Anda di halaman 1dari 101

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN BAYI


DENGAN PARENTING SELF EFFICACY PADA IBU
YANG MENIKAH USIA DINI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BERU

ANDRIANUS FERDINANDUS NAY


011170025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN BAYI


DENGAN PARENTING SELF EFFICACY PADA IBU
YANG MENIKAH USIA DINI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BERU

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Program Studi S1


Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Nusa Nipa

ANDRIANUS FERDINANDUS NAY


011170025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
INDONESIA
2021
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas segala limpahan rahmat sehingga skripsi dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi Dengan Parenting Self Efficacy Pada Ibu

Yang Menikah Usia Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Beru” dapat penulis

selesaikan dengan baik. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan

banyak bimbingan dan dorongan baik moral maupun material sehingga penulis

dapat menylesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimahkasih

kepada:

1. Dr. Ir. Angelinus Vincentius, M.Si. selaku rektor Universitas Nusa Nipa yang

telah memberikan kesempatan dan memberi izin kepada peneliti untuk

menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Nusa

Nipa.

2. Ns. Agustina Sisilia Wati Dua Wida, M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa yang telah bersedia menerima peneliti

untuk menyelesaikan studi pada program Studi S1 Keperawatan Fakultas

Ilmu-Ilmu Kesehatan

3. Ns. Melkias Dikson, M.Kep. selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Nusa Nipa Indonesia atas nasehat, motivasi dan ilmu yang

diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan.

4. Yosefina Nelista, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah

memberi masukan dan bimbingan peneliti dalam menyelesaikan skripsiini.

iv
5. Ariyanto Ayupir, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang juga telah

memberi masukan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan

skripsiini.

6. Pembronia Nona Fembi, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku penguji 1 yang telah

memberikan arahan dan masukan untuk penyempurnaan skripsiini.

7. Regina Ona Adesta, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku peguji 2 yang telah

memberikan arahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Kepala Puskesmas Beru yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti

untuk pengambilan data awal di Puskesmas Beru.

9. Seluruh dosen, staf, dan tenaga kependidikan di lingkungan Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan yang telah memberi bantuan

kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

10. Alm Bapa Gabriel Ngiso, Mama Bibiana, kaka Baltasar Bawa, Kaka Monika

Ngulu, kaka Retha Nau, Kaka Herman Making, Kaka Olivia, kaka Lin Ndua

Adik Osintia Claudia, serta keluarga besar yang selalu memberi dukungan

selama peneliti menjalankan pendidikan di Universitas Nusa Nipa.

11. Keluarga tercinta yang dengan caranya masing-masing memberikan

dukungan dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

12. Para responden yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membantu peneliti dalam proses penelitian.

13. Seluruh dosen, staf, dan tenaga kependidikan di lingkungan Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan yang telah memberi bantuan

kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

v
14. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan Ngakak Sembarang, Kobus,

Kosmas, Pak KristoKaka Ucok, Kaka trisno, Kaka Polce, Ka Febby,

AdeAnyel, Maya, Lestyn, Fredi Childis, Rizan, Oci, adik Vikry adik Marny

serta semua teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan selama kuliah maupun dalam

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis

untuk menyempurnakan skripsi ini.

Maumere, Januari 2021

Penulis

vi
INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN BAYI


DENGAN PARENTING SELF EFFICACY PADA IBU
YANG MENIKAH USIA DINI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BERU

Pembimbing 1 : Yosefina Nelista


Pembimbing II : Aryanto Ayupir
Peneliti : Andrianus Ferdinandua Nay

Pernikahan usia dini adalah Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang
berusia di bawah 19 Tahun. Untuk mencegah terjadinya kasus pernikahan usia
dini pihak puskesmas telah melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya
pernikahan usia dini seperti: meningkatkan pemahaman tentang kesiapan
berkeluarga dan perawatan anak yaitu melalui edukasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman ibu yang menikah usia dini seperti: organ reproduksi
pada anak yang belum sempurna, sehingga akan menimbulkan resiko seperti
kematian ibu dan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan pengetahuan tentang perawatan bayi dengan parenting self efficacy
pada ibu yang menikah usia dini di wilayah kerja puskesmas Beru.
Metode penelitian menggunakan Cross-Sectional . Populasi dalam penelitian
ini adalah wanita yang menikah usia dini di wilayah kerja puskesmas Beru. teknik
pengambilan sampel penelitian adalah total sampling, instrument dalam penelitian
ini adalah kuesioner sampel dalam penelitian ini adalah 36 responden dan
menggunakan uji Spearman Rank.
Hasil uji Spearman Rank menunjukan nilai p value 0,000 < 0,01 berarti ada
hubungan yang signifikan amtara pengetahuan tentang perawatan bayi dengan
parenting self efficacy pada ibu nyang menikah usia dini di wilayah kerja
puskesmas Beru. Nilai coeficien corelasi 0,683 yang berarti hubungan antara
pengetahuan dan parenting self efficacy yang cukup erat. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula
parenting self efficacy.

Kata Kunci : Pengetahuan, Parenting Self Efficacy

vii
viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................i


Lembar Persetujuan ................................................................................................ ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Kata Pengantar ........................................................................................................iv
Intisari ................................................................................................................... vii
Abstract ................................................................................................................ viii
Daftar Isi..................................................................................................................ix
Daftar Tabel ............................................................................................................xi
Daftar Gambar ....................................................................................................... xii
Daftar Singkatan................................................................................................... xiii
Daftar Istilah..........................................................................................................xiv
Daftar Lampiran .....................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Konsep Pengetahuan ............................................................................ 9
B. Perawatan Anak ................................................................................. 13
C. Prinsip-prinsip perawatan Anak ......................................................... 15
D. Parenting Self Efficacy ....................................................................... 17
E. Pernikahan Usia Dini ......................................................................... 22
F. Tinjauan Mengenai Perkawinan Usia Dini ........................................ 23
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini ............... 25
H. Dampak Dari Pernikahan Usia Dini ................................................... 27
I. Pencegahan Pernikahan Usia Dini ..................................................... 30
J. Kerangka Teori ................................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................................ 33
A. Kerangka Konseptual ......................................................................... 33
B. Hipotesis ............................................................................................. 34
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................ 35
A. Jenis Dan Desain Penelitian ............................................................... 35
B. Populasi .............................................................................................. 35
C. Sampel, Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................ 36
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 36
E. Definisi Operasional ........................................................................... 37
F. Istrumen Penelitian Dan Uji Instrumen .............................................. 38
G. Tempat Penelitian Dan Waktu Penelitian .......................................... 40
H. Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisis Data ................................... 40
I. Etika Penelitian .................................................................................. 44

ix
J. Kerangka Operasional / Kerangka Kerja ........................................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 47
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 47
B. Data Umum ........................................................................................ 48
C. Data Khusus ....................................................................................... 52
D. Keterbatasan Dalam Penelitian .......................................................... 53
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 54
A. Pengetahuan Perawatan Bayi ............................................................. 54
B. Parenting self Efficacy ....................................................................... 56
C. Hubungan Pengetahuan tentang perawatan bayi Dengan Parenting
Self Elfficacy pada ibu yang menikah usia dini di wilayah kerja
puskesmas Beru. ................................................................................. 58
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................60
A. Kesimpulan ........................................................................................ 60
B Saran .................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan pengetahuan tentang perawatan


anak dengan parenting self efficacy pada ibu yang menikah usia
dini di wilayah kerja puskesmas Beru .............................................. 37
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia di wilayah kerja
Puskesmas Beru (n =36)................................................................... 49
Tabel 5.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di
wilayah kerja puskesmas Beru (n = 36) ........................................... 49
Tabel 5.3 Distribusi karakteristik berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja
puskesmas Beru (n = 36) .................................................................. 49
Tabel 5.4 Distribusi karakteristik responden berdasarkan agama di wilayah
kerja puskesmas Beru (n = 36) ......................................................... 50
Tabel 5.5 Distribusi karakteristik jenis kelamin bayi di wilayah kerja
puskesmas Beru (n = 36) .................................................................. 50
Tabel 5.6 Distribusi karakteristik responden yang tinggal dengan orang
tua/sendiri di wilayah kerja puskesmas Beru (n = 36) .................... 51
Tabel 5.7 Distribusi karakteristik usia bayi di wilayah kerja puskesmas
Beru (n = 36) 51
Tabel 5.8 Pengetahuan ibu yang menikah usia dini dalam merawat bayi di
wilayah kerja puskesmas Beru (n=36) ............................................. 52
Tabel 5.9 Parenting self Efficacy pada ibu yang menikah usia dini di
wilayah kerja puskesmas Beru (n=36) ............................................. 52
Tabel 5.10 Hasil uji statistik Spearman Rank Hubungan Pengetahuan
tentang perawatan bayi dengan parenting self efficacy pada ibu
yang menikah usia dini di wilayah kerja puskesmas Beru (n=36) ... 53

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka teori Hubungan pengetahuan tentang perawatan anak


dengan parenting self efficacy di wilayah kerja puskesmas Beru,
(Hidayat, 2017). .............................................................................. 32
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual hubungan pengetahuan tentang
perawatan anak dengan parenting self efficacy pada ibu yang
menikah usia dini di wilayah kerja Puskesmas Beru. ...................... 33
Bagan 4.1 Kerangka Operasional hubungan pengetahuan tentang
keperawatan anak dengan parenting self efficacy pada ibu yang
menikah usia dini di wilayah kerja puskesmas Beru ....................... 46

xii
DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Association Of Southeast Asian Nation


BKKBN : Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
DINKES : Dinas Kesehatan
MBA : Marriage ByAccident
NTT : Nusa Tenggara Timur
P2PA : Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
PSE : Parenting Self Efficacy:
SMAR : Specific, Measurable, Achievable, Relevant Dan Time-Based
SPSS : Statistical Package For The Social Sciens
UU : Undang-Undang
WHO : Word Healt Organization

xiii
DAFTAR ISTILAH

Application : Aplikasi
Anonimity : Tanpa Nama
Analisis : Analisis
Broad Social Element : Budaya Masyarakat
Confidentialit : Kerahasiaan
Comprehension : Pemahaman
Coding : Analisis Jawaban
Cross Sectional : Pendekatan
Earli Marriag : Pernikahan Dini
Editing : Pengecekan Data
Entry : Kode Data
Infrom Concet : Persetujuan
Knowledge : Pengetahuan
Parenting Self Efficac : Kemampuan Merawat
Sintesis : Sintesis
Tabulating : Pengelompokan Data

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ijin pengambilan data awal


Lampiran 2 : Jadwal kegiatan
Lampiran 3 : Rincian biaya
Lampiran 4 : Lembaran permintaan menjadi responden
Lampiran 5 : Lembaran persetujuan menjadi responden
Lampiran 6 : Lembar kuesioner
Lampiran 7 : Satuan acara kegiatan
Lampiran 8 : Tahapan pelaksanaan SENI
Lampran 9 : Loog book konsultasi proposal

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang berlangsung atau diijinkan

apabila pria dan wanita mencapai umur 19 tahun. Namun pada kenyataannya

pernikahan usia dini masih sering dijumpai pada negara-negara berkembang

termasuk Indonesia. Perkawinan pada usia anak menimbulkan dampak

negatif bagi tumbuh kembang anak dan akan menyebabkan tidak

terpenuhinya hak dasar anak seperti hak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, hak sipil anak, hak kesehatan, hak pendidikan dan hak sosial

anak. Menurut undang-undang no 16 tahun (2019).

Menurut WHO (2017) menyebutkan bahwa sebanyak 16 juta kelahiran

terjadi kelahiran pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh

kelahiran di dunia yang mayoritas 95% terjadi di Negara sedang berkembang.

Menurut United Nations Development Economicand Social Affirs (Undesa,

2016) menunjukan Indonesia merupakan negara ke 37 dengan jumlah

perkawinan usia dini terbanyak di dunia yaitu sebesar 34%. Sedangkan untuk

di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), Indonesia berada di urutan ke dua

setelah Kamboja yaitu sekitar 23% atau 1 dari 4 perempuan sudah menikah di

usia 18 tahun. Menurut Indriani (2017), Kepala Bidang Kependudukan dan

keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa Jumlah

kasus pernikahan usia dini di Indonesia pada Januari-Juni 2020 yaitu 97%.

1
2

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas (P2PA) Nusa Tenggara

Timur jumlah kasus pernikahan usia dini di NTT sebanyak adalah 20,5% hal

ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pernikahan usia dini

seolah-olah sudah menjadi tradisi, Ekonomi dan kecelakaan atau pergaulan

bebas (Alfredo, Kupang NTT Online Now.Com 2018)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Sikka pada tahun 2019 diketahui jumlah kasus pernikahan usia dini adalah

454 kasus dari ibu hamil 5667 data terbanyak terdapat di Puskesmas Waigete

sebanyak 51 kasus, Puskesmas Beru 38 kasus dan Puskesmas Kopeta 36

kasus. Pada tahun 2020 sebanyak 496 kasus dari ibu hamil 5363 data.

Terbanyak pada Puskesmas Wolomarang sebanyak 66 kasus, Puskesmas

Waigete sebanyak 56 kasus dan Puskesmas Beru 36 kasus. Berdasarkan data

diatas tercatat kasus pernikahan usia dini di wilayah kerja Puskesmas Beru

pada tahun 2019 sebanyak 38 kasus dan pada tahun 2020 sebanyak 36 kasus,

data tersebut adalah data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.

Bagi perempuan yang menikah diusia dini, secara psikologis dan

pengetahuan juga masih menjadi permasalahan seperti perceraian, kekerasan

dalam rumah tangga dan dalam hal mengasuh dan merawat anak. Penelitian

yang dilakukan oleh Sabi, (2012), menyampaikan bahwa secara psikologis

remaja perempuan yang menikah usia dini mengalami tekanan psikologis,

ketidakmampuan mekanisme koping, ketidakmampuan merawat anak dan

harga diri rendah. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Gyesaw,
3

N.Y.K (2013), mengenai pengalaman dan kehamilan dan melahirkan

perempuan remaja di Ghana menyimpulkan bahwa meskipun kehamilan pada

remaja dapat diterima secara umum namun diperlukan pendidikan mengenai

tehnik-tehnik pengasuhan anak (parenting technigues). Menikah pada usia

dini juga akan berdampak pada pengasuhan anak oleh karena itu, orang tua

baru khususnya yang menikah di usia dini perlu mendapatkan pengetahuan

tentang pengasuhan anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu yang menikah diusia dini

pada bulan Maret 2021 sebanyak 6 orang diperoleh data bahwa 2 orang

menikah diusia dini karena kurangnya pengetahuan dan 2 orangnya karena

menikah karena pergaulan bebas dan 2 orangnya lagi karena masalah sosial

ekonomi. Pengetahuan ibu yang menikah diusia dini dalam proses merawat

anak masih sangat minim dan ada yang selesai melahirkan anak langsung

dititipkan ke orang tua atau neneknya untuk merawatnya hal ini terjadi karena

psikologis remaja perempuan yang menikah di usia dini mengalami tekanan

psikologis, ketidakmapuan mekanisme koping dan ketidakmampuan dalam

merawat anak menuru.

Untuk mencegah terjadinya kasus pernikahan usia dini pihak puskesmas

telah melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya pernikahan usia

dini seperti, meningkatkan pemahaman tentang kesiapan berkeluarga dan

perawatan anak yaitu melalui edukasi. Edukasi yang berikan adalah melalui

pengembangan program generasi berencana dilakukan melalui pendekatan

dari dua sisi, yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri dan pendekatan
4

kepada keluarga yang mempunyai anak remaja dilakukan melalui

pengembangan PIK-R (penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja),

sedangkan pendekatan kepada keluarga dilakukan melalui pengembangan

kelompok BKR (bina keluarga remaja). Kemudian untuk mencegah tingginya

angka pernikahan dini di Kabupaten Sikka pihak terkait telah membuat

peraturan yang namanya Peraturan Bupati tentang pencegahan perkawinan

pada usia dini.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang hubungan pengetahuan tentang perawatan anak dengan parenting self

efficacy pada pasangan yang menikah usia dini di wilayah kerja puskesmas

Beru.

B. Rumusan Masalah

Pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi pada usia kurang dari ≤

20 tahun. Pernikahan usia dini juga berisiko tinggi pada ibu dan resiko

kematian pada saat persalinan. Secara psikologis, remaja yang telah menikah

di usia dini sering kali mengalami rasa tertekan, ketidakmampuan koping,

rasa tidak mampu merawat anak, harga diri rendah. Sedangkan pada bayi

lebih mengalami resiko keguguran, berat bayi lahir rendah, dan resiko

kematian yang lebih tinggi.

Berdasarkan pengambilan data awal yang diperoleh dari hasil

wawancara pada pasangan yang menikah usia dini sebanyak 6 orang di

peroleh data bahwa 2 orang menikah di usia dini karena kurangnya

penegtahuan dan 2 orangnya lagi menikah karena pergaulan bebas dan 2


5

orangnya lagi karena faktor sosial ekonomi. Berdasarkan permasalahan

tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan

pengetahuan tentang perawatan anak dengan parenting self efficacy pada

pasangan yang menikah di usia dini?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Dianalisisnya pengetahuan tentang perawatan bayi dengan parenting self

efficacy pada ibu yang menikah di usia dini wilayah kerja puskesmas

Beru.

2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasi pengetahuan tentang perawatan bayi pada ibu yang

menikah di usia dini.

b. Teridentifikasi parenting self efficacy ibu yang menikah di usia dini.

c. Teranalisis pengetahuan tentang perawatan anak dengan parenting

self efficacy pada ibu yang menikah di usia dini.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua

yang berkaitan dengan kemampuan mereka secara positif yang dapat

mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak dan dapat menambah

pengetahuan di bidang keperawatan khususnya keperawatan anak.


6

2. Praktis

a. Bagi ibu yang menikah di usia dini

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

dorongan terhadap ibu tentang perawatan anak serta dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka dalam

merawat anak.

b. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada

tenaga kesehatan, khususnya perawat agar dapat meningkatkan peran

dan fungsinya sebagai edukator, konselor dan advokat untuk

meningkatkan kehidupan ibu yang menikah diusia dini.

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara perawatan bayi

dan teknik-teknik perawatan bayi.

E. Keaslian Penelitian

1. Rahmawati, R. A., & Ratnaningsih, I. Z. (2020) dengan judul Hubungan

Antara Parenting Self Efficacy dan konflik pekerjaan keluarga pad ibu

bekerja yang memiliki anak usia sekolah dasar di PT. X CIREBON.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parenting self

efficacy dan konflik pekerjaan keluarga pada ibu bekerja yang memiliki

anak usia sekolah dasar di PT. X Cirebon. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik Convenience Sampling dengan

jumlah sampel sebanyak 47 karyawan wanita yang memiliki anak anak


7

sekolah dasar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala

parenting self efficacy (40 item, 0,957) dan skala konflik keluarga (36

item a= 0,947. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini

yaituanalisis regresi sederhanya.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

ada hubungan negativ yang signifikan antara parenting self efficacy dan

konflik pekerjaan keluarga pada ibu yang bekerja di PT. X Cirebon rxy =

0,742 : p < 0,05 parenting elf efficacy memiliki sumbangan efektif

sebesar 22,3% terhadap konflik pekerjaan keluarga dan 77,7% lainya di

tentukan faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilksanakan saat ini adalah judul,

metode, populasi dan tempat penelitian.

2. Ardi, N. B., Pratiwi, R. D., & Umamah, R. (2021) dengan judul

Hubungan Parenting self efficacy (PSE) dengan pola asuh pada anak usia

Toddler Di Desa Oyam Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten

Tangerang. Penelitian ini dilakukan di Desa Oyam Kecamatan Gunung

Kaler pada ibu yang memiliki anak usiatoddler dilaksanakan pada bulan

Desember 2020. Bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara

parenting self efficacy dan pola asuh anak usiaToddler di Desa Oyam

Kecamatan Gunung Kaler kabupaten Tangerang. Menggunakan metode

deskristif analitik korelasi antara parenting self etfficacy dengan pola

asuh. Penelitian ini dilakukan pada faktor usia, ststus pernikahan dan

pendidikan orang tua yang berhubungan dengan parenting self efficacy

dan pola asuh. Hasil penelitian menunjukan bbahwa 92% berada dalam
8

kategori yang memiliki parenting self efficacy tinggi, sebanyak 47

responden atau 87,0% memiliki kecendrungan pola asuh positif. Hasil uji

Spearmean rhodidapatkan correlation coefficient sebesar 0,522 sehingga

dapat disimpulkan ada hubungan yang kuat dan signifikan.Perbedaan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini adalah judul, metode,

populasi dan tempat penelitian.

3. Hardyanti (2017) dengan judul parenting self efficacy pada nuclear dan

extended family. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan PSE ayah pada nuclear dan exteded family yang diukur

dengan menggunakan Fathering Self Efficacy Scale (FSES), dimana

desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.Teknik

sampling dalam penelitian ini adalah snowball dengan jumlah subjek

sebesar 200 orang dan data yang didapatkan dari subjek dianalisis dengan

menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukan nilai z

= 1,273 dan p = 0,216 (p > 0,05) sehingga dapat diketahui bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap PSE ayah pada Nuclear dan

extended family.Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan

saat ini adalah judul, metode, populasi dan tempat penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan

atau kerjasama antara suatu subjek yang mengetahui dan objek yang

diketahui.Menurut Notoatmojo (2014) pengetahuan adalah adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya).Jadi

pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seorang

melalui panca indera.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Hariyawanti, E.Y (2020) tingkat pengetahuan terdiri dari 4

macam, yaitu pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal, pengetahuan

normatif.dan pengetahuan esensial. Pengetahuan deskriptif adalah jenis

pengetahuan yang dalam cara penyampaian atau penjelasnya berbentuk

secara objektif dengan tanpa adanya subyektif. Pengetahuan kausal yaitu

suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab dan akibat.

Pengetahuan normatif yaitu pengetahuan yang senantiasa berkaitan

dengan suatu ukuran dan norma atau aturan. Pengetahuan esensial adalah

suatu pengetahuan yang menjawab suatu pertanyaan tentang hakikat

segala sesuatu dan ini sudah dikaji dalam bidang ilmu filsafat.

9
10

Menurut Yuliana, E., (2017), pengetahuan seorang terhadap objek

mempunyai intensitas yang berbeda-beda dan menjelaskan bahwa ada 6

tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge)

Tahu diartikan sebagai recall (ingatan). Seorang dituntut untuk

mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat

menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui.

c. Penerapan (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

tersebut dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang

diketahui pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan anatara komponen-

komponen yang ada dalam satu objek.

e. Sintesis (synthesis)

Sinstesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.Sintesis menunjukan suatu

kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam


11

suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki.

f. Penilaian (evaluation)

Penilaian mereupakan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria

atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Budiman, R.A., (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yaitu:

a. Pendidikan

Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan

merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

cepat menerima dan memahami suatu informasi sehingga

pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi.

b. Informasi atau media massa

Suatu teknik mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan

informasi dengan tujuan tertentu. Informasi mempengaruhi

pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang

suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan

wawasan, sedangkan seseorang yang tidak sering mendapatkan

informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasan.


12

c. Sosial budaya dan ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga

akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk

kegiatan tertentu.

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam

individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu.

e. Pengalaman

Bagaimana cara menyelesaikan masalah dari pengalaman

sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat

bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila mendapat masalah yang

sama.

f. Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.


13

B. Perawatan Anak

1. Pengertian perawatan anak

Perawatan anak adalah interaksi antara orang tua dengan anak, dimana

orang tua memberikan stimulasi pada anak dengan memenuhi kebutuhan

anak, mendidik, membimbing, menanamkan nilai-nilai kedisiplinan

dalam tingkah laku serta pengetahuan agar tumbuh kembang anak secara

optimal dengan penguatan yang diberikan orang tua.

2. Macam-macam teknik perawatan anak

Menurut Wolke, D.,(2013), teknik perawatan anak terdiri dari 3 macam

yaitu:

a. Demokratis

Memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan mereka. Orang tua bersikap rasional, selalu

mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.

b. Otoriter

Merupakan kebalikan dari demokratis yaitu cenderung menetapkan

standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan

ancaman-ancaman.

c. Permisif

Merupakan bentuk perawatan dimana orang tua memberikan

kebebasan sebanyak mungkin kepada anaknya untuk melakukan

sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari darinya.


14

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan anak

Menurut, Ardy, N., (2016) terdiri ada beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu:

a. Usia orang tua

Tujuan undang-undang perkawinan salah satunya adalah untuk

memungkinkan pasangan yang siap secara fisik maupun psikososial

dalam bentuk rumah tangga dan menjadi orang tua.

b. Keterlibatan orang tua

Pendekatan muktakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan

bayi yang baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan antara ibu

dan bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemani

suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan untuk

menggendong langsung setelah ibunya mendekap dan menyusui.

c. Pendidikan orang tua

Bagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam

perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan

peranya. Untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran adalah

terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, menjaga kesehatan

anak, dengan cara regular memeriksakan dan mencari pelayanan

imunisasi, member nutrisi yang adekuat, memperhatikan keamanan

dan melaksanakan praktek pencegahan kecelakaan, selalu berupaya

menyediakan waktu untuk anak dan menilai perkembangan fungi

keluarga dalam perawatan anak.


15

d. Stres orang tua

Stres yang dialami oleh ayah atau ibu keduanya akan mempengaruhi

kemampuan orang tua dalam menjalankan peran, trutama dalam

kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki dalam menghadapi

permasalahan anak.

C. Prinsip-prinsip perawatan Anak

Menurut Hidayat (2005), ada prinsip atau dasar dalam perawatan anak

yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi dalam perawatan

anak. Orang tua harus mampu memahaminya, mengingat ada beberapa

prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan, diantaranya adalah anak

bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik yang berarti

bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang

dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola

pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Anak sebagai

individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang sesuai dengan tahap

perkembangannya, kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti

pola pemeberianmakan, pemeliharaan kesehatan, ransangan psikososial,

bermain. Berikut ini adalah prinsip prinsip perawatan anak menurut Hidayat,

(2005)

1. Pola Pemberian makan bayi

Pola makan perlu diperhatikan oleh ibu yang memiliki bayi.ibu tidak

boleh sembarang meberikan makanan pada bayinya. Bayi berbeda

dengan orang dewasa sistim metabolisme pada tubuh orang dewasa


16

cenderung stabil sehingga orang dewasa tidak mudah lapar, sedangkan

metabolisme bayi belum maksimal atau stabil. Metabolisme yang belum

stabil inilah yang membuat bayi akan mudah lapar meski baru minum

ASI atau makan pemberian pola makan yang salah bisa menyebabkan

bayi kekurangan nutrisi.

2. Pemeliharaan kesehatan

Menurut Hurlock 1978 pemeliharaan kesehatan bertujuan agar tidak

terjadi penyakit yang menggangu belajar serta kecerdasan anak adalah:

a. Kebersihan diri anak dan lingkungan

b. Imunisasi tetap waktu

c. Menjaga jenis makanan yang di konsumsi

3. Rangsangan Psikososial Anak

Rangsangan psikososoal adalah rangsangan berupa prilaku seseorang

terhadap orang lain yang berada di sekitar lingkungan seperti orang tua,

saudara kandung dan teman bermain dan orang tua (Atkinson dkk, 1991).

4. Bemain

Menurut Erikson, (1963) bermain membantu anak mengembangkan rasa

harga diri. Alasanya adalah karena dengan bermain anak memperoleh

kemampuan untuk menguasai tubuh mereka dan memahami benda-benda

serta belajar keterampilan sosial.


17

D. Parenting Self Efficacy

1. Definisi parenting

Parenting adalah kegiatan yang memiliki tujuan untuk kelangsungan

hidup dan perkembangan pada anak (Caldwell, 2004).Parenting

merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya

(Kohn dalam Tarmuji, 2011).Parenting juga dapat didefinisikan sebagai

proses yang mempengaruhi perkembangan fisik, emosional, sosial dan

intelektual anak (Santrock, 2013). Dari beberapa definisi yang telah

dijabarkan dapat disimpulkan bahwa parenting adalah interaksi orang tua

dan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang dapat

mempengaruhi tumbuh kembangnya dimasa mendatang.

2. Aspek-aspek penting dalam proses parenting

Terdapat dua aspek penting dalam proses parenting yaitu dukungan

emosional, instruksi dalam pengasuhan dan tidak melakukan kekerasan

fisik danverbal (Donnelly, 2016):

a. Emosional supportemosional support

Memberikan dukungan secara emosi dan kasih sayang merupakan

komponen penting dalam membesarkan anak.Aspek positifdari

pengasuhan ini dapat dideskripsikan sebagai kemampuan orang tua

untuk menunjukan responsifitas dengan bersikap suportif, terhadap

kebutuhan anak yang juga meliputi kehangatan, kemandirian anak

dan berkomunikasi secara efektif (Baumrind, 2005 dalam Donnelly,


18

2015). Aspek emotional support meliputi kasih sayang, empati dan

kedekatan yang terjalin antara orang tua dan anak.

b. Parental instruction parental instruction

Memberikan pengajaran dengan arahan dan bimbingan mengenai

sikap, batasan terhadap aturan dan nilai-nilai.Komponen dari aspek

ini meliputi keterlibatan orang tua dalam pemberian edukasi atau

pembelajaran bagi anak. Tidak melakukan kekerasan fisik dan

mental dalam proses parenting. Tindakan dalam pengasuhan negatif

meliputi menghina, mengasingkan, memanfaatkan, menolak

emosional responsiveness, mengabaikan kebutuhan akan kesehatan

dan pendidikan anak, hal ini dapat merusak perkembangan anak.

Orang tua dari kelas sosial ekonomi bawah yang cenderung otoriter.

Overprotektif pada anak perempuan dari pada anak laki-laki dalam

melakukan suatu hal karena anak laki-laki dianggap lebih memiliki

tanggung jawab yang besar dibandingkan perempuan.

c. Tidak melakukan kekerasan fisik dan mental

Dalam proses parenting meliputi tindakan dalam pengasuhan negatif

meliputi menghina mengasingkan, memanfaatkan, menolak

emosional respon siveness mengabaikan kebutuhan akan kesehatan

dan pendidikan anak, hal ini dapat merubah perkembangan anak.

3. Parenting self efficacy

Persepsi orang tua mengenai kemampuan mereka yang secara positif

dapat mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak mereka.


19

Parenting self efficacy juga didefinisikan pengetahuan orang tua yang

berkaitan dengan cara mengasuh dan membesarkan anak, kepercayaan

diri orang tua yang merasa mampu menjalankan perannya tersebut dan

keyakinan orang tua bahwa anak mereka akan lebih responsive serta

orang lain seperti lingkungan, anggota keluarga dan teman akan

memberikan dukungan terhadap usaha yang mereka lakukan (Coleman &

Karraker, 2000).

Keyakinan mengenai parenting self efficacy yang baik dapat

berhubungan dengan penerapan pengasuhan yang baik seperti lebih

responsif, memberikan stimulasi yang tepat kepada anak, cenderung

tidak menghukum anak secara keras dan dapat mengatasi masalah-

masalah yang kemungkinan muncul dan menghasilkan anak yang

cenderung sedikit memiliki masalah mengenai perilaku (Coleman, P. K.,

& Karraker, K. H. 2003). Ketika orangtua merasa percaya diri terhadap

kemampuannya dalam proses pengasuhan, mereka akan menggunakan

pola pengasuhan yang efektif untuk dapat menunjang perkembangan

anak mereka (Gilmore, L. and Cuskelly, M., 2009).

4. Indikator dan pengukuran parenting self efficacy

Alat ukur parenting self efficacy telah banyak digunakan, antara lain

adalah:

a. Parenting task index-Toddler scale (SEPTI-TS) digunakan untuk

mengukur parenting self efficacy pada domain-specific dengan target

sampel yaitu Toddler 0-3 tahun alat ukur ini dikembangkan oleh
20

Colleman dan Karraker (2003) yang terdiri dari 7 dimensi yaitu:

emotional availability, nurturance, proctection, discipline, play,

teacing, instrumental care. Tujuh dimensi ini disajikan ke dalam 53

item. setiap item diukur menggunakan 6 point skala Likert

(Colleman dan Karraker, 2003) alat ukur ini digunakan bersama

dengan pengukuran domain general self efficacy didasarkan pada

studi yang dilakukan oleh (Colleman dan Karraker 2003), untuk

mengukur damain general self efficacy menggunnakan alat ukur

Parenting Sense Of Competence Scale (PSOC).

b. The Maternal Efficacy Questionnare (MEQ) yang dikembangkan

oleh Teti dan Gefland pada Tahun 1991 yang terdiri dari 10 item

yang dibuat untuk mengukur self efficacy beliefs pada anak usia

infant yang berhubungan dengan damain task specific dalam

pengasuhan anak (Teti dan Gefland, 1991: Colleman dan Karraker,

2003).

c. Parenting Sense Of Competence Scale (PSOC) yang pertama kali

dikembangkan oleh Gibaud-Wallson dan Wandersman pada tahun

1978 yang kemudian diinterpretasi kembali oleh Johnston dan masih

pada tahun 1989 menghasilkan 2 sub skala yaitu efficacy dan

satisfaction (Jonhston dan Mash, 1989 dan sub skala efficacy

digunakan untuk mengukur parenting self efficacy secara general

yang terdiri dari 7 item. Walaupun alat ukur dengan dengan sub

skala effiacy ini diciptakan untuk orang tua yang memiliki anak
21

madya, namun konten dari item yang cukup umum sehingga sesuai

untuk orang tua yang memiliki anak toddler sehingga pada studi

yang dilakukan Colleman dan Karraker (2003) menggunakan alat

ukur ini untu domain general parenting self efficacy.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi parenting self-efficacy

Coleman & Karraker (2005) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang dapat memiliki parenting self efficacy

seseorang yaitu:

a. Childhood experience, hal tersebut didasari oleh pemikiran bahwa

orangtua membawa gambaran kelekatan yang terbentuk dari

pengalaman masa kecilnya dengan keluarga mereka. Pengalaman

tersebut membuat kestabilan pikiran dan emosi yang dirasakan oleh

orang tua yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada proses

pengasuhannya sekarang. Pengalaman masa kecil dengan proses

parenting yang baik akan memberikan peluang munculnya parenting

self efficacy melalui proses pembelajaran.

b. Broad social elements, masyarakat dan budaya yang memberikan

informasi mengenai parenting akan membuat orangtua memiliki

keyakinan mengenai perannya dalam menjalankan proses parenting.

c. Experiences with their own children or other people, pengembangan

parenting self efficacy beliefs adalah hasil dari pengalaman langsung

yang sesuai dengan Bandura yang menyatakan bahwa pengalaman

secara langsung adalah sumber paling kuat parentdegree of cognitive


22

or behavioral preparation for parenting menemukanbahwa

parenting self efficacy berhubungan dengan komponen kognitifdari

kesiapan parenting

E. Pernikahan Usia Dini

1. Pengertian pernikahan usia dini

a. Pernikahan dini menurut WHO, pernikahan dini (early married)

adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu

pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia

dibawah 19 tahun apabila masih dibawah umur dinamakan

pernikahan dini.

b. Pengertian pernikahan dini

Menurut Undang-Undang RI No 16 tahun 2019 tentang perubahan

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa perkawinan adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan

istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

bahagia.

2. Tujuan perkawinan

Ada beberapa tujuan dari perkawinan menurut undang-undang nomor 16

tahun 2019 diantaranya adalah:

a. Untuk melangsungkan kehidupan atau mendapatkan keturunan yang

akan berlangsung.

b. Untuk mendapatkan keluarga yang bahagia, penuh kasih sayang dan

saling menjaga satu samalain.


23

c. Menjaga dari kejahatan dan merusak kehormatan karena perzinahan.

3. Hukum Perkawinan

Hukum perkawinan menurut Undang Undang yang berlaku di Indonesia

tentang perkawinan, menjelaskan bahwa sebelum melangsungkan

pernikahan harus berdasarkan oleh persetujuan oleh kedua mempelai dan

dicatat menurut peraturan perundang undangan yang berlaku. Ketentuan

ini dimuat dalam pasal 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974 dengan

perumusan pada pasal 2 ayat 1. Apabila perkawinan hanya dipahami

sebagai ikatan keperdataan saja akan dapat menghilangkan nilai kesucian

perkawinan sebagai bentuk dan instrument ibadah sosial kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

F. Tinjauan Mengenai Perkawinan Usia Dini

1. Pengertian mengenai perkawinan usia dini

Menurut WHO terdapat 3 kriteria yang mendefinisikan remaja

secara koseptual yaitu biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Ketiga

kriteria tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: individu berkembang

saat pertama kalinya ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya

sampai pada saat ia mencapai kematangan seksualnya, individu yang

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-

anak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-

ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Saputro,

K.Z., 2018). Perkawinan anak usia dini akan sangat memengaruhi

perkembangan fisik maupun psikologis. Anak yang melakukan


24

perkawinan pada usia muda organ reproduksinya belum berfungsi secara

optimal.

Selain itu juga anak yang menikah pada usia muda belum siap

menjadi seorang ibu dalam arti kemampuan mengasuh anak serta dalam

pengendalian emosi dan tindakannnya. Menurut Dr. Sarwomo

mengartikan bahwa pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari

komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi

alternatif. Sedangkan menurut Undang-Undang Negara kita telah

menganut batasan usia perkawinan. Kebijakan pemerintah dan

menetapkan batasan minimal usia perkawinan itu tentunya melalui proses

dan berbagai pertimbangan, hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak

benar-benar siap dari segi fisik, psikis dan mental.

Dari segi psikologi, sosiologi perkawinan dibawah umur terbagi

menjadi 2 bagian.Yang pertama perkawinan dibawah umur asli, yaitu

perkawinan dibawah umur yang benar benar yang benar benar

dilaksanakan oleh kedua belah pihak untuk menghindarkan diri dari dosa

tanpa adanya maksud semata-mata hanya untuk menutupi perbuatan zina

yang telah dilakukan oleh kedua mempelai. Sedangkan yang kedua

perkawinan perkawinan dibawah umur palsu, yang dimaksudkan sebagai

kamuflase dari kebejatan perilaku kedua mempelai.Perkawinan ini hanya

untuk menutupi perbuatan zina yang pernah dilakukan oleh keduanya.


25

2. Batasan umur perkawinan

Menurut Undang- Undang No 16 tahun 2019 tentang perkawinan

batas minimal perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan batas

minimal umur perkawinan bagi pria yaitu 19 (sembilan belas tahun).

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini

Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini menurut Kumalasari

(2016) yaitu:

1. Faktor agama dan kurangnya iman penanaman nilai-nilai agama

berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang

melakukan hubungan suami istri diluar nikah sehingga terjadi kehamilan.

2. Faktor lingkungan

a. Orang tua

Kurangnya peran orang tua dalam keluarga berpengaruh terhadap

mental dan kewajiban.

b. Teman tetangga dan media

Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalagunaan dari

media elektronik yang salah, dapat membuat para remaja berfikiran

bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi.

c. Pengetahuan tentang seks yang minim

d. Rasa ingin tahu yang berlebihan

e. Perubahan zaman

f. Semakin besarnya usia pubertas

g. Adanya tren baru dalam pacaran dikalangan remaja


26

Menurut Redjeki, R.D.S.S (2016) faktor-faktor yang memengaruhi

pernikahan usia dini adalah:

1. Kemauan dari sang anak.

Banyak anak yang melangsungkan perkawinan pada usia belia karena

kemauan mereka sendiri, itu didasari oleh pergaulan dari lingkungan

yang sangat rendah pengetahuannya. Disinilah peran orang sangat

dibutuhkan untuk memberikan pengetahuan yang baik untuk sang anak.

2. Pengaruh adat dan budaya

Sudah menjadi kebiasaan dan sudah sejak dahulu masyarakat pedesaan

dianggap dan di pandang kolot, karena apabila ada anak perempuan yang

sudah mengalami menstruasi tidak segera dijodohkan dengan seorang

laki laki yang sudah mimpi basah mereka akan disebut dengan sebutan

perawan tua tau bujang lapuk. Sehingga untuk menutupi rasa malu maka

orang tua mengawinkan anaknya meskipun masih sangat kecil.

3. Pengaruh rendahnya pendidikan

Perkawinan usia dini semakin marak, sehingga kebiasaan ataupun adat

yang kurang patut dan masih berkembang di masyarakat akan sulit untuk

dihilangkan.

4. Faktor ekonomi

Faktor mini merupakan salah satu faktor yang menjadikan manusia

merasa bahagia dan merasa berkecukupan. Tujuan orang tua menikahkan

anaknya adalah agar orang tua segera bebas dari tanggung jawabnya
27

sebagai orang tua, selain itu juga dapat menambah keluarga dan

bertambahnya keluarga tersebut dipercaya akan menambah Rezeki.

5. Faktor MBA (marriage by accident)

Faktor ini juga tidak hanya terjadi pedesaan saja melainkan di perkotaan

juga sudah banyak sekali remaja yang salah untuk bergaul. Selain faktor

pergaulan bebas terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya (married

by accident) tersebut diantaranya :

a. Mudah pengaksesan hal-hal yang berbau pornografi maupun

pornoaksi

b. Pergaulan bebas

c. Kurangnya pengawasan orang tua

d. Media masa

Gencarnya ekpose seks dimedia menyebabkan remaja modern kian

permitif seks.

e. Keluarga bercerai (broken home)

Banyak anak-anak korban perceraian terpaksa menikah secara dini

karena berbagai alasan, misalnya membantu orang tua, mendapatkan

pekerjaan, meningkatkan taraf hidup.

H. Dampak Dari Pernikahan Usia Dini

Perkawinan anak dibawah umur merupakan hal yang dianggap tidak

patut oleh masyarakat modern seperti saat ini, karena perkawina anak di

bawah umur memiliki dampak yang sangat buruk dan perkawinan tersebut
28

tidak akan berjalan dengan semestinya. Berikut beberapa dampak menurut

Hadiono, A.F., (2018) yaitu:

1. Segi pendidikan

Dari segi pendidikan pernikahan pada usia yang masih muda tentu akan

membawa berbagai dampak terutama dalam dunia pendidikan. Hal ini

terjadi karena motivasi-motivasi belajar yang dimiliki akan mengendur

atau memudar karena terbaginya tugas dan pendidikan dan keluarga

setelah menikah nanti. Hal ini akan menjadi faktor penghambat

pendidikan seorang anak.

2. Dari segi kesehatan perempuan yang menikah di usia dini akan memiliki

banyak resiko dari segi kesehatan. Ada dua dampak kesehatan yang

ditimbulkan yaitu dampak pada kandungan dan salah satu infeksi kanker

mulut rahim. Hal ini terjadi karena organ reproduksi remaja perempuan

belum berfungsi secara matang.

Menurut Soraya, D. (2018), dampak perkawinan usia dini antara lain:

1. Dampak biologis

Secara biologis alat-alat reproduksi anak masih dalam proses menuju

kematangan sehingga belum siap untuk melakukan suatu hubungan intim

atau melakukan sex dengan pasangannya, bahkan rentan terhadap

kesehatan reproduksi seperti kanker serviks dan penyakit seksual yang

menular. Jika dipaksakan akan sangat beresiko terhadap bahaya

pendarahan dan kerusakan organ yang dapat menyebabkan kematian.


29

Dampak biologis terdiri dari hal sebagai berikut:

a. Alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga dapat

menimbulkan berbagai komplikasi

b. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi diri sendiri

c. Resiko anemia dan meningkatkan angka kejadian depresi

d. Beresiko pada kematian usia dini

e. Meningkatkan angka kematian ibu

2. Dampak psikologis

Secara psikis belum siap dan memahami tentang hubungan seks,

sehingga akan menimbulkan trauma yang berkepanjangan dan akan

sangat sulit untuk disembuhkan. Anak akan lebih cenderung menyendiri,

dan menyesali kehidupannya. Selain itu, ikatan perkawinan akan

menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk

bercermin, dan menikmati masa kecilnya dengan teman-teman

sebayanya.

3. Kualitas anak

a. Bayi lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi

yang harus lebih banyak untuk kehamilan dan kebutuhan

pertumbuhan ibu sendiri.

b. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang usia dibawah 18 tahun rata-rata

lebih kecil.
30

4. Keharmonisan keluarga dan perceraian

a. Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan angka

perceraian

b. Ego remaja yang masih tinggi

c. Perselingkuhan

b. Ketidak cocokan hubungan dengan orang tua dan mertua

c. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan

emosional

d. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan beradaptasi.

I. Pencegahan Pernikahan Usia Dini

Cara menghindari pernikahan usia dini menurut Nedra, W., (2016) memiliki 3

cara yaitu :

1. Pendidikan agama

Pendidikan Agama adalah cara awal dalam pencegahan pernikahan usia

dini. Hal tersebut dengan memperbanyak beribadah dan mengetahui

batas umur menikah dalam ajaran agama.

2. Didikan orang tua

Didikan orang tua mengutamakan persoalan pribadi anak. Misalnya anak

putri, selain sekolah juga mengisi waktu dengan cara mengajarkan

memasak. Sementara untuk anak laki-laki tambahannya orang tua

mengarahkan dengan cara membantu orang tua, misalnya pergi ke sawah.


31

3. Menjauhi pergaulan negatif

Menjauhi pergaulan negative, sangat perlu dijauhi seorang anak, sebab

pergaulan seperti sangat menyesalkan bagi seorang anak dibawah umur.

Menurut Dokter Intersip Puskesmas Aikmel dalam Duta SMART (2016)

solusi dalam pencegahan pernikahan usia dini adalah:

1. Pendidikan supaya dapat menata dan merencanakan masa depan yang


lebih cerah.
2. Bekerja jika orang tua tidak menyekolahkan anak-anaknya kareka faktor
ekonomi, lebih baik anak diarahkan ke kegiatan positif seperti bekerja.
32

J. Kerangka Teori

Pengetahuan Parenting Self Efficacy

Faktor-faktor yang Indikator Parenting Self Efficacy


mempengaruhi pengetahuan 1. Emosional support
1. Pendidikan 2. Parental intrucium
2. Informasi atau media 3. Tidak melakukan kekerasan
massa fisik dan mental
3. Sosial budaya dan (Donnelly,2016)
ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia Faktor-faktor yang
mempengaruhi pernikahan
usia dini

1. Rendahnya pengetahuan
2. Lingkungan
3. Kemauan sendiri
4. Ekonomi
Faktor-faktor yang
5. MBA
mempengaruhi perawatan
anak
1. Usia orang tua
2. Keterlibatan orang tua Pernikahan usia dini
3. Pendidikan orang tua
4. Stres orang tua

Wanita yang menikah


usia ≤ 19 tahun(WHO
)
Bagan 2.1 Kerangka teori Hubungan pengetahuan tentang perawatan anak
dengan parenting self efficacydi wilayah kerja puskesmas Beru,
(Hidayat, 2017).
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Konsep adalah arahan asumsi atau gambaran mengenai variabel-

variabel yang akan diteliti atau memiliki arti hasil sebuah sintesis dari proses

berfikir kemudian dengan kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri konsep

atau ide baru (Hidayat, 2015).

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan tentang perawatan


anak:
1. Prinsip-prinsip perawatan anak Parenting Self Efficacy
usia 0-1 tahun Indikator parenting self efficacy
a. Pola pemberian makan 1. Emosional support
b. Pemeliharaan kesehatan 2. Parental intruciun
c. Rangsangan psikososial 3. Tidak melakukan kekerasan
2. Bermain fisik dan mental
3. Perubahan psikologis anak

Keterangan :

= Variabel yang diteli

= Variabel yang tidak diteliti

= Mempengaruhi yang diteliti

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual hubungan pengetahuan tentang perawatan anak


dengan parenting self efficacy pada ibu yang menikah usia dini di
wilayah kerja Puskesmas Beru.

33
34

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan

(Sugiyono, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada hubungan pengetahuan tentang perawatan anak dengan

parenting self efficacypada ibu yang menikah usia dini di wilayah

kerja puskesmas Beru.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif

yaitu, suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran tentang suatu keadaan yang objektif dan disusun bedasarkan

perhitungan sehingga dapat di analisa secara statistik, (Nursalam, 2016).

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional.Penelitian cross-

sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

2 hubungan variabel, dengan cara pendekatan, observasional atau

pengumpulan data. Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan

pengukuran variabel pada suatu saat tertentu, tiap subjek hanya diobservasi

satu kali dalam pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan

tertentu dan tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang

dilakukan.

B. Populasi

Populasi diartikan sebagai objek dan subyek yang mempunyai

karateristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi merupakan keseluruhan objek

atau subyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan

ialah semua wanita menikah di usia dini dan sudah memiliki anak usia ≤ dari

1 tahun sebanyak 36 orang.

35
36

C. Sampel, Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2016).Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2017).

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu penilaian terhadap benda mati atau benda

hidup yang dapat membentuk nilai dalam bentuk sikap maupun karakter.

1. Variabel bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2017).Variabel independent

dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang perawatan anak.

2. Variabel terikat (Dependent)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017).Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah parenting self efficacy.


37

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan cara peneliti untuk

mengidentifikasi variabel sesuai karateristik yang sedang diteliti dan dapat

membantu penelitin dalam observasi atau perhitungan yang sangat cermat

dengan objek yang sedang diteliti (Hidayat, A.A., 2015)

Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan pengetahuan tentang perawatan


anak dengan parenting self efficacy pada ibu yang menikah usia
dini di wilayah kerja puskesmas Beru
Definisi Alat Skala Skor/
N0 Variabel Parameter
Operasional ukur Data Karegori
1 Variabel Segala sesuatu 1. Prinsip prinsip Kuesioner Ordinal Skor:
independent yang di ketahui perawatan Iya : 1
Pengetahuan oleh ibu yang anak usia 0-1 Tidak : 0
tentang menikah usia tahun Kategori
perawatan dini tentang a. Pola a. Baik : 76-
bayi perawatan pemberian 100
bayi makan b. Cukup : 56-
b. Pemelihara 75%
an c. Kurang
kesehatan :>55%
c. Rangsanga
n
psikososial
2. Bermain
3. Perubahan
psikososial
bayi

2 Variabel Pengetahuan 1.Emosional Kuesioner Ordinal Skor:


dependent Orang tua yang support 1 : Tidak baik
parenting berkaitan 2. Parental 2 : Tidak cukup
self efficacy dengan cara intruction baik
mengasuh dan 3.Tidak 3 : Cukup baik
membesarkan melakukan 4 : Sangat baik
bayi. kekerasan fisik
dan mental Kategori:
a. Baik : 27-40
b. Cukup :14-26
c. Kurang : 1-13
38

F. Istrumen Penelitian Dan Uji Instrumen

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dapat membatumenilai

sesuatu yang akan diamati (Sugiyono, 2017). Kuesioner disinidalam

bentuk pernyataan.Kuesioner adalah teknik pengumpulan datanya dengan

memberi pernyataan-pernyataan dalam bentuk tulisan dan

diberikankepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2017).

a. Instrumen pengetahuan

Kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan mengenai

perawatan anak.Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan dengan

beberapa pilihan jawaban (a, b, dan c). Penyusunan kuesioner

dilakukan oleh peneliti berdasarkan literatur dan modifikasi

kuesioner dari WHO yang terdapat dalam WHO Care For Child

Developmment Package(Unicef& word Healt Organization, 2012)

dan Knoledge Of Efficacy Parenting Scale (Morawska et al., 2007).

Kuesioner yang digunakan dari kedua literaturetersebut adalah

pertanyaan-pertanyaan mengenai perkembangan bayi dan

pengasuhan bayi usia 0-12 bulan, sedangkan pertanyaan-pertanyaan

mengenai usia bayi lebih dari 12 bulan tidak digunakan dalam

penyusunan kuesionar penelitian ini. Arikunto (2015) membuat

kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi 3 tingkatan yang

didasarkan pada nilai presentase berikutnya:

1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥76-100%


39

2) Tingkat pengetahuan cukup jika nilainya 60-75%

3) Tingkat pengetahuan kategori kurang ≤ 60%

b. Instrumen parenting self efficacy

Kuesioner untuk mengukur parenting self efficacy pada ibu yang

memiliki anak usia infan, yaitu maternal self efficacy scale yang

disusun oleh Kartini, M. (2016). Kuesioner ini terdiri dari 10 item

pertanyaan dalam 4 skala Likert dengan rentang dari 1 (Tidak baik

sama sekali/ saya tidak memahami bayi saya sama sekali) sampai 4

(Sangat Baik/ Saya memahami bayi saya setiap waktu). Skor akhir

yang didapatkan akan berada dalam rentan 10-40, dengan makin

tinggi skor mencerminkan makin tingginya maternal self efficacy.

Kuesioner maternal self efficacy yang awalnya berbahasa Inggris

telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Proses translation telah

dilakukan oleh Kartini (2016)terhadap kuesioner tersebut, sehingga

dicapai kesepadanan makna dan tujuan kuesioner tersebut.

2. Uji Instrumen (uji validitas dan reliabilitas)

Istrumen pengetahuan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh

Kartini (2016) tentang perawatan anak yang pada awalnya terdiri dari 18

pertanyaan, namun setelah di uji validitas dan reliabilitas didapatkan 14

butir pertanyaan yang valid dan reliable. Nilai rhitung uji validitas antara

0,366-0,735 dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,684. Sedangkan

kuesioner Maternal Self Efficacy tidak di uji validitas dan reabilitasnya


40

karena berdasarkan penelitian Lemanska (2013), instrumen ini telah valid

dan reliabel dengan nilai Cronbach’s alpha=0,86.

G. Tempat Penelitian Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Beru

Kecamatan Alok Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Tanggal 18 - 25 November 2021.

H. Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

Nursalam, (2016). Pengumpulan data dilakukan di tempat penelitian

dengan prosedur sebagai berikut:

a. Peneliti membuat surat permohonan izin penelitian di Universitas

Nusa Nipa.

b. Peneliti menyerahkan permohonan izin dari intitusi yaitu Universitas

Nusa Nipa kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.

c. Peneliti menyerahkan surat tembusan permohonan izin kepada

kepala puskesmaas Beru

b. Melakukan pendekatan kepada dosen pembimbing konseling untuk

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian mendapatkan

persetujuan, serta mendapatkan ijin untuk melakukan pengumpulan


41

data dengan cara, sebelum menyebarkan kuesioner peneliti meminta

data kasus pernikahan usia dini wilayah kerja puskesmas Beru.

Setelah mendapatkan data, peneliti mendatangi satu persatu rumah

responden dengan cara menyebutkan identitas Peneliti, maksud

kedatangan, serta mengatakan sudah mendapatkan ijin dari

puskesmas Beru untuk melakukan penelitian.

c. Menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner

kemudian meminta persetujuan responden agar ikut berpartisipasi

dalam penelitian yang akan dilakukan, dan menjelaskan tujuan

penelitian serta prosedur yang akan diikuti oleh responden.

d. Responden diminta membaca dan mengisi inform consent

e. Bila bersedia menjadi responden maka orang tua responden

dipersilakkan untuk menandatangani inform concent

f. Setelah menandatangani persetujuan, peneliti menjelaskan cara

pengisian kuesioner kepada responden. jika ada pertanyaan yang

kurang jelas responden diminta untuk menayakan langsung kepada

peneliti.

g. Apabila responden sudah memahami cara pengisian kuesioner,

responden diminta untuk mengisi kuesioner tersebut.

h. Setelah selesai diisi kuesioner dikumpulkan dan segera diteliti bila

ada yang belum lengkap atau belum jelas maka peneliti akan

meminta penjelasan kepada responden dan apabiba diperlukan

responden dapat diminta kembali mengisi ulang kuesioner.


42

2. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting agar memberikan

informasi yang berguna.Langkah-langkah pengolahan data menurut

Nursalam (2016).

a. Cleaning

Tahapan ini dilakukan pada saat mengumpulkan data kuesioner dari

responden. Periksa kembali apakah ada jawaban reponden yang

ganda atau belum dijawab.Jika ada sampaikan kepada responden

untuk diisi atau diperbaiki jawaban pada kuesioner tersebut.

b. Editing

Sebelum diolah data tersebut diteliti terlebih dahulu.Data atau

keterangan yang telah dikumpulkan perlu diperiksa kembali dan

diperbaiki jika masih ada kesalahan dan keraguan data.Langkah ini

dimaksudkan untuk melakukan pengecekan kelengkapan data,

kesinambungan dan keseragaman data, kelengkapan pengisian

kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar jawaban, relevansi

dan keseragaman suatu pengukuran.

c. Coding

Untuk memudahkan analisa jawaban responden perlu diberi kode.

Mengkode jawaban adalah memberikan angka pada setiap jawaban.

d. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulating juga dapat digunakan untuk


43

menciptakan statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau

variabel yang akan di tabulasi silang.

3. Analisis data

a. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012 analisis univariat dalam penelitian ini untuk

mengetahui gambaran distribusi frekuensi.

x100%

Keterangan :
p : Presentase
sp : Jumlah jawaban yang diperoleh
sm : Jumlah skor tertinggi
dengan kriteria sebagai berikut:

Pengetahuan baik : 76-100%

Pengetahuan cukup : 56-75%

Pengetahuan kurang : ≤ 55%

Penggunaan :

Tinggi : 76-100%

Sedang : 56-75%

Rendah : ≤ 55%

b. Analisis bivariat

Setelah diketahui masing-masing variabel pada analisis

univariat, selanjutnya dilakukan analisis bivariat.Kegunaan analisis


44

bivariat untuk mengetahui apakah ada hubungan signifikan antara

dua variabel atau hanya kebutuhan secara kebetulan.Uji yang

digunakan adalah uji Spearmen Rank.Uji Spearmen Rank adalah uji

yang digunakan untuk mencari hubungan atau menguji signifikan

hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan

berbentuk ordinal.

I. Etika Penelitian

Merupakan bagian yang tidak pernah tertinggal hal ini penting

disebuah penelitian karena akan bersentuhan langsung dengan mahluk hidup

jadi harus ada etika disebuah penelitian. Berikut merupakan etika dalam

penelitian, (Hidayat, 2015):

1. Persetujuan (inform consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara responden

dengan peneliti. Persetujuan diberikan kepada responden agar responden

mengerti tujuan kita dan memberikan persetujuannya untuk ikut serta di

dalam penelitian karena responden berhak untuk menolak atau menerima

dan apa bila responden menyetujui maka peneliti langsung menjelaskan

ke responden, serta menjelaskan lembaran yang berisikan seperti: tujuan

dan manfaat lalu kesedian responden dan kerahasiaan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Tanpa nama disini yang dimaksutkan adalah disaat peneliti memberikan

kuesioner peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden akan


45

tetapicukup dengan inisial nama saja sehingga tetap menjaga privasi

responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan disini adalah peneliti harus benar-benar memberi jaminan

mengenai informasi maupun data yang didapat dari responden untuk

tidak disebarluasakan seperti tidak mencantumkan nama maupun

informasimaupun masalah dari responden bertujuan untuk menjaga

privasi sang responden.


46

J. Kerangka Operasional / Kerangka Kerja

Populasi
Semua ibu yang menikah dibawah usia 20 tahun yang sudah
memiliki anak di Wilayah Kerja Puskesmas Beru

Total sampling

Jumlah sampel 36 orang

Variabel Independet Variabel dependent


Pengetahuan parenting self efficacy

Pengumpulan data menggunakan kuesioner

Pengolahan data
(clearning, editing, coding dan tabulating)

Analisis data
Univariat dan Bivariat

Hasil akir dan penarikan


kesimpulan

Bagan 4.1 Kerangka Operasional hubungan pengetahuan tentang keperawatan


anak dengan parenting self efficacy pada ibu yang menikah usia dini
di wilayah kerja puskesmas Beru
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Beru merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan

terletak di jalan kesehatan No 3 Kelurahan Beru Kecamatan Alok Timur

Kabupaten Sikka.Puskesmas Beru dibangun pada tahun 2013 dengan luas

bangunan 1053 m2(53,3 m x 18,7 m).

Pusat pemerintahannya di wilayah Kabupaten Sikka, puskesmas ini

sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Selatan berbatasan

dengan Kecamatan Nelle, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Kangae, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Alok. Adapun jumlah

penduduk yang berada dalam Puskesmas Beru adalah 33.319, terbagi dalam

lima Kelurahan dan Dua Desa, Kelurahan Beru, Kelurahan Nangameting,

Kelurahan Wairotang, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Waioti, Desa

Lepolima, dan Desa Watugong.

Puskesmas Beru dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas dan dibantu

oleh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter umum 1 orang, dokter gigi 1

orang, perawat 20 orang, promosi kesehatan 2 orang, analisis 2 orang, bidan

20 orang, gizi 2 orang, pengelola obat 2 orang, administrasi 2 orang, sopir 1

orang, dan cleaning service 2 orang. Puskesmas Beru memiliki beberapa

ruangan di unit rawat jalan diantaranya ruang kepala Puskesmas, ruang

tindakan, Poli umum, Poli MTBS, Poli gigi, Poli KIA, Poli TB, loket

47
48

pendaftaran, loket obat, laboratorium, Ruang KTU, gudang obat, dan gudang

alat kesehatan.

Puskesmas Beru mempunyai motto "Kesehatan Anda merupakan wujud

pelayanan kami". Visi Puskesmas Beru yaitu Menjadi Puskesmas berdikari

dengan pelayanan bermutu menuju masyarakat yang sehat.

Misi Puskesmas Beru yaitu :

1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorang, keluarga, masyarakat

beserta lingkungan.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional, merata dan

terjangkau bagi masyarakat secara efektif dan efisien.

3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan

lingkungan yang sehat.

B. Data Umum

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 18 November sampai

dengan tanggal 25 November 2021 di seluruh wilayah kerja Puskesmas Beru

yang terdiri dari 5 Kelurahan dan 2 Desa yaitu Kelurahan Waioti, Kelurahan

Beru, Kelurahan Nangameting, Kelurahan Kota Baru, Desa Watugong, Desa

Lepolima. Responden dalam penelitian ini berjumlah 36 orang, dan semua

data memenuhi kriteria lengkap, tepat dan benar sehingga semua data dapat

diolah. Hasil olah data dapat dilihat sebagai berikut:


49

1. Karakteristik responden berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia di wilayah kerja


Puskesmas Beru (n =36)
Usia ibu f %
18 tahun 19 52.8
19 tahun 17 47.2
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.1 diatas sebagian besar responden menikah pada usia

18 yaitu sebanyak 19 orang (52.8%). dan paling sedikit yaitu usia 19 tahun

47,2%

2. Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di


wilayah kerja puskesmas Beru (n = 36)
Pendidikan f %
SMA 26 72.2
PT 10 27.8
Total 36 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.2 tingkat pendidikan responden paling banyak

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 26 orang (72.2%) dan paling sedikit

yaiitu PT 10 orang (27,8%).

3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi karakteristik berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja


puskesmas Beru (n = 36)
Pekerjaan f %
IRT 22 61.1
Mahasiswa 10 27.6
Wirausaha 4 11.1
Total 36 100
Sumber : Data Primer 2021
50

Berdasarkan tabel 5.3 diatas pekerjaan responden paling banyak yaitu IRT

yaitu sebanyak 22 orang (61.1%), dan yang paling sedikit bekerja sebagai

Wirausaha yaitu sebanyak 4 orang (11.1%).

4. Karakteristik responden berdasarkann Agama

Tabel 5.4 Distribusi karakteristik responden berdasarkan agama di wilayah


kerja puskesmas Beru (n = 36)
Agama f %
Katolik 28 77.8
Protestan 4 11.1
Islam 4 11.1
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa jumlah responden berdasarkan

agama dengan jumlah terbanyak adalah Katolik sebanyak 28 orang

(77.8%) dan yang paling sedikit adalah Protestan dan Islam yaitu sebanyak

4 responden (11.1%).

5. Karakteristik jenis kelamin bayi

Tabel 5.5 Distribusi karakteristik jenis kelamin bayi di wilayah kerja


puskesmas Beru (n = 36)
Jenis-kelamin f %
Laki-laki 17 47.2
Perempuan 19 52.8
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa jenis kelamin anak terbanyak

adalah perempuan sebanyak 19 orang (52.8%) dan yang paling sedikit

adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang (47.2%).


51

6. Karakteristik responden Tinggal dengan (orang tua/sendiri)

Tabel 5.6 Distribusi karakteristik responden yang tinggal dengan orang


tua/sendiri di wilayah kerja puskesmas Beru (n = 36)
Tinggal dengan f %
Orang Tua 29 80.6
Sendiri 7 19.4
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa responden lebih banyak

tinggal dengan orang tua yaitu sebanyak 29 orang (80.6%) dan paling

sedikit yaitu 7 orang (19,4%).

7. Karakteristik usia bayi

Tabel 5.7 Distribusi karakteristik usia bayi di wilayah kerja puskesmas


Beru (n = 36)
Usia Bayi f %
5 Bulan 3 8,3
6 Bulan 5 13,9
7 Bulan 7 19,4
8 Bulan 4 11,1
9 Bulan 8 22,2
10 Bulan 5 13,9
11 Bulan 4 11,1
Total 36 100.0
Sumber : data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa usia bayi paling terbanyak usia

9 bulan (22.2%) dan usia paling sedikit adalah 5 bulan sebanyak 3 orang

(8.3%).
52

C. Data khusus

1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan ibu yang menikah usia dini dalam merawat bayi di

wilayah kerja Puskesmas Beru.

Tabel 5.8 Pengetahuan ibu yang menikah usia dini dalam merawat
bayi di wilayah kerja puskesmas Beru (n=36)
Pengetahuan Ibu f %
Baik 30 83.3
Cukup 5 16.7
Total 36 100.0
Sumber : Data primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.8 diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 30 orang

(83.3%) dan berpengetahuan cukup sebanyak 5 orang (16,7).

b. Parenting Self Efficacy pada ibu yang menikah usia dini di wiilayah

kerja puskesmas Beru

Tabel 5.9 Parenting self Efficacy pada ibu yang menikah usia dini di
wilayah kerja puskesmas Beru (n=36)

Parenting Self Efficacy f %


Baik 31 86.1
Cukup 5 13.9
Total 36 100.0
Sumber : Data primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.9 diatas, dapat dilihat bahwa Parenting self

efficacy responden yaitu baik sebanyak 31 orang (86.1%) dan cukup

sebanyak 5 orang (13,9%).


53

2. Analis Bivariat

Tabel 5.10 Hasil uji statistik Spearman Rank Hubungan Pengetahuan


tentang perawatan bayi dengan parenting self efficacy pada
ibu yang menikah usia dini di wilayah kerja puskesmas Beru
(n=36)
Variabel N CC P Value Alpha
Pengetahuan 36 0.683 0.000 0.01
Parenting self
Efficaccy
Sumber : Data primer, 2021

Dari tabel di atas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000, karena

signifikan <0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan yang kuat antara pengetahuan tentang perawatan bayi dengan

parenting self efficacy pada ibu yang menikah usia dini di wilayah kerja

puskesmas Beru. Karena koefisien mendekati 1 atau arah hubungan

Positif berarti semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula

parenting self efficacy.

D. Keterbatasan Dalam Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kemampuan peneliti masih kurang sehingga masih banyak kekeliruan atau

kekurangan yang belum di ketahui dalam penyusunan sekripsi ini.

2. Keterbatasan waktu dan biaya Penelitian

3. Responden saat mengisi kuesioner banyak yang belum paham sehingga

masih membutuhkan penjelasan dari peneliti


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Perawatan Bayi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 18-25

November 2021 diperoleh hasil pengetahuan ibu yang menikah usia dini di

wilayah kerja puskesmas Beru lebih banyak perpengetahuan baik.

Berdasarkan penelitian yang diperoleh bahwa ibu yang menikah usia dini

sudah memahami tentang prinsip-prinsip perawatan anak ,pemberian makan,

kesehatan dan perubahan psikososial bayi.

Pendidikan ibu juga mempengaruhi pengetahuan tentang perawatan bayi.

Pada penelitian ini lebih dari 72,2% ibu berpendidikan sekolah menengah atas

(SMA) dan 27,8% berpendidikan tinggi (PT). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Winter et. al, (2012) yang menyatakan bahwa

semakin tinggi pendidikan ibu dapat meningkatkan penegtahuan ibu dalam

merawat anak. Namun, pengetahuan ini tidak selalu bisa diaplikasikan dalam

praktek perawatan anak, khususnya bila orang tua memiliki self efficacy yang

rendah Small, ( 2010).

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap suatu objek

terjadi melalui panca indra manusia yakni, penglihatan, penciuman, rasa dan

raba sendiri. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan yang dimiliki seseorang di

54
55

pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman, tingkat pendidikan,

umur dan pekerjan dan dapat membawa wawasan dan pengetahuan

seseorang. Pengetahuan berkaitan erat dengan faktor usia, semakin cukup

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

bekerja (Notoadmojo, 2010). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1

menunjukan bahwa paling banyak ibu menikah usia dini paling banyak usia

18 tahun sebanyak 19 orang (52.8%) dan paling sedikit usia 19 tahun

sebanyak 17 orang (47,2%). dengan bertambahnya usia seseorang akan

mempengaruhi pola pikir dan daya ingat dalam menerima informasi.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ekasari (2011) menyatakan

bahwa usia akan mempengaruhi daya ingat terhadap informasi yang diterima

dan dipahami dengan adanya pengetahuan yang baik.

Menurut peneliti sebagian besar ibu yang menikah usia dini

berpengetahuan baik, hal ini terjadi karena sebanyak 80,6% ibu tinggal

dengan orang tua. Ibu banyak mendapatkan arahan dan dukungan terkait

perawatan bayi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Small, (2010) yang menyatakan

dukungan keluarga merupakan faktor yang penting yang sangat diperlukan

oleh hampir setiap orang untuk membantu mengatasi kesulitan dan juga untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental.

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor protektif terhadap stressor

baik bagi orang tua maupun anak (Young, 2011).Cochran (1993 cit. Young,

2011) mendefinisikan system dukungan keluarga yang merupakan bagian dari


56

dukungan sosial sebagai orang-orang yaitu keluarga yang berhubungan

langsung dan berinteraksi dengan individu.Kurangnya dukungan sosial dan

keluarga dapat membuat orang tua merasa bahwa kualitas pengasuhan

anaknya lebih rendah dibandingkan bila ada dukungan yang tersedia bagi

mereka sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan ibu dalam merawat

bayi.Mengatasi hal tersebut diharapkan agar petugas kesehatan (Puskesmas)

agar selalu memberikan edukasi atau meningkatkan pengetahuan tentang

perawatan Bayi pada ibu yang menikah usia dini.

B. Parenting self Efficacy

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 18-25 November

2021 diperoleh bahwa parenting self efficacy ibu yang menikah usia dini

paling banyak berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh bahwa ibu menikah usia dini sudah memahami parenting self

efficacy, Parenting self efficacy juga dapat mempengaruhi perilaku dan

perkembangan anak-anaknya secara positif. Pada penelitian ini lebih dari

86,1% parenting self efficacy baik, dan sekitar 13,9% parenting self efficacy

cukup.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dillakukan oleh (Colleman &

Karraker, 2000 cit. Umama-Taylor Gulmond, Updegraff, & Jahromi,2013)

yang menyatakan semakin baik parenting self efficacy maka akan semakin

baik pula kemampuan ibu dalam mempengaruhi perilaku dan perkembangan

anak. Namun, hal tidak selalu dapat diaplikasikan dalam praktek perawatan

anak, ibu yang memiliki parenting self efficacy rendah mengalami kesulitan
57

dalam mengaplikasikan pengetahuan mengenai pengasuhan anaknya,

mengalami masalah emosional dan lebih berfokus pada dirinya sendiri dari

pada kebutuhan anaknya (Grusec et al.,1994 clt Small, 2010)

Parenting self efficacy secara umum merupakan kenyakinan individual

mengenai kompetensinya sebagai orang tua, dan khususnya, kemampuan

mereka untuk mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak-anaknya

secara positif (Jahromi, 2013).

Keyakinan mengenai parenting self efficacy yang baik dapat

berhubungan dengan penerapan pengasuhan yang baik seperti lebih responsif,

memberikan stimulasi yang tepat kepada anak, cenderung tidak menghukum

anak secara keras dan dapat mengatasi masalah-masalah yang kemungkinan

muncul dan menghasilkan anak yang cenderung sedikit memiliki masalah

mengenai perilaku (Coleman, P. K., & Karraker, K. H. 2003). Ketika

orangtua merasa percaya diri terhadap kemampuannya dalam proses

pengasuhan, mereka akan menggunakan pola pengasuhan yang efektif untuk

dapat menunjang perkembangan anak mereka (Gilmore, L. and Cuskelly, M.,

2009).

Menurut peneliti perenting self efficacy pada ibu yang menikah usia

dini kategorikan baik karena mereka memiliki pengetahuan yang baik dan

selain itu juga sebagian besar responden tinggal bersama orang tua sehingga

mereka mendapatkan arahan serta bimbingan dari orang tua. hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Small, 2010) yang menyatakan

dukungan keluarga merupakan faktor yang penting yang sangat diperlukan


58

oleh hampir setiap orang untuk membantu mmengatsi kesulitan dan juga

untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental. Dukungan

keluarga dapat menjadi faktor protektif terhadap stressor baik bagi orang tua

maupun anak. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan

pelatihan bermain pada pengasuh atau orang tua, penelitian ini menguji

pengaruh pelatihan bermain dan pengasuh terhadap parenting self efficacy

C. Hubungan Pengetahuan tentang perawatan bayi Dengan Parenting Self

Elfficacy pada ibu yang menikah usia dini di wilayah kerja puskesmas

Beru.

Berdasarkan Uji Spearmean’s Rho pada tabel 5.6 di peroleh niali

signifikan sebesar 0.000.karena signifikan <0.05, maka Ho ditolak dan Ha

diterima Jadi dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara penegtahuan

perawatan bayi dengan parenting self efficacy. Nilai koefisien korelasi

(keeratan hubungan) sebesar 0.683, Karena koefisien mendekati 1 maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat pengetahuan perawatan bayi

dengan parenting self efficacy.

Parenting self efficacy secara umum merupakan kenyakinan individu

mengenai kompetensinya sebagai orang tua, khususnya, kemampuan mereka

untuk mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak secara positif

(Updegraff, & Jahromi, 2013).Dari hasil penelitian menunjukan bahwa

pengetahuan perawatan bayi umunya diawali oleh domain kognitif.Individu

terlebih dahulu mengeahui stimulus untuk menimbulkan pengetahuan,

selanjutnya timbul domain efektif dalam bentuk tindakan terhadap objek yang
59

diketahui sepenuhnya, maka timbul respon berupa tindakan (domain

psikomotor). (Salone, et al., 2009) menyatakan bahwa pendidikan orang tua

akan berpengaruh terhadap parenting self efficacy. Semakin tinggi pendidikan

ibu yang didapat maka semakin meningkat pula pengetahuan ibu dalam

merawat anak (Huang et al.,2005). Namun, pengetahuan ini tidak selalu

dapat di aplikasikan dalam praktek perawatan anak, khususnya, bila orang

memiliki parenting self efficacy yang rendah

Menurut peneliti hal yang menyebabkan parenting self efficacy

dikategorikan baik karena sebagian besar responden sebagian besar memilih

tinggal bersama orang tua dan mereka juga banyak mendapatkan bimbingan

serta arahan dari orang tua.

Oleh karena itu, diharapkan kerja sama antara petugas kesehatan

(Puskesmas) dan orang tua dalam memberikan informasi dan edukasi tentang

parenting self efficacy sesuai. Setelah mendapatkan informasi tersebut maka

diharapkan ibu yang menikah usia dini lebih berperan aktif dalam pengasuh

dan merawat bayi mereka.


BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pengetahuan tentang perawatan bayi pada ibu yang menikah usia dini

diwilayah kerja puskesmas Beru banyak paling berpengetahuan baik.

2. Parenting self efficacy ibu yang menikah usia dini paling banyak berada

pada kategori baik.

3. Ada hubungan antara pengetahuan tentang perawatan bayi

denganparenting self efficacy pada ibu yang menikah usia dini di wilayah

kerja puskesmas Beru.

B. Saran

1. Bagi ibu yang menikah di usia dini

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dorongan

terhadap ibu yang menikah usia dini dalam hal perawatan bayi serta dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka dalam merawat

bayi.

2. Bagi Institusi Kesehatan (Puskesmas)

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada tenaga

kesehatan, khususnya perawat diharapkan mampu meningkatkan peran

dan fungsinya sebagai edukator, konselor dan advokator untuk

meningkatkan kehidupan ibu yang menikah diusia dini. hal ini juga

60
61

diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup ibu yang menikah usia dini

melalui praktek keperawatan baik di ranah klinis maupun komunitas.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan entang perawatan bayi serta menjadi penerapan

ilmu yang sudah dipelajari semasa kuliah


DAFTAR PUSTAKA

Ardy, N., 2016. Bina karakter anak usia dini: Panduan orang tua dan guru dalam
membentuk kemandirian dan kedisiplinan anak usia dini.
Ardi, N. B., Pratiwi, R. D., & Umamah, R. 2021. Hubungan Parenting Self
Efficacy (Pse) Dengan Pola Asuh Pada Anak Usia Toddler Di Desa Onyam
Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten Tangerang. THE JOURNAL OF
Mother and Child Health Concerns, 1(1), 41-54.
Anderson, J.R., 1993. Problem solving and learning.American psychologist, 48(1),
p.35.
Baumand dalam Donnely 2015, teory of parenting style. Globalpost-International
News, Redrieved Desember 15 desember 2013 from Everyday Globalsport.
com/Baurid-theory-parenting.study6147
Budiman, R.A., 2013. Kapita selekta kuesioner: pengetahuan dan sikap dalam
penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2013, pp.P4-8.
Coleman, J.S., 1988. Social capital in the creation of human capital.American
journal of sociology, 94, pp.S95-S120.
Coleman, P. K., & Karraker, K. H. 2003.Maternal self‐efficacy beliefs,
competence in parenting, and toddlers' behavior and developmental
status. Infant Mental Health Journal: Official Publication of The World
Association for Infant Mental Health, 24(2), 126-148.
Coleman, P.K. and Karraker, K.H., 2000. Parenting self‐efficacy among mothers
of school‐age children: Conceptualization, measurement, and
correlates.Family relations, 49(1), pp.13-24.
Donnelly, F.C., Mueller, S.S. and Gallahue, D.L., 2016. Developmental physical
education for all children: theory into practice. Human Kinetics. Gilmore,
L. and Cuskelly, M., 2009. Factor structure of the parenting sense of
competence scale using a normative sample. Child: care, health and
development, 35(1), pp.48-55.
Gilmore, L. and Cuskelly, M., 2009. Factor structure of the parenting sense of
competence scale using a normative sample. Child: care, health and
development, 35(1), pp.48-55.
Gyesaw, N.Y.K. and Ankomah, A., 2013. Experiences of pregnancy and
motherhood among teenage mothers in a suburb of Accra, Ghana: a
qualitative study. International journal of women's health, 5, p.773.
Hadiono, A.F., 2018. Pernikahan Dini dalam Perspektif Psikologi
Komunikasi.Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan
Pemikiran Hukum Islam, 9(2), pp.385-397.
Nedra, W., Soedjatmiko, S. and Firmansyah, A., 2016.Kesiapan Fisik dan
Pengetahuan Remaja Perempuan Sebagai Calon Ibu dalam Membina
Tumbuh Kembang Balita dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Sari
Pediatri, 8(3), pp.209-17..Metode penelitian kesehatan paradigma
kuantitatif.Health Books Publishing.
Hariyawanti, E.Y., Sulaiman, L. and Setiawan, S., 2020. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Melalui Klinik VCT Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang
HIV/AIDS Di Kecamatan Aikmel Lombok Timur.JISIP (Jurnal Ilmu Sosial
dan Pendidikan), 4(4).
Hardyanti, S. 2017. Parenting Self-efficacy Ayah Pada Nuclear dan Extended
Family (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Hidayat, A.A., 2015. Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif. Health
Books Publishing
Jean Alfredo Neon, Kupang, NTT Online Now.com 2018

Kartini. M. 2016. kuesioner untuk mengukur parenting self self efficacy pada ibu
yang memiliki anak usia infan, maternal self efficacy scale.

Kumalasari, I. and Andhyantoro, I., 2012. Kesehatan reproduksi untuk mahasiswa


kebidanan dan keperawatan.Gilmore, L. and Cuskelly, M., 2009

Kohn dalam Tarmuji, 2011. Problem solving and learning.American Psychologist


Notoatmodjo, S. 2014 Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika
Rahmawati, R. A., & Ratnaningsih, I. Z. 2020. Hubungan antara parenting self-
efficacy dan konflik pekerjaan-keluarga pada ibu bekerja yang memiliki
anak usia sekolah dasar di pt.“x” cirebon. Empati, 7(2), 582-590.
Redjeki, R.D.S.S., Hestiyana, N. and Herusanti, R., 2016. Faktor-Faktor Penyebab
Pernikahan Dini Di Kecamatan Hampang Kabupaten Kotabaru. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 7(2), pp.30-42.
Santrock, 2013, Adolercence Perkembangan Remaja :Eirlangga Jakarta

Saputro, K.Z., 2018. Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja.
Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17(1), pp.25-32
Soraya, D. 2018. Dampak pernikahan usia dini: analisis feminis pada pernikahan
anak perempuan di Desa Cibunar Kecamatan Cibatu Kabupaten
Garut (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV
SMART, 2016.Pencegahan Pernikahan Usi Dini. https://dutasmart. wordpress.
com/ pencegahan-pernikahan-dini/. Diakses pada tanggal 05 Juli 2021.

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Undang-undang Nomor 16,


Tahun 2019.

Undesa, 2016.Pernikahan Dini, dan perceraian (studi kasus pada masyarakat


Minang di Jorong Mawar, Nagari Labuak Jantan, Lintau Buo Utara,
Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatra Barat).

Wolke, D., Jaekel, J., Hall, J. and Baumann, N., 2013. Effects of sensitive
parenting on the academic resilience of very preterm and very low birth
weight adolescents. Journal of Adolescent Health, 53(5), pp.642-647.
Yuliana, E., 2017. Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Makanan yang Sehat dan
Bergizi Terhadap Pemilihan Jajanan di Sekolah (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi Dengan


Parenting Self Efficacy Pada Ibu Yang Menikah Usia
Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Beru

Penyusun : Andrianus Ferdinandus Nay

Pembimbing I : Yosefina Nelista, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Pembimbing II : Aryanto Ayupir, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian ini sebagai
responden dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti, sebelumnya
telah dijelaskan kepada saya tentang maksud tujuan penelitian ini dan saya
mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan data dan informasi yang saya berikan
bila pertanyaan yang diajukan menimbulkan ketidanknyamanan bagi saya.
Peneliti akan menghentikan pengumpulan data ini dan saya berhak untuk
mengundurkan diri.

Demikian secara sadar dan suka rela tidak ada unsur paksaan dari
manapun, saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani
lembar persetujuan ini.

Maumere,

Responden

(………………………………)
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth.

Bapak/Ibu/Sdr

Di Kelurahan Beru

Saya mahasiswa program studi SI Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu


kesehatan Universitas Nusa Nipa Maumere:

Nama : Andrianus Ferdinandus Nay

Nim : 01170025

Semester : IX

Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan tentang


keperawatan anak dengan parenting self efficacy pada pasangan yang menikah di
usia dini”. Untuk itu saya harap kesediaan Bapak/Ibu/Sdr. Untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya minta kesediaan untuk mengisi
kuesioner dengan sejujurnya dan apa adanya. Demikian permohonan saya atas
kesediaan dan bantuan serta kerja sama dari Bapak/Ibu/Sdr saya ucapkan banyak
terima kasih.

Maumere

Hormat saya

Andrianus Ferdinadus Nay


Nim 011170025
Pengetahuan Tentang Skala Pengasuhan Anak Yang Efektif

Silahkan baca setiap pertanyaan nerikut dengan cermat dan lingkari jawaban yang

anda anggap akan menjadi tindakan yang paling effektif bagi orang tua untuk

mengambil. Harap hanya lingkari satu jawaban untuk setiap pertanyaan.

1. Untuk memastikan bahwa balita aman dan terlindung, mana dari berikut

ini yang paling sedikit strategi yang efektif untuk dilakukan orang tua.

a) pastikan mereka tau dimana anak mereka dan apa yang mereka lakukan

setiap saat

b) pasang perangkat keselamatan anak, seperti penutup power point

c) tunjukan pada mereka apa yang bisa dan tidak bisa mereka sentuh.

d) jauhkan barang berharga dan rapuh dari jangkauan

2. Lingkungan yang memfasilitasi perminan mandiri anak adalah

lingkungan dimana

a. ada banyak hal yang menyenangkan dan menarik untuk dilakukan

b. orang tua menyiapkan kegiatan tersektruktur

c. orang tua banyak menghabiskan waktu bermain dengan anak

d. anak diharapkan bermain secara mandiri

3. Saat mendisiplikan seorang anak, penting bagi orang tua untuk

a) konsisten dalam reaksi mereka terhadap perilaku buruk anak mereka

b) pastikan anak mereka merasa sedikit sakit atau tidak nyaman sehingga

mereka akan mengingat apa yang mereka berbuat salah


c) berbicara dengan tegas kepada anak mereka sehingga mereka tau siapa

bosnya, dan bahwa mereka serius

d) mendorong anak untuk mengungkapkan perasan negative atau marahnya

secara terbuka

4. Ketika seorang anak mendekati orang tua yang sibuk untuk berbicara,

atau menunjukan sesuatu kepada mereka, yang terbaik adalah orang tua

a. orang tua mengatakan, “Mummy sibuk, pergi dan tanyakan ayah.”

b. memberitahu anak untuk menunggu

c. .menghabiskan setidaknya 30 menit sehati dalam kegiatan pilihan anak

d. memberikan perhatian penuh kepada anak, memberikan bantuan yang

mereka butuhkan secara singkat dan mendorong mereka untuk

melanjutkan minat mereka saat ini

5. Mengasuh anak kurang stress ketika

a. orang tua berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih baik dari orang tua

mereka sendiri

b. orang tua mengharapka bahwa anak-anak kadang-kadang akan melanggar

aturan dan tidak melakukan apa yang diminta

c. terlalu banyak aturan dalam hidup,biarkan anak-anak menjadi anak-anak

d. orang tua mengharapkan anaknya selalu melakukan apa yang

diperintahkan

6. Agar sukses menjadi orang tua, orang tua harus

a. ikuti kelas manajemen atau relaksasi

b. menghabiskan seluruh waktu luang nmereka dengan anak-anak mereka


c. kurang bergantung atau bergantung pada teman yang membantu

d. jagalah kebutuhan mereka sendiri dan dan istirahatlah sesekali dari anak-

anak

7. Semua anak dilahirkan dengan temperamen tertentu, yang sebagian

diwarisi darinya orang tua, ini berarti bahwa

a. tidak ada yang bisa dilakukan orang tua untuk mengubah perilaku anak

mereka-begitulah anak adalah

b. salah satu orang tua mungkin bertanggung jawab atas masalh dengan anak

mereka- jika mereka sama sebagai seorang anak

c. jika seorang anak memiliki temperamen yang sulit membuat pekerjaan

orang tua lebih sulit, tetapi bagaimana anak mereka? mengangkat masalah

d. temperamen tidak penting, karena lingkungan adalah hal yang benar-benar

membuat perbedaan

8. Selama perjalanan belanja di took kelontong, Jacob meminta ibunya

untuk membelikan mainan. dia mengatakan tidak hari ini. dia protes,

memeohon padanya untuk membeli mainan. dia mengatakan tidak lagi

dan dia mulai menangis kemudian berteriak keras melemparkan dirinya

ke lantai. yakob lebih mungkin untuk membuat ulah dimasa depan saat

berbelanja dengan ibunya jika dia.

a. membelikan mainan untunya, dan berkata “sesekali ini saja”.

b. memberitahu dia untuk menghentikan kebisingan

c. mengabaikan perilaku sesungguhnya


d. mengingatkan dia tentang aturan tentang tidak membeli apapun hari ini dan

menolak untuk memberikannya tuntutan

9. Seorang ayah meminta anaknya untuk mematikan TV dan bersiap-siap

utuk mandi. dia dengan keras menolak mengatakan “tidak. ini adalah

iklan favorit saya”. dia bertanya lagi dengan suara terangkat. dia

meletakan tangannya di atas telinganya. sang ayah kemudian menjadi

kesal, berteriak keras kepadanya, dan mengancam melarangnya untuk

menonton TV selama sisa minggu ini. dia kemudian melakukan apa

adanyan mengatakan tetapi dengan wajah masam. pelajaran apa yang

kemungkinan besar akan dipelajari ayah dalam dituasi ini?

a) TV mau tidak mau menimbulkan konflik dengan anak-anak

b) penting untuk meneriaki dan mengancam anak-anak sebelum mereka

bekerja sama

c) ketika anak-anak tidak melakukan apa yang diperintahkan, mereka hanya

menegaskan kemandirian mereka.

d) jangan membuat keributan, biarkan mereka terus menonton TV

10. Seorang gadis berusia 7 tahun cenderung membentak dan meneriaki

adiknya, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. dia kemungkinan

besar telah mempelajari ini dengan.

a. melihat karakter dari acara TV favoritnya saling berteriak

b. mendengar musuk keras, yang mungkin mempengaruhi pendengarannya

c. mendengarkan orang tuanya meninggikan suaranya, ketika dia tidak

mengerjakan tugas atau melakukan apa dia beritahu


d. ini mungkin hanya bagian dari sifatnya

11. Seorang anak melompat di sofa, ibunya ingin dia berhenti. pendekatan

mana yang akan menjadi yang paling efektif

a. memberitahu dia untuk berhenti melompat pada pelatih dan melompat

keluar jika dia ingin melompat

b. mengatakan sarah “jangan Konyol”.

c. menjelaskan padanya lagi, mengapa melompat di sofa itu berbahayab

d. memintanya untuk menjelaskan mengapa dia ingin merusak sofa

12. Seorang anak berusia 3 tahun dan 2 tahun telah mengacaukan semua

mainan mereka. ada mainan dimana pun. apa pendekatan yang paling

efektif untuk dilakukan ayah mereka

a. beritahu mereka untuk berhenti bermain dan kemasi semua mainan

b. kirim mereka ke waktu istirahat karena membuat kekacauan

c. mengaturnya diaktivitas lain dan kemudian dia membersikan kekacauan

itu sendiri

d. d.bantu mereka mulai dengan meminta mereka untuk mengambil suatu

hal masing-masing

13. Jika orang tua berselisih tentang sesuatu, labih baik bagi anak-anak

mereka jika mereka

a) berusaha menjaga perdamaian dan menghindari segala bentuk perselisihan

di depan mereka

b) tetap tenang tapi tunjukan pada mereka bahwa perbedaan pendapat itu baik

dan dapat diselasaikan


c) tanyakan kepada anak mereka apa pendapat mereka tentang

ketidaksepakatan tersebut

d) saling member tahu persis apa yang mereka pikirkan bahkan jika mereka

benar-benar marah karena anak-anaknnya untuk belajar bagaiman

mengatasi konflik

14. Hari ini sabtu pagi dan seorang ibu sedang menyetrika. putranya berusia

3 tahun datang untuk menunjukan padanya sesuatu. apa cara terbaik

baginya untuk merespon

a. katakan padanya dia sedang sibuk dan tidak mengganggu

b. abaikan interupsinya

c. hentikan apa yang dilakukan, berikan perhatian, dan lanjutkan menyetrika.

d. katakan padanya bahwa dia akan melihat setelah selasai menyetrika

15. Seorang ayah sedang dalam perjalanan pulang setelah menjemput kedua

anaknya dari sekolah. dia adlah sebelumnya memiliki maslah terganggu

oleh anak-anak yang berdebat dengan berisik di kursi belakang. untuk

mencegah hal ini terjadi, akan lebih efektif baginya untuk

a) putar radio/CD dengan keras u tuk meredam suara anak di kursi belakang

b) beriaplah untuk terus member tahu mereka agar tidak berisik, karena dia

tidak bisa konsentrasi

c) beritahu mereka sesuatu yang menarik tentang harinya, dan minta mereka

untu menceritakan sesuatu yang terjadi di sekolah hari ini

d) terima saja bahwa mengemudi dengan anak bisa jadi sulit


16. Ketika Anak menerima banyak pelukan ddan perlakuan dari orang tua

mereka

a. menjadi miskin dan tergantung

b. merasa dicintai aman, dan diinginkan

c. meras lebih sulit untuk berpisah dari orang tua mereka

d. lebih cenderung, menjadi tertarik pada lawan jenis lebih awal

17. Damian 7 tahun, baru saja membuat gedung tinggi dari balok kayu,

sementara miliknya ibunya sedang menelpon. apa cara terbaik baginya

untuk menunjukan minatnya dan persetujuan untuk mendorong perilaku

ini?

a) katakann “kelihatanya menarik. bukankah kamu sudah melakukannya

dengan baik”.

b) tidak mengatakan apa-apa. memuji anak- anaknya membuat mereka egois

c) awasi dia sebentar dan tunggu sampai dia mengatakan sesuatu tentang

ciptaannya

d) d.Katakan “Terimah kasih telah bermain sendiri saat saya sedang

menelpon. ceritakan tentang apa/ telah anda buat.

18. Seseorang anak beruisa 10 tahun telah berjuang dengan mengikuti

aturan dan melakukan apa yang diminta pelatih pada latihan sepak

bola. ayahnya telah mendiskusikan hal ini dengannya dan membuat

rencana untuk menangani masalah. pada sesi latihan berikutnya,sang

ayah melihat putranyasedang melakukan pekerjaan yang baik

mengikuti aturan dan berpegang teguh pada rencana yang mereka


sepakati. apakah cara terbaik bagi ayah untuk menunjukan bahwa dia

senang.

a) belikan anaknya mainan baru karena begitu bagus

b) biarkan putranya tau betapa hebatnya pekerjaan yang dia lakukan, dan

batapa bangganya dia padanya, di depan anak-anak lain.

c) beri dia senyuman dan acungan jempol ketika anaknya melihat ke

arahnya

d) beritahu orang tua dan duduk di sebelahnyatentang betapa hebat perilaku

putranya.

19. Jika orang tua menggunakan sistim penghargaan seperti perilaku yang

baik atau grafik wajah “tersenyum”, untuk mendorong perilaku yang

diinginkan, itu akan bekerja paling baik ketika:

a) orang tua menggabungkan stiker dengan pujian atau bentuk perhatian

positif lainya.

b) stiker dihapus secara konsistenkarena perilaku tidak pantas

c) stiker jarang diberikan sejak awal, kemudian lebih sering setelah anak

mempelajari perilaku baru.

d) stiker hanya diberikan saat anak meminta

20. Seorang ibu akan membawa dua anaknya Carmel 5 tahun dan Steven 8

tahun mengunjungi adiknya di rumahnya. dia ingin mereka ingat

beberapa aturan sederhana tentang akan mengunjungi. apa yang harus

dia katakan untuk memperkenalkanaturan berkunjung yang paling

efektif
a) “sekarang dengan di sini kalian anak-anak. kamu benar-benar nakal terakir

kami mengunjungi tempat Alice, hari ini berada di perilaku terbaik anda.

Baik?”

b) “ saya ingin anda mengingat 3 halketika kita berkunjung hari ini:”Lakukan

apa yang di perintahkan menggunakan suara dalam (tidak berteriak). dan

langsung ikut dengan saya ketika saya mengatakan sudah waktunya untuk

pergi. Apakah itu adil? jadi apa yang harus kamu ingat?”

c) “Carmel dan Steven, saya ingin berbicara dengan anda tergantung apa

yang akan terjadi hari ini. Kita akan mengunjungi Bibi Alice dan saya

ingin anda mengingat sopan santun anda. OKE?”

d) “Apakah kamu siap? sudah waktunya untuk pergi.”

21. Seorang ayah ingi anaknya datang ke meja makan. Apa yang harus dia

katakan?

a) makan malam anda sudah siap

b) sudah waktunya untuk makan malam. pergi dan cuci tanganmu. Lalu

naik ke meja.

c) Berhentilah bermain dengan mainanmu. Waktunya makan malam

d) Mengapa mkamu berjalan sangat lambat? aku bilang makan malammu

sudah siap.
22.Seorang ibu sedang sibuk membuat makan malam setelah pulang kerja

dan menjemput anaknya berumur 4 tahun usia prasekolah. saat bermain,

anak membuat suara-suara konyol. Apa yang akan menjaadi paling?

pendekatan yang efektif bagi ibu untuk mengambil?

a) Buat suara yang sama untuk menunjukan kepada putrinya betapa

konyolnya dia terdengar

b) kirim putrinya ke kamar sampai makan malam siap

c) Abaikan kebisingan dan pujilah dia saat dia bermain dengan benar

d) Sambil trus membuat makan malam, jelaskan kepada anaknya bahwa

tidak sopan membuat keributan, dan itu dia ingin dia bermain dengan

tenang

23. Seorang anak berusia 6 tahun menolak untuk menyiapkan mainannya

ketika ibunya memintanya, dan ketika dia mengulangi instruksinya, anak

itu mulai berteriak dan mulai melempar mainan di sekitar ruangan. Apa

yang harus ibu lakukan ?

a) Beri dia Pukulan di bagian bawah, dan beri tanu dia bahwa tidak akan

ada makanan penutup mala mini.

b) kemasi mainan itu sendiri, tapi beri tahu anaknya bahwa dia tidak akan

bisa bermain dngannya untuk sisa minggu ini

c) beri anak pelukakan untuk membantu menenangkan dan kemudian

membantu untuk menepak mainan


d) Ajak anaknya untuk time outdan tunggu sampai dia (anak) sudah tenang

sebelum membiarkan keluar dan menyatakan kembali instruksi untuk

menyimpan mainan

24. Seorang ayah telah menidurkan anaknya: dia pernah ke kamar mandi,

minum air dan cerita, dan dia mengucapkan selamat malam. Anak itu

kemudian datang ke aulah dan berkata, Saya tidak mengantuk. Aku

ingin bermain dengan mainanku. Apa pendekatan yang paling palu=ing

efektif untuk ayah untuk mengambil dalam situasi ini ?

a. Biarkan anak mengambil mainanya dan begadang lebih lama

b. Ingatkan dia tentang aturan waku tidur dan dia kembali ke tempat tidur

c. Abaikan dia dan lanjutjan apa yang dia lakukan

d. Pergi dengan dia kembali ke tempat tidurnya dan tinggal untuk

menenangkan dan menenangkan untuk ridur

25. Ini 30 menit sebelum waktu makan malam, dan seorang anak meminta

kue kepadan ibunya. Dia berkata, makan malam akan segera siap. Anda

harus menunggu.Anak menjadi kesal dan mulai menangis.Dia

mengatakan tidak lagi.Tangisan berlanjut dan anak itu menjatuhkan diri

ke lantai teriakan. Apa yang harus ibu lakukan?

a) Turunkan setinggi mata anaknya, dan katakan sayang, kamu pasti sangat

sedih

b) Dapatkan perhatian anaknya, katakana padanya untuk berhenti berteriak,

dan ingatkan dia tentang aturan dasar (tentang tidak permen sebelum

makan malam)
c) c.katakan kaamu boleh minta satu saja, tapi jangan minta lagi. Kemudian

beri anak kue

d) Gunakan ini sebagai kesemetan untuk berbiara dengan anaknya tentang

makan terlalu banyak terlalu banyak gula dan bahayanya menjadi gemuk,

kerusakan gigi, dan memanjakan selera makan malamnya

26. Seorang anak berusia 3 tahun menarik seekor anak kucing untuk ke tiga

kalinya di pagi hari. Apa yang paling efektif bagi orang tua untuk

merespon?

a) mengancam akan mengembalikan anak kucing tersebut ke took asalnya

b) abaikan perilaku dan berharap anak kucing itu akan mmemberi

pelajaran kepada anak itu

c) menarik perhatian anak. beri tahu mereka untuk berhenti menarik ekor

kucing,dan tunjukan caranya membelai anak kucing dengan lembut

d) Jelaskan kepada anak mereka mengapa penting untuk tidak menyakiti

hewan

27. Seorang anak berusia 2 setengan tahun mendekati ayahnya untuk

menunjukan kepadanya gambar yang dia lukis seorang binatang. Dalam

situasi ini, apa yang bisa ayah katakana kepada anaknya untuk

membantunya belajar baru sesuatu

a) Ya, itu kuda. Ini kuda hebat yang anda gambar

b) Bisakah kamu menggambar binatang lain untuk ayah

c) Itu seperti kuda-kuda yang kita lihat di akir pekan. Dapatkah kau inat itu
d) Itu kuda yang hebat, suara apa yang dibuat kuda? dan apa yang di makan

kuda

28 Seorang anak laki- laki berusia 4 tahun telah memukul adiknya saat

mereka bermain bersama.Miliknya ibu memintanya untuk berhenti

memukul saudaranya, dan ketika dia terus memukuil, dia membawanya

untuk waktu habis.Saat dia dalam time-out dia harus.

a) Tunggu jeda dalam keluhannya dan ingatkan dia bahwa dia perlu diam

sebelum dia bisa keluar

b) Tunggu setelah 30 detik lalu pergi ke dia dan bantu dia tenang

c) Biarkan dia keluar dan beri tahu dia bahwa dia tidak akan diizinkan

menonton TV mala mini

d) Abaikan keluhan apapun agar tunggu sampai dia diam selama beberapa

waktu sebelum membiarkannya keluar.

Kutipan :

Musim dingin, L., Morawska, A.,& Sandrs, M, (2012). Pengetahuan tentang skala

pengasuhan yang efektif (KEPS): Alat pendekatan kesehatan masyarakan untuk

program pengasuhan anak universal. Jurnal Permata Pencegahan, 33(2-3, 85-

97.doi: 10.1007/s1935-012-0268-x
IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ( Inisial)

UsiaIbu :

Pendidikan : SD SMP SMA PT

Pekerjaan :

UsiaAnak :…………Bulan

Agama : Islam Katolik Kristen

JenisKelaminAnak : Laki-laki Perempuan

Tinggal : Bersama orang tua Sendiri

Anda akan diberi beberapa pertanyaan tentang diri anda dan bayi anda.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi umum tentang bagaimana
anda biasanya mengatasi situasi yang berbeda dengan bayi anda. Diketahui
bahwa tidak seorang pun yang selalu efektif. Kita semua melakukan lebih baik
dalam beberapa situasi darip ada dalam situasi yang lain. Sehingga anda akan di
minta untuk memikirkan tentang beberapa situasi yang dihadapi ibu dari bayi.

A. Instrumen penelitian Parenting Self Efficacy


1. Ketika Bayi Anda kesal, rewel, atau menangis, seberapa baik anda dalam
menenangkan dia?
1 2 4
3
Tidak baik sama Tidak cukup Sangat baik
Cukup Baik
sekali baik
2. Seberapa baik anda memahami apa yang bayi anda inginkan atau perlukan?
Misalnya, apakah anda tau kapan bayi anda perlu diganti bajunya atau ingin di
beri makan?

4
2 Saya
1 3
Saya kadang- memahami
Saya tidak Saya sering
kadang bayi saya
memami bayi memahami bayi
memahami bayi hampir setiap
saya dengan baik saya
saya saat selalu

3. Seberapa baik anda dalam membuat bayi anda memahami apa yang anda ingin
dialakukan? Misalnya, jika anda ingin bayi anda makan atau bermain dengan
tenang, seberapa baik anda dalam membuat dia melakukan hal itu?
1 2 4
3
Tidak baik sama Tidak cukup Sangat baik
Cukup Baik
sekali baik

4. Seberapa baik anda dalam menyuruh bayi anda untuk memperhatikan anda?
Misalnya, ketika anda ingin bayi anda melihat anda, seberapa baik anda dalam
membuat dia melakukannya?
1 2 3 4
Tidak baik sama Tidak cukup Cukup Baik Sangat baik
sekali baik

5. Seberapa baik anda dalam membuat bayi anda bersenang-senang dengan anda?
Misalnya, seberapa baik anda pada membuat bayi anda tersenyum dan tertawa
dengan anda?
1 2 4
3
Tidak baik sama Tidak cukup Sangat baik
Cukup Baik
sekali baik
6. Seberapa baik anda dalam mengetahui kegiatan apa yang bayi anda akan
nikmati? Misalnya, seberapa baik anda dalam mengetahui permainan dan
mainan apa yang bayi anda akan ingin mainkan dengan anda?
1 2 4
3
Tidak baik sama Tidak cukup Sangat baik
Cukup Baik
sekali baik

7. Seberapa baik anda memberikan kesibukan pada bayi anda ketika anda harus
melakukan pekerjaan rumah tangga? Misalnya, seberapa baik anda dalam
menemukan sesuatu untuk bayi anda lakukan ketika anda harus mencuci
piring?
1 2 4
3
Tidak baik sama Tidak cukup Sangat baik
Cukup Baik
sekali baik

8. Menurut anda seberapa baik anda dalam member makan, mengganti baju, dan
memandikan bayi anda.
1 2 3 4
Tidak baik sama Tidak cukup Cukup Baik Sangat baik
sekali baik

9. Seberapa baik anda dalam menyuruh bayi anda untuk beraksi bagi orang yang
berkunjung? Misalnya, seberapa baik anda dalam membuat bayi anda
tersenyum atau tertawa bagi orang-orang berkunjung?
1 2 4
3
Tidak baik sama Tidak cukup Sangat baik
Cukup Baik
sekali baik

10. Secara umum, menurut anda seberapa baik anda sebagai seorang ibu dengan
bayi anda
1 2 4
3
Tidak baik sama Tidak cukup Sangat baik
Cukup Baik
sekali baik
B. Instrumen Pengetahuan
Isilah semua pertanyaan, dengan cara memberikan tanda silang (x) pada
salah satu jawaban yang akan sesuai dengan diri ibu (a, b, atu c). Ibu tidak perlu
member tahukan jawaban itu kepada orang lain atau meniru jawaban orang lain,
karena setiap individu bisa memiliki jawaban yang berbeda, isilah yang menurut
ibu benar.

1. Anak kecil belajar akan lebih banyak dengan cara …


A. Mencoba hal-hal baru dan meniru orang lain
B. Menyuruh anak melakukannya
C. Melarang anak melakukannya
2. Kapan sebaiknya orang tua perlu mulai berbicara atau mengajak bicara atau
mengajak bicara anak/ bayinya?
A. Saat anak berusia 2 tahun
B. Saat anak masuk sekolah dasar
C. Sejak lahir, meskipun bayi belum bisa bicara
3. Berikut ini adalah pernyataan yang benar tentang cara bayi (usia 0-1 tahun)
berkomunikasi, yaitu
A. Bayi yang bisa menangis
B. Selain menangis, bayi bisa bergerak-gerak dan mencari puting susu ibu saat
lapar
C. Bayi bisa berbicara dengan jelas
4. Pernyataan yang benar mengenai kemampuan bayi saat dia lahir adalah
A. Bayi bisa mendengar saat dia lahir
B. Bayi belum bisa melihat saat dialahir
C. Bayi bisa berbicara saat lahir
5. Ketika anak memasukan sesuatu (bukan makanan) kedalam mulutnya, maka
reaksi kita sebagai orang tua yang tepat adalah
A. Memarahi anak
B. Mengambil dan menjauhkan barang tersebut
C. Memastikan bahwa barang tersebut bersih dan aman
6. Berikut ini pernyataan yang salah mengenai alasan mengapa anak menjatuhkan
barang mainannya adalah
A. Karena tidak sengaja
B. Hanya untuk mengganggu orang tua
C. Anak ingin tahu bagaimana suara barang bila jatuh
7. Berikut ini adalah pernyataan yang benar mengenai bermain pada bayi/ anak,
yaitu
A. Anak akan mulai bermain ketika dia cukup usianya untuk bermain dengan
anak-anak lain
B. Orang tua atau pengasuh bisa mengajak bayi bermain sejak lahir dengan
sentuhan, menggerahkan benda untuk menarik perhatian
C. Bayi/ anak tidak bisa belajar bila dia bermain
8. Lingkungan yang bisa membantu anak untuk dapat bermaina dalah
A. Ada banyak hal-hal menarik dan menyenangkan yang bisa dilakukan anak
B. Orang tua mengatur aktivitas terjadwal
C. Membiarkan anak bermain sendiri
9. Berikut ini adalah pernyataan yang tepat mengenai benda-benda yang bisa
menjadi anak bermain anak yaitu
A. Anak-anak bisa belajar dengan cara bermain dengan piring, sendok, dan
mangkok
B. Anak harus diberikan mainan dari toko
C. Anak laki-laki harus bermain mobil-mobilan, sedangkan anak perempuan
harus bermain boneka
10. Saat melatih anak untuk disiplin ,sangat penting bahwa orang tua
A. Memastikan bahwa anak merasakan sedikit sakit atau tidak nyaman atau
menangis sehingga anak akan ingat ketika mereka bersalah
B. Berbicara dengan tegas supaya anak tau bahwa orang tualah yang menjadi
bos
C. Konsisten dengan reaksi mereka terhadap perilaku anak
11. Kapan waktu pemberian makanan pendamping asi (mp-asi) yang paling tepat
A. Dapat diberikan setelah bayi lahir
B. Setelah bayi berusia 6 bulan
C.diberikan setelah bayi berusia 1 tahun
12. Orang tua banyak memberikan ciuman dan pelukan kepada anak, maka
A. Anak menjadi semakin sulit berpisah dengan orang tua
B. Anak menjadi sangat tergantung terhadap orang tua
C. Anak merasa dicintai, aman dan diinginkan
13. Pernyataan yang benar berkaitan dengan kepercayaan dari ibu sebagai orang
tua, adalah
A. Seorang ibu dapat melakukan peranya sebagai ibu dengan lebih baik
ketika merasa percaya diri bahwa dia bisa merawat bayinya
B. Seorang ibu tidak dapat melakukan peranya sebagai seorang ibu dengan
lebih baik meskipun diapercaya diri bahwa dia bisa merawat bayinya

C. Kepercayaan diri ibu tidak berkaitan dengan kemampuan ibu dalam


melakukan perannya sebagai seorang ibu yang merawat bayinya

14. Mengasuh anak menjadi tidak begitu sulit dan tidak akan menimbulkan stress
bila..
A. Orang tua berusaha keras untu kmenjadi orang tua yang lebih baik dari
pada orang tua mereka sendiri
B. Orang tua menyadari bahwa sesekali anak akan berperilaku yang tidak kita
harapkan
C. Orang tua mengarapkan bahwa anak harus selalu melakukan apa yang
diktakan oleh orang tua

Anda mungkin juga menyukai