Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DEMAM

ORANG TUA PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN API-API


KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG

PROPOSAL PENELITIAN

DIAJUKAN OLEH

ZAINA MAULIDA 2111102411139

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2023
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Zaina Maulida

NIM : 2111102411139

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Penelitian : HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN


PENANGANAN DEMAM ORANG TUA PADA KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DI KELURAHAN API-API KECAMATAN BONTANG
UTARA KOTA BONTANG

Menyatakan bahwa penelitian yang saya ambil ini benar-benar


karya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa terdapat plagiat dalam
penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010).

Samarinda, 01 Februari 2023

Zaina Maulida

NIM. 2111102411139
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN PENGANANAN DEMAM ORANG


TUA PADA KEJADIAN DEMAM BEDARAH DI KELURAHAN API-API
KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

ZAINA MAULIDA 2111102411139

Disetujui untuk diujikan

Pada Tanggal, 21 Februari 2023

Pembimbing

Ns. Kartika Setia Purdani, S. Kep., M.Kep


NIDN. 1109108701

Mengetahui
Koordinator Mata Ajar Metodologi Penelitian

Ns. Ni Wayan Wiwin Asthiningsih, S.Kep., M.Pd


NIDN. 114128602
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN PENGANANAN DEMAM ORANG


TUA PADA KEJADIAN DEMAM BEDARAH DI KELURAHAN API-API
KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG

DISUSUN OLEH :

ZAINA MAULIDA 2111102411139

Diresmikan untuk diujikan

Pada Tanggal, 21 Februari 2023

Mengetahui

Penguji I Penguji II

Dr. Hj. Nunung Herlina S. Kep., M. Pd Ns. Kartika Setia Purdani, S. Kep., M. Kep
NIDN. 8830940017 NIDN. 1109108701

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep


NIDN. 1115017703
MOTTO

“Orang yang hebat adalah orang yang memiliki kemampuan menyembunyikan


kesusahan, sehingga orang lain mengira bahwa ia selalu senang.”

(Imam Syafi’i)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat merampungkan Proposal penelitian ini dengan Judul
“HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DEMAM
ORANG TUA PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN API - API
KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG”

Selama penulisan, penelitian ini mendapatkan dukungan dan bantuan dari


berbagai pihak sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Dengan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Kalimantan Timur.
2. Ibu Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kep., M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur dan selaku
Penguji I pada proposal ini.
3. Ibu Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
4. Ibu Ns. Ni Wayan Wiwin Asthiningsih, S.Kep., M.Pd selaku Koordinator
Mata Ajar Metodelogi Penelitian.
5. Ibu Ns. Kartika Setia Purdani, M.Kep selaku Penguji II dan Pembimbing
yang telah memberikan masukan untuk perbaikan proposal ini.
6. Kedua orang tua kami serta teman-teman yang selalu memberikan
dukungan dan semangat khususnya teman seangkatan S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur tahun 2023.

Akhir kata penulis berharap semua proposal dapat dilanjutkan ketahap


selanjutnya sebagai tugas akhir dan segala amal kebaikan dapat bernilai Ibadah
dan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.

Samarinda, 01 Februari 2023

Penulis
Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang sampai
saat ini masih menyerang penduduk dunia (Moh. Rizal, 2021). Dan juga Insiden
demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa
dekade terakhir. Sebagian besar kasus hanya menunjukkan gejala ringan bahkan
tanpa gejala dan dikelola sendiri, sehingga jumlah kasus DBD yang sebenarnya
tidak dilaporkan. Banyak kasus juga salah didiagnosis sebagai penyakit demam
lainnya (WHO, 2022).
Penyakit ini adalah salah satu penyakit dari sekian banyak penyakit menular yang
merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin meningkat dan
semakin luas penyebarannya (Moh. Rizal, 2021).

Kasus mengenai penyakit DBD belum menunjukkan adanya penurunan yang


signifikan, bahkan kadang terjadi peningkatan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai upaya-upaya pencegahan penyakit DBD.
Sejauh ini partisipasi dan perilaku masyarakat dan pencegahan dan pemberantasan
DBD belum optimal. Faktor perilaku dan partisipasi dari masyarakat yang masih
kurang dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk menyebabkan penyebaran
virus DBD semakin mudah dan semakin luas (Moh. Rizal, 2021).

World Health Organization (WHO) menyatakan jumlah kasus demam berdarah


dengue (DBD) meningkat lebih dari delapan (8) kali lipat selama dua decade
terakhir. Mulai dari 505.430 kasus pada tahun 2000, menjadi lebih dari 2,4 juta pada
tahun 2010, dan 5,2 juta pada tahun 2019 data yang dikutip dari DMC dompet
dhuafa dalam artikelnya yang berjudul Asia terpapar virus DBD terbanyak di Dunia.
Kematian yang dilaporkan antara tahun 2000 dan 2015 meningkat dari 960 menjadi
4032, sebagian besar menjangkit kelompok usia muda. Jumlah total kasus
tampaknya menurun selama tahun 2020 dan 2021, serta untuk kematian yang
dilaporkan. Namun data tersebut belum lengkap akibat terhalang pandemi Covid-19
(WHO, 2022).

Dalam keterangan resminya yang dimuat dalam laman news room pada tahun 2022
WHO menerangkan demam berdarah ditemukan di iklim tropis dan sub-tropis di
seluruh dunia, sebagian besar di daerah perkotaan dan semi-perkotaan.
Peningkatan yang mengkhawatirkan secara keseluruhan dalam jumlah kasus
selama dua dekade terakhir sebagian dijelaskan oleh perubahan dalam praktik
nasional untuk mencatat dan melaporkan demam berdarah ke Kementerian
Kesehatan, dan ke WHO. Tapi itu juga merupakan pengakuan pemerintah atas
beban, dan oleh karena itu relevansi untuk melaporkan beban penyakit demam
berdarah.
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami epidemi dengue yang parah.
Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari 100 negara di wilayah WHO di Afrika,
Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Wilayah Amerika,
Asia Tenggara, dan Pasifik Barat terkena dampak paling serius, dengan Asia
mewakili ~70% dari beban penyakit global.
Suatu perkiraan pemodelan menunjukkan 390 juta infeksi virus dengue per tahun
(interval kredibel 95% 284–528 juta), dimana 96 juta (67–136 juta) bermanifestasi
secara klinis (dengan tingkat keparahan penyakit apa pun). Studi lain tentang
prevalensi demam berdarah memperkirakan bahwa 3,9 miliar orang berisiko
terinfeksi virus dengue. Meskipun risiko infeksi ada di 129 negara, 70% dari beban
sebenarnya ada di Asia (WHO, 2022).
Kasus DBD tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 Provinsi. Kematian Akibat DBD
terjadi di 219 kabupaten/kota. Kasus DBD sampai dengan Minggu Ke-49 sebanyak
95.893, sementara jumlah kematian akibat DBD sampai dengan Minggu Ke 49
sebanyak 661. Pada tanggal 30 November 2020 ada 51 penambahan kasus DBD
dan 1 penambahan kematian akibat DBD, sebanyak 73,35% atau 377
kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49/100.000
penduduk. Proporsi DBD Per Golongan Umur antara lain < 1 tahun sebanyak 3,13
%, 1 - 4 tahun: 14,88 %, 5 -14 tahun 33,97 %, 15 - 44 tahun 37,45 %, > 44 tahun
11,57 %. Adapun proporsi Kematian DBD Per Golongan Umur antara lain < 1 tahun,
10,32 %, 1 - 4 tahun 28,57 %, 5 - 14 tahun 34,13 %, 15 - 44 tahun : 15,87 %. > 44
tahun 11,11 % (KemenKes, 2020).
Pada musim hujan terjadi peningkatan kasus DBD. Kementerian Kesehatan
mencatat di tahun 2022, jumlah kumulatif kasus Dengue di Indonesia sampai
dengan Minggu ke-22 dilaporkan 45.387 kasus. Sementara jumlah kematian akibat
DBD mencapai 432 kasus (KemenKes RI, 2022).
Kasus DBD sudah dilaporkan di 449 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi
dengan kematian tersebar di 162 kabupaten/kota di 31 provinsi, dalam pernyataan
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dalam Temu Media Hari
Demam Berdarah Dengue ASEAN. dr. Tiffany mengatakan temuan Insidence rate
DBD (jumlah kasus DBD per 100.000) tertinggi terjadi di 10 provinsi diantaranya
Bali, Kalimantan Utara, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat dan DI Yogyakarta
(KemenKes RI, 2022).

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur menyampaikan terjadinya peningkatan


kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah setempat. Ditemukan kasus
positif DBD sebanyak 3.034 orang, terhitung hingga bulan Agustus 2022
(Samarinda, IDN Times, 2022).

Dalam laman Samarinda, IDN Times Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin
menyatakan, belum genap satu tahun jumlah kasus DBD di Provinsi Kaltim telah
menembus angka tiga ribu kasus. Kasus ini mengalami peningkatan dari data
Dinkes Kaltim tahun 2021, dimana laporan temuan kasus DBD terhitung selama satu
tahun berjumlah 2.898 kasus.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada penderita demam berdarah dengue di
Kota Bontang yang mengalami kasus DBD yang signifikan berada di wilayah
Kecamatan Bontang utara dan Bontang Selatan selama 5 tahun terakhir ini. Dari
data yang didapat peneliti dari data Dinas Kesehatan Kota Bontang pada tahun 2018
sebanyak 105 penderita, dan tercatat 1 menninggal di kecamatan Bontang Utara
dan 115 penderita di kecamatan Bontang Selatan, berdasarkan golongan umur
ditahun 2018, terbanyak berada digolongan umur 5 – 14 tahun sebanyak 131
penderita, dan 15 – 44 tahun sebanyak 82 penderita. Dan jika berdasarkan jenis
kelamin laki – laki sebanyak 151 penderita, sedangkan pada perempuan sebnyak
119 penderita. Di tahun 2019 sebanyak 279 penderita di kecamatan Bontang Utara
dan 253 penderita di kecamatan Bontang Selatan, berdasarkan golongan umur
terbanyak berada digolongan umur 5 – 14 tahun sebanyak 45 penderita, dan 15 – 44
tahun sebanyak 90 penderita pada tahun 2019. Dan jika berdasarkan jenis kelamin
laki – laki sebanyak 379 penderita, sedangkan pada perempuan sebnyak 306
penderita. Tahun berikutnya di tahun 2020 sebanyak 125 penderita di kecamatan
Bontang Utara dan 94 penderita di kecamatan Bontang Selatan pada tahun 2020,
berdasarkan golongan umur ditahun 2020, terbanyak berada digolongan umur 5 –
14 tahun sebanyak 46 penderita, dan 15 – 44 tahun sebanyak 32 penderita. Dan jika
berdasarkan jenis kelamin laki – laki sebanyak 149 penderita, sedangkan pada
perempuan sebanyak 122 penderita. Sedangkan di tahun 2021 tercatat sebanyak
262 penderita dengan 2 meninggal di kecamatan Bontang Utara dan 215 penderita
dan 1 meninggal di kecamatan Bontang Selatan, berdasarkan golongan umur,
terbanyak berada digolongan umur 5 – 14 tahun sebanyak 49 penderita, dan 15 – 44
tahun sebanyak 27 penderita. Dan jika berdasarkan jenis kelamin laki – laki
sebanyak 284 penderita, sedangkan pada perempuan sebnyak 222 penderita. Pada
tahun 2022 sebanyak 221 penderita di kecamatan Bontang Utara dan 206 penderita
di kecamatan Bontang Selatan, berdasarkan golongan umur ditahun 2022,
terbanyak berada digolongan umur 5 – 14 tahun sebanyak 46 penderita, dan 15 – 44
tahun sebanyak 32 penderita. Dan jika berdasarkan jenis kelamin laki – laki
sebanyak 290 penderita, sedangkan pada perempuan sebanyak 233 penderita.
Berbeda dengan kecamatan Bontang Barat maupun Bontang Lestari yang dimana
jumlah kasus kejadian demam berdarah dengue setiap tahunnya tidak mencapai
ratusan kasus (DinKes Kota Bontang, 2022).

Demam berdarah harus dicurigai bila demam tinggi (40°C/104°F) disertai dengan 2
gejala berikut selama fase demam (2-7 hari) : sakit kepala parah, nyeri di belakang
mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, kelenjar bengkak, ruam (WHO, 2022).
Masyarakat yang beresiko terhadap DBD tergantung pada tingkat pengetahuan,
perilaku dan praktik masyarakat terhadap DBD, serta pelaksanaan kegiatan rutin
pengendalian vektor berkelanjutan di masyarakat (WHO, 2022).
Peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa masyarakat yang pernah
mengalami demam berdarah dengue yang tinggal di kelurahan Api-api Kota
Bontang dalam penanganan gejala demam berdarah dengue yang umum terjadi
yakni demam tinggi, dari hasil wawancara tersebut beberapa diantaranya
menggunakan obat penurun panas, akan tetapi tidak ada tindakan berarti yang
dilakukan dalam penanganan demam seperti kompres hangat, dan kesalahan
masyarakat yang memberikan selimut tebal jika demam tinggi. Dan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti menunjukkan perilaku pencegahan dan
penanganan demam yang dilakukan masyarakat masih dalam kategori kurang.

Berdasarakan permasalahan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti


permasalahan tersebut sehingga disusunlah penelitian tentang hubungan antara
perilaku pencegahan dan penanganan demam orang tua pada kejadian demam
berdarah di Kelurahan Api-api Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang.

Anda mungkin juga menyukai