Pembimbing
dr. Monique Noorvitry, Sp.A
Oleh:
Raysella Khaulla Miandi
201810401011089
LAPORAN KASUS
CROUP dan
BRONKOPNEUMONIA
diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
Kesehatan Anak.
kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi rekan dokter muda khususnya
pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................v
BAB I Pendahuluan ....................................................................................................1
BAB II Tinjauan Kasus dan Pembahasan ..............................................................3
2.1. Identitas Penderita.........................................................................................3
2.2. Perjalanan Penyakit.......................................................................................3
2.2.1 Anamnesis...........................................................................................3
2.2.2 Pemeriksaan Fisik................................................................................5
2.2.3 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................10
2.3. Resume........................................................................................................11
2.4. Daftar Masalah............................................................................................11
2.5. Diagnosis.....................................................................................................12
2.6. Diagnosis Banding......................................................................................12
2.7. Pembahasan.................................................................................................12
2.8. Planning......................................................................................................19
2.9. Follow up....................................................................................................19
2.10. Prognosis.....................................................................................................20
2.11. Edukasi....................................................Error! Bookmark not defined.21
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
PENDAHULUAN
inflamasi pada laring yang meliputi glotis dan subglotis, dengan manifestasi klinis
berupa sesak nafas, suara serak, batuk menggonggong, stridor inspirator yang
kadang disertai dengan distres pernafasan. Mengingat bahwa stridor timbul akibat
adanya obstruksi parsial saluran respiratori, maka hal ini berpotensi menimbulkan
napas. Croup disebabkan oleh virus, yang paling sering adalah virus
parainfluenza, namun juga dapat disebabkan oleh virus influenza tipe A atau B,
respiratory syncytial virus dan rhinoviruses. Croup biasanya terjadi pada anak
umur 6 – 36 bulan, ada yang melaporkan hingga 6 tahun, dengan puncak kejadian
pada tahun kedua kehidupan. Rasio lelaki banding perempuan sekitar 3:2.
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia
di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun. Anak dengan daya
bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
Selain faktor imunitas, factor iatrogen juga memicu timbulnya penyakit ini,
sempurna.
1
Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia hampir
30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi,
pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun di
bidang antibiotik. Hal ini disebakan oleh munculnya organisme nosokomial yang
Indonesia dan beresiko kematian yang tinggi serta croup merupakan salahsatu
2
BAB II
BB/TB : 9 kg/69 cm
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
2.2.1 Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak napas
An. ANP datang ke IGD RSU Haji Surabaya diantar ibunya dengan
dirasakan terus menerus dan semakin berat saat malam hari ketika
3
kulit tidak berubah menjadi kebiruan dan sesak tidak dipengaruhi
tidak bisa tidur dan rewel. Sebelumnya an. ANP mengalami demam
sejak 2 hari SMRS terus menerus mulai pagi sampai malam hari
telan tidak ada. Batuk berdahak sejak 2 hari SMRS hilang timbul
memberat pada malam hari. Dahak tidak bisa keluar. An. ANP juga
mengalami suara grok – grok saat tidur dan suara serak. Pilek sejak 2
hari SMRS. keluar ingus bening, tidak bersin > 5 x, hilang timbul.
menurun sejak sakit. Sebelum sakit pasien BAB rutin 1-2x sehari
warna kuning, darah (-), lendir (-) namun pasien belum BAB sejak
4
Riwayat Penyakit Keluarga :
Saat ini tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
Tidak ada keluarga yang batuk lama atau riwayat pengobatan
selama 6 bulan
Alergi (-)
Asma (-)
Kejang (-)
Riwayat Antenatal
Selama hamil rutin kontrol ke bidan, tidak pernah sakit, dan tidak pernah
Campak
Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik kasar dalam batas normal
Motorik halus dalam batas normal
Bahasa dalam batas normal
Personal sosial dalam batas normal
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
Riwayat Gizi
ASI eksklusif 6 bulan dan usia 7 – 10 bulan MPASI. Nafsu makan baik.
5
Nadi : 150 x/min
RR : 50 x/min
Suhu Aksila : 37,2oC
BB/TB : 9 kg/69 cm
Kepala dan Leher
• A/I/C/D : -/-/-/+ , Stridor (+) inspirasi
• Normochepalli : Lingkar kepala 42 cm
• Rambut : hitam, lurus, tipis, tidak mudah dicabut.
• Mata : refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor (+/
+),konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong
(-/-)
• Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (+)
• Mulut : Mukosa bibir kemerahan, lidah kotor (-), gusi
berdarah (-), faring hiperemi (+). tonsil hiperemi (-/-), tonsil
T1/T1
• Telinga : cairan keluar dari telinga (-)
• Leher : Pembesaran kelenjar getah bening: -/-, deviasi
trakea (-)
Thorax :
Pulmo:
I: Bentuk simetris, gerak dinding dada simetris, retraksi dinding
dada +/+
P: Ekspansi dinding dada simetris
P: Sonor di semua lapang paru
A: rh basah kasar +/-, wh -/-, bronkial +/+, inspirasi memanjang
Cor :
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Ictus tidak kuat angkat, thrill (-)
P: Batas jantung dalam batas normal
A: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
I : Flat, simetris, distended (-), darm countur (-), darm steifung (-),
6
vena-vena prominent (-)
P : Supel, nyeri tekan (-), turgor normal
P : Timpani di seluruh lapang abdomen, meteorismus (-)
Ekstremitas :
Akral Hangat + + Oedem - -
+ + - -
CRT < 2 detik
Genitalia :
Laki-laki, fimosis (-)
Pemeriksaan Neurologi
- GCS : 456
- Meningeal Sign: kaku kuduk (-), brudzinsky I/II (-/-),kernig sign (-)
- Nervus cranialis: dbn
4 /4
- Motorik:
4 /4
- Sensorik: dbn
+2 /+2 +2 /+2
- Reflek fisiologis : BPR/TPR ; KPR/APR
+2 /+2 +2 /+2
- Reflek patologis: Babinsky -/-, Chaddock -/-
Status Gizi
• Usia : 10 bulan 3 hari
• Berat badan : 9 kg
• Tinggi badan : 69 cm
9 kg 9 kg
• IMT = 2
= 2
=18,7 m2
(0,69m) 0,48 m
Gambar 2. 1 Kurva BMI for Age Boys WHO Child Growth Standarts untuk pasien An. AKS
Interpretasi BMI menurut umur
Gambar 2. 2 Kurva Weight for Age Boys WHO Child Growth Standarts untuk pasien An. AKS
Interpretasi Berat Badan menurut Umur:
- Gizi Buruk : <-3SD
8
- Gizi Kurang : -3 SD sampai dengan <- 2 SD
- Gizi Baik : -2 SD sampai dengan 2 SD
- Gizi Lebih : >2 SD
Gambar 2. 3 Kurva Length for Age Boys WHO Child Growth Standarts untuk pasien An.
AKS
9
Gambar 2. 4 Kurva Weight for Length Boys WHO Child Growth Standarts untuk pasien An. AKS
10
Kimia klinik
• GDA Stik : 150 mg/dl
K/Na/Cl
• Kalium : 4,8 mmol/L
• Natrium : 144 mmol/L
• Chlorida : 110 mmol/L
Diff count
• Eosinofil : 0,1%
• Basofil : 0,3%
• Neutrofil : 59 %
• Limfosit : 28,7 %
• Monosit : 11,9 %
Immunoserologi
• CRP kuantitatif : 39,2 (duplo) mg/dl
Blood Gas
• Pco2 : 43,7 mmHg
• Po2 : 198,1 mmHg
• Ph : 7,217
Foto Thorax
Kesimpulan : bronchopneumonia
2.3 Resume
An.ANP, laki-laki usia 10 bulan 8 hari, BB 9 kg
Sesak napas 1 hari SMRS terus menerus, rewel, nafsu makan menurun,
Muntah 1x berisi dahak, suara serak, suara grok grok, demam 1 hari
SMRS, batuk 2 hari SMRS disertai dahak namun tidak bisa keluar,
pilek 2 hari SMRS keluar ingus berwarna bening.
RPD : batuk (-), alergi (-), sesak (-), kejang (-)
RPK : keluarga yang batuk lama atau riwayat pengobatan selama 6
bulan (-), Alergi (-), Asma (-), Kejang (-)
RPSos: ayah an. ANP perokok (+)
Pemeriksaan fisik :
o Keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran compos mentis
o K/L : dispneu (+), Stridor (+) inspirasi
Mata : refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor (+/+)
Hidung : napas cuping hidung (+)
Mulut : Faring hiperemi
o Thorax :
Cor dbn
11
Pulmo : Retraksi dinding dada +/+, rh basah kasar +/-,
bronkial +/+, inspirasi memanjang
o Abdomen dbn
o Ekstremitas dbn
o Status neurologis dbn
o Status gizi baik
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
DL : leukositosis
K/Na/Cl dbn
GDA dbn
CRP meningkat
BGA dbn
Foto thorax : bronkopneumonia
2.5 Diagnosis
Croup + Bronkopneumonia
2.7 Pembahasan
Croup
Secara teori gejala awal yang muncul pada croup biasanya di awali
tiupan (brassy) dan stridor inspirasi, coryza, demam yang tidak begitu
tinggi selama 12-17 jam, hidung berair, nyeri menelan, dan batuk ringan
dapat disertai malaise. Pada kasus tertentu, demam dapat mencapai 40ᵒC.
Bila terjadi obstruksi stridor menjadi makin berat, tetapi dalam kondisi
12
yang sudah payah stridor melemah. Dalam waktu 12-48 jam sudah terjadi
gejala obstruksi saluran napas atas. Pada beberapa kasus hanya didapati
suara serak dan batuk menggonggong, tanpa obstruksi napas. Keadaan ini
akan membaik dalam waktu 3 sampai 7 hari. Pada kasus lain terjadi
dengan
obstruksi napas yang makin berat, ditandai takipneu, takikardia,
Pada kondisi yang berat dapat menjadi gagal napas. Pada kasus yang berat
proses penyembuhan terjadi setelah 7-14 hari. Anak akan sering menangis,
rewel, dan akan merasa nyaman jika duduk di tempat tidur atau
digendong.
13
Predisposisi asma Tidak ada Ada
Leukositosis jarang ditemukan dan dapat mengarah pada epiglottitis atau trakeitis
dapat digunakan untuk mendeteksi virus parainfluenza dan virus RSV, serta
beberapa virus lainnya penyebab croup walaupun kurang umum, seperti influenza
klinis.
anak dengan croup ringan, sedang ataupun berat akan meringankan gejala, dan
atau oral. Anak harus tetap berasa dalam keadaan tenang untuk meminimalisasi
inspirasi paksa. Metode menenangkan yang efektif pada anak dengan croup
Pada pasien gejala yang muncul terdapat suara serak, stridor inspirasi,
pernapasan cuping hidung, demam, batuk berdahak, hidung berair. Namun pada
pasien tidak temukan nyeri menelan. Pasien hanya mengalami pernapasan cuping
hidung dan ditemukan retraksi dinding dada. Hal ini sesuai dengan teori croup.
14
Pemeriksaan penunjang foto leher belum dilakukan untuk melihat terdapat steeple
sign dan untuk mendiagnosis banding gejala stridor pada anak seperti epiglottitis.
Bronkopneumonia
infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari, demam, mengigil,
dispneu, kadang disertai muntah dan diare, batuk biasanya tidak pada permulaan
kemudian menjadi produktif. Pada auskultasi ditemukan khas ronkhi basah halus
hidung dan merintih (grunting). Semua jenis pneumonia memiliki ronki keringa
yang terlokalisir dan penurunan suara respiratori. Adanya efusi pleura dapat
adalah pemeriksaan biakan atau pemeriksaan antigen viral secara cepat pada
sediaan secret respiratori atas. Pada pemeriksaan rontgen thorax dari frontal atau
seperti garis yang tumpang tindih (streaky) dan menyebar (difus). Pneumonia
15
Pemeriksaan rontgen dengan posisi decubitus atau pemeriksaan USG dapat
Pasien mengeluhkan diawal dengan demam, batuk, pilek dan dispneu. Hal
ini sesuai dengan teori. Tetapi pasien tidak mengalami muntah dan diare. Pasien
juga ditemukan ronki basah kasar pada lapang paru dextra, terdengar suara
bronkial dan terdapat retraksi dinding dada serta pernapasan cuping hidung.
Sedangkan secara teori saat auskultasi terdengar khas ronki basah halus nyaring.
Perkusi pada pasien ini terdengar sonor sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
Bronkiolitis
Secara teori, Bronkiolitis paling sering terjadi pada usia 2–24 bulan,
puncaknya pada usia 2–8 bulan. Gejala awal bronkiolitis berupa gejala infeksi
respiratori atas akibat virus, seperti pilek ringan, batuk, dan demam. Satu hingga
dua hari kemudian timbul batuk yang disertai dengan sesak napas. Selanjutnya
setelah batuk, rewel, dan penurunan napsu makan. Pemeriksaan fisis pada anak
peningkatan suhu di atas 38,5 °C. Selain itu, dapat juga ditemukan konjungtivitis
ringan dan faringitis. Obstruksi saluran respiratori bawah akibat respons inflamasi
16
(air trapping) disertai adanya hiperekspansi paru. Selain itu, dapat juga ditemukan
ronki kasar selama siklus napas dari pemeriksaan auskultasi paru. Selama fase
mengi, perkusi dada umumnya hipersonor. Sianosis dapat terjadi, dan bila gejala
menghebat, dapat terjadi apnea, terutama pada bayi berusia <6 minggu.
kurang bermakna karena jumlah leukosit biasanya normal, demikian pula dengan
elektrolit. Analisis gas darah (AGD) diperlukan untuk anak dengan sakit berat,
menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen detection tests (direct
atau polymerase chain reaction (PCR), dan pengukuran titer antibodi pada fase
An. AKN mengalami gejala demam, batuk, pilek dan sesak napas. Hal ini
sesuai dengan teori gejala awal bronkiolitis berupa gejala infeksi respiratori atas.
An. AKN juga rewel dan mengalami penurunan nafsu makan. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan inspirasi memanjang daripada ekspirasi dan wheezing tidak ada.
AKN ditemukan pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada. Bronkiolitis
ditemukan pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada. Pada auskultasi
juga ditemukan rhonki basah kasar. Hal ini sama dengan teori bronkiolitis. Pada
17
pemeriksaan penunjang foto thoraks tampak hiperekspansi sedangkan pada pasien
2.8 Planning
per menit. D5 1/4 NS terdiri dari 100 cc D5% dengan 25 cc NaCl, dimana
200 mg/dL, dan total Osm 353. Sebagai pengganti kebutuhan kalori yang
tidak bisa didapatkan oleh pasien bronkopneumonia secara oral dan anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg lebih baik mendapat rumatan yang
mengandung 1/4 NS (38,5 mEq/L) karena kebutuhan air yang tinggi per
kilogram.
tarikan dinding dada( retraksi) bagian bawah yang dalam, SpO2 <90%;
pronge yaitu 1- 2 L/menit atau 0,5 L/menit. Hal ini sesuai dengan kondisi
18
Secara teori injeksi ampicillin diberikan dengan dosis 100 - 200
dosis 900- 1800 mg/hari. Jadi pemberian dosis injeksi ampicillin pada
pasien ini sesuai dengan teori karena masih dalam rentang dosis terapi.
Inj. Gentamicin 2 x 20 mg
mg/kgBB setiap 12 jam. Sehingga pada pasien ini diperoleh rentang dosis
9- 22,5 mg/hari. Jadi pemberian dosis injeksi gentamicin pada pasien ini
sesuai dengan teori karena masih dalam rentang dosis terapi dan diberikan
pada pasien ini sesuai dengan teori karena masih dalam rentang dosis
19
Combivent berisi salbutamol suphate dan ipratropium bromide. Terapi
merupakan suatu obat agonis beta-2 adrenegik yang selektif terutama pada
antibiotik.
dbn
20
inspirasi –
Thorax :
Pulmo :
Abdomen
turgor normal
P : Timpani di seluruh
lapang abdomen,
meteorismus (-)
A : Bising usus normal
Ekstremitas
AKHM +/+
CRT < 2 dtk
Status neurologis dbn
21 juni 2019 Pada anamnesis pasien Terapi tetap :
21
serak (-), batuk berdahak (+) Inj. Ampicillin 4 x 250 mg
RR : 30 x/mnt
inspirasi
Thorax :
Pulmo :
22
Abdomen
turgor normal
P : Timpani di seluruh
lapang abdomen,
meteorismus (-)
A : Bising usus normal
Ekstremitas
AKHM +/+
23
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-, stridor
inspirasi
Thorax :
Pulmo :
P : dbn
P: dbn
Cor dbn
Abdomen dbn
Ekstremitas : dbn
Pemeriksaan laboratorium:
Darah lengkap
Hb : 11,2
g/dL
Leukosit :
10.940 /mm3
Hematokrit : 35,8 %
Trombosit :
260.000 /mm3
Imuno serologi :
CRP 2,5 mg/dL
24
2.10 Prognosis
cepat setelah timbulnya keluhan seperti sesak, batuk, pilek, demam pada pasien,
ASI yang adekuat sejak lahir. Pada kasus ini ibu pasien memiliki pengetahuan
yang cukup, terlihat dari bagaimana ibu os yang mengaku selalu melakukan
nutrisi ASI, dan penanganan penyakit dari pasien. Namun ayah dari pasien ini
memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah bisa menjadi salah satu factor
2.11 Edukasi
25
5. Edukasikan tentang komplikasi yang mungkin terjadi serta
prognosisnya.
26
BAB 3
KESIMPULAN
karena pada pasien ini terdapat gejala yang muncul antara lain suara parau, stridor
inspirasi dengan diawali sebelumnya pasien mengalami demam, pilek dan batuk.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi dinding dada dan napas cuping hidung.
Untuk pemeriksaan foto rontgen leher belum dilakukan. Croup biasanya tampak
gambaran steeple sign. Sebaiknya untuk menunjang diagnosis croup pasien ini
anamnesis didapatkan infeksi saluran napas atas. Tetapi bronkiolitis juga diawali
pada semua umur sedangkan bronkiolitis terjadi kurang dari 2 tahun. Kemudian
terdapat suara mengi yang khas dan ekspirasi memanjang sampai wheezing.
karena terapi yang diberikan sudah tepat dan ayah pasien perokok.
27
DAFTAR PUSTAKA
28