Anda di halaman 1dari 79

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

PERAWAT DALAMPENCEGAHAN INFEKSI


NOSOKOMIAL PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI RSUD DR.H.IBNU
SUTOWO BATURAJA

Oleh:
YENI ASRITA
NPM 19142019302P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
PERAWAT DALAMPENCEGAHAN INFEKSI
NOSOKOMIAL PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI RSUD DR.H.IBNU
SUTOWO BATURAJA

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh:

YENI ASRITA
NPM 19142019302P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
ABSTRACK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juli 2021

YENI ASRITA

Gambaran Tingkat Pengetahun dan Sikap Perawat dalam Pencegahan Infeksi


Nosokomial pada Masa Pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja
Tahun 2021
(iii + 62 halaman, 4 tabel + 2 bagan + 6 lampiran)

Infeksi Nosokomial hingga saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita
perhatian. Insiden infeksi nosokomial berlainan antara satu rumah sakit dengan rumah sakit
lainnya. Angka infeksi nosokomial yang tercatat di beberapa Negara berkisar antara 3,3%-
9,2%, artinya sekian persen penderita yang dirawat tertular infeksi nosokomial dan dapat
terjadi secara akut dan secara kronis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap
perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr.
H. Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2021. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2021
.Desain penelitian deskriptif. Populasi Perawat sebanyak 78 dan tehnik sampel dengan
purposive sampling.
Hasil Penelitian ini menunjukkan Sebagian besar tingkat pengetahuan perawat
tentang pencegahan infeksi nosokomial pada pasien pelebitis di ruag ICU dan Rawat
Inap RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja adalah baik sebanyak 80 perawat (62,4%).
Dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada pasien pelebitis di
ruang ICU dan Rawat Inap RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja adalah positif
sebanyak 74 perawat (94,8%).
Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk dapat terus memantau terhadap
tindakan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien terutama pada
tindakan-tindakan yang rentan menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial .

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Infeksi, Nosokomial, Covid-19

iii
ABSTRACK
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCES (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
NURSING SCIENCE
STUDY PROGRAM
Thesis, July 2021

YENI ASRITA

Overview of the Knowledge Level and Attitude of Nurses in Preventing Nosocomial


Infections during the Covid-19 Pandemic in RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja
Tahun 2021
(xiv + 62 pages, 4 tables + 2 charts + 6 appendices)

Nosocomial infections are still a problem that is getting quite a lot of attention.
The incidence of nosocomial infections varies from one hospital to another. The number of
nosocomial infections recorded in several countries ranges from 3.3%-9.2%, meaning that
a certain percentage of patients treated are infected with nosocomial infections and can
occur acutely and chronically.
This study aims to describe the level of knowledge and attitudes of nurses in
preventing nosocomial infections during the Covid-19 pandemic in RSUD Dr. H.Ibnu
Sutowo Baturaja Tahun 2021. The research was conducted in June 2021. Descriptive
research design. The population of nurses is 78 and the sample techniqueis purposive
sampling.
The results of this study indicate that most of the level of knowledge of nurses
about the prevention of nosocomial infections in phlebitis patients in the ICU and Inpatient
Dr. RSUD. H. Ibn Sutowo Baturaja is good as many as 80 nurses (62.4%). And the attitude
of nurses in preventing nosocomial infections in plebitic patients in the ICU and Inpatient
Dr. RSUD. H. Ibnu Sutowo Baturaja was positive as many as 74 nurses (94.8%).
It is hoped that the hospital can continue to monitor the actions of nurses in providing
nursing services to patients, especially on actions that are prone to causing nosocomial infections.

Keywords : Knowledge, Attitude, Infection, Nosocomial, Covid-19

iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Identitas
Nama : Yeni Asrita
Npm : 19.14201.93.02.P
Tempat/Tanggal Lahir : Muaradua 05 Juni 1977
Agama : Islam
Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara
Nama Orang Tua : Hasbi MS dan Yulina
Nama Saudara : 1. Misbahul Aini
2. Ibnu Salim
3. Ginta Rako
Alamat : Jln. Imam bonjol Lr. Rambutan 3 , Kel. Sekar jaya
No.Hp : 081368741551
Email/Fb : yenibta593@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. SD Karang Negara (Tahun 1989-1992)
2. SMP Negeri 2 Buay Madang (Tahun 1992-1995)
3. SMA Kader Pembangunan Baturaja (Tahun 1995-1999)
4. Akper Alma’arif Baturaja (Tahun 1999-2002)
5. STIK Bina Husada Palembang (Tahun 2019-2021)

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

PERSEMBAHAN

 Untuk Ayah dan Ibuku, Terima Kasih atas semuanya, meskipun

kalian tidak ada tapi cita-cita ayah dan ibu untuk menyelesaikan

kuliahku kini terwujud

 Untuk Suamiku Tercinta, Terima kasih atas semua dukungannya

dan motivasi untuk mewujudkan impianku menjadi nyata

 Saudaraku tersayang terima kasih support dan dukungan yang

tiada henti

MOTTO
 Berbuat Baiklah Tanpa Perlu Alasan

 Diamku Lebih Berarti Daripada Kata-Kata Yang Tak Bermakna

 Disiplin Diri Adalah Sebenar-benarnya wujud kebebasan yang

hakiki

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur kita sampaikan atas kehadiran Allah SWT, yang senantiasa memberikan

rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke alam yang penuh dengan pengetahua,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada

Palembang Program Studi Ilmu Keperawatan.

Skripsi ini ditulis dengan judul : “Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawat

Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Pada Masa Pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H.

Ibnu Sutowo Baturaja ” guna memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan

Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada Palembang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Dr. Ryna Dyana. R Selaku Direktur RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.

2. Dr.dr.Chairil Zaman M.Sc selaku Plt. Ketua STIK Bina Husada Palembang.

3. Ns. Kardewi, S.Kep, M.kes selaku Ketua Program Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada

Palembang

4. Yunita Liana,Skep.Ners.M.Kes selaku pembimbing saya yang telah menyediakan waktu

dan tenaga dalam mengarahkan dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Nuriza Agustina,S.Kep,Ners,M,Kes.M,Kep selaku penguji I yang telah meluangkan waktu

untuk menguji dan telah memberikan banyak saran dalam PenyusunanSkripsi ini.

6. Romliyadi, S.Kep,Ners,M,Kes.M,Kep selaku penguji II yang telah meluangkan waktu

untuk menguji dan telah memberikan banyak saran dalam Penyusunan Skripsi ini

ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan,

karena keterbatasan pengetahuan dan keahlian. Untuk itu penulis harapkan saran dan

masukan untuk kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga proposal skripsi ini dapat

bermanfaat bagi peneliti selanjutnya Amin.

Palembang, Juni 2021

Peneliti

x
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ........................................ ii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................. v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ........................................................ vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO .............................................................. viii
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................. ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Peneliti ................................................................... 4
1.4 Tujuan Peneliti ......................................................................... 4
1.4.1 Tujuan umum ................................................................ 4
1.4.2 Tujuan khusus ............................................................... 4
1.5 Manfaat Peneliti ....................................................................... 5
1.5.1 Bagi Peneliti ................................................................. 5
1.5.2 Bagi RSUD dr. H. Ibnu Sutowo..................................... 5
1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................. 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Covid-19 .................................................................................. 6
2.1 1 Definisi Covid-19 .......................................................... 6
2.2.2 Epidemiologi ................................................................. 6
2.2 Infeksi nosokomial ................................................................... 8
2.2.1 Definisi Infeksi Nosokomial .......................................... 8
2.2.2 Jenis-jenis Infeksi Nosokomial ...................................... 9
2.2.3 Gejala Klinis Infeksi Nosokomial .................................. 11
2.2.4 Rantai Penularan Infeksi Nosokomial ............................ 13
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi .... 16
2.2.6 Dampak Infeksi Nosokomial ......................................... 16
2.2.7 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi .......................... 17
2.3 Pengetahuan ............................................................................. 18
2.3.1 Pengertian Pengetahuan ................................................ 18
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ..................................................... 19
2.3.3 Cara Memperoleh Pengetahuan ..................................... 20

xi
2.3.4 Faktor Mempengaruhi Pengetahuan .............................. 21
2.3.5 Pengukuran Pengetahuan............................................... 22
2.4 Sikap ...................................................................................... 23
2.4.1 Komponen Sikap ........................................................... 24
2.4.2 Tingkat Sikap ................................................................ 24
2.4.3 Sikap dan nilai .............................................................. 25
2.5 Perawat..................................................................................... 26
2.5.1 Karakteristik Perawat .................................................... 26
2.6 Kerangka Teori ......................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 30
3.1 1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 30
3.1.2 Lokasi Penelitian ........................................................... 30
3.1.2 Waktu Penelitian ........................................................... 30
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................. 30
3.2.1 Populasi ....................................................................... 30
3.2.2 Sampel .......................................................................... 30
3.2.3 Teknik Sampel .............................................................. 30
3.2.4 Variabel Penelitian ........................................................ 31
3.2.5 Instrumen Penelitian ...................................................... 31
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 32
3.4 Teknik Pengolahan Data ........................................................... 32
3.5 Teknik Analisi Data .................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja ............. 40
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................ 41
4.2.1 Analisis univariat .......................................................... 41
4.3 Pembahasan .............................................................................. 43
4.3.1 Karakteristik Perawat ................................................... 44
3.2.2 Tingkat Pengetahuan Perawat ........................................ 45
3.2.3 Sikap Perawat ............................................................... 46
BAB V HASIL SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................. 49
5.2 Saran ...................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.5 Definisi Oprasional .......................................................................... 24


4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat ....................................... 41
4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat ....................................... 42
4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat .................................................. 43

xiii
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman


2.6 Kerangka Teori ................................................................................ 15
2.7 Keranga Konsep ............................................................................... 15

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Pembimbing


Lampiran 2 : Surat Pengambilan data awal dari STIK Bina Husada
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo
Lampiran 4 : Surat Penyelesaian Penelitian
Lampiran 5 : Lampiran Kuisioner
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Nosokomial dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh Semmewles dan

hingga saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian. Sejak tahun 1950

infeksi nosokomial mulai di teliti dengan sungguh-sungguh di berbagai negara, terutama di

Amerika Serikat dan Eropa. Insiden infeksi nosokomial berlainan antara satu rumah sakit

dengan rumah sakit lainnya. Angka infeksi nosokomial yang tercatat di beberapa Negara

berkisar antara 3,3%-9,2%, artinya sekian persen penderita yang dirawat tertular infeksi

nosokomial dan dapat terjadi secara akut dan secara kronis.( Darmadi 2011 )

Menurut WHO (2018), terdapat 7 pasien dari 100 pasien rawat inap yang ada di

negara-negara berpenghasilan tinggi dan 10 pasien dari 100 pasien rawat inap yang ada di

Negara berpenghasilan rendah dan menengah berisiko terkena infeksi nosokomial. Setiap

tahun sekitar 3,2 juta pasien terkena infeksi nosokomial diseluruh Negara Eropa, dan

37.000 diantaranya meninggal disebabkan langsung oleh infeksi nosokomial (Kemenkes

RI, 2011).

Di Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI, telah melakukan survey pada

tahun 2019 terhadap 10 Rumah Sakit Umum Pendidikan, didapatkan angka yang cukup

tinggi 6-16 % angka infeksi nosokomial, dengan rata-rata 9,8%. Survey yang dilakukan di

10 rumah sakit di DKI Jakarta ini menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang mendapat

infeksi yang baru selama dirawat di rumah sakit adalah sebanyak 9,8% (Depkes RI, 2018).

Phlebitis adalah infeksi yang tertinggi di rumah sakit swasta atau pemerintah dengan

jumlah pasien 2.168 pasien dari jumlah pasien berisiko 124.733 (1.7%) (Depkes RI,2010).

xvi
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu

coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease

2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok.

Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai saat ini ada sebanyak saat ini

sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus satu ini. (Data

WHO, 1 Maret 2020) (PDPI, 2020).

Menurut data WHO per tanggal 2 Maret 2020 jumlah penderita 90.308

terinfeksi Covid-19. Di Indonesia pun sampai saat ini terinfeksi 2 orang. Angka

kematian mencapai 3.087 atau 2.3% dengan angka kesembuhan 45.726 orang.

Terbukti pasien konfrimasi Covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di

Jakarta dimana penderita kontak dengan seorang warga negara asing (WNA) asal

jepang yang tinggal di malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan

demam, batuk dan sesak napas (WHO, 2020).

Jumlah kasus tertinggi adalah di Provinsi DKI Jakarta adalah 337.637

terkonfirmasi positif Covid-19.Provinsi Jawa Barat berada pada posisi kedua dengan

210.442 kasus positif, dan Jawa Tengah berada ditempat ketiga dengan 153.701

kasus positif, diprovinsi sumatera selatan tercatat pada urutan ke 15 diindonesia

dengan jumlah 15.878 kasus konfirmasi positif sembuh 13927 orang (87,71%) dan

meninggal 766 orang (4,82%). Di ogan komering ulu sendiri kasus terkonfirmasi

sebanyak 236 orang sembuh sebanyak 204 orang ,sedangkan meninggal sebanyak

23 orang (Kemenkes RI, 2020)


Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada 3 tahun terakhir, angka

kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja pada tahun 2018 pada bulan Januari sampai dengan September tercatat

sebesar 12,9% dengan perincian sebagai berikut kasus Plebitis 12,9% , sedangkan

Pada tahun 2019 pada bulan Januari sampai dengan september tercatat sebesar 72,6%

dengan perincian kasus Pelebitis di ruang ICU dan Rawat Inap 72,6%, IDO 0,44%

dan di tahun 2020 pada bulan januari sampai desember meningkat dengan jumlah

yang tercatat 38,56% dengan perincian kasus plebitis 32,81%, IDO 5,75%.

Berdasarkan Permenkes No. 27 Tahun 2017 tentang pedoman pencegahan

dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan standar pelayanan minimal

untuk indicator infeksi nosokomial dirumah sakita dalah ≤ 1,5%. Data ini

menunjukkan bahwa angka kejadian infeksi nosokomial masih diatas standar yang

telah ditetapkan (Permenkes, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian Nugrahaeni dkk (2012) angka infeksi

nosokomial diasumsikan karena banyak perawat yang tidak melaksanakan cuci

tangan sebelum memegang pasien, mencuci tangan dengan menggunakan air tetapi

tidak sesuai dengan SPOyaitu tidak menggunakan air yang mengalir, tidak

menggunakan sabun dan tidak mengikuti langkah-langkah cuci tangan yang benar.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Pada Masa Pandemi Covid-19 di

RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.


1.2 Rumusan Masalah

Data angka kejadian infeksi nosokomial masih diatas standar yang telah

ditetapkan pada 3 tahun terakhir, angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja pada tahun 2018 pada bulan Januari

sampai dengan September tercatat sebesar 21,7% dengan perincian sebagai berikut

kasus Plebitis 12,5% , Dekubitus 3,9%, IDO 5,3%. Pada tahun 2020 pada bulan

januari sampai desember meningkat dengan jumlah yang tercatat 38,56% dengan

perincian kasus plebitis 32,81%, IDO 5,75%.

1.3 Pertanyaan Penelitan

Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan

infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja tahun 2021?

1.4 TujuanPenelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam

pencegahan infeksi nosokomial pada masa pandemi covid-19 di RSUD Dr.

H.Ibnu Sutowo Baturaja

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik perawat ( usia, jenis kelamin, pendidikan, status

pernikahan, masa kerja) dalam pencegahan infeksi nosokomial pada masa

pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2021.


2. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam pencegahan

infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja tahun 2021..

3. Untuk mengetahui gambaran sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial

pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. ibnu Sutowo Baturaja

Dapat memberikan informasi tentang gambaran tingkat pengetahuan dan sikap

perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di

RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.

1.5.2. Bagi peneliti

Dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit.

1.5.3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi bahan informasi, perbandingan, dan referensi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan area kajian manajemen keperawatan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam

pencegahan infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu

Sutowo Baturaja tahun 2021 tahun 2021. Penelitian ini rencananya akan dilakukan

pada bulan Mei 2021 , lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu
Sutowo Baturaja. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan survey. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di

ruang ICU dan ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja, instrumen pengumpulan data menggunakan kuisioner. Tekhnik sampling

yang digunakan purposive sampling. Data yang diperoleh akan dianalisis secara

univariat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Covid-19
2.1.1. Definisi Covid-19
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm, Virus

ini utamanya menginfeksi hewan,termasuk diantaranya adalah kelelawar dan unta.

Ada 6 jenis corona virus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alpacoronavirus

HKU1,Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus(SARS-CoV),dan Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)(Riedel,et.al,2019).

Coronavirus yang menjadi etiologi Covid-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus.hasil analisi filogenetik menunjukan bahwa virus ini masuk dalam

subgenus yang sama dengan Coronavirus yang menyebabkan Wabah Severe Acute

Respiratory Illness (SARS) pada tahun 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas

dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama

SARS-CoV-2(Gorbalenya AE, et.al,2020).

2.2.2 Epidermiologi

Sejak kasus pertama kali di Wuhan, terjadi peningkatan kasus Covid-19 di China

setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020.Awalnya

kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,kemudian merambah

hingga ke provinsi lain dan seluruh China (Wu Z,McGoogan JM,2020). Tanggal 30

Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi Covid-19 di China, dan 86
kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam,

Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea

Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada

Finlandia, Prancis, dan Jerman.( World Health Organization,2020).

Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020

sejumlah dua kasus (World Health Organization,2020). Data 31 Maret 2020

menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus

kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesi,2020). Tingkat mortalitas

COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia

Tenggara (World Health Organization,2020). Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224

kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia.

Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan

kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat

pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru

sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan

6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu

11,3%.(World Health Organization,2020).

2.2. Infeksi Nosokomial

2.2.1. Definisi Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan

di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak
ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi

muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah

sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan (Permenkes RI No. 27 Tahun 2017).

2.2.2. Jenis-Jenis Infeksi Nosokomial

Jenis-jenis infeksi nosokomial menurut Septiari (2012) adalah:

1. Infeksi Luka Operasi (ILO)

Infeksi luka operasi merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30

hari pasca operasi dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi

dan melibatkan suatu bagian anatomi tertentu dengan tanda keluar cairan purulen dari

drain organ dalam, isolasi bakteri dari organ dalam dan abses.

2. Infeksi Saluran Kencing (ISK)

Infeksi saluran kemih adalah adanya invasi mikroorganisme pada saluran

kemih. Untuk adanya ISK harus ditemukan bakteri di dalam urin. ISK adalah jenis

infeksi yang paling sering terjadi. ISK dapat terjadi di saluranginjal (ureter), kandung

kemih (bladder) atau saluran kencing bagian luar (uretra).

3. Bakterimia dan Septikimia

Bakterimia dan septikimia adalah infeksi sistemik yang terjadi akibat

penyebaran bakteri dari suatu fokus infeksi ke dalam peredaran darah. Septikimia

merupakan keadaan gawat, oleh karena itu harus ditangani cepat dan tepat untuk

menghindari terjadinya akibat yang fatal.


4. Febris Puerperalis

Febris puerperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pasca

persalisana pervaginam. Diperkirakan 7-8% akan mengalami kesulitan atau distosia

yang terjadi karena tidak proporsionalnya perpaduan antara tenaga dorong dari

uterus, janin yang harus terdorong keluar, serta jalan lahir saat persalinan berjalan.

5. Infeksi Saluran Cerna

Seorang penderita dapat digolongkan terjangkit infeksi saluran cerna apabila

ditemukan gejala-gejala: adanya nyeri perut secara mendadak, kadang-kadang

disertai nyeri kepala, dan muntah-muntah yang diikuti dengan diare. Manifestasi

klinis ini dapat.

muncul setelah beberapa saat penderita mengkonsumsi makanan atau minuman yang

disajikan.

6. Hepatitis Virus Akut

Hepatitis virus akut muncul terutama disebabkan oleh hepatitis virus A

(HVA), hepatitis virus B (HVB) atau hepatitis virus non A non B (HVNANB).

Manisfestasi klinis dari hepatitis virus dapat ikterik atau non iketrik.Pada fase pra

ikterik terdapat sedikit demam, anoreksia, mual, muntah-muntah, dan nyeri perut. Ini

berlangsung dari beberapa hari sampai dua minggu.

7. Infeksi Aliran Darah Primer

Infeksi aliran darah primer adalah infeksi darah yang timbul tanpa ada organ

atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.


8. Infeksi Saluran Napas

Saluran napas adalah organ vital untuk ventilasi, namun tidak jarang jaringan

lunak pada saluran napas ini harus bersentuhan dengan peralatan medis untuk

berbagai indikasi, baik sebagai upaya menegakkan diagnososis dan terapi. Semua

tindakan medis mempunyai risiko bagi penderita.

Berdasarkan Permenkes RI No. 27 Tahun 2017, jenis infeksi nosokomial

yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit

adalah

1. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)

2. Infeksi Aliran Darah (IAD)

3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

4. Infeksi Daerah Operasi (IDO)

2.2.3. Gejala Klinis Infeksi Nosokomial

Gejala klinis infeksi nosokomial adalah reaksi demam berupa reaksi umum

atau sistemik, dan reaksi organik seperti pucat, badan melemah, gelisah, muntah,

diare, napas sesak, terbentuknya pus dan sebagainya. Gambaran adanya bakterimia

adalah demam mencapai 38,5°C dan bertahan selama minimal 24 jam atau demam

yang berulang paling sedikit 4 kali selama 24 jam dengan atau tanpa pemberian obat

antipiretik (Septiari, 2012).


Darmadi (2008) menyatakan suatu infeksi didapat dari rumah sakit apabila memiliki

ciri-ciri:

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda- tanda

klinis dari infeksi tersebut.

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa

inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam

sejak mulai perawatan.

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (recidual) dari infeksi sebelumnya.

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah tidak ada tanda-tanda infeksi, dan

terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang

sama, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.Dari batasan

infeksi nosokomial tersebut diatas, ada catatan khusus yang perlu diketahui:

1) Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit

dan kemudian menderita keracunan makanan dengan penyebab bukan produk

bakteri, tidak termasuk infeksi nosokomial.

2) Untuk penderita yang keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-

tanda infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi

tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

3) Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga atau

pengunjung tidak termasuk infeksi nosokomial (Darmadi,2008).


2.2.4. Rantai Penularan Infeksi Nosokomial

Rantai infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk

menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian

infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi. Kejadian infeksi

di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan 6 komponen rantai penularan,

apabila 1 mata rantai diputus atau dihilangkan maka penularan infeksi dapat dicegah.

Enam komponen rantai penularan infeksi, yaitu:

1) Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi.Pada

manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada tiga faktor

pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas,

virulensi dan jumlah (dosis atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan

pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya

pencegahan dan penanggulangannya bisa dilaksanakan.

2) Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,

berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan

penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-

tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan- bahan organik lainnya. Dapat juga

ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas,

usus dan vagina juga merupakan reservoir.

3) Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)

meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta
transplasenta.

4) Metode Transmisi (cara penularan) adalah metode transport mikroorganisme dari

wadah / reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu:

kontak langsung dan tidak langsung, droplet, airborne, melalui vehikulum (makanan,

air/minuman, darah) dan melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).

5) Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang

rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau

melalui kulit yang tidak utuh.

6) Susceptible host (pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh

menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat

mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,

luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan dengan

imunosupresan (Permenkes RI No. 27 Tahun 2017).

2.2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi terjadinya Infeksi Nosokomial

Darmadi (2008) mengemukakan beberapa faktor yang berperan dalam

terjadinya infeksi nosokomial adalah:

1. Faktor-faktor luar (extrinsic factors)

Faktor-faktor luar yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi nosokomial

seperti:

a. Petugas pelayanan medis (dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan

sebagainya).
b. Peralatan dan dan material medis (jarum, kateter, instrumen, respirator, kain,

kassa, dan lain-lain).

c. Lingkungan terdiri dari lingkungan internal seperti ruangan perawatan,kamar

bersalin, dan kamar bedah, serta lingkungan eksternal seperti halaman rumah sakit

dan tempat pembuangan sampah atau pengelolahan limbah.

d. Makanan dan atau minuman (hidangan yang disajikan setiap saat kepada

penderita).

e. Penderita lain (keberadaan penderita lain dalam satu kamar atau ruangan

perawatan dapat merupakan sumber penularan).

f. Pengunjung atau keluarga (keberadaan tamu atau keluarga dapat merupakan

sumber penularan).

2. Faktor-faktor yang ada dalam diri penderita (instrinsic factors) seperti: umur, jenis

kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang

menyertai (multipatologi) beserta komplikasinya.

3. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay), menurunnya

standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.

4. Faktor mikroba seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan

merusak jaringan, lamanya paparan (length of exposure) antara sumber penularan

(reservoir) dengan penderita.


2.2.5. Dampak Infeksi Nosokomial

Menurut Septiari (2012), infeksi nosokomial dapat memberikan dampak sebagai

berikut:

1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional, dan dapat menyebabkan cacat

permanen serta kematian.

2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang

tinggi.

3. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu.

4. Morbiditas dan mortalitas semakin tinggi.

5. Adanya tuntutan secara hukum.

6. Penurunan citra rumah sakit.

Selama 10 - 20 tahun terakhir belum banyak kemajuan dalam mengatasi

masalah mendasar yang menjadi penyebab meningkatnya kejadian infeksi

nosokomial. Infeksi nosokomial meningkatkan biaya pelayanan kesehatan di negara-

negara yang kurang mampu karena meningkatnya; lama rawat inap di rumah sakit,

terapi dengan obat-obat mahal (seperti obat antiretroviral untuk HIV/AIDS, dan

antibiotik) dan penggunaan pelayanan lain (seperti pemeriksaan laboratorium,

rontsen, transfusi) (Tietjen dkk, 2004).

2.2.6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang

menerima pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam lingkungannya dengan cara


memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan

berdasarkan transmisi. Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka akan diterapkan

kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan

berdasarkan transmisi (Permenkes RI No. 27 Tahun 2017).

Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada

dalam program pengendalian infeksi nosokomial di antaranya yaitu: adanya sistem surveilan

yang mantap, adanya peraturan yang jelas, dan tegas serta dapat dilaksanankan, adanya

program pendidikan yang terus menerus bagi semua petugas rumah sakit (Septiari 2012).

2.2.7. Pencegahan Infeksi dengan Cuci Tangan

Cuci tangan dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui

tangan dengan menyingkirkan kotoran dan debu serta menghambat atau membunuh

mikroorganisme pada kulit. Langkah pertama pada proses ini adalah dengan

mendidik petugas kesehatan mengenai pentingnya kebersihan tangan, bagaimana

melakukan langkah cuci tangan, dan menggosok tangan dengan benar. Untuk

mendorong cuci tangan, pengelola program harus melakukan segala upaya dengan

menyediakan sabun dan suplai air bersih terus menerus, baik dari kran atau ember

dan lap pribadi (Tietjen dkk, 2004).

Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun

dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan

alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas

harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan

cincin. Kebersihan tangan dilakukan pada saat sebelum kontak pasien, sebelum
tindakan aseptik, setelah kontak darah dan cairan tubuh, setelah kontak pasien dan

setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien (Permenkes RI No. 27 Tahun 2017).

Ada dua cara mencuci tangan menurut WHO (2009) yaitu:

a. Cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

b. Cara mencuci tangan dengan antiseptik berbasis alkohol.

Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan adalah mencegah agar

tidak terjadi infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke

lingkungan termasuk lingkungan kerja petugas (Permenkes RI No. 27 Tahun 2017).

2.3. Pengetahuan

2.3.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu melalui proses sensoris khususnya mata

dan telinga terhadap objek tertentu, pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour). Perilaku yang

didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (sunaryo, 2004). Pengetahuan

adalah kumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama

hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik

terhadap diri sendiri maupun lingkunganya.

Penelitian Rogers (1994) terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan dan kesadaran. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia

harus tahu terlebih dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

bagi organisasi (Notoatmodjo, 2010).


2.3.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010). Bahwa

pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu sebagai mengingat satu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Bisa

juga diartikan sebagai tingkat pengetahuan yang lebih rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar. Orang yang paham terhadap obyek atau materi yang dapat harus menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu

obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi ataupun kondisi riil atau sebenarnya, seperti rumus, metode, prinsip dan

sebagainya.

d. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih

ada kaitannya satu sama lain.


e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.

2.3.3. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang di kutip dari Notoatmodjo (2003), dalam

bukunya Wawan & Dewi (2010). Adalah sebagai berikut:

a. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah

1) Cara Coba Salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka di

coba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka

dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat

baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip
orang lain yang menerima mempunyai yang di kemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya

baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang di hadapi masa lalu. b. Cara modern dan

memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-

1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara

untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo 2003 dalam bukunya Wawan

& Dewi (2010). Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi untuk sikap berperan serta

dalam pembangunan (Nursalam, 2003). Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip dalam Nursalam 2003 dalam bukunya Wawan &

Dewi (2010). Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi, lebih banyak merupakan cara member nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam dalam buku Wawan & Dewi

(2010). Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dilahirkan sampai brulang

tahun sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam dalam buku Wawan & Dewi

(2010). Lingkungan merupakan kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi Wawan & Dewi (2010).

2.3.5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari obyek penelitian atau responden. Data yang

bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat


kuantitatif berwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses

dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan

diperoleh porsentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan kedalam kalimat yang

bersifat kualitatif (Arikunto, 2006) sebagai berikut.

a. Kategori baik yaitu kemampuan menjawab benar 76%-100% dari yang

diharapkan

b. Kategori cukup yaitu bila kemampuan menjawab benar 56%-75% dari yang

diharapkan

c. Kategori kurang yaitu bila kemampuan menjawab benar < 56%

2.4. Sikap (Attitude)

Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu

disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman, yang memberikan pengaruh

khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek, dan keadaan (Notoatmodjo,

2010). Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitas menurut Notoadmodjo,

(2005) terdiri dari menerima, menanggapi, menghargai, bertanggung jawab. Sikap

juga dapat dibentuk melalui pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama dan

pengaruh emosional. Menurut Sukidjo sikap adalah keadaan mental dan saraf dan

kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau

terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan

denganya. Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek.

Setelah orang mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilai
stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus

atau obyek tersebut (Notoatmodjo, 2010).

2.4.1. Komponen Sikap

Komponen sikap meliputi :

a. Kognisi seseorang berada dalam tahap mempelajari yaitu tahap mengenal masalah

dan tahap mencari informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.

b. Kepercayaan dari pengirim berita, berita itu sendangkan dan Semakin besar

prestice sang komunikator akan semakin besar pula perubahan sikap yang

ditimbulkan

c. Menyukai sang komunikator menghasilkan perubahan sikap, sebab orang mencoba

untuk cenderung untuk mengadopsi sikap dan perilaku orang yang disukai.

2.4.2. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, menurut Notoatmodjo (2003), yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan obyek.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

c. Menghargai (Valuating)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendistribusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah indikasi sikap.


d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah yang paling tinggi.

2.4.3. Sikap dan nilai

Nilai sangat terkait dengan sikap, nilai membantu sebagai jalan untuk

mengatur sikap. Nilai didefinisikan sebagai konstelasi dari suka, tidak suka, titik

pandang, keharusan. Sikap dan kepuasaan kerja Suatu sikap yang dipunyai individu

mengenai pekerjaanya dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya,

didasarkan pada faktor lingkungan kerja, gaya supervisi, kebijakan dan prosedur.

Sikap dan perilaku. Melalui tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan

kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang pada giliranya akan mempengaruhi

perilaku. Kepercayaan merupakan sesuatu yang didasari atas pengetahuan, pendapat

dan keyakinan nyata. Sikap adalah evaluasi perasaan dan kecenderungan seseorang

yang relatif konsisten terhadap sesuatu obyek atau gagasan. Sikap akan

menempatkan orang lain menyukai atau tidak menyukai sesuatu tersebut

(Notoatmodjo, 2010).
2.5. Perawat

Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang

mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, pengertian perawat

semakin meluas. Pada saat ini, pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai

bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

profesional (Nisya, 2013). UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan

keperawatan.

2.5.1. Karakteristik perawat

Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nilai-nilai yang menjadi

filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan

responden yang konsisten terhadap nilai-nilai tersebut dengan menganarasikan

pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai (Notoatmodjo, 2000 dalam Ismael,

2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Muksydayan (2012), karakteristik dipengaruhi

oleh usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, pengeahuan, sikap, dan perilaku.

Sejalan dengan penelitian Yanti dan Warsito (2013) karakteristik perawat

diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja. Dalam penelitian

ini, karakteristik yang akan diteliti adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan

lama kerja.
a. Usia

Usia perawat secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam

sikap pengambilan keputusan yang yang mengacu pada setiap pengalamannya.

Karakteristik seorang perawat berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap kinerja

dalam praktik keperawatan, dimana semakin tua umur perawat maka dalam

menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman.

Hal ini akan berdampak pada kinerja perawat dalam praktik keperawatan pada pasien

pada pasien semakin baik pula. (Smet, 2004 dalam Nurningsih, 2012). Usia

merupakan indikator umum tentang kapan suatu perubahan akan menjadi. Usia

menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman

tindakan berdasarkan usia yang dimiliki (Sujarwo,2013).

Usia perawat dewasa muda pada umumnya mereka kurang memiliki rasa tanggung

jawab, kurang disiplin, sering berpindah-pindah pekerjaan, belum mampu

menunjukan kematangan jiwa, dan belum mampu berfikir rasional. Perawat usia

muda masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam bersikap disiplin serta

ditanamkan rasa tanggung jawab sehingga pemanfaatan usia produktif bisa lebih

maksimal (Wahyudi dkk, 2010)

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin umumnya digunakan untuk membedakan seks seseorang, yaitu

laki-laki atau perempuan. Penelitian psikologis telah menentukan bahwa laki-laki

lebih agresif dan lebih besar kemungkinan dalam memiliki pengharapan untuk
sukses, sehingga laki-laki lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan perempuan.

Penjelasan yang logis adalah adalah bahwa secara historis perempuan bertanggung

jawab terhadap rumah tangga dan keluarga (Robbins dan judge, 2001 dalam

Elvarida, 2010).

c. Tingkat Pendidikan

Perawat sebagai bagian penting dari rumah sakit dituntut memberikan

perilaku yang baik dalam rangka membantu pasien dalam mencapai kesembuhan.

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap

sesuatu yang datang dari luar. Seorang perawat yang menjalankan profesinya sebagai

perawat, saat menjalankan profesinya harus memiliki pengetahuan dan pendidikan

dalam bidang tertentu, untuk itu dibutuhkan pendidikan yang sesuai agar dapat

berjalan dengan baik dan profesional. Pendidikan menunjukan tingkat intelegensi

yang berhubungan dengan daya pikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka semakin luas pengetahuannya.

d. Lama kerja

Lama kerja adalah lama seseorang perawat yang bekerja di rumah sakit dari

mulai awal bekerja sampai saat selesai perawat berhenti bekerja. Semakin lama masa

kerja seseorang dalam bekerja maka semakin banyak pengetahuan dan pengalaman

yang dimilikinya, hal ini dapat membantu membantu dalam meningkatkan kinerja

seorang perawat. Hasil analisis peneliti bahwa rata-rata masa kerja perawat masih

belum lama akan menyebabkan masih kurang. Kondisi ini menunjukan bahwa
perawat mempunyai harapan yang relatif sudah terpenuhi karena belum mempunyai

tuntutan kebutuhan yang tinggi dibandingkan dengan masa kerja yang sudah lama

(Rusmianingsih, 2012)

2.6. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Nilai-nilai
- Keyakinan
- Kepercayaan

Faktor pendukung
- Fasilitas Pencegahan
- Informasi infeksi
- Obat-obatan nosokomial .

Faktor pendorong
- Kelompok Referensi
- Petugas Kesehatan

Gambar 1.1 Kerangka Teori (Lawrence green dalam Notoatmodjo,2010)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan pendekatan survey. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran

tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada

masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2021.

3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu

Sutowo Baturaja, yang meliputi Ruangan Icu dan Rawat Inap.

3.1.3 Waktu penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal bulan Mei 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Rumah

Sakit Umum Daerah dr.H.Ibnu Sutowo Baturaja yang berjumlah 248 orang perawat.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang yang bertugas di ruang

perawatan ICU dan Ruang rawat inap rumah sakit Umum daerah dr.H.Ibnu

Sutowo Baturaja dengan total 151 orang perawat. Besar sampel minimal

dalam penelitian ini dihitung dengan


menggunakan rumus Slovin :

N
n
1  N (d )2
248
1  248(0,1) 2
248
1  2,48
248
3,48
71,26  71

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan 0.1

Jumlah responden 71 perawat + drop out 10 % (71 x10% = 7,1) = 71 + 7,1 = 78,1 =

78 perawat

1.6. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling adapun kriteria

sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi :

a. Perawat aktif yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Ibnu

Sutowo Baturaja

b. Memiliki kesehatan yang baik

c. Bersedia menjadi responden.


d. Semua peserta menyetujui protokol penelitian dan memberikan

persetujuan tertulis.

2. Kriteria eksklusi:

a. Perawat yang sedang sakit

b. Perawat yang sedang cuti saat pelaksanaan penelitian

3.4 Variabel Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang diangkat yaitu “gambaran tingkat

pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada masa

pandemi Covid-19 di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2021”, maka

variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan, status pernikahan, masa kerja dan variabel tingkat pengetahuan

dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial .


3.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Karakteristik perawat :
- Usia
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Lama kerja
Pencegahan infeksi
nosokomial .
Pengetahuan Perawat

Sikap Perawat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


3.6. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Dependen Operasional Ukur Ukur
Umur Usia responden yang Wawancara Kuesioner Umur dalam Rasio
dihitung sejak lahir
tahun
hingga sampai saat
ini, yang dihitung
dengan tahun
Jenis Karakeristik seksual Wawancara Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
yang dimiliki
Kelamin 2. Perempua
responden
n
Pendidikan Sekolah formal Wawancara Kuesioner 1. Tinggi : Ordinal
tertinggi yang
> SMA
terakhir ditamatkan
2. Rendah :
< SMA
Status Data diri responden Wawancara Kuisioner 1. Menikah Ordinal
Pernikahan yang dilihat dari
2. Janda/du
status pernikahan
seseorang da
3. Belum
menikah
Masa Masa kerja Wawancara Kuesioner 1. Lama : Ordinal
Kerja resonden mulai saat ≥ 5
bekerja hingga tahun
penelitian
dilakukan 2. Baru : <
5 tahun
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Independen Operasional Ukur Ukur
Tingkat Segala sesuatu yang Wawancara Kuesione 1. Betul , Ordinal
Pengetahuan diketahui pelah r jika skor
perawat tentang 76%-
pencegahan infeksi 100%
nosokomial baik 2. Salah,
dari hassil belajar jika skor
maupun pengaruh 56%-
lingkungan sekitar 75%

Sikap Segala sesuatu yang Wawancara Kuesione 1. Menduku Ordinal


dirasakan dan r ng, jika
respon yang nilai
ditunjukka perawat jawaban
terhadap adanya benar ≥
infeksi nosokomial mean
dan pencegahannya
2. Kurang
menduku
ng , jika
nilai
jawaban
benar <
mean
3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Untuk mengukur

tingkat pengetahuan perawat dan sikap perawat dalam pencegahan nosokomial.

3.8.Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari profil Rumah Sakit dengan mempelajari biodata

dan riwayat responden pada masing-masing sampel penelitian. Langkah-langkah

pengumpulan data sekunder adalah sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan untuk pihak pendidikan untuk mendapatkan surat

pengantar pengambilan data di RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo Baturaja.

2. Memberikan surat pengantar pengambilan data dari pihak pendidikan kepihak

RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo Baturaja.

3. Mendapatkan izin pengambilan data dari pihak RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo

Baturaja.

4. Mencatat data yang dibutuhkan kebagian adminitrasi RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo

Baturaja pencatatan data perawat.

2. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara menggunakan kuisioner yang diisi oleh

perawat Adapun data primer meliputi variabel dalam penelitian ini yaitu karakteristik

responden meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan masa kerja

dan variabel tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial .
Langkah-langkah pengumpulan data primer sebagai berikut :

1. Menjaga protokol kesehatan dalam pencegahan Covid-19 (cuci tangan / memakai

hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak)

2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden

4. Mengajukan lembar informed concent

5. Memnerikan kuesioner kepada responden

6. Memandu responden dalam mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam

lembar kuesioner

7. Memeriksa kembali lembar kuesioner yang sudah diisi responden

8. Mengucapkan terimakasih dan salam pada responden

3.9 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh

data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumus ketentuan sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan.ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan

data dibagi menjadi 5 tahap yaitu (Setiadi,2013).

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah disarankan oleh para

pengumpul data.pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan

terhadap :
a. Kelengkapan jawaban, apakah tipe pertanyaan sudah ada jawaban,meskipun

jawaban hanya berupah tidak tahu atau tidak mau menjawab.

b. Keterbacaan tulisan,tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit pengolahan

data atau berakibat pengolahan data salah membaca.

c. Relevensi jawaban,bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan maka editor

harus menolak

2. Memberi Tanda Code/Coding

Coding adalah mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para responden kedalam

bentuk angka/bilangan.biasanya klarifikasi dilakukan dengan cara memberi

tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.misalnya untuk variabel

pendidikan.tanda-tanda kode ini dapat disesuaikan dengan pengertian yang lebih

menguntungkan peneliti,jadi tanda-tanda tersebut bisa dibuat oleh peneliti

sendiri.kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisa data dan

juga mempercepat pada saat entry data.

3. Processing

Memproses data yang akan dilakukan dengan cara mengentry data dari

kuesioner kepaket program komputer.ada beberapa macam paket program yang dapat

digunakan untuk memproses data dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan.salah satu paket program yang sudah umum digunakan untuk entry data

adalah paket program spss for window.


4. Cleanning

Cleaning (pembersihan data) mrupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

3.10 Teknik Analisa Data

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu karakteristik responden

meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, masa kerja dan

variabel tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr.H Ibnu Sutowo Baturaja
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

BLUD RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja beralamat di jalan Dr. Mohd. Hatta

No. 1 Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.

Merupakan pusat rujukan kesehatan regional bagi Rumah Sakit Kabupaten Ogan

Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan. Rumah

Sakit ini diresmikan menjadi fasilitas pelayanan kesehatan pada tanggal 24 oktober

1987 dan ditetapkan menjadi kelas “C” pada Januari 1993. Rumah Sakit Dr. H. Ibnu

Sutowo ini berjarak 4-5 jam menuju Rumah sakit Provinsi. Dengan luas lahan dan

bangunan yaitu luas areal sebesar 17.663, 75 m2 dan luas bangunan 8.269, 94 m2.

Jenis fasilitas yang ada di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja yaitu

1. Peralatan media penunjang kesehatan

2. Jaringan air bersih

3. Bangunan gedung perawatan dan perkantoran

4. Jaringan listrik dan ganset

5. Sistem pendingin ruangan

6. Ambulance

7. Sistem informasi managemen Rumah Sakit

8. Instalasi gas medik

9. Tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun

10. Sistem komunikasi


11. Incenerator

12. Gudang, peralatan listrik

13. CCTV

14. Instalasi pengelolaan air limbah

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu karakteristik responden

meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, masa kerja dan

variabel tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di RSUD Dr.H Ibnu Sutowo Baturaja.

4.2.1.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat ICU dan Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat ICU dan Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja dapat dilihat pada

Tabel 4.1 berikut ini:


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat ICU dan Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


1. Jenis Kelamin
Laki-Laki 13 16,6
Perempuan 65 83,3
2. Usia
21-30 7 8,9
31-40 37 46,4
41-50 34 43,0
3 Masa Kerja
≥ 5 Tahun 77 98,7
≤ 5 Tahun 1 1,2
4 Pendidikan
D3 Keperawatan 74 94,8
S1 Keperawatan 4 5,1
Jumlah 78 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar perawat ICU dan

Rawat Inap berjenis kelamin perempuan sebanyak 65 perawat (83%) dan

perawat yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 perawat (16%). Usia perawat

sebagian besar adalah 21-30 tahun sebanyak 7 perawat (8,9%), dan usia perawat

31-40 tahun sebanyak37 perawat (46,4%), sedangkan usia perawat 41-50 tahun hanya

sebanyak 34 perawat (43,0%). Sebagian besar perawat memiliki pengalaman kerja > 5

tahun sebanyak 77 perawat (98%), dan perawat yang memiliki pengalaman kerja < 5

tahun sebanyak 1 perawat (1,2%).Pendidikan perawat sebagian besar D3 Keperawatan

sebanyak 74 perawat (94,8%) dan perawat yang mempunyai pendidikan SI Kepeawatan

(Ners) hanya 4 orang perawat.


4.2.1.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Pencegahan Infeksi

Nosokomial Pada Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Ibnu Sutowo Baturaja.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Pencegahan Infeksi

Nosokomial Pada Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Ibnu Sutowo Baturaja dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Pencegahan Infeksi
Nosokomial Pada Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Dr.H.Ibnu Sutowo
Baturaja

Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase


(%)
Baik 80 62,4
Cukup 30 38,4
Kurang - 0
Jumlah 78 100

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar perawat memiliki tingkat


pengetahuan yang baik tentang pencegahan infeksi nosokomial pada pasien
sebanyak 80 perawat (62,4%). Namun masih ada perawat dengan tingkat
pengetahuan yang cukup sebanyak 30 perawat (38,4%) dan tidak ada perawat
yang tingkat pengetahuannya kurang.

4.2.1.3. Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pada Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja.

Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pada Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Ibnu Sutowo
Baturaja dapa dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Pada
Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Dr.H.Ibnu Sutowo Baturaja.

No Sikap Frekuensi Persentase (%)


1. Positif 74 94,8
2. Negatif 4 5,1
Total 78 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui hasil distribusi frekuensi sikap responden

dalam pencegahan infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di Rumah Sakit

Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja menunjukkan sebagian besar responden mempunyai

sikap positif, yaitu sebanyak 74 responden (94,8%).

4.3 Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Perawat

4.3.1.1.Jenis Kelamin

Hasil penelitian diketahui dari 78 responden terdapat jenis kelamin perawat

perempuan sebanyak 65 perawat (83%).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Wardhana, 2013 perawat

dengan jenis kelamin perempuan cenderung lebih taat dan mematuhi standar yang

ada dan cenderung lebih rajin dalam merawat diri sehingga praktik dalam

pencegahan infeksi nosokomial lebih baik. Berdasarkan jenis kelamin pada

umumnya dalam kepatuhan wanita lebih patuh dari pada pria, karena wanita lebih
patuh dan peduli untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.

Dari hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian Sarto (2016) yang

menunjukkan bahwa dari 80 perawat pelaksana di Ruang Rawat RSUP Fatmawati

sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 69 (86%).

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa perawat dengan berjenis kelamin perempuan lebih rajin melakukan

perawatan dalam pencegahan infeksi nosokomial.

4.3.1.2.Usia

Hasil penelitian diketahui dari 78 respondem didapatkan sebagian besar

responden memiliki usia 31-40 tahun sebanyak 37 perawat (46%).

Sejalan dengan teori usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Kepercayaan

masyarakat seseorang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya (Elisabeth dalam Wawan dan Dewi 2010).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Kusumawati dan Frandinata

2015, umur berpengaruh terhadap kinerja seseorang karena kemampuan untuk

menyesuaikan diri pada situasi dalam bekerja dan proses pemahaman serta

kematangan dalam bekerja dapat dicapai pada umur 31-40 tahun. Di usia yang masih

muda, proses pembelajaran dalam hal adaptasi terhadap pekerjaan dan penyesuaian
terhadap situasi yang baru masih sangat dirasakan oleh responden yang sehingga

membutuhkan ketekunan dan semangat untuk memperoleh aktualisasi diri dalam

bekerja.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih

& Rumapea (2010) dengan topik yaitu gambaran karakteristik perawat yang

menunjukkan bahwa mayoritas perawat berumur 31 – 40 tahun sebanyak (46 %).

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa usia sangat berpengaruh terhadap kinerja dalam praktik

keperawatan.

4.3.1.3.Masa kerja

Hasil penelitian diketahui dari 78 responden terdapat 77 perawat (98%)

yang masa kerja nya ≥ 5 tahun.

Sejalan dengan teori masa kerja adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh

seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami selama perjalanan kerja. Semakin

lama seseorang menggeluti bidang pekerjaannya semakin terampil seseorang dalam

bekerja atau berkarya. Hal ini pun sesuai dengan konsep teori bahwa tingkat

pengetahuan seseorang dipengaruhi juga oleh tingkat pengalaman dalam bekerja

(lama masa kerja) (Notoatmodjo, 2012).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Herpan & Wardhani (2012) tentang analisis

kinerja perawat dalam pengendalian infeksi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul

Yogyakarta yang menunjukkan bahwa sebagian besar perawat dengan masa kerja > 5
tahun yaitu sebanyak 79 (98%).

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa perawat dengan masa kerja ≥ 5 tahun maka lebih banyak

pengalaman dan terampil dalam melaksanakan pencegahn infeksi nosokomial.

4.3.1.4.Pendidikan

Hasil penelitian diketahui dari 78 responden terdapat perawat yang

berpendidikan D3 sebanyak 74 perawat (94%).

Sejalan dengan teori pendidikan merupakan suatu metode pengembangan

organisasi di mana staf mendapatkan pengetahuan dan keterampilan untuk tujuan

positif dan staf mendapat pengetahuan yang penting untuk penampilan kinerjanya

dalam hal kognitif, psikomotor dan sikap. Pendidikan merupakan indikator yang

menunjukkan kemampuan indvidu dalam meyelesaikan pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya (Hasibuan, 2011).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Kusumawati (2016) dengan hasil mayoritas

dari jumlah responden adalah memiliki tingkat pendidikan D3 keperawatan yaitu

sebanyak 84 responden (84%).

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa pendidikan seorng perawat untuk menunjukkan kemampuan

indvidu dalam meyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya .


4.3.1.6. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perawat dalam

pencegahan infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Dr. H. Ibnu

Sutowo Baturaja adalah baik sebanyak 80 perawat (62,4%).

Sejalan dengan teori pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Wachidatin (2013) yang menyimpulkan

perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang infeksi nosokomial lebih

banyak dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan kurang. Pengetahuan

dan kemampuan perawat yang baik dalampenelitian Wachidatin (2013)

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa semakin tinggi pengetahuan maka semakin baik sikap yang di

tunjukkan pada seseorng.

4.3.1.6.Sikap Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial

Hasil penelitian menunjukkan sikap perawat dalam pencegahan infeksi

nososkomial pada pasien pelebitis paling banyak mempunyai sikap positif

sebanyak 74 perawat (94,8%).


Menurut teori sikap merupakan produk dari pengalaman individu terhadap

pengalaman yang berhubungan pengamatan individu dengan keluarga, lingkungan

serta pergaulan sosial. Sikap merupakan respon tertutup yang dalam teori psikologi

sikap sebagai respon tertutup yang memungkinkan timbulnya bentuk nyata atau

perilaku (Azwar, 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian Yulia Habni (2009) yang menyatakan bahwa

sebagian besar perawat bersikap positif (84,3%) dalam pencegahan infeksi

nosokomial di Ruang Rawat dan ICU RSUP H Adam Malik Medan.

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa Sikap yang positif dikarenakan pengetahuan sebagian besar

perawat cukup, sehingga mudah menerima, merespon sebuah informasi.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial pada pasien

pelebitis di ICU dan Rawat Inap RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja sebagian

besar baik sebanyak 80 perawat (62,4%). Namun masih ada tingkat

pengetahuan perawat yang cukup sebanyak 30 perawat (38,4%) sehingga

perlu adanya pelatihan atau pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan

perawat.

2. Sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada pasien pelebitis

RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja sebagian besar positif sebanyak 74

perawat (94,8%) dan sikap perawat yang negatif sebanyak 4 perawat(5,1%).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran- saran

sebagai berikut:

5.2.1. Bagi RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk dapat terus memantau seperti

kepatuhan perawat dalam mencuci tangan dalam upaya pencegahan infeksi


nosokomial terhadap tindakan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

kepada pasien terutama pada tindakan-tindakan yang rentan menimbulkan terjadinya

infeksi .

5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Diharapkan bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat menjadi

referensi tambahan dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat

tetang pencegahan infeksi nosokomial.

5.2.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti

serta tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti untuk dapat menerapkan pencegahan

infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19.


Daftar Pustaka
Darmadi.2010. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Manajerial


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes RI.

Herpan & Wardhani. (2012). Analisis kinerja perawat dalam pengendalian infeksi
nosokomial di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
Jurnal KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012 : 144-211. Diakses
padahttp://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/viewFile/105
3/780 tanggal 10 Desember 2017.
Ismael. 2009. Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap Penatalaksanaan Klien Perilaku
Bunuh Diri di RSJ.Prof Dr. Hb. Sa’anin Padang. Tahun 2009. Sumatera
Barat: Program Studi DIII Keperawatan Stikes Perintis Bukittinggi.
Kemenkes. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011 Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur Patient Safety.
Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Nasional Keselamatan


Pasien Rumah Sakit. Jakarta:

Kusumawati, A.T. (2016). Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang


perawatan dower catheter dengan perilaku pencegahan infeksi
nosokomial pada pasien stoke di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen. Skripsi, Prodi S1 Keperawatan. Surakarta :
STIKes Kusuma Husada.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi Emerging Kementerian


Kesehatan RI [Internet]. 2020 [updated 2021 February27; cited 2021
February 27]. Available from: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/

Maksydayan, Doni. 2012. Karakteristik, sikap, dan perilaku dan perilakukaryawan


cold stonge Terkait Praktek Higine Daging.Tesis. Bogor.Sekolah
pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Mangkunegara. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.
Notoatmodjo,S.(2010) Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi.Jakart:Rineka
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta

Robbins, S. & Judge, Y. 2010. Perilaku organisasi. (Terj. D. Angelica, R. Cahyani,


dan A. Rosyid) Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Rusmianingsih, Nining. 2012. Hubungan Penerapan Metode Pemberian Asuhan


Keperawatan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang. Depok: FIK UI.
Septiari, B. B. 2012. Infeksi Nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sujarwo. 2013. Pembelajaran Orang Dewasa. Yogyakarta: Venus Gold Press

Tietjen, L., Bossemeyer, D,.& McIntosh, N. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi


untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wardhana, Roby. (2013). Hubungan karakteristik perawat dengan penerapan prinsip
enam benar dalam pemberian obat diruang rawat inap RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal. (Skripsi Tidak dipublikasikan).

Wahyudi, Iwan, Dewi Irawaty, dan Sigit Mulyono. 2010. Hubungan Persepsi
Perawat tentang Profesi Keperawatan, Kemampuan, dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD dr. Slamet
Garut. Jurnal Keperawatan FIKUI.

Wawan & Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Tietjen, L., Bossemeyer, D,.& McIntosh, N. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi


untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan
Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wahyudi, Iwan, Dewi Irawaty, dan Sigit Mulyono. 2010. Hubungan Persepsi
Perawat tentang Profesi Keperawatan,Kemampuan,dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD dr. Slamet
Garut. Jurnal Keperawatan FIKUI.

Wawan & Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yulia, Habni. (2009), Perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di
Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji AdamMalik Medan. Skripsi. Peminatan
Keperawatan Fakultas Kedokteran UniversitasSumatra Utara,
Medan.
Lampiran Kuisioner

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Informed Concent)
Kepada
Yth. Responden
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bina Husada Palembang
Nama : Yeni Asrita
NPM : 19142019302P
Prodi : S1 Program Studi Ilmu Keperawatan

Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “gambaran tingkat pengetahuan dan


sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada masa pandemi Covid-19 di
RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2021” adapun segala informasi, yang
saudara/I berikan akan dimjamin kerahasiaannya karena itu saudara/I diharapkan
memberikan informasi apapun yang diharapkan oleh peneliti, sehubungan dengan
hal tersebut peneliti meminta kesediaan saudara/I untuk mengisi kuesioner ini
dengan mendatangani kolom dibawah ini.
Atas kesedian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Responden Peneliti

……………………
KUISIONER
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM
PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA MASA PANDEMI
COVID 19
DI RUD IBNU SUTOWO BATURAJA

No Kode Responden :
Tanggal Pengisian :

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


a. Bacalah pernyataan dan pertanyaan dengan baik, cermat dan teliti sebelum
saudara/i menjawab
b. Untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa isia, tuliskan jawaban
pada titik-titik yang tersedia dengan tulisan yang jelas
c. Untuk pertanyaan dengan pilihan, contreng (√) jawaban sesuai dengan
keadaan yang sebenar-benarnya.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama : ……………………………………………

2. Umur :……….. Tahun

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Pendidikan : 1. SPR/SPK 2. Akademi Keperawatan

3. S1 4. Lainnya

5. Status Pernikahan : 1. Menikah 2. Belum Menikah

3. Janda/Duda

6. Masa Kerja : 1. ≥ 5 tahun 2. < 5 tahun


KUISIONER
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM
PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA MASA PANDEMI
COVID 19 DI RUD IBNU SUTOWO BATURAJA

No Kode Responden :
Tanggal Pengisian :

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


d. Bacalah pernyataan dan pertanyaan dengan baik, cermat dan teliti sebelum
saudara/i menjawab
e. Untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa isia, tuliskan jawaban
pada titik-titik yang tersedia dengan tulisan yang jelas
f. Untuk pertanyaan dengan pilihan, contreng (√) jawaban sesuai dengan
keadaan yang sebenar-benarnya.

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama : ……………………………………………

2. Umur :……….. Tahun

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Pendidikan : 1. SPR/SPK 2. Akademi Keperawatan

3. S1 4. Lainnya

5. Status Pernikahan : 1. Menikah 2. Belum Menikah

3. Janda/Duda

6. Masa Kerja : 1. ≥ 5 tahun 2. < 5 tahun


C. TINGKAT PENGETAHUAN

Berilah tanda checklist (v) pada kolom di bawah ini yang sesuai menurut pilihan Anda.

No Pernyataan Betul Salah


1. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di
rumah sakit
2. Infeksi nosokomial diperoleh penderita selama dalam
proses asuhan keperawatan dirumah sakit
3. Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila
timbul gejala klinis sejak mulai perawatan
4. Pada dasarnya infeksi nosokomial hanya dapat terjadi pada
penderita yang dirawat.
5. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan
infeksi ke pasien lain, petugas kesehatan, penggunjung dan
lingkungan
6. Keberadaan pengunjung/keluarga merupakan sumber
penularan dengan secara langsung
7. Semakin lama pasien dirawat, akan meningkatkan resiko
terkena infeksi nosokomial
8. Pasien dengan infeksi dapat dirawat bersama dengan pasien
noninfeksi
9. Pasien dengan usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi
nosokomial.
10. Pemberian infus TPN dapat meningkatkan kejadian plebitis
11. Keberadaan pengunjung/keluarga merupakan sumber
penularan tak langsung
12. Tidak semua penderita yang berada dalam perawatan akan
tertular infeksi nosokomial
13. Tanda klinis infeksi nosokomial sekurang-kurangnya 3 X
24 jam sejak perawatan.
14. Demam pada hari ke-2 perawatan, merupakan indikasi
pasien terpapar infeksi nosokomial
15. Plebitis merupakan salah satu infeksi nosokomial
D. SIKAP PERAWAT

No Pernyataan Setuju Kurang Tidak


Setuju Setuju
1. Perawat Sebelum dan sesudah melakukan
tindakan tangan dalam keadaan bersih
2. Perawat Tidak menggunakan handuk dan
tisu jika tangan dalam keadaan basah
3. Alat kesehatan yang terkontaminasi
dengan cairan atau darah dari pasien
langsung dicuci menggunakan sabun
4. Perawat menggunakan sarung tangan
ketika sedang mencuci alat kesehatan
yang terkontaminasi darah atau cairan
5. Perawat menggunakan Sarung tangan
untuk mencuci alat adalah sarung tangan
tidak steril
6. Perawat Mencuci tangan dilakukan setelah
melakukan tindakan keperawatan
7. Perawat membuang sampah dipisahkan antara
sampah infeksius dan sampah non infeksius
8. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi
melalui kontak langsung.
9. Perawat yang demam ringan, pada saat
bekerja harus memakai masker
10. Perawat harus menjaga ke seterilan alat saat
melakukan tindakan invasive
11. Perawat membuang jarum suntik yang sudah
digunakan langsung di buang ketempat
khusus pembuangan jarum suntik.
12. Perawat ketika kondisi tubuh tidak sehat tetap
melaksanakan pelayanan keperawatn
13. Masker, gown, sarung tangan, dan kacamata
harus digunakan apabila ada percikan dan
kontak dengan cairan tubuh
14. Kesalahan dalam melakukan kebersihan
tangan yang tepat merupakan penyebab utama
infeksi nosokomial dan penyebaran
microoganisme multiresisten
15. Cairan yang terkontaminasi dapat dengan
mudah terpercik saat dibuang di toilet atau
tempat sampah
DOKUMENTASI PENELITIAN
RSUD DR. H. IBNU SUTOWO BATURAJA

Anda mungkin juga menyukai