Anda di halaman 1dari 65

TINJAUAN KODE INA CBG’S PADA KASUS PREMATURE RUPTURE OF

MEMBRANE DI RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG


PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar


Diploma (A.Md RMIK) dari Program Studi DIII RMIK

Oleh :

BERLIANA SUBEKTI

D22.2017.02174

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
TAHUN 2020
HALAMAN HAK CIPTA

@2017
Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah ada pada Penulis

i
ii
iii
iv
v
PERSEMBAHAN

Masyaallah Tabarakallah, Alhamdulillahirabbilalamin.. Puji syukur Saya


panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat tiada hentinya hingga
menjadikan Saya manusia yang berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani
kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi suatu langkah Saya dalam
menggapai cita-cita dan semoga ilmu dan pengalaman yang telah Saya
dapatkan dapat bermanfaat hingga nanti kelak diakhirat, Allahuma Amiin.
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, atas doa, support dan motivasinya sehingga saya bisa
semangat dan yakin untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi apapun di
dalam kehidupan saya dan terus berusaha menjadi lebih baik setiap harinya.
2. Bapak Ibu dosen Udinus progdi Rekam Medis yang telah menjadi orang tua
kedua bagi saya selama masa perkuliahan, insyaallah ilmu dan jasa yang
telah Bapak Ibu berikan akan selalu dikenang dan diamalkan untuk
kehidupan
3. Terima kasih kepada Bu Kriswiharsi K.S., SKM, M.Kes(Epid) selaku dosen
pembimbing saya, Bu Dyah Ernawati , S.Kep, Ns, M.Kes dan Pak Maulana Tomy
Abiyasa, A.Md PK, SKM atas bimbingannya selama ini, suatu ilmu yang bermanfaat
dan pengalaman yang sangat berharga bagi Saya.
4. Teman – teman RMIK’17 dan D22.65 yang sudah menjadi teman suka dan
duka dalam perkuliahan selama 3 tahun ini.
5. Teruntuk sahabat ku Vika, Chindy, Ita, Vamela, Nanda, Ibnu, Dwandana,
Ertian, dan Asep yang tidak bosan – bosannya mendengarkan sambatan
saya dan selalu mendoakan saya dalam menyelesaikan KTI ini.
6. Teruntuk Aulia, Danta, Retha, Amel dan Dwi terima kasih sudah menjadi
sahabat rasa keluarga selama Saya menuntut ilmu di Semarang, selalu
mengingatkan saya agar tidak selalu grusa – grusu, tempat berbagi
keceriaan dan segala kesedihan selama 3 tahun ini, terima kasih sekali atas
segala hal baik yang kalian tularkan dan terima kasih kepada fikan selaku sie
konsumsi semasa kita nugas,
7. Terima kasih kepada Sita, Fara, Galuh, Nabila, Firda, Kartika, dan teman –

vi
teman lainnya yang sudah sabar menjawab pertanyaan – pertanyaan saya
ketika saya bingung tentang berkas yang harus dikirim.
8. Teruntuk Mas Wisnu terima kasih telah menjadi penyemangat saya dalam
menyelesaikan KTI ini.
9. Terima Kasih untuk diri saya sendiri yang telah mampu menyelesaikan KTI
ini.

vii
MOTTO

Motto penulis yaitu :

1. Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Mungkin gagal disini


karena ada yang lebih baik disana.

2. Tiada kesuksesan tanpa campur tangan doa orang tua dan


usaha

3. Allah tidak akan membebani seseorang diluar


batas kemampuannya.

4. Lakukan lah sesuatu dengan tulus dan ikhlas

5. Innallaha maashobirin “Sesungguhnya Allah


bersama orang-orang yang sabar”.

6. Barang siapa bersungguh-sunguh pasti akan berhasil.

7. Hasil tidak akan mengkhianati usaha.

8. Barang siapa yang membantu orang lain maka


Allah SWT akan melapangkan urusannya.

viii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Berliana Subekti

Tempat, Tanggal Lahir : Blora, 7 September1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Balun Sawahan Lr. 2 Cepu, Blora Jateng

Telp : 0895322934246

Riwayat Pendidikan atau Pekerjaan :SD N egeri 3 Balun (2005 – 2011)


SMP Negeri 3 Cepu (2011 – 2014)
SMK Migas Cepu (2014 – 2017)
UDINUS (2017 – 2020)

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam penulis
haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah
menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Karya tulis ilmiah ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat
dalam menyelesaikan studi Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Adapun judul karya tulis ilmiah ini adalah
“Tinjauan Kode INA-CBGs Pada Kasus Premature Rupture Of Membrane di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang Periode Triwulan 1 Tahun 2019”

Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro.
2. Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom., M.Cs selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Dian Nuswantoro.
3. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes M.Kes selaku Kaprodi Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan di Universitas Dian Nuswantoro.
4. dr. Susi Herawati, M.Kes selaku Direktur Utama RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota
Semarang
5. Bu Kriswiharsi K.S., SKM, M.Kes(Epid), selaku pembimbing yang telah berkenan
secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya
dalam memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dalam proses
penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak dan Ibu dosen rekam medis Udinus yang telah memberikan bimbingan serta
ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai
dengan baik.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutikan satu per satu yang telah membantu
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

x
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT,
penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan yang jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karenannya dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Semarang,14 Agustus 2020

Penulis

xi
Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
2020

ABSTRAK

BERLIANA SUBEKTI

TINJAUAN KODE INA CBG’S PADA KASUS PREMATURE RUPTURE OF


MEMBRANE DI RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG
PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2019

Premature rupture of membrane merupakan pecahnya ketuban sebelum tiba


waktu untuk melahirkan. Jumlah pasien BPJS pada kasus Premature rupture of
membrane di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang periode triwulan
januari – maret tahun 2019 sebanyak 40 pasien. Penelitian ini bertujuan
meninjau kode INA-CBGs pada kasus premature rupture membrane pada
periode triwulan 1 tahun 2019. Penelitian ini mengobservasi 40 data pasien
dengan kasus premature rupture of membrane pada Laporan Indeks. Hasil
penelitian menunjukkan tarif rata – rata INA CBGs untuk kelas 2 yaitu Rp.
3.087.500, dan untuk kelas 3 Rp 1.924.700 sedangkan tarif rumah sakit untuk
kelas 2 yaitu Rp. 3.458.087, dan untuk kelas 3 Rp. 3.220.144 sehingga rumah
sakit mengalami kerugian sebesar Rp. 30.772.745. Dalam hal ini rumah sakit
sebaiknya menerapkan clinical pathway agar dapat meminimalisir kerugian.

Kata kunci : Premature rupture of membrane, tarif INA CBGs, tarif rumah sakit
Pustaka : 21 buah (1992-2019)

xii
Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
2020

ABSTRACT

BERLIANA SUBEKTI
Premature rupture of membranes is the rupture of the membranes before the
time for delivery. Total BPJS patient case with Premature rupture of
membranes in RSUD (Regional General Hospital) K.R.M.T Wongsonegoro,
Semarang City in January – March 2019 was 40 patients. This study aims to
review the INA CBGs code in cases of the Premature rupture of Membranes in
the first quarter of 2019. This study observed 40 data of patients with cases of
premature rupture of membranes in the Index Report. The results showed that
the average INA CBGs rates for class 2 were Rp. 3,087,500, and for class 3 Rp.
1,924,700 while the hospital rate for class 2 was Rp. 3,458,087, and for class 3
Rp. 3,220,144 so that the hospital suffered a loss of Rp. 30,772,745. In this case,
the hospital should implement a clinical pathway in order to minimize losses.

Keyword : Premature rupture of membrane, tarif of INA CBGs, tarif of hospital


References: 21 pieces (1992-2019

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN HAK CIPTA....................................................................................i


PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR....................................................ii
PENGESAHAN PENGUJI................................................................................iii
KEASLIAN PENELITIAN..................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..................................................vi
PERSEMBAHAN.............................................................................................vii
MOTTO............................................................................................................ ix
RIWAYAT HIDUP............................................................................................x
KATA PENGANTAR........................................................................................xi
ABSTRAK........................................................................................................xiii
ABSTRACT......................................................................................................xiv
DAFTAR ISI........................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xvi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Lingkup Penelitian 5
F. Keaslian Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
A. Rekam Medis 10
B. Pembiayaan Kesehatan 12
C. Sistem Casemix 13
D. Metode Pembayaran Sistem INA-CBG’S 14
E. Koding Dalam INA-CBG’S 18

xiv
F. Premature Rupture Membrane 21
G. Kerangka Teori 23
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................24
A. Kerangka Konsep..........................................................................................24
B. Jenis Penelitian..............................................................................................25
C. Variabel Penelitian.........................................................................................25
D. Definisi Operasional......................................................................................25
E. Populasi dan Sampel....................................................................................27
F. Pengumpulan Data........................................................................................28
G. Pengolahan Data...........................................................................................29
H. Analisa Data...................................................................................................29
BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................................30
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................................32
BAB VI PENUTUP.........................................................................................................36
KESIMPULAN............................................................................................................36
SARAN........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................37
LAMPIRAN.........................................................................................................................40

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka teori...............................................................................................23


Gambar 3.1 Kerangka Konsep..........................................................................................24

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitiana......................................................................................7


Tabel 3.1 Definisi Operasional.....................................................................................26
Tabel 4.1 Diagnosa Sekunder..............................................................................30
Tabel 4.2 Tabel Tindakan, Lama Perawatan, Tingkat Keparahan, dan Kelas
Perawatan............................................................................................................30
Tabel 4.3 Kode INACBGs....................................................................................31

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Survai Awal.......................................................................41

Lampiran 2 kartu konsul................................................................................42

Lampiran 3 Pedoman Observasi..................................................................................43

xviii
DAFTAR SINGKATAN

ICD 10 : International Statistical Classification of

Disease and Related Health Problems

Tenth Revision

ICD 9 CM : International Classification of Disease

Ninth Revision Clinical Modification

CBGs : Case Base Groups

INA-CBGs : Indonesia Case Base Groups

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CMGs : Case-Mix MaIn Groups

DRM : Dokumen Rekam Medis

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam masalah kesehatan yang semakin memprihatinkan setiap

tahunnya, Pemerintah melakukan upaya dalam menanggulangi masalah

kesehatan yang terjadi di negara Indonesia, yaitu dengan

menyelenggarakan JKN (Program Jaminan Kesehatan Nasional).

Meningkatkan aksesibiltas masyarakat terhadap pelayanan di bidang

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan merupakan tujuan

dilaksanakan program JKN.(1)

Sistem yang digunakan untuk menekan biaya perawatan dan

pengobatan yang tidak diperlukan kepada pasien BPJS yaitu sistem

Casemix. Sistem Casemix INA CBG’s merupakan pengelompokkan

klasifikasi dari episode kelas perawatan pasien yang dirancang guna

menciptakan kelas yang relatif sama dalam sumber daya yang digunakan

dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis

merupakan pengertian dari sistem Casemix INA CBG’s.(2)

Peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi didahului oleh suatu

peristiwa fertilisasi yang membentuk zigot dan akhirnya menjadi janin

dan mengalami proses perkembangan di dalam uterus hingga proses

persalinan merupakan penegertian dari kehamilan. (3) Semua wanita hamil

pasti mendambakan proses persalinan yang akan dilalui dapat berjalan

dengan normal atau tanpa adanya hambatan. Namun, seringkali dijumpai

1
2

kejadian yang sama sekali tidak diinginkan terjadi pada fase-fase dalam

proses persalinan.(4) Lima penyebab terbesar kematian ibu pada tahun

2010 adalah perdarahan, abortus, infeksi, hipertensi dalam kehamilan,

dan partus lama/macet, dimana yang menyebabkan meningkatnya

mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi adalah infeksi yang terjadi karena

ketuban pecah dini.(5) Premature rupture membrane atau ketuban pecah

dini menjadi salah satu kasus persalinan yang sangat ditakutkan semua

ibu hamil karena dapat menyebabkan persalinan premature.

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum tiba

waktu untuk melahirkan. Penyebab KPD sampai saat ini belum diketahui

secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor adalah keadaan

abnormal dari fetus atau malpresentasi, riwayat KPD sebelumnya,

paritas, infeksi, trauma, tekanan intrauterine yang tinggi, sosial ekonomi,

usia.(6)

Ketepatan menentukan koding diagnosis dan koding tindakan /

prosedur yang telah dilakukan kepada seorang pasien berpengaruh

terhadap hasil grouping dalam INA CBG’s, oleh karena itu jika ditemukan

kesulitan dalam menentukan diagnosis utama atau tindakan dianjurkan

seorang koder menggunakan rule MB 1 hingga rule MB 5 dalam memilih

diagnosa utama ( reseleksi ).(7) Berdasarkan hasil survey awal yang

dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro Kota

Semarang untuk kasus premature rupture membrane penggunaan kode

O42.0 (Premature Rupture Membrane) menjadi diagnosa utama, dan

ditinjau dari indeks penyakit kasus Premature Rupture Membrane

merupakan salah satu kasus yang menimbulkan kerugian cukup banyak


3

di rumah sakit tersebut sehingga perlu untuk mengetahui hal – hal yang

dapat menimbulkan kerugian.

Hasil gruping INA CBGs menunjukkan variasi kode O-6-13-I, dan

O-6-13-II, kode INA CBGs mempengaruhi tarif INA CBGs. Kualitas data

statistik penyakit dan masalah kesehatan serta pembayaran biaya

kesehatan dengan sistem Case-Mix/ (INACBGs) dipengaruhi oleh

keakuratan penentuan diagnosis utama dan kode.(8) Perekam medis

mempunyai kewenangan melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan

kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis

sesuai terminologi medis yang benar. Data statistik dan pelayanan

kesehatan, serta pembayaran biaya kesehatan yang ada di Rumah Sakit

dipengaruhi oleh ketepatan kode diagnosis dan tindakan medis yang

diberikan kepada pasien.(9)

Tarif rata – rata INA-CBG’s pada kasus premature rupture

membrane kelas perawatan 2 Rp.3.087.500 dan kelas perawatan 3

Rp.1.924.700. Sebelum pasien pulang dilakukan monitoring oleh petugas

PJRM yang bertujuan untuk memantau kepatuhan petugas medis, dalam

hal ini adalah dokter penanggung jawab pasien yang seringkali belum

mengisi dokumen rekam medis secara lengkap seperti tanggal, tanda

tangan, jam dan diagnosa yang lengkap dikarenakan tulisan yang kurang

terbaca serta mengetahui apakah terjadi overcost atau tidak. Didapatkan

hasil 97,5% mengalami overcost.

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu meninjau kode INA CBG’s

pada kasus premature rupture membrane di RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro Kota Semarang pada periode triwulan 1 tahun 2019.


4

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana tinjauan kode INA-CBGs pada kasus premature

rupture membrane di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang

pada triwulan 1 tahun 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Meninjau kode INA-CBGs pada kasus premature rupture membrane di

RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang pada periode triwulan

1 tahun 2019.

1. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien kasus KPD di RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro Kota Semarang..

b. Mengetahui diagnosa utama, diagnosa sekunder, serta tindakan

pada pasien rawat inap kasus premature rupture membrane di

rumah sakit K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang periode

januari – maret tahun 2019.

c. Mengetahui lama di rawat pada pasien kasus premature rupture

membrane di rumah sakit K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang

periode januari - maret tahun 2019.

d. Mengetahui tingkat keparahan (severity level) pasien rawat inap

pada kasus premature rupture membrane di rumah sakit K.R.M.T

Wongsonegoro Kota Semarang.

e. Mengetahui besarnya tarif rumah sakit dengan tarif INA-CBGs

pasien rawat inap pada kasus premature rupture membrane di


5

rumah sakit K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang periode

januari – maret tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Mengembangkan kemampuan yang telah dipunyai dalam

perkuliahan

2. Bagi Rumah Sakit

Bahan evaluasi dan masukan bagi instansi rumah sakit untuk

meningkatkan mutu pelayanan rawat inap

3. Bagi Akademik

Tambahan bahan ajar mengenai BPJS untuk kasus Premature

rupture membrane di Fakultas Kesehatan terutama program

studi rekam medis.

E. Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dalam penelitian ini yaitu lingkup rekam medis

dan informasi kesehatan.

1. Lingkup Materi

Lingkup materi dalam penelitian ini adalah Casemix INA – CBS’S

rawat inap.

2. Lingkup Lokasi
6

Lingkup lokasi dalam penelitian ini dilakukan di ruang rekam

medis yaitu di bagian casemix dan ruang koding BPJS di rumah

sakit K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang.

3. Lingkup metode

Jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu peneliti

mendeskripsikan perbedaan tarif pelayanan medis pasien rawat

inap di rumah sakit dan tarif INA-CBGs di RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro Kota Semarang. Metode yang digunakan oleh

peneliti yaitu observasi pada laporan kasus penyakit premature

rupture membrane di rumah sakit K.R.M.T Wongsonegoro Kota

Semarang.

4. Lingkup Objek dan Sasaran

Indeks laporan pasien kasus ketuban pecah dini

5. Lingkup Waktu

Lingkup waktu dalam pengambilan data untuk penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2020.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil

`1. Pertiwi Analisis Observasi Hasil penelitian


kesesuaian analitik dengan yang dilakukan
biaya rill pendekatan selama periode
terhadap tarif cros sectional November-
ina-cbg’s Desember 2018
pada pasien di Rumah Sakit
partus lama Umum Daerah
di rsud Pandan Arang
pandan arang Boyolali pada
7

boyolali tahun pasien peserta


2017 Jaminan
Kesehatan
Nasional (JKN)
partus lama
dengan
persalinan
vaginal rawat
inap kelas
perawatan 1, 2
dan 3 dengan
kode INA CBG‟s
O-6-13-I/II
periode Januari-
Desember tahun
2017 diperoleh
populasi
sebanyak 150
pasien. Dari 150
pasien yang
memenuhi
kriteria inklusi
sebanyak 81
pasien.
2. Irwin Penerapan secara kualitatif Program JKN
Ananta pola dengan (Jaminan
pembayaran bersifat Kesehatan
ina-cbgs bpjs deskriptif yang Nasional) oleh
kesehatan cendrung BPJS Kesehatan
dalam menggunakan merupakan salah
tinjauan analisis dengan satu bentuk
regulasi dan memakai upaya
implementasi pendekatan jaminan sosial
induktif yang
diprogramkan
oleh
pemerintah
Indonesia untuk
membantu
meringankan
beban
masyarakat
dalam
biaya
pengobatan dan
biaya rumah
sakit
yang relatif
mahal.
8

2. Siti Perbedaan analitik Hampir seluruh


Aisyah kejadian komparatif ibu bersalin
dan Aini ketuban dengan multipara (80%)
Oktarina pecah dini pendekatan mengalami KPD.
antara case control Uji statistik yang
primipara dan digunakan dalam
multipara penelitian ini
adalah chi-
square, dan
didapatkan nilai
p = 0,000
dimana nilai α =
0,05 maka h0
ditolak yang
berarti terdapat
perbedaan
kejadian KPD
pada ibu
bersalin
primipara dan
multipara.

4. Susi Gambaran Terdapat selisih


Susanto perbandingan Penelitian ini antara realisasi
besaran menggunakan tarif Rumah Sakit
biaya antara pendekatan dengan tarif INA-
rumah sakit deskriptif CBG’s, dengan
dengan tarif kuantitatif, rata-rata selisih
ina-cbg’s di pendekatan sebesar Rp.
rsu kota kuantitatif 1.090.000/berkas
tangerang dilakukan klaim.
selatan tahun dengan desain
2016 cross sectional

5. Lilissuriani, Perbedaan Penelitian Total tarif


Irwan biaya riil deskriptif analitik rumah sakit unit
Saputra, dengan pelayanan rawat
Mahlil Ruby rumah sakit
dan tarif ina- pendekatan inap untuk kasus
cross sectional katastropik
cbg
penyakit jantung
untuk kasus koroner bulan
katastropik pelayanan Januari
dengan hingga Agustus
penyakit adalah
jantung Rp1.977.669.924,-
koroner pada lebih besar dari
pasien rawat tarif INA-CBG.
inap peserta Rumah sakit juga
jaminan mengalami
kerugian sebesar
kesehatan
27% di mana total
nasional di tarif rumah sakit
9

rsuza ternyata lebih


besar
dibandingkan total
tarif INA-CBG.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di

unit rekam medis, menggunakan metode observasi dan wawancara.

Obyek yang diteliti menjadi perbedaan pada penelitian ini, obyeknya

yaitu kasus premature rupture membrane. Selain itu waktu

pelaksanaan yang diteliti untuk kasus premature rupture membrane

adalah tahun 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T

Wongsonegoro Kota Semarang.


10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Suatu berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas

seorang pasien, pemeriksaan, pengobatan yang telah dilakukan, tindakan

dan pelayanan yang telah di terima selama masa perawatan dapat

disebut pengertian rekam medis.

Catatan-catatan rekam medis tersebut kemudian diolah dan

selanjutnya akan bermanfaat bagi pihak manajemen untuk mengetahui

informasi mengenai data yang telah ada.(10)

2. Isi Rekam Medis

Dokumen rekam medis merupakan dokumen rahasia dan wajib

dijaga oleh semua petugas pelayanan kesehatan. Adapun isi dari

dokumen rekam medis dibedakan menjadi dua, yaitu data sosial pasien

dan data klinis pasien.

Adapun yang termasuk dalam data sosial pasien meliputi :

a. Nama pasien

b. Umur pasien

c. Alamat tinggal pasien

d. Jenis kelamin pasien

e. Status pernikahan pasien

11
12

f. Agama

g. Pekerjaan

h. Pendidikan

i. Nama orang tua

Selain data sosial yang terdapat dalam dokumen rekam medis

pasien, terdapat juga data klinis yang meliputi :

a. Anamnesa, yaitu keluhan yang dirasakan pasien ketika datang untuk

berobat.

b. Pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan yang dilakukan seorang dokter

atau tenaga medis untuk mengetahui keadaan pasien.

c. Pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan yang dilakukan pasien

untuk mendukung penegakan diagnosis yang ditetapkan seorang

dokter.

d. Diagnosis, yaitu penetapan jenis penyakit oleh dokter berdasarkan

hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang

telah dilakukan.

e. Terapi, yaitu pemberian obat yang sesuai oleh dokter kepada pasien

untuk kasus penyakit yang telah ditetapkan..

3. Kegunaan dan Manfaat Rekam Medis

Permenkes Nomor 269 tahun 2008 menyebutkan bahwa Rekam

Medis memiliki 5 manfaat yaitu :

a) Bahan untuk kepentingan penelitian.

b) Dasar pemeliharaan kesehatan pengobatan kepada pasien.

c) Bahan pembuktian dalam perkara hukum.

d) Dasar pemeliharaan kesehatan pengobatan kepada pasien.


13

e) Digunakan sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan

f) Serta bahan untuk menyiapkan statistika kesehatan(11)

Sedangkan kegunaan dokumen rekam medis secara umum yaitu sebagai

berikut:

a) Sebagai alat komunikasi yang digunakan dokter dan ahli kesehatan

dalam pelayanan kesehatan

b) Sebagai bahan pertanggung jawaban laporan pelayanan kesehatan

c) Dapat digunakan sebagai penelitian, bahan analisa, dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

pasien

d) Untuk bahan perencanaan pengobatan yang dilakukan instansi

kesehatan kepada pasien

e) Sebagai bukti tertulis segala tindakan yang telah dilakukan dalam

pelayanan kesehatan kepada pasien

B. Pembiayaan Kesehatan

Biaya kesehatan merupakan besarnya tarif atau dana yang

dikeluarkan seorang pasien setelah mendapatkan pelayanan kesehatan

seperti perawatan, pemeriksaan, maupun tindakan dari suatu penyedia jasa

pelayanan kesehatan. Pembiayaan kesehatan di Indonesia dibedakan

menjadi dua yaitu, pembiayaan umum yang artinya biaya ditanggung oleh

pasien sendiri dan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang ditanggung oleh

Pemerintah. Menurut UU Nomor 40 tahun 2004 yang berbunyi “ bahwa

jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan


14

Sosial (BPJS)”.(12) Pada tahun 2014 program yang diselenggarakan oleh

BPJS yaitu program JKN.

JKN merupakan jaminan yang diberikan kepada setiap orang dalam

bidang kesehatan, berupa perlindungan dan pemeliharaan kesehatan bagi

yang telah membayar iuran kepada Pemerintah secara rutin setiap bulannya

dengan tarif yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pembayaran yang

dilakukan oleh JKN kepada pihak pelayanan kesehatan yaitu dengan

metode prospective payment yang berarti pembayaran dilakukan sejak awal

yang besarnya sudah diketahui berdasarkan klasifikasi episode perawatan

yang mengelompokkan menurut kelas – kelasnya sebelum layanan

kesehatan diberikan kepada pasien. Manfaat dari sistem pembayaran

prospective payment antara lain :

1. Mendorong peningkatan mutu suatu pelyanan kesehatan

2. Mendorong layanan berorientasi kepada pasien

3. Dapat mendorong pelayanan tim (koordinasi / kerjasama antar provider)

4. Mendorong efisiensi pelayanan

5. Tidak memberikan reward kepada provider yang telah melakukan

overthreatment

C. Sistem Casemix

Format klasifikasi yang berisi kombinasi dari beberapa jenis

penyakit dan tindakan pelayanan di suatu rumah sakit dengan sistem

pembayaran yang dikaitkan dengan mutu dan efektifitas pelayanan

merupakan pengertian dari Casemix. Dalam hal ini rumah sakit dapat
15

melakukan pelayanan kesehatan secara efisien dan bermutu kepada

pasien JKN dengan efisien dan tidak overthreatment.

Sistem Casemix adalah sistem yang mengklasifikasikan penyakit

menurut episode perawatan pasien yang dibuat untuk memonitoring kelas

– kelas yang relatif homogen dengan melihat sumber daya yang

digunakan dan berisi pasien dengan karakteristik yang serupa. INA CBGs

merupakan sistem Casemix yang di implementasikan di Indonesia pada

saat ini. INA CBGs dibuat dengan dasar pengelompokkan menggunakan

ICD 10 untuk diagnosa sebanyak 14.500 kode, ICD 9 CM untuk tindakan

atau prosedur sebanyak 7.500 kode, dan dikelompokkan menjadi 1077

kode group INA CBG dengan 789 untuk kode rawat inap dan 288 untuk

kode rawat jalan.

D. Metode Pembayaran Sistem INA-CBG’S

1. Pengertian Sistem INA-CBG’S

Sistem INA-CBG’s merupakan metode sistem pembayaran yang

dipakai rumah sakit berdasarkan pengelompokkan diagnosis penyakit dan

tindakan yang dilakukan rumah sakit kepada pasien dengan biaya

perawatan, yang telah ditentukan dalam bentuk paket sebelum diagnosa

dan prosedur tindakan dilakukan oleh dokter, kemudian dimasukkan

kedalam grup – grup. Dalam sistem INA-CBG’s terdiri dari dari 789 kode

rawat inap dan 288 kode rawat jalan, yang dikelompokkan menjadi 1.077

kode grup.

2. Struktur INA CBGs


16

Struktur kode INA-CBG’s terdiri dari 4 karakter kode kombinasi yang

terdiri dari alfabetik dengan numeric, dalam hal menentukan kodefikasi

diagnosa akhir dan tindakan yang diberikan kepada pasien, acuan yang

diterapkan pada INA-CBG’s adalah yang paling banyak menghabiskan

sumber daya mengacu pada ICD 10 CM pada kode penyakit serta ICD 9

CM digunakan untuk kode tindakan atau prosedur. Adapun struktur INA-

CBG’s yaitu :

a. Digit pertama merupakan keterangan Casemix Main Groups, yaitu

klasifikasi sistem organ tubuh, yang terdiri dari huruf A sampai Z dan

pada INA-CBG’s terdapat 31 CMGs

b. Digit kedua merupakan keterangan tipe kasus pada perawatan, terdiri

dari 9 kasus utama

c. Digit ketiga merupakan keterangan spesifik CBG kasus, yang dibuat

khusus dan biasanya dilambangkan mulai angka 01 sampai 99

d. Digit keempat menunjukkan severity level atau tingkat keparahan

kasus yang dialami seorang pasien. Dilambangkan dengan angka

romawi I,II,III untuk pasien rawat inap dan angka 0 untuk pasien rawat

jalan.

3. Kebijaksanaan Tarif INA-CBG’S

Dalam hal tarif INA-CBG’S tentunya BPJS mempunyai pedoman

yang menjadi dasar kebijaksanaan penentuan tarif INA-CBG’S hal itu

diatur pada PMK No. 64 tahun 2016 yaitu tentang standar tarif pelayanan

kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan.

Penetapan Tarif INA-CBGs memerlukan proses panjang, diawali

dengan penghitungan UC yang dilakukan oleh Tim Tarif Kementerian


17

Kesehatan. Dilakukan analisis data dasar dan data costing RS yang

diperoleh dari sejumlah RS terpilih. Tarif INA-CBGs adalah rata-rata biaya

yang dibutuhkan untuk kelompok diagnosis yang terperinci untuk 5

regional, kelas rumah sakit, kepemilikan rumah sakit (pemerintah atau

swasta). Pengembangan pelayanan rumah sakit dengan pembiayaan

atau pembayaran yang terstandar ini akan dapat memberikan banyak

keuntungan baik bagi pasien, penyedia pelayanan kesehatan dan pihak

penyandang dana.(13)

Menurut Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013,

mengamanatkan tarif ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun.

Tujuan dari peninjauan tarif yaitu guna mendorong agar tarif

merefleksikan actual cost dari semua pelayanan yang telah diberikan

rumah sakit. Selain itu untuk meningkatkan keberlangsungan sistem

pentarifan yang berlaku, dan mampu mendukung kebutuhan medis yang

diperlukan serta diharapkan dapat memberikan reward terhadap rumah

sakit yang memberikan pelayanan dengan outcome yang baik.(14)

4. Tarif INA-CBG’s dalam Jaminan Keesehatan Nasional

Tarif yang digunakan dalam program JKN menggunakan

beberapa prinsip, diantaranya yaitu :

a. Pengelompokkan tarif berdasarkan 7 kluster rumah sakit :

1). Tarif RS Kelas A

2). Tarif RS Kelas B

3). Tarif RS Kelas B Pendidikan

4). Tarif RS Kelas C

5).Tarif RS Kelas D
18

6). Tarif RS Khusus Rujukan Nasional

7). Tarif RS Umum Rujukan Nasional

b. Regionalisasi, tarif INA-CBG’s terbagi menjadi 5 regionalisasi

berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang telah disepakati

bersama antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan

Tingkat Lanjutan.

c. Dalam INA-CBG’s versi 4.0 terdapat biaya tambahan pada kasus –

kasus tertentu yang masuk dalam special casemix main group (CMG),

adapun yang termasuk kasus – kasus tersebut yaitu :

1). Special Prosedure

2). Special Drugs

3). Special Investigation

4). Special Prosthesis

5). Special Groups Subacute dan Kronis

Untuk tambahan biaya pada kasus diatas pihak BPJS tidak

memberikan untuk seluruh kasus atau kondisi, namun hanya diberikan

pada kasus dan kondisi tertentu, yaitu jika beberapa kasus atau

kondisi rasio perbedaan tarif INA-CBG’s dengan tarif yang dikeluarkan

rumah sakit berbeda jauh.

d. Tidak terdapat perbedaan tarif antara rumah sakit umum dan khusus,

semua tarif disesuaikan dengan penetapan kelas yang dimiliki untuk

semua pelayanan di rumah sakit, hal itu berdasarkan surat keputusan

penetapan kelas yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI.


19

e. Tarif INA-CBGs berisi tarif paket yang meliputi seluruh komponen

sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan medis dan

non-medis.(15)

E. Koding Dalam INA-CBG’S

1. Pengertian Koding

Setelah pasien menerima pelayanan kesehatan di bagian rawat

jalan, rawat inap, dan gawat darurat, dokumen rekam medis pasien yang

berisi diagnosis maupun tindakan wajib untuk di koding berdasarkan

aturan penggunaan ICD 10 CM untuk diagnosis dan ICD 9 CM untuk

kode tindakan.

Salah satu kegiatan pengolahan data rekam medis untuk

menetapkan kode dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi

huruf dan angka yang mewakili komponen data merupakan penegertian

dari Koding. Setelah selesai proses koding kemudian akan di indeks

untuk memudahkan dalam pelayanan data dan penyajian informasi untuk

kepentingan manajemen dalam perencanaan, pengambilan keputusan

dan riset di bidang pendidikan.

2. Langkah – Langkah Koding

Dalam menentukan koding untuk diagnosis dan tindakan yang

diberikan kepada pasien seorang koder berpedoman pada ICD 10 CM

untuk koding penyakit dan ICD 9 CM untuk koding tindakan / prosedur.

Adapun cara mengkode penyakit menggunakan aturanICD 10 CM

sebagai berikut :
20

a. Identifikasi tipe pernyataan, kemudian carilah dalam buku volume 3

pada bagian yang sesuai ( bilamana pernyataan adalah penyakit atau

cidera atau kondisi lain di klasifikasikan pada

chapterI-XIX atau XXI rujuk pada seksi 1 indek alfabet. Jika

pernyataan adalah sebab luar dari cedera atau kejadian

diklasifikasikan pada chapter XX, rujuk seksi II).

b. Temukan lead terms, untuk penyakit dan cedera. Namun beberapa

kondisi yang dinyatakan dalam bentuk adjective maupun eponym juga

tercantum dalam indeks sebagai ”lead terms”.

c. Bacalah semua catatan yang tercantum dibawah “lead terms”.

d. Bacalah semua terminologi yang ada didalam kurung belakang “lead

terms”. (Modifierr ini biasanya tidak akan mengubah nomer kode), dan

juga semua terminologi yang tercantum di bawah “lead terms” ( yang

biasanya dapat merubah nomor kodenya ) sampai seluruh kata dalam

pernyataan diagnostik telah selesai diikuti.

e. Ikuti secara hati-hati cross, reference (see dan see also) yang terdapat

dalam indeks

f. Rujukan dalam tabulasi untuk kesesuaian nomor kode yang dipilih,

catatan kategori tiga karakter dalam indek dengan dash pada posisi ke

empat berarti bahwa kategori tiga karakter

g. dapat dilihat dari posisi karakter tambahan yang tidak di indek, jika

digunakan dapat dilihat pada volume satu.

h. Berpedomanlah pada “inclusion” atau “exclusion termsI” yang ada

dibawah kode atau dibawah chapter, blok atau diawali kategori.

i. Tentukan kode yang sesuai.(16)


21

Sedangkan aturan pengkodean untuk tindakan menggunakan ICD 9

CM sebagai berikut :

a. Identifikasi prosedur yang akan di kode

b. Tentukan “ lead term “.

c. Buka ICD 9 CM sesuai dengan indeks alphabet lead term.

d. Lihat pada beberapa lokasi “modifiers ”.

e. Koreksi kode yang didapat pada buku “Tabular list”.

f. Lihat/koreksi juga pada “Inclusion and Exclusion terms”.

g. Tetapkan Kode

3. Pedoman Koding Diagnosis

Dalam pedoman pengkodean diagnosis berlaku reseleksi rule MB 1

hinga rule MB 5, rule MB tersebut digunakan jika terdapat

ketidaksesuaian dan inkonsistensi dalam penulisan diagnosa. Sebelum

menggunakan reseleksi untuk pengkodean diagnosa, petugas koding

melakukan konfirmasi kepada dokter penanggung jawab pasien yang

menangani pasien tersebut. Adapun reseleksi diagnosa terdiri dari

beberapa rule yaitu :

a. Rule MB 1

Rule ini berlaku jika kondisi minor tercatat sebagai diagnosa utama,

sedangkan kondisi yang lebih berarti tercatat pada diagnosa sekunder

b. Rule MB 2

Apabila terdapat beberapa kasus pada diagnosa utama, maka pilihlah

kasus yang informasinya menunjukkan dan mengarah pada diagnosa

utama.

c. Rule MB 3
22

Kondisi yang tercatat sebagai diagnosa utama merupakan tanda –

tanda yang muncul akibat dari penyakit yang sedang ditangani,

sedangkan pada dokumen rekam medis terdapat informasi medis

yang dapat menunjang kondisi lain yang lebih menggambarkan

diagnosa pasien. Maka koder dapat menggunakan reseleksi ini.

d. Rule MB 4

Apabila dokter mencatat diagnosa utama dengan istilah yang lain dan

istilah yang umum yang dapat memberikan informasi lebih tepat

tentang topografi kondisi maka reseleksilah kondisi tersebut sebagai

diagnosa utama.

e. Rule MB 5

Bila dokter mencatat gejala sebagai diagnosa utama karena terdapat

indikasi bahwa gejala tersebut disebabkan karena kondis lain, maka

koder dapat menggunakan rule MB ini.

F. Premature Rupture Membrane

1. Pengertian Premature Rupture Membrane

Premature rupture of membrane atau sering disebut dengan

ketuban pecah dini yaitu salah satu penyebab persalinan prematur

dengan berbagai akibat. Ketuban pecah dini terjadi bila selaput ketuban

pecah secara spontan sebelum waktu persalinan yaitu adanya kontraksi

uterus yang teratur disertai pembukaan atau perdarahan servik.

2. Gejala

Kasus premature rupture membrane atau yang sering disebut

ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, kemungkinan yang


23

menjadi faktor predisposisi adalah terjadi infeksi secara langsung pada

selaput ketuban ataupun asenderen pada bagian serviks atau vagina.

Selain itu selaput ketuban yang abnormal, kelainan letak janin, serviks

inkompetensia, faktor golongan darah, usia wanita kurang dari 20 tahun

dan di atas 35 tahun, keadaan sosial ekonomi, faktor

multigravi-ditas/paritas, merokok, perdarahan antepartum, riwayat abortus

dan persalinan preterm sebelumnya, serta riwayat KPD sebelumnya.(17)

3. Kodefikasi O42 ( Premature Rupture Membrane )

Pada kasus Premature Rupture Membrane terdapat beberapa

kodefikasi yang berkaitan dengan kasus tersebut, berikut merupakan

kodefikasi pada kasus Premature Rupture Membrane :

a. O42 (Premature rupture of membranes)

b. O42.0 (Premature rupture of membranes, onset of labour after whitin

24 hours)

c. O42.1 (Premature rupture of membranes, onset of labour after whitin

24 hours)

Excl : with labour delayed by therapy (O42.2)

d. O42.2 Premature rupture of membranes, labour delayed by therapy

e. O42.9 Premature rupture of membrane, unspesified


24

G. Kerangka Teori

Cara Bayar

BPJS Umum

Tarif BPJS Tarif Rumah


Sakit

Grouping Koding

Perbandingan tarif INA-


CBG’s dengan tarif
rumah sakit

Gambar 2.1 kerangka teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Dokumen Rekam Medis


1. Data sosial
2. Data klinis

Diagnosa utama dan


diagnosa sekunder
beserta koding

Tarif INA-CBG’s

Tindakan beserta
koding

Tarif rumah sakit

Lama dirawat

Severity level atau


tingkat keparahan
penyakit

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

25
26

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah analisis deskriptif

yaitu peneliti mendeskripsikan perbedaan tarif rumah sakit dengan

tarif INA-CBGs pada pasien rawat inap kasus premature rupture of

membrane yang ada di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro periode bulan

Januari sampai Maret tahun 2019. Metode yang digunakan yaitu

observasi pada indeks elektronik pasien kasus Premature rupture of

membrane.

C. Variabel Penelitian

1. Diagnosa utama

2. Diagnosa sekunder

3. Tindakan Medis

4. Lama Dirawat

5. Severity Level atau tingkat keparahan penyakit

6. Tarif Rumah Sakit dan Tarif INA-CBG’s

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

1. Karateristik Pasien Ciri khas yang dimiliki


pasien dan menjadi
pembeda antara pasien
satu dengan pasien
lainnya yang diperoleh
berdasarkan observasi
pada indeks penyakit
kasus premature rupture
membrane, karakteristik
tersebut meliputi :
27

a. Nama pasien adalah


sebutan yang diberikan
sejak lahir yang
memiliki arti tertentu
b. jenis kelamin adalah ciri
khas yang
membedakan anatara
seorang laki – laki dan
perempuan sejak lahir,
c. umur adalah lama
seseorang hidup dari
mulai lahir ke dunia
hingga saat dia masih
hidup,
d. kelas perawatan adalah
pilihan fasilitas
kesehatan di rumah
sakit yang dipilih pasien
berdasarkan urutan
kelas yaitu : Kelas VIP,
Kelas VVIP, Kelas I,
Kelas II, dan Kelas III.
2. Diagnosa Utama dan Diagnosa Sekunder Diagnosa utama adalah
jenis penyakit yang
ditetapkan di akhir masa
perawatan seorang
pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan mendalam.
Diagnosa lain adalah jenis
penyakit yang sudah ada
sebelum diagnosa utama
ditegakkan.
Diagnosa utama dan
diagnosa sekunder
diperoleh berdasarkan
hasil observasi pada
indeks penyakitdan hasil
grouping INA-CBS’s di
RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Kota
Semarang
3. Tindakan Medis Tindakan medis adalah
suatu prosedur yang
dilakukan oleh dokter
kepada pasien
berdasarkan hasil
penunjang dengan
indikasi tertentuuntuk
organ yang abnormal.
Tindakan medis diperoleh
28

berdasarkan observasi
pada hasil grouping INA-
CBG’s
4. Lama Rawat Lama rawat adalah total
hari pasien dirawat di
rumah sakit, mulai dari
hari pertama pasien
datang hingga pasien
pulang dari rumah sakit.
Lama dirawat diperoleh
dari hasil observasi pada
grouping INA-CBG’s
5. Severity Level atau tingkat keparahan Severity Level merupakan
tingkatan keparahan
penyakit suatu penyakit pasien
yang dipengaruhi
komplikasi lain selama
masa perawatan.
Severity Level diperoleh
berdasarkan observasi
pada grouping INA-
CBG’s.
6. Tarif Rumah Sakit dan Tarif INA-CBG’s Tarif Rumah Sakit adalah
besarnya sumber daya
yang dikeluarkan pihak
rumah sakit selama
perawatan seorang
pasien berdasarkan
kwitansi rumah sakit.
Tarif INA-CBG’s adalah
besarnya biaya yang
dibayarkan pihak BPJS
kepada rumah sakit
berdasarkan klasifikasi
penyakit menurut episode
perawatan pasien
berdasarkan hasil
observasi grouping INA-
CBG’s.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penelitian ini menggunakan indeks elektronik pada kasus penyakit

premature rupture of membrane yang menggunakan asuransi JKN


29

periode bulan Januari sampai Maret tahun 2019 di unit rawat inap.

Jumlah total pasien pada kasus premature rupture of membrane

sebanyak 40 pasien.

2. Sampel

Pada penelitian ini menggunakan sampel seluruh kasus premature

rupture of membrane sebanyak 40 pasien.

F. Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data.

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung dalam melakukan penelitian, yaitu terdapat pada

laporan indeks eletronik dan grouping INA-CBG’s sehingga

dapat diketahui diagnosa utama, diagnosa sekunder, kode

penyakit, lama dirawat, dan cara pembayaran yang dilakukan

pasien.

2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode observasi dalam

pengumpulan datanya yaitu dengan cara pengamatan

menggunakan indeks elektronik untuk mengindentifikasi tentang

karakteristik seorang pasien dengan kasus premature rupture of

membrane, diagnosa yang ditentukan oleh dokter, penentuan

kode diagnosa oleh koder sehingga dapat muncul tarif rumah sakit

dan tarif pada INA-CBG’s.


30

G. Pengolahan Data

1. Collecting yaitu pengumpulan data pasien dengan kasus

premature rupture of membrane yang terkait dengan penelitian

untuk menunjang tercapainya penelitian ini.

2. Editing yaitu mengkoreksi dan mengolah data supaya memperoleh

data yang benar.

3. Classification yaitu mengelompokkan, menggolongkan serta

memilih data berdasarkan klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan

ditentukan oleh peneliti.

4. Tabulating yaitu memindahkan atau menempatkan data

berdasarkan klasifikasi tertentu.

5. Interpretasion hasil pengolahan data yaitu tahap menjelaskan hasil

analisis hingga akhirnya menarik kesimpulan.

H. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yaitu peneliti

menggambarkan dan menganalisa perbedaan tarif INA-CBG’s

dengan tarif rumah sakit guna mengetahui hal apa saja yang dapat

mempengaruhi perbedaan tarif INA-CBG’s dengan tarif rumah sakit.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil observasi indeks elektronik pasien JKN pada kasus


premature rupture of membrane periode triwulan tahun 2019 di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Kota Semarang sebanyak 40 pasien dengan semua berjenis
kelamin perempuan. Diagnosa utama pada indeks elektronik kasus ini adalah
O42.0 (premature rupture of membrane, onset on labour within 24 hours).
Premature rupture of membrane atau yang sering disebut dengan ketuban pecah
dini merupakan pecahnya ketuban sebelum tiba waktu untuk melahirkan.
Diagnosa sekunder yang ditampilkan pada tabel merupakan jenis
diagnosa sekunder dari 40 pasien yang rata – rata semua pasien mempunyai
lebih dari satu diagnosa sekunder, sehingga jumlah diagnosa sekunder lebih dari
40.

Tabel 4.1 Diagnosa Sekunder

Diagnosa Sekunder (Kode) Jumlah Persentase (%)


Single live birth (Z37.0) 40 45,9%
Single vertex delivery (O80.0) 35 40,2%
Delivery by emergency caesarean section (O82.1) 5 5,7%
Gestasional hipertensi without significant proteinuria ( O13) 3 2,2%,
Moderate pre-eklamsia (O14.0) 1 1,1%,
Severe pre – eclampsia (O14.1) 1 1,1%,
Preterm spontaneous labour with term delivery (O60.1) 1 1,1%,
Sterilization (Z30.2) 1 1,1%,
Carrier of viral hepatitis (Z22.5) 1 1,1%

Pada tabel tindakan, satu pasien kasus Premature rupture of membrane


dilakukan lebih dari satu jenis tindakan oleh pihak rumah sakit, sehingga jumlah
tindakan pada tabel lebih dari 40.
Tabel 4.2 Tabel Tindakan, Lama Perawatan, Tingkat Keparahan, dan Kelas
Perawatan

Tindakan premature rupture of membrane Jumlah Persentase


Other manually assisted delivery (73.59) 35 61,4%
Medical induction of labor (73.4) 14 24,5%
Casarean section of other specified type (74.4) 5 8,7%
Other bilateral destruction or occlusion of fallopian (66.39) 3 5,2%.

31
32

Lama Perawatan Jumlah Persentase


3 hari 20 50%
2 hari 13 32,5%
4 hari 4 10%
5 hari 2 5%
1 hari 1 2,5%
Tingkat Keparahan Jumlah Persentase
Level II 36 90%
Level I 4 10%
Kelas Perawatan Jumlah Persentase
Kelas 1 0 0%
Kelas 2 9 22,5%
Kelas 3 31 77,5%

Kode INA CBGs paling tinggi tarifnya adalah O-6-13-I pada kelas
perawatan 2 dengan tarif INA CBGs sebesar Rp. 5.809.800, sedangkan tarif paling
rendah pada kode INA CBGs O-6-13-II dengan tarif 1.924.700.
Tabel 4.3 Kode INA CBGs

Kode INA Kelas Tarif INA Jumlah Persentase


CBGs Perawatan CBGs
O-6-13-II 2 Rp. 2.309.700 7 17,5%

O-6-13-I 2 Rp. 5.809.800 2 5%

O-6-13-II 3 Rp. 1.924.700 31 77,5%

Total 40 100,0%
33
BAB V

PEMBAHASAN

JKN merupakan suatu program pemerintah yang diberikan kepada


semua rakyat Indonesia dengan tujuan memberikan kepastian jaminan
kesehatan agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, sejahtera, dan
produktif.(18) Pada era JKN Pemerintah menerapkan kebijakan sistem
pembiayaan prospektif melalui institusi BPJS Kesehatan, karenakan sistem
pembayarannya lebih sejalan dengan kultur dan nuansa pada era jaminan
kesehatan.(19) Peserta JKN berhak mendapat pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh dan diberikan secara berjenjang, efektif, dan efisien dengan
menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan indikasi medis.
(20)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum tiba waktu
melahirkan tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti
dengan proses inpartu sebagaimana mestinya.(21) Penyebab KPD belum
diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor adalah keadaan
abnormal dari fetus atau malpresentasi, riwayat KPD sebelumnya, paritas, infeksi,
trauma, tekanan intrauterine yang tinggi, sosial ekonomi, usia.(6)
Kode ICD 10 kasus premature rupture of membrane kode O42.0.Pada
kaidah pengkodingan untuk kasus persalinan, O42.0 (premature rupture of
membrane, onset on labour within 24 hours) dan O42.1 (Premature rupture of
membrane, onset of labour after 24 hours) dapat menjadi diagnosa utama jika
diagnosa tersebut menjadi penyulit persalinan. Hal itu diatur dalam Permenkes
Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengkodean untuk persalinan di sebutkan dalam
ICD-10 yang sesuai dengan kaidah koding yaitu, kode O80-O84 digunakan
sebagai diagnosis sekunder jika terdapat penyulit dalam proses persalinan, kecuali
jika penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka O80-O84 dapat digunakan sebagai
diagnosis utama.(7)
Diagnosa sekunder yang paling mendominasi adalah Single live birth
(45,9%), dan Single vertex delivery (40,2%). Ketepatan tarif INA CBGs dan selisih

34
35

tarif, dipengaruhi oleh ketepatan pengodean diagnosis dan pengodean prosedur


tersebut.(22)
Berdasarkan hasil observasi terdapat 4 kasus (10%) dengan diagnosa
utama Premature rupture of membrane, onset on labour within 24 hours (O42.0)
dan diagnosa sekunder Delivery by emergency caesarean section (O82.1), Single
live birth (Z37.0). Delivery by emergency caesarean section (O82.1) dapat menjadi
diagnosa utama, karena jika penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka O80-O84
dapat digunakan sebagai diagnosis utama, kecuali jika penyulitnya selain O42.0
dan O42.1 maka O80 – 084 sebagai diagnosa sekunder. (7) 4 kasus tersebut
dilakukan tindakan Casarean section of other specified type (74.4) dengan hasil
grouping severity level atau tingkat keparahan I (ringan) dan termasuk dalam
kategori pembedahan caesar ringan yang sebenarnya dapat menjadi tingkat
keparahan II (sedang). Kasus yang termasuk ke dalam kategori pembedahan
caesar ringan diagnosa utama pada dokumen rekam medis adalah O82.0
(Delivery by elective caesarean section), sedangkan pembedahan caesar sedang,
diagnosa utama pada dokumen rekam medis adalah O82.1 (Delivery by
emergency caesarean section).(23)
Tindakan atau prosedur yang paling mendominasi dilakukan pihak rumah
sakit kepada pasien dengan kasus premature rupture of membrane yaitu Other
manually assisted delivery (61,4%), Other manually assisted delivery adalah
membantu proses kelahiran dengan serangkaian kejadian yang dipersepsikan
menakutkan dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa yang melalui kejadian
secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan
untuk mengeluarkan bayi melalui vagina(24), Medical induction of labor (24,5%)
atau persalinan induksi adalah tindakan merangsang timbulnya kontraksi rahim
(his) pada ibu hamil yang dilakukan oleh pihak pelayanan medis sehingga proses
persalinan dapat dimulai(25), Casarean section of other specified type (8,7%)
adalah tindakan yang dilakukan pelayanan kesehatan untuk mengeluarkan bayi
dimana dilakukan pembedahan irisan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histeretomi).(26), dan Other bilateral destruction or occlusion of fallopian (5,2%)
merupakan tindakan penghancuran atau oklusi bilateral pada tuba fallopi.(27)
Tindakan yang diberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak
mempengaruhi kode INA CBGs, karena penentunya adalah diagnosa diagnosa
akhir dan kode diagnosa yang dientry oleh petugas rumah sakit dalam software
36

INA-CBGs dan keluar dalam bentuk grouping, sebagai penentu dari besarnya
klaim INA-CBGs.(8)
Kelas perawatan terbanyak pada kasus premature rupture of membrane di
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang periode triwulan 1 tahun 2019
yaitu pada kelas rawat 3 sejumlah (77,5%), sedangkan untuk kelas rawat 2
sebanyak (22,5%). Sesuai dalam SK Menkes RI penetapan tarif pelayanan
kesehatan untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan didasarkan pada
ketetapan tarif Jamkesmas disetiap rumah sakit yang berlaku di rumah sakit umum
dan khusus. Selain itu tarif pelayanan ini juga disesuaikan dengan tingkat
keparahan penyakit pasien selama dirawat di ruang perawatan rumah sakit umum
dan khusus.(19)
Berdasarkan indeks elektronik Leght of Stay atau lama hari perawatan
kasus premature rupture of membrane di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota
Semarang periode triwulan 1 tahun 2019 pasien paling banyak dirawat selama 3
hari sebanyak (50%), dan paling sedikit yaitu 1 hari perawatan sebanyak 1 pasien
2,5%.
Pada kasus premature rupture of membrane di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Kota Semarang hasil gruping INA CBG’s menunjukkan tingkat
keparahan yang paling banyak yaitu pada level II (sedang) sebanyak (90%),
sisanya berada pada level I (ringan) yaitu (10%). Diagnosis sekunder, prosedur,
dan umur pasien mempengaruhi tingkat keparahan, jika semakin banyak jumlah
diagnosa sebagai penyakit penyerta maka semakin tinggi tingkat keparahan dan
semakin banyak prosedur medis dan penunjang yang dilakukan mengakibatkan
semakin lama pasien dirawat.(28) Sebagai contoh salah satu kasus pada indeks
elektronik kasus premature rupture of membrane di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Kota Semarang dengan diagnosa utama Premature rupture of
membrane, onset on labour within 24 hours (O42.0), diagnosa sekunder Severe
pre – eclampsia (O14.1), Delivery by emergency caesarean section (O82.1),
Sterilization (Z30.2), Single live birth (Z37.0) serta dilakukan tindakan Other
bilateral destruction or occlusion of fallopian (66.39) dan Casarean section of other
specified type (74.4) setelah di grouping pada sistem INA CBGs menunjukkan
tingkat keparahan level II (sedang) dengan hasil tarif INA CBGs sebesar Rp
5.247.800. Hal tersebut tentu berdampak pada biaya perawatan serta akumulasi
semua komponen obat dan barang medik, biaya penunjang medik, jasa pelayanan
37

medik, biaya jasa rumah sakit, dan biaya kamar terjadi peningkatan.(28) Penelitian
yang dilakukan oleh Ambarriani menunjukkan bahwa kelas perawatan dan tingkat
keparahan juga berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan dan biaya
penyakit katastropik mencapai 32% dari total biaya pelayanan kesehatan.(29)
Berdasarkan hasil observasi tarif rumah sakit pada pasien premature
rupture of membrane di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang untuk
kelas 2 yaitu Rp. 3.458.087, dan untuk kelas 3 sebesar Rp. 3.220.144. Sedangkan
tarif INA CBG’s untuk kasus premature rupture of membrane untuk kelas 2
sebesar Rp2.309.700, dan kelas 3 sebesar Rp1.924.700. Perhitungan tarif RS
pada umumnya berdasarkan pada perhitungan biaya retrospektif, artinya biaya
ditagih setelah pelayanan dilaksanakan. Sehingga tidak mendorong tim penyedia
pelayanan kesehatan untuk melakukan efisiensi, sedangkan tarif INA CBGs
sebagaimana yang kita ketahui disusun berdasarkan metode prospektif, sehingga
di masa mendatang menurut peneliti perlu diterapkannya clinical pathway untuk
kasus premature rupture of membrane agar rumah sakit dapat melayani dengan
efektif,efisien dan optimal sehingga mengurangi kerugian pada pihak rumah sakit.
(1)
Selain itu faktor yang mendasari pembiayaan pelayanan kesehatan diantaranya
adalah penggunaan Intensive Care Unit (ICU) biaya obat, lama dirawat, dan
lokasi RS.(29)
BAB VI

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari 40 kasus premature rupture of membrane di RSUD K.R.M.T


Wongsonegoro Kota Semarang semua berjenis kelamin perempuan
(100%). Diagnosa sekunder terbanyak pada kasus ini adalah Single live
birth (45,9%), dan Single vertex delivery (40,2%). Tindakan yang paling
banyak dilakukan rumah sakit kepada pasien kasus premature rupture of
membrane adalah Other manually assisted delivery (61,4%). Leght of
Stay / lama hari perawatan paling banyak yaitu selama 3 hari (50%).
Tingkat keparahan yang paling banyak pada level II (sedang) yaitu (90%).
Rata – rata tarif rumah sakit pasien kasus premature rupture of
membrane di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang untuk kelas
3 sebesar Rp. Rp3.220.144, dan untuk kelas 2 yaitu Rp. 3.458.087,
sedangkan untuk tarif INA-CBGs pada kelas 3 sebesar Rp. 1.924.700 dan
pada kelas 2 yaitu Rp3.087.500. Kode INA CBGs paling tinggi tarifnya
adalah O-6-13-I pada kelas perawatan 2 dengan tarif INA CBGs sebesar
Rp. 5.809.800, sedangkan tarif paling rendah pada kode INA CBGs O-6-
13-II dengan tarif 1.924.700.

SARAN

Peneliti menyarankan Di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota


Semarang perlu diterapkannya clinical pathway untuk kasus premature
rupture of membrane, agar rumah sakit dapat melayani dengan
efektif,efisien dan optimal sehingga mengurangi kerugian pada pihak
rumah sakit, perlu diadakan pelatihan koding pada kasus – kasus yang
rawan menimbulkan kerugian bagi pihak rumah sakit, serta diterapkannya
Rule MB dalam setiap pengkodean agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengkodean, petugas dapat menggunakan Rule MB ketika dokter tidak
dapat dikonfirmasi dan ketika diagnosa utama yang ditulis dokter tidak
sesuai dengan kaidah pengkodean.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Nugraheni WP, Hartono RK. Analisis Pola Layanan Kesehatan Rawat


Jalan pada Tahun Pertama Implementasi Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2017;27(1):9–16.

2. Kusumaningtyas DRS, Kresnowati L, Ernawati D. ANALISA PERBEDAAN


BIAYA RIIL RUMAH SAKIT DENGAN TARIF INA-CBG’s 3.1 UNTUK
KASUS PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESARIA PADA PASIEN
JAMKESMAS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN
2013. Staf Pengajar Fak Kesehat UDINUS. 2013;1–13.

3. Febyanti NK, Susilawati D. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Antenatal Care terhadap Perilaku Kunjungan Kehamilan. Soedirman J
Nurs. 2012;7(3):148–57.

4. Kasminawati K, Hakim BHA, Tahir AM. Status Gizi Dan Riwayat


Komplikasi Kehamilan Sebagai Determinan Kejadian Komplikasi
Persalinan Di Kab. Mamuju. Media Kesehat Masy arakatIndones [Internet].
2015;11(2):99–107. Available from:
http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/536

5. Andriani R, Yuliyanti T. Studi Kasus Kehamilan Risiko Tinggi Ketuban


Pecah Dini di RSUD Sukoharjo ( Case Study High Risk Pregnancy With
Premature Rupture of Membrane in RSUD Sukoharjo ). 2016;3(1):77–87.

6. Alim Z, Safitri Y. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah Dini


pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Bantuan Lawang. J Hesti Wira
Sakti [Internet]. 2015;4(1):101–9. Available from: http://jurnal.poltekkes-
soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/view/128

7. Kemenkes R.I. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014


Tentang Petunjuk Teknis Sistem INA CBGs. 2014;

8. Widyaningrum L. Berdasarkan Aturan Morbiditas Pembiayaan Jaminan


Kesehatan Ina-Cbgs. :27–31.

9. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55

39
40

Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis.


Menteri Kesehat Republik Indonesia Peratur Menteri Kesehat Republik
Indones. 2014;Nomor 65(879):2004–6.

10. Tarif Perbandingan, Sakit Rumah, Pasien Hemodialisis, Ginjal Gagal,


Rawat K. Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember Jember Digital Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember Jember. 2019.

11. Pembiayaan Monitoring Di Kesehatan, Chandra I. Pengesahan Tesis.


2009;

12. Faulina AC, Khoiri A, Herawati YT. Kajian Pelaksanaan Sistem Rujukan
Berjenjang Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional di UPT.
Pelayanan Kesehatan Universitas Jember. J Ikesma. 2016;12(2):91–102.

13. Susilowati E, Astuti LD. Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan


ketuban pecah dini di rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun
2009. Kebidanan Panti Wilasa. 2009;1(1):1–2.

14. Walintukan HC, Lapian SLHVJ, Panelewen J. Analisis Perbedaan Tarif Riil
Dengan Tarif Ina-Cbg’S Pasien Bedah Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon.
Community Health (Bristol) [Internet]. 2018;2(4):51–65. Available from:
http://www.ejournalhealth.com/index.php/CH/article/view/612/600

15. Baikole US, Sakka A, Paridah. Analisis biaya satuan (unit cost) tindakan
sectio caesarea dengan metode activity based costing (abc) system di
rumah sakit umum dewi sartika kendari tahun 2017. J Ilm Mhs Kesehat
Masy [Internet]. 2017;2(7):1–10. Available from:
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/3429/2584

16. Reny Ilmiasih. PENGARUH TEKNIK HYPNOBIRTHING TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL PADA MASA PERSIAPAN
MENGHADAPI PERSALINAN Reny Ilmiasih. 2003;93–100.

17. Salmarini, Lathifah, Puruhita. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Kegagalan Induksi Persalinan di RSUD dr. Murjani Sampit. Akad
41

Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin. 2016;7(2):147–56.

18. Bruce 2011. Analisis Rekayasa Kelahiran Melalui Operasi Caesar Dalam
Perspektif Hukum Islam. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689–99.

19. Wantania J, Obstetri B, Unsrat FK, Prof RSU, Manado RDK. Kehamilan
abdominal dengan janin hidup. :1–6.

20. Rachmad R. Perbedaan Tarif INA–CBG’s Dengan Tarif Riil Rumah Sakit
Pada Pasien BPJS Kasus Stroke Iskemik Rawat Inap Kelas I Di RS PON
Tahun 2018. J Manaj dan Adm Rumah … [Internet]. 2019;3(2):155–65.
Available from:
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI/article/view/532

21. Rahayuningrum IO, Tamtomo DG, Suryono A. Analisis Tarif Rumah Sakit
Dibandingkan Dengan Tarif Indonesian Case Based Groups Pada Pasien
Rawat Inap Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit. Pros
Semin Nas Int [Internet]. 2017;1(1):214–23. Available from:
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/2300/2276
42

L
A
M
P
I
R
A
N
43
44
45

Pedoman Observasi

Tinjauan tarif INA-CBGs pada kasus premature rupture membrane di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang pada periode triwulan 1

tahun 2019.

No No RM Umur Kelas Severity Lama Koding Koding Koding Tarif RS Tarif INA-
perawatan Level dirawat Diagnosa Diagnosa Tindakan CBG’s
Utama Sekunder

Anda mungkin juga menyukai