Anda di halaman 1dari 76

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN

STUNTING DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TARUS

SKRIPSI

OLEH

BERNADETA APRILIANI ANCIS


NIM : 1377 027218

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2021
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN
STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TARUS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan

OLEH
BERNADETA APRILIANI ANCIS
NIM : 1377 027218

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2021

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


Dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
Telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Bernadeta Apriliani Ancis

NIM : 1377027218

Tanda Tangan :

Tanggal : Agustus 2021

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :


Nama : Bernadeta Apriliani Ancis
Nim : 137702718
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul Proposal : Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian
Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi S1

Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang

Pada Telah Disetujui Oleh Pembimbing Dan Diterima Sebagai Bagian

Persyaratan Yang Diperlukan Tanggal Agustus 2021

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. A. A. Istri F. Lastari, S.Kep.,M.Kes Ns. Priska Ketriani Lette,S. Kep


NIDN. 0815028601 NIDN.0801069001

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Bernadeta Apriliani Ancis

Program Studi : S1Ilmu Keperawatan

Judul PROPOSAL : Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian


Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan , Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha pada Tanggal Agustus 2021.

DEWAN PENGUJI

Penguji : Fransita M.A. Fiah S.Kep.,M.HKes .....................


NIDN.0810039302

Pembimbing I : Ns.A. A.Istri Fenny Lastari S.Kep.,M.Kes ...................


NIDN. 0815028601

Pembimbing II : Priska Ketriani Lette, S,Kep.,Ns ..................


NIDN.0801069001

Mengetahui

Ketua STIKES Maranatha Kupang Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Stefanus M. Kiik,M, Sp.Kep Kep.,.Kom    Juandri Suprianto Tusi,S.Kep,M.T


NIDN.0828058401 NIDN.0801069001

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya, maka saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus”
dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
limpah terima kasih kepada:
1. Ketua Yayasan Maranatha Kupang, Alfriets Selan, atas dukungannya
2. Ns.Stefanus Mendes Kiik, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku Ketua STIKes
Maranatha Kupang beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
STIKes Maranatha Kupang.
3. Ns. A. A. Istri Fenny Lastari, S.Kep.,M.Kes selaku dosen pembimbing utama
yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan motivasi kepada penulis.
4. Ns. Priska Ketriani Lette, S.Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah banyak memberikan masukan, saran, dan motivasi kepada penulis.
5. Fransita M. A. Fiah, S.Kep.,M.H selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan, saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini
6. Ns. Muhammad Saleh Nuwa, S.Kep.,M.Kes selaku Wakil Ketua I, Rudolf
Nino Selan, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Ketua II, dan Pdt. Guten A. K. Selan,
S.Th selaku Wakil Ketua III STIKes Maranatha Kupang yang telah
memfasilitasi kelancaran perkuliahan pada program studi S1 Keperawatan.
7. Ns. Juandri Seprianto Tusi, S.Kep,.M.T selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Maranatha Kupang yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S1
Keperawatan.
8. Pembimbing Akademik saya Antonius R.Vanchapo, S.Kep.M.M.Kes, yang
selalu memotivasi.
9. Tenaga Kependidikan Khususnya Bapak dan Ibu dosen yang mengabdi di
STIKes Maranatha Kupang, yang telah dengan susah payah mengajar,
membimbing, serta memotivasi selama menjalani pendidikan di STIKes
Maranatha Kupang.

vi
10. Kepala Puskesmas Tarus Kupang yang telah memberikan ijin pengambilan
data awal penelitian dan ijin melakukan penelitian.
11. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Dominikus Ancis dan Ibu Petronela
Seniman yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan moril, doa dan
material dalam setiap perjuangan dan perjalanan hidup penulis.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2017 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis.
13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang
telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala
masukan, saran demi perbaikan penulisan Skripsi ini penulis terima dengan
senang hati.

Kupang, Agustus 2021

Penulis

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKes Maranatha Kupang, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Bernadeta Apriliani Ancis
NIM : 1377027218
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan llmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKes Maranatha Kupang Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUS”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini STIKes Maranatha Kupang berhak untuk menyimpan, mengalih
media/mengformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Kupang
Pada tanggal :....................................................

Yang Menyatakan

(Bernadeta Apriliani Ancis)

viii
ABSTRAK

Nama : Bernadeta Apriliani Ancis


Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUS

Latar Belakang : Kejadian stunting pada balita merupakan salah satu permasalahan gizi secara
global dan menjadi prioritas masalah kesehatan masyarakat, dengan perkiraan 165 juta anak-anak
dibawah 5 tahun mengalami stunting. Daerah pedesaan memiliki proporsi yang lebih besar untuk
kejadian stunting pada balita (40%) dibandingkan dengan daerah perkotaan (33 %), Prevalensi
anak stunting yang tinggal di rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang tidak berpendidikan
adalah 17 kali lebih tinggi daripada prevalensi diantara anak-anak yang tinggal di rumah tangga
dengan kepala rumah tangga yang berpendidikan tinggi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan
Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarus. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah metode
corelation study, Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh Ibu dengan jumlah 66 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian adalah teknik purposive sampling. Alat pengumpulan data atau instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Hasil
Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 66 responden penelitian
Wilayah Kerja Puskesmas Tarus, proporsi pengetahuan ibu tentang kejadian stunting pada anak
sebagian besar berpengetahuan kurang yakni sebanyak 29 orang (43,9%), kategori cukup sebanyak
27 orang (40,9%) dan kategori baik sebanyak 10 orang (15,2 %). Stunting kategori normal yaitu 36
orang (54,5%) dan kategori pendek berjumlah 30 orang (45,5%). Berdasarkan uji Spearman Rank
diperoleh dinilai ρ = 0.004 dimana nilai ρ < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ini
memiliki hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap kejadian stunting di
wilayah kerja Puskesmas Tarus. Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan
antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.

Kata Kunci : Stunting, Tingkat Pengetahuan Ibu

ix
ABSTRAC

Name : Bernadeta Apriliani Ancis


Study Program : Major Nursing
Title : a relationship between mother's knowledge and the incidence of stunting in the
work area of Tarus Public Health Center.

Background: The incidence of stunting in children under five is one of the global nutritional
problems and a priority for public health problems, with an estimated 165 million children under 5
years of age experiencing stunting. Rural areas have a greater proportion of stunting living in
households with an uneducated household head which is 17 times higher than the prevalence
among children living in households with a highly educated household head. Purpose: This study
aims to analyze the relationship between the mother's level of knowledge about the incidence of
stunting in the work area of Tarus Public Health Center. Methods: The methods using a corelation
study method, in this study using a cross sectional approach, The sample in this study were all
mothers with a total of 66 people. The sampling technique in this study is a purposive sampling
technique. Data collection tools or instruments used in this study were using observation sheets
and questionnaires. Results: Based on the results of research conducted on 66 respondents in the
work area research of Tarus Public Health Center, The proportion of mothers' knowledge about the
incidence of stunting in children is mostly less knowledgeable, which is as many as 29 people
(43,9%), enough category as many as 27 people (40, 9 %) and good category as many as 10 people
(15, 2 %). the normal category of stunting is 36 people (54, 5%) and the short category is 30
people (45, 5%). Based on the Spearman Rank test, it was obtained that p = 0.004 where the p
value <0.05 then H0 was rejected and Ha was accepted. These results have a significant
relationship between the level of knowledge on the incidence of stunting in the work area of Tarus
Public Health Center. Conclusion: It's a conclusion from In this study, there is a relationship
between mother's knowledge and the incidence of stunting in the work area of Tarus Public Health
Center.
Keywords: Stunting, Mother's Knowledge Level

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………………………. Viii
ABSTRAK...................................................................................................... ix
ABSTRAC........................................................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1. Latar belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................... 4
1.5. Keaslian Penelitian........................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................. 8


2.1............................................................................................................
Konsep Stunting ............................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Stunting .......................................................... 8
2.2.2 Penyebab Stunting................................................................. 9
2.2.3 Ciri-ciri anak Stunting........................................................... 15
2.2.4 Dampak Stunting................................................................... 16
2.2.5 Status Gizi Pada Balita.......................................................... 19
2.2.6 Pencegahan Stunting............................................................. 21
2.2............................................................................................................
Konsep Pengetahuan ........................................................................ 22
2.2.1. Pengertian Pengetahuan........................................................ 22
2.2.2. Tingkat Pengetahuan ............................................................. 23
2.3............................................................................................................
Kerangka Teori ................................................................................. 25

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 26


3.1............................................................................................................
Kerangka Konsep ............................................................................. 26
3.2............................................................................................................
Hipotesis Penelitian .......................................................................... 26
3.3............................................................................................................
Desain Penelitian .............................................................................. 26

xi
3.4............................................................................................................
Defenisi Operasional ........................................................................ 27
3.5............................................................................................................
Populasi dan Sampel ........................................................................ 28
3.6............................................................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 29
3.7............................................................................................................
Instrumen Penelitian ......................................................................... 29
3.8............................................................................................................
Etika Penelitian ................................................................................ 30
3.9............................................................................................................
Prosedur Penelitian............................................................................ 31
3.10..........................................................................................................Ana
lisis Data........................................................................................... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 35


4.1...........................................................................................................
Hasil Penelitian................................................................................ 35
4.2...........................................................................................................
Pembahasan...................................................................................... 40
4.3...........................................................................................................
Keterbatasan Penelitian ................................................................... 46

BAB 5 PENUTUP.............................................................................................. 47
5.1...................................................................................... Kesimpulan
......................................................................................................47
5.2................................................................................................. Saran
......................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 49

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori............................................................................ 25

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 26

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian...............................................................................5

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Balita..............................................................20

Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi..........................................................................21

Tabel 3.1. DefInisi Operasional.............................................................................27

Tabel 4.1 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah

Kerja Puskesmas Tarus.........................................................................36

Tabel 4.2 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di

Wilayah Kerja Puskesmas Tarus..........................................................36

Tabel 4.3 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus......................................................37

Tabel 4.4 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah

Kerja Puskesmas Tarus.........................................................................37

Tabel 4.5 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.........................................................38

Tabel 4.6 Distribusi  Frekuensi Responden Dengan Menggunakan Observasi

Stunting Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus..............................38

Tabel 4.7 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Tabulasi silang antara

Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting Wilayah Kerja Puskesmas

Tarus.....................................................................................................39

xiv
DAFTAR SINGKATAN

Dalys : Distability Adjusted Life Years

HPK : Hari Pertama Kehidupan

KMS : Kartu Menuju Sehat

PB/U : Panjang Badan/Umur

RI : Republik Indonesia

Spal : Sistem Pembuangan Air Limbah

TB/U : Tinggi Badan/Umur

WHO- MGRS : World Health Organization Multy Centregrowthrefrence Study

WHO : World Health Organization

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Penelitian


Lampiran 2 : Kuisioner Pengetahuan Ibu Tentang Stunting.
Lampiran 3 : Surat Pengambilan Data Awal Dari Stikes Maranatha Kupang
Lampiran 4 : Surat ijin Penelitian dari Stikes Maranatha Kupang
Lampiran 5 : Surat ijin penelitian dari Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara
Timur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP)
Lampiran 6 : Surat ijin penelitian dari Kabupaten Kupang Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Lampiran 7 : Surat keterangan/rekomendasi untuk melakukan survey/penelitian
dari pemerintahan Kabupaten Kupang kecamatan Kupang Tengah
Lampiran 8 : Lembar Disposisi dari Puskesmas Tarus
Lampiran 9 : Surat keterangan selesai penelitian dari Puskesmas Tarus
Lampiran 10 : Hasil Tabulasi
Lampiran 11 : Dokumentasi

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian stunting pada balita merupakan salah satu permasalahan gizi

secara global dan menjadi prioritas masalah kesehatan masyarakat, dengan

perkiraan 165 juta anak-anak dibawah 5 tahun mengalami stunting (angka

prevalensi stunting di dunia pada tahun 2010 adalah 40%). Daerah pedesaan

memiliki proporsi yang lebih besar untuk kejadian stunting pada balita (40%)

dibandingkan dengan daerah perkotaan (33 %), Prevalensi anak stunting yang

tinggal di rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang tidak

berpendidikan adalah 17 kali lebih tinggi dari pada prevalensi di antara anak-

anak yang tinggal di rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang

berpendidikan tinggi (Rahayu & Darmawan, 2019).

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskedas) menunjukkan prevalensi

stunting masih tinggi yaitu 30,8% (Kemenkes RI, 2018). Jumlah tersebut

masih di atas angka batas stunting World Health Organization (WHO) yaitu

<20%. Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar

8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting.

Dari 34 Provinsi di Indonesia, 18 Provinsi memiliki prevalensi stunting di

atas rata-rata nasional. Provinsi dengan prevalensi stunting terbesar adalah

Nusa Tenggara Timur (42,7%), diikuti Sulawesi Barat (41,6%) dan Aceh

(37,1%). Provinsi dengan prevalensi dengan stunting paling kecil adalah DKI

Jakarta (17,6%) (Kiik & Nuwa, 2020).

1
2

Stunting merupakan salah satu masalah gizi di masyarakat utamanya

pada balita.Stunting diukur menggunakan indeks Panjang Badan menurut

Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang dapat

dikategorikan stunted (pendek) atau severely stunted (sangat pendek). Balita

dikatakan stunting apabila Z-score tinggi badan menurut umurnya berada

dibawah garis normal yaitu kurang dari -2SD dikatakan pendek dan kurang

dari -3SD dikategorikan sangat pendek (Sinatrya & Muniroh, 2019).

Menurut WHO, Stunting pada anak balita merupakan konsekuensi dari

beberapa faktor yang sering dikaitkan dengan kemiskinan termasuk gizi,

kesehatan, sanitasi dan lingkungan. Ada lima faktor utama penyebab stunting

yaitu faktor Ekonomi, sosial dan budaya, peningkatan paparan terhadap

penyakit infeksi, kerawanan pangan dan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan. Faktor yang berhubungan dengan status gizi kronis pada anak

balita tidak sama antara wilayah perkotaan dan pedesaan, sehingga upaya

penanggulangannya harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi.

WHO menyatakan bahwa selain mengalami gangguan pertumbuhan,

anak stunting juga mengalami keterlambatan perkembangan. Istiany dan

Rusilanti (2013) menjelaskan bahwa perkembangan pada balita dapat dinilai

dari tiga hal, yaitu secara fisik, kognitif, dan psikososial. Aryastami (2017)

menyebutkan bahwa stunting memiliki dampak terhadap menurunnya

intelektualitas dan kemampuan kognitif anak (Kiik & Nuwa, 2020).

Menurut WHO, Pengetahuan tentang Stunting yang dimiliki orang tua

khususnya ibu perilhal wawasan seputar stunting bisa menjadi penentu sikap

ibu dalam menjaga kesehatan agar stunting dicegah. Penelitian ini dilakukan
3

untuk mengidentifikasi Hubungan pengetahuan ibu tentang stunting,

mendapatkan Hubungan karakteristik responden ibu yang mencakup: usia,

pendidikan, dan pekerjaan serta memperoleh Hubungan pengetahuan ibu

tentang stunting pada anak (Kiik & Nuwa, 2020).

Berdasarkan data awal yang diambil di puskesmas Tarus, Kabupaten

Kupang, jumlah balita yang mengalami stunting pada tahun 2017 sebanyak

120 orang, pada tahun 2018 sebanyak 115 orang, pada tahun 2019 sebanyak

130 orang dan jumlah kunjungan balita stunting enam bulan terakhir yaitu

dari bulan Juli – Desember 2020 sebanyak 80 orang (Register Puskesmas

Tarus, 2020).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang

Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut: ”Apakah Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus?”.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Teridentifikasi Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Stunting Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.


4

2. Teridentifikasi Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tarus.

3. Teridentifikasi Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.

1.4. Manfaat

1.4.1. Teoritis

1. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bahan bacaan dan

referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan.

2. Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi semua

mahasiswa/i di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang

untuk dapat di lakukan penelitian lanjutan dengan metode yang

berbeda.

1.4.2. Praktis

1. Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi

bagi wilayah kerja Puskesmas Tarus

2. Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan ibu tentang Stunting melalui promosi kesehatan yang

akan dilakukan oleh petugas kesehatan.


5

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Peneliti Metode Variabel Analisa Persamaan Perbedaan


Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Marbun Desain Pengetahu Analisis Teknik Variabel
Meyana penelitian an Ibu univariat sampling tingkat
, Dkk yang akan Hamil, yang pengetahua
(2019) digunakan Tingkat digunakan n ibu
“Hubun dalam Ekonomi, dalam tentang
gan penelitian Kejadian penelitian kejadian
Pengeta ini adalah Stunting ini adalah Stunting
huan penelitian total (p=0,000)
Ibu deskriptip sampling dan Tingkat
Hamil analitik yakni sosial
Dan dengan seluruh dengan
Tingkat metode populasi penghasilan
Ekono pendekatan dijadikan keluarga (ρ
mi Cross sample =0,000)
Tentan sectional analisis berpengaruh
g kuantitatif terhadap
Kejadia deskriptif terjadinya
n analitik Stunting
Stuntin pada balita
g Di usia 1-5
puskes tahun.
mas
Parapat
Kecam
atan
Parapat
Kabupa
ten
Simalu
ngun
Windi Metode Pengetahu Analisis Jenis Variabel
Hapsari penelitian an Ibu, Univariat. penelitian tingkat
(2018) adalah Pendapata Analisis ini pengetahua
“Hubun observasion n Bivariat. menggunak n ibu
gan al analitik Orangtua, Analisis an metode tentang gizi
Pendap dengan Kejadian Multivaria observasion (ρ =0,027;
at pendekatan Stunting t al analitik OR=3,801)
Keluarg cross dengan dan tinggi
a, sectional pendekatan badan orang
Pengeta cross tua (ρ
huan sectional =0,031;OR
Ibu dengan =3,451)
6

Tentan teknik berpengaruh


g Gizi, sampling. terhadap
Tinggi terjadinya
Badan stunting
Orangt pada balita
ua, Dan usia 12-59
Tingkat bulan.
Pendidi
kan
Ayah
Dengan
Kejadia
n
Stuntin
g Pada
Anak
Umur
12-59
Bulan
7

Perbedaan Penelitian :

1. Berdasarkan hasil penelitian dari Meyana Marbun, Dkk (2019) tentang

“Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dan Tingkat Ekonomi Tentang Kejadian

Stunting Di puskesmas Parapat Kecamatan Parapat Kabupaten Simalungun,

dapat dsimpulkan sebagai berikut variabel tingkat pengetahuan ibu tentang

kejadian stunting (ρ = 0,000) dan tingkat sosial penghasilan keluarga (ρ =

0,000) berpengaruh terhadap terjadinya stunting pada usia 1-5 tahun.

2. Windi Hapsari (2018) “Hubungan Pendapat Keluarga, Pengetahuan Ibu

Tentang Gizi, Tinggi Badan Orangtua, Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan

Kejadian Stunting Pada Anak Umur 12-59 Bulan dapat dsimpulkan sebagai

berikut Variabel tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (ρ =0,027; OR=3,801)

dan tinggi badan orang tua (ρ =0,031; OR=3,451) berpengaruh terhadap

terjadinya stunting pada balita usia 12-59 bulan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Stunting

2.1.1. Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di

bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak

terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam

kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi

stunting baru nampak setelah usia 2 tahun (Kiik & Nuwa, 2020).

Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah

balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut

umurnya disbandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multy

Centre Growth Refrence Study) 2006, balita stunted apabila nilai z-

score kurang dari -2SD (standar deviasi) dan severely stunted apabila

kurang dari -3SD (Kiik & Nuwa, 2020).

Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan seseorang lebih

pendek dibanding tinggi badan orang seusianya (Kemendes, 2017).

Stunting didefinisikan dengan membandingkan tinggi seorang anak

dengan standar tinggi anak pada populasi yang normal sesuai dengan

usia dan jenis kelamin yang sama (Kiik & Nuwa, 2020).

Stunting merupakan salah satu bentuk gangguan pertumbuhan

masa bayi dan anak juga merupakan pertanda lelah terjadi gangguan

8
9

kekurangan gizi kronik (waktu lama) yang berpengaruh buruk

terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Kiik & Nuwa, 2020).

Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek ditandai sebagai

kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita)

akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada

periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga

anak berusia 23 bulan (Kiik & Nuwa, 2020).

2.1.2. Penyebab Stunting

Stunting terjadi karena adanya 2 faktor yaitu faktor langsung dan

tidak langsung berikut :

a. Faktor Langsung

1) Jenis Kelamin

Bayi perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah besar

daripada bayi laki-laki di kebanyakan negara berkembang

termasuk Indonesia. Penyebab ini tidak dijelaskan dalam

literatur, tetapi ada kepercayaan bahwa tumbuh kembang anak

laki-laki lebih dipengaruhi oleh tekanan lingkungan

dibandingkan anak perempuan.

2) Berat Badan Lahir Rendah

Ibu dengan gizi kurang sejak awal sampai akhir kehamilan

dan menderita sakit akan melahirkan BBLR, yang kedepannya

menjadi anak Stunting, selain itu bayi yang diiringi dengan

konsumsi makanan yang tidak adekuat, dan sering terjadi infeksi


10

selama masa pertumbuhan menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan.

3) Asupan Energi Rendah

Hal tersebut dikarenakan asupan gizi yang tidak adekuat,

terutama dari total energi, berhubungan langsung dengan defisit

pertumbuhan fisik pada anak. Rendahnya konsumsi energi

merupakan faktor utama sebagai penyebab Stunting balita di

Indonesia.

4) Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab

langsung status gizi balita disamping konsumsi makanan.

Dimana sebagian besar balita menderita penyakit infeksi (Diare

dan ISPA). Anak kurang gizi, yang daya tahan terhadap

penyakitnya rendah, jatuh sakit dan akan semakin kurang gizi,

sehingga mengurangi kapasitasnya untuk melawan penyakit dan

sebagainya.

b. Faktor Tidak Langsung

1) Pendidikan Ayah

Kecenderungan kejadian Stunting pada balita lebih banyak

terjadi pada ayah yang berpendidikan rendah. Tingkat

pendidikan ayah pada kelompok anak Stunting relatif lebih

rendah dibandingkan dengan kelompok anak normal.


11

2) Pendidikan Ibu

Kecenderungan kejadian Stunting pada balita lebih banyak

terjadi pada ibu yang berpendidikan rendah. Ibu yang

berpendidikan baik akan membuat keputusan yang akan

meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anaknya dan cenderung

memiliki pengetahuan gizi yang baik pula.

3) Pekerjaan Ayah

Pendapatan perkapita pada defisit pertumbuhan dapat

dihubungkan dengan kepentingannya untuk membeli makanan

serta benda-benda lain yang berguna bagi kesehatan anak.

4) Pekerjaan Ibu

Ibu balita dengan tidak bekerja memiliki status anak

Stunting lebih besar dan tidak ada hubungan yang bermakna

antara pekerjaan ibu dengan kejadian Stunting. Ibu yang bekerja

diluar rumah dapat menyebabkan anak tidak terawat, sebab anak

balita sangat tergantung pada pengasuhnya atau anggota

keluarga yang lain.

5) Pemberian ASI

Di Indonesia, perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif

memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks PB/U

(Panjang Badan menurut Umur), dimana 48 dari 51 anak

Stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pada dasarnya ASI

memiliki manfaat sebagai sumber protein berkualitas baik dan

mudah didapat, meningkatkan imunitas anak dan dapat


12

memberikan efek terhadap status gizi anak dan mempercepat

pemulihan bila sakit serta membantu menjalankan kelahiran.

6) Pelayanan Kesehatan (Imunisasi)

Pada dasarnya imunisasi pada anak memiliki tujuan penting

yaitu untuk mengurangi risiko mordibitas (kesakitan) dan

mortalitas (kematian) anak akibat penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Status imunisasi memiliki hubungan

signifikan terhadap indeks status gizi TB/U. Status imunisasi

anak adalah salah satu indikator kontak dengan pelayanan

kesehatan. Karena diharapkan bahwa kontak dengan pelayanan

kesehatan akan membantu memperbaiki masalah gizi baru,

sehingga imunisasi juga diharapkan akan memberikan efek

positif terhadap status gizi jangka panjang.

7) Status Ekonomi

Kecenderungan Stunting pada balita lebih banyak pada

keluarga dengan status ekonomi rendah. Malnutrisi terutama

Stunting lebih dipengaruhi oleh dimensi sosial ekonomi. Selain

itu, status ekonomi rumah tangga dipandang memiliki dampak

yang signifikan terhadap probabilitas anak menjadi pendek dan

kurus.

8) Kebersihan Pangan dan Keterbatasan Air Bersih

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik

memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain

diare, kecacingan, dan infeksi saluran pencernaan. Stunting juga


13

bisa terjadi pada anak-anak yang hidup di lingkungan dengan

sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai. Sanitasi yang

buruk berkaitan dengan terjadinya penyakit diare dan infeksi

cacing usus (cacingan) secara berulang-ulang pada anak. Kedua

penyakit tersebut telah terbukti ikut berperan menyebabkan anak

kerdil.

Tingginya kontaminasi bakteri dari tinja ke makanan yang

dikonsumsi dapat menyebabkan diare dan cacingan yang

kemudian berdampak kepada tingkatan gizi anak. Kontaminasi

bakteri-bakteri tersebut juga dapat terjadi melalui peralatan

dapur maupun peralatan rumah tangga lainnya yang tidak dicuci

bersih maupun tidak mencuci tangan hingga bersih sebelum

makan. Di Indonesia 1 dari 5 rumah tangga masih buang air

besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum

memiliki akses ke air minum bersih.

Apabila anak menderita saluran pencernaan, penyerapan zat-zat

gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan

zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang

penyakit dan pertumbuhan akan terganggu.

9) Kekurangan Vit A dan Zinc

Defisiensi vitamin A dan Zinc sebagai faktor resiko

terjadinya Stunting mengutarakan bahwa Defisiensi vitamin A

berpengaruh terhadap sintesis protein, sehingga juga

mempengaruhi pertumbuhan sel. Karena itulah maka, anak yang


14

menderita defisiensi vitamin A akan mengalami kegagalan

pertumbuhan serta kurangnya gizi mikro (Vitamin A dan Zinc)

salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting.

10) Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah

yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis.

Status gizi merupakan gambaran terhadap ketiga indikator,

yakni berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

terjadi akibat faktor langsung dan tidak langsung, maka

berdasarkan hasil riset tersebut menggunakan data sekunder.

Status gizi adalah suatu keadaan seseorang sebagai akibat dari

mengkonsumsi dan proses terhadap makanan dalam tubuh dan

kesesuaian gizi yang dikonsumsi dengan gizi yang dibutuhkan

oleh tubuh. Keadaan kesehatan anak sebagai gambaran

konsumsi zat makanan yang masuk keadaan tubuh dan

penggunaannya, sebagai hasil ini dapat diketahui dari tinggi

badan dan berat badan anak, yang merupakan indikator terbaik

bagi penentuan status gizi.

Anak dengan orang tua yang pendek, baik salah satu maupun

keduanya, lebih berisiko untuk tumbuh pendek dibanding anak

dengan orang tua yang tinggi badannya normal. Orang tua yang

pendek karena gen dalam kromosom yang membawa sifat


15

pendek kemungkinan besar akan menurunkan sifat pendek

tersebut kepada anaknya. Tetapi bila sifat pendek orang tua

disebabkan karena masalah nutrisi maupun patologis, maka sifat

pendek tersebut tidak akan diturunkan kepada anaknya.

Komponen penilaian status gizi diperoleh melalui asupan

makanan, pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan klinis, dan

riwayat mengenai kesehatan, antropometrik, serta data

psikososial. Pengukuran status gizi berdasarkan kriteria

antropometri merupakan cara yang dianggap paling sering

digunakan karena mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain

cara yang paling mudah dan praktis dilakukan serta dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Kiik & Nuwa, 2020).

2.1.3. Ciri-Ciri anak Stunting

Menurut Kementrian Kesehatan 2018, ciri-ciri stunting yaitu :

1. Tinggi badan menurut usianya di bawah minus 2 standar deviasi dari

median Standar Pertumbuhan Anak WHO

2. Pertumbuhan melambat

3. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak

melakukan kontak mata (eye contact)

4. Wajah tampak lebih muda dari usianya

5. Tanda pubertas terlambat

6. Pertumbuhan gigi terlambat

7. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar (Kiik &

Nuwa, 2020).
16

2.1.4. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan berbagai masalah baik masalah

jangka pendek maupun jangka panjang. Akibat jangka pendek yaitu

terjadinya masalah kesehatan, perkembangan dan ekonomi. Masalah

kesehatan jangka panjang pendek akibat stunting yaitu peningkatkan

kematian dan kesakitan. Stunting juga dapat menyebabkan penurunan

perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa. Masalah ekonomi yaitu

peningkatkan pengeluaran akibat masalah kesehatan, peningkatkan

kemungkinan biaya anak sakit.

Stunting pada masa kanak-kanak memiliki konsekuensi yang

mempengaruhi kesehatan dan pengembangan sumber daya manusia.

Selain pertumbuhan fisik yang buruk, stunting mempengaruhi risiko

infeksi dan kematian anak-anak, perkembangan kognitif dan motorik,

kapasitas belajar dan kinerja di sekolah.

Dampak lanjutnya mempengaruhi produktivitas, upah, dan

kesehatan reproduksi. Stunting yang diikuti dengan penambahan berat

badan yang berlebihan di masa kanak-kanak selanjutnya meyebabkan

peningkatkan risiko penyakit kronis yang berkaitan dengan gizi seperti

diabetes dan penyakit jantung Wirth, et al, (2017); Stewart, Dewey,

Michaelesen & Onyango, (2013); Beal, el al., (2018) dalam (Kiik &

Nuwa, 2020).
17

a. Dampak Jangka Pendek

1. Kesehatan : Kematian Dan Kesakitan Anak

Permasalahan sunting pada usia dini terutama pada

periode 1000 HPK, akan berdampak pada kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM). Stunting menyebabkan organ tubuh

tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Balita

stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian

anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta Distability-

Adjusted life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup

sehat setiap tahun (Kementerian Perencanaan dan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional, 2018 dalam Kiik & Nuwa, 2020).

Walaupun mereka selamat, mereka kurang berprestasi di

sekolah sehingga menjadi kurang produktif saat dewasa

(Tim Indonesiabaik.id dalam Kiik & Nuwa, 2020).

Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan

tidak disertai dengan pemberian asupan yang cukup untuk

proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting

(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,

2018).

2. Perkembangan Penurunan Perkembangan Kognitif, Motorik

Dan Bahasa

Stunting sangat erat dengan perkembangan anak.

Sudah banyak teori yang menyatakan bahwa status gizi


18

termasuk stunting, mempunyai pengaruh besar terhadap

perkembangan anak, baik jangka pendek maupun jangka

panjang. Dalam jangka pendek, stunting menyebabkan

gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan

motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta

gangguan metabolisme. Masalah perkembangan yaitu

perkembangan psikomotorik dan mental yang lebih buruk.

Hasil penelitian terbaru yang dilakukan Alam, et al.,

(2020) menunjukkan kejadian stunting berhubungan dengan

perkembangan kognitif yang lebih rendah pada anak-anak

pada usia 5 tahun. Hasil penelitian terkini yang dilakukan

Svefors et, al., (2020) pada daerah pedesaan di Bangladesh

menunjukkan bahwa anak-anak yang stunting akan

mengalami keterlambatan masa pubertas dibandingkan

anak-anak seusia yang tidak menderita stunting.

3. Ekonomi Peningkatkan Pengeluaran Akibat Masalah

Kesehatan, Peningkatkan Kemungkinan Biaya Perawatan

Anak Sakit.

Konsekuensi ekonomi berkaitan dengan

pengeluaran kesehatan dan biaya yang dikeluarkan untuk

merawat anak-anak yang sakit. Pada tingkat langsung,

stunting dikaitkan dengan penyakit menular yang

meningkatkan pengeluaran rumah tangga untuk perawatan

anak yang sakit. Meskipun data ini jarang, satu studi dari
19

Nepal memperkirakan sebesar 4% dari pengeluaran rumah

tangga tahunan per kapita digunakan untuk perawatan yang

sakit.

b. Dampak Jangka Panjang

Stunting dapat menyebabkan masalah jangka panjang melalui

dua cara yaitu:

1. Sebagai penyebab langsung postur tubuh orang dewasa yang

lebih pendek dan kurang optimalnya fungsi tubuh di kemudian

hari.

2. Sebagai kunci dari proses yang mendasari kehidupan awal

yang mengarah pada pertumbuhan yang buruk dan dampak

buruk lainnya.
Dampak kesehatan jangka panjang yang akan terjadi pada

balita stunting yaitu : perawatan pendek saat dewasa,

peningkatan kasus obesitas (kegemukan) dan penyakit yang

berhubungan dengan obesitas, dan penurunan kesehatan

reproduksi. Masalah perkembangan yaitu : penurunan

performa di sekolah dan penurunan kapasitas belajar. Masalah

ekonomi yaitu : Penurunan kapasitas dan produktivitas kerja

(Kiik & Nuwa, 2020).

2.1.5. Status Gizi Pada Balita


Balita merupakan anak yang memiliki usia mulai dari 1-5 tahun.

Balita dibagi dua kelompok yaitu anak dengan usia satu sampai tiga

tahun disebut toddler dan anak dengan usia diatas tiga tahun sampai

lima tahun disebut pra sekolah. Pada usia balita dikatakan sebagai masa
20

golden age atau masa keemasan. Pada masa ini proses pertumbuhan dan

perkembangan yang membutuhkan gizi untuk menunjang pada masa

tersebut.

Status gizi merupakan suatu keadaan kesehatan tubuh yang

dipengaruhi oleh asupan zat gizi melalui makanan dan minuman sesuai

dengan kebutuhan tubuh. status gizi merupakan suatu kondisi yang

menggambarkan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan

makan oleh tubuh. Status gizi optimal adalah asupan dan kebutuhan zat

gizi yang seimbang, maka asupan zat gizi mempengaruhi status gizi

seseorang (Ainy Nur Fitry, 2020).

Kebutuhan gizi balita dapat diketahui telah terpenuhi atau tidak

dengan ditentukan melalui Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu angkat

kecukupan zat gizi per hari berdasarkan golongan (umur, jenis kelamin,

ukuran tubuh, dan aktifitas) untuk mencegah terjadinya permasalah

status gizi. Angka kecukupan gizi balita menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 75 tahun 2013 sebaga berikut :

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Balita

Kelompok Energi Lemak Karbohidrat Serat Air


Usia Protein Total
1-3 tahun 1125 26 g 155 g 16 g 1200ml
kkal
4-6 tahun 1600 35 g 62 g 220 g 1500 mL
kkal
Sumber : Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2013

Menurut Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi (KDPDTT), stunting merupakan salah satu dari

permasalahan status gizi yang ditinjau dari tinggi badan yang lebih
21

pendek dibanding orang lain yang seusianya (KDPDTT, 2017). Berikut

acuan penentuan klasifikasi status gizi pada balita stunting di Indonesia

menurut Putusan Kementerian Kesehatan RI:

Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi

Indikator Status Gizi Z-Score


Tinggi badan/ umur Jangkung >+2 SD

(TB/U) Normal -2 SD s/d +2 SD


Pendek -3 SD s/d < -2 SD
Sangat pendek ≤ -3 SD

Sumber : KemenKes RI 2018:

2.1.6. Pencegahan Stunting

Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas

sumber daya manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status

gizi dan kesehatan ibu pada masa pra hamil, saat kehamilan dan saat

menyusui merupakan periode yang sangat kritis. Periode seribu hari,

yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada hari pertama

kehidupan bayi yang dilahirkannya merupakan periode sensitif

karena akibatyang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan

bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak

hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental

dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik

yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif, yang

berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi Kerangka kebijakan

1000 HPK (Ramlah, 2014).

2.2. Konsep Pengetahuan


22

2.2.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya (Notoatmodjo, 2012). Menurut

Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau ranah kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overtbehaviour).

Dalam buku pendidikan dan perilaku kesehatan Notoadmodjo

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)

didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:

1. Awarenes (Kesadaran), yakni dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahuiterlebih dahulu stimulus (objek).

2. Interest (Merasa Tertarik), yakni dimana orang mulai tertarik

terhadap stimulus atau objek tersebut.

3. Evaluation (Evaluasi), yakni menimbang-nimbang terhadap baik

dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya

4. Trial (Mencoba), yakni dimana seseorang telah mencoba perilaku

baru.

5. Adoption (Adopsi), yakni dimana seseorang telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus.

2.2.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

(enam) tingkatan, (Notoatmodjo 2012), yakni :


23

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan

hasilpenelitian dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.


24

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam satu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Kerangka Teori

Konsep Pengetahuan Konsep Stunting


25

a) Pengertian
a) Pengertian stunting
pengetahuan
b) Penyebab stunting
b) Tingkatan
c) Ciri-ciri anak
pengetahuan
stunting
1. Tahu
d) Dampak stunting
2. Memahami
e) Status gizi pada
3. Aplikasi
Balita
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian


Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus

Gambar 2.2. Kerangka Teori

Sumber : (Fitri, N. Aini, 2020); (Kiik & Nuwa, 2020); (Notoatmodjo, 2012)
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Pengetahuan Ibu Kejadian Stunting

Gambar. 3.1. Kerangka Konsep

Keterangan

: Diteliti

: Hubungan

3.2. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada Hubungannya Pengetahuan

Ibu Tentang Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.

3.3. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasi

(corelation study) yaitu suatu metode penelitian yang merupakan penelitian

atau penelahan hubungan antara dua variabel pada situasi atau sekelompok

subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan

gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang lain.

Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain

tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu

objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang

sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya  (Notoatmodjo,

2012).

26
27

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional adalah

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat. (Notoatmodjo, 2012).

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, atau tentang apa yang diukur

oleh variabel yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor


Penelitia Operasiona
n l
Pengetah Pengetahua 1. Pengerti Kuesioner Nomina Benar = 1
uan n adalah an l Salah = 0
proses tidak 2. Tingkat Dengan
tahu men Pengetah kriteria:
jadi tahu uan Baik 76-100%
a. Tahu Cukup 56-75%
b. Memaha Kurang < 56%
mi
c. Aplikasi
d. Analysis
e. Sintesis
f. Evaluasi
Stunting Stunting BB Lembar Ordinal 1. Sangat
adalah TB Observasi pendek
proses gagal Usia Yang Zscore ≤ -3
tumbuh Diukur : SD
pada anak mengguna 2. Pendek
di usia 0 kan Zscore -3
bulan standar SD s/d < -2
sampai 5 antropome SD
tahun tri 3. Normal
akibat menurut Zscore -2
kekurangan keputusan SD s/d +2
gizi Menteri SD
Kesehatan
RI No.
1194/ME
28

NKES/SK
/XII/2010

3.5. Populasi Dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di

Puskesmas Tarus. Populasi dalam penelitian ini yang berjumlah 80

orang (Notoadmodjo, 2012).

3.5.2 Sampel

1. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subjek yang diteliti

dan di anggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian

ini adalah seluruh Ibu. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 66

orang. (Notoadmodjo 2012) yang diperoleh dengan rumus :

N
n=
1+ N ¿ ¿

Keterangan : N = besar populasi


n = besar sampel
d = standar deviasi
80
n=
1+80 ¿ ¿
80
n=
1+80 (0,0025)
80
n=
1+0,2
80
n=
1,2
n=66

Jadi Jumlah Sampel dalam penelitian adalah 66 orang.


29

Dengan Kriteria Inklusi

a. Ibu yang mempunyai anak dengan masalah stunting


b. Bersedia menjadi responden

2. Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik purposive sampling dengan didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu dimana jumlah sampel sama dengan populasi

yang dibuat oleh peneliti sendiri.

3.6. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tarus

2. Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 02 -30 Juni 2021

3.7. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu dengan menggunakan kuesioner yang dikutip dari Sinta D.

Herlinawati (2017), Sebelum mengisi kuesioner responden diberi penjelasan

tentang cara pengisian dan jika ada responden yang mengalami kesulitan

untuk menulis atau membaca maka peneliti akan mengisikan atau

membacakan sesuai jawaban yang dipilih oleh responden, kemudian hasilnya

diambil saat itu juga.

3.8. Etika Penelitian


30

Menurut Notoatmodjo (2018). Etika dalam penelitian ini dibagi menjadi 5

bagian yaitu :

1. Lembar Persetujuan menjadi responden (Informed consent)

Subyek yang mau untuk diteliti (menjadi responden) harus

mencantumkan tanda tangan persetujuan menjadi responden. Sebelum

diberikan kesempatan membaca isi lembar permohonan dan persetujuan,

jika subyek menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati dan menghargai hak subyek.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk tetap menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak

mencantukan nama responden. Pada lembar kuesioner yang diisi

responden, peneliti hanya memberikan kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin oleh peneliti, data tersebut hanya akan disajikan/dilaporkan pada

pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Memperhitungkan manfaat kerugian yang ditimbulkan

Dalam sebuah penelitian sebisa mungkin memperoleh manfaat

semaksimal mungkin bagi masyarakat dan Khususnya responden.Peneliti

harus meminimalisasi dampak kerugian untuk responden.

5. Keadilan / keterbukaan (Justice)

Seorang peneliti harus memiliki prinsip keterbukaan dan adil,

yakin dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini


31

menjamin responden memperoleh perlakukan dan keuntungan yang sama,

tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya.

3.9. Prosedur penelitian

3.9.1. Teknik Pengumpulan Data

1. Surat ijin pengambilan data awal dari STIKes Maranatha Kupang.

2. Surat ijin penelitian dari STIKes Maranatha Kupang.

3. Surat ijin penelitian dari Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara

Timur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP).

4. Surat ijin penelitian dari pemerintah kabupaten Kupang Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).

5. Surat keterangan/rekomendasi untuk melakukan survey/penelitian

dari pemerintahan Kabupaten Kupang kecamatan Kupang Tengah.

6. Lembar Disposisi dari Puskesmas Tarus.

7. Surat keterangan selesai penelitian dari Puskesmas Tarus.

.9.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer

Data yang diperoleh ditempat penelitian dengan

menggunakan kuesioner sebagai acuan. Kuesioner tersebut akan

dibagikan kepada responden. Peneliti juga mendampingi dan

menjelaskan hal-hal yang tidak dipahami oleh responden saat

mengisi lembar kuesioner. Setelah diisi oleh para responden,

kuisioner akan dikembalikan pada peneliti untuk dianalisis.


32

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data- data yang diperoleh langsug dari

Puskesmas Tarus dan buku - buku referensi yang berhubungan

dengan penelitian.

3. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan akan diproses dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Editing

Kuisioner yang telah diisi oleh responden terlebih dahulu,

diedit untuk mengecek kebenaran data berdasarkan pengisian

kuisioner. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengecekan

kelengkapan data. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah

pertanyaan-pertanyaan yang disusun sedemikian rupa telah

sesuai dengan isi yang telah di sadap melalui alat ukur kuesioner

(Notoatmodjo, 2012).

b) Coding

Coding merupakan metode untuk mengoreksi data yang

dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol. Untuk

memudahkan pengolahan data maka setiap jawaban dari

kuisioner yang telah disebarkan diberi kode dengan karakter

(Notoatmodjo, 2012).

c) Prossecing

Setelah dilakukan pengisian kuisioner terisi penuh dan

benar dan sudah melewati pengkodean, maka langkah


33

selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.

Pemrosesan dapat dilakukan dengan cara, mengentri data. Entri

data dilakukan dengan cara memasukan data kedalam Komputer

(Notoatmodjo, 2012).

d) Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di entri apakah ada kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi

pada saat mengentri ke komputer (Notoatmodjo, 2012).

3.10. Analisis Data

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis ini mendeskripsikan atau menggambarkan setiap

variabel penelitian, variabel pertama pengetahuan dan variabel kedua

yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi yang bertujuan untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen yang di teliti (Notoatmodjo, 2012). Jika angka korelasi

makin mendekati 1 maka korelasi antara dua variabel makin kuat

dan terdapat hubungan, sedangkan jika angka korelasi makin

mendekati 0 maka korelasi antara dua variabel makin lemah.

Analisis data dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi dengan menggunakan bantuan


34

program Komputer SPSS dan program Excel. Rumus yang

digunakan adalah :

Rumus uji korelasi spearman adalah :

6∑2
d
r s=1− 2
n(n −1)

Keterangan :

rs = nilai korelasi spearman rank

d2 = Selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank untuk Spearman (5<n<30)

Rumus tersebut digunakan untuk mengetahui mengukur tingkat

atau eratnya antara variabel bebas dengan variabel terikat.Untuk

melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas

kemaknaan 0,05 sehingga apabila hasil perhitungan statistik

menunjukkan nilai ρ> 0,05 maka di katakan antara kedua variabel

secara statistik terdapat hubungan yang tidak bermakna. Sedangkan

apabila nilai ρ< 0,05 maka secara statistik kedua variabel tersebut

terdapat hubungan yang bermakna.


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Tempat Penelitian

Puskesmas Tarus adalah salah satu Puskesmas rawat jalan di

Kabupaten Kupang yang berada di Kecamatan Kupang Tengah dan

merupakan tempat yang sangat strategis karena terletak diantara dua

kota pemerintahan yaitu Kota Kupang dan Kota Oelamasi, yang

terdiri dari 7 Desa dan 1 Kelurahan. Batas Kecamatan Kupang

Tengah sebelah Utara dengan Teluk Kupang, sebelah Selatan dengan

Kecamatan Taebenu, sebelah Barat dengan Kota Kupang, dan

sebelah Timur dengan Kecamatan Kupang Timur. Jumlah penduduk

Kecamatan Kupang Tengah adalah 34.894 jiwa terdiri dari Laki-laki

17.588 jiwa dan Perempuan 17.588 jiwa. Luas Wilayah dan jumlah

penduduk Kecamatan Kupang Tengah juga merupakan wilayah kerja

Puskesmas Tarus.

Puskesmas Tarus memiliki 7 puskesmas pembantu, 58

posyandu, dan memiliki ketenagaan yaitu terdiri dari 2 orang dokter

umum PNS, 1 orang dokter gigi PNS, 10 orang perawat, 2 orang

perawat gigi, 25 orang bidan PNS, 2 orang bidan PTT, 1 orang

tenaga gizi, 1 orang tenaga kesling, 2 orang farmasi, 1 orang tenaga

kontrak pemda yang bertugas di loket.

35
36

Letak geografis wilayah kerja Puskesmas Tarus sebagai berikut;

Bagian Timur : Penfui Timur & Kel. Tarus

Bagian Barat : Mata Air & Noelbaki

4.1.2 Data Umum

1. Umur

Tabel 4.1 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di


Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
No Frequency Percent Valid
Percent

1. 17-19 Tahun 21 31,8


2. 20-25 Tahun 18 27,3
3. 26-29 Tahun 16 24,2
4. 30-35 Tahun 9 13,6
5. 36-40 Tahun 2 3,0
Total 66 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel  4.1 menunjukan bahwa sebagian kecil


responden berumur 36-40 tahun berjumlah 2 orang (3,0%) dan
sebagian besar responden berumur 17-19 tahun berjumlah 21 orang
(33,8%).
2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
No Jenis Kelamin Frequency Percent Valid
Percent
1. Perempuan 66 100 100
Total 66 100 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel  4.2 menunjukan bahwa seluruh responden

berjenis Kelamin Perempuan sebanyak 66 orang (100%).


37

3. Pendidikan Terakhir

Tabel  4.3 
Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan Pendi
dikan Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1. SD 12 18,2
2. SMP 19 28,8
3. SMA 18 27,3
4. Diploma 9 13,6
5. Sarjana 8 12,1
Total 66 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian kecil

responden berpendidikan Sarjana berjumlah 8 orang (12,1%) dan

sebagian besar responden berpendidikan SMP berjumlah 19 orang

(28,8%).

4. Pekerjaan

Tabel 4.4  Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjan

di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus

N Pekerjaan Frekuensi Presentase %


o
1 Ibu Rumah Tangga 10 15,2
2 Petani 48 72,7
3 Wiraswasta/Pedagang 8 12,1
Total 66 100
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian kecil

responden bekerjaan sebagai Wiraswasta/Pedagang berjumlah 8

orang (12,1%) dan sebagian besar responden bekerja sebagai petani

berjumlah 48 orang (72,7%).


38

4.1.3 Data Khusus

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 2 Juni - 30

Juni di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus diperoleh data khusus sebagai

berikut :

1. Pengetahuan Ibu

Tabel 4.5 Distribusi  Frekuensi Responden Berdasarkan


Pengetahuan Ibu Tentang kejadian Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1. Baik 10 15,2
2. Cukup 27 40,9
3. Kurang 29 43,9
Total 66 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian kecil

responden berpengetahuan baik berjumlah 10 orang (15,2%) dan

sebagian besar responden berpengetahuan kurang berjumlah 29

orang (43,9%).

2. Observasi Kejadian Stunting Pada Anak

Tabel 4.6      Distribusi  Frekuensi Responden dengan


menggunakan Observasi Stunting Anak di
Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
No Skor Frequency Percent
1. Pendek Zscore -3 SD s/d < -2 SD 30 45,5
2. Normal Zscore -2 SD s/d +2 SD 36 54,5
Total 66 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa sebagian kecil

responden dengan Pendek -3SD s/d <-2 SD berjumlah 30 orang


39

(45,5%) dan sebagian besar resonden dengan normal -2 SD s/d+2

SD berjumlah 36 orang (54,4%).

3. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting di Wilayah

Kerja Puskesmas Tarus.

Tabel 4.7    Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Tabulasi Silang antara Pengetahuan Ibu dan
Observasi Kejadian Stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarus

Kejadian Stunting
Pendek Normal Total ρ
Pengetahuan Ibu
(ρ Value)
n % N % n %
Baik 1 2 9 14 10 16
Cukup 11 17 16 24 27 41 0,004
Kurang 18 26 11 17 29 43
Total 30 45 36 55 66 100
Sumber : Data Primer,2021

Berdasarkan data tabel 4.7 menunjukkan bahwa tabulasi

spearman rank diketahui jumlah baik dengan kategori pendek

berjumlah 1 orang, normal berjumlah 9 orang, cukup dengan

kategori pendek berjumlah 11 orang, normal 16 orang dan kurang

dengan kategori pendek berjumlah 18 orang dan normal berjumlah 11

orang.

Hasil penelitian di Puskesmas Tarus didapatkan Nilai ρ

value=0,004 berdasarkan uji spearman rank yang diartikan bahwa ada

Hubungannya antara Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting Di

Puskesmas Tarus.
40

4.2 Pembahasan

a) Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Stunting

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 66

responden penelitian Wilayah Kerja Puskesmas Tarus, proporsi

pengetahuan ibu tentang kejadian stunting pada anak sebagian besar

berpengetahuan kurang yakni sebanyak 29 orang (43,9%), serta

sisanya kategori cukup sebanyak 27 orang (40,9%) dan kategori baik

10 orang ( 15,2 %).

Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu melalui panca indra yaitu : penglihatan,

pendengaran, penciuman, pengraba dan sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sedangkan menurut

Notoadmodjo (2003), yang dikutip dalam Sarah (2013), mengatakan

bahwa tingkat pengetahuan sangat dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan. Karena itu, ibu yang berpengetahuan kurang lebih rentan

memberikan makanan pendamping ASI sebelum berusia diatas 6

bulan, hal ini juga karena pengetahuan kurang lebih banyak terjadi

pada responden yang berpendidikan rendah.

Sejalan dengan teori dan fakta yang ada di lapangan,

pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan yaitu terdapat 19

orang tamat SMP (28,8%), 12 orang berpendidikan tamat SD (18,2%),


41

terdapat 18 orang berpendidikan tamat SMA (27,3%), terdapat 9

orang berpendidikan tamat Sarjana (12,1%), dan terdapat 8 orang

berpendidikan Diploma (13,6%). Artinya sekalipun seseorang

memiliki tingkat pendidikan yang cukup akan tetapi belum tentu

pengetahuannya terhadap kejadian stunting baik.

b) Mengidentifikasi Kejadian Stunting

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 66

responden penelitian di Puskesmas Tarus di beberapa Posyandu,

proporsi kejadian Stunting pada anak tidak terlihat. Berdasarkan

lembar observasi pengukuran antroprometri Anak, sesuai dengan

perhitungan Nilai Zscore usia anak-anak semua Normal yaitu 36

orang (54,5%) dan anak dengan pendek berjumlah 30 orang (45,5%).

Menurut Buku Panduan pengukuran Standar Antropromteri

(2011), Sangat pendek Zscore ≤ -3 SD, Pendek Zscore -3 SD s/d < -2

SD, Normal Zscore -2 SD s/d +2 SD.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Juni 2021

pada 66 responden ditemukan ada beberapa penyebab terhadap

kejadian stunting selain faktor pengetahuannya. Beberapa responden

menyatakan bahwa memang mereka mengerti akan pentingnya ASI

Eksklusif untuk diberikan pada Anak bayi baru lahir terutama pada

usia 0-60 bulan, dan anak akan di lakukan posyandu setiap waktu

yang sudah ditetapkan di tempat/wilayah masing-masing sehingga

mereka sendiri juga dalam hal ini Ibu bisa mengetahui hal-hal yang

bisa di berikan pada anak agar tidak terjadi stunting.


42

Beberapa responden juga mengatakan bahwa stunting terjadi

karena keturunan dan lebih banyak juga ibu-ibu malas untuk datang

ke fasilitas kesehatan atau tempat posyandu untuk melakukan

penimbangan berat badan maupun pengukuran tinggi badan anak, dan

selalu mengatakan anak-anaknya sudah lewat dari usia untuk

dilakukan imunisasi serta karena kesibukannya orangtua untuk bekerja

sebagai seorang petani atau lainnya.

c) Menganalisis Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus

Analisa data yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi menggunakan uji korelasi sperman

rank. Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan

batas kemaknaan 0.05. Hasil perhitungan statistik menunjukan nilai

ρ> 0.05 maka ada hubungan yang tidak bermakna, dan jika ρ< 0.05

maka secara perhitungan statistik kedua variabel tersebut terdapat

hubungan bermakna.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dinilai ρ = 0.004 dimana

nilai ρ < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ini memiliki

hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap

kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Tarus. Pengetahuan Ibu

sangatlah penting dalam kejadian stunting, karena pengetahuan

merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting.

Peningkatan pengetahuan selalu menyebabkan terjadinya perubahan

sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni


43

dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku

sangat cepat (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian yang serupa dengan hasil penelitian

Komang (2019), terdapat kesamaan yaitu desain penelitian yang

digunakan adalah jenis penelitian korelasional analitik pendekatan

dengan cross section. Analisa data menggunakan uji statistik

komputerisasi, uji spearman (tingkat kepercayaan 95% α = 0,05).

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling

dengan besar sampel 66 orang. Hasil penelitian ini didapatkan

responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang stunting dalam

kategori baik, yaitu sebanyak 10 (15,2 %) responden, sedangkan

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan dalam kategori

cukup yaitu sebanyak 27 (40,9 %) responden, dan responden

mempunyai tingkat dalam kategori kurang yaitu sebanyak 29 (43,9 %)

responden. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji chi square dengan

ρ value 0,004 sehingga ada hubungan pengetahuan ibu dengan

kejadian stunting pada balita. Hasil analisa juga didapatkan nilai r

sebesar 0,483 yang menandakan ada hubungan yang positif dan cukup

kuat antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan ibu-ibu secara proaktif

meningkatkan pengetahuan tentang kejadian stunting pada balita.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zahara Anindita (2019),

yaitu Hasil penelitian diperoleh dari 127 sampel, didapatkan hasil

persentase Pengetahuan Ibu kurang sebanyak adalah 38 sampel


44

(29.9%) dan pengetahuan Ibu yang baik sebanyak 89 sampel (70.1%).

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Khoirun, dkk 2015, dengan

banyak sampel yaitu 34. Pengetahuan ibu yang kurang yaitu 29.4%

dan pengetahuan ibu yang tinggi yaitu 70.6 % (Khoirun, dkk 2015).

Dari Hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan ibu yang baik lebih banyak dari pada pengetahuan ibu

yang pengetahuan kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 127

sampel, didapatkan hasil persentase pengetahuan Ibu yang kurang

sebanyak adalah 29.9 % diantaranya 97,4% mengalami stunting. Dan

Pengethuan ibu yang baik sebanyak 70.1%. Dan yang mengalami

stunting sebanyak 7,9%. Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh

ada hubungan yang signifikan (ρ value = 0,00) antara Pengetahuan

Ibu dengan kejadian stunting.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

diwilayah kerja puskesmas tanah kali kendinding Kota Surabaya tahun

2015, diketahui bawa ibu balita mempunyai anak stunting (61.8%)

memiliki pengetahuan rendah dari pada ibu yang memiliki anak

normal atau tidak stunting yaitu 29.4% Hasil analisa chi-square

menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting pada balita dengan (ρ =0.015)

(Khoirun, dkk, 2015).

Dilakukan oleh Round Nasikhah dan Ani di Kecamatan Semarang

Timur pada tahun 2012, berdasarkan hasil bivariat (uji Chi Square
45

Test), diperoleh nilai ρ = 0.041, menunjukkan bahwa pengetahuan ibu

tentang gizi berhubungan dengan kejadian stunting. Pengetahuan ibu

tentang gizi merupakan faktor resiko kejadian stunting yang

bermakna. Pengetahuan akan menentukan perilaku ibu dalam

menyediakan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat agar

anaknya dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal (Round

dan Margawati, 2012).

Pengetahuan gizi yang tidak memadai kurangnya pengertian

tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian tentang

konstribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan

masalah gizi (Wulandari dan Indra, 2013). Penyediaan bahan dan

menu makanan yang tepat untuk balita dalam upaya peningkatan

status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat

pengetahuan gizi yang baik. ketidaktahuan mengenai informasi

tentang gizi dapat menyebabkan kurangnya mutu atau kualitas gizi

makanan bagi keluarga khususnya bagi makanan bagi makanan

makanan yang dikonsumsi balita (Sjahmien, 2003). Salah satu

penyebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi dan

kemampuan seorang menerapkan informasi tentang gizi dalam

kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi ibu mempengaruhi

sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan, yang lebih lanjut

akan mempengaruhi keadaan gizi keluarganya (Suhardjo, 2003).


46

4.3 Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatsan dalam penelitian ini adalah pada saat peneliti melakukan

penelitian ada beberapa responden yang tidak bisa membaca sehingga

responden meminta peneliti untuk membantu membacakan kuisioner.

2. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jarak antara tempat tinggal dan

tempat penelitian jauh.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu

dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Tarus maka dapat di

simpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar dari responden berpengetahuan kurang berjumlah 29

orang (43,9%).

2. Sebagian besar anak yang mengalami stunting berjumlah 36 orang

(54,4%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dan kejadian

stunting sebesar 0,004. Nilai ρ value penelitian ini menunjukkan nilai ρ

value < α ( 0,05) yang berarti memiliki hubungan yang bermakna.

5.2 Saran

5.2.1 Teoritis

1. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bahan bacaan dan referensi

bagi perpustakaan di institusi pendidikan.

2. Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi semua

mahasiswa/ i di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang

dan menjadi bahan acuan untuk peneliti selanjutnya tentang

pengetahuan kejadian stunting dengan metode yang berbeda.

47
48

5.2.2 Praktis

1. Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil

keputusan dalam masalah pengetahuan kejadian stunting agar dapat

meningkatkan promosi kesehatan pada ibu tentang bahayanya kejadian

stunting Pada anak 0-60 Bulan.

2. Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan orang

tua tentang kejadian stunting melalui promosi kesehatan yang akan

dilakukan oleh petugas kesehatan.


49

DAFTAR PUSTAKA

Ainy, Nur Fitry. (2020). Hubungan Sanitasi Lingkungan Keluarga Dengan


Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Panti
Kabupaten Jember. Diakses dari https://library.unej.ac.id. Pada : 20 Januari
2021.

Anindita, P. Zahara. (2019). Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 0-
59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kumanis Kabupaten Sijunjung
Tahun 2019. Diakses dari http://stikesperintis.ac.id. Pada: 30 Juli 2021.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.

Hapsari, Windi. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu


Tentang Gizi, Tinggi Badan Orang Tua, Dan Tingkat Pendidikan Ayah
Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 12-59 Bulan. Diakses dari
http://library.ums.ac.id. Pada: 22 Februari 2021.

Herlina, D. Shinta. (2017). Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi


Pada Balita Di Dusun Tegalsari Posyandu Kuncup Mekar Gunung Kidul.
Diakses dari http://stikesayani.ac.id. Pada: 01 Maret 2021

Kiik & Nuwa. (2020).“Stunting – Dengan Pendekatan Framework WHO”.


Yogyakarta: CV. Gerbang Media Aksara.
Marbun, Meyana, dkk. (2019). “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dan Tingkat
Ekonomi Tentang Kejadian Stunting Di Puskesmas Parapat Kecamatan
Parapat Kabupaten Simalungun Tahun 2019”: Jurnal Kesehatan Surya
Nusnatara.
Notoadmojo, S. (2012).“Metode Penelitian Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2018). “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta: Rineka
Cipta.

Profil Kesehatan Indonesia. (2018). Http ://Www.Depkes.Go.Id/ Resources /


Download/ Pus Datin / Prof- Kesehatan- Indonesia/Pdf. Pada: 21
November 2020.
Profil Kesehatan NTT. (2018). Http :// Www.Aipd.Or.Id/Wp-Content/Uploads/
2018/ Profil NTT. Pdf. Pada: 21 November 2020
Rahayu & Darmawan. (2019). “Hubungan Tentang Karakteristik Balita,
Orangtua, Higiene, Dan Sanitasi Lingkungan Terhadap Stunting Pada
Balita” : Jurnal Kesehatan, Vol.1, No.1. Pada: 15 Oktober 2020.

Ramlah. (2014). “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang


Stunting Pada Balita Di Puskesmas Antang Makassar”. Diakses dari
hattp://repositori:uin-alauddin.ac.id. Pada: 25 Februari 2021.
50

Sinatrya & Muniroh. (2019). Hubungan Faktor Water, Sanitation, and Hygiene
(WASH) dengan Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten
Bondowoso. DOI: 10.2473/amnt.v3i3, 164-170. Diakses dari http://e-
journal.unair.ac.id. Pada: 28 April 2021.
PENJELASAN PENELITIAN

Judul penelitian : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang kejadian Stunting

Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus

Peneliti : Bernadeta Apriliani Ancis

Nim : 1377 027218

Alamat : Liliba

Telepon : 082147955014

Email : bernadethaber@gmail.com

Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKes Maranatha

Kupang, bermaksud mengadakan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu

Tentang kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.” Bersama ini saya

akan menjelaskan hal terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan antara

lain:

1) Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang

stunting

2) Penelitian ini tidak akan mempengaruhi atau merugikan kondisi kesehatan

psikis, dana fisik karena tidak ada perlakuan terhadap partisipan kecuali

pengisian kuesioner penelitian.

3) Penelitian ini akan berlangsung 15-30 menit untuk pengisian kuesioner.

4) Prosedur pengambilan data, menggunakan kuesioner. Cara ini mungkin

menyebabkan anda tidak nyaman, tetapi anda tidak perlu khawatir karena

pengumpulan data ini tidak membahayakan anda.


5) Semua data yang berhubungan dengan penelitian ini akan dijaga

kerahasiaannya. Pelaporan hasil penelitian ini menggunakan kode bukan

nama sebenarnya.

6) Keikutsertaan ibu bersifat sukarela dan tidak ada paksaan sama sekali. Jika

ada yang belum jelas maka dapat mengajukan pertanyaan pada peneliti.

7) Jika ibu memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini,

silahkan menandatangani lembar persetujuan yang dilampirkan.

Peneliti

1) (Bernadeta Apriliani Ancis)


NIM. 1377 027218
PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

1) Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar persetujuan

diatas dan telah dijelaskan oleh peneliti.

Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia untuk ikut

serta menjadi salah satu responden penelitian yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tarus”.

Peneliti Kupang, ..........................2021


Yang membuat pernyataan

(Bernadeta Apriliani Ancis)


NIM. 1377 027218 (............................................)
KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN

STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUS

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1) Isilah/tuliskan biodata anda dengan sebenarnya sesuai dengan butir

pertanyaan yang ada pada lembar jawaban yang sudah disediakan dengan

memberikan tanda ceklist ( √ )

2) Data pengetahuan ibu tentang Stunting

Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah tersedia, sesuai dengan pilihan

anda

B. Identitas Responden

1) No. Responden :

2) Inisial Responden :

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Umur : 17 thn 20-30 thn 31-40 thn

5) Pendidikan terakhir : SD D3

SMP SARJANA

SMA
Kuisioner Pengetahuan Ibu Tentang Stunting
No Pernyataan Benar Salah
1. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita
(bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya
2. Cara memperbaiki gizi anak adalah dengan mengganti-
ganti makanan pada anak
3. Jika Berat Badan anak Balita Bulan ini naik dibandingkan
bulan lalu berat pertumbuhan anak balita Baik
4. Tujuan pemberian makanan pada anak Stunting agar
kenyang dan dapat tidur nyenyak.
5. Manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah untuk
mengetahui pertumbuhan anak balita
6. Porsi makan dalam rumah tangga yang tidak sesuai dapat
menyebabkan stunting
7. Pendidikan pengasuh yang rendah khususnya pendidikan
ibu, sangat berhubungan dengan stunting
8. Anak balita perlu diberikan makanan yang beragam sesuai
pedoman agar tercukupi kebutuhan gizinya
9. Ciri-ciri anak Stunting Pertumbuhan melambat, Usia 8-10
tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak
melakukan kontak mata (eye contact), Pertumbuhan gigi
terlambat
10. Anak balita ditimbang sebulan sekali diposyandu untuk
mengetahui pertumbuhan perkembangannya
11. Penyebab anak balita mengalami Stunting adalah karena
kurang minum susu formula atau ASI eksklusif
12. Gizi balita akan diperhatikan jika tidak akan menggangu
proses pertumbuhan secara maksimal.
13. Balita merupakan anak yang memiliki usia mulai dari 1-5
tahun.
14. Status gizi suatu keadaan kesehatan tubuh yang
dipengaruhi oleh asupan zat gizi melalui makanan dan
minuman sesuai dengan kebutuhan tubuh
15. Normal status gizi -2 SD s/d +2 SD
16. Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu
kualitas sumber daya manusia.
17. Status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra hamil, saat
kehamilan dan saat menyusui merupakan periode yang
sangat kritis.
18. Status gizi optimal merupakan asupan dan kebutuhan zat
gizi yang seimbang, maka asupan zat gizi mempengaruhi
status gizi seseorang
19. Stunting dikaitkan dengan penyakit menular yang
meningkatkan pengeluaran rumah tangga untuk perawatan
anak yang sakit.
20. Anak dengan Stunting akan mengalami gangguan pada
pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan
kecerdasannya.
Lembar Observasi Pengukuran Antroprometri

No Nama Anak Nama Ibu Umur Jenis Tinggi badan Berat badan Score
kelamin (cm) (Kg)
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai