DI KOTA KUPANG
PROPOSAL
OLEH :
NOVIANUS LUAN
NIM : 114302715
KUPANG
2020
HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN INTERAKSI SOSIAL
DI KOTA KUPANG
PROPOSAL
OLEH :
NOVIANUS LUAN
NIM : 114302715
KUPANG
2020
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 114302715
Tanda Tangan :
Tanggal :
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
iv
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Mengetahui
Puji syukur saya panjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Rahmat-Nyalah, maka saya dapat menyelesaikan Proposal dengan judul
“Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada Orang
Dengan Hiv/Aids Di Kota Kupang” dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan limpah terimakasih kepada:
1. Ketua Yayasan Maranatha Kupang, Alfriets Sellan, atas dukungannya
2. Mery L. F. Tumeluk, SST, MPH, selaku Ketua STIKes Maranatha Kupang
beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada STIKes Maranatha
Kupang.
3. Ferdinandus Suban Hoda S,Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing utama
yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan motivasi kepada penulis.
4. Priska Ketriani Lette S,Kep., Ns selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah banyak memberikan masukan, saran dan motivasi kepada penulis.
5. Serly Sani Mahoklory, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan, saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini
6. Waket I, II, III STIKes Maranatha Kupang, yang telah memfasilitasi
kelancaran perkuliahan pada program studi S1 Keperawatan
7. Erdianus Mbanga, S.Kep., Ns.,M.kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Maranatha Kupang yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S1
Keperawatan.
8. Bapak dan Ibu dosen yang mengabdi di STIKes Maranatha Kupang, yang
telah dengan susah payah mengajar, membimbing, serta memotivasi selama
menjalani pendidikan di STIKes Maranatha Kupang.
9. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan yang telah
memberikan ijin pengambilan data awal.
10. Bapak Dan Ibu Staf Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan
vi
11. Bapak Rudolof Nino Selan, yang selalu memberi motivasi, dukungan dan
bantuan dalam penyusunan Proposal.
12. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Tarsius Luan dan Ibu Rosana
Noronha yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan moril, doa dan
material dalam setiap perjuangan dan perjalanan hidup Ku.
13. Saudaraku Yang Tercinta : In Noronha, Santos Noronha, Ady Noronha, Maria
Imelda Luan, Cristina De Oliveira, yang senantiasa memberikan dukungan
dan doa kepada penulis.
14. Sahabatku Tercinta : david, elkim, beni, Muz, amalio, evo, arnol, Ferdy, Age,
Tony Oematan, fandy, upeng, moke, karan, Rofan, Yufen, Riky, alfin, Desna,
Willy, Allu, Afaty, onis, johan, ady, lijer yang telah memberi motivasi dan
dukungan kepada penulis.
15. Teman – temanku angkatan 2015 perawat A senantiasa memberikan dukungan
kepada penulis.
16. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
proposal ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang
telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini. Penulis
menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala
masukan, saran demi perbaikan penulisan proposal ini penulis terima dengan
senang hati.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR SINGKATAN
TTS : Timor Tengah Selatan
HIV : Human Immunodeficiency virus
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
WHO : World Health Organization
VCT : Voluntary Counseling Test
IMS : Infeksi Menular Seksual
IO : Infeksi Opportunistic
PGL : Persistent Generalized Lymphadenopathy
ARC : Aids Related Complex
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
masalah kesehatan masyarakat di dunia sejak pertama kali dilaporkan pada 5 Juni
1981 oleh Centers for Disease Control and Preventiondan pertama kali
dilaporkan sebagai kematian terkait HIV/AIDS di Indonesia pada April tahun 1987
(Dewi, 2019).
global. Walaupun insiden HIV telah menurun dari 0,40 per 1000 populasi yang
tidak terinfeksi menjadi 0,26 per 1000 populasi yang tidak terinfeksi di tahun
akhir tahun 2017, World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat sekitar
36,9 juta orang dengan HIV/AIDS (ODHA), 940.000 kematian karena HIV, dan
1,8 juta orang terinfeksi baru HIV atau sekitar 5000 infeksi baru per harinya
(WHO, 2018).
2018; World Health Statistics, 2018). Insiden tersebut masih di bawah angka
1
global (0,26 per 1000 penduduk), namun berada di atas angka rata-rata wilayah
Asia Tenggara (0,08 per 1000 penduduk) (World Health Statistics, 2018). Bahkan
Indonesia menempati urutan tertinggi ketiga jumlah ODHA serta kasus infeksi
baru wilayah Asia Pasifik setelah India dan China. Selain itu, kematian karena
AIDS di Indonesia juga dilaporkan meningkat hingga 68% di tahun 2016 (WHO,
2018). Kondisi ini menjadi tantangan berat Indonesia untuk mencapai tujuan
Republik Indonesia. Di Indonesia secara kumulatif kasus HIV & AIDS yang
dilaporkan sampai dengan Juni 2016 terdapat 208.920 orang yang hidup dengan
HIV dan 82.556 orang dengan AIDS. Sedangkan pada tahun 2017 telah ditemukan
dan dilaporkan sebanyak 242.699 orang dengan HIV dan 87. 152 orang dengan
AIDS. Ini menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya pada penderita HIV
Desember Tahun 2017, untuk HIV laki-laki sebanyak 62% sedangkan perempuan
38% dan AIDS untuk laki-laki sebanyak 64% sedangkan perempuan sebanyak
kasus HIV-AIDS dari tahun 2014-2017 selalu ada kasus baru, pada tahun 2014
kasus baru HIV sebesar 219 dan AIDS sebesar 383 kasus, pada tahun 2015,
penderita HIV dan AIDS tidak dilaporkan, pada tahun 2016 kasus HIV sebesar 395
2
kasus dankasus AIDS sebesar 345 kasus dan pada tahun 2017 kasus baru HIV
mengalami peningkatan dengan jumlah 657 kasus dan AIDS berjumlah 354 kasus.
jumlah penyebaran HIV/AIDS pada tahun 2017-2019 sebanyak 128 kasus. Jumlah
HIV 23,51% dan jumlah AIDS sebanyak 22.49%, menurut jenis kelamin HIV laki-
laki 45,52% perempuan 41,48% dan AIDS laki-laki 28,67% dan perempun
14,33%.
terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mempemgaruhi self efficacy dan
interaksi sosial. Hal yang sama juga seperti yang dikemukakan oleh “Zahroh
Kabupaten Grobongan”. “Dearly, Sri Lestari, 2016 tentang Hubungan Antara Self
Efficacy dengan Subjektiv Well Being Pada Orang Dengan HIV/AIDS Di Jakarta”.
sangat berpengaruh. Oleh karena itu stigma masyarakat sangat berdampak besar.
Stigma muncul karena tidak tahunya masyarakat tentang informasi yang benar
dan lengkap, khususnya dalam mekanisme penularan HIV, kelompok yang tertular
3
penghalang terbesar dalam pencegahan penularan dan pengobatan HIV,[ CITATION
Mah15 \l 1033 ].
Di Kota Kupang.
Kupang.
Kupang.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Interaksi Sosial Pada Orang Dengan HIV/AIDS Di Kota Kupang. Sehingga dapat
Sebagai bahan baca diperpustakaan atau sumber data bagi penelitian lain yang
2. Bagi Peneliti
5
1.5 Keaslian Penelitian
tahun
1 Riniwaty Strategi Yayasan Kualitatif- Penelitian ini
Stigma beragam
Masyarakat seperti
keluarga,
sekolah dan
pemuka
agama. Dalam
menghadapi
stigma, ada
ODHA yang
memilih tidak
berterus terang
untuk
melindungi
dirinya dan
6
keluarga, dan
berterus terang
atau apa
adanya.
No Nama Judul Tempat Metode Hasil
tahun
2 Galuh Proses interaksi Kota metode didapatkannya
terjadi terlaksana
Semarang. dilakukan
7
PKBI Griya
Asa Kota
Semarang
dengan
melaksanakan
beberapa
kegiatan yaitu:
adanya layanan
VCT
(Voluntary
Counseling
Test),
Screening IMS
(Infeksi
Menular
Seksual),
mengadakan
Home visit
atau
kunjungan ke
rumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1.1 Pengertian HIV/AIDS
menyerang salah satu jenis sel darah putih (limfosit/sel-sel T4) yang bertugas
berat kerusakan sistem kekebalan tubuh dan semakin rentang terhadap Infeksi
menghancurkan jenis sel darah putih tertentu, yang sering disebut sel T4. Sel T4
ini juga diberi julukan sebagai panglima dari sistem imun. T4 mengenali Pathogen
yang menyerang dan memberi isyarat pada sel darah putih lainnya untuk segera
pathogen itu dilumpuhkan dan diberi ciri untuk selanjutnya dihancurkan. Lalu T4
memangil lagi jenis sel darah putih lainnya untuk memusnahkan sel yang ditandai
tadi. HIV mampu melawan sel T4 dan mengalahkannya, sehingga HIV berhasil
Secara struktural morfologi, virus HIV sangat kecil sama halnya dengan
virus-virus lain, bentuk virus HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi
untaian RNA atau ribonucleic acid. Bedanya virus HIV dengan virus lain, HIV
dapat memproduksi selnya sendiri dalam cairan darah manusia, yaitu pada sel
9
darah putih. Sel-sel darah putih yang biasanya dapat melawan segala virus, lain
halnya dengan virus HIV, virus ini justru dapat memproduksi sel sendiri untuk
merusak sel darah putih. Menurut Gallant, HIV dapat menyebabkan sistem imun
tubuh manusia menjadi lemah atau tidak memiliki kekuatan pada tubuhnya, maka
pada saat inilah berbagai penyakit yang dibawa virus, kuman dan bakteri sangat
mudah menyerang seseorang yang sudah terinfeksi HIV. Kemampuan HIV untuk
tetap tersembunyi adalah yang menyebabkannya virus ini tetap ada seumur hidup,
Kedua, HIV/AIDS dapat menular melalui tranfunsi dengan darah yang sudah
bayi yang ada dalam kandungan. HIV/AIDS bukan berarti penyakit keturunan,
saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan darah atau cairan
akupuntur, jarum tindik, dan peralatan lain yang sudah dipakai oleh terinfeksi
HIV/AIDS. Infeksi melalui jarum suntik juga dapat terjadi apabila jarum yang
10
dipakai pencandu narkotika suntik yang mengidap HIV/AIDS dipakai temannya
(Widiayawati, 2018).
dengan HIV/AIDS). Telah terbukti bahwa virus HIV/AIDS tidak dapat ditularkan
nyamuk atau serangan serangga, hidup bersama ODHA seperti makan bersama, di
kolam renang bersama, duduk bahkan memakai alat mandi bersama (Widiayawati,
2018).
sub-Sahara Afrika pada abad kedua puluh tepatnya tahun1959. Virus ini
kemudian menyebar keluar Afrika, dan mulai memasuki Amerika Serikat antara
pertengahan dan Akhir tahun 70-an. Dari beberapa negara yang telah terinfeksi
Tengah mengidap HIV+ dalam kurun waktu hanya 5 tahun sejak mulai menyebar.
(Widiayawati, 2018)
11
angka-angka mengenai penyebaran virus HIV/AIDS berkembang dengan pesat.
Pada tahun 1980 selain dikalangan Homoseksual, baik yang disebabkan oleh
(Widiayawati, 2018).
Di negara tersebut 16,5 persen masyarakat dalam kategori dewasa terjangkit HIV.
pada tahun 1999 bisa berharap hidup hinga usia rata-rata 47,6 tahun.
Diprediksikan, dua belas tahun kemudian anak-anak yang dilahirkan di negara itu
hanya bisa hidup hingga mencapai rata-rata 32,7 tahun (Widiayawati, 2018)
Tetapi dengan memperhatikan sifat AIDS yang seperti gunung es, di mana satu
orang mengidap HIV berpotensi untuk menyebarkan pada 100 orang lainnya,
peningkatan yang cukup pesat terdapat 5.000 pengidap HIV dan 5.000 penderita
biasanya penderita mengalami berat badanya menurun lebih dari 10% dalam
12
waktu singkat, demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan), diare
berkepanjangan (lebih dari satu bulan), batuk perkepanjangan (lebih dari satu
bulan), kelainan kulit dan iritasi (gatal), infeksi jamur pada mulut dan
bawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha (Widiayawati, 2018). Penderita yang
umum.
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan ganguan
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat
lymphadenopathy).
b. HIV stadium II: berat badan menurun lebih dari 10%, ulkus ataujamur di mulut,
13
c. HIV stadium III: berat badan menurun lebih dari 10%, diare kronis dengan
d. HIV stadium IV: berat badan menurun lebih dari 10%, gejalagejala infeksi
HIV/AIDS, virus penyebabnya dapat diisolasi dari limfosit darah tepi atau
Gejala mayor :
e. Tuberkolosis
f. Ensefalopati HIV
Gejala minor :
d. Limfadenopati generalisatae
14
Dampak dari HIV/AIDS tidak hanya pada segi fisik saja, tetapi juga pada
respons adaptif psikologis atau yang disebut dengan penerimaan diri yang
mengakibatkan munculnya berbagai reaksi dan perasaan yang muncul pada diri
ODHA.Tahapan penerimaan diri ODHA yaitu shock (kaget dan goncangan batin)
seperti merasa bersalah, marah dan tidak berdaya; mengucilkan diri seperti merasa
cacat, tidak berguna, dan menutup diri; membuka status secara terbatas seperti
ingin tahu reaksi orang lain,pengalihan stres, dan ingin dicintai; mencari orang
orang yang lainnya; perilaku mementingkan orang lain seperti komitmen dan
hysteria”. HIV/AIDS dalam kasus ini juga disebut penyakit terminal, yaitu
penyakit yang sudah tidak ada harapan sembuh terutama bagi mereka yang selalu
dijatuhkan atau di vonis mati. Penderita AIDS akan mengalami krisis afeksi pada
(Widiayawati, 2018).
15
Dalam melakukan perawatan atau menangani penderita HIV/AIDS
(Widiayawati, 2018).
pemerintah maupun non pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dalam
Sampai pengabdian saat ini, belum ada obat penyembuhan HIV/AIDS. Yang
16
sebabnya diperlukan kewaspadaan yang tinggi terhadap penularan virus HIV yang
menpercayai bahwa HIV/AIDS merupakan akibat dari perilaku tidak bermoral dan
memercayai bahwa penyakit AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat. Stigma terhadap ODHA tergambar dalam
17
KEMENKES RI (2012) membedakan stigmatisasi yang terjadi melalui
nonverbal.
2. Stigma potensial atau yang dirasakan (felt) merupakan tindakan stigma belum
terjadi tetapi ada tanda atau perasaan tidak nyaman. Sehingga orang cenderung
sendiri sebagai orang yang tidak berhak dan tidak disukai oleh masyarakat.
2. Tidak perlu merespon hinaan, dan orang yang distigma harus mengabaikan
belakanginya.
18
3. Orang-orang dengan distigma harus mencoba membantu mengurangi
hubungan sosial dengan individu lain. Hubungan interaksi sosial yang teratur
19
dapat terbentuk apabila terjadi hubungan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
kestabilan suhu tubuh dan keseimbangan organ tubuh yang lain atau kebutuhan
Dalam kehidupan bersama, antar individu satu sama lain dengan individu
tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu,
interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan,
saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Pertemuan itu merupakan suatu
interaksi sosial.
hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan,
20
pertikaian dan sejenisnya. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh dapat penulis
simpulkan bahwa, interaksi sosial adalah suatu proses hubungan sosial yang
terjadi hubungan yang timbal balik antara individu atau kelompok yang satu
dalam masyarakat. Bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku, maka hubungan tersebut akan berjalan
dengan lancar.
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga
Selain itu suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
2. Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
21
2.3.3 Faktor-Faktor Interaksi Sosial
yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap
sosiologi suatu pengatar (2006: 57), berlangsungnya suatu proses interaksi sosial
1) Faktor Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang
2) Faktor Sugesti
atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
orang yang berwibawa atau karena sifatnya yang otoriter. Sugesti juga
22
3) Faktor Identifikasi
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi
4) Faktor Simpati
pada orang lain. Di dalam proses ini perasaan berperan sangat penting,
walaupun dorongan utama dalam proses simpati ini adalah keinginan untuk
memahami dan menjalin kerja sama dengan orang lain. Perbedaan utama
keinginan untuk belajar dari orang lain yang dianggap berkedudukan lebih
tertentu yang patut untuk dijadikan contoh. Sedangkan proses simpati akan
dapat berkembang apabila ada rasa saling mengerti antara satu orang dengan
orang lainnya.
Proses sosial timbul akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan
23
akulturasi, sedangkan proses disosiatif meliputi persaingan dan pertikaian yang
interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerja
interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapat
Misalnya, apabila dua orang berkelahi, mereka harus saling kerja sama
untuk saling bertinju. Pemberian arti semacam itu mengambil ruang lingkup yang
Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang-
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok
Atas dasar itu, anak akan menggambarkan bermacam-macam pola kerja sama
setelah dia menjadi dewasa. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila
24
orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada
semua. Juga ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas
bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana
yang penting dalam kerja sama yang berguna (Soerjono Soekanto, 2006 :66).
2. Akomodasi (accomodation)
hidup menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya (Gillin dan Gillin, dalam
25
ketegangan. Sebenarnya pengertian adaptasi menunjuk pada perubahan-perubahan
hidupnya.
3. Asimilasi (Assimilation)
masyarakat, dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang
26
ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan (Soerjono
proses - proses disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi.
bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau
mengenai diri seseorang atau rencana dan perasaan tidak suka yang
menurut (Leovard von Wiese dan Howard Becker ada lima dalam Soerjono
27
a. Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan,
umum.
untuk bertindak itu biasanya diambil berdasarkan pertimbangan makna atau nilai
yang ada pada seseorang. Dengan demikian, tindakan sosial dipandu oleh norma,
nilai dan ide-ide dari kondisi situasional dan diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Kalau ada orang yang tidak bertindak, maka dampak Modal Sosial
28
2.3 KERANGKA TEORI
Konsep HIV/AIDS
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penyebab Penularan HIV/AIDS
3. Penyebaran HIV/AIDS
4. Diagnosis gejala klinis HIV/AIDS
5. Bahaya Penyakit HIV/AIDS
6. Upaya Pencegahan dan Penularan HIV/AIDS
29
Konsep Konsep Interaksi Sosial
Stigma
Masyarakat 1. Pengertian Interaksi Sosial
2. Syarat Terjadinya Interaksi
1. Definisi Stigma Sosial
Masyarakat 3. Faktor-Faktor Interaksi
2. Klasifikasi Sosial
Stigma 4. Proses-Proses Asosoatif
3. Beberapa Aturan 5. Proses-Proses Diasosoatif
Berkomunikasi 6. Tindakan Sosial
METODE PENELITIAN
30
b
Interaksi Sosial Pada Baik
Stigma Masyarakat
(ODHA)
Dengan (ODHA)
Buruk
Keterangan :
: Diteliti
: Diteliti
31
3.2 Hipotesis
desain studi korelasi yaitu untuk mencari hubungan antara Stigma Masyarakat
cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo,
2012).
32
3.4 Defenisi Operasional
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, atau tentang apa yang diukur oleh
Operasional
1. Stigma Stigma masyarakat Kuesioner Ordinal Setuju : 3
Masyarakat adalah suatu perasaan Kurang setuju: 2
bahwa seseorang atau Tidak setuju: 1
kelompok merasa Dengan kriteria :
mereka lebih unggul Baik : 76-100%
dari yang lain. Cukup : 56-75%
Kurang : <56%
(Arikunto 2010)
33
hubungan sosial Jarang = 2
yang dinamis yang Tidak pernah = 1
menyangkut Dengan kriteria:
hubungan antara Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
orang-orang,
Kurang : <56%
perorangan, antara
kelompok- (Arikunto, 2010)
kelompok
manusia, maupun
antara orang
perorangan dengan
kelompok
manusia.
3.5.1 Populasi
3.5.2 Sampel
a. Besar sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subjek yang di teliti dan di anggap
Selatan (TTS)
b. Teknik sampling
34
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
(Notoadmodjo, 2012).
Kriteria inklusi:
dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep dapat diteliti secara empiris dan
ditentukan tingkatnya. Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu
lain, variabel independen dalam penelitian ini adalah stigma masyarakat, variabel
variabel dependen dalam penelitian ini adalah interaksi sosial (Nursalam, 2013).
35
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah
Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
diberi penjelasan tentang cara pengisian dan jika ada responden yang mengalami
kesulitan untuk menulis atau membaca maka peneliti akan mengisikan atau
bagian yaitu:
membaca isi lembar permohonan dan persetujuan, jika subyek menolak untuk
diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati dan menghargai
hak subyek.
36
3.9.2 Tanpa nama (Anonymity)
nama responden. Pada lembar kuesioner yang diisi responden, peneliti hanya
oleh peneliti, data tersebut hanya akan disajikan/dilaporkan pada pihak yang
a. Data primer
37
Data yang diperoleh di tempat penelitian dengan menggunakan kuesioner
juga mendampingi dan menjelaskan hal - hal yang tidak dipahami oleh
responden saat mengisi lembar kuesioner. Setelah diisi oleh para responden,
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data - data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Timor Temgah Selatan (TTS) dan buku - buku referensi yang
berikut:
a. Editing
Kuesioner yang telah disisi oleh responden terlebih dahulu diedit untuk
telah sesuai dengan isi yang telah disadap melalui alat ukur kuisioner.
(Notoatmodjo, 2012).
b. Coding
38
Coding merupakan metode untuk mengoreksi data yang dikumpulkan selama
setiap jawaban dari kuisioner yang telah disebarkan diberi kode dengan
c. Prossecing
Setelah dilakukan pengisian kuisioner terisi penuh dan benar dan sudah
(Notoatmodjo, 2012).
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entri apakah ada
(Notoatmodjo, 2012).
39
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang di teliti
(Notoatmodjo, 2012). Jika angka korelasi makin mendekati 1 maka korelasi antara
dua variabel makin kuat dan terdapat hubungan, sedangkan jika angka korelasi
makin mendekati 0 maka korelasi antara dua variabel makin lemah. Analisis data
6∑2
d
r s=1− 2
n(n −1)
Keterangan :
eratnya antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk melihat hasil
apabila hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai ρ < 0,05 maka di katakan
antara kedua variabel secara statistik terdapat hubungan yang tidak bermakna.
40
Sedangkan apabila nilai ρ > 0,05 maka secara statistik kedua variabel tersebut
41
DAFTAR PUSTAKA
ARIKUNTO, SUHARSIMI. 2010. PROSEDUR PENELITIAN : SUATU PENDE
KATAN PRAKTIK. JAKARTA : RINEKA CIPTA
42
NURSALAM. 2011. KONSEP DAN PENERAPAN METODOLOGI PENELITIAN ILMU
KEPERAWATAN, PEDOMAN SKRIPSI, TESIS DAN INSTRUMEN
PENELITIAN KEPERAWATAN. JAKARTA: SALEMBA MEDIKA.
43
1