Anda di halaman 1dari 161

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


MENSTRUASI DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI
MENARHCE PADA SISWI MADRASAH IBTIDAIYAH
NURUL FALAH DESA TANJAKAN MEKAR
KABUPATEN TANGERANG

OLEH :
NENENG SOLEHA
NIM. 171030100255

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


JURUSAN S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


MENSTRUASI DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI
MENARHCE PADA SISWI MADRASAH IBTIDAIYAH
NURUL FALAH DESA TANJAKAN MEKAR
KABUPATEN TANGERANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

NENENG SOLEHA

NIM. 171030100255

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


JURUSAN S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBARAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI


DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI
MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL FALAH DESA TANJAKAN
MEKAR KABUPATEN TANGERANG

Telah disetujui untuk diajukan di hadapan Dewan Penguji Proposal Skripsi


Jurusan S-1 Keperawatan STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang

Pamulang, 28 April 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Dhia Diana F.,S.Kep.,M.Kep Desy Darmayanti,SST.,M.Kes


NIDN. 0401049302 NIDN. 0408127304

Mengetahui,
Kepala Jurusan S.1 Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani, Skep, M.kep


NIDN. 0317107603

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Yang Berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI


DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI
MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL FALAH DESA TANJAKAN
MEKAR KABUPATEN TANGERANG

Telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi dan Perbaikan sesuai dengan Saran Dewan
Penguji serta diperiksa oleh Tim Pembimbing Skripsi STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang

Pamulang, , 2021
Penguji I Penguji II

Ns.Rita Dwi Pratiwi,S.Kep.,MSc Ns.Desy Darmayanti,SST.,M.Kes


NIDN. 0412028703 NIDN. 0408127304

Mengetahui,
Ketua Stikes Widya Dharma Husada Tangerang,

N.Riris Andriati,S.kep.,M.kep
NIDN. 0417108201

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Neneng Soleha

NIM : 171030100255

Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Maret 1999

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) yang berjudul “HUBUNGAN

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN

KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI MADRASAH

IBTIDAIYAH NURUL FALAH DESA TANJAKAN MEKAR KABUPATEN

TANGERANG” adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan

ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Tangerang, 26 Juli 2021


Yang membuat pernyataan,

Neneng Soleha
171030100255

v
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
JURUSAN S1 KEPERAWATAN

SKRIPSI, TAHUN 2021

NENENG SOLEHA
171030100255

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN


KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI MADRASAH IBTIDAIYAH
NURUL FALAH
VI Bab + 145 halaman + 2 bagan + 8 tabel + 14 lampiran

ABSTRAK
Berdasarkan data dari WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja yang berumur
10-19 tahun, sekitar 900 juta berada di Negara sedang berkembang seperti Negara Amerika serikat
menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% dan Asia pasifik jumlah penduduk
remaja 10-19 tahun 60%. Menurut WHO usia menarche pertama kali usia 9-12 tahun, sedangkan
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2014 terdapat 5,2% anak–anak di Indonesia memasuki usia
menarche dibawah usia 12 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche. Metode
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan desain analitik dengan
pendekatan cross sectional. Tektik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik total sampling. Data yang dikumpulkan dengan cara menggunakan kuesioner. Jumlah
sampel sebanyak 67 responden siswi di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah tahun 2021. Analisis
data menggunakan uji spearman’s rho dengan nilai signifikan (α< 0,05). Hasil penelitian ini
diperoleh Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah
menunjukkan bahwa hampir setengah responden tingkat pengetahuan siswi dengan kategorik
baik 20 (29,9%) dan sebagian kecil yang memiliki tingkat pengetahuan cukup 11 (16,4%) dan
hampir setengah responden 36 (53,7%) siswi yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan
Diketahui bahwa hampir setengah responden 23 (34,3%) tidak siap menghadapi menarche dan 44
(65,7%) responden siap menghadapi menarche. Hasil uji statistik diperoleh nilai (p-value=
0,00<0,05). Kesimpulan ini menunjukkan bahwa terdapat Huubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah
Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang. Saran Diharapkan agar memberikan pendidikan
lebih mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang menstruasi pada siswi diintegrasikan
dalam mata pelajaran IPA.

Kata kunci : Tingkat Pengetahuan Menstruasi, Kesiapan menarche

Jumlah Referensi : 39 (2002-2021)

vi
UNDERGRADUATE NURSING MAJOR
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

THESIS, YEAR 2021

NENENG SOLEHA
171030100255

RELATIONSHIP LEVELS OF KNOWLEDGE ABOUT MENSTRUATION WITH


READINESS TO FACE MENARCHE ON STUDENTS OF MADRASAH IBTIDAIYAH
NURUL FALAH
VI Chapter + 145 page + 8 table + 2 chart + 14 attaches

ABSTRACT
Based on data from the WHO, about one-fifth of the world's population are adolescents aged 10-19
years, about 900 million are in developing countries such as the United States, showing the
number of adolescents aged 10-19 years is around 15% and Asia Pacific has a population of 10-19
adolescents. year 60%. According to WHO, the age of first menarche is 9-12 years old, while
based on the results of Riskesdas in 2014 there are 5.2% of children in Indonesia entering the age
of menarche under the age of 12 years. The purpose of this study was to determine the
relationship between the level of knowledge about menstruation with readiness to face menarche.
This research method is a quantitative research and uses an analytical design with a cross
sectional approach. The sampling technique in this study used a total sampling technique. Data
collected by using a questionnaire. The number of samples was 67 female respondents at
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah in 2021. Data analysis used the spearman's rho test with a
significant value (α < 0.05). The results of this study obtained that the level of knowledge about
menstruation in Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah students showed that almost half of the
respondents had a good knowledge level of 20 (29.9%) and a small proportion who had sufficient
knowledge level of 11 (16.4%) and almost half respondents 36 (53.7%) students who have a low
level of knowledge and it is known that almost half of respondents 23 (34.3%) are not ready to
face menarche and 44 (65.7%) respondents are ready to face menarche. The results of the
statistical test obtained a value (p-value = 0.00 <0.05). This conclusion shows that there is a
relationship between the level of knowledge about menstruation and readiness to face menarche in
Islamic boarding school students Ibtidaiyah Nurul Falah, Tanjakan Mekar Village, Tangerang
Regency. Suggestions It is hoped that providing more education about reproductive health,
especially about menstruation to female students, is integrated into natural science subjects.

Keywords: Menstrual Knowledge Level, Menarche Readiness

Number of References : 39 (2002-2021)

vii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan

judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan

Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa

Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana program S1 Keperawatan di STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti menyadari banyak mmenemukan

kesulitan, dan tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin peneliti dapat

menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkan peneliti

menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr. (HC) Drs. H. Darsono Selaku Ketua Yayasan STIKes Widya

Dharma Husada Tangerang.

2. Ns.Riris Andriati, S.Kep,M.Kep Selaku Ketua STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang.

3. Muhamad Zulfikar Adha,S.Km.,M.Kep Selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

4. Siti Novy Romlah, S.ST., M.Epid Selaku Wakil Ketua II Bidang

Administrasi kepegawaian STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

5. Ida Listiana,SST.,M.Kes Selaku Wakil Ketua III Bidang

Kemahasiswaan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

viii
6. Ns.Dewi Fitriani,S.kep.,M.Kep Selaku Ketua Jurusan S1 Keperawatan

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

7. Ns.Andini Restu Marsiwi,S.Kep.,M.Kep Selaku Wali Kelas Semester 8

di STIKes Widya Dharma Husada.

8. Ns.Dhia Diana,S.Kep.,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing Materi I yang

telah banyak memberikan pengarahan dan bantuan dalam menyusun

skripsi ini.

9. Desy Darmayanti,SST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Teknis II

yang telah banyak memberikan pengarahan dan bantuan dalam

menyusun skripsi ini.

10. Seluruh Dosen beserta Staf Tata Usaha STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta

fasilitas dalam mengikuti pendidikan hingga penyelesaian skripsi ini.

11. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan,

motivasi serta Do’a dalam menyusun skripsi ini.

12. Kawan-kawan STIKes Widya Dharma Husada Angkatan 2017

khususnya sahabat-sahabat saya Lia Yulyanah, Alda Resma,

Sukmawati, Hopipah, Bintang, Adun yang selalu memberikan dukungan

satu sama lain dan membantu dalam menyusun proposal ini.

Penulis menyadari dengan berbagai keterbatasan dalam membuat skripsi ini,

penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan

skripsi ini.

ix
Akhir dari kata semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umum dan profesi Keperawatan

khususnya.

Pamulang, 18 Februari 2021

Peneliti

Neneng Soleha

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

LEMBARAN PERSETUJUAN.............................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iv

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................vii

KATA PENGANTAR..........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii

DAFTAR BAGAN.................................................................................................xv

DAFTAR DIAGRAM............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................xviii

MOTTO................................................................................................................xix

LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................6

C. Pertanyaan Penelitian..........................................................................7

D. Tujuan Penelitian................................................................................8

E. Manfaat Penelitian..............................................................................9

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori.....................................................................................10

B. Peneliti Terkait..................................................................................42

C. Kerangka Teori Penelitian................................................................44

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPRASIONAL

A. Kerangka Konsep..............................................................................45

B. Definisi Oprasional...........................................................................47

C. Hipotesis...........................................................................................48

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian..............................................................................49

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................49

C. Populasi dan Sampel.........................................................................49

D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data...........................................51

E. Pengolahan dan Analisa Data...........................................................58

F. Etika Penelitian.................................................................................60

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.................................................................................63

B. Pembahasan ......................................................................................69

C. Hambatan Peneliti.............................................................................85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................86

B. Saran ................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................88

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Oprasioanal............................................................................47

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Tentang Menstruasi.......53

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kesiapan Menghadapi Menarche........54

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat PengetahuanTentang Menstruasi........56

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Timgkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

dengan Kesiapan Menghadapi Menarche..........................................57

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas pada siswi

di Madrsah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar

Kabupaten Tangerang.........................................................................64

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di

Madrsah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar

KabupatenTangerang..........................................................................64

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

di Madrsah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar

Kabupaten Tangerang.........................................................................65

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Siswi di Madrsah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.................65

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan Menghadapi

Menarche Pada Siswi di Madrsah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa

Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang..............................................66

xiii
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah

xiii
Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang............................................................................................66

Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan

Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang................68

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori....................................................................................44

Bagan 3.1 Kerangka konsep..................................................................................46

xv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Karakteristik Kelas Responden ........................................................70

Diagram 5.2 Karakteristik Umur Responden ........................................................72

Diagram 5.3 Karakteristik Pekerjaan Orang Tua...................................................75

Diagram 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Menstruasi........77

Diagram 5.5 Distribusi Frekuensi Kesiapan Menghadapi Menarche....................79

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 2 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 : Surat Balasan Ijin Uji Validitas

Lampiran 4 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 6 : Kartu Bimbingan Proposal Skripsi Pembimbing I

Lampiran 7 : Kartu Bimbingan Proposal Skripsi Pembimbing II

Lampiran 8 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 9 : Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Menstruasi

Lampiran 10 : Kuesioner Kesiapan Menghadapi Menarche

Lampiran 11 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 12 : Hasil Uji Univariat

Lampiran 13 : Hasil Uji Bivariat

Lampiran 14 : Dokumentasi Penelitian

xvii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Neneng Soleha

Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 11 Maret 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Kp.Jungkel RT/RW 06/02 Desa Tanjkan Mekar

Kec. Rajeg Kab.Tangerang

E-mail : neng7406@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah (Tamat Tahun 2011)

2. MTNSN 1 Tangerang (Tamat Tahun 2014)

3. SMK Kesehatan Bina Prestasi Tangerang (Tamat Tahun 2017)

xviii
MOTTO

“sukses bukanlah akhir, kegagalan tidak fatal, yang terpenting adalah


keberanian untuk melanjutkan. Jangan lupa berterimakasih kepada diri
sendiri dan love yourself”

xix
LEMBAR PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karya kecil ini untuk orang-orang yang kucinta yang selama
ini sudah menjadi support system selama penyusunan Skripsi ini :

Keluarga ku

Dan

Diriku sendiri

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja atau “adolescence” (Inggris) berasal dari bahasa Latin “adolescere”

yang berarti tumbuh kearah kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya

kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikososial. Menurut

WHO batas usia remaja adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara

10-19 tahun dan belum menikah. Menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Sari,

R. J., 2018) Seiring dengan perkembangan biologis, maka pada usia tertentu

seseorang akan mencapai tahapan kematangan organ-organ seks, yang

ditandai dengan haid pertama atau yang disebut menarche

Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang paling

besar dari penduduk dunia. Menurut WHO sekitar seperlima dari penduduk

dunia adalah remaja yang berumur 10-19 tahun, sekitar 900 juta berada di

Negara sedang berkembang seperti Negara Amerika serikat menunjukkan

jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% dan Asia pasifik jumlah

penduduk remaja 10-19 tahun 60% (Puspita, 2015). Menurut WHO usia

menarche pertama kali usia 9-12 tahun, sedangkan berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2014 terdapat 5,2% anak–anak di Indonesia memasuki usia

menarche dibawah usia 12 tahun. Sebesar 25,3% remaja putri mengalami

menarche pada usia menjelang 12 tahun (Kemenkes, 2014). Menarche terjadi

1x
1
2

pada usia 10-15 tahun, namun ada juga yang mengalami lebih cepat atau

dibawah usia tersebut. Prawirohardjo (2014) dalam M Hafidha (2020).

Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia

10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum

memasuki masa reproduksi (Proverawati, 2009 dalam Dwi Retnaningsih,

2018). Membaiknya standar kehidupan berdampak pada penurunan usia

menarche ke usia yang lebih muda (menarche dini). Indonesia menempati

urutan ke-15 dari 67 negara dengan penurunan usia menarche mencapai 0,145

tahun per dekade. Pergeseran usia menarche ke usia yang lebih muda, akan

menyebabkan remaja putri mengalami dampak stres emosional (M.

Fajriannor, TM., 2018).

Indonesia mengalami angka penurunan menarche berdasarkan hasil data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diketahui bahwa terdapat 5,2% anak-

anak di Indonesia memasuki usia menarche dibawah usia 12 tahun dan sebesar

25,3% remaja putri mengalami menarche pada usia menjelang 12 tahun

(Kemenkes RI, 2013). Membaiknya standart kehidupan berdampak pada

penurunan usia menarche ke usia yang lebih muda (menarche dini),

pergeseran usia menarche ke usia yang lebih muda akan menyebabkan remaja

putri mengalami dampak stress emosional (Dina, 2014).


3

Selama ini sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan tentang

masalah menstruasi dalam kelauarga, sehingga remaja awal kurang memiliki

pengetahuan yang cukup baik tentang perubahan fisik dan psikologis terkait

menarche. Kurangnya pengetahuan tentang reproduksi khususnya menstruasi

pada remaja putri dapat berdampak pada kesiapan dalam menghadapi

menarche. Kesiapan atau ketidaksiapan menghadapi menarche berdampak

pada reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi pertama yang

berdapat positif atau negatif. Pengetahuan menstruasi dapat distimulus dari

berbagai faktor, diantaranya sosial ekonomi, kultur , pendidikan,

pengalaman,usia. Bagi remaja putri mengenai tingkat pengetahuan pendidikan

kesehatan tentang menstrausi yang rendah, mereka akan merasa cemas dalam

menghadapi menarche (Rosidah, 2006 dalam Supriyadi, 2014).

Pengetahuan tentang menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja putri.

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seorang

wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (M. Fajriannor, TM.,

2018). Sumber pengetahuan remaja tentang pubertas yang paling mudah,

seharusnya dapat diperoleh dari keluarga dan sekolah. Pada umumnya, remaja

belajar tentang menstruasi dari ibunya, namun faktanya bahwa pada

masyarakat dengan pendidikan rendah, kurangnya akses informasi dan

kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penyampaian informasi

mengenai menstruasi, menyebabkan diskusi mengenai hal ini bukanlah hal

penting yang dirasa perlu untuk dibicarakan secara terbuka kepada remaja
3

perempuan (Afifah A dan Hastuti, 2016). Di sisi yang lain, sekolah sebagai

“rumah
4

kedua” bagi siswa untuk bertumbuh dan berkembang pun, belum sepenuhnya

mampu memberikan informasi yang adekuat kepada remaja (Maria dkk.,

2018).

Pengetahuan tentang menstruasi yang kurang mengakibatkan remaja akan

menganggap datangnya menarche merupakan gejala dari datangnya suatu

penyakit, sehingga menimbulkan kepanikan, dan beberapa remaja juga

mengganggap bahwa merasa sangat kotor saat menstruasi pertama, sehingga

mereka merasa malu, hal tersebut membuat remaja putri tidak siap

menghadapi datangnya menarche. (Sulistioningsih, 2014).

Dampak ketidaksiapan Menarche pada remaja putri dapat menimbulkan

kecemasan, akan mengakibatkan munculnya gejala-gejala patologis seperti

rasa ketakutan, kecemasan, konflik batiniah dan gangguan lain berupa pusing,

mual, dimenorhea dan haid tidak teratur. Masalah fisik yang mungkin timbul

dari kurangnya pengetahuan itu adalah kurangnya personal hygiene sehingga

dapat berisiko terjadinya infeksi saluran kemih (ISK), kanker leher rahim dan

sebagainya. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian serius dengan

memberikan informasi secara tepat. (Mandle dan Edelmen, 2006 dalam

Isnaeni, 2011). Ketidaksiapan menarche akan berdampak buruk pada prilaku

vulva hygiene pada remaja putri. Sulistyoningsih (2014) menyatakan sebanyak

50,3% remaja putri yang tidak siap menghadapi menarche, memiliki prilaku

yang tidak baik dalam perawatan vulva hygienenya.


5

Haruna, S. R., & Rahim, A. (2020) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

tentang menstruasi pada kelas V dan VI di SD Inpres Tello Baru 1/1 termasuk

dalam kategori baik yaitu sebesar 72,9%, dan kesiapan menghadapi menarche

sebesar 87,1%, dan didapatkan kecemasan siswi sebesar 62,9%. Hasil uji Chi

Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dan kesiapan menghadapi menarche dengan kecemasan pada

siswi (p=0,000, p=0,000) ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dan kesiapan menghadapi menarche dengan kecemasan siswi

pada kelas V dan VI di SD Inpres Tello Baru 1/1.

Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nuruf

Falah, peneliti telah melakukan wawancara sebanyak 13 siswi. Bahwa 7 siswi

belum mendapat menstruasi dan 6 siswi sudah mendapat menstruasi tetapi

diantaranya (75%) siswi merasa takut menghadapi menstruasi (25%) siswi

tidak takut menghadapi menstruasi dan (50%) siswi belum siap mengahadapi

menstruasi (66,7%) siswi tidak banyak mengetahui tentang menstruasi. Maka

berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Dengan Kesiapan Mengahadapi Menarche Pada Siswi di Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupten Tangerag.


6

B. Rumusan Masalah

Menarche adalah periode menstruasi pertama yang ditandai dengan

munculnya perubahan secara fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan

mental. Berbeda dengan perubahan bertahap lain yang menyertai pubertas,

menarche terjadi secara tiba-tiba dan mencolok tanpa ada peringatan

sebelumnya, perubahan – perubahan tersebut dapat memicu timbulnya

kecemasan tergantung dari informasi yang diperoleh dan kemampuan

beradaptasi, sehingga menarche memberikan pengalaman yang mengesankan

bagi kebanyakan anak perempuan (Sholeha, Y., 2016)

Pengetahuan remaja tentang pubertas yang paling mudah, seharusnya dapat

diperoleh dari keluarga dan sekolah. Pada umumnya, remaja belajar tentang

menstruasi dari ibunya, namun faktanya bahwa pada masyarakat dengan

pendidikan rendah, kurangnya akses informasi dan kurangnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya penyampaian informasi mengenai menstruasi,

menyebabkan diskusi mengenai hal ini bukanlah hal penting yang dirasa perlu

untuk dibicarakan secara terbuka kepada remaja perempuan (Afifah A dan

Hastuti, 2016). Di sisi yang lain, sekolah sebagai “rumah kedua” bagi siswa

untuk bertumbuh dan berkembang pun, belum sepenuhnya mampu

memberikan informasi yang adekuat kepada remaja (Maria dkk, 2018).

Pengetahuan tentang menstruasi yang kurang mengakibatkan remaja akan

menganggap datangnya menarche merupakan gejala dari datangnya suatu

penyakit, sehingga menimbulkan kepanikan, dan beberapa remaja juga


7

mengganggap bahwa merasa sangat kotor saat menstruasi pertama, sehingga

mereka merasa malu, hal tersebut membuat remaja putri tidak siap

menghadapi datangnya menarche. (Sulistioningsih, 2014).

Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nuruf

Falah, peneliti telah melakukan wawancara sebanyak 13 siswi. Bahwa 7 siswi

belum mendapat menstruasi dan 6 siswi sudah mendapat menstruasi tetapi

diantaranya (75%) siswi merasa takut menghadapi menstruasi (25%) siswi

tidak takut menghadapi menstruasi dan (50%) siswi belum siap mengahadapi

menstruasi (66,7%) siswi tidak banyak mengetahui tentang menstruasi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: apakah terdapat Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Dengan Kesiapan Mengahadapi Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang?

C. Petanyaan Penelitian

1. Bagaimana karakteristik responden pada siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul

Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan pada siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul

Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang?

3. Bagaimana Tingkat Kesiapan Menghadapi menarche Pada Siswi

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang?
8

4. Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan

Kesiapan Mengahadapi Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul

Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Dengan Kesiapan Mengahadapi Menarche Pada Siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik Responden Siswi di Madrasah

Ibtidaiyah nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang

b. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Siswi Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.

c. Untuk mengetahui Tingkat Kesiapan Menghadapi menarche Pada

Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar

Kabupaten Tangerang.

d. Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Menstruasi Dengan Kesiapan Mengahadapi Menarche Pada Siswi

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang.
9

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi keperawatan

Dapat memberikan masukan dalam melaksanakan tugasnya untuk

memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan kepada remaja putri

serta memberikan tindakan sesuai dengan prioritas kebutuhan khususnya

tentang kesiapan menghadapi manarche.

2. Bagi Institut Tingakat Madrasah

Dapat memberikan pendidikan lebih mengenai kesehatan reproduksi

khususnya tentang menstruasi pada siswi diintegrasikan dalam mata

pelajaran IPA..

3. Bagi Siswi Sekolah Dasar

Sebagai informasi dan pengetahuan bagi siswi tentang pengetahuan

menghadapi menarche sehingga para siswi bisa menghadapi menstruasi

dengan tidak merasa cemas dan siap mengahdapinya.

4. Bagi peneliti selanjutnya.

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

khususnya tentang pengetahuan menstruasi dengan kesiapan menghadapi

menarche. Serta dapat dijadikan bahan referensi sebagai bahan acuan

dalam penelitian berikutnya mengenai pengetahuan tentang menstruasi

dengan kesiapan menghadapi menarche.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui

proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam

terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada

waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut

dipengaruhi oleh intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek.

Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra

pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat

hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan

semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan

rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi

juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan

10
11

suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek

negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu

(Notoatmojo, 2014).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2012) pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan ini termasuk

mengingat (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh dapat

menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak

balita.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek atau materi harus bisa menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya


12

terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (application) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian, dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (probleme solving cycle) didalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Analisi yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisi ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya,

dapat menyususun merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan


13

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. Misalnya, dapat membandingkan anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya

diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa

ibu-ibu tidak mau KB dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian ini atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan dibagi menjadi 4 faktor adalah sebagai berikut :

1) Faktor Pendidikan

Pendidikan yang baik akan meningkatkan pengetahuan dan juga

memudahkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

lebih banyak. Pendidikan juga dapat diperoleh secara formal

maupun non formal.


14

2) Informasi atau Media massa

Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan. Informasi bisa

didapatkan melalui berbagai sumber seperti : media massa,

konseling, penyuluhan, maupun internet.

3) Sosial dan Ekonomi

Kondisi sosial dan ekonomi seseorang mempunyai peran dalam

meningkatkan kesempatan untuk memeproleh pengetahuan

sedangkan status ekonomi seseorang menentukan kesediannya

fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.

4) Lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya

Pengaruh kelompok pada remaja dapat tercermin dalam sikap,

pembicaraan, dan prilaku. Kedekatan remaja dengan peergrup akan

memperbesar kesempatan remaja unutk mempelajari prilaku dan

meningkatkan pengetahuan.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan yang diperoleh dari

kebenaran masa lalu untuk mengatasi masalah yang dihadapi

sekarang

6) Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang diasumsikan bertambahnya

pengetahuan seiring dengan bertambahnya pengalaman dan

kematangan diri.
15

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Berbagi cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012),

adalah :

1) Cara memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

metode ilmiah atau metode penemuan secarasistemik dan logis

adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara

penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain yaitu :

a) Coba cara salah (trial and error)

Cara dalam memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah

digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan

adalah dengan cara coba-coba atau dengan kata-kata yang lebih

dikenal yaitu trial and error. Cara coba ini dilakukan dengan

mengguakan beberapa kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua

ini gagal , maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan

apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan

keempat dan seterusnya sampai masalah tersebut terpecahkan.

Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and

eror (gagal atau salah).

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.


16

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang pernah dihadapi pada masa

lalu apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang dihadapi, maka utnuk memecahkan

masalah lain yang sama, orang dapat menggunakan cara

tersebut. Tetapi apabila gagal menggunakan cara tersebut, tidak

perlu lagi mengulangi cara itu dan mencari cara lain sehingga

dapat memecahkannya.

d) Cara kebetulan

Penemuan kebetulan secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang bersangkutan.

e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat terkadang dapat menemukan teori kebenaran.

Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua

zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang

tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman

fisik bila anaknya tersebut salah, misalnya dijewer telinganya

atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai

sekarang masih berkembang menjadi teori atau kebenaran,

bahwa hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang

paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadian dan


17

hukuman (reward angpunshment) merupakan cara yang masih

dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam

konteks pendidikan.

f) Kebenaran melalui wahyu

jaran agama merupakan suatu kebenaran yang diwahyukan dari

Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dab

diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

g) Kebenaran secara intensif

Kebenaran secara intensif diperoleh manusia secara cepat

sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses

diluar kesadaran yang diperoleh melalui proses penalaran atau

berfikir. Kebenaran yang diperoleh melalui instutitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara

yang rasional dan sistematik.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia

telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun dedukasi.


18

i) Deduksi

Deduksi yaitu pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berfikir dedukasi

berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada

kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa

yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

e. Kategorik tingkat pengetahuan

Menurut Budiman (2013) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik, apabila yang diketahui antara 75-100%

2) Cukup, apabila yang diketahui antara 56-74%

3) Kurang, apabila yang diketahui antara <55%

f. Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara membuat

angket yang berisi atau menanyakan tentang isi materi yang diukur

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

(Notoatmodjo, 2010). Pertanyaan bisa digunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis

yaitu: (1) pertanyaan subjektif : contoh pertanyaan esay. (2) pertanyaan

objektif : contoh pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan.


19

2. Menstruasi

a. Definisi

Menstruasi adalah perdarahan yang terjadi pada wanita secara periodik

dan siklik dari uterus disertai dengan pengelupasan (deskuamasi) pada

daerah endometrium (Widyastuti, 2011). Menstruasi adalah proses

alami yang terjadi pada wanita. Menstruasi merupakan perdarahan yang

teratur normalnya setiap bulan dari uterus sebagai tanda bahwa organ

reproduksi pada wanita telah berfungsi matang. Siklus menstruasi

normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2

sampai 7 hari (Kusmiran, 2014).

Menstruasi adalah proses pelepasan diding rahim atau yang disebut

(endometrium) yang disertai dengan pendaharahan dan menstruasi

terjadi secara berulang-ulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan,

menstruasi merupakan luruhnya dinding rahim yang banyak

mengandung pembuluh darah (BKKBN, 2002) Menstruasi merupakan

proses alamiah, progresif dan positif yang terjadi pada wanita. Sehingga

peristiwa itu seharusnya diterima dengan sikap wajar.

Menstruasi merupakan perdarahan periodik sebagai bagian integral dan

fungsional biologis wanita sepanjang siklus kehidupan nya. Proses

menstruasi dapat menimbulkan masalah kesehatan reproduksi wanita

berhubungan dengan fertilitas yaitu pola menstruasi. Gangguan

menstruasi juga dapat terjadi pada sebagian wanita dari negara industri
20

maupun negara berkembang. Gangguan proses mentsruasi seperti

lamanya siklus menstruasi dapat menimbulkan resiko penyakit kronis.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi

seperti berat badan, aktifitas fisik dan stres.

b. Tanda dan gejala menstruasi

Menurut Ratnawati (2013) tanda dan gejala seseorang yang mengalami

menstruasi diantara lain yaitu :

1) Perut terasa mual, mulas

2) Perut bagian bawah terasa kram

3) Kurang darah (anemia)

4) Tubuh tidak fit

5) Demam

6) Sakit kepala dan pusing

7) Payudara membengkak

8) Keputihan dan gatal-gatal pada vagina

c. Fisiologi menstruasi

Menurut Kusmiran (2012) ada beberapa fisiologi menstruasi yaitu:

1) Stadium menstruasi

Stadium ini berlangsung selama 3 sampai 7 hari pada saat itu,

endometrium atau disebut selaput rahim di lepaskan sehingga

timbul perdarahan hormon-hormon ovarium berada pada kadar

paling rendah.
21

2) Stadium proliferasi

Stadium proliferasi ini berlangsung pada 7 sampai 9 hari. Di mulai

sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke 14 setelah

menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi

pertumbuhan dari desuda fungsionalis yang mempersiapkan rahim

untuk perlekatan janin. Pada fase endometrium tumbuh kembali,

antara hari ke 12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari

hidung telur disebut ovulasi.

3) Stadium sekresi

Stadium sekresi berlangsung selama 11 hari. Masa sekresi adalah

masa ketika sudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron di

keluarkan dan mengaruhi pertumbuhan endometrium untuk

membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke

rahim)

4) Stadium permentruasi

Stadium yang berlangsung selama 3 hari ada infilterasi sel darah

putih. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan

sekret sehingga akan tejadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada

saat ini terjadilah vasonkontraksi, kemudian pembuluh darah itu

akan berlaksasi dan akhirnya pecah.


22

d. Siklus Menstruasi

Menurut Indriyani (2013), siklus haid dapat diuraikan menjadi

yaitu :

1) Siklus ovarium

Siklus ovarium ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a) Fase folikel

Fase folikel ini siklusnya diawali dengan hari pertama

menstruasi atau lepasnya endometrium. Folicle stimulating

hormone (FSH) dapat merangsang pertumbuhan, beberapa

folikel premodial dalam ovarium dan hanya satu yang terus

berkembang dan menjadi folikel de graaf yang lain

berdegenerasi. Lap\\isan dalam folikel mensitesis progesterone

dan sebagai precursor pada sintesis estrogen. Di dalam folikel,

oosit primer menjalani proses pematangan. Pada waktu yang

bersamaa, folikel yang sedang berkembang mensekresi estrogen

lebih banyak kadar estrogen yang meningkat menyebabkan

perlepasan luteinizing hormone refreasing hormone (LHRH)

melalui mekanisme unpan positif.

b) Folikel luteal

Folikel luteal ini dapat dimulai setelah ovulasi berakhir pada

saat menstruasi. Pada fase pascaovulasi pada siklu ovarium

biasanya berlangsung selama 14 hari atau 13 sampai 15 hari.


22

Korpus luteum dapat mencapai puncak aktivitas fungusional

selama 8 hari setelah ovulasi, mensekresi baik hormone estrogen


23

steroid maupun progesterone steroid. Korpus luteum terus

mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesterone yang

makin lama makin tinggi. Luteinizing hormone (LH) akan

merangsang ovulasi dati oosit yang matang. Kadar estrogen

yang tinggi kini akan menghambat produksi FSH. Yang

mengakibatkan kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit

lepas dari folikel de graff, lapisan granulosa banyak

mengandung pembuluh darah dan terluteinisasi berubah

menjadi korpus luteum yang berwana kuning pada ovarium.

Bersamaan dengan waktu fungsi luteal puncak ini, telur yang

dibuahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak terjadi

implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar steroid menurun.

Dua minggu setalah ovulasi, jika tidak terjadi fertilisasi dan

implantasi, lapisan fungsional endometrium uterus tanggal

selama fase haid berikutnya.

2) Siklus endometrium

Pada siklus endometrium ini terdiri dari empat fase yaitu :

a) Fase haid

Menurut Hendrik (2006), fase haid ini adalah Fase peluruhan

endometrium yang disebabkan oleh kadar hormone estrogen

yang menurun secara tiba-tiba dan merangsang sekresi

gonadotropin realising hormone (GnRH). Sehingga membuat

korpus luteum menjadi regresi. Keadaan inilah yang

menyebabkan kontriksi pembuluh darah uterus yang dapat


24

menyebabkan menurunnya asupan oksigen dan nutrisi

kemiometrium. Setalah mengalami kontriksi pembuluh darah,

arteriol-arteriol endometrium akan melebar yang menyebabkan

perdarahan melalui dinding kapiler. Aliran darah menstruasi

tersebut terdiri dari darah yang bercampuran dengan lapisan

fungsional dari endometrium. Darah yang dikeluarkan dari

vagina merupakan darah campuran 50-80% bekuan darah

(stolsel) sel-sel epitel dan stoma (jaringan ikat pada organ

tubuh) peluruhan lapisan endometrium uteri,cairan dan lendir

dari vulva, vagina dan dinding uterus (Hendrik,2006).

b) Fase proliferasi

Fase poliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung hingga ovulasi, misalnya hari ke-7 siklus 21 hari,

hari ke-14 siklus 28hari, hari ke-21 siklus 35hari. Permukaan

endometrium secara lengkap kembali normal dan terjadi

penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi.

Fase poliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang

berasal dari folikel de graaf ovarium. FSH (Folikel stimulating

hormone) menstimulasi folikel de graaf ovarium dan produksi

estrogen. Selanjutnya kadar estrogen menghambat produksi

FSH, sehingga GnRH hipotalamus memicu hipofisis anterior

mensekresi lutenizing hormone (LH). Lonjakan LH yang tinggi

dan kadar estrogen yang rendah menyebabkan terjadinya

ovulasi (Progestian, 2010)


25

c) Fase sekresi

Berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi

dibawah pengaruh hormon progesteron yang meningkat dan

terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, maka

endometrium menjadi tebal. Stroma menjadi edematus.

Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak dan pembuluh

darah semakin melebar dan merupakan tempat yang tepat

untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang sudah

dibuahi. Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi

sekitar tujuh sampai sepuluh hari setelah ovulasi. Lamanya

fase sekresi sama pada setiap wanita yaitu 14±2 hari.

d) Fase iskemi

Suplai darah ke endrometrium fungsional berhenti dan

terjadi nekrosis, lapisan fungsional terpisah dari lapisan

basal dan perdarahan haid dimulai, menandai hari pertama

haid siklus berikutnya. Adapun pada fase haid. Korpus

lutum berfungsi sampai kira-kira hari ke 23 atau ke 24 pada

siklus 28 hari dan kemudian berdegerasi. Akibatnya terjadi

penurunan yang tajam dari progesteron dan estrogen

sehngga menghilangkan perangsangan pada endometrium.

Perubahan iskemik terjadi pada areteriola dan diikuti

dengan haid. (Indriyani,2013).


26

e. Faktor yang mempengaruhi menstruasi

Menurut (kusmiran,2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

menstruasi yaitu :

1) Faktor hormon.

Hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang

perempuan yaitu follicle stimulating hormone (FSH) yang

dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh hipofisis,

serta progesteron yang dihasilkan oleh ovuarium.

2) Faktor enzim.

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endoetrium akan merusak

sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu

metabolisme sehingga akan mengakibatkan regsi endomentrium

dan perdarahan.

3) Faktor vaskular.

Pada saat fase proliferasi ini, terjadi pembentukan sistem

vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada

pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri vena-

vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi

endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran yang

menghubungkannya dengan pembentukan hematoma, baik dari

arteri maupun vena.


27

4) Faktor prostaglandim.

Endometrium mengandung prostaglandin terlepas dan

menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk

membatasi perdarahan pada menstruasi.

f. Gangguan saat mentruasi

Menurut Ramdani dan Hendra (2015), gangguan menstruasi pada

wanita dinilai masih normal jika terjadi selama dua tahun pertama

setelah haid pertama kali (menarche). Bila seorang wanita telah

mendapatkan haid pertama saat berusia 11 tahun, maka diperkirakan

hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur.

Umumnya ketidakteraturan siklus menstruasi terjadi pada waktu

remaja dan menjelang menopause. Gangguan serta keluhan yang

menyertai menstruasi pada kebanyakan wanita, seringkali

menimbulkan pengaruh secara fisik maupun emosional ataupun kedua-

duanya. Gangguan atau kelainan dalam siklus menstruasi meliputi :

1) Hipermenorea, yaitu perdarahan dengan lama haid lebih panjang

dari normal (>8 hari) dengan darah haid sekitar 26 sampai 40 ml.

Sedangkan hipomenorea, yaitu perdarahan dengan jumlah yang

lebih sedikit dari normal serta waktu haid yang lebih singkat.

2) Polimenorea yaitu siklus menstruasi lebih pendek dari normal

(kurang dari 21 hari) dengan perdarahan kurang lebih sama atau

lebih banyak dari volume perdarahan menstruasi biasanya


28

3) Oligomenorea yaitu menstruasi yang jarang dengan panjang siklus

menstruasi > 35 hari. Volume perdarahan umumnya lebih sedikit

dari volume perdarahan menstruasi biasanya.

4) Amenorea, yaitu tidak menstruasi > 3 bulan berturut-turut sejak

menstruasi terakhir

Hormon estrogen dan progesteron merupakan pemacu terjadinya

acne vulgaris sebelum menstruasi. Peningkatan aktivitas kelenjar

sebasea sekitar periode menstruasi berhubungan dengan kadar

hormon estrogen yang sangat rendah tepat sebelum dan selama

periode menstruasi (Tehrani et al., 2004). Hal ini menyebabkan

sebagian besar perempuan mengalami peningkatan jumlah acne

vulgaris pada masa premenstrual atau sebelum menstruasi.

g. Penyebab gangguan siklus menstruasi

Banyak penyebab mnegapa siklus menstruasi menjadi panjang atau

sebaliknya. Namun, penanganan kasus dengan siklus mentruasi yang

tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya

sebuah siklus menstruasi, melainkan berdasarkan kelainan yang

dijumpai. Penangan dilakukan oleh dokter berdasarkan penyebabnya.

1) Fungsi hormon terganggu

Yaitu ketika menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang

diotak, tepatnya dikelenjar hipofisa.


29

2) Kelainan sistemik

Yaitu ada ibu yang tubuhya sangat gemuk atau kurus. Hal ini bisa

mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolisme

didalam tubuhnya tidak akan bekerja dengan baik.

3) Stres

Stres akan menyebabkan terganggunya sistem metabolisme

didalam tubuh. Bisa saja karena setress pun tubuh akan menjadi

mudah lelah, berat badan akan turun drastis, bahkan sakit-sakitan.

Sehingga metabolismenya akan terganggu.

4) Kelenjar gondok

Jika terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi

penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi.

h. Normalnya Ganti Pembalut Dalam Sehari

Ketika menstruasi kondisi vagina akan semakin lembab, hal ini

dikarenakan permukaan kulit pembalut bersentuhan langsung dengan

vagina. Pembalut yang mengandung banyak gumpalan darah menjadi

tempat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur dan

bakteri. Saat pemakaian, pembalut sering menimbulkan infeksi, iritasi,

dan gatal-gatal. Hal berbahaya lain yang dapat disebabkan oleh

pembalut adalah ketika digunakan lebih dari empat jam lamanya.

Tanpa disadari, pemakaian pembalut terlalu lama dapat menyebabkan

infeksi, iritasi, hingga benjolan yang rasanya sangat gatal dan

mengganggu (Tony, 2011 dalam Laili, 2019). Oleh karena itu wanita
30

disarankan mengganti pembalut tiap 4 sampai 6 jam sekali pada saat

datang bulan. Minimal 4 kali sehari tanpa harus melihat seberapa

banyak darah haid yang keluar.

Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah

kotor. Pemakaian pembalut tidak boleh lebih dari enam jam dan

diganti sesering darah pada pembalut, yang mana hal ini dapat

meningkatkan kelembapan pada daerah vagina yang nantinya akan

memicu terjadinya pruritus vulva. Elmart (2012).

i. Perawatan Kebersihan Diri Saat Menstruasi

Merawat kebersihan diri saat menstruasi hal yang sangat penting

karena dapat mencegah datangnya berbagai penyakit. Menurut Fatihah

(2010) beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjaga

kebersihan khususnya daerah vagina saat mengalami menstruasi

adalah : Secara teratur membasuh bagian vulva (bibir vagina) dengan

hati-hati mengunakan air bersih setiap habis buang air kecil, buang air

besar, ketika mandi, dan saat mengganti pembalut atau panyliner,

tujuannya umtuk membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada

disekitar vulva diluar vagina. Bagian dalam vagina biasanya akan

mampu menjaga kebersihannya sendiri.

1) Dianjurkan saat membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu

dari arah depan (vagina) ke belakang ( anus), jangan terbalik,

karena akan menyebabkan bakteri yang ada disekitar anus terbawa


31

2) ke vagina. Setelah itu, pakai celana lagi, keringkan dulu dengan

menggunakan handuk atau tisu yang tidak berparfum.

3) Gantilah sesegera mungkin pembalut atau pantyliner jika sudah

merasakan tidak nyaman atau lembab terutama saat darah

mensruasi sedang banyak-banyaknya (hari ke1 1 sampai 3

menstruasi) dengan frekuensi pergantian yang dianjurkan yakni

tiap 1 sampai 2 jam sekali. Jika sudah dirasakan berkurang darah

menstruasi yang keluar, frekuensi mengganti pembalut yang

dianjurkan bisa tiap 3 sampai 4 jam sekali tetapi semua itu

tergantung dari jumlah darah menstruasi dan seberapa sering kamu

buang air atau padat tidaknya aktivitas di saat itu. Jika frekuensi

mengganti pembalut terlalu lama dan darah menstruasi lagi

banyak-banyaknya, maka tampungan darah didalam pembalut akan

menjadi sumber penyakit (bakteri) dan meningkatkan suasana

lembab di daerah vagina yang akhirnya sering terasa gatal di saat

menstruasi, kemudian digaruk akan menyebebkan terjadinya lecet

dan infeksi.

4) Pilihlah jenis pembalut atau pantyliner yang menurut anda nyaman

dan tidak menimbulkan iritasi pada daerah kulit sekitar vagina.

5) Gunakanlah celana dalam dari bahan katun agar tidak menambah

lembab daerah intim di saat menstruasi, gantilah celana dalam jika

sudah merasa tidak nyaman.


32

3. Konsep Dasar Kesiapan

a. Definisi Kesiapan

Kesiapan adalah suatu pola prilaku tendensi atau kesiapan antisipasif

dan predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau

secara sederhana kesiapan adalah respon terhadap stimulus sosial

yang terkondisikan (Azwar, 2007 dalam Ayu, 2012).

Kesiapan adalah suatu kondisi dimana keadaan berisiap-siap untuk

mempersiapkan sesuatu (Poerwodarminto, 2002 dalam Ismiyati

2010). Menurut Slameto (2010) kesiapan adalah keseluruhan kondisi

yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam

cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu

saat akan berpengaruh pada kecendrungan untuk memberi respon.

Dari beberapa teori ini dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah

suatu kondisi yang dimiliki yaitu baik oleh perorangan maupun suatu

badan dalam mempersiapkan diri baik secara mental, maupun fisik

untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

b. Tanda-tanda Kesiapan

Hurlock (2004) dalam Ayu (2012) mengatakan, seseorang yang telah

siap untuk menerima sesuatu dari luar mempunyai tanda-tanda

sebagai berikut :
33

1) Mempunyai keyakinan dan kemampuan untuk menghadapi

kehidupan.

2) Menganggap dirinya berharga sebagai seseorang manusia

sederajat dengan orang lain.

3) Individu tidak merasa malu

4) Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya

5) Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada

bersikap confrom terhadap tekanan sosial

6) Tidak menyalahkan diri sendiri atas keteratasan yang dimilikinya

atau mengingkari kelebihannya

7) Individu yang menerima dirirnya tidak menyakal impluss dan

emosinya atau merasa bersalah atas impluss tersebut

8) Faktor yang mempengaruhi kesiapan individu

c. Faktor yang mempengaruhi kesiapan

Menurut djamarah (2005) dalam Ayu (2012) mengatakan ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam menghadapi

pubertas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pubertas yaitu :

a) Kesiapan fisik

Seorang remaja dikatakan siap secara fisik menghadapi menstruasi

pertama apabila remaja sudah mempersiapkan dirinya pada saat

mendaptakan menstruasi pertama (menarche), sudah tahu apa yang

akan dilakukan pertama kali saat menstruasi datang. Selain itu

remaja juga sudah mengetahui cara perawatan diri saat menstruasi


34

dan telah mendapat informasi baik dari orang tua maupun melalui

buku bacaan.

Kurangnya informasi tentang kesehatan remaja dan masih

rendahnya kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi sejak

dini sangat mempengaruhi kesiapan fisik pada pubertas. Dengan

memberikan informasi yang penting dan benar mengenai kesehatan

reproduksi, anak akan lebih memahami perkembangan dan

perubahan yang akan dialaminya dan akan siap mengadapi

pubertas. Kesiapan tersebut akan membantu individu untuk

menghadapi dan menerima perubahan secara wajar. Anak akan

menyadari bahwa perubahan fisik yang dialaminya yaitu sesuatu

yang normal dan bukan kelainan atau penyimpangan sehingga

mereka juga terhindar dari pengaruh negatif atau pergaulan yang

tidak baik. Pengetahuan ini akan menjadi dasar yang kuat dalam

mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut

kesehatan reproduksinya. Dengan demikian diharapkan anak akan

siap melewati masa pubertas dengan lebih mantap dan memasuki

massa dewasa dengan lebih cepat.

b) Kesiapan Psikologis

Seorang remaja dikata siap psikis apabila dia menganggap

menstruasi adalah hal yang normal dan tidak membebani

pikirannya ditandai dengan percaya diri, tidak takut, tidak cemas,

tidak tegang, tidak mengalami gangguan saat menstruasi datang


35

dan mau menerima keadaannya sebagai wanita yang harus

mengalami menstruasi.

c) Kesiapan Sosial

Akses layanan yang terbata dan terbatasnya jenis layanan

berpengaruh terhadap kesiapan sosial anak dalam memasuki masa

pubertas. Selama ini pelayanan untuk remaja lebih banyak

diarahkan pada remaja 15-24 tahun. kini semakin disadari bahwa

informasi dan layanan kesehatan reproduksi remaja juga perlu

diberikan pada remaja sebelum mereka memasuki masa pubertas.

Pemberian informasi yang benar dan jujur mengenai kesehatan

reproduksi sudah waktunya diberikan pada remaja sekitar umur 10

sampai15 tahun.

4. Menarche

1) Definisi Menarche

Menarche merupakan periode menstruasi pertama yang ditandai

dengan munculnya perubahan secara fisiologis yang meliputi

perubahan fisik dan mental. Berbeda dengan perubahan bertahap lain

yang menyertai pubertas, menarche terjadi secara tiba-tiba dan

mencolok tanpa ada peringatan sebelumnya, perubahan – perubahan

tersebut dapat memicu timbulnya kecemasan tergantung dari informasi

yang didapat dan kemampuan beradaptasi, sehingga menarche

memberikan pengalaman yang mengesankan bagi kebanyakan anak

remaja perempuan (Sholeha, Y., 2016). Indonesia mengalami angka


36

penurunan menarche berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2014

terdapat5,2% anak–anak di Indonesia memasuki usia menarche

dibawah usia 12 tahun. Sebesar 25,3% remaja putri mengalami

menarche pada usia menjelang 12 tahun (Kemenkes, 2014).

Membaiknya standar kehidupan berdampak pada penurunan usia

menarche ke usia yang lebih muda menarche dini). Indonesia

menempati urutan ke-15 dari 67 negara dengan penurunan usia

menarche mencapai 0,145 tahun per dekade. Pergeseran usia

menarche ke usia yang lebih muda, akan me-nyebabkan remaja putri

mengalami dampak stres emosional (M. Fajriannor, TM., 2018).

Menarche akan menjadi masa yang penting bagi anak karena

menarche berperan sebagai batas antara masa kanak-kanak dan remaja.

Dengan adanya kejadian menarche maka seorang anak perempuan

mempunyai kewajiban untuk menjaga dirinya karena mereka telah

mempu bereproduksi (Orringer dan Gahagan, 2010 dalam Primastuti,

2010).

2) Usia mendapat haid pertama (Menasrche)

Menurut WHO usia menarche pertama kali usia 9-12 tahun, sedangkan

berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2014 terdapat 5,2% anak–anak di

Indonesia memasuki usia menarche dibawah usia 12 tahun. Sebesar

25,3% remaja putri mengalami menarche pada usia menjelang 12

tahun (Kemenkes, 2014). Menarche atau menstruasi pertama


37

normalnya terjadi pada usia 10-14 tahun. Namun, pada beberapa

kondisi, haid pertama juga bisa terjadi lebih awal, yaitu pada usia 9

tahun. Sedangkan menurut . Prawirohardjo (2014) dalam M Hafidha

(2020) menarche terjadi pada usia 10-15 tahun, namun ada juga yang

mengalami lebih cepat atau dibawah usia tersebut. Menarche adalah

menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun

atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum

memasuki masa reproduksi (Proverawati, 2009 dalam Dwi

Retnaningsih 2018).

3) Perubahan yang terjadi bersamaan dengan Menarche

Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan dengan terjadinya

menarche meliputi thelarce, adrenarche, pertumbuhan tinggi badan

lebih cepat, menarche dan perubahan fisik (Marjono,1999 dalam

Primastusi 2010).

a) Thelarce ( perkembangan payudara)

Hal ini terjadi paling awal pada usia kurang dari 10 tahun (8-13).

Perkembangan payudara ini disebabkan karena hormon estrogen

payudara matang dicapai sekitar usia 14-15 tahun (12-18).

b) Adrenarche (perkembangan aksila dan pubis)

Mulai dari sekitar usia 11 tahun (10-12 tahun). adrenarche ini,

terjadi karena peningkatan sekresi endrogen adrenal sehingga lebih

banyak pregnolen yang masuk ke jalur endrogen.


38

c) Pertumbuhan tinggi badan lebih cepat (maximal growth)

Bila terjadi 2 tahun sesudah talarche atau 1 tahun sebelum

menarche. Dipengaruhi oleh growth hormone, estradiol dan insulin

like-growht factor (IGF-I) atau somatomedin-C pertumbuhan bisa

mencapai 5 sampai 10 cm dalam 1 tahun.

d) Menarche (haid pertama)

Variasi normal antara usia 9 sampai 16 tahun dengan rata-rata 12

sampai 13 tahun haid pertama biasanya lama dan perdarahannya

banyak. Dengan bertambahnya usia siklus haid normal makin

teratur disertai ovulasi. Ovulasi dicetuskan dengan adanya

feedback positif estrogen tehadap hipotalamus-pituitari,

mengakibatkan terjadinya cetusnya LH (Lutenizing Hormone) yang

menstrimulasi ovulasi.

e) Perubahan psikis

Perasaan akan menjadi lebih sensitif, emosional dan rasa kagum

terhadap lawan jenis.

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi Menarche

Terdapat beberapa faktor yng mempengaruhi menarche, yaitu sebagai

berikut :

a) Keadaan Gizi

Kecendrungan menurunnya rata-rata usia menarche di Indonesia

dipengaruhi oleh status gizi. Dalam sebuah studi didapatkan hasil

bahwa rata-rata usia menarche diperkotaan lebih cepat jika


39

dibandingkan di daerah pedesaan. Jika dihubungkan dengan

perbaikan gizi masyrakat Indonesia dari tahun ke tahun maka bisa

diduga menarche anak perempuan di kota besar juga akan turun

(Sarwono, 2012)

b) Kesehatan umum

Kesehatan umum yang membaik yang ditandai dengan

menurunnya jumlah penyakit menahun yang terjadi dapat

mempengaruhi menurunnya usia menarche pada remaja putri

(Wawan, dalam Winkjosastro, 2008)

5) Gangguan psikologis saat Menarche

Terdapat gangguan pada saat menarche, baik dari segi fisik maupun

dari segi psikologis, gangguan-gangguan ini diantaranya :

a) Kecemasan atau kekuatan terhadap menarche

Pengamatan psikoanalik menunjukan bahwa reaksi psikis pada saat

haid pertama (menarche) diantaranya muncul berbagai bayangan

yang negatif dibarengi kecemasan dan ketakutan yang tidak real,

disertai perasaan bersalah atau berdosa yang semuanya dikaitkan

dengan proses menstruasi tersebut. Kecemasan dan kekuatan

diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut.

b) Merasa kebebasan dirinya dibatasi oleh datangnya menarche,

misalnya terbatas dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti

sembahyang (Lubis, 2012)


40

c) Mudah tersinggung dan mudah marah

Hal ini disebabkan oleh perubahan cara kerja homon atau pengaruh

rasa nyeri pada saat menarche. Selait itu, perasaan ini dapat

muncul akibat rasa malu yang dirasakan ketika menghadapi

menarche (Lubis, 2013)

d) Merasa gelisah dan gangguan tidur

Pada saat menarche seorang wanita terkadang mengalami

kegelisahan sehingga terkadang mengalami masalah sulit tidur.

Hal ini dapat terjadi akibat dari rasa cemas setelah pengalaman

menarche-nya terhadap prilaku teman dan lawan jenisnya saat

menstruasi, sikap keluarga terhadap mereka, dan ketidak normalan

saat mengalami menstruasi.

6) Indikator Kesiapan Anak Dalam Mengadapi Menarche

a) Tidak takut saat menghadapi menstruasi pertamanya

b) Mampu mengerti tentang menstruasi yang akan terjadi pada dirinya

termasuk perubahan-perubahan yang akan terjadi

c) Menunjukan sikap terbuka untuk mengetahui segala sesuatu

tentang menstruasi seperti menanyakan pada ibu atau saudara

perempuan yang telah lebih dahulu mengalami menstruasi


41

7) Gangguan Masa Menarche

a) Menarche dini, yaitu haid sebelum anak berusia 10 tahun yang

dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotropin

diproduksi sebelum anak berusia 8 tahun, sehingga hormon ini

akan merangsang ovarium, ciri-ciri kelamin sekunder, menarche

dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum waktunya.

Menurunnya usia waktu menarche itu disebabkan karena

kurangnya gizi, keadaan umum yang membaik dan berkurangnya

penyakit menahun.

b) Menarche tarda, yaitu menarche yang baru datang setelah seorang

berusia 14 tahun, yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan

kesehatan dan kurang gizi

c) Perdarahan, perlu di ingat bahwa haid pertama jarang datang

teratur seperti orang dewasa, lamanya perdarahan haid pertama

sangat banyak selama beberapa bulan sesudah menarche.

Menstruasi datang dengan siklus pendek atau perdarahan waktu

haid banyak sehingga menggelisahkan orang tua. Hal ini perlu

dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan beratnya anemi

dan gangguan pembekuan darah. Faktor-faktor psikologis, gizi dan

diabetes perlu dipertimbangkan sebagai penyebabnya

(Prawiohardjo, 1999 dalam Primastuti, 2010)


42

B. Penelitian Terkait

1. Ayu, Putri (2017) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang Mestruasi Dengan Sikap Menghadapi Menarche Pada Siswi SD

Negeri 3 Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian mayoritas responden

memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 30 orang (71,4%).

Mayoritas respnden memiliki sikap positif sebanyak 30 orang (71,4%).

Nilai uji p (0,002),0,005 dengan keeratan hubungan sedang r (0,463)

2. Heri Setiawan dkk, (2020) dengan judul Pengetahuan Tentang Menstruasi

Berhubungan Dengan Kesiapan Mental Pra-Rmemaja Dalam Dalam

Menjalani Menstruasi. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan yang

baik 60%, sedangkan yang tidak baik 40%. Selanjutnya yang siap

menjalani menstruasi 56% dan yang tidak siap 44%. Uji kolerasi melalui

pearson product moment menghasilakan p value <0,05 yaitu sebesar

0,027. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan mental

remaja dalam menjalani menstruasi.

3. Dwi Retnaningsih dkk, (2018) dengan judul Kesiapan Menarche dengan

Tingkat Kecemasan Pada Anak Sekolah. Hasil Hasil penelitian terdapat

77,8% dinyatakan tidak siap menghadapi menarche, sebanyak 55,6% siswi

dengan tingkat cemas sedang. Hasil analisis diperoleh hasil ρ value (0,026)

dengan rho(-0,372). Kesimpulan: ada hubungan kesiapan menghadapi

menarche dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah

4. Sellia Juwita dkk, (2018) dengan judul Hubungan Pengetahuan Dengan

Kesiapan Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche. Hasil uvirat


43

5. diketahui remaja putri yang memiliki pengetahuan aik 75% dan yang

berpengetahuan cukup sebanyak 24,8, remaja yang siap menghadapi

menarche sebanyak 57,4% dan yang tidak siapsebanyak 42,6%. Hasil

analisa brivat diketahui terdapat hubungan pengetahuan dengan kesiapan

remaja dalam menghadapi menarche dimana nilai p value <0,05. Remaja

yang memiliki pengetahuan baik lebih siap menghadapi menarche

dibandingkan dengan remaja berpengetahuan cukup dengan pengetahuan

remaja dalam mempersiapkan diri, pengetahuan memberikan pengaruh

terhadap kesiapan remaja dalam menghadapi menarche.

6. Haruna, S. R., & Rahim, A. (2020) dengan judul Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dan Kesiapan Menghadapi Menarche Dengan Kecemasan

Siswi Pada Kelas V Dan VI Di SD Inpres Tello Baru 1/1. Hasil Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang menstruasi

pada kelas V dan VI di SD Inpres Tello Baru 1/1 termasuk dalam

kategori baik yaitu sebesar 72,9%, dan kesiapan menghadapi menarche

sebesar 87,1%, dan didapatkan kecemasan siswi sebesar 62,9%. Hasil uji

Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dan kesiapan menghadapi menarche dengan kecemasan

pada siswi (p=0,000, p=0,000) ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan dan kesiapan menghadapi menarche dengan

kecemasan siswi pada kelas V dan VI di SD Inpres Tello Baru 1/1.


44

C. Kerangka Teori Penelitian

Bagan 2.1

Kerangka Teori

`
Tingkatan pengetahuan faktor yang mempengaruhi

1) Tahu (know) pengetahuan

2) Memahami 1) Tingkat pendidikan

(comprehension) 2) Informasi

3) Aplikasi (application) 3) Budaya

4) Analisis (analysis) 4) Pengalaman

5) Sintesis (synthesis) 5) Sosial ekonomi


6) Evaluasi (evaluation)

Tanda-tanda kesiapan
Menstruasi
1) Pengertian menstruasi
1) Mempunyai keyakinan dan
2) Tanda dan gejala menstruasi
kemampuan untuk menghadapi
3) Siklus mentasrusi
kehidupan.
4) Faktor yang mempengaruhi
2) Menganggap dirinya berharga
menstruasi
sebagai seseorang manusia sederajat
dengan orang lain.
3) Tidak menyalahkan diri sendiri atas
keteratasan yang dimilikinya atau
Faktor yang mempengaruhi
mengingkari kelebihannya,dll.
kesiapan menarche
1) Kesiapan fisik
2) Kesiapan psikologis
3) Kesiapan sosial

Sumber : Notoatmodjo 2012, Widyastuti 2011, BBKBN 2002 Hurlock 2004, Djamarah
2005, Primastuti 2010.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPRASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abtraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-

hal yang khusus. Oleh karena itu konsep disebut abstraksi, maka konsep tidak

dapat langsung diamati atau diukur. Karena konsep hanya dapat diamati

melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan sebutan variabel. Jadi

variabel adalah simbol atau lambang yang meunjukkan nilai atau bilangan dari

konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo, 2012)

1. Variabel bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terkait. Dalam penelitian ini variabel

bebasnya adalah tingkat pengetahuan tentang menstruasi.

2. Variabel terkait (Dependen)Variabel terkait adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini variabel terkaitnya adalah kesiapan menghadapi

menarche.

45
46

Bagan 3.1

Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terkait

(independen) (dependen)

Tingkat pengetahuan Kesiapan menghadapi


tentang menstruasi menarche

Keterangan :

: Yang diteliti

: Berhubungan
47

B. Definisi Operasional

Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2012)

Tabel 3.1 Definisi

Oprasioanal

Definisi Alat Cara


Variabel Indikator Skala
Oprasional Ukur ukur
Variabel Kemampuan 1. Definisi Kuesioner 1. Baik: Oridinal
independen siswi tentang dengan 24 76-100%
Tingkat mengetahui mesntruasi pertanyaan 2.Cukup:
pengetahuan tentang 2. Tanda dan menggunakan 56-75%
tentang pengertian gejala skala Likert 3. kurang:
menstruasi menstruasi, Menstruasi <56%
(Notoatmodojo, tanda dan 3. Lamanya Favorable
2012) gejala menstruasi Sangat setuju : (Budiman
menstruasi, 4. Normalnya 4 , 2016)
perubahan ganti pembalut Setuju : 3
yang terjadi dalam sehari Tidak setuju :
saat 5. Perawatan 2
menstruasi Kebersihan Sangat tidak
Diri Saat setuju : 1
Menstruasi
Unfavorable
Sangat setuju :
1
Setuju : 2
Tidak setuju :
3
Sangat tidak
setuju : 4
48

Variabel Perasaan siswi 1. Tanda-tanda Kuesioner 1. Siap = Ordinal


dependen dalam kesiapan Kuesioner 7-14
Kesiapan menghadapi dengan 16 2. tidak
menghadapi menarche pertanyaan siap = < 7
menarche dengan
(Azwar, 2007 menggunakan
dalam Ayu, skala guttman
2012)
Favorable
Ya : 1
Tidak : 0

Unfavorable
Ya : 0
Tidak : 1

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini,

maka didalam perencanaan peneliti perlu jawaban sementara dari suatu

penelitian. Pada hakikatnya suatu jawaban yang telah dirumuskan

(Notoatmodjo, 2012).

Ho : Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan

Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.

Ho : Tidak ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi hipotesis ini yaitu Ha diterima

yang artinya adalah : Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Di


49

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis penelitian analitik dengan

rancangan penelitian Cross Sectional, yaitu penelitian dengan cara

pendekatan, obserasi atau pengumpulan data yang dilakukan sekaligus pada

satu saat dimana subjeknya di observasi sekali saja dan pengukurannya

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan

(Notoatmodjo, 2012)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Desa Tanjakan Mekar

Kabupaten Tangerang..

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Februari sampai awal april 2021

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Notoatmodjo), 2012). Populasi dalam penelitian yaitu siswi yang berusia

50
51

10-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang sebanyak 67 siswi.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau perwakilan populasi yang diteliti dinamakan

peneliti sampel apabila kita bermaksud untuk mengenerakisasikan hasil

penelitian sampe (Arikunto, 2010). Pengambilan sampel artinya

menentukan pertimbangan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyini,

2011). dari obyek yang sudah diteliti dari jumlah populasi penelitian yang

dianggap mewakili dari seluruh populasi. Sampel yang diambil pada

penelitian ini adalah siswi Madrasah Ibtidaiyah Desa Tanjakan Mekar

Kabupaten Tangerang. Pada pengambilan sampel penelitian ini

menggunakan metode non probability dengan tekhnik total sampling. Total

sampling adalah tekhnik pengambilan sampel sama dengan jumlah

populasi. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah sampel kurang dari 100

maka seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 67 siswi (Sugiono,

2015).

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota populasi

menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai dan

terkait dengan topik dan kondisi penelitian atau dengan kata lain,

kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2014). Yang memenuhi kriteria inklusi subyek penelitian yaitu :


52

a. Kriteria inklusi :

a) Terdaftar sebagai siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah

b) Siswi yang hadir dan bersedia menjadi responden penelitian

c) Berusia antara 10 sampai 12 tahun.

d) Siswi yang belum menstruasi

e) Bersedia menandatangani informed consent.

b. Kriteria ekslusi :

a) Siswi yang mengalami gangguan hormone

b) Siswi yang sudah menstruasi

c) Siswi yang tidak hadir saat pengambilan data

D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen pengambilan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner.

Kuesioner yang dimaksud ini sebagai daftar pertanyaan yang sudah peneliti

susun dengan baik, sudah matang dimana responden sudah tinggal

memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo,

2012). Instrumen penelitian ini merupakan alat ukur untuk fasilitas yang

digunakan oleh mengumpulkan data agar penelitinya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lebh lengkap dan sistemik dan

mudah diolah (Arikunto, 2010).


53

Sebelum instrumen digunakan, instrumen tersebut diuji validitas dan

reabilitas terlebih dahulu untuk menghindari kesalahan interpretasi. variabel

tingkat pengetahuan 24 pertanyaan Untuk kesiapan terdiri dari 16

pertanyaan.

a. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat

keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Teknik pengujian validitas

dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson’s Product Moment.

Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah, untuk

menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari nilai kolerasi antara

bagian-bagian alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang

merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson’s Product

Moment adalah :

N ( Σ X Y )−(Σ X Σ Y )
√{ N Σ X 2−( Σ X )² }{N Σ Y 2− ( Σ Y )2 }
Keterangan :

R = koefisien item yang dicari

N = Jumlah Responden

X = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item

Y = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item


54

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan

Tentang Menstruasi

Item Nilai Keterangan

Item 1 0,487>0,361 Valid

Item 2 0,500>0.361 Valid

Item 3 0,740>0,361 Valid

Item 4 0,472>0,361 Valid

Item 5 0,583>0,361 Valid

Item 6 0,559>0,361 Valid

Item 7 0,526>0,361 Valid

Item 8 0,394>0,361 Valid

Item 9 0,454>0,361 Valid

Item 10 0,438>0,361 Valid

Item 11 0,430>0,361 Valid

Item 12 0,624>0,361 Valid

Item 13 0,481>0,361 Valid

Item 14 0,678>0,361 Valid

Item 15 0,406>0,361 Valid

Item 16 0,502>0,361 Valid

Item 17 0,581>0,361 Valid

Item 18 0,386>0,361 Valid

Item 19 0,555>0,361 Valid

Item 20 0,636>0,361 Valid

Item 21 0,702>0,361 Valid


55

Item 22 0,583>0,361 Valid

Item 23 0,723>0,361 Valid

Item 24 0,804>0,361 Valid

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kesiapan

Menghadapi Menarche

Item Nilai Keterangan

Item 1 0,647>0,361 Valid

Item 2 0,615>0,361 Valid

Item 3 0,680>0,361 Valid

Item 4 0,680>0,361 Valid

Item 5 0,750>0,361 Valid

Item 6 0,462>0,361 Valid

Item 7 0,750>0,361 Valid

Item 8 0,492>0.361 Va;id

Item 9 0,611>0,361 Valid

Item 10 0,607>0,361 Valid

Item 11 0,750>0,361 Valid

Item 12 0,501>0,361 Valid

Item 13 0,709>0,361 Valid

Item 14 0,602>0,361 Valid

Hasil dari validitas alat ukur tersebut adalah sebagai berikut :

Pengujian kuesioner digunakan berjumlah 30 responden dan kemudian

dianalisis menggunakan pearson’s product moment. Hasil uji

menunjukkan bahwa 30 responden Dari 24 pertanyaan mengenai tingkat


56

pengetahun dinyataan semua valid karena masing-masing item lebih besar

dari r tabel (0,361). Dan untuk hasil uji kesiapan menghadapi menarche

bahwa 30 item dari 14 pertanyaan dikatakan valid karena masing masing

item lebih besar dari r (0,361)

b. Uji Reabiitas

Reabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana alat penukur

dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh

mana hasil pengukuran itu tetap konsisten, bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur

yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reabilitas kuesioner ini digunakan

sebelum penelitian dengan menggunakan Cronbach Alfa dengan program

komputerisasi:

r=
[ ][
k
k−1
1−
Σσ 2
σt² ]
r = koefisien reliabilitas instrument (Cronbach Alpha)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ σ 2 = jumjah varian butir/item

σ t ² = varian total

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan

Tentang Menstruasi

Nilai Cronbach
No Variabel Keterangan
Alpha
57

Tingkat Pengetahuan
1 0,883 Reliabel
Tentang Menstruasi

Kesiapan Menghadapi
2 0,874 Reliabel
Menstruasi

Berdasarkan tabel 4.3 hasil Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahun

Tentang Menstrusi dan Kesiapan Menghadapi Menarche yang

dilakukan pada 30 Responden. Nilai r alpha berdasarkan uji reliabilitas

pada kedua variabel yaitu 0,883 dan 0,906. r alpha pada kedua variabel

lebih besar dibandingkan r tabel (r =0,0361) maka kedua variabel

tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur

karena nilai r hasil > r tabel.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Tingkat Pengetahuan Tentang

Menstruasi dengan Kesiapan Menghadapi Menarche

Uji Kolmogrov-Smiirnov Unstadarize Residual

Test Statistik 0,093

Sig 0,200

Berdasarkan tabel 4.4 didaptakn hasil uji normalits kuisioner dengan

menggunakan uji Kolmogrov-Smiirnov menunjukan hasil nilai sig

0,200 yang berarti datanya normal karena sig > 0,05 makadistribusi

normal
57
58

2. Jenis data

a. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti

sendiri untuk menjawab penelitiannya secara khusus. Data primer

dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara

pengisian secara langsung oleh responden dengan menggunakan

alat bantu yaitu kuesioner yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder penelitian ini data bersumber dari catatan yang ada

pada instansi dan sumber lainnya, data sekunder peneliti

mengambil dari Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan

Mekar Kabupten Tangerang.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

pengumpulan data menyebar kuesioner. Penelitian ini termasuk

kedalam rancangan penelitian survey. Dimana hal ini adalah untuk

mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.

Dengan prosedur sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah

Madrasah Ibtidaiya Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang berdasarkan surat pengantar dari ketua STIKes Widya

Dharma Husada Tangerang


59

b. Pengambilan data ke Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa

Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.

c. Melakukan pendekatan dengan responden dan apabila menyetujui

untuk menjadi responden maka peneliti Meminta kesediaan

responden untuk menandatangani lembar kesediaan menjadi

responden

d. Responden diberikan penjelasan tentang cara mengisi angket dan

dipersilahkan bertanya jika belum jelas

e. Selama pengisian angket maka peneliti berada di dekat responden

untuk mengantisipasi pertanyaan Akan ketidakjelasan responden

f. Daftar pertanyaan Yang telah dilengkapi jawaban dikumpulkan

Untuk pengolahan data melalui proses tabulasi dan kemudian

dianalisa dengan alat bantu computer.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian

setelah pengumpulan data (Hastono, 2007) pengelolaan data dimulai pada

saat pengumpulan data selesai, daftar pertanyaan yang telah diisi

dikumpulkan dan dilakukan prosedur pengolahan data meliputi:

a. Editing

Editing yaitu dilakukan pengecekan pengisian kuesioner apakah

jawaban yang ada di kuesioner lengkap jelas, relevan, konsisten.


60

b. Coding

Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf berubah menjadi

angka atau bilangan

c. Scoring

Tahap ini meliputi masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil

skoring dari semua pertanyaan

d. Analiting

Pengolahan data dengan menggunakan program SPSS

e. Cleaning

Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry,

apakah ada kesalahan atau tidak

2. Analisa data

Analisa data adalah data yang telah diolah Kemudian Dilakukan analisa

dengan teknik-teknik tertentu, di mana analisis Adalah pengelompokan

membuat sesuatu Ukuran, manipulasi Serta menyingkirkan data dengan

mudah Untuk dibaca (Notoatmodjo, 2005)

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Rumus

F
yang digunakan : P= × 100 %
N

Keterangan:

F = Frekuensi

X = Jumlah Data
61

n = Jumlah Data.

Analisa ini dilakukan untuk melihat Distribusi frekuensi untuk semua

variabel yang diteliti. Yaitu identitas responden yang meliputi : Kelas,

Usia, Pekerjaan, Tingkat Pengetahuan dan Kesiapan. Selanjutnya hasil

perhitungan tersebut diinterpresentasikan dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut :

1 100% Seluruhnya

2 59-99% Hampir seluruhnya

3 75-94% Sebagian besar

4 51-74% Lebih dari setengah

5 50% Setengah

6 26-49% Hampir setengahnya

7 6-25% Sebagian kecil

8 1-5% Hampir ada

9 0% Tidak ada

Sumber Hasan, 2014.

b. Analisa Brivat

Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian

ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan menghadapi

menarche menggunakan uji spearman. Menurut (Breg and Latin, 2008

dalam Ketut Swarjana, 2013) spearman r (sering dikenal juga dengan


62

rho) merupakan non-paramatik verson dari pearson r, biasanya

digunakan untuk menguji data sets. Rumus yang digunakan adalah :

rrank = 1- [6 ∑ D2 / n(n2 - )]
Keteragan :

∑ D2 : Sum of squared differences in rank

n : Number of pairs of observation

F. Etika Penelitian

Penelitian telah memegang teguh sikap ilmiah dan menggunakan prinsip etika

penelitian keperawatan. Peneliti meyakini bahwa responden dilindungi dengan

memperhatikan aspek self determination, privacy, anonymity, confidentiality,

informed consent dan protection from discomfort (Polit & Hungler, 2009

dalam Siti Samirotul, 2015).

1. Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan bersedia atau tidak

turun serta dalam penelitian, setelah menerima semua informasi tentang

penelitian yang akan dilakukan. Responden juga dapat penjelasan untuk

berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. Apabila

responden bersedia mengikuti penelitian, maka responden diminta untuk

menandatangan lembar informed consent.

2. Anonymity And Confidentialy

Prinsip anonymity adalah peneliti tidak mencantumkan nama lengkap

responden, tetapi hanya nama inisial dalam kuisioner berupa kode nomor
63

responden. Prinsip confidentially dilakukan peneliti dengan tidak

mempublikasikan keterikatan informasi yang diberikan dengan identitas

responden.

3. Privacy

Peneliti menjamin privacy responden dengan tetap menjaga harga diri

responden. Peneliti hanya menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian. Penelti menjaga semua kerahasiaan serta semua informasi

responden dan hanya menggunakan untuk kepentingan penelitian

4. Protection Discomforty

Penelitian yang dilakukan tidak mengakibatkan ketidaknyamanan bagi

responden, baik fisik maupun psikis. Apabila responden mengalami

ketidaknyamanan selama pengisian kuisioner, peneliti memberikan

kesempatan kepada responden untuk menyampaikan ketidaknyamanannya.

Kemudian responden dapat diajukan pilihan untuk menghentikan

penelitian atau tetap meneruskan denga bimbingan dari petugas lapangan

yang ditunjuk oleh peneliti.

5. Informed Consent

Sebelum penelitian dilakukan peneliti memberikan informasi lengkap

tentang tujuan, manfaat, prosedur, dan harapan penelitian terhadapa

responden. Setelah responden memahami semua penjelasan dari peneliti

dan responden bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

sebagai subyek penelitian.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang, dengan

jumlah responden 67. Hasil penelitian ini beruba hasil analisis Univariat dan

Bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel yang diteliti, Analisa ini dilakukan untuk

melihat Distribusi frekuensi untuk semua variabel yang diteliti. Yaitu

identitas responden yang meliputi : Kelas, Usia, Pekerjaan Orangtua,

Tingkat Pengetahuan dan Kesiapan Menarche (Notoatmodjo, 2010).

a. Karakteristik Responden

1) Kelas Responden

Karakteristik responden berdasarkan usia dijelaskan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 5.1 Karakteristik Kelas Responden di Madrsah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang tahun 2021 (n = 67)

64
65

Kelas Frekuensi Presentase

4 20 29,9%

5 22 32,8%

6 25 37,3%

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa karakteristik responden

berdasarkan kelas didapatkan hasil hampir setengahnya kelas VI

25 (37,3%) responden dan hampir setengahnya kelas V 22 (32,8%)

dan untuk kelas IV hampir setengahnya 20 (29,9%)

2) Umur Responden

Karakteristik responden berdasarkan usia dijelaskan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 5.2 Karakteristik Umur Responden di Madrsah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang tahun 2021 (n = 67)

Umur Frekuensi Presentase

10 19 28,4%

11 23 34,3%

12 25 37,3%

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa karakteristik responden

berdasarkan umur didapatkan hasil hampir setengahnya berusia 12

tahun sebanyak 25 responden (37,3%) dan hampir setengahnya


66

responden yang berusia 11 tahun sebanyak 23 (34,3%) dan hampir

setengahnya responden yang berusia 10 tahun ada 19 (28,4%) .

b. Pekerjaan Orang tua Responden

Karakterisitik responden berdasarkan pekerjaan orang tua responden

dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.3 Karakteristik Pekerjaan Orang tua Responden di

Madrsah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar

Kabupaten Tangerang tahun 2021 (n = 67)

Pekerjaan orang tua Frekuensi Presentase

Wiraswasta 23 34,3%

Buruh 34 50,7%

Wirausaha 4 6,0%

Ibu rumah tangga 2 3,0%

Guru 4 6,0%

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan orang tua responden didapatkan hasil lebih

dari setengah bekerja sebagai buruh 34 (50,7%) hampir

setengahnya sebagai wiraswasta 23 (34,3%) dan hampir ada

bekerja sebagai wirausaha 4 (6,0%) hampir ada sebagai ibu rumah

tangga 2 (3,0%) dan hampir ada sebagai guru 4 (6,0%)


67

c. Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Menstruasi Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang

tahun 2021 (n = 67)

Tingkat Pengetahuan
Frekuensi Presentase
Tentang Menstruasi
Baik 20 29,9%

Cukup 11 16,4%

Kurang 36 53,7%

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh bahwa lebih dari setengah

responden 36 (53,7%) siswi yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang dan hampir setengah responden tingkat pengetahuan siswi

dengan kategorik baik 20 (29,9%) sedangkan sebagian kecil yang

memiliki tingkat pengetahuan cukup 11 (16,4%).

d. Kesiapan Menghadapi Menarche

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

kesiapan menghadapi menarche Pada Siswi

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan

Mekar Kabupaten Tangerang tahun 2021 (n = 67)


67

Kesiapan Menghadapi Frekuensi


Presentase
Menarche
Siap
23 34,3%
Tidak Siap
44 65,7%
Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh bahwa lebih dari setengah

responden tidak siap menghadapi menarche 33 (65,7%).

Sedangkan sebagian kecil responden siap menghadapi menarche 23

(34,3%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu analisis yang menjelaskan bahwa adakah

hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan

kesiapan menghadapi menarche pada siswi Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang (n=67).

Analisi ini menggunakan uji analisi spearman rho. Untuk

menganalisis data digunankan sistem pengolahan data dengan

bantuan SPSS yang hasilnya dapat dilihatpada tabel dibawah ini.

Tabel 5.6 Hasil tabulasi silang Hubungan Tingkat Pengetahuan

Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi

Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah


67

Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang tahun

2021 (n = 67)
69

Kesiapan menghadapi Total


menarche
Tingkat Siap Tidak siap
pengetahuan Baik 12 8 20
tentang Cukup 10 1 11
menstruasi Kurang 1 35 36
Total 23 44 67

Berdasarkan tabel 5.6 tabulasi silang hubungan tingkat

pengetahuan tentang mentruasi dengan kesiapan menghadapi

menarche dapat diperoleh bahwa sebagian besar responden yang

tingkat pengetahuan tentang menstruasi kurang dengan tidak siap

menghadapi menarche 35 responden (97%), dan lebih dari

setengah tingkat pengetahuan tentang menstruasi baik dengan siap

menghadapi menarche 12 responden (60%).

Tabel 5.7 Hasil Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Menstruasi dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada

Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan

Mekar Kabupaten Tangerang tahun 2021 (n = 67)

1 Tingkat Kesiapan
Pengetetahuan Menghadapi
tentang Menarche
Menstruasi
Correlation
Spearman’s Tingkat Coefficient 1.000 ,624
rho Pengetetahuan Sig. (2-tailed) 0,000
tentang N 67
Menstruasi 67
70

Correlation
Kesiapan Coefficient ,624 1.000
Menghadapi Sig. (2-tailed) 0,000
Menarche N 67 67

Berdasarkan tabel 5.7 hasil analisa hubungan tingkat pengetahuan tentang

menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang

menunjukan hasil distribusi frekuensi dengan uji spearman rank dari 67

responden didapatkan nilai signifikan sebesar 0,00. Karena nilai signifikan

0,00 < 0,05 maka artinya Ha diterima Ho ditolak, yaitu ada hubungan yang

signifikan antara variabel tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan

kesiapan menghadapi menarche. Angka koefesien korelasi pada hasil diatas

bernilai positif yaitu 0,624 sehingga hubungan kedua variabel tersebut

searah artinya jika tingkat pengetahuan tentang menstruasi meningkat maka

kesiapan menghadapi menarche meningkat. Tingkat kekuatan hubungan

tingkat pengetahuan tentang mentsruasi dengan kesiapan menghadapi

menarche adalah sebesar 0,624 yang artinya cukup.

B. Pembahasan

Berdsarkan hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti memperoleh data

yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebar kuesioner kepada 67

responden untuk mengetahui Hubungan Tingkat Peengetahuan Tentang

Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah DesaTanjakan Mekar Kabupaten Tangerang. Data


71

tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai

hasil akhir. Dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

1) Kelas Responden

Diagram 5.1 Frekuensi Kelas

Distrbusi karateristik responden yang dilihat pada kelas

menunjukkan bahwa hampir setengahnya kelas IV 20 (29,9%), dan

hampir setengahnya kelas V 22 (32,8%), sedangkan hampir

setengahnya kelas VI 25 (37,3%) responden.

Hasil penelitian Enik Amaliah (2018) berdasarkan kelas

menunjukkan dari 76 responden didapatkan hasil lebih dari

setengahnya dikelas IV sebanyak 40 (52,6%) dan dikelas V

sebanyak 36 (47,4%).
72

Hasil penelitian Fifi Fitriyaningrum (2021) didapatkan bahwa

responden yang mengalami menarche pada saat duduk di bangku

kelas VI sebanyak 24 orang (60,0%) dan responden yang duduk di

bangku kelas VII sebanyak 16 orang (40,0%).

Hasil penelitian Dwi Retnaningsih, dkk (2018) menunjukkan bahwa

dari 36 responden, mayoritas responden yang duduk di kelas IV

(empat) berjumlah 13 siswi (36,1%), serta responden yang duduk di

kelas VI (enam) berjumlah 13 siswi (36,1%) dan responden yang

duduk di kelas V (lima) berjumlah 10 siswi (27,8%). Menurut Dwi

Retnaningsih, dkk (2018) mayoritas responden banyak dikelas 4

karena Hal ini dikarenakan peneliti lebih memilih responden yang

berada pada tingkat kelas IV sebagai perwakilan responden dari SD

yang diteliti karena siswi memasuki masa pubertas mayoritas duduk

ditingkat kelas IV yang ditandai dengan menarche.

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa responden yang

berada pada tingkat kelas IV-VI sebagai perwakilan responden dari

Madrasah yang diteliti karena siswi memasukim masa pubertas

mayoritas duduk ditingkat kelas IV-VI yang ditandai dengan

menarche.
73

2) Umur Responden

Diagram 52 frekuensi Umur

Distribusi karakteristik responden yang dilihat pada umur

menunjukan bahwa didapatkan hasil hampir setengahnyas

kelas VI berusia 25 (37,3%) responden dan hampir

setengahnya kelas V berusia sebanyak 23 (34,3%. hampir

setengah kelas IV berusia 19 (28,4%),.

Hasil penelitian Dwi Retnaningsih (2018) yang dilakukan pada

36 responden diperoleh hasil sebagian besar responden yang

berumur 12 tahun sebanyak 12 siswi(33,3%). Hal ini

menunjukkan bahwa banyak siswi SD yang belum

menghadapi menarche. Seharusnya diumur 11 tahun sudah

mengalami menarche. Masa pubertas ini khususnya pada

remaja terjadi peristiwa penting berupa kematangan dari fungsi

organ reproduksi yang disebut dengan menarche pertama atau

yang disebut dengan menarche.


74

Hasil penelitian Fitri Fitriyaningrum (2021) dari 40 responden

di dapatkan bahwa usia rata- rata responden mengalami

menarche adalah 13,12 tahun dengan simpangan baku 0,335.

Umur termuda responden adalah 13 tahun dan umur tertua

responden adalah 14 tahun. Berdasarkan Riskesdas (2010)

rata-rata usia menarche pada perempuan usia 13 tahun (20,0%)

dengan kejadian awal pada usia kurang dari 9 tahun.

Sedangkan berdasarkan pengelompokan usia menarche 50

diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu diketahui

bahwa tingkat umur responden paling banyak berada di umur

13 tahun sebanyak 35 responden ( 87,5%) dan paling sedikit

adalah umur 14 tahun sebanyak 5 responden (12,5%).

Berdasarkan hasil penelitian dari 40 responden di dapatkan

bahwa responden yang mengalami menarche pada saat duduk

di bangku kelas VI ada sebanyak 24 orang (60,0%).

Berdasarkan Riskesdas 2010, rata-rata usia menarche pada

perempuan usia 13 tahun (20,0%) yang setara dengan anak

kelas VI atau VII.

Hasil penelitian Indah Lutfiyah (2016) menunjukkan bahwa

sebagian besar umur siswi adalah 10 tahun (69,1%).

Pengkategorian umur responden didasarkan pada hasil SDKI

Remaja tahun 2012 yang menyebutkan bahwa rata-rata usia

menarche remaja putri adalah 12 tahun. Sehingga siswi yang


75

dijadikan sebagai responden penelitian adalah siswi kelas IV

dan dengan umur di bawah 12 tahun yang masuk kategori

remaja prapubertas. Mayoritas responden penelitian berada

pada usia 10 tahun. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan

hasil SDKI reproduksi remaja yang menunjukkan bahwa

rentang usia 9–11 tahun pada remaja putri merupakan usia

prapubertas.

Remaja adalah tahap dimana seseorang mengalami

perkembangan tanda-tanda seksual sekundernya hingga

mencapai kematangan seksual Sarwono (2010) dalam Nurul

(2021). Hurlock (2004) dalam Nurul (2021) menjelaskan masa

puber merupakan masa yang tumpang tindih, karena meliputi

tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal

masa remaja. Desmita (2008) dalam Teti Nurhayati

(2016)membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu:

(1) masa praremaja atau masa prapubertas (10—12 tahun), (2)

masa remaja awal atau pubertas (12—15 tahun), (3) masa

remaja pertengahan (15—18 tahun), dan (4) masa remaja akhir

(18—21 tahun). Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang

disebut masa adolescence.

Dari uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan prapubertas

adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja,


76

dengan rentang usia antara 10 sampai 12 tahun dan secara

khusus pada usia ini ditandai dengan perubahan fisik, kognitif

dan sosial.

3) Pekerjaan Orang tua

Diagram 5.3 frekuensi Pekerjaan Orang tua

Distribusi karakteristik responden yang dilihat dari pekerjaan orang

tua responden menunjukan bahwa hampir setengahnya sebagai

wiraswasta 23 (34,3%) dan lebih dari setengah bekerja sebagai

buruh 34 (50,7%) dan hampir ada bekerja sebagai wirausaha 4

(6,0%) dan hampir ada sebagai ibu rumah tangga 2 (3,0%) dan

hampir ada sebagai guru 4 (6,0%)

Hasil penelitian Enik Amaliah (2018) menunjukkan bahwa hampir

setengahnyaorang tua responden 33 (59,2%) bekerja sebagai ibu

rumah tangga, dan hampir tidak ada bekerja sebagai PNS 3 (3,9%)

bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 23 (30,4%) dan bekerja

sebagai buruh/petani sebanyak 8 (10,5%).


77

Hasil penelitian Sevi Budiati, dkk (2012) didapatkan bahwa

pekerjaan orang tua sebagai swasta 20 (52,6%) sebagai IRT

sebanyak 15 (39,5%) dan sebagai pns yaitu 3 (7,9%).

Hasil penelitian Indah Lutfiyah (2016) yang dilihat dari pekerjaan

orang tua bahwa sebagian besar responden dididik dengan pola

asuh otoritatif dari orang tuanya. Ketidaksiapan dalam menghadapi

menarche tertinggi dimiliki oleh responden yang dididik secara

otoriter dari orang tuanya. Perbedaan gaya pengasuhan yang

diterapkan orang tua tidak menjamin adanya perbedaan tingkat

kesiapan.

Dari hal ini peneliti menyimpulkan bahwa pekerjaan orang tua

tidak berpengaruh besar terhadap ketidaksiapan menghadapi

menarche. Karena pengetahuan tentang menarche bisa didapatkan

dimana saja.

b. Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi


78

Diagram 5.4 frekuensi Tingkat Pengetahuan

Tentang Menstruasi

Tingkat Pengetahuan tentang menstruasi pada siswi Madrsah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang menunjukan bahwa hampir setengahnya tingkat

pengetahuan siswi dengan kategorik baik 20 (29,9%) dan sebagian

kecil yang memiliki tingkat pengetahuan cukup 11 (16,4%)

sedangkan setengah responden 36 (53,7%) siswi yang memiliki

tingkat pengetahuan kurang.

Hasil penelitian Elvina Sari Sinaga, dkk (2021) dapat diketahui

bahwa dari 53 responden, siswi berpengetahuan baik sebanyak 17

orang (32.1%), berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (30.2%)

dan berpengetahuan kurang sebanyak 20 orang (37.7%)

Hasil penelitian Silvia Novitasari (2018) diketahui bahwa

responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 siswi


79

(37,2%). Siswi dengan pengetahuan cukup sebanyak 11 siswi

(31,4%), dan pengetahuan kurang 11 siswi (31,4%)

Hasil penelitian oleh Heri Setiawan, dkk (2020) diperoleh bahwa

mayoritas siswi di SD Negeri Sumogawe memiliki pengetahuan

yang baik sebanyak 29 orang (60%). Pengetahuan siswi di SD

Negeri Sumogawe sebagian besar (79%) berasal dari

sekolah.Sekolah memiliki peranan penting dalam memberikan

informasi terkait menstruasi.

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat

erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi

maka akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang

berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan

formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.

Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap

seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,

maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek

tertentu (Notoatmojo, 2014).

Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa tingkat

pengetahuan tentang menstruasi masih kurang, karena kurangnya


80

pendidikan mengenai menstruasi. pendidikan sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan seseorang, pendidikan yang tinggi akan

semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat, namun pendidikan

juga tidak hanya didapatkan disekolah melainkan bisa didapat

diluar sekolah seperti dari orang tua, media, majalah dan lain

sebagainya.

c. Kesiapan menghadapi menarche

Diagram 5.5 frekuensi Kesiapan menghadapi menarche

Kesiapan menghadapi menarche pada siswi Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang diperoleh

bahwa sebagian kecil responden siap menghadapi menarche 23

( (34,3%) dan lebih dari setengah tidak siap menghadapi menarche

33 (65,7%).

Hasil penelitian Dwi Retnaningsih, dkk 92018) menunjukkan

bahwa mayoritas responden berjumlah 28 siswi (77,8%)


81

dinyatakan tidak siap menghadapi menarche, dan responden

berjumlah 8 siswi (22,2%) dinyatakan siap menghadapi menarche.

Hasil penelitian Elvina Sari Sinaga, dkk (2021) dapat diketahui

bahwa dari 53 responden, siswi yang berperilaku baikdalam

menghadapi menarche sebanyak 19 orang (35.8%), dan yang

berperilaku buruk dalam menghadapi menarche sebanyak 34 orang

(64.2%).

Hasil Penelitian Silvia Novitasari, dkk (2018) menyatakkan bahwa

dari ke 35 siswi yang yang siap menghadapi menarche sebanyak

17 siswi (49%), sedangkan yang tidak siap menghadapi menarche

terdapat 18 siswi (51%).

Menurut Azwar (2007) dalam Ayu (2017) Kesiapan adalah suatu

pola prilaku tendensi atau kesiapan antisipasif dan predisposisi

untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana

kesiapan adalah respon terhadap stimulus sosial yang terkondisikan

Menurut djamarah (2005) dalam Ayu (2017) Seorang remaja

dikatakan siap secara fisik menghadapi menstruasi pertama apabila

remaja sudah mempersiapkan dirinya pada saat mendaptakan

menstruasi pertama (menarche), sudah tahu apa yang akan

dilakukan pertama kali saat menstruasi datang. Selain itu remaja


82

juga sudah mengetahui cara perawatan diri saat menstruasi dan

telah mendapat informasi baik dari orang tua maupun melalui buku

bacaan.

Menurut Slemeto (2010) Kesiapan adalah keseluruhan kondisi

seseorang yang membuatnya siap memberikan respon atau

jawaban dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian

kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecendrungan untuk

memberi respon.

Dari penjelasan diatas peneliti berasumsi bahwa kesiapan

menghadapi menarche yang kurang dikarenakan pengetahuan siswi

yang kurang sehingga siswi belum siap secara fisik mendapat

menstruasi pertama (menarche), juga bisa dikarenakan umur siswi

yang masih 10-12 tahun umur tersebut dianggap sebagai umur

yang belum memiliki kematangan dalam proses berfikir..

2. Analisa bivariat

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Kesiapan

Menghadapi Menarche.

Berdasarkan hasil analisa korelasi spearman rho terdapat hubungan

tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan menghadapi

menarche pada siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah desa Tanjakan

Mekar Kabupaten Tangerang, yang menunjukkan bahwa nilai r adalah

0,624 dan p value (0,00) < a (0,05), maka keputusannya Ho ditolak dan
83

Ha diterima. Artinya adanya hubungan yang signifikan antara

hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan

menghadapi menarche pada siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah

desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang.

Penelitian ini juga sesuai dengan Haruna, S. R., & Rahim, A. (2020)

dengan judul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kesiapan

Menghadapi Menarche Dengan Kecemasan Siswi Pada Kelas V Dan

VI Di SD Inpres Tello Baru 1/1” Hasil penelitian menunjukkan


bahwa tingkat pengetahuan tentang menstruasi pada kelas V dan

VI di SD Inpres Tello Baru 1/1 termasuk dalam kategori baik

yaitu sebesar 72,9%, dan kesiapan menghadapi menarche sebesar

87,1%, dan didapatkan kecemasan siswi sebesar 62,9%. Hasil uji Chi

Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dan kesiapan menghadapi menarche dengan kecemasan

pada siswi (p=0,000, p=0,000) ada hubungan yang signifikan

antara tingkat pengetahuan dan kesiapan menghadapi menarche

dengan kecemasan siswi pada kelas V dan VI di SD Inpres Tello Baru

1/1.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian milik Heri Setiawan dkk,

(2020) dengan judul Pengetahuan Tentang Menstruasi Berhubungan

Dengan Kesiapan Mental Pra-Rmemaja Dalam Dalam Menjalani


84

Menstruasi. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan yang baik 60%,

sedangkan yang tidak baik 40%. Selanjutnya yang siap menjalani

menstruasi 56% dan yang tidak siap 44%. Uji kolerasi melalui pearson

product moment menghasilakan p value <0,05 yaitu sebesar 0,027. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan

antara pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan mental remaja

dalam menjalani menstruasi. Hubungan yang dimaksud ialah semakin

baik pengetahuan yang dimiliki, maka semakin baik kesiapan remaja

dalam menjalani menstruasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dwi Retnaningsih (2018) yang

didapat dari 36 responden di SD N Plalangan 01 Semarang. Hasil tidak

siap dengan cemas sedang sebanyak 15 siswi (41,7%), tidak siap

dengan cemas berat sebanyak 13 siswi (36,1%), dan dinyatakan siap

dengan cemas ringan sebanyak 3 siswi (8,3%), siap dengan cemas

sedang sebanyak 5 siswi(13, 9%). Berdasarkan uji korelasi Rank

Spearmen diperoleh nilai p value (0,026) < 0,05 dan nilai koefi sien

ρ(rho) sebesar – 0,372, maka ada hubungan kesiapan menghadapi

menarche dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah di SD N

Plalangan 01 Semarang. Nilai koefi sien ρ (rho) negatif dengan

kekuatan lemah menunjukkan jika kesiapan menghadapi menarche

semakin tinggi maka tingkat kecemasan semakin rendah.)


85

Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menstruasi

dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Sada Siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang

dengan nilai korelasi 0,00 dengan nilai signifikan (p-palue<0,05).

Dalam hal ini tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap

kesiapan siswi yang akan mendapat menstruasi, jika tingkat

pengetahuan tentang menarche semakin tinggi maka kesiapan

menghadapi menarche juga akan semakin tinggi.

C. Hambatan Peneliti

1. Pengumpulan data tingkat pengetahuan dengan kuesioner tertutup,

sehingga responden tidak dapat memberikan banyak keterangan tentang

pengetahuan yang dimiliki namun sebatas mengisi jawaban yang sudah

ada pada kuesioner.

2. Variabel yang diteliti dari faktor pembentuk sikap hanya pengetahuan,

sehingga peneliti hanya dapat mengetahui kesiapan responden dari faktor

pengetahuan saja.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang, maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Teridentifikasi karakteristik responden dari kelas terbanyak yaitu kelas VI

25 (37,3%) responden, karakteristikdari usia terbanyak yaitu25 (37,3%)

responden dan karakteristik berdasarkan pekrejaan orang tua terbanyak

bekerja sebagai buruh 34 (50,7%).

2. Teridentifikasi tingkat pengetahuan tentang menstruasi pada siswi

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten

Tangerang bahwa hampir setengahnya responden memiliki tingkat

pengetahuan tentang menstruasi yang kurang yaitu 36 (53,7%)

3. Teridentifikesi kesiapan menghadapi menarche pada siswi Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang

bahwa lebih dari setengah tidak siap menghadapi menarche 33 (65,7%)

4. Tteridentifikasi hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi

Menarche Pada Siswi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan

Mekar Kabupaten Tangerang dengan nilai Spearman’s Rho sebesar 0,624

yang berarti kuat, dan dengan hasil signifikan p-value sebesar 0,00 < 0,05.

86
87

B. Saran

1. Bagi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi dan bahan

bacaan diperpustakaan bagi mahasiswa di STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang

2. Bagi Institusi Tingkat Madrasah Ibtidaiyah

Diharapkan agar memberikan pendidikan lebih mengenai kesehatan

reproduksi khususnya tentang menstruasi pada siswi diintegrasikan dalam

mata pelajaran IPA.

3. Bagi Siswi Madrasah Ibtidaiyah

Diharapkan mendapatkan informasi dan pengetahuan bagi siswi tentang

pengetahuan menghadapi menarche sehingga para siswi bisa menghadapi

menstruasi dengan tidak merasa cemas dan siap mengahdapinya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan khususnya tentang pengetahuan menstruasi dengan kesiapan

menghadapi menarche. Serta dapat dijadikan bahan referensi sebagai

bahan acuan dalam penelitian berikutnya mengenai pengetahuan tentang

menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Susharsimi., 2002, Prosedur Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :

Rineka Cipta

Afifah, A. & Hastuti, T. P. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi

Kelas V Dan VI Di SD Negeri Dangkel Parakan Temanggung.

Jurnal Kebidanan. Vol.5 No.11. ISSN: 2089-7669.

BBKBN,2002, Reproduksi Sehat Sejahtera Remaja, Jakarta.

De Fretes, F., Tingginehe, V . A., & Setiawan, H. (2002). Pengetahuan tentang

Menstruasi Berhubungan dengan Kesiapan Mental Pra-Remaja

dalam Menjalani Menstruasi. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah

STIKES Kendal, 10(1), 1-10.

Delima, M., Andriani, Y., & Lestari, T. (2020). Pendidikan Kesehatan tentang

Menstruasi terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Menarche pada

Siswi Kelas V dan VI. Jurnal Kesmas Asclepius, 2(2), 97-104.

Dina Safitri, Arneliwati, Erwin. 2014. Analisis Indikator Gaya Hidup Yang

Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri. Jom Psik.1(2):

1-10

Donsu, J.D.T. (2017). Pisikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres

Fitriyaningrum, V., & Hindriyastuti, S. (2021). Gambaran Krakteristik Remaja

Putri Kelas VII Pada saat Menghadapi Menarche di SMP N 2

Undaan Kudus. Jurnal Profesi Keperawatan (JPK), 8(1).

Gulo, W.,2004, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grasindo.

88
89

Hafidha, M. (2020). Gambaran Kejadian Menarche Pada Siswi Kelas IV, V dan

VI SD Negeri Beji Wates Kulon Progo Tahun (Doctoral

dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Haruna, S. R., & Rahim, A. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan

Kesiapan Menghadapi Menarche Dengan Kecemasa Siswi Pada

Kelas V Dan VI Di SD Inpres Tello Baru 1/1. Jurnal Akrab Juara,

5(4), 194-205.

Hidayah, N., & Palila, S. (2018). Kesiapan Menghadapi Menarche pada Remaja

Putri Prapubertas Ditinjau dari Kelekatan Aman Anak dan Ibu.

Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(1), 107-114.

Juwita, S., & Yulita, N. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kesiapan Remaja

Putri Dalam Mengahadapi Menarche. JOMIS (Journal of

Midwifery Science), 2(2), 50-54.

Jumiati, I. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan

Sikap Bullying Pada Siswa Di SD Negeri 01 Ngesrep Kecamatan

Banyumanik Kota Semarang (Doctoral dissertation, Universitas

Muhammadiyah Semarang).

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI

Kusmiran,E.,2012. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita, Jakarta : Salemba

Medika

Lutfiya, I. (2016). Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar dalam Menghadapi

Menarche. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 5(2), 135-145.


90

Laili, U., & Crusitasari, E. D. Pemakaian Pembalut Saat Menstruasi Dengan

Kejadian Pruritus Pada Vulva.

Manuba,Ida A.C Dkk, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2,

Jakarta : EGC

Maria, H., Sihotang, I., Efendi, J. S., Farisa, I.,& Arya, D. (2018). Implementasi

Program Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kota Pekanbaru. 3(2).

Mutasya, F. U., Edison, E., & Hasyim, H. (2016). Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP Adabiah. Jurnal

Kesehatan Andalas, 5(1).

Nopiana, C., Prabowo, T., & Hutasoit, M. (2013). Hubungan Pengetahuan Remaja

Tentang Menarche Dengan Kecemasan Menghadapi Menarche Di

SD Tlogo Kasihan dan SD Mejing II Gamping

Yogyakarta (Doctoral dissertation, STIKes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta).

Novitasari, S., Wardani, H. E., & Ariwinanti, D. (2018). Hubungan Pengetahuan

Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi

Menarche Pada Siswi Sdn Asrikaton 1. Preventia: The Indonesian

Journal of Public Health, 3(2), 131-135.

Novita, D., Purwaningsih, H., & Susilo, E. (2020). Kesiapan Menghadapi

Menarche Pada Anak Sekolah Dasar Sebelum dan Setelah

Diberikan Pendidikan Kesehatan The Shine Cahaya Dunia S-1

Keperawatan, 5(2).

Notoatmodjo, Soekidjo, 2013. Promosi Kesehatan dan Prilaku kesehatan, Jakarta :

Rineka Cipta
91

Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Prilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Nurlock,B.E., 1994 Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Kehidupan, Gelora Askaa Pratama.

Putri, A. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang menstruasi

dengan sikap menghadapi menarche pada siswi SD Negeri 3

Bantul Yogyakarta (Doctoral dissertation, STIKes Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta).

Putri, R. (2020). Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri dalam Menghadapi

Haid Pertama Kali (Menarche) pada Siswi Kelas VII SMP Negeri

1 Atambua. Jurnal Sahabat Keperawatan, 2(2).

Retnaningsih, D., Wulandari, P., & Afriana, V. H. (2018). Kesiapan Menghadapi

Menarche Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah.

Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 57-64.

Sari., R. J. 2018. Hubungan Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Sikap

Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Kelas VII Di SMP

Swasta Hangtuah Stabat. Excellent Midwifery Journal. Vol.2 No.1.

e-ISSN: 2620-9829

Sarwono, Prawirhardjo. 2011. Psikologis Remaja, Jakarta : Rajawali Pers

Sevi Budiati, A. M., & Apriliastuti, D. A. (2012). Hubungan tingkat pengetahuan

ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan kesiapan anak

menghadapi masa pubertas. Jurnal Kebidanan, 4(1)

Sinaga, E. S., & Lubis, A. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan Siswi Kelas

VII Dalam Mneghadapi Menarche. Jurnal Gentle Birth, 4(1), 17-

29.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Solehati, T., Trisyani, M., & Kosasih, C. E. (2018). Gambaran pengetahuan,

sikap, dan keluhan tentang menstruasi diantara remaja puteri.

Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing

Journal), 4(2), 86-91

Sulistioningsih, E. 2014. Hubungan Kesiapan Menghadapi Menarche dengan

Perilaku Vulva Hygiene Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri

(SDN) Kebonsari 04 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Jember.

Supriyadi, A. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang

menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi di

SD Negeri Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul

Yogyakarta (Doctoral dissertation, STIKes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta).
LAMPIRAN
94

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan


95

Lampiran 2 : Surat Balasan Permohonan Izin Studi Pendahuluan


96

Lampira 3 : Surat Balasan Permohonan Uji Validitas


97

Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin penelitian


98

Lampiran 5 : Surat Balasan Permohonan Izin Penelitian


99

Lampran 6 : Kartu Bimbingan PBB 1


100

Lampiran 7 : Kartu Bimbingan PBB 2


101

Lampiran 8 : LembarPersetujuan Untuk Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh


Neneng Soleha yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Menstruasi dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Falah Desa Tanjakan Mekar Kabupaten Tangerang”.

Setelah saya mendapatkan penjelasan dari para peneliti, maka saya memahami
prosedur, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan kerugian saya. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk dapat
digunakan sepenuhnya.

Pamulang, 07 Juli 2021


Responden

(...............................)
101
102

Lampiran 9 : Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

DATA UMUM RESPONDEN

Nama responden :
Umur :
Kelas :
Pekerjaan Orang Tua :

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check ( √) pada jawaban yang anda anggap
benar.

No Pertanyaan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak
Setuju
1 Menstruasi normal terjadi
pada wanita
2 Menstruasi adalah
pengeluaran darah dari alat
kandungan lewat alat
kelamin
3 Lamanya menstruasi adalah
5-7 hari
4 Banyaknya darah pada
waktu menstruasi adalah
kira-kira dua kali ganti
pembalut dalam sehari
5 Pada saat menstruasi pasti
perut terasa sakit
103

6 Agar darah bisa keluar


dengan lancar saat
menstruasi dianjurkan untuk
mengurangi aktifitas fisik
7 Menstruasi adalah tanda
kematangan atau akhil balik
seorang wanita
8 Saat menstruasi pinggang
dan perut bisa terasa sakit
Bila menstruasi terasa sakit
9 tidak boleh minum obat
karena dapat menyebabkan
tambah sakit
10 Selama menstruasi wanita
harus memakai pembalut
atau kain untuk menampung
darah yang keluar dari alat
kelamin
11 Selama menstruasi dalam 1
hari tidak perlu ganti
pembalut
12 Saat menstruasi kebersihan
badan harus dijaga terutama
kebersihan vagina
13 Tidak menjaga kebersihan
saat menstruasi dapat
menyebabkan seseorang
mudah terkena penyakit
infeksi alat kelamin
104

14 Menstruasi yang pertama


kali dapat menyebabkan
kecemasan pada wanita
15 Biasanya wanita mulai
mendapat menstruasi umur
10 tahun
16 Karena wanita yang
menstruasi mengeluarkan
banyak darah maka saat
menstruasi dianjurkan
makan makanan bergizi
17 Saat menstruasi pasti badan
terasa lemas
18 Saat menstruasi sering emosi
19 Pada saat menstruasi kalau
makan amis darah yang
keluar akan berbau amis
juga.
20 Saat menstruasi pasti timbul
jerawat
21 Saat menjelang menstruasi
payudara terasa sakit
22 Jika menstruasi terjadi setiap
bulan darah di dalam tubuh
akan habis
23 Jarak menstruasi ke
menstruasi berikutnya
teratur setiap 30 hari
24 Saat menstruasi tidak perlu
mengenakan pembalut
105

Lampiran 10 : Kuesioner Kesiapan Menghadapi Menarche

DATA UMUM RESPONDEN

Nama responden :
Umur :
Kelas :
Pekerjaan Orang Tua :

KUESIONER KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check ( √) pada jawaban yang anda anggap
benar.
No Pertnyaan Ya Tidak

1 Saya siap menghadapi menstruasi karena


melihat ibu / saudara perempuan saya juga
mendapat menstruasi
2 Saya tidak siap menghadapi menstruasi
karena pernah melihat orang menstruasi
perutnya sakit
3 Saya siap mendapat menstruasi walau kata
orang menstruasi itu sakit
4 Saya siap menghadapi menstrulasi karena
melihat iklan di TV ada minuman pengurang
rasa sakit pada saat menstruasi.
5 Saya siap menghadapi menstruasi karena
biasanya anak seumuran saya sudah
mendapat menstruasi
6 Saya siap menghadapi menstruasi walaupun
karena menstruasi saya tidak bisa
menjalankan ibadah
106

7 Saya siap mendapatmenstruasi karena kata


guru hal itu wajar dialami oleh setiap wanita
8 Kalau ada teman saya sudah mendapat
menstruasi saya baru siap mendapat
menstruasi

9 Saya tidak siap menghadapi menstruasi


karena saya melihat orang menstruasi itu
repot
10 Saya tidak siap menghadapi menstruasi
karena pernah melihat orang kalo sedang
menstruasi tdak bisa kemana-mana
Ya Tidak
11 Saya tidak siap menghadapi menstruasi
karena tidak tahu cara memakai pembalut
12 Saya tidak siap menghadapi menstruasi
kerana datangnya 1 bulan sekali
13 Saya tidak siap menghadapi menstruasi
karena melihat orang yang sedang
menstrulasi tubuhnya lemas.
106
107

14 Saya siap menghadapi menstruasi karena


dengan menstruasi saya menjadi wanita
normal
107
108

Lampiran 11 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi

Correlations

VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR VAR
0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0001 0001 0001 0001 0001 0001 0001 0001 0001 0001 0002 0002 0002 0002 0002 0002
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5

VAR Pearson
0000 Correlatio 1 ,294 ,389* ,056 ,354 ,340 ,369* ,295 ,354 ,088 ,442* ,437* ,228 ,384* ,105 -,033 ,053 ,224 ,146 ,122 ,200 ,290 ,238 ,335 ,487**
1 n

Sig. (2-
,115 ,034 ,769 ,055 ,066 ,045 ,114 ,055 ,642 ,014 ,016 ,226 ,036 ,579 ,864 ,781 ,235 ,442 ,520 ,288 ,120 ,206 ,070 ,006
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
0000 Correlatio ,294 1 ,263 ,227 ,139 ,304 ,255 ,149 ,277 ,243 ,347 ,211 ,370* ,233 ,255 ,166 ,353 ,351 ,319 ,233 ,681** ,315 ,187 ,203 ,500**
2 n
Sig. (2-
,115 ,161 ,227 ,465 ,103 ,174 ,433 ,138 ,196 ,061 ,263 ,044 ,216 ,174 ,380 ,055 ,057 ,086 ,216 ,000 ,090 ,323 ,281 ,005
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00003
109

Pearson
,565* ,550* ,599* ,564* ,519* ,658* ,690* ,740*
Correlatio ,389* ,263 1 ,284 *
,369* *
,306 ,305 ,244 ,199 *
,180 *
,140 ,234 ,375* ,270 ,259 *
,439* ,359 * * *

n
Sig. (2-
,034 ,161 ,128 ,001 ,045 ,002 ,101 ,101 ,193 ,293 ,000 ,341 ,001 ,462 ,214 ,041 ,148 ,167 ,003 ,015 ,051 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,489* ,712* ,878* ,472*
0000 Correlatio ,056 ,227 ,284 1 ,053 ,192 ,239 -,019 -,211 *
,449* -,010 ,192 -,099 *
,239 ,444* ,234 *
-,060 ,230 ,311 ,036 ,324 *

4 n
Sig. (2-
,769 ,227 ,128 ,781 ,310 ,203 ,921 ,262 ,006 ,013 ,958 ,309 ,602 ,000 ,204 ,014 ,213 ,000 ,753 ,222 ,095 ,852 ,081 ,008
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,565* ,559* ,605* ,494* ,715* ,690* ,583*
0000 Correlatio ,354 ,139 *
,053 1 ,347 ,311 ,268 ,462* ,175 ,100 *
-,092 *
-,062 ,058 ,412* ,063 ,000 *
,378* ,095 * * *

5 n
Sig. (2- 1,00
,055 ,465 ,001 ,781 ,060 ,095 ,152 ,010 ,355 ,599 ,001 ,629 ,000 ,744 ,762 ,024 ,740 ,006 ,039 ,618 ,000 ,000 ,001
tailed) 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,487* ,661* ,559*
0000 Correlatio ,340 ,304 ,369* ,192 ,347 1 *
,315 ,174 -,053 -,053 ,460* ,366* ,381* ,169 ,124 ,428* ,118 ,227 ,381* ,434* ,086 ,350 * *

6 n
Sig. (2-
,066 ,103 ,045 ,310 ,060 ,006 ,090 ,359 ,779 ,779 ,011 ,046 ,038 ,373 ,513 ,018 ,534 ,228 ,038 ,017 ,651 ,058 ,000 ,001
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
110

VAR Pearson
,550* ,487* ,555* ,526*
0000 Correlatio ,369* ,255 *
,239 ,311 *
1 ,187 ,025 ,050 ,050 ,324 ,064 ,286 ,333 ,180 ,183 ,079 ,378* ,249 ,385* ,042 ,360 * *

7 n
Sig. (2- ,824
,045 ,174 ,002 ,203 ,095 ,006 ,324 ,896 ,794 ,794 ,081 ,737 ,126 ,073 ,341 ,334 ,680 ,039 ,184 ,036 ,051 ,001 ,003
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,608*
0000 Correlatio ,295 ,149 ,306 -,019 ,268 ,315 ,187 1 ,357 ,000 ,179 ,391* ,197 ,238 ,009 -,058 ,295 ,113 ,021 ,238 *
,372* ,220 ,323 ,394*
8 n
Sig. (2- 1,00
,114 ,433 ,101 ,921 ,152 ,090 ,324 ,053 ,345 ,033 ,296 ,205 ,963 ,762 ,114 ,552 ,912 ,205 ,000 ,043 ,242 ,081 ,031
tailed) 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,476* ,543* ,580* ,472* ,589*
0000 Correlatio ,354 ,277 ,305 -,211 ,462* ,174 ,025 ,357 1 -,100 -,025 *
,196 *
-,311 ,184 ,262 ,316 -,177 * *
,237 *
,345 ,454*
9 n
Sig. (2-
,055 ,138 ,101 ,262 ,010 ,359 ,896 ,053 ,599 ,896 ,008 ,300 ,002 ,095 ,329 ,161 ,089 ,350 ,001 ,008 ,207 ,001 ,062 ,012
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,489* ,530*
0001 Correlatio ,088 ,243 ,244 *
,175 -,053 ,050 ,000 -,100 1 ,288 ,166 ,253 ,012 ,385* ,369* ,412* ,063 *
,049 ,236 ,332 ,084 ,302 ,438*
0 n
Sig. (2- 1,00
,642 ,196 ,193 ,006 ,355 ,779 ,794 ,599 ,123 ,379 ,177 ,948 ,035 ,045 ,024 ,740 ,003 ,796 ,209 ,073 ,659 ,105 ,016
tailed) 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
111

VAR Pearson
,474*
0001 Correlatio ,442* ,347 ,199 ,449* ,100 -,053 ,050 ,179 -,025 ,288 1 ,202 ,219 ,160 ,385* ,058 ,075 ,348 ,442* ,049 ,236 *
,126 ,043 ,430*
1 n
Sig. (2- ,008
,014 ,061 ,293 ,013 ,599 ,779 ,794 ,345 ,896 ,123 ,284 ,246 ,397 ,035 ,762 ,694 ,060 ,014 ,796 ,209 ,506 ,821 ,018
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,599* ,559* ,476* ,526* ,561* ,704* ,582* ,624*
0001 Correlatio ,437* ,211 *
-,010 *
,460* ,324 ,391* *
,166 ,202 1 ,149 *
-,102 ,035 ,264 ,060 -,017 *
,413* ,153 * * *

2 n
Sig. (2-
,016 ,263 ,000 ,958 ,001 ,011 ,081 ,033 ,008 ,379 ,284 ,432 ,003 ,593 ,854 ,159 ,752 ,930 ,001 ,023 ,419 ,000 ,001 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,507* ,681* ,481*
0001 Correlatio ,228 ,370* ,180 ,192 -,092 ,366* ,064 ,197 ,196 ,253 ,219 ,149 1 ,173 ,064 *
,159 ,116 ,220 ,309 ,383* *
,093 ,210 *

3 n
Sig. (2-
,226 ,044 ,341 ,309 ,629 ,046 ,737 ,296 ,300 ,177 ,246 ,432 ,362 ,737 ,004 ,402 ,540 ,243 ,097 ,037 ,000 ,625 ,265 ,007
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,564* ,605* ,543* ,526* ,708* ,797* ,602* ,678*
0001 Correlatio ,384* ,233 *
-,099 *
,381* ,286 ,238 *
,012 ,160 *
,173 1 ,028 ,329 ,270 ,265 ,052 *
,438* ,295 * * *

4 n
Sig. (2-
,036 ,216 ,001 ,602 ,000 ,038 ,126 ,205 ,002 ,948 ,397 ,003 ,362 ,882 ,076 ,149 ,156 ,784 ,000 ,015 ,114 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
112

VAR Pearson
,712* ,861*
0001 Correlatio ,105 ,255 ,140 *
-,062 ,169 ,333 ,009 -,311 ,385* ,385* -,102 ,064 ,028 1 ,249 ,406* ,267 *
-,156 ,244 ,278 -,059 ,298 ,406*
5 n
Sig. (2- ,137
,579 ,174 ,462 ,000 ,744 ,373 ,073 ,963 ,095 ,035 ,035 ,593 ,737 ,882 ,185 ,026 ,153 ,000 ,411 ,193 ,759 ,110 ,026
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,507* ,555* ,502*
0001 Correlatio -,033 ,166 ,234 ,239 ,058 ,124 ,180 -,058 ,184 ,369* ,058 ,035 *
,329 ,249 1 ,162 ,102 ,359 ,261 ,375* *
,341 ,272 *

6 n
Sig. (2-
,864 ,380 ,214 ,204 ,762 ,513 ,341 ,762 ,329 ,045 ,762 ,854 ,004 ,076 ,185 ,391 ,592 ,052 ,164 ,041 ,001 ,065 ,145 ,005
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,477* ,575* ,581*
0001 Correlatio ,053 ,353 ,375* ,444* ,412* ,428* ,183 ,295 ,262 ,412* ,075 ,264 ,159 ,270 ,406* ,162 1 ,332 *
,270 ,453* ,270 ,328 * *

7 n
Sig. (2-
,781 ,055 ,041 ,014 ,024 ,018 ,334 ,114 ,161 ,024 ,694 ,159 ,402 ,149 ,026 ,391 ,073 ,008 ,149 ,012 ,149 ,077 ,001 ,001
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
0001 Correlatio ,224 ,351 ,270 ,234 ,063 ,118 ,079 ,113 ,316 ,063 ,348 ,060 ,116 ,265 ,267 ,102 ,332 1 ,335 ,265 ,239 ,180 ,213 ,191 ,386*
8 n
Sig. (2-
,235 ,057 ,148 ,213 ,740 ,534 ,680 ,552 ,089 ,740 ,060 ,752 ,540 ,156 ,153 ,592 ,073 ,070 ,156 ,203 ,342 ,259 ,312 ,035
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
113

VAR Pearson
,878* ,530* ,861* ,477* ,555*
0001 Correlatio ,146 ,319 ,259 *
,000 ,227 ,378* ,021 -,177 *
,442* -,017 ,220 ,052 *
,359 *
,335 1 ,009 ,301 ,324 ,059 ,351 *

9 n
Sig. (2- 1,00 ,081
,442 ,086 ,167 ,000 ,228 ,039 ,912 ,350 ,003 ,014 ,930 ,243 ,784 ,000 ,052 ,008 ,070 ,964 ,106 ,755 ,058 ,001
tailed) 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,519* ,494* ,580* ,561* ,708* ,839* ,602* ,636*
0002 Correlatio ,122 ,233 *
-,060 *
,381* ,249 ,238 *
,049 ,049 *
,309 *
-,156 ,261 ,270 ,265 ,009 1 ,438* ,201 * * *

0 n
Sig. (2-
,520 ,216 ,003 ,753 ,006 ,038 ,184 ,205 ,001 ,796 ,796 ,001 ,097 ,000 ,411 ,164 ,149 ,156 ,964 ,015 ,287 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,681* ,608* ,472* ,505* ,702*
0002 Correlatio ,200 *
,439* ,230 ,378* ,434* ,385* * *
,236 ,236 ,413* ,383* ,438* ,244 ,375* ,453* ,239 ,301 ,438* 1 ,394* ,445* * *

1 n
Sig. (2-
,288 ,000 ,015 ,222 ,039 ,017 ,036 ,000 ,008 ,209 ,209 ,023 ,037 ,015 ,193 ,041 ,012 ,203 ,106 ,015 ,031 ,014 ,004 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,474* ,681* ,555* ,583*
0002 Correlatio ,290 ,315 ,359 ,311 ,095 ,086 ,042 ,372* ,237 ,332 *
,153 *
,295 ,278 *
,270 ,180 ,324 ,201 ,394* 1 ,202 ,237 *

2 n
Sig. (2-
,120 ,090 ,051 ,095 ,618 ,651 ,824 ,043 ,207 ,073 ,008 ,419 ,000 ,114 ,137 ,001 ,149 ,342 ,081 ,287 ,031 ,285 ,207 ,001
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
114

VAR Pearson
,658* ,715* ,589* ,704* ,797* ,839* ,696* ,723*
0002 Correlatio ,238 ,187 *
,036 *
,350 ,360 ,220 *
,084 ,126 *
,093 *
-,059 ,341 ,328 ,213 ,059 *
,445* ,202 1 * *

3 n
Sig. (2- ,285
,206 ,323 ,000 ,852 ,000 ,058 ,051 ,242 ,001 ,659 ,506 ,000 ,625 ,000 ,759 ,065 ,077 ,259 ,755 ,000 ,014 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,690* ,690* ,661* ,555* ,582* ,602* ,575* ,602* ,505* ,696* ,804*
0002 Correlatio ,335 ,203 *
,324 * * *
,323 ,345 ,302 ,043 *
,210 *
,298 ,272 *
,191 ,351 * *
,237 *
1 *

4 n
Sig. (2-
,070 ,281 ,000 ,081 ,000 ,000 ,001 ,081 ,062 ,105 ,821 ,001 ,265 ,000 ,110 ,145 ,001 ,312 ,058 ,000 ,004 ,207 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR Pearson
,487* ,500* ,740* ,472* ,583* ,559* ,526* ,624* ,481* ,678* ,502* ,581* ,555* ,636* ,702* ,583* ,723* ,804*
0002 Correlatio * * * * * * *
,394* ,454* ,438* ,430* * * *
,406* * *
,386* * * * * * *
1
5 n

Sig. (2-
,006 ,005 ,000 ,008 ,001 ,001 ,003 ,031 ,012 ,016 ,018 ,000 ,007 ,000 ,026 ,005 ,001 ,035 ,001 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05


level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
114
115

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,883 24

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

VAR00001

N 67

Normal Parametersa,b Mean 50,07

Std. Deviation 5,703

Most Extreme Differences


116

Absolute ,093

Positive ,093

Negative -,069

Test Statistic ,093

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Kesiapan Menghadapi Menarche

Correlations

V01 V02 V03 V04 V05 V06 V07 V08 V09 V10 V11 V12 V13 V14 TOTAL

V01 Pearson
1 ,658** ,597** ,597** ,228 ,307 ,228 ,435* ,449* ,269 ,228 ,546** ,489** ,240 ,647**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,225 ,099 ,225 ,016 ,013 ,151 ,225 ,002 ,006 ,202 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V02 Pearson
,658** 1 ,465** ,465** ,286 ,217 ,286 ,732** ,455* ,356 ,286 ,675** ,229 ,015 ,615**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,010 ,010 ,126 ,250 ,126 ,000 ,012 ,054 ,126 ,000 ,224 ,939 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V03
117

Pearson
,597** ,465** 1 1,000** ,266 ,144 ,266 ,367* ,559** ,189 ,266 ,459* ,514** ,253 ,680**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,010 ,000 ,155 ,447 ,155 ,046 ,001 ,318 ,155 ,011 ,004 ,177 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V04 Pearson
,597** ,465** 1,000** 1 ,266 ,144 ,266 ,367* ,559** ,189 ,266 ,459* ,514** ,253 ,680**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,010 ,000 ,155 ,447 ,155 ,046 ,001 ,318 ,155 ,011 ,004 ,177 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V05 Pearson ,544**

,228 ,286 ,266 ,266 1 ,233 1,000** ,108 ,283 ,640** 1,000** ,044 ,370* ,750**
Correlation
Sig. (2-
,225 ,126 ,155 ,155 ,215 ,000 ,570 ,130 ,000 ,000 ,817 ,044 ,002 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V06 Pearson
,307 ,217 ,144 ,144 ,233 1 ,233 ,214 ,291 ,101 ,233 ,230 ,439* ,160 ,462*
Correlation
Sig. (2-
,099 ,250 ,447 ,447 ,215 ,215 ,256 ,118 ,597 ,215 ,222 ,015 ,397 ,010
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V07 Pearson
,228 ,286 ,266 ,266 1,000** ,233 1 ,108 ,283 ,640** 1,000** ,044 ,370* ,544** ,750**
Correlation
Sig. (2-
,225 ,126 ,155 ,155 ,000 ,215 ,570 ,130 ,000 ,000 ,817 ,044 ,002 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
117
118

V08 Pearson
,435* ,732** ,367* ,367* ,108 ,214 ,108 1 ,516** ,215 ,108 ,667** ,216 -,077 ,492**
Correlation
Sig. (2-
,016 ,000 ,046 ,046 ,570 ,256 ,570 ,004 ,254 ,570 ,000 ,252 ,685 ,006
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V09 Pearson
,449* ,455* ,559** ,559** ,283 ,291 ,283 ,516** 1 ,056 ,283 ,491** ,374* ,188 ,611**
Correlation
Sig. (2-
,013 ,012 ,001 ,001 ,130 ,118 ,130 ,004 ,768 ,130 ,006 ,041 ,321 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V10 Pearson ,389 *

,269 ,356 ,189 ,189 ,640** ,101 ,640** ,215 ,056 1 ,640** ,198 ,263 ,607**
Correlation
Sig. (2-
,151 ,054 ,318 ,318 ,000 ,597 ,000 ,254 ,768 ,000 ,295 ,160 ,034 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V11 Pearson
,228 ,286 ,266 ,266 1,000** ,233 1,000** ,108 ,283 ,640** 1 ,044 ,370* ,544** ,750**
Correlation
Sig. (2-
,225 ,126 ,155 ,155 ,000 ,215 ,000 ,570 ,130 ,000 ,817 ,044 ,002 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V12 Pearson
,546** ,675** ,459* ,459* ,044 ,230 ,044 ,667** ,491** ,198 ,044 1 ,218 ,005 ,501**
Correlation
Sig. (2-
,002 ,000 ,011 ,011 ,817 ,222 ,817 ,000 ,006 ,295 ,817 ,246 ,980 ,005
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
118
119

V13 Pearson
,489** ,229 ,514** ,514** ,370* ,439* ,370* ,216 ,374* ,263 ,370* ,218 1 ,670** ,709**
Correlation
Sig. (2-
,006 ,224 ,004 ,004 ,044 ,015 ,044 ,252 ,041 ,160 ,044 ,246 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
V14 Pearson
,240 ,015 ,253 ,253 ,544** ,160 ,544** -,077 ,188 ,389* ,544** ,005 ,670** 1 ,602**
Correlation
Sig. (2-
,202 ,939 ,177 ,177 ,002 ,397 ,002 ,685 ,321 ,034 ,002 ,980 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson ,602**

,647** ,615** ,680** ,680** ,750** ,462* ,750** ,492** ,611** ,607** ,750** ,501** ,709** 1
Correlation

Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,010 ,000 ,006 ,000 ,000 ,000 ,005 ,000 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0
120

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,874 14
121

Lampiran 12 : Hasil Uji Univariat

Statistics

pekerjaan orang
kelas responden umur responden tua responden

N Valid 67 67 67

Missing 0 0 0

kelas responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 4 20 29,9 29,9 29,9

5 22 32,8 32,8 62,7

6 25 37,3 37,3 100,0

Total 67 100,0 100,0

umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 19 28,4 28,4 28,4

11 23 34,3 34,3 62,7

12 25 37,3 37,3 100,0

Total 67 100,0 100,0


122

pekerjaan orang tua responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Wiraswasta 23 34,3 34,3 34,3

Buruh 34 50,7 50,7 85,1

Wirausaha 4 6,0 6,0 91,0

ibu rumah tangga 2 3,0 3,0 94,0

Guru 4 6,0 6,0 100,0

Total 67 100,0 100,0

Statistics

tingkat
pengetahuan
tentang kesiapan
menstruasi menghadapi
responden menarche

N Valid 67 67

Missing 0 0

tingkat pengetahuan tentang menstruasi responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 20 29,9 29,9 29,9

cukup 11 16,4 16,4 46,3

kurang 36 53,7 53,7 100,0

Total 67 100,0 100,0


122
123

kesiapan menghadapi menarche

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid siap 23 34,3 34,3 34,3

tidak siap 44 65,7 65,7 100,0

Total 67 100,0 100,0


123
124

Lampiran 13 : Hasil Uji Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat pengetahuan tentang


menstruasi responden *
67 100,0% 0 0,0% 67 100,0%
kesiapan menghadapi
menarche

tingkat pengetahuan tentang menstruasi responden * kesiapan menghadapi menarche


Crosstabulation

kesiapan menghadapi menarche

siap tidak siap


125

tingkat pengetahuan tentang baik Count 12 8


menstruasi responden
% within tingkat
pengetahuan tentang 60,0% 40,0%
menstruasi responden

% within kesiapan
52,2% 18,2%
menghadapi menarche

% of Total 17,9% 11,9%

cukup Count 10 1

% within tingkat
pengetahuan tentang 90,9% 9,1%
menstruasi responden

% within kesiapan
43,5% 2,3%
menghadapi menarche

% of Total 14,9% 1,5%

kurang Count 1 35

% within tingkat
pengetahuan tentang 2,8% 97,2%
menstruasi responden

% within kesiapan
4,3% 79,5%
menghadapi menarche

% of Total 1,5% 52,2%

Total Count 23 44

% within tingkat
pengetahuan tentang 34,3% 65,7%
menstruasi responden

% within kesiapan
100,0% 100,0%
menghadapi menarche

% of Total 34,3% 65,7%


125
126

Correlations

kesiapan
menghadapi
menarche

Spearman's rho tingkat pengetahuan tentang Correlation Coefficient ,624**


menstruasi responden
Sig. (2-tailed) ,000

N 67

kesiapan menghadapi menarche Correlation Coefficient 1,000

Sig. (2-tailed) .

N 67

Lampiran 14 : Hasil Dokumentasi Penelitian


127

Anda mungkin juga menyukai