredibilitasnya. Adapun

tahapan-tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut:


54

Bagan 3.1 Diagram Flow Tahapan Literature review

Pengambilan artikel dalam lingkup ASIA


yang dilakukan sesuai dengan kata kunci
melalui database garuda jurnal, sinta
jurnal, pubmed, google scholar

Garuda jurnal (n= 31)


Sinta jurnal (n= 16)
Pubmed (n= 4)
Google schoolar (n=65)
Excluded (n= 80)
n: 116
Problem/populasi :

Tidak sesuai dengan topik (n= 27)

Intervention :

Tidak sesuai dengan intervensi (n= 9)

Outcome :
Seleksi keterkaitan topic dan judul
Tidak ada hubungan (n=8)

Study design :

Systematic review (n=13)

Literature review (n= 23)

Seleksi jurnal berdasarkan tahun terkait


(2016-2021) dan menggunakan bahasa
indonesia maupun bahasa inggris
Jurnal post 2016 (n= 8)
Jurnal pra 2016 (n= 12)
Jurnal bahasa inggris (n=3)
Jurnal bahasa indonesia(n= 13)
Dari hasil seleksi jurnal 5 thn terakhir yg
Excluded (n= 26)
menggunakan b.inggris mupun
b.indonesia (n= 36) Rumusan masalah (n= 12)

Tujuan penelitian tidak sesuai (n =14)

Jurnal yang akan digunakan dalam Yang tidak bisa di akses secara langsung
penelitian Literature review n=0
N: 10
55

b. Penilaian kualitas

Analisis kualitas metodelogi dalam setiap studi (n = 10) dengan

Checklist daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk

menilai kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai ‘ya’,

‘tidak’, ‘tidak jelas’ atau ‘tidak berlaku’ dan setiap kriteria

dengan skor ‘ya’ diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol

lalu setiap skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan.

Critical appraisal untuk menilai studi yang memenuhi syarat

dilakukan oleh para peneliti. Jika skor penelitian setidaknya

50% memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut-

off yang telah ditentukan oleh peneliti studi dimasukkan

kedalam kriteria inklusi. Peneliti mengecualikan studi yang

berkualitas rendah untuk menghindari bias dalam validitas hasil

dan rekomendasi ulasan. Artikel yang akan digunakan oleh

peneliti dalam literature review terdapat sebanyak 10 buah.

Risiko bias dalam literature reviewini menggunakan assesmen

pada metode penelitian masing-masing studi, yang terdiri dari

(Nursalam, 2020):

1) Teori: teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa dan

kredibilitas yang kurang.

2) Desain: desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian .


56

3) Sampel: ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu populasi,

sampel, sampling dan besar sampel yang tidak sesuai

dengan kaidah pengambilan sampel.

4) Variabel: variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi

jumlah, pengontrolan variabel perancu dan variabel lainnya.

5) Instrumen: instrumen yang digunakan tidak memiliki

sensitifitas, spesifikasi dan validitas-reabilitas.

6) Analisa data: analisa data tidak sesuai dengan kaidah

analisis yang sesuai dengan standar

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh subyek yang memenuhi

kriteria yang diterapkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah jurnal nasional dan internasional yang

berkaitan dengan judul penelitian literatur reviewpengaruh Bullying

terhadap perkembangan mental remaja pada siswa.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10

artikel penelitian nasional dan internasional yang berkaitan dengan

judul penelitian pengaruh Bullying terhadap perkembangan mental

remaja pada siswa berdasarkan literature review.


57

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara ataupun metode yang digunakan oleh

peneliti dalam melakukan pengambilan sampel. Teknik sampling pada

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, misalnya berdasarkan tujuan

dan permasalahan penelitian. Berdasarkan karakteristik populasi yang

telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah

penelitian yang akan dilakukan untuk dijadikan sebagai literature

review. Adapun kriteria inklusinya adalah sebagai berikut:

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang berkaitan

dengan pengaruh bullying terhadap perkembangan mental

remaja pada siswa.

2) Artikel penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun

(2016-2021)

3) Tipe artikel penelitian yaitu research article

4) Populasi atau sampel yang dipakai adalah yang sesuai dengan

yang ingin diteliti yaitu seseorang siswa.


58

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan

sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di review. Adapun

kriteria eksklusinya adalah sebagai berikut:

1) Artikel penelitian yang tidak dapat diakses secara penuh (full

text).
59

BAB IV

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Studi

Sepuluh artikel memenuhi kriteria inklusi terbagi menjadi dua

pembahasan berdasarkan topic literature review yaitu bullying pada

remaja di sekolah (6 studi) dan perkembangan mental (4studi) Artikel

yang telah memasuki criteria inklusi merupakan jenis penelitian kuatitatif

dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah rata-rata 168 responden

secara keseluruhan, setiap peneliti membahas tentang bullying dan

perkembangan mental pada remaja.


60

tabel 4.1 hasil pencarian literature

No Author And Years Outcome of Study desain, sample, Summary of result

analysis factors variable, analysis

1 Nelli noviarni, dkk Bullying dan Metode penelitian ini Hasil dari penelitian ini dalam

(2021) mental siswa; peran dalam bentuk menghadapi bullying sebaiknya siswa

keluarga dalam penyuluhan harus bersabar seperti yang diajarkan

islam rasulullah SAW. Ketika kita dihina

maka tetap duduk dan diam yang

artinya kita bersabar dan menyerahkan

kepada allah SWT.

Peran keluarga dalam penelitian ini

yaitu respect, empati dan audibel.

2 Aam aminah teman sebaya Metode penelitian ini Hasil dari penelitian ini bahwa
61

&fitriyah nurdianah terhadap perilaku kuantitatif assosiatif tingkatan teman sebaya yaitu tinggi, hal

(2019) bullying siswa tersebut ditujukan pada presentase

62,5%. Kategori perilaku bullying pada

siswa yaitu sedang, dengan presentase

53,1%.

3 Yessy nur endah Perkembangan Metode IbM Hasil penelitian menujukan bahwa

sary kognitif dan emosi jumlah siswa yang mengikuti kegiatan

psikologi masa pengabdian masyarakat inii sebanyak 68

remaja awal orang (97,1%) dari 70 siswa yang

diundang. 2 siswa yang tidak datang

dikarenakan karena sakit dan ijin karena

ada kepentingan keluarga. Secara

keseluruhan kegiatan pengabdian

masyarakat berjalan dengan lancar dan


62

memberikan manfaat yang besar bagi

siswa, utamanya dalam menambah

pengetahuan tentang perkembangan

kognitif dan emosi psikologi masa

remaja.

4 Helena perkembangan Desain pada penelitian Hasil penelitian menunjukkan Sebanyak

pangaribuan, dkk psikososial remaja ini adalah 30,4% remaja perkembangan

(2019) dengan prilaku kuantitatif dengan 148 psikososialnya normal dan 69,6 %

bullying sampel menggunakan remaja perkembangan psikososialnya

Proportionate tidak normal, Siswa dengan perilaku

Stratified Random yang melakukan prilaku bullying

Sampling dengan 59,5% dan siswa dengan perilaku yang

pendekatan cross tidak melakukan perilaku bullying

sectional di uji dengan 40,5%. Hasil didapatkan nilai sebesar 0,016,


63

menggunakan chis- nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha 0,05.

square.

5 Firsta faizah & Bullying dan Deskriptif analis Berdasarkan penelitian yang telah

zaujatul amn kesehatan mental denan menggunakan dilakukan, maka dapat disimpulkan

(2017) pada remaja random sampling bahwa keterlibatan remaja sebagai

pelaku bullying berkaitan dengan

permasalahan kesehatan mental, dimana

dalam hasil penelitian ini ditemukan

terdapat hubungan negatif dan

signifikan antara bullying dengan

kesehatan mental pada remaja Sekolah

Menengah Atas

6 Dwi haryanti, dkk Perkembangan Penelitian dengan Hasil dari penelitian ini menunjukan

(2016) mental emosional desain deskriptif bahwa terdapat perbedaan


64

remaja komparatif perkembangan mental emosional yang

menggunakan signifikan antara remaja yang tinggal

pendekatan cross dipanti asuhan dan tinggal di rumah,

sectional. Sampel dengan nilai p= 0,006 (p=<0.05),

diambil secara dimana perkembangan mental

purposive sampling. emosional remaja yang tinggal dipanti

asuhan kurang baik dibandingkan

dengan remaja yang tinggal di rumah.

7 Dian rakhmawati Bullying Terhadap Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa,

(2019) Kecerdasan menggunakan metode bentuk bullying yang terjadi berupa

Emosional dan kualitatif dengan bullying verbal, bullying fisik, dan

Kesehatan Mental desain studi kasus bullying relasional. Bentuk bullying

Anak tunggal. Teknik verbal berupa ejekan menggunakan

pengumpulan data nama julukan. Bentuk bullying fisik


65

menggunakan berupa penyerangan yang disertai

observasi, wawancara, pemukulan di berbagai anggota tubuh,

dan dokumentasi. seperti pipi, pantat, dan tangan. Bentuk

Teknik analisis data bullying relasional berupa penolakan

menggunakan teknik untuk masuk kelompok belajar, dan

interaktif Miles dan pengucilan dalam bermain. Faktor yang

Huberman. Uji menyebabkan bullying diantaranya

keabsahan data yaitu rasa dengki, kurang perhatian dari

menggunakan guru kelas maupun keluarga, sikap ingin

triangulasi sumber, terlihat kuat dan keren, dan rasa balas

triangulasi teknik, dan dendam yang ia miliki. Kejadian di

triangulasi waktu. masa lalunya sangat berpengaruh

terhadap perubahan sikap dan emosi

anak. Perilaku anak dalam sehari-hari


66

dapat berubah setelah mengalami

bullying baik sebagai korban maupun

pelaku. Pengaruh yang ditimbulkan oleh

bullying terhadap kecerdasan emosi dan

kesehatan mental adalah anak menjadi

pribadi yang pemurung, pesimis, apatis

terhadap lingkungan sekitar, penurunan

nilai akademik dan mudah menangis

jika anak tersebut sebagai korban.

Sedangkan pribadi yang senang diatas

penderitaan orang lain, merasa kuat, dan

mudah marah jika keinginannya tidak

terkabul jika anak tersebut sebagai

pelaku.
67

8 Yunita bulu, dkk Faktor-faktor yang Penelitian ini bersifat Hasil penelitian ini menunjukan faktor
korelasional dan
(2019) mempengaruhi teman sebaya dengan nilai signifikan
menggunakan pendekatan
perilaku bullying 0,003 (p= <0,05) dan nilao OR sebesar
cross sectional. Teknik
pada remaja awal. 5,0 faktor media sosial engan nilai
sampling menggunakan

total sampling. Metode signifikan 0,006 (p= <0,05) dan nila OR

analisa data yang sebesar 3,857. Seta faktor lingkungan


digunakan yaitu odds
sosial dengan nilai signifikan 0,004 (p=
ratio.
<0,05) dan nilai OR sebesar 4,5.

9 Sufriani, eva Faktor yang Desain penelitian Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

purnama sari mempengaruhi menggunakan adanya hubungan antara faktor individu

(2017) bullying pada anak deskriptif korelasi (P-value = 0,000), faktor keluarga (P-

usia sekolah melalui pendekatan value = 0,000), faktor teman sebaya (P-

cross sectional study. value = 0,003), faktor sekolah (P-value

Teknik sampling = 0,048), faktor media (P-value =


68

menggunakan purpose 0,042) dengan tindakan bullying pada

sampling. Dan analisa anak usia sekolah. Diharapkan pihak

data menggunakan uji sekolah dapat meningkatkan

chi square. kedisiplinan di sekolah dan memberikan

bimbingan konseling pada anak pelaku

bullying , bagi orangtua agar

menghindari memberi hukuman dengan

kekerasan.

10 Sri dewi ani & tati bullying verbal di Penelitian ini hasil pengolahan statistik diperoleh

murhayati lingkungan sekolah menggunakan metode koefisien. pada uji koefesien

(2019) terhadap kuantitatif determinasi diperoleh nilai 56%, hal ini

pekembangan menunjukkan bahwa pengaruh bullying

perilaku siswa verbal di lingkungan sekolah terhadap

perkembangan perilaku siswa sebesar


69

56% dan sisanya dipengaruhi oleh

faktor lain.
70

2. Karakteristik Responden Studi

Responden dalam studi literatur ini adalah jurnal nasional dan

internasional yang berkaitan dengan judul penelitian literatur review

pengaruh Bullying terhadap perkembangan mental remaja pada siswa.

B. Pembahasan

1. Analisa perilaku bullying

KPAI (komisi perlindungan anak indonesia) menyatakan sudah mencatat

dalam kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381

pengaduan kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying baik di pendidikan

maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya

terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, UNICEF (united nations

international children’semergency fund) juga menyebutkan mengenai

tingkatan bullying disekolah lebih dari satu dari tiga siswa berusia 13-15

tahun mengalami bullying, dan jumlah proporsi yang sama juga terlibat

dalam perkelahian fisik. Dari data UNICEF terebut di jelaskan juga

sekitar 16,1% anak-anak yang mendapatkan perlakuan bullying

mengalami kekerasan fisik dan 11,2% juga mengalami kekerasan seksual

di kalangan remaja. Ironisnya Pada 39 negara industri, sekitar 17 juta

remaja mengakui telah melakukan bullying terhadap orang lain di sekitar

sekolah dan sekitar 25% dari kalangan muda yang mengalami

bullying.Bahkan diantara mereka menganggap bahwa bullying ini hanya

sekedar gurauan semata saja, padahal ini bisa menyebabkan gangguan


71

pertumbuhan dan kesehatan mental. Banyak sekali pemahaman salah

mengenai bullying. Padahal dengan pemahaman yang tepat serta edukasi

yang tepat, angka kematian atau kesehatan mental karena bullying

tersebut dapat di cegah, sehingga tidak banyak remaja yang mengsalah

artikan bercandaan mereka dengan perilaku bullying.

Bullying kerap sering kali muncul baik di luar lingkungan sekolah

maupun di dalam lingkungan sekolah. Dalam artikel yang di inklude

terdapat enam artikel yang mebahas tentang bullying . Penelitian yang

dilakukan oleh faizah,dkk. 2017 upaya mencegah dan mengatasi bullying

perlu dilakukan tindakan intervensi pada pihak pelaku terlebih dahulu,

hal ini di karenakan pelaku bullying cenderung melibatkan lebih dari

satu orang untuk melakukan tindakan tidak terpuji seperti bullying ,

sehingga membuat kasus ini meningkat setiap tahun nya karena semakin

banyaknya individu yang menjadi pelaku maupun korban. Hasil

penelitian ini di dapatkan bahwa terdapat 15 % kaitan bullying terhadap

kesehatan mental remaja dan terdapat hubungan negatif dan signifikan

antara bullying dan kesehatan mental pada remaja.

Sementara itu penelitian yang dilakukan aminah, dkk. 2019 siswa

(remaja) cenderung bergaul dengan teman sebaya dan membentuk group

bermain dansering melakukan bullying secara verbal seperti menghina,

mengejek dan mengeluarkan kata-kata tidak sopan, dari penelitian


72

tersebut di dapatkan hasil 62,5% tingkatan teman sebaya pada

siswa/remaja ialah tinggi dan sering melakukan tindakan bullying dan

kebanyakan yaitu bullying secara verbal. Perilaku bullying memang dapat

di pengaruhi dari teman sebaya, di buktikan dengan nilai koefesien

regresi 0,657. Dengan demikian dapat di artikan bahwa semakin tinggi

pengaruh teman sebaya, maka semakin tinggipula perilaku bullying,

demikian juga sebaliknya semakin rendah pengaruh teman sebaya maka

semakin rendah pula perilaku bullying.

Timbulnya sebuah bullying terjadi pada saat seseoramg merasa dirinya

selalu benar dan bullying tersebut di sebabkan karena adanya beberapa

faktor seperti hausakan kekuasaan, rasa dengki, meniru tindakan di

televisi, peindasan, dan penyiksaan. Seperti halnya Penelitian yang

dilakukan sufriani,dkk. 2017 Faktor penyebab tindakan bullying perlu

diidentifikasi untuk mencegah tingginya angka bullying di

sekolah,bedasarkan hasil uji chi-squaredapat disimpulkan bahwasebagian

besar (46,8%) pelaku bullying merasa lebih baik memukul terlebih

dahulu daripada dipukul oleh orang lain, hal ini disebabkan karea adanya

faktor yang mempengaruhi bullying bahwa tindakan bullying

dilatarbelakangi kekhawatiran akan diri, cemas akan disakiti oleh orang

lain. Sehingga terdapat hubungan faktor individu, faktor keluarga, faktor

teman sebaya, dan media dengan tindakan bullying,


73

Berbeda dengan penelitian yang di lakukan yunita bulu,dkk.2019 Faktor

teman sebaya, media sosial dan lingkungan berpengaruh signifikan

terhadap perilaku bullying pada remaja awal (57,7%)

Dari beberapa penelitian diatas disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

antara bullying dengan perkembangan mental pada remaja. Hal ini

disebabkan karena adanya dampak yang dapat berpengaruh dan beresiko

pada perkembangan dan kesehatan mental remaja. Ada beberapa faktor

penyebab diantaranya faktor teman sebaya, faktor lingkungan, faktor

keluarga, dan faktor individu yang dapat mengakibatkan terjadinya

perilaku bullying dan dapat mempengaruhi perkembangan mental remaja.

Kurangnya edukasi dan informasi terkait dampak dari bullying karena di

anggap hanya sebagai becandaan, gurauansemata, dan haus akan

kekuasaan saja untuk kalangan para remaja. Upaya yang dapat dilakukan

dengan mengubah kebiasaan buruk dan meningkatkan edukasi dengan

metode peer education atau pendidikan teman sebaya dikalangan remaja

atau lingkungan tentang bullying agar dapat membuka wawasan seluruh

remaja mengenai pengatuh bullying terhadap perkembangan mental

remaja. Selain itu harus di sertai dukungan keluarga. Terutaman yang

paling rentan dengan kesehatan mental.

2. Analisa perkembangan mental pada remaja


74

Pada dasarnya perkembangan mental terus berkembang pada remaja.

Masalah mental yang tidak diselesaikan dengan baik, akan memberikan

dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di kemudian

hari, terutama terhadap pematangan karakter dan memicu terjadinya

gangguan perkembanganmental emosional. Hal ini disebabkan karena

gangguan perkembangan mental emosional berdampak terhadap

meningkatnya masalah perilaku pada saat dewasa kelak. Seperti

penelitian yang di lakukan daryanti,dkk. 2016 di dapatkan perbedaan

yang bermakna yakni perkembangan mental emosional remaja pada

kelompok panti asuhansebagian besar perkembangan mental

emosionalnya kurang baik 14 (70%) responden. Sedangkan,

perkembangan mental emosional remaja pada kelompok yang tinggal di

lingkungan rumah sebagian besar perkembangan mental emosionalnya

baik sebanyak 47 (55,3%) responden. Dapat disimpulkan bahwa di panti

asuhan perkembangan mental sangat kurang baik. Hal tersebut

disebabkan karena banyak hal dan kondisi yangdpt menimbulkan tekanan

(stress) dalam masa remaja di panti asuhan. Sedangkan lingkungan dan

kesehatan mental pada orangtua sangat penting pada perkembangan anak.

Sehingga Terdapat perbedaan yang bermakna antara perkembangan

mental emosional antara remaja yang tinggal di panti asuhan dengan

yang tinggal di rumah.


75

Sementara Penelitian dari pangaribuan,dkk.2019. hasil penelitian

didapatkan bahwa Sebanyak 30,4% remaja perkembangan psikososialnya

normal dan 69,6 % remaja perkembangan psikososialnya tidak normal,

Siswa dengan perilaku yang melakukan prilaku bullying 59,5% dan

siswadengan perilaku yang tidak melakukan perilaku bullying 40,5%.

Hal ini dikarenakan remaja dengan perkembangan psikososial normal

memiliki distribusi melakukan perilaku bullying yang tinggi namun

remaja dengan perkembangan psikososial yang tidak normal

distribusimelakukan perilaku bullying lebih tinggi lagi. Sehingga adanya

hubungan antara perkembangan psikososial remaja dengan perilaku

perkembangan remaja.

Berbeda dengan penelitian nurendah 2017 dengan metode

penyuluhan.Masa remaja awal merupakan masa ketika seorang anak

tumbuh ke tahap menjadi seseorang yang dewasa yang tidak dapat

ditetapkan secara pasti. Masa remaja awal yaitu antara umur 12-15 tahun.

Pada masa ini, remaja mulai mempunyai kapasitas untuk memperoleh

dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya

dikarenakan pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf

yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Di

samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran

saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau

celah sentral). Prontabel lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif


76

tingkat tinggi, seperti misalnya kemampuan merumuskan perencanaan

strategis atau kemampuan mengambil keputusan. Selain itu remaja juga

mengalami puncak emosionalitasnya dan perkembangan emosi tingkat

tinggi. Sehingga perkembangan emosi remaja awal ini menunjukkan sifat

sensitive, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah

tersinggung, marah, sedih dan murung) dan remaja yang berkembang di

lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalitasnya

terhambat sehingga akan mengakibatkan tingkah laku negatif misalnya

agresif, lari dari kenyataan. Pada penelitian ini didapatJumlah siswa yang

mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat inii sebanyak 68 orang

(97,1%) dari 70 siswa yang diundang. 2 siswa yang tidak datang

dikarenakan karena sakit dan ijin karena ada kepentingan keluarga.

Secara keseluruhan kegiatan pengabdian masyarakat berjalan dengan

lancar dan memberikan manfaat yang besar bagi siswa, utamanya dalam

menambah pengetahuan tentang perkembangan kognitif dan emosi

psikologi masa remaja. Sehingga terdapat perubahan kejiwaan pada

remaja kerap berkaitan dengan perubahan emosi, dan perkembangan

intelegensi.
77

3. Pengaruh bullying terhadap perkembangan mental remaja

Penelitian yang dilakukan oleh rakhmawati, 2019. Pengaruh yang

ditimbulkan oleh bullying terhadap kecerdasan emosi dan kesehatan

mental menjadikan anak pribadi yang pemurung, pesimis, apatis terhadap

lingkungan sekitar, penurunan nilai akademik dan mudah menangis jika

anak tersebut sebagai korban. Sehingga perkembangan mental pada

remaja terganggu. Remaja menjadi tidak percaya diri dengan lingkungan

sekitar ataupun lingkungan sosialnya. Sementara penelitian dari (sri dewi

ani dan tati nurhayati, 2019) Terdapat pengaruh yang baik antara

Bullying Verbal terhadap Perkembangan Perilaku Siswa, hal tersebut

dibuktikan dengan hasil pengolahan data yang diperoleh angka R Square

(r2) sebesar 0,560. r2 x 100% = 0,560 x 100% = 56%, artinya terdapat

pengaruh sebesar 56% antara variabel X dan variabel Y, terletak diantara

interval 56% - 75%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang baik

antara Bullying Verbal Di Lingkungan Sekolah Terhadap Perkembangan

Perilaku Siswa.

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kasus bullying setiap

tahunnya semakin meningkat dan bullying yang seringterjadi di

lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat kerap membawa

pengaruh tersendiri pada masa pertumbungan dan perkembangan baik

perilaku mapun mental pada remaja, terutama dalam membentuk karakter


78

yang ada pada dirinya. Bullying ini bisa memberi dampak buruk bagi

pala pelakunya maupun korban. Dampak dari bullying ini bisa

berdampak serius pada korban seperti gangguan harga diri, kepercayaan

diri yang rendah, tidak mampu berinteraksi dengan sosial, stress bahkan

sampai bunuh diri. Hal ini di karenakan perkembangan pada mentalnya

terganggu akibat perbuatan bullying tersebut. Maka dari itu kita harus

mengurangi angka kesakitan dan kematian bullying pada remaja dengan

cara stop bullying dan mulai menghargai sesama manusia.


79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari 10 artikel yang telah ditemukan, maka dapat di

simpulkan bahwa :

1. Terindentifikasi berdasarkan hasil uji dari setiap jurnal yang telah

direview, menunjukan hasil yang bermacam-macam. faktor yang

mempengaruhi bullying dapat disebabkan dengan banyaknya faktor

seperti teman sebaya, faktor lingkungan dan faktor sosial terhadap

remaja.

2. Teridentifikasi berdasarkan hasil peneliti yang telah dilakukan

menunjukan bahwa perkembangan mental remaja berdampak pada

psikologi remaja seperti gangguan harga diri, lepercayaan diri rendah

tidak mampu berinteraksi sosial, korbn menjadi pemurung, stress bahkan

sampai bunuh diri.

3. Teranalisis pengaruh antara bullying terhadap perkembangan mental

remaja dapat disebabkan karena adanya dampak yang dapat berpengaruh

dan berdampak pada perkembangan dan kesehatan mental remaja. Ada

faktor lain yang mempengaruhi diantaranya faktor teman sebaya, faktor

lingkungan, faktor keluarga, dan faktor individu yang dapat

mengakibatkan terjadinya perilaku bullying dan dapat mempengaruhi

perkembangan mental remaja yang berdampak serius seperti gangguan

harga diri, stress, dan kurangnya percaya diri. Hal tersebut bisa terjadi
80

karena kurangnya edukasi dan informasi terkait dampak dari bullying

karena di anggap hanya sebagai becandaan, gurauan semata, dan haus

akan kekuasaan saja untuk kalangan para remaja. Remaja merupakan

kelompok rentan akan perkembangan emosional dan psikologi. Situasi

seperti ini harus diimbangi dengan pemahaman terhadap dampak

bullying. Sehingga perlu adanya pengurangan tindakan bullying dengan

dilakukan pencegahan seperti program edukasi atau penyuluhan. Serta

melakukan tindak lanjut seperti dukungan keluarga.

B. Saran

1. Bagi instansi pendidikan keperawatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mereferensi atau memberikan

koodinasi dosen maupun mahasiswa mengenai Pengaruh Bullying

Terhadap Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa.

2. Bagi siswa siswi

Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa siswi dapat mencegah dan

Menambah pengetahuan mengenai Pengaruh Bullying Terhadap

Perkembangan Mental Remaja.

3. Bagi pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi tenaga

kesehatan untuk meningkatkan dan menerapkan ke masyarakat tentang

Pengaruh Bullying Terhadap Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa.

4. Bagi peneliti
81

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan informasi

atau tambahan materi pembelajaran terkait Pengaruh Bullying Terhadap

Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan untuk peneliti selanjutnya serta sebagai bahan

acuan yang ingin meneliti mengenai Pengaruh Bullying Terhadap

Perkembangan Mental Remaja Pada Siswa.


82

DAFTAR PUSTAKA

Destianty, i. c. (2020). Terpadu, Study Fenomenologi: Tindakan Amoral Saksi Dan


Korban Bullying Pada Remaja Awal Di Sekolah Berbasis Islam. Jurnal
Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan , 34-43.

Haryanti, D. (2016). Perkembangan Mental Emosional Remaja Di Panti Asuhan.


Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Issn 2338-2090 , 97-104.

Zakiyah, S. H. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying.


Jurnal Penelitian & PPM ISSN:2448X Vol, No :2 , 129-389.

Chan, d. (2019). The Impact Of Bullying On The Confidence.Jurnal Pendas Mahakam.


Vol 4 (2) , 152-157.

Nauli, J. V. (2017). Analisis Kondisi Bullying Pada Anak Usia Sekolah.Jurnal Ners
Indonesia, Vol.7 No.2 , 11-19.

Faizah, D. (2017). Bullying Dan Kesehatan Mental Remaja Sekolah Menengah


Atas Di Banda Aceh. International Journal Of Child And Gender
Studies , 78-84.

Herman, K. (2020). Edukasi Family Therapy Mencegah Bullying Pada Anak: Literature
Review. Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung , 41 - 51.

Pangaribuan, D. (2019). Hubungan Antara Perkembangan Psikososial Remaja


Dengan. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.13 No.2 , 102-107.

Sunnah, N. D. (2019). Pembinaan Kesehatan Mental Di Era Digital Untuk Remaja.


Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) , 49-55.

KEMENPPPA. (2018). bullying -kpp-pa.

KEMKES . 2019. pusdatin, profil kesehatan indonesia.

kholifah, s. (2019). Pengaruh Bullying Terhadap Konsep Diri Remaja. Jurnal Kesehatan
Mesencephalon, Vol.5 No.2, , 100-106.

KPAI. 2018. KPAI : Sepanjang 2018, Kasus Cyberbully Meningkat.

KPAI. 2020. KPAI : sejumlah ksus bullying sudah warnai catatan masalah anak.
83

M1, M. H. (2019). Hubungan Konsep Diri Pada Remaja Terhadap Kemampuan. Jurnal
Ners Indonesia, Vol. 9, No. 1, , 51-59.

Mintasrihardi, A. K. (2019). Dampak Bullying Terhadap Perilaku Remaja. Jurnal Ilmu


Administrasi Publik Vol. 7 No. 1 , 44-55.

Mirza, T. A., Sambas, N., & W., C. (2020). Legal Protection For Children Victim Of
Bullying Which Causing Mental. Jurnal Hukum Kesehatan Vol 6 (2) ,
200-219.

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf Ln., M. (2016). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.
Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.

Putro, k. z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama Volume 17, Nomor 1, , 25-32.

Rahayu, b. a. (2019). Bullying di Sekolah : Kurangnya Empati Pelaku Bullying dan


Pencegahan. jurnal keperawatan Vol 7, No 3 (2019) .

damayanti, o. n. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Bullying . Jurnal


Rechtens, Vol. 9, No. 2, Desember 2020 , 153-168.

Sari, Y. N. (2017). Perkembangan Kognitif Dan Emosi Psikologi. Jurnal


Pengabdian Kepada Masyarakat. Volume 1, No. 1, Issn: 2579-7905 ,
6-12.

Ani, T. N. (2019). Pengaruh Bullying Verbal Di Lingkungan Sekolah. Jurnal Edueksos


Vol. Viii, No. 2 , 88-101.

Sufriani, D. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Bullying Pada Anak Usia


Sekolah. Idea Nursing Journal Vol. Viii No. 3 .

Wulanyani, I. G. (2019). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Dan Kontrol Diri
Terhadap Perundungan. Jurnal Psikologi Udayana Vol 6 No 1 , 182-192.

Susanti, E. M. (2017). Gambaran Perkembangan Mental Emosional Pada Remaja.


Unissula Press ( Isbn 978-602-1145-69-2 ) , 38-44.

Bulu, N. M. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Remaja


Awal. nursing new vol 4 no 1 , 55-66.
84

LAMPIRAN 3

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulisfirsta faizah, dkk, Tahun 2017

Nomor 01

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan
reabilitas ? 

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang 


faktor atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor 


atau variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji 


statistik yang digunakan dan sesuai?
85

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis . sufriani,dkk Tahun 2017

Nomor 03

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan 


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?
86

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktavia Tanggal 21 juni 2021

Penulis dwi haryanti,dkk Tahun 2017

Nomor 03

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?
87

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis yessy nur endah sari Tahun 2016

Nomor 02

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design


88

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis helena pangaribuan,dkk Tahun 2019

Nomor 02

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?
89

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis yunita bulu,dkk Tahun 2019

Nomor 01

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?
90

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis dian rakhmawati Tahun 2019

Nomor

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?
91

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis sri dewi ani,dkk. Tahun 2019

Nomor 2

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?
92

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis nelli noviarni,dkk. Tahun 2021

Nomor 1

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?
93

JBI Kritis Appraisal Checklist untuk Studi Cross Sectional Design

Reviuwer hopipah oktapia Tanggal 21 juni 2021

Penulis aam aminah,dkk Tahun 2019

Nomor 1

No Pertanyaan Iya Tidak Tidak Tidak


jelas ada

1. Apakah terdapat kriteria inklusi pada


artikel tersebut?

2 Apakah pengaturan dan pemilihan


responden dijelaskan secara detail?

3 Apakah terdapat penjelasan cara


melakukan uji validitas dan reabilitas ?

4 Apakah terdapat penjelasan tentang


penentuan kriteria dalam uji validitas
reabiitas? 

5 Apakah terdapat penjelasan tentang faktor 


atau variabel pengganggu?

6 Apakah dijelaskan tentang faktor atau 


variabel penggangu ?

7 Apakah terdapat penjelasan uji statistik 


yang digunakan dan sesuai?

Anda mungkin juga menyukai