Anda di halaman 1dari 98

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS UJONG RIMBA
KABUPATEN PIDIE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Melaksanakan Tugas akhir

Oleh

NISRINA
NIM: 19010101

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2021

i
LEMBAR ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NISRINA

NIM : 19010101

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah hasil karya

sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk dalam penyusunan

skripsi ini saya nyatakan dengan benar telah sesuai dengan kaidah-kaidah

penulisan ilmiah.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

dapat dipertanggungjawabkan.

Sigli, November 2021


Yang membuat pernyataan

NISRINA
NIM: 19010101

ii
LEMBARAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS UJONG RIMBA
KABUPATEN PIDIE

Oleh :

NISRINA
NIM: 19010101

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Sidang Skripsi


Jurusan Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Medika Nurul Islam

Sigli, November 2021

Pembimbing

Ns. TUTI SAHARA, S. Kep., M.Kep

iii
LEMBARAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS UJONG RIMBA
KABUPATEN PIDIE

Oleh :

NISRINA
NIM: 19010101
Telah Dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam

Sigli, November 2021

Mengesahkan,

Penguji I : T. Samsul Bahri, SKP., MNSc 1. …………………

Penguji II : Ns. Susi Andriani, M.Kep 2. …………………

Pembimbing/ : Ns. Tuti Sahara, S.Kep., M.Kep 3. …………………


Penguji III

Mengetahui,
Ketua
Jurusan Ilmu Keperawatan
STIKes Medika Nurul Islam
Sekretaris

Ns. ISMUNTANIA , S.Kep., M.Kep


NIDN. 1303038901

iv
MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan,


maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
berharap (QS. Alam Nasyrah 6 – 8)

Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati


kupersembahkan skripsi ini dihadapan keluarga tercinta yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta makna dari sebuah kasih sayang
yang abadi

Kepada yang tak pernah lelah dalam memberikan dorongan dan semangat
bagi saya dalam meraih cita-cita.
Thanks 4 your Spirit

Buat kedua orang tua yang tak pernah lelah menemani setiap suka dan
duka, serta tak pernah lelah mengarungi bahtera kehidupan dan
mengajarkanku tentang kesetiaan abadi.

Serta teman-teman seperjuangan yang ku sayangi dan tak terlupakan, serta


seluruh kawan-kawan satu seperjuangan

Thank`s
Dosen pembimbing yang telah membimbing saya yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran dalam memberikan petunjuk serta saran-saran
dalam penyusunan skripsi ini. dan terimakasihku ucapkan kepada dosen-
dosenku terhormat, berkat bimbinganmu keberhasilan dapat ku raih.

~~Nisrina~~

v
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDIKA NURUL ISLAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SKRIPSI
November 2021
xiii + 6 Bab + 65 Halaman + 6 Tabel + 2 Skema + 16 Lampiran

Nisrina
19010101

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS UJONG RIMBA
KABUPATEN PIDIE

ABSTRAK

Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi beban masalah kesehatan di


Indonesia hingga saat ini. Di saat yang bersamaan Indonesia juga menghadapi
wabah corona virus (Covid-19) dan harus lebih diwaspadai oleh pasien TBC.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap
kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di
Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2021. Penelitian ini
bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 41 orang, dan yang
menjadi sampel juga 41 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah total
sampling. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 13 sampai dengan 21 Oktober
2021. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden patuh minum obat TB Paru selama masa pandemi
covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara
Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 34 responden (82,9%), mayoritas responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie
memiliki keluarga yaitu sebanyak 29 responden (70,7%), dan ada hubungan
dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama
masa pandemic covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten
Pidie (p value = 0,007 ≤ 0,05). Disarankan kepada responden agar dapat
meningkat pengetahuan dan wawasan akan pentingnya mempertahan kesehatan
pada penderita tuberkulosis.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat, Tb. Paru,


Pandemi Covid-19
Daftar Bacaan : 23 buku + 16 jurnal ilmiah (2012 – 2019)

vi
ABSTRACT

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Syukur Alhamdulillah Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana

dengan rahmat dan karunia-Nya Peneliti dapat menyelesaikan sebuah Skripsi yang

berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum

Obat Pada Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah

Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie”. Sebagai salah satu

syarat menyelesaikan Pendidikan S-1 Jurusan Ilmu Keperawatan pada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli.

Pada kesempatan ini Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

dukungannya baik moril maupun materil, terutama kepada :

1. Ibu dr. Kartika Bahri, M. Kes selaku ketua STIKes Medika Nurul Islam Sigli

2. Ibu Ns. Ismuntania , M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan S-1 Ilmu

Keperawatan STIKes Medika Nurul Islam Sigli.

3. Ibu Ns. Tuti Sahara, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan

banyak masukan dan saran selama proses bimbingan skripsi ini.

4. Bapak T. Samsul Bahri, S.Kp., MNSc selaku penguji I dan Ibu Ns. Susi

Andriani, M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran

selama berlangsungnya seminar skripsi ini.

viii
5. Kepala Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie beserta jajaran yang telah

membantu terlaksananya penulisan skripsi ini dalam hal pengambilan data,

dan selanjutnya dilanjutkan dengan penenelitian penyusunan skripsi.

6. Para Dosen dan staf Akademi Jurusan Ilmu Keperawatan yang telah

membantu dan memberikan bimbingan serta ilmu pengetahuan kepada

Peneliti selama mengikuti pendidikan pada Jurusan Ilmu Keperawatan

STIKes Medika Nurul Islam Sigli.

7. Kepada kedua orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan doa dan

semangat sehingga selesainya penulisan Skripsi ini.

8. Rekan-rekan terbaikku yang telah berjuang bersama dalam suka dan suka serta

saling memberi dukungan selama kuliah.

9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa/i Jurusan Ilmu Keperawatan pada

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli yang tidak dapat

Peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan saling

mendukung.

Peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik dalam Penulisan Skripsi

ini, namun Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari

sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari

semua pihak. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan referensi

bagi Penulisan Skripsi lainnya.

Wassalamu’ alaikum wr.wb

Sigli, Oktober 2021

Peneliti

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR ORISINALITAS ................................................................................. ii
LEMBARAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
A. Konsep Tuberculosis Paru ............................................................... 8
B. Konsep Dukungan Keluarga .......................................................... 20
C. Konsep Kepatuhan......................................................................... 32
D. Konsep Covid-19 ........................................................................... 34
E. Kerangka Teoritis .......................................................................... 39
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................................ 40
A. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 40
B. Definisi operasional ....................................................................... 41
C. Pengukuran variable ...................................................................... 41
D. Hipotesa ......................................................................................... 42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 43
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 43
B. Populasi dan Sampel...................................................................... 43
C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 43
D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 44
E. Etika Penelitian .............................................................................. 45
F. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 47
G. Pengolahan Data ............................................................................ 48
H. Analisa Data .................................................................................. 49
I. Penyajian Data ............................................................................... 51

x
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 52
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 52
B. Pembahasan ................................................................................... 56
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 59
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 61
A. Kesimpulan .................................................................................... 61
B. Saran .............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tb. Paru
Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskemas Ujong
Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. ........................ 54

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien Tb. Paru Selama
Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskemas Ujong Rimba
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. .................................... 55

Tabel 5.3 Hubungan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tb. Paru Selama
Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskemas Ujong Rimba
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie .................................... 56

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teoritis …………………………………………. 38

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……………………………... 39

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi

Lampiran 2 : Anggaran Biaya Penyusunan Skripsi

Lampiran 3 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : Surat Studi Pendahuluan dari Kampus

Lampiran 7 : Surat Telah Selesai Studi Pendahuluan

Lampiran 8 : Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 9 : Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 10 : Tabel Master

Lampiran 11 : Hasil Pengolahan Data dan Crostabb

Lampiran 12 : Lembaran Konsultasi Skripsi

Lampiran 13 : Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corona Virus 2019 (covid-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh sindrom pernapasan akut corona virus 2 (sar-CoV-2).

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada desember 2019 di Wuhan, Ibu

Kota Provinsi Hubei China, sejak itu menyebar secara global di seluruh

dunia yang mengakibatkan corona virus 2019-2020 (Davies, 2020).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendeklarasikan wabah

corona virus 2019-2020 sebagai kesehatan masyarakat darurat

internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020, dan pandemi pada 11 Maret

2020. Wabah penyakit ini begitu sangat mengguncang masyarakat dunia

hingga hampir 200 negara di dunia terjangkit virus ini termasuk Indonesia.

Berbagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 dialakukan oleh

pemerintah di negara-negara di dunia guna memutus rantai penyebaran

virus Covid-19, yang disebut dengan istilah lockdown dan social

distancing (Supriatna, 2020).

Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak pandemik

covid-19 dengan pola penyebaran yang masih menunjukkan peningkatan

dan telah berdampak keseluruh provinsi. Respon terhadap pandemik ini

mengharuskan adanya penyesuaian terhadap pelayanan program kesehatan

lainnya termasuk pelayanan TBC yang dijalankan di fasilitas pelayanan

kesehatan (Supriatna, 2020).

1
2

Penyakit tuberculosis menyerang sebagian besar kelompok usia

kerja produktif, kelompok ekonomi lemah dan pendidikan rendah, sampai

saat ini program penanggulangan tuberculosis dengan strategi Directly

Observed Treatment Shortcourse (DOTS) belum dapat menjangkau

seluruh pukesmas, rumah sakit pemerintah, swasta dan unit pelayanan

kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2017). Pengobatan tuberculosis

membutuhkan waktu panjang (6-8 bulan) untuk mencapai penyembuhan

dan dengan panduan (kombinasi) beberapa macam obat, sehingga tidak

jarang pasien berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai yang

berakibatkan pada kegagalan dalam pengobatan TBC (Asmariani, 2016).

Kementerian Kesehatan RI membentuk atau menyusun suatu

protokol tentang tatalaksana layanan penderita TBC selama masa pandemi

COVID19 teruntuk fasilitas layanan kesehatan. Protokol ini berisi tentang

sejumlah panduan terkait dengan tindakan pencegahan, manajemen dan

perencanaan, sumber daya manusia, perawatan dan pengobatan, serta

layanan laboratorium (Riskesdas, 2018).

Kepatuhan merupakan derajat dimana pasien mengikuti anjuran

klinis dari dokter yang mengobatinya. Kepatuhan adalah secara sederhana

sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum

obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk

medis (Zelika dkk, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Jaji (2018), dampak yang paling

besar dirasakan penderita TBC ditengah pandemik yaitu faktor ekonomi


3

dan psikologi. Tidak sedikit terjadinya PHK besar yang didalamnya

terdapat penderita TBC, sehingga mempengaruhi penderita dalam segi

psikologis untuk tetap semangat dalam meneruskan pengobatan.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan

keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,

tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2018).

Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dapat berupa

secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan berdampak

pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi

proses pengobatan penyakitnya (Widiastutik dkk, 2020).

Menurut WHO tahun 2018-2019 diperkirakan terdapat 14 juta

kasus tuberculosis (TBC) dimana 1,1 juta orang (13 %) diantaranya pasien

TBC dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada

diwilayah Afrika, terdapat 540.000 orang yang menderitaTuberculosis

Multi Drugs Resisten (TBMDR) dan 170.000 orang diantaranya

meninggal dunia (Kemenkes RI, 2019). Secara epidemiologi, menurut

WHO terdapat 10-12 juta penderita TBC yang mempunyai kemampuan

menularkan dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan

keadaan tersebut terdapat di Negara berkembang dengan sosail ekonomi

rendah termasuk Indonesia (Amin, 2016).


4

Penyakit tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat tahun 2016, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di

Indonesia menunjukkan bahwa penyakit tuberculosis merupakan penyebab

kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernafasan pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari golongan

penyakit infeksi (Astuti, 2016).

Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi beban masalah

kesehatan di Indonesia hingga saat ini. Di saat yang bersamaan Indonesia

juga menghadapi wabah corona virus (Covid-19) dan harus lebih

diwaspadai oleh pasien TBC. Kedua penyakit ini adalah pandemi

pernapasan yang menular melalui droplet (percikan), menyerang rentang

usia yang luas seperti di antaranya orang lanjut usia dan orang yang

memiliki kondisi kesehatan khusus seperti mereka yang memiliki

gangguan kronis pada paru, bahkan pada anak-anak. Beberapa gejala TBC

seperti batuk, demam, dan merasa lemas juga dialami pasien COVID-19,

sehingga jika penderita TBC ikut tertular Covid-19, maka akan semakin

membahayakan bagai penderinya (Susilo dkk, 2020).

Tuberculosis masih merupakan masalah masyarakat diprovinsi

Aceh, dilihat dari indiktor program penemuan kasus baru (CDR) 55%

masih dibawah target yaitu 60%. Angka konversi 81,10% target 80%

kesembuhan 80,7% dari target 85% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data profil kesehatan Aceh pada tahun 2020 jumlah

penderita TBC sebanyak 8.647 jiwa dengan angka kesembuhan 85,00%.


5

Sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 8.471. berdasarkan data tersebut

penderita tuberculosis mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Dinkes

Aceh, 2020).

Berdasarkan pengambilan data awal dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Pidie, bahwa jumlah penderita Tuberculosis di Kabupaten

Pidie sebanyak 595 orang, yang tersebar di 26 Puskesmas dan 5 Rumah

Sakit, untuk Puskesmas Ujong Rimba sebanyak 41 orang yang menderita

Tuberculosis Paru (Dinkes Pidie, 2021).

Wawancara awal yang peneliti lakukan terhadap tiga orang

keluarga yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba dan anggota

keluarganya menderita TBC serta saat ini sedang menjalani proses

pengobatan, peneliti menanyakan dukungan mereka terhadap pengobatan

kepada pasien TBC, semua responden mengatakan bahwa mendukung

sepenuhnya pengobatan pasien TBC, seperti mengingatkan waktu berobat,

mengantar ke tempat berobat dan membuat rujukan apabila di perlukan,

tetapi dari segi pasien Tb. Paru sendiri kadang-kadang merasa enggan dan

tersinggung apabila di ingatkan untuk berobat, karena takut di kira

menderita Covid-19.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa

Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba

Kabupaten Pidie”
6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka

yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah apakah ada hubungan

dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru

selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong

Rimba Kabupaten Pidie?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi

Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie

2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dukungan informasional yang diberikan keluarga

terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa

pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba

Kabupaten Pidie 2021.

b. Mengetahui dukungan emosional yang diberikan keluarga terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi

Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten

Pidie 2021.

c. Mengetahui dukungan instrumental yang diberikan keluarga terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi
7

Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten

Pidie 2021.

d. Mengetahui dukungan penghargaan atau penilaan yang diberikan

keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru

selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong

Rimba Kabupaten Pidie 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkat pengetahuan dan wawasan

akan pentingnya mempertahan kesehatan pada penderita tuberkulosis.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi

perpustakaan dan bahan masukan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Medika Nurul Islam Sigli.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi Peneliti selanjutnya dapat menjadi sumber data dan informasi

untuk pengembangan penelitian berikutnya.

4. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi puskesmas,

berupa peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat dan dapat membatu pengelola program pengobatan

penyakit Tuberkulosis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tuberculosis Paru

1. Definisi

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang

terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal

dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu

sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb

paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan

granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular

melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin

atau bicara (Platini, 2018).

Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung

yang disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis.

Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat

menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit

menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium

Tuberculosis) (Alsagafi, 2018).

Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit

kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium

Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC

kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2018). Bakteri Mycobacterium

8
9

Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping,

kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan

asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-

4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar

bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2018).

2. Etiologi

Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita

Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).

Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu

kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut

terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk

ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut

dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran

darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh

lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil

pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut

dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

(Ginanjar, 2018).
10

3. Patofisiologi

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran

pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan

infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi

droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari

orang yang terinfeksi (Andareto, 2017).

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon

imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui

jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di

inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil,

gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan

cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada

dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan

memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah

hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang

akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut

(Carpenito, 2017).

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga

tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan

bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga

menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.

Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian


11

bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh

limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari (Carpenito, 2017).

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif

padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini

disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan

jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan

fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi

lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk

suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel (Harrison, 2017).

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan

terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan

kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis

adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan

menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding

kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini

dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat

terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi

rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar

bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi

efusi pleura tuberkulosa (Harrison, 2017).

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan

meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen

bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
12

dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental

sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga

kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi

berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala

dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan

menjadi tempat peradangan aktif (Ginanjar, 2018).

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh

darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai

aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan

lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai

penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran

hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan

Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh

darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan

tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat

Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan.

Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi

pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan

Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Ginanjar,

2018).

4. Klasifikasi tuberkulosis

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting

dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang


13

sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit

Tuberkulosis paru Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi

dalam (Harrison, 2017):

a. Tuberkulosis Paru BTA (+)

Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah

Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS

hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto

rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.

b. Tuberkulosis Paru BTA (-)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto

rontgen dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru

BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila

gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan

paru yang luas.

c. Tuberculosis Ekstra Paru

TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu :

a. TBC ekstra-paru ringan

Misalnya: TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,

tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

b. TBC ekstra-paru berat

Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis


14

eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran

kencing dan alat kelamin.

c. Tipe Penderita

Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe

penderita yaitu:

1) Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan

OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan

(30 dosis harian).

2) Kambuh (Relaps)

Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya

pernah mendapat pengobatan Tuberculosis dan telah

dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan

hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

3) Pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di

suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke

kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa

surat rujukan/ pindah (Form TB.09).

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah

batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru

biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya
15

keluhan yang muncul adalah (Harrison, 2017) :

a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang

/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai

batuk purulent (menghasilkan sputum)

c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru

d. Nyeri dada, ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit

kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari

6. Komplikasi Tuberkulosis Komplikasi dari TB paru adalah (Harrison,

2017) :

a. Pleuritis tuberkulosa

b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)

c. Tuberkulosa milier

d. Meningitis tuberkulosa

7. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis

Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :

a. Pemeriksaan Diagnostik

b. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya

kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan.


16

Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang,

dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil

dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu

positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali.

Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka

dikatakan mikroskopik BTA negatif.

c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan

bakteri taham asam.

d. Skin test (PPD, Mantoux)

8. Protokol kesehatan pada penderita Tuberculosis Paru selama Pandemi

Covid-19

Pengalaman dan pemahaman tentang infeksi COVID-19 pada

pasien TB masih terbatas, namun perlu dilakukan langkah antisipasi

terhadap orang yang menderita TB dan COVID-19 yang mungkin akan

memiliki prognosis hasil pengobatan yang lebih buruk, terutama jika

terjadi putus pengobatan TB. Pasien TB harus melakukan tindakan

pencegahan seperti yang disarankan oleh tenaga kesehatan agar terlindungi

dari COVID-19 serta tetap melanjutkan pengobatan TB sesuai anjuran.

Setiap pasien TB akan mendapatkan masker bedah yang harus dikenakan

saat pasien kontrol pengobatan maupun melakukan aktivitas keluar rumah

yang sangat penting. Pasien TB sangat disarankan untuk membatasi

aktivitas di luar rumah untuk menghindari kemungkinan terpajan virus

SARS Cov-2 penyebab COVID-19 (Kemenkes RI, 2021).


17

Penerapan protokol kesehatan yang harus dipenuhi antara lain

(Kemenkes RI, 2021);

a. Pasien TBC harus melakukan tindakan pencegahan, seperti yang

disarankan oleh tenaga kesehatan agar terlindungi dari Covid-19 serta

tetap melanjutkan pengobatan TBC sesuai anjuran.

b. Setiap pasien TBC mendapatkan masker bedah yang harus dikenakan

saat pasien kotrol dan melakukan aktivitas keluar rumah

c. Pasien TBC diharuskan untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan

melakukan upaya isolasi mandiri sesuai protokol yang dianjurkan

petugas.

d. Upaya menjaga jarak dan menghindari kerurmunan untuk mengurangi

penularan TBC dan Covid-19

e. Pasien TBC harus tetap menjalani pengobatan TBC secara rutin

dengan melakukan tindakan pencegahan untuk covid-19;

1) Mencuci tangan dengan sabun

2) Menggunakan masker

3) Mengkonsumsi vitamin C 500 mg/ hari

4) Menjaga jarak atau membatasi aktivitas di luar rumah

5) Menjaga daya tahan tubuh dengan PHBS dan makanan bergizi.

f. Pengobatan TBC selama pandemic bisa di bawa pulang dengan

pengawasan menelan obat (PMO) dari petugas kesehatan dan keluarga

g. Pasien TBC yang mendapatkan obat injeksi tetap melakukan

kunjungan ke faskes atau petugas kesehatan yang ditunjuk.


18

9. Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru

a. Pengobatan TBC Paru

Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:

1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti

TB per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan

cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah

efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat

2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2

macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan

menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah

kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan

yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis

(hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan

lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum

menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan

pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8

bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA

dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.

Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan

dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat

dibuat pada akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk

perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.


19

b. Perawatan bagi penderita tuberkulosis

Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :

1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah

orang terdekat yaitu keluarga.

2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila

diperlukan

3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita

4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari

5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan

kedua, kelima dan enam

6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan

yang baik

10. Pencegahan penularan TBC

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

a) Menutup mulut bila batuk

b) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada

wadah tertutup yang diberi lisol

c) Makan makanan bergizi

d) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita

e) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik

f) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG.


20

B. Konsep Dukungan Keluarga

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yangtergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Friedman, 2018).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui

pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (Harnilawati, 2013).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan

sekumpulan orang yang tinggal satu rumah yangterikat oleh ikatan

perkawinan dan mempunyai ikatan darah.

2. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu (Friedman, 2018):

a. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi

kebutuhan psikologis anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan untuk

menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta


21

memberikan status pada anggota keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi Ekonomi

Menyedeiakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan (Friedman, 2018). Berdasarkan UU No.10

Tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis fungsi keluarga dalam

delapan bentuk yaitu:

f. Fungsi Keagamaan

1) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan

hidup seluruh anggota keluarga.

2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari

kepada seluruh anggota keluarga.

3) Memberikan contoh konkrit dalam hidupsehari-hari dalam

pengamalan dari ajaran agama.

4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang kurang dperolehnya di sekolah atau masyarakat.

5) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama

sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.


22

g. Fungsi Budaya

1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa

yang ingin dipertahankan.

2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring

norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif

gobalisasi dunia.

4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma

bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang

dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung

terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.

h. Fungsi Cinta Kasih

1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada

antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara

optimal dan terus-menerus.

2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga

secara kuantitatif dan kualitatif.

3) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan

ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.


23

4) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup

ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

i. Fungsi Perlindungan

1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa

tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari

berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga

sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

j. Fungsi Reproduksi

1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi

keluarga sekitarnya.

2) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan

keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang

berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan

jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang

kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

k. Fungsi Sosialisasi

1) Menyadari, merencnakan dan menciptakan lingkungan keluarga

sebagai wahana pendidikan dan sosisalisasi anak pertama dan utama.

2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga


24

sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai

konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan

sekolah maupun masyarakat.

3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang

diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik

dan mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun

masyarakat.

4) Membina peran, pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga

bagi orangtua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup

bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

l. Fungsi Ekonomi

1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan

perkembangan kehidupan keluarga.

2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran

keluarga.

3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,

selaras dan seimbang.

4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.


25

m. Fungsi Pelestarian Lingkungan

1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

internal keluarga.

2) Membina kesadaran, sikap dan praktik lingkungan eksternal

keluarga.

3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang

serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan

lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

b. Tugas keluarga dibidang Kesehatankesehatan, keluarga Sesuai

dengan fungsi pemeliharaan mempunyai tugas dibidang kesehatan

yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan

dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya

sekecil apapun perubahan tersebut.

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.


26

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan

dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah

apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan

untuk pertolongan pertama.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga.

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

atau memodifikasi lingkungan rumah sehat (dari segi fisik, psikis,

sosial ekonomi) hal yang perlu dikaji sejauh mana mengetahui

sumber-sumber yang dimiliki keluarga, sejauh mana keluarga

memperoleh keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,

sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya dan sanitasi, sejauh

mana keluarga mngenal upaya pencegahan penyakit, sejauh mana

sikap atau pandangan keluarga hygiene dan sanitasi, dan sejauh

mana kekompakan antara anggota keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi

keluarga.

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, hal

yang perlu dikaji : sejauh mana keluarga memahami keuntungan-

keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauh

mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang baik


27

terhadap petugas kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan yang ada

terjangkau oleh keluarga (Friedman, 2018).

3. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2018), terdapat empat tipe dukungan keluarga

yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan informasional.

a. Dukungan emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaaan emosional.

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman,

yakin, diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan empati,

kepedulian, perhatian, cinta, kepercayaan, rasa aman dan selalu

mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini sangat penting

dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol.

b. Dukungan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan dan validator identitas

anggota keluarga. Dimensi ini terjadi melalui ekspresi berupa

sambutan yang positif dengan orang-orang disekitarnya, dorongan

atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu.

Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan

dihargai. Dukungan penghargaan juga merupakan bentuk fungsi


28

afektif keluarga yang dapat meningkatkan status psikososial pada

keluarga yang sakit. Melalui dukungan ini, individu akan mendapat

pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental (peralatan atau fasilitas) yang dapat

diterima oleh anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan

sarana untuk mempermudah perilaku membantu pasien yang

mencakup bantuan langsung biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit

yaitu berupa uang, peluang, waktu, dan lain-lain. Bentuk dukungan

ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung

memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.

d. Dukungan informasional

Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan yang

meliputi pemberian informasi, sarana atau umpan balik tentang situasi

dan kondisi individu. Menurut Nursalam (2018) dukungan ini berupa

pemberian nasehat dengan mengingatkan individu untuk menjalankan

pengobatan atau perawatan yang telah direkomendasikan oleh petugas

kesehatan (tentang pola makan sehari-hari, aktivitas fisik atau latihan

jasmani, minum obat, dan kontrol), mengingatkan tentang prilaku

yang memperburuk penyakit individu serta memberikan penjelasan

mengenai hal pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat

ataupun menjelaskan hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit yang

diderita individu.
29

4. Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal,

seperti dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari saudara

kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam

jaringan kerja sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara

sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri (Friedman,

2018).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2018) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang

menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif

menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak

yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian

daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain

itu, dukungan yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu) juga

dipengaruhi oleh usia. Menurut FrieTuberculosis Mellitus an (2002), ibu

yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau

mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan

ibu-ibu yang lebih tua.

Hal lain yang mempengaruhi faktor-faktor dukungan keluarga

lainya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi

meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat

pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih

demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,
30

hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua dengan

kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial

bawah (Friedman, 2018). Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan,

semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan

yang diberikan pada keluarga yang sakit. Status pernikahan juga

berpengaruh, hal tersebut dikaitkan dengan bertambahnya anggota

keluarga, dukungan pada anggota keluarga yang sakit pun semakin

banyak.

6. Pengukuran Dukungan Keluarga

Cara mengatasi tuberculosis berbeda dengan penyakit kronik

lainnya. Pada pasien tuberculosis diperlukan pengontrolan terhadap

metabolik yang tentunya akan mempengaruhi gaya hidup pasien (dalam

menggunakan terapi obat, makanan, pengukuran sputum dan latihan

(Subianto, 2019).

Dukungan keluarga terkait dengan kesejahteraan dan kesehatan

dimana lingkungan keluarga menjadi tempat individu belajar seumur

hidup. Dukungan keluarga didefinisikan sebagai faktor penting dalam

kepatuhan manajemen penyakit untuk remaja dan dewasa dengan penyakit

kronik. Dukungan keluarga signifikan dalam mengatasi hambatan makan

untuk pasien Tuberculosis. Dukungan keluarga merupakan indikator yang

paling kuat memberikan dampak positif terhadap perawatan diri pada

pasien tuberculosis (Yusra, 2019).


31

Dukungan keluarga terdiri atas dukungan orang tua anak, anak ke

orang tua, saudara ke saudara, antar pasangan, cucu ke kakek/ nenek. Hal

ini perlu dievaluasi dan diadaptasi untuk memastikan keberhasilan dari

rencana asuhan keperawatan terhadap pasien. Henserling mengembangkan

suatu skala pengukuran dukungan keluarga dengan nama “Henserling

Tuberculosis Family Support Scale (HTFSS), dimana skala ini

menunjukan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien terhadap

dukungan yang diberikan oleh keluarga. HTFSS mengukur dukungan

keluarga yang dirasakan oleh pasien tuberculosis, secara konsep

didefinisikan bagaimana pasien melihat dukungan dari keluarganya.

HTFSS terdiri dari 29 pertanyaan mencakup dimensi emosional terdiri

dari 10 item pertanyaan (4,5,6,7,13,15,17,24,27,28) dimensi penghargaan

8 item pertanyaan (8,10,12,14,18,19,20,25), dimensi instrumental 8 item

pertanyaan (9,11,16,21,22,23,26,29) dan dimensi informasi 3 item

pertanyaan (1,2,3) dengan alternatif jawaban: 4 = selalu, 3 = sering, 2 =

Jarang, 1= tidak pernah Hensarling (2009) dalam Yusra (2019).

Total skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi maka

semakin tinggi level persepsi pasien tuberculosis terhadap dukungan

keluarga yang diterimanya. Dan skor tertingginya adalah 96 dan skor

terendahnya adalah 0. The Hensarling Tuberculosis Family Support Scale

memiliki empat dimensi dengan jumlah item sebanyak 24. Dukungan

emosional memiliki sembilan item yakni pada aitem nomor 3, 4, 5, 6, 7,

12, 21, 22 dan 23. Selanjutnya dukungan informasional memiliki tujuh


32

aitem yakni pada item nomor 8,10,11,14,15,16 dan 20. Lalu pada

dukungan instrumental terdapat enam item yakni pada nomor

9,13,17,18,19 dan 24 dan terakhir pada dukungan pertemanan yang

memiliki dua item yakni pada nomor 1 dan 2. Skala The Hensarling

Tuberculosis Family Support Scale (HTFSS) memiliki dua kategori dalam

kategoriasi norma nilai kumulatif yaitu tinggi dan rendah. Kategori tinggi

memiliki nilai kumulatif yang berada pada rentang 48 – 96 dan kategori

rendah memiliki nilai kumulatif yang berada pada rentang 0 – 47,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ;

a. Tinggi : apabila memiliki skor 48 – 96

b. Rendah : apabila memiliki skor 0 – 47

C. Konsep Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap

instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang

ditentukan, baik itu diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji pertemuan

dengan dokter. Ketidakpatuhan atau tidak mengikuti petunjuk atau instruksi

merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting dan merupakan

masalah paling serius yang dihadapi praktik kedokteran saat ini (Lisiswanti

dkk, 2016)

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka

menurut perintah. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain.
33

kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak

mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Notoatmodjo, 2017).

Kepatuhan terhadap protokol kesehatan adalah kunci penurunan

COVID-19. Data satgas COVID-19 menunjukkan, bahwa Kabupaten/Kota

yang masuk zona merah memiliki tingkat kepatuhan memakai masker dan

menjaga jarak kurang dari 60%. Sementara Kabupaten/Kota yang masuk zona

hijau memiliki tingkat kepatuhan terhadap protokol Kesehatan mencapai 91-

100%. Dengan menjalankan 3M: Memakai masker, Mencuci tangan, dan

Menjaga jarak terbukti mampu menurunkan risiko tertular COVID-19 hingga

85%. Ini adalah upaya paling efektif untuk saat ini ditambah pula dengan

mengikuti program vaksinasi nanti (Susilo dkk, 2020).

Kepatuhan dalam melaksanakan protokol kesehatan pada masyarakat

setidaknya dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu faktor usia, pendidikan,

pengetahuaun, sikap dan motivasi (Novi Afrianti, 2021).

Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan seseorang,

dimana Kozier (2018) menyatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain motivasi, tingkat perubahan gaya yang dibutuhkan,

persepsi keparahan masalah kesehatan, pengetahuan, dampak dari perubahan

budaya, dan tingkat kepuasan serta kualitas pelayanan kesehatan yang

diterima. sedangkan Widagdo (2016) menyebutkan faktor yang

mempengaruhi kepatuhan seseoorang berupa pengetahuan, motivasi, dan

dukungan keluarga.
34

Pengukuran kepatuhan dapat diklasifikasikan menjadi (Azwar, 2017):

a. Patuh : jika > mean

b. Tidak patuh : jika < mean

D. Konsep Covid-19

1. Pengertian

Pandemi Covid-19 ialah krisis kesehatan yang menggemparkan

dunia pada awal tahun 2020. Dunia dikagetkan dengan merebaknya

sebuah virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-Co-V-2) dan

penyakitnya disebut Coronavirus Disease (Covid-19). Virus jenis baru ini

berasal dari Wuhan, Tingkok yang ditemukan pada akhir Desember tahun

2019 (Susilo dkk, 2020).

Virus corona merupakan keluarga besar virus sumber penyakit

ringan hingga berat, seperti pilek dan penyakit serius seperti SARS dan

MERS. Infeksi Covid-19 dapat meninumbulkan gejala sedang hingga

berat. Gejala klinis yang timbul yaitu kesulitan bernafas, batuk, hingga

demam. Selain itu dapat disertai dengan sesak nafas memberat, fatigue,

myalgia, gejala gastrointenistal seperti diare serta gejala saluran nafas lain.

Setengah dari beberapa pasien muncul sesak dalam satu minggu

(Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Virus ini disebut sebagai pandemi karena merebak dengan cepat ke

berbagai negara, salah satunya dengan dibawa oleh para wisatawan atau

orangorang yang berkunjung ke negara lain yang tanpa sadar telah

terpapar virus corona sehingga mereka menyebarkannya ke orang lain


35

yang belum terpapar. Begitulah virus ini bermutasi di dunia. Salah satu

negara yang terdampak akibat virus corona ini ialah Indonesia. Banyak

sektor di Indonesia yang terkena dampaknya (Susilo dkk, 2020).

2. Penularan Covid-19

Virus SARS-CoV-2 diduga menular dari manusia ke manusia

melalui percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk.

Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal.

Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang

terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Oleh karena

itu, langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di antaranya

adalah dengan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,

mengenakan masker, menjaga jarak dari orang lain minimal 1 meter, serta

pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang dicurigai terinfeksi (Fitriani,

2020).

Wabah ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Virus

ini sempat membuat semua kegiatan sehari-hari manusia terhambat.

Karantina saja mungkin tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus

COVID-19 ini, dan dampak global dari infeksi virus ini adalah salah satu

yang semakin memprihatinkan. Pemerintah Indonesia telah melakukan

banyak langkah-langkah dan kebijakan untuk mengatasi permasalahan

pandemic ini. Salah satu langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah

yaitu mensosialisasikan gerakan Social Distancing adalah untuk

masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan


36

pandemi covid-19 ini karena langkah tersebut mengharuskan masyarakat

menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, tidak

melakukan kontak langsung dengan orang lain serta menghindari

pertemuan massal (Putri, 2020).

3. Gejala, Tingkat Bahayanya Dan Transmisi Covid-19 Menginfeksi

Manusia

Gejala penderita COVID-19 pada umumnya umum berupa demam

≥38 0C, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari

sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara

terjangkit, atau pernah merawat/ kontak erat dengan penderita COVID-19,

maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium

lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya (Kementerian Kesehatan RI,

2020).

Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 dapat

menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan

demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan khusus.

Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin akan menderita sakit yang parah,

seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul

secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah

(sekitar 3%), namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang

dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti Tuberculosis,

tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan
37

untuk menjadi sakit parah. Melihat perkembangan hingga saat ini, lebih

dari 50% kasus konfirmasi telah dinyatakan membaik, dan angka

kesembuhan akan terus meningkat (WHO, 2020).

Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia

menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih

agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui

droplet yang keluar saat batuk atau bersin dari hidung atau mulut. Droplet

tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada

orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet

tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga

wajah), maka orang itu dapat terinfeksi Covid-19. Atau bisa juga

seseorang terinfeksi Covid-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari

penderita. Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak

hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit. Selain itu, telah

diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui

nebulizer) selama setidaknya 3 jam. WHO memperkirakan reproductive

number (R0) Covid-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain

memperkirakan R0 sebesar 3,28 (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

2020).

Saat ini WHO menilai bahwa risiko penularan dari seseorang yang

tidak bergejala COVID19 sama sekali sangat kecil kemungkinannya.

Namun, banyak orang yang teridentifikasi COVID-19 hanya mengalami

gejala ringan seperti batuk ringan, atau tidak mengeluh sakit, yang
38

mungkin terjadi pada tahap awal penyakit. Sampai saat ini, para ahli masih

terus melakukan penyelidikan untuk menentukan periode penularan atau

masa inkubasi Covid-19 (Davies, 2020).


39

E. Kerangka Teoritis

Berdasarkan pendapat Novi Afrianti (2021), Kozier (2018) dan

Widagdo (2016), maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

Novi Afrianti (2021)


- Usia
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap
- Motivasi

Kozier (2018)
- Motivasi
- Tingkat perubahan gaya yang
dibutuhkan, Kepatuhan minum
- Persepsi keparahan masalah obat pada pasien
kesehatan,
Tb. Paru selama
- Pengetahuan,
- Dampak dari perubahan, masa Pandemi
- Budaya, Covid-19.
- Tingkat kepuasan
- Kualitas pelayanan kesehatan
yang diterima

Widagdo (2016)
- Pengetahuan
- Motivasi
- Dukungan keluarga

2.1 Kerangka Teoritis


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka penelitian ini dikembangkan berdasarkan kerangka teoritis

yang telah dirumuskan tentang hubungan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19

di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepatuhan minum obat


Dukungan Keluarga pada pasien TB. Paru
selama masa pandemic
Covid-19

Skema 3.1 Kerangka Konsep

40
41

B. Definisi operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variable Defenisi Alat Cara ukur Skala ukur Hasil


operasional ukur ukur
1. Kepatuhan Menaati kuesio Menyebark Ordinal - Patuh:
minum obat peraturan yang ner an > mean
pada pasien diterapkan kuesioner (8,63)
Tb. Paru selama - Tidak
selama menjalani patuh:
masa pengobatan < mean
pandemic Tb. Paru (8,63)

2. Dukungan Dukungan yang Kuesi Menyebar Ordinal - Ada:


keluarga diberikan oleh oner kan >mean
keluarga yang kuesioner (7,52)
berupa - Tidak
dukungan ada : <
emosional, mean
penghargaan, (7,52)
instrumental
dan informatif

C. Pengukuran variable

Pengukuran variable dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Kepatuhan

Kepatuhan dibagi menjadi 2 kategori yaitu (Malasari, 2014).

a. Patuh : jika mendapatkan nilai > mean (8,63)

b. Tidak patuh :jika mendapatkan nilai < mean (8,63)

2. Dukungan keluarga :

Pengukuran dukungan keluarga dapat dilakukan dengan cara

(Ramadhan, 2014):
42

a) Ada : jika mendapatkan nilai >mean (7,52)

b) Tidak ada : jika mendapatkan nilai <mean(7,52)

D. Hipotesa

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis

keterangan mengenai apa yang ingin diketahui, yaitu peneliti hanya

menganalisis tentang hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan

minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah

Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita TBC yang ada di

Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba, yaitu sebanyak 41 orang.

2. Sampel

Mengingat jumlah sampel yang tidak terlalu banyak, maka peneliti

menetapkan seluruh populasi dijadikan sampel penelitian, yaitu sebanyak 41

dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Ujong Rimba Kabupaten Pidie.

43
44

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 13 sampai dengan 21

Oktober 2021.

D. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa kuesioner yang menyediakan jawaban alternatif dan responden hanya

memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya.

1. Uji Validitas

Validitas (validity) yaitu tingkat kehandalan dan kesahihan alat

ukur yang digunakan atau sejauh mana suatu alat ukur tepat dalam

mengukur suatu data, dengan kata lain, alat ukur atau instrument yang

dipakai memang mengukur apa yang ingin di ukur (Arikunto, 2008).

Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan

software SPSS menggunakan pearson product moment (uji r), yaitu

membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil. Menentukan r tabel dapat

dilihat pada nilai r tabel hasil koefisiensi korelasi person product moment

dengan menggunakan df = n – 2, pada kemaknaan 5%. Bila r hasi > r tabel,

maka pertanyaan atau instrument tersebut valid (Arikunto, 2008).

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument yang

dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak

oleh respoden yang akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata

lain, reliabilitas instrument mencirikan tingkat konsistensi.


45

Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hasil (nilai

Cronbach`s Alpha) dengan nilai r tabel. Bila nilai r hasil (Conbach`s alpha)

> r tabel, maka pertanyaan / instrument tersebut reliable (Arikunto, 2008).

E. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan-kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak penelitian,

pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti

atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang

dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Ada beberapa tahapan etika

penelitian penelitian diantaranya sebagai berikut (Nursalam, 2017):

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian

serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa

tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat

manusia, adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subjek

(informed consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privasi

and confidentiality)

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

baik nama maupun alamat asal subjek dalam kuesioner dan alat ukur
46

apapun untuk menjaga anomitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti

dapat menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai

pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian

membagi keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh

dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan

gender dan hak subjek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik

sebelum, selama maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasilk yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficience). Peneliti meminimalkan dampak yang merugikan bagi

subjek, apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera

atau stress tambahan maka subjek dikeluarkan dari kegiatan penelitian

untuk mencegah terjadinya cidera, kesakitan, stress, maupun kematian

subjek penelitian.
47

F. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

1. Prosedur pengumpulan data

Data yang peneliti kumpulkan terdiri dari data primer (peninjauan

langsung ke lapangan, baik data ketika diambil pada pengambilan data

awal maupun data penelitian) dan data sekunder (data penunjang berupa

teori-teori). Untuk data primer peneliti menempuh prosedur adalah sebagai

berikut:

a. Membawa surat izin penelitian dari kampus kepada Kepala Puskesmas

Ujong Rimba Kabupaten Pidie dan selanjutnya diteruskan kepada

kader yang ada di tiap desa yang ada penderita tuberculosis.

b. Mendatangi penderita TBC yang telah ditetapkan sebagai sampel

penelitian.

c. Peneliti memberikan salam dan memperkenalkan diri serta

memberikan penjelasan mengenai penelitian pada responden.

d. Penelitian dimulai dengan memberikan penjelasan konsep penelitian

sebagai pengantar, yaitu mencoba meyakinkan responden agar mau

berpartisipasi dalam penelitian.

e. Peneliti mulai melakukan penelitian dengan cara membagikan

kuesioner.

f. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas

keterlibatannya dalam penelitian.

g. Peneliti memberitahukan kepada Kepala Puskesmas Ujong Rimba

Kabupaten Pidie, bahwa penelitian telah selesai dilaksanakan, dan


48

meminta kepada bagian tata usaha untuk dikeluarkan surat selesai

penelitian sebagai bukti bahwa penelitian telah dilakukan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data Primer dan data sekunder.

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan

menyediakan kuesioner, setelah di isi dan dikumpulkan kembali untuk

kemudian di koreksi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

Kepala Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.

G. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data peneliti melakukan secara manual dengan

mengikuti langkah-langkah (Budiarto, 2018).

1. Editing

Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan agar dapat diolah

dengan baik untuk mendapatkan informasi yang tepat.

2. Coding

Coding adalah memberikan kode pada setiap jawaban yang telah dibuat

pada lembar jawaban untuk mempermudah pengolahan data.

3. Struktur dan File Data

Proses ini dikembangkan sesuai dengan analisis data dan program

komputer yang akan digunakan, dengan menetapkan nama, skala dan

jumlah digit untuk masing-masing variabel.


49

4. Cleaning data

Proses pembersihan data dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-

variabel dan menilai kelogisannya.

5. Entry data

Data seluruhnya dimasukkan ke komputer dengan bantuan software

statistik.

H. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara bertahap dari analisa data univariat dan

bivariat, yaitu sebagai berikut:

1. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan presentasi dari setiap variabel (Nursalam, 2018).

Kemudian ditentukan presentasi (P) dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Budiarto, 2018);

Keterangan:

P = persentase

f = frekuensi

N = Jumlah seluruh observasi


50

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel

bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Untuk

mengetahui hubungan variabel independent dengan variabel dependent

maka dapat digunakan statistik yaitu chi-square (x2). Pada tingkat

kemaknaannya adalah 95% (p-value 0,05) sehingga dapat diketahui ada

atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan

menggunakan program komputer. Melalui perhitungan uji statistik,

selanjutnya di tarik suatu kesimpulan (Budiarto, 2018):

a. Ha, diterima apabila p-value < (0,05)

b. Ha, ditolak apabila p-value > 0,05.

Aturan yang berlaku pada uji chi square untuk program SPSS ini

adalah sebagai berikut (Budiarto, 2018):

a. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari

5, maka hasil uji yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

b. Bila pada tabel Contingency 2 x 2 tidak dijumpai nilai e (harapan)

kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah Continuity

Correction.

c. Bila ada tabel contingency yang lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3

dll, maka hasil uji yang digunakan adalah Pearson Chi – Square.

d. Bila pada tabel contingency 3 x 2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan

(e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger, sehingga menjadi tabel

Contigency 2 x 2, apabila pada tabel Contingency 2 x 2 juga masih


51

terdapat nilai frekuensi harapan ( e ) kurang dari 5, maka dilakukan

koreksi dengan menggunakan rumus Yate`s correction continue.

I. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan, kemudian di masukkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi, dan selanjutnya di deskripsikan.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi

Puskesmas Ujong Rimba adalah merupakan salah satu Puskesmas

dari 23 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pidie, terletak di Jalan Blang

Malu – Didoh, memiliki luas wilayah 1250,00 km², dan berjarak ± 20 Km

dari Ibukota Kabupaten Pidie. Secara geografis batas wilayah kerja

Puskesmas Ujong Rimba adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kembang Tanjong

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiro

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Glumpang Tiga

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mutiara

2. Keadaan Demografis

Dari sumber data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Ujong Rimba adalah sebesar 19.620

jiwa. Puskesmas Ujong Rimba terdiri dari 29 Gampong serta memiliki

4.886 kepala Keluarga (KK), Jadi dalam tiap keluarga rata-rata terdiri dari

4 sampai 5 jiwa.

52
53

3. Analisa Univariat

Analisa univariat untuk melihat distribusi variabel dependent

(terikat) yang meliputi dukungan keluarga dan variabel independet (bebas)

yang meliputi kepatuhan minum obat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

a. Kepatuhan Minum Obat


Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru
Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas
Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie

Kepatuhan Minum Obat


No Frekuensi Persentase
Pasien Tb. Paru
1 Patuh 34 82,9
2 Tidak Patuh 7 17,1
Jumlah 41 100
Sumber data primer (diolah 2021)
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden patuh

minum obat TB Paru selama masa pandemi covid-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie, yaitu

sebanyak 34 responden (82,9%).


54

b. Dukungan Keluarga

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien TB Paru
Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas
Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie

No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase

1 Ada 29 70,7
2 Tidak Ada 12 29,3
Jumlah 41 100
Sumber data primer (diolah 2021)
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden

memiliki keluarga yaitu sebanyak 29 responden (70,7%).

4. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan pengaruh antara

variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan

statistik sederhana yaitu: chi square ( ) pengambilan keputusan ada

hubungan atau tidak pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05%) dengan

ketentuan Ha, diterima apabila P. Value < (0,05) dan Ha, ditolak apabila

P. value > 0,05.


55

a. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat pada


Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie

Tabel 5. 5

Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum


Obat pada Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19
di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba
Kabupaten Pidie

Kepatuhan Minum Obat Tb.


Jumlah
Dukungan Paru P
No α
Keluarga Patuh Tidak Patuh Value
f %
f % f %
1 Ada 27 93,1 2 6,9 29 100
0.007 0,05
2 Tidak Ada 7 58,3 5 41,7 12 100
Jumlah 34 7 41 100
Sumber data primer (diolah 2021).
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang

memiliku dukungan keluarga patuh minum obat Tb. Paru, yaitu sebanyak

27 responden (93,1%) dibandingkan dengan responden yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak (58,3%). Hasil uji

statistik diperoleh nilai p value = 0,007 ≤ 0,05 (Ha diterima) yang

bermakna ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum

obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemic covid-19 di Wilayah

Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.


56

B. Pembahasan

1. Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden patuh minum obat TB Paru selama masa pandemi covid-19 di

Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten

Pidie, yaitu sebanyak 34 responden (82,9%).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap

instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang

ditentukan, baik itu diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji

pertemuan dengan dokter. Ketidakpatuhan atau tidak mengikuti petunjuk

atau instruksi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang

penting dan merupakan masalah paling serius yang dihadapi praktik

kedokteran saat ini (Lisiswanti dkk, 2016).

Kepatuhan merupakan derajat dimana pasien mengikuti anjuran

klinis dari dokter yang mengobatinya. Kepatuhan adalah secara sederhana

sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum

obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk

medis (Zelika dkk, 2018).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tukayo dkk (2020)

tentang Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Anti

Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Waena hasil

penelitian menunjukkan sebanyak 48 orang (72,7%) responden patuh

minum obat anti tuberculosis.


57

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa mayoritas

responden patuh dalam minum obat karena pasien sudah mengetahui

manfaat dari minum Tb. Paru, dan mengetahui akibat jika tidak patuh

mengkonsumsi obat Tb. Paru, yaitu pengobatan akan sia-sia dan harus

diulang kembali dari awal sehingga mereka akan tetap mengalami

Tb. Paru.

2. Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak 29 responden

(70,7%).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan

keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,

tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2018).

Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dapat berupa

secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan berdampak

pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi

proses pengobatan penyakitnya (Widiastutik dkk, 2020).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aini (2017) tentang

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Penderita Tb Paru Di Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo diperoleh


58

hasil terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad.

Hasil uji statistik nilai p-value = 0.036 (p < 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi bahwa adanya

dukungan atau motivasi yang penuh dari keluarga dapat mempengaruhi

perilaku minum obat pasien TB Paru secara teratur, karena keluarga sudah

mengetahui dampak tidak patuh dalam berobat Tb. Paru, terutama

menyangkut kepatuhan minum obat.

3. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat


pada Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas

responden yang memiliku dukungan keluarga patuh minum obat Tb. Paru,

yaitu sebanyak 27 responden (93,1%) dibandingkan dengan responden

yang tidak mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak (58,3%). Hasil

uji statistik diperoleh nilai p value = 0,007 ≤ 0,05 (Ha diterima) yang

bermakna ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum

obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemic covid-19 di Wilayah

Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal,

seperti dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari saudara

kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam

jaringan kerja sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara


59

sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri (Friedman,

2018).

Segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan minum obat. Hal ini

merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang

dilakukan. Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran

klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2018) tentang Kepatuhan

Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru diperoleh hasil bahwa

terdapat hubungan pengetahuan (0,000), sikap (0,000), pendidikan

(0,000), pekerjaan (0,001), dan dukungan keluarga (0,000) terhadap

kepatuhan minum obat. Pengetahuan merupakan faktor dominan yang

mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien TB Paru dengan nilai OR

(Exp B = 29.169).

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa dukungan

keluarga sangat menunjang keberhasilan pengobatan seseorang dengan

selalu mengingatkan penderita agar minum obat dan memberi semangat

agar tetap rajin berobat. Peran keluarga yang baik merupakan motivasi

atau dukungan yang ampuh dalam mendorong pasien untuk berobat

teratur sesuai anjurannya.

C. Keterbatasan Penelitian

Banyak hal yang menjadi keterbatasan penelitian ini, tetapi yang

paling menjadi keterbatasan yang peneliti alami dalam penelitian ini yaitu
60

waktu penelitian yang terlalu singkat, sehingga tidak semua aspek yang

peneliti kaji maksimal.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa;

1. Mayoritas responden patuh minum obat TB Paru selama masa pandemi

covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara

Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 34 responden (82,9%).

2. Mayoritas responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba

Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie memiliki keluarga yaitu sebanyak

29 responden (70,7%).

3. Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien Tb. Paru selama masa pandemic covid-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie (p value = 0,007 ≤ 0,05).

B. Saran

1. Bagi Responden

Peneliti mengharapkan kepada responden agar patuh minum obat Tb.Paru

dan penyakit yang dialaminya cepat sembuh serta tidak berpotensi

menulari orang lain.

61
62

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi

perpustakaan dan bahan masukan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Medika Nurul Islam Sigli.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengambil penelitian

ini sebagai landasan dan rujukan, sehingga diperoleh hasil penelitian yang

lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang telah peneliti peroleh.

4. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi puskesmas,

berupa peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat dan dapat membatu pengelola program pengobatan penyakit

Tuberkulosis.
DAFTAR PUSTAKA

Aini. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat


Pada Penderita Tb Paru Di Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Ilmu, 1–10. Diambil dari http://repository.unusa.ac.
id/id/eprint/1686
Alsagafi. (2018). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.
Amin. (2016). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Andareto. (2017). Penyakit Menular di Sekitar Anda, Begitu Mudah Menular dan
Berbahaya, Kenali, Hindari dan Jauhi. Jangan Sampai Tertular. Jakarta:
Pustaka Ilmu Semesta.
Asmariani, S. (2016). Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Penderita
Tb Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) di Wilayah Kerja
Puskesmas Gajah Mada Kecamatan Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri
Hilir. Jurnal Keperawatan. Diambil dari https://repository.unri.ac.id/
bitstream/handle/123456789/1827/jurnal.pdf?sequence=1
Astuti, R. (2016). Penyakit Menular; Tuberculosis Paru. Jakarta: EGC.
Azwar. (2017). Metode Penelitian (6 ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiarto. (2018). Biostatistik Untuk Keperawatan dan Kedokteran (10 ed.).
Jakarta: EGC.
Carpenito. (2017). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Davies, P. D. O. (2020). Penyakit Virus Corona 2019. CPD Infection, 3(1), 9–12.
Dinkes Aceh. (2020). Buku Profil Kesehatan Aceh. Diambil dari
https://dinkes.acehprov.go.id/uploads/Profil_Dinkes_Aceh_2017.pdf
Dinkes Pidie. (2021). Data Kesehatan Kabupaten Pidie. Sigli: Dinkes Pidie.
Fitriani, N. I. (2020). Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Patogenesis, Dan
Manifestasi Klinis, 2507(February), 1–9. Diambil dari http://ejurnal
malahayati.ac.id/index.php/medika/article/view/3174/pdf
Friedman. (2018). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek
(Edisi Ke T). Jakarta: EGC.
Ginanjar. (2018). TBC Pada Anak. Jakarta: EGC.
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta: Pustaka
As Salam.
Harrison. (2017). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Edisi Ke T). Jakarta:
EGC.
Hensarling. (2009). Development and Psychometric Testing of Hensarling’s
Diabetes Family Support Scale, a Disssertation. Degree of Doctor of
Philosophy In The Graduate School of The Texa’s Women’s University. A
Disertation. Diambil dari https://twu-ir.tdl.org/bitstream/ handle/
11274/10794/2009HensarlingOCR.pdf?sequence=3&isAllowed=y
Jaji. (2018). Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis (TB)
Paru ke Anggota Keluarga Lainnya di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo
Pagaralam Tahun 2018. Kedokteran Kesehatan Universitas Sriwijaya, 177–
187. Diambil dari http://eprints.unsri.ac.id/2889/
Kaplan. (2016). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2019). Profil Indonesia Sehat 2018. Jakarta: Percetakan Nasional.
Kemenkes RI. (2021). Protokol Tata Laksana Pasien Tb dalam Masa Pandemi
Covid 19. Diambil dari https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
download/Protokol_Tentang_Pelayanan_TBC_selama_masa_Pandemi_Covi
d_19.pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Covid -19. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kozier. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Lisiswanti, R., Nur, D., & Dananda, A. (2016). Upaya Pencegahan Hipertensi.
Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 5(September). Diambil
dari https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1036
Notoatmodjo. (2017). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Novi Afrianti, C. R. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan Covid-19. Jurnal Ilmiah STIKES
Kendal, 11(1), 113–124. Diambil dari https://journal.stikeskendal.
ac.id/index.php/PSKM/article/view/1045
Nursalam. (2017). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan (4 ed.). Jakarta: EGC.
Nursalam. (2018). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia
2019-nCoV. Jakarta: PDPI.
Platini, H. (2018). Discharge Planning Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Garut.
Jurnal Kesehatan Indra Husada, 6(1), 66. https://doi.org/10.
36973/jkih.v6i1.61
Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 705.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.1010
Riskesdas. (2018). Penelitian, Badan Kesehatan, Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Subianto, T. (2019). Awas Diabetes Mellitus. Jakarta: EGC.
Supriatna, E. (2020). Wabah Corona Virus Disease (Covid 19) Dalam Pandangan
Islam. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(6).
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i6.15247
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., … Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Tukayo, I. J. H., Hardyanti, S., & Madeso, M. S. (2020). Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Waena. Jurnal Keperawatan Tropis Papua,
3(1), 145–150. https://doi.org/10.47539/jktp.v3i1.104
WHO. (2020). Infection Prevention and Control of Epidemic and Pandemic
Prone Acute Respiratory Infections in Health Care. Geneva: WHO
Guidelines.
Widagdo. (2016). Keperawatan Keluarga dan. Komunitas. Jakarta: EGC.
Widiastutik, G. K., Makhfudli, M., & Wahyuni, S. D. (2020). Hubungan
Dukungan Keluarga, Kader dan Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan
Berobat Penderita TB Paru. Indonesian Journal of Community Health
Nursing, 5(1), 41. https://doi.org/10.20473/ijchn.v5i1.18654
Yusra, A. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis Universitas Indonesia. Diambil dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280162-T Aini Yusra.pdf
Zelika, R. P., Wildan, A., & Prihatningtias, R. (2018). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2),
762–776.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN SKRIPSI

BULAN
NO KEGIATAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 ACC Judul
3 Penyusunan Proposal
4 ACC Proposal
5 Seminar Proposal
6 Perbaikan Proposal
7 Penyusunan Skripsi
8 ACC Skripsi
9 Sidang Skripsi
10 Perbaikan Skripsi
Mengetahui; Sigli, Juli 2021
Pembimbing Peneliti

Ns. TUTI SAHARA, M.Kep NISRINA


NIM: 19010101
Lampiran 2

ANGGARAN BIAYA SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN TB. PARU SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE

Anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini adalah sbb :

No Uraian Biaya

1. Biaya Studi Kepustakaan Rp. 250.000

2. Biaya Kertas dan alat Tulis Antara Lain :

a. 3 (Tiga) Rim Kertas A4 80 gr @ Rp. 50.000 Rp. 150.000

b. 1 (Satu) Buah Tinta Printer Rp. 45.000

c. 1 (Satu) Lusin Pulpen @ Rp. 2.500 Rp. 40.000

3. Biaya Print Skripsi Rp. 550.000

4. Biaya Foto Copy Skripsi Penelitian Rp. 70.000

5. Map Rp. 30.000

6. Transportasi Rp. 350.000

7. Biaya Seminar dan sidang skripsi Rp. 1.700.000

TOTAL Rp. 3.185.000

Mengetahui; Sigli, November 2021


Pembimbing Peneliti

Ns. TUTI SAHARA, M.Kep NISRINA


NIM: 19010101
Lampiran 3

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Calon Responden
Penelitian
Di -
Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Jurusan Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli.

Nama : NISRINA
Nim : 19010101

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19
di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie”. Penelitian ini tidak
menimbulkan kerugian bagi responden, kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti ini, jika masyarakat bersedia menjadi
responden, maka mohon menjawab pertanyaan yang saya sediakan.
Atas perhatian dan kesediaan para masyarakat sebagai responden, saya ucapkan
terima kasih.

Mahasiswa

NISRINA
Lampiran 4
LEMBARAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi Responden
untuk ikut berpartisipasi dalam pencarian data yang dilakukan Mahasiswa Jurusan Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli yang bernama :

Nama : NISRINA

Nim : 19010101

Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa
Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong
Rimba Kabupaten Pidie
Saya mengerti bahwa catatan/ data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan,
dan informasi yang saya berikan akan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu
kesehatan di Indonesia umumnya dan masyarakat Aceh pada khususnya. Demikian secara
suka rela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam
hal ini.

Mengetahui; Sigli, November 2021


Pembimbing Peneliti

Ns. TUTI SAHARA, M.Kep NISRINA


NIM: 19010101
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN TB. PARU SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE

No. Responden : _______________(diisi oleh peneliti)

Tanggal Penelitian : _______________(diisi oleh peneliti)

Umur : ______________________________

Jenis kelamin : ______________________________

Tingkat Pendidikan : ______________________________

Pekerjaan : ______________________________

Status : ______________________________

I. Dukungan Keluarga

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan jawaban di samping, dengan kriteria:

S : Selalu SR : Sering
J : Jarang TP : Tidak Pernah

No Pertanyaan Tidak Jarang Sering Selalu


Pernah
Dukungan Emosional
1 Keluarga mengingatkan saya
untuk beristirahat dengan
cukup.
2 Tidak ada seorang pun anggota
keluarga yang memperhatikan
saya dalam penerapan protokol
kesehatan.
3 Keluarga selalu memenuhi
kebutuhan untuk penerapan
protokol kesehatan.
4 Keluarga menyarankan kepada
No Pertanyaan Tidak Jarang Sering Selalu
Pernah
saya agar menggunakan masker
ketika berinteraksi dengan orang.
5 Keluarga menyediakan waktu
untuk bertukar pikiran dengan
saya menyangkut penerapan
protokol kesehatan.
6 Keluarga selalu mendiskusikan
tentang penyakit saya dengan
anggota keluarga yang lain untuk
mencari pengobatan terbaik
untuk saya.
7 Keluarga selalu menanyakan
perkembangan kesembuhan
saya.
8 Keluarga selalu menegur saya
ketika tidak menggunakan
masker.
9 Keluarga menasehati kepada
saya untuk tidak membuang
ludah sembarangan.
10 Keluarga mengingatkan saya
untuk menjaga pola istirahat
agar tubuh tetap fit.
Dukungan Penghargaan
11 Saya selalu mendapatkan
prioritas dalam keluarga dalam
penerapan protokol kesehatan.
12 Keluarga memberikan pujian
kepada saya ketika minum obat
secara teratur dan tetap
mematuhi protokol kesehatan.
13 Keluarga memberikan kebebasan
kepadap saya untuk memilih
tempat pemeriksaan kesehatan
yang berfasilitas lengkap.
14 Saya merasa keluarga
menginginkan saya segera
sembuh.
15 Keluarga memenuhi kebutuhan
hidup saya selama masa
berobat.

16 Keluarga memotivasi saya untuk


rutin minum obat dan penerapan
protokol kesehatan
No Pertanyaan Tidak Jarang Sering Selalu
Pernah
17 Keluarga memotivasi saya
untuk rutin minum obat
18 Keluarga ikut serta dalam
memantau pengobatan yang
saya jalani.
Dukungan Informasi
19 Keluarga memberitahu bahaya
yang akan terjadi jika tidak
menerapkan protokol
kesehatan.
20 Keluarga memberitahu saya
bahaya tidak menutup mulut
saat bersin.
21 Keluarga selalu berkonsultasi
dengan dokter tentang proses
pengobatan saya.

Dukungan Instrumental
22 Keluarga menyediakan masker
23 Keluarga menyediakan
handsanitizer
24 Keluarga menyediakan uang
untuk biaya pengobatan saya
25 Keluarga mengurus rujukan
apabila diperlukan untuk
kelancaran pengobatan saya
26 Makanan sehat tersedia di
rumah
27 Vitamin C disediakan dalam
batas wajar
28 Keluarga bersedia mengambil
obat jika tidak tersedia di apotik
Puskesmas di Apotik lain.
29 Keluarga mengantar saya
langsung untuk berobat
II. Kepatuhan Minum Obat

Petunjuk Pengisian
Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan jawaban di samping, Yaa tau
tidak , dengan kriteria:

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah terkadang anda lupa
minum obat-obatan yang
seharusnya anda minum?
2 Dalam dua minggu terakhir berapa
kali anda tidak minum obat?
3 Apakah anda pernah mengurangi
atau berhenti minum obat tanpa
memberi tahu dokter?
4 Jika anda sedang bepergian atau
keluar rumah dalam waktu yang
cukup lama apakah anda pernah
lupa membawa obat yang harus di
minum?
5 Apakah anda minum semua obat
kemarin yang telah diresepkan.
6 Jika anda sudah merasa sudah
baikan, dan gejala penyakit anda
berkurang apakah anda pernah
berhenti untuk minum obat?
7 Apakah anda merasa terganggu
dengan rencana pengobatan yang
anda dapatkan?
8 Apakah anda merasa kesulitan
untuk mengingat semua obat yang
harus anda minum?
Jika “Ya” pilih salah satu keadaan
dibawah ini:
 Jarang
 Sekali-sekali
 Kadang-kadang
 Sering
 Setiap waktu

Atas partisipasinya diucapkan terimakasih.


FOTO PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Peneliti
Nama : NISRINA
Nim : 19010101
Tempat/Tgl. Lahir : Cot Teungoh/ 28 Juni 1997
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Gampong Cot Teungoh
Kecamatan Kota Sigli Kabupaten Pidie
Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa
Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas
Ujong Rimba Kabupaten Pidie

2. Identitas Orang Tua


Nama Ayah : Nasrul Usman (Alm)
Pekerjaan :-
Nama ibu : Erni
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Alamat : Gampong Cot Teungoh
Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie

3. Riwayat Pendidikan
a. Tahun 2004 – 2009 : SD Negeri Tgk. Chik Dianjong
b. Tahun 2009 – 2012 : SMP Negeri 2 Sigli
c. Tahun 2012 – 2015 : SMA Negeri 1 Sigli
d. Tahun 2015 – 2018 : Akper Pemkab Pidie
e. Tahun 2019 s.d Sekarang : STIKes Medika Nurul Islam Sigli

Anda mungkin juga menyukai