Anda di halaman 1dari 95

MAKALAH

BRONKOPNEUMENIA
Tugas ini memenuhi mata kulia : Kepewatan Anak III
Dosen pengampul : Wahyu Anjas Sari, SST., M.Kes.

DISUSUN OLEH :
ONA BERAE
2019030075

PROGRAM STUDI SARJANA KEPEWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KSEHATAN JOMBANG
2021
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang telah memberikan rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan

Makalah yang berjudul Makalah Bronkopneumenia .

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung saya sehingga saya bisa

menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Saya menyadari, bahwa Makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata

sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.

Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca

guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga Makalah ini bisa

menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu

pengetahuan

Jombang, 05 oktober 2021

penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5
TUJUAN PENILITIAN......................................................................................................5
MANFAAT PENILITIAN..................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
PENGERTIAN ................................................................................................................7
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN...........................................................7
KLAFIKASI ................................................................................................................14
ETIOLOGI ................................................................................................................14
PATOFISILOGI ................................................................................................................15
PATWAY BRONKOPNEUMENIA...................................................................................18
TANDA DAN GEJALA.....................................................................................................19
PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................................19
KOMPLIKASI ................................................................................................................20
PENATALAKSANAAN.....................................................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KONSEP DAN KASUS...................................22
BAB IV PENUTUP............................................................................................................82
KESIMPULAN ................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................85
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Agar tercapainya masa

depan bangsa yang baik harus dipastikan tumbuh kembang dan kesehatan

anak juga baik. Anak berada dalam suatu rentang pertumbuhan dan

perkembangan,

Kesehatan seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola

hidup sehat dapat diterapkan dari yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan

diri, lingkungan hingga pola makan yang sehat dan teratur (Praditya, 2016).

Menjaga kesehatan sangatlah penting untuk sistem imun karena dapat

mencegah dan melawan zat asing yang membahayakan tubuh. Sistem imun

yang melemah akan menyebabkan bakteri atau virus sangat mudah untuk

menginfeksi tubuh sehingga dapat menimbulkan penyakit (Noya, 2019).

Penyakit infeksi yang sering diderita oleh anak yaitu diare, infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA), cacingan, demam berdarah dan penyakit lain

(misalnya penyakit akibat gizi, penyakit bawaan, penyakit kulit, hingga

kanker pada anak) (Salbiah, 2018).

Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) merupakan penyakit ISPA

bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus

yang berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh

1
bakteri, virus, jamur dan benda asing (Samuel, 2015). Faktor resiko yang

dapat menyebabkan bronkopneumonia yaitu berat badan lahir rendah

(BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat,

malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri

patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara baik

polusi industri atau asap rokok (Roro & Noviana, 2018).

Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 800.000

hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia.

Bahkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan

bronkopneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-

penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired Immunodeficiency

Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia setidaknya membunuh

808.694 anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2019). Insiden bronkopneumonia

di negara berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak dibawah usia 5 tahun, 16-

22% per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000 anak pada anak

yang lebih tua (Anggraini & Rahmanoe, 2015). Menurut South East Asian

Medical Information Centre (SEAMIC) influenza dan bronkopneumonia

merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia (Fadhila, 2015).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima

provinsi yang mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah

DKI Jakarta (95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara

(70,91%), Banten (67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%) (Kemenkes

RI, 2018).

2
Kasus bronkopneumonia pada balita di provinsi Lampung pada tahun

2018 yaitu 2.373 kasus (<1 tahun), 5.698 kasus (1-4 tahun), 505 kasus

bronkopneumonia berat dengan 254 kasus (<1 tahun) dan 251 kasus (1-4

tahun), jumlah keseluruhannya yaitu 8.576 kasus dengan persentase 46,65%

sedangkan untuk provinsi Kalimantan Timur yaitu 1.874 kasus (<1 tahun),

3.853 kasus (1-4 tahun), 133 kasus untuk bronkopneumonia berat dengan 53

kasus (<1 tahun) dan 80 kasus (1-4 tahun), jumlah keseluruhan yaitu 5.860

kasus dengan persentase 29,02% (Kemenkes RI, 2018).

Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak dengan

bronkopneumonia adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi

sputum; gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan

pengiriman oksigen; ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan

proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan

rasa sputum, distensi abdomen atau gas; intoleransi aktifitas berhubungan

dengan insufisiensi O2 untuk aktifitas sehari-hari; resiko ketidakseimbangan

elektrolit berhubungan dengan perubahan kadar elektrolit dalam serum (diare)

(Nurarif & Kusuma, 2015).

3
Pada masalah keperawatan diatas, penatalaksanaan yang dapat

dilakukan oleh perawat pada pasien bronkopneumonia yaitu terapi suportif

berupa pemberian O2 1 L/menit. Oksigen diberikan untuk mengatasi

4
hipoksemia, menurunkan usaha untuk bernapas, dan mengurangi kerja

miokardium. Pemberian cairan N4D5 untuk kebutuhan cairan, antipiretik

untuk mengatasi demam dan antibiotik untuk mikroorganisme penyebab

penyakit (Pusponegoro et al., 2004).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

studi kasus penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak

Dengan Bronkopneumonia Yang Dirawat Di Rumah Sakit”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien anak

dengan bronkopneumonia?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kasus

bronkopneumonia pada klien anak secara rinci dan mendalam yang

ditekankan pada aspek Asuhan Keperawatan dengan menggunakan metode

proses keperawatan.

b. Tujuan Khusus

i. Mengidentifikasi hasil pengkajian pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

5
ii. Mengidentifikasi diagnosis keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

iii. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

iv. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

v. Mengidentifikasi hasil evaluasi pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang

asuhan keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.

b. Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan khususnya

untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien anak

dengan bronkopneumonia.

c. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan keluasan ilmu dan

teknologi dalam bidang keperawatan saat melakukan asuhan keperawatan

pada klien anak dengan bronkopneumonia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bronkopneumonia

1. Pengertian

Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) merupakan salah satu

bagian penyakit dari pneumonia, yaitu infeksi saluran pernafasan akut

bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus atau

bronkiolus yang berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing yang ditandai

dengan gejala demam tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal

(terdengar adanya ronchi basah), muntah, diare, batuk kering dan produktif

(Samuel, 2015).

Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di

sebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai

dengan gejala panas tinggi, gelisah, dipsnea, napas cepat dan dangkal,

muntah, diare serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2013).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru-

paru/pulmo. System respirasi terdiri dari hidung/nasal, faring, laring,

trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus. Respirasi adalah pertukaran

antara oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru, tepatnya dalam

alveolus (Utama, 2018).

7
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pernapasan
Sumber: (Torwoto & Ayani, 2009)

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum

nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat

kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar

sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang

masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut

pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang

masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak

kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

Disebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring

melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga

hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi

untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

8
b. Faring

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan

percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada

bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian

belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring

(tekak)

tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui

faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai

suara.

Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara

yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang

ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk

suara percakapan.

c. Laring

Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju

ke trakea. Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran

pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara cepat pada

stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam

saluran napas. Laring mengandung pita suara (vocal cord).

Laring terdiri dari 1 tulang dan 3 tulang rawan (cartilago) yaitu

Os. Hyoid, Cartilago Epiglotis, Cartilago Tiroid, dan Cartilago Cricoid.

9
d. Trakea

Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring. Trakea

berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran

pernapasan bagian atas, yang membawa udara bersih, hangat, dan

lembab. Pada trakea terdapat sel-sel bersilia yang berguna untuk

mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan

udara pernapasan.

e. Bronkus dan Bronkiolus

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea.

Terdapat dua bronkus, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus

kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-

8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih

ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2

cabang.

Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut

bronkiolus (bronkioli). Udara yang masuk ke bronkus, akan diteruskan

ke bronkiolus, untuk bisa menuju ke alveolus. Alveolus adalah kantung

udara yang menjadi tempat pengolahan udara. Di organ ini, udara kotor

atau karbondioksida sisa proses pernapasan, akan ditukar dengan

oksigen bersih yang baru dihirup.

10
f. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediasternum),

dilindungi oleh struktur tulang selangka.

Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura

dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang

langsung membungkus paru.

2) Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang

disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini

hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan

juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki

permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan

dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbon

dioksida di dalam darah. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel

darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme

tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida

dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui

hidung.

11
Mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu :

a. Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar

tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fase Inspirasi

Fase ini berupa berkontaksinya otot antar tulang rusuk

sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga

dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara

luar yang kaya akan oksigen masuk.


12
2) Fase Ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar

tulang rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang

rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,

tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan

luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida

keluar.

b. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya

melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut

dan rongga dada.

Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua

tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Fase Inspirasi

Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma

mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi

kecil sehingga udara luar masuk.

2) Fase Ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma

(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada

mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar

dari paru-paru.
13
3. Klasifikasi

Berikut ini klasifikasi dari bronkopneumonia (Rahajoe & Nastini,

2010) :

a. Bronkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis sentral dan anak

tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan

diberi antibiotik.

b. Bronkopneumonia berat : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan

masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan

diberi antibiotik.

c. Bronkopneumonia : bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan

yang cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan;

>50 x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak

usia 1-5 tahun.

d. Bukan bronkopneumonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda

seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.

4. Etiologi

Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan

mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang

normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ

pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan

mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan

sekresi humoral setempat (Nurarif & Kusuma, 2015).

14
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan

jamur, antara lain (Nurarif & Kusuma, 2015) :

a. Bakteri : Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza, dan

Klebsiela.

b. Virus : Legionella Pneumoniae.

c. Jamur/fungi : Aspergillus Spesies, Candida Albicans.

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-

paru.

e. Terjadi kongesti paru yang lama.

5. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran

pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. Reaksi ini

menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh

menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama

sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi

semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul

dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan

mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat

menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat

15
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul

masalah gastrointestinal.

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat

melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada

dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di

alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium,

yaitu (Wijayaningsih, 2013) :

a. Stadium (4-12 jam pertama/ kongesti)

Disebut hyperemia, mengacu pada respon peradangan

permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini

di tandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas mediator-

mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan

cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencangkup histamine dan

prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur

komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamine dan

prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan

peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

Penimbunan cairan diantara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak

yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida, sehingga

mempengaruhi perpindahan gas dalam darah dan sering mengakibatkan

penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

16
b. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh

sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu

(host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena

menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit,

dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan

seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat

minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini

berlangsung sangat singkat yaitu selama 48 jam.

c. Stadium III (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah

putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfekasi. Pada saat ini

endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan

terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli

mulai diresorasi, lobus masih tetap padat karena berisi kapiler darah

tidak lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV (7-11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon

imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis

dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke

strukturnya semula.

17
6. Pathway Bronkopneumonia

Virus, bakteri, jamur, dan benda asing

Invasi saluran pernapasan

Kuman berlebih Kuman terbawa Infeksi saluran nafas


di ke bawah
bronkus saluran cerna

Infeksi saluran Dilatasi pembuluh Peradangan


Proses peradangan pencernaan darah

Peningkatan
Akumulasi sekret Peningkatan flora Eksudat masuk suhu tubuh
di bronkus normal di usus ke alveoli

Hipertermia
Peningkatan (D.0130)
Bersihan Jalan Mukus di bronkus peristaltik usus Gangguan difusi gas
Nafas Tidak
Efektif
(D.0001)
Bau mulut tidak Suplai O2
sedap Malabsorpsi Gangguan menurun
Pertukaran Gas
(D.0003)

Anoreksia Hipoksia
Diare

Resiko
Intake kurang Ketidakseimbangan Fatique
Elektrolit
(D.0037)

Defisit Nutrisi Intoleransi


(D.0019) Aktivitas
(D.0056)

Bagan 2.1
Pathway Bronkopneumonia
Sumber: (Anggraeni, 2019; PPNI, 2017)

18
7. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala bronkopneumonia adalah sebagai berikut

(Wijayaningsih, 2013) :

a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.

b. Demam (39oC-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam

tinggi

c. Anak sangat gelisah, yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.

d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan

sianosis sekitar hidung dan mulut.

e. Kadang- kadang disertai muntah dan diare.

f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.

g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya

serius.

h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang

menyebabkan ateletaksis absorbs.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang bronkopneumonia adalah sebagai berikut

(Nurarif & Kusuma, 2015) :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah

2) Pemeriksaan sputum

3) Analisa gas darah

4) Kultur darah

19
5) Sampel darah, sputum, dan urin

b. Pemeriksaan radiologi

1) Rontgenogram thoraks

2) Laringoskopi/bronkoskopi

9. Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut

(Wijayaningsih, 2013) :

a. Atelectalis, adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau

kolaps paru akibat kurangnya mobilisasi refleks batuk hilang apabila

penumpukan secret akibat berkurangnya daya kembang pau-paru terus

terjadi dan penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus

instrinsic.

b. Empisema, adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam

rongga pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru, adalah penumpukan pus (nanah) dalam paru yang meradang.

d. Infeksi sitemik.

e. Endocarditis, adalah peradangan pada katup endokardial.

f. Meningitis, adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan untuk bronkopneumonia

adalah sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2015) :

a. Menjaga kelancaran pernapasan dengan memberikan terapi oksigen 1-5

lpm.

20
b. Kebutuhan istirahat

Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup

istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur.

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan

makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari

dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk

mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan

cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.

d. Mengontrol suhu tubuh

e. Pengobatan

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi.

Akan tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi

secepatnya maka biasanya diberikan Penisilin ditambah dengan

Cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas

seperti Ampisilin.

Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Karena

sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang

makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil

analisis gas darah arteri.

f. Pasien diposisikan untuk mendapatkan inspirasi maksimal yaitu semi

fowler 45 derajat.

g. Pengobatan simtomatis, nebulizer, dan fisioterapi dada.


21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP DAN KASUS

A. Asuhan Keperawatan pada Bronkopneumonia

Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan

pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai

suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan bersifat humanistik, dan

berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi

klien serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang dan

tanggung jawab keperawatan. Dalam proses keperawatan, asuhan keperawatan dibagi

menjadi 5 tahap yaitu :

11. Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap,

akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu

diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

respon individu.

a. Keluhan Utama

Anak sangat gelisah karena sesak napas.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas

selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39o C-40o C dan

kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

22
c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat

menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota

keluarga perokok dapat menyebabkan penyakit pada pernapasan.

f. Imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit

infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak

cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

h. Nutrisi

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

i. Pemeriksaan fisik

Inspeksi: Adanya takipnea, dispnea, sianosis sirkumoral, pernafasan cuping hidung,

distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada

waktu menarik nafas dan tarikan dinding dada tampak jelas.

23
Palpasi: Hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang

sakit dan nadi mengalami peningkatan.

Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit.

Auskultasi: Akan terdengar wheezing, terdengar adanya ronkhi basah.

12. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang

berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus bronkopneumonia yaitu

(PPNI, 2017) :

a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)

1) Definisi

Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk

mempertahankan jalan napas tetap paten.

2) Penyebab Fisiologis :

a) Spasme jalan nafas

b) Hipersekresi jalan nafas

c) Benda Asing dalam jalan nafas

d) Sekresi yang tertahan

24
e) Proses infeksi

Situasional :

a) Merokok aktif

b) Merokok pasif

c) Terpajan polutan

3) Gejala dan Tanda Mayor Subyektif : -

Obyektif :

a) Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk

b) Sputum berlebih/obstruksi di jalan napas/mekonium di jalan napas (pada neonatus)

c) Mengi, wheezing dan/ ronkhi kering

4) Gejala dan Tanda Minor Subyektif :

a) Dispnea

b) Sulit bicara

c) Ortopnea

Obyektif :

a) Gelisah

b) Sianosis

c) Bunyi napas menurun

d) Frekuensi napas berubah

e) Pola napas berubah

25
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)

1) Definisi

Kelebihan atau kekurangan oksigenisasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada

membrane alveolus-kapiler.

2) Penyebab

a) Perubahan membrane alveolus-kapiler

3) Gejala dan Tanda Mayor Subyektif :

a) Dispnea

Obyektif :
a)
PCO2 meningkat/menurun

b)
PCO2 menurun
c)
Takikardia
d)
pH arteri meningkat/menurun
e)
Bunyi nafas tambahan

4) Gejala dan Tanda Minor Subyektif :

a) Pusing

b) Penglihatan

kabur Obyektif :

a) Sianosis

b) Gelisah

c) Napas cuping hidung

26
d) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/iraguler, dalam/dangkal)

e) Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)

f) Kesadaran menurun

c. Hipertermia (D.0130)

1) Definisi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

2) Penyebab

a) Proses penyakit (mis. infeksi)

3) Gejala dan Tanda Mayor Subyektif : -

Obyektif :

a) Suhu tubuh diatas nilai normal

4) Gejala dan Tanda Minor Subyektif : -

Obyektif :

a) Kulit merah

b) Kejang

c) Takikardi

d) Takipnea

e) Kulit terasa hangat

27
d. Defisit Nutrisi (D.0019)

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

2) Penyebab

a) Kurangnya asupan makanan

3) Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : -

Objektif :

a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

4) Gejala dan Tanda Minor Subjektif :

a) Nafsu makan menurun

Objektif :

a) Bising usus hiperaktif

b) Otak pengunyah lemah

c) Otot menelan lemah

d) Membran mukosa pucat

e. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

1) Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

2) Penyebab

a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

b) Kelemahan

28
3) Gejala dan Tanda Mayor Subyektif :

a) Mengeluh

lelah Obyektif :

a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

4) Gejala dan Tanda Minor Subyektif :

a) Dispnea saat/setelah aktivitas

b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

c) Merasa

lemah Obyektif :

a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

b) Sianosis

f. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)

1) Definisi

Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.

2) Faktor resiko

a) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)

b) Diare

13. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan

untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.

29
Adapun intervensi dan luaran yang sesuai dengan penyakit bronkopneumonia adalah

sebagai berikut (PPNI, 2018; PPNI, 2019) :

a. Dx : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas,

hipersekresi jalan nafas, benda asing dalam jalan nafas, sekresi yang tertahan dan

proses infeksi.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka bersihan jalan napas

(L.01001) meningkat dengan kriteria hasil :

a) Batuk efektif

b) Produksi sputum menurun

c) Wheezing menurun

d) Dispnea menurun

e) Sianosis menurum

f) Gelisah menurun

g) Frekuensi napas membaik

h) Pola napas membaik

2) Intervensi keperawatan : Observasi :

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

e) Auskultasi bunyi napas

30
Terapeutik :

a) Atur posisi semi fowler atau fowler

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Berikan oksigen, jika

perlu Edukasi :

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Ajarkan teknik batuk efektif

c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3

Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

b. Dx : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-

kapiler.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka pertukaran gas (L.01003)

meningkat dengan kriteria hasil :

a) Tingkat kesadaran meningkat

b) Dispnea menurun

c) Bunyi napas tambahan menurun

d) Gelisah menurun

e) Napas cuping hidung menurun

f) PCO2 membaik

31
g) PO2 membaik

h) Takikardia menaik

i) pH arteri membaik

j) Pola napas membaik

k) Warna kulit membaik

2) Intervensi keperawatan : Observasi :

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-

stokes, biot, ataksik)

c) Monitor adanya sumbatan jalan napas

d) Auskultasi bunyi napas

e) Monitor saturasi oksigen

f) Monitor nilai AGD

g) Monitor hasil x-ray thoraks

h) Monitor kecepatan aliran oksigen

i) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan

oksigen Terapeutik :

a) Berikan oksigen tambahan, jika perlu

b) Tetap berikan oksigen saat pasien

ditransportasi Kolaborasi :

a) Kolaborasi penentuan dosis oksigen

b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

32
c. Dx : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka

termoregulasi (L.14134) membaik dengan kriteria hasil :

a) Menggigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Kejang menurun

d) Pucat menurun

e) Takikardi menurun

f) Takipnea menurun

g) Bradikardi menurun

h) Hipoksia menurun

i) Suhu tubuh membaik

j) Suhu kulit membaik

k) Tekanan darah membaik

2) Intervensi keperawatan : Observasi :

a) Identifikasi penyebab hipertermia

b) Monitor tanda-tanda vital

c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu

d) Monitor intake dan output cairan

e) Monitor warna dan suhu kulit

f) Monitor komplikasi akibat hipertermia

33
Terapeutik :

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

d) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

e) Berikan cairan oral

f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih

g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi, leher, dada,

abdomen, aksila

Edukasi :

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan memperbanyak minum

Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu

d. Dx : Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka status nutrisi (L.03030)

membaik dengan kriteria hasil :

a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat

c) Perasaan cepat kenyang menurun

d) Berat badan membaik

e) Indeks massa tubuh (IMT) membaik

34
f) Frekuensi makan membaik

g) Nafsu makan membaik

h) Bising usus membaik

i) Membran mukosa membaik

2) Intervensi keperawatan : Observasi :

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

c) Monitor asupan makanan

d) Monitor berat

badan Terapeutik :

a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

c) Berikan suplemen makanan, jika perlu

d) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat

ditoleransi

e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan

Edukasi :

a) Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan kepada pasien

Kolaborasi :

a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang

dibutuhkan, jika perlu

35
b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu

e. Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen dan kelemahan

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka toleransi aktivitas

(L.05047) meningkat dengan kriteria hasil :

a) Frekuensi nadi meninngkat

b) Saturasi oksigen meningkat

c) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

d) Keluhan lelah menurun

e) Dispnea saat aktivitas menurun

f) Dispnea setelah aktivitas menurun

g) Sianosis menurun

h) Warna kulit membaik

i) Tekanan darah membaik

j) Frekuensi napas membaik

2) Intervensi keperawatan : Observasi :

a) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

b) Monitor saturasi oksigen

c) Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah melakukan aktivitas

Terapeutik :

a) Libatkan keluarga dalam aktivitas

36
b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi :

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai

d) Berikan oksigen, sesuai indikasi

f. Dx : Resiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan ketidakseimbangan cairan,

dan diare.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka fungsi gastrointestinal

(L.03019) membaik dan keseimbangan cairan (L.03020) meningkat dengan kriteria

hasil :

a) Mual menurun

b) Muntah menurun

c) Dispepsia menurun

d) Peristaltik usus membaik

e) Asupan cairan meningkat

f) Membrane mukosa membaik

g) Turgor kulit membaik

2) Intervensi keperawatan : Observasi :

a) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)

37
b) Monitor mual, muntah, dan diare

c) Monitor status hidrasi

Terapeutik :

a) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam

b) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)

c) Berikan cairan intravena, jika

perlu Edukasi :

a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,

difenoksilat)

14. Implementasi Keperawatan

Implementasi proses keperawatan terdiri rangkaian aktivitas keperawatan dari

hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat

melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula

menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.

Bagian dari pengumpulan data ini mempraksarai tahap evaluasi proses keperawatan.

Pada tahap ini, perawat harus melakukan melaksanakan tindakan keperawatan yang ada

dalam rencana keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat

dalam format tindakan keperawatan (Dinarti et al., 2013).

38
15. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa

keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose keperawatan meliputi data

subyektif (S) data obyektif (O), analisa permasalahan (A) klien

berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa

data diatas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses.semua itu dicatat pada

formulir catatan perkembangan (progress note) (Dinarti et al., 2013).

1. Hasil Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Anamnesis

Tabel 4.1
Hasil Anamnesis Klien Anak dengan Bronkopneumonia
No. Identitas Klien Klien 1 Klien 2
1 Nama Pasien An. R An. H
10 Agustus 29 Juli 2017/3
2 Tanggal Lahir/Umur
2017/1,8 tahun bulan Palembang
3 Suku/Bangsa Agama Dayak/Indonesia Islam Perempuan
4 Jenis Kelamin Kristen Jl. Wiralaga,
5 Laki-laki Kecamatan Mesuji
Alamat Tanggal MRS
Jl. Asrama Brimob 24 Oktober 2017
6 Tanggal Pengkajian
Samarinda
Ruang Rawat Inap 25 Oktober 2017
7 Seberang 09 April
8 2019 Ruang Alamanda
No. Registrasi
Diagnosa Medis 12 April 2019 Ruang Tidak ada data
9
Perawatan Anak Bronkopneumonia
Nama Orang Tua
10 00.07.22.xx
Ayah
11 Bronkopneumonia
Ibu
12 Tn. A Tn. R
Ny. R Ny. T
13 Suku Bangsa Orang
Dayak Palembang
Tua
Kristen Islam
14 Agama Orang Tua
Pendidikan Orang
SMA SMA
Tua
SMK
15 - Ayah
- Ibu Polisi Wiraswasta
Pekerjaan Orang Tua IRT
16 - Ayah Jl. Asrama Brimob Jl. Wiralaga,
- Ibu Samarinda Seberang Kecamatan Mesuji
17 Alamat Orang Tua Ibu klien Sesak
mengatakan An. R
18 Keluhan Utama sesak tapi sudah
berkurang, batuk
berdahak, demam,
nafsu makan
menurun.
Orang tua Ibu klien
mengatakan mengatakan
19 Riwayat Penyakit awalnya anaknya sebelum masuk di
Sekarang sempat tersedak ruang alamanda
saat makan dirumah anaknya dirawat di
sekitar 2 hari RS Mesuji selama 4
kemudian anak hari dengan
batuk berdahak ±2 keluhan sesak,
hari dan demam kejang, dan batuk.
kemudian pada Klien mempunyai
tanggal 09 april riwayat ISPA. Pada
2019 orang tua tanggal 24 Oktober
mengatakan 2017 pukul 00.10
anaknya dibawa WIB dibawa ke
keklinik lalu IGD RSUD Dr.H.
mendapat terapi Abdul Moeloek
uap, siangnya anak oleh keluarganya
sesak dan langsung dikarenakan sesak
dibawa keIGD semakin bertambah
SMC, ibu dan tidak ada
mengatakan anak perubahan.
memiliki alergi Pada saat dilakukan
terhadap debu. pengkajian tanggal
25 oktober 2017
klien sesak
dikarenakan
terdapat sekret yang
sulit dikeluarkan,
sesak terjadi
dibagian lapang
dada terdapat
retraksi dinding
dada. Klien sesak
setiap saat dan
berkurang setelah
diberikan ventolin,
klien sesak sejak
satu minggu yang
lalu. Pada
pemeriksaan
didapatkan RR : 50
x/menit, suhu:
38,30c , nadi : 160
x/menit.
20 Riwayat Kehamilan Ibu mengatakan Ibu klien
dan Kelahiran hamil An. R selama mengatakan selama
39 Minggu dan An. hamil an. H tidak
R merupakan anak ada keluhan
- Pre Natal
ke 2 kehamilan dan gizi
terpenuhi ibu klien
mengatakan selalu
rutin memeriksakan
kehamilannya ke
bidan.
- Intra Natal Ibu mengatakan Ibu klien
selama hamil An. R mengatakan an. H
pernah mengalami lahir dalam usia
Tekanan Darah kandungan 9 bulan,
Tinggi dibidan dekat
rumah nya secraa
normal dengan bb
2800 gram dan
panjang 50 cm.
klien langsung
menangis spontan.
Klien merupakan
anak dari 2
bersaudra
- Postnatal Ibu mengatakan Ibu klien
melahirkan An. R mengatakan an. H
secara caesar lahir dalam keadaan
dengan berat badan sehat, tidak ada
3600 gram kelainan. Klien
lahir langsung
menangis dan klien
berikan ASI oleh
ibunya. Klien dapat
miring ke kanan
dan ke kiri.
21 Riwayat Penyakit Ibu klien Ibu klien
Dahulu mengatakan saat mengatakan klien
berusia 5 bulan An. memiliki riwayat
R pernah dirawat di ISPA sejak usia 1
RS SMC karna bulan serta batuk
sakit asma. Klien pilek. Ibu klien
memiliki riwayat mengatakan klien
alergi debu, tidak pernah dirawat di
memiliki riwayat rumah sakit dengan
penyakit menular/ keluhan asma dan
kronik, penggunaan batuk pilek sejak 1
obat, dan operasi minggu yang lalu.
riwayat imunisasi Ibu klien
lengkap. mengatakan bahwa
klien tidak
memiliki riwayat
alergi makanan,
oabat-obatan
22 Riwayat Penyakit Ibu klien Ibu klien
Keluarga mengatakan mengatakan bahwa
memiliki penyakit keluarganya tidak
asma dan menurun ada yang memiliki
pada An. R riwayat penyakit
menular (TBC,
hepatitis).
23 Riwayat Tumbuh BB An. R sebelum BB 3900 gram, TB
Kembang- sakit dan sesudah 50 cm
Antropometri BB sakit tidak
(sebelum dan sesudah mengalami
sakit),TB,LK,LD,LILA penurunan berat
badan 11 Kg, TB
An. R 70,7 cm, LK
48 cm, LD 52 cm,
LILA 15,7 cm.
Interpretasi hasil
KPSP jumlah
jawaban “ya” = 10,
perkembangan anak
sesuai dengan tahap
perkembangannya
- Personal Sosial An. R dapat Klien terlihat rewel
menunjukkkan apa dan gelisah
yang diinginkannya
tanpa menangis
atau merengek
- Motorik Kasar An. R mampu Klien belum
berdiri sendiri tanpa mampu merangkak
berpegangan selama ataupun berdiri.
30 detik Klien hanya
mampu miring ke
kiri dan kekanan.
Menggerakkan kai
dan tangan saat
berbaring,
mengangkat
kepala Saat
telungkup.
- Bahasa An. R dapat Klien belum
mengatakan “papa” mampu berbicara
ketika ia dengan jelas.klien
melihat/memanggil hanya bisa
ayahnya dan menangis
mengatakan
“mama” saat
melihat/memanggil
ibunya
- Motorik Halus Saat diberikan bola Klien belum
An. R dapat mampu memegang
menggelindingkan mainan, belum
dan melempar mampu memegang
kembali bola erat tangan yang
menggandengnya,
reflek menghisap
baik. Klien sering
memasukan
tangganya ke dalam
mulut, klien sering
menekuk jari
tangganya.
Reflek babinski (+),
reflek moro(+).
24 Pola Kesehatan Sehari- Ibu mengatakan An. Klien saat ini hanya
hari, Pola Nutrisi dan R memakan semua minum susu untuk
Metabolik makanan yang memenuhi
diberikan, namun kebutuhan nutrisi
kurang menyukai via NGT 10 cc/3
sayuran. Tidak ada jam ASI, klien
pantangan makanan, tidak muntah
makanan yang
disukai An. R
adalah belut.
Semenjak sakit, ibu
mengatakan nafsu
makan An. R
menurun anak
hanya makan ikan
yang disediakan
namun tidak mau
memakan nasinya.
- Pola Aktivitas dan Ibu mengatakan An. Ibu klien
latihan R adalah anak yang mengatakan An. H
aktif, lebih sering sangat aktif saat
bermain di dalam dirumah.
rumah bersama ayah
ataupun saudaranya.
Ibu mengatakan An. Ibu klien
- Pola Tidur R selama di rumah mengatakan tidak
tidur siang ± 3 jam ada kebiasaan
dan tidur malam ± 8 khusus saat tidur
jam, sedangkan di
rumah sakit tidur
siamg ± 1-2 jam dan
tidur malam ± 5
jam. Anak sering
terbangun dimalam
hari karena
batuknya.
Ibu mengatakan Ibu klien
- Pola Eliminasi selama di rumah mengatakan klien
dan dirumah sakit BAK 8 kali/hari
An. R untuk BAB 3x/hari
BAB/BAK dan
BAB 1x/hari, BAK
± 3-4x/hari.
- Pola Kebesihan Ibu mengatakan Ibu klien
Diri An. R selama mengatakan An. H
dirumah sakit dimandikan 2x
mandi 1x/hari sehari dengan
gosok gigi 1x/hari menggunakan
dan cuci rambut waslap
setiap mandi
Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)
Berdasarkan tabel diatas, klien 1 berjenis kelamin laki-laki,

berumur 1 tahun 8 bulan dan dirawat di ruang perawatan anak RS

Samarinda Media Citra. Klien 1 keluhan utama sesak tapi sudah

berkurang, batuk berdahak, demam, nafsu makan menurun. Pada

klien 1 mempunyai riwayat asma dan alergi terhadap debu, selama

sakit tidak mengalami penurunan berat badan, BB 11 Kg, TB 70,7

cm, LK 48 cm, LD 52 cm, LILA 15,7 cm. Klien 2 BB 3900 gram,

TB 50 cm. Klien 1 nafsu makannya menurun, klien hanya makan

lauk yang disediakan namun tidak mau memakan nasi dan tidak ada

pantangan makanan. Klien 1 sering terbangun di malam hari karena

batuk. Klien 1 selama di RS BAB 1x/hari, BAK ± 3-4x/hari,

kebersihan badannya baik selama di RS mandi 1x/hari gosok gigi

1x/hari dan cuci rambut setiap mandi.

Klien 2 berjenis kelamin perempuan, berumur 3 bulan dan

dirawat di ruang alamanda RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung. Klien 2 keluhan utamanya yaitu sesak dikarenakan

terdapat sekret yang sulit dikeluarkan. Sebelumnya, klien 2 pernah

dirawat di RS Mesuji selama 4 hari dengan keluhan sesak, kejang,

dan batuk. Klien 2 BB 3900 gram, TB 50 cm dan mempunyai

riwayat ISPA sejak usia 1 bulan. Selama sakit, klien 2 hanya

minum ASI melalui NGT


44
dengan 10 cc/3 jam. Klien 2 selama sakit BAK 8x/ hari dan BAB

3x/hari, kebersihan badannya baik dengan dimandikan 2x sehari

menggunakan waslap.

2) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Fisik Klien Anak dengan Bronkopneumonia
No. Identitas Klien Klien 1 Klien 2
1 Keadaan Umum Sedang Lemah
2 Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis
E4M6V5 E4M6V5
3 Pemeriksaan Tanda- S : 37,8 S : 38,3
Tanda Vital N : 97 x/menit N : 160 x/menit.
RR : 35 x/menit RR : 50 x/menit
4 Pemeriksaan Kepala Kepala : Kepala :
Muka simetris, Bentuk kepala
rambut berwarna mesochepal tidak
hitam dan sulit terdapat lesi ataupun
dicabut, ubun ubun nyeri tekan,kulit
besar menutup kepala baersih
Telinga : Telinga :
Telinga tidak Tidak ada data
terdapat serumen, Mata:
bersih Bentuk dan letak
Mata: mata simetris, tidak
Sklera putih, tidak ada gangguan
cekung, pupil isokor, penglihatan, Sklera
refleks cahaya (+), anikterik,
konjungtiva tidak konjungtiva anemis,
anemis reflex cahaya (+)
Hidung : Hidung :
Tidak terdapat rinorea, Terdapat
tidak terdapat penyumbatan jalan
pernafasan cuping nafas karena
hidung produksi sekret yang
Rongga Mulut dan berlebih, tidak ada
Lidah : polip, terpasang NGT
Bibir tidak kering, dan terpasang
tidak pucat, Lidah oksigen 4 liter
tidak tremor /kotor, sungkup
gigi tidak mengalami Rongga Mulut dan
caries, ukuran tonsil Lidah :
normal Kebersihan mulut
kurang, warna bibir
sianosis, mukosa
bibir kering
5 Pemeriksaan Leher Kelenjar getah bening Tidak ada data
teraba, tiroid tidak
teraba, posisi trakea
letak ditengah tidak
ada kelainan
6 Pemeriksaan Thoraks Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk dada Simetris antara kanan
simetris, frekuensi dan kiri,
nafas 35x/menit, pengembangan paru
irama nafas tidak maksimal,
teratur, cepat dan hiperventilasi,
dangkal, pernafasan terdapat retraksi
cuping hidung tidak dinding dada saat
ada, penggunaan otot bernafas
bantu nafas , An. R
Palpasi :
terpasang nasal kanul
1 lpm Thoraks kanan kiri
simetris
Palpasi :
Perkusi :
Tidak ada nyeri
tekan, saat Tidak ada data
mengembang paru Auskultasi :
kiri lebih rendah, Suara nafas
getaran lemah pada tambahan ronkhi
paru kiri paru kanan dan paru
Perkusi : kiri
Redup pada paru
sinistra
Auskultasi :
Suara nafas ronkhi
7 Pemeriksaan Jantung Inspeksi Inspeksi
- Tidak terlihat - CRT < 3 detik
adanya pulsasi - Simetris kanan dan
iktus kordis kiri
- CRT < 2 detik Palpasi
- Tidak ada sianosis - Tidak ada nyeri
Palpasi tekan
- Ictus Kordis Perkusi
teraba di ICS 5 - Tidak dilakukan
- Akral Hangat pemeriksaan
Perkusi Auskultasi
- Batas atas : ICS II - Bunyi jantung
line sternal reguler terdengar
dekstra
lupdup, tidak ada
- Batas bawah : ICS
V line midclavicula bunyi mur-mur.
sinistra
- Batas kanan : ICS
III line sternal
dekstra
- Batas kiri : ICS III
line sternal
sinistra
Auskultasi
- BJ II Aorta :
Dub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ II Pulmonal :
Dub, reguler
dan intensitas
kuat
- BJ I Trikuspid :
Lub, reguler dan
intensitas kuat
BJ I Mitral :
Lub, reguler dan
intensitas kuat
- Tidak ada bunyi
jantung tambahan
8 Pemeriksaan Sistem - Tidak ada kelainan Inspeksi :
Pencernaan Inspeksi : Tidak terdapat
Bentuk perut datar, pembesaran di perut
mengikuti gerak saat Auskultasi :
bernafas, tidak Bising usus 13 x/menit
terdapat bekas luka
Palpasi :
operasi
Perut tidak kembung,
Auskultasi
tidak teraba
Peristaltik usus pembesaran hati atau
8x/menit limfa, tidak ada nyeri
Palpasi : tekan
Tidak terdapat massa Perkusi :
ataupun juga tumor, Timpani
nyeri tekan tidak ada
Perkusi :
Timpani, tidak
9 Pemeriksaa ada nyeri ketuk Orientasi terhadap
n ginjal orang asing baik, bayi
Persyarafan An. R tidak mulai memberikan
mengalami gangguan senyuman dan tertawa.
pandangan, gangguan Klien belum mampu
pendengaran, dan memegang mainan,
gangguan penciuman peka terhadap
rangsangan tajam
tumpul.
Klien tampak lemah
10 Pemeriksaan Kekuatan otot
Muskuloskeletal dan An. R Pergerakan 5 5
Integumen sendi bebas, tidak ada
kelainan ekstermitas, 5 5
tidak ada kelainan
tulang belakang, kulit
normal, turgor kulit
baik.
Kekuatan otot :
5 5 Tampak bersih, tidak
11 Pemeriksaan Genetalia- 5 5 tampak kemerahan
Anus An. R kebersihan pada anus dan tidak
genetalia bersih, tidak ada hemoroid
mengalami kelainan
pada alat kelamin dan
kelainan anus
Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)
Berdasarkan tabel diatas, keadaan umum klien 1 sedang

sedangkan klien 2 lemah. Kedua pasien kesadarannya compos

mentis dengan E4M6V5. Pemeriksaan tanda-tanda vital klien 1 yaitu

S: 37,80C N: 97 x/menit RR : 35 x/menit, klien 2 yaitu S: 38,80C N:

160 x/menit RR: 50 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kedua

klien yaitu klien menggunakan otot bantu pernafasan, tidak terdapat

pernafasan cuping hidung, terdengar bunyi nafas tambahan yaitu

ronkhi, irama nafas tidak teratur, pernafasan cepat dan dangkal.

Klien 1 pernafasannya yaitu 35 x/menit terpasang nasal kanula 1 lpm

sedangkan klien 2 pernafasannya 50 x/menit terpasang oksigen 4

liter dengan masker sungkup. Mukosa bibir pada klien 1 lembab

sedangkan pada klien 2 kering dan bibir sianosis.

48
Tabel 4.3
Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty Klien Anak
dengan Bronkopneumonia
Klien 1 Klien 2
Parameter Kriteria Nilai
(Skor) (Skor) Tidak
< 3 Tahun 4 dilakukan
3-7 Tahun 3 pemeriksaa
Usia
4 n
7-13 Tahun 2
≥ 13 Tahun 1

Jenis Kelamin Laki-Laki 2 2


Perempuan 1
Diagnosa 4
Neurologi
Perubahan
Oksigenasi
(Diagnosis 3
Diagnosis respiratorik, 1
dehidrasi,
anemia,
anoreksia, 2
sinkop,
pusing, dsb) 1
Gangguang Gangguan 3
Perilaku 3
Kognitif
/Psikiatri
Diagnosis
Lainnya
Tidak
menyadari
keterbatasan
dirinya
Lupa akan adanya 2
keterbatasan
Orientasi baik 1
terhadap diri sendiri
Riwayat Jatuh/bayi
diletakkan di tempet 4
tidur dewasa
Pasien menggunakan
alat bantu/ bayi
Faktor diletakkan dalam 3
2
Lingkungan tempat tidru
bayi/perabot rumah
2
Pasien diletakkan di
tempat tidur
1
Area diluar rumah
sakit
3
Dalam 24 jam
Pembedahan/ 2
Dalam 48 jam
S edasi/Ane -
> 48 jam atau
stesi tidak 1
menjalani
pembedahan/sed
asi/a nestesi
Penggunaan
multiple 3
: sedatif,
Penggunaan
obat hipnosis,
Medikamento barbiturat, 1
sa 2
fenotiazin,
anti depresan,
pencahar,
diuretik, 1
narkose
Jumlah Skor Humpty Dumpty
Penggunaan 13
Keterangan salah satu
Skor 7-11 obat diatas
: Resiko rendah
Skor ≥12 Penggunaan
: Resiko tinggi
medikasi
Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)
lainnya/tidak
ada medikasi
Berdasarkan tabel diatas, dilakukan penilaian resiko jatuh

berdasarkan Humpty Dumpty dan didapatkan skor 13 dengan resiko

tinggi pada klien 1, sedangkan klien 2 tidak dilakukan penilaian

resiko jatuh

50
3) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.4
Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien Anak dengan Bronkopneumonia
Tindakan Klien 1Klien 2
Pemeriksaa Jenis pemeriksaan :Jenis pemeriksaan :
n penunjang Morfologi Darah TepiLaboratorium
tanggal : 11 April 2019tanggal : 26 Oktober 2017
Result : Leukosit 14.500 ut
Eritrosit 3,3 dula/ul
Eritrosit : normokrom normositer
Hemoglobin 9,3 g/dL
Leukosit : kesan jumlah meningkat
Hematokrit 28
Trombosit : kesan jumlah meningkat
Trombosit 72.000 ut
MCV 86 Fl
MCH 28 Pg
MCHC 33 g/dL
Jenis pemeriksaan : Segmen 72
Limfosit 20
Thorax AP/PA Monosit 8
tanggal : 11 April 2019
Kesan : Bronkopneumonia Jenis Pemeriksaan :
sinsitra Rontgen
Pulmo : tampak bercak-
bercak infiltrat parahilus
kanan dan kiri
Kesan :
bronkopneumonia

Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)


Berdasarkan tabel diatas klien 1 dilakukan pemeriksaan

morfologi darah tepi dengan hasil eritrosit normokrom normositer,

leukosit meningkat, trombosit meningkat, dan dilakukan

pemeriksaan thoraks dengan kesan bronkopneumonia sinistra,

sedangkan pada klien 2 dilakukan pemeriksaan laboratorium

dengan hasil Leukosit

14.500 ut, Eritrosit 3,3 dula/ul, Hemoglobin 9,3 g/dL, Hematokrit 28,

Trombosit 72.000 ut, MCV 86 Fl, MCH 28 Pg, MCHC 33 g/dL,

Segmen 72, Limfosit 20, Monosit 8 dan pemeriksaan rontgen dengan

kesan bronkopneumonia.

51
b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5
Daftar Diagnosa Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia
Anak 1 Anak 2
No
Tanggal Tanggal
Diagnosa Kep Diagnosa Kep
ditemukan ditemukan
1 12/ 04 /2019 (D.0001) Bersihan Bersihan jalan nafas
jalan nafas tidak tidak efektif b.d
efektif b.d hipersekresi jalan nafas
peningkatan produksi DS : -
sputum DO :
DS :
• Klien tampak
• Ibu klien gelisah
mengatakan
anaknya • RR 50 x/menit
mengalami sesak • Suara nafas ronkhi
nafas basah
• Ibu mengatakan • Batuk produktif,
anaknya masih reflex batuk kurang
batuk • Terpasang O2
• Ibu mengatakan simple mask 4 liter
An. R batuk tapi • Terdapat retraksi
tidak bisa dinding dada
mengeluarkan
dahaknya • Foto thoraks hasil
DO : bronkopneumonia
• Suara nafas
ronkhi pada paru
kiri
• Pernafasan cepat
dan dangkal
• Anak tidak
mampu
mengeluarkan
dahaknya secara
mandiri
• Frekuensi nafas
35x/menit
2 12/04/2019 (D.0003) Gangguan Peningkatan suhu tubuh
pertukaran gas b.d b.d proses penyakit
membrane alveolus (infeksi)
kapiler DS : -
DS : DO :
• Ibu mengatakan • Klien tampak lemah
An. R • Suhu 38,30C
mengalami sesak • Klien teraba panas
nafas • Mukosa bibir kering
DO : • Leukosit 14.500/ul
• Terdengar bunyi • Terpasang IVFD
• Terpasang selang
ronkhi pada paru
NGT
kiri
• Pola nafas
cepat dan
dangkal
• Kesadaran
composmentis
(E4V5M6)
• Warna kulit
kemerahan

3 12/04/2019 (D.0005) Pola Ansietas b.d kurang


nafas tidak efektif terpapar informasi
b.d depresi pusat DS:
pernafasan
• Ibu klien mengatakan
DS: tidak mengetahui
• Ibu mengatakan penyakit yang di
pasien kesulitan derita anaknya dan
bernafas merasa khawatir
dengan keadaan
• Ibu mengatakan
anaknya saat ini
saat posisi tidur DO:
telentang anak • Keluarga terlihat
semakin merasa gelisah
sesak nafas • Ibu sering bertanya
DO: • Klien dirawat selama
• Terdapat otot 2 hari
bantu pernafasan
dada
• Pola nafas cepat
dan dangkal
• TTV :
RR : 35x/menit
N: 105x/menit
T: 37,80C
4 12/04/2019 (D.0130)
Hipertermia b.d Proses inflamasi
DS :
Ibu mengatakan badan An. R
teraba hangat sejak malam
Ibu mengatakan An. R demam
DO :
T : 37,80C
Badan teraba hangat

5 12/ 04/2019 (D.0032) Resiko


Defisit Nutrisi d.d faktor
psikologis (keengganan untuk
makan)
DS :

Ibu pasien
mengatakan An. R
nafsu makannya
menurun
Ibu pasien
mengatakan An. R
hanya makan lauk
(ikan) tapi tidak
mau menghabiskan
nasinya.
DO :
A : BB = 11kg, TB=
70,7cm, LILA=
15,7cm
B : terjadi
peningkatan
jumlah leukosit dan
trombosit
C:
Tidak ada
penurunan berat
badan
Tidak ada
tandatanda
dehidrasi
Rambut hitam
mengkilat
D : MLTKTP

612/ 04 /2019 (D.0143) Resiko


jatuh d.d anak usia 2 tahun atau kurang
DS : -
DO :
Usia anak < 2tahun
Jenis kelamin laki-laki
Anak ditempatkan ditempat tidur orang
dewasa
Pagar tempat tidur tidak terpasang
Jumlah skor penilaian humpty dumpty 13
(resiko tinggi)
7 12/04/2019(D.0142) Risiko
infeksi d.d efek prosedur invasive
DS : -
DO :
Anak terpasang IVFD ditangan
sebelah kiri
Balutan infus tampak bersih
namun sudah longgar
Tidak ada tanda- tanda infeksi
Terjadi peningkatan jumlah
leukosit

Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)


Berdasarkan tabel diatas maka pada klien 1 ditegakkan 7

diagnosa sedangkan klien 2 ditegakkan 3 diagnosa. Adapun diagnosa

yang ditegakkan sama pada klien 1 dan 2 yaitu bersihan jalan nafas

tidak efektif dan hipertermia. Sedangkan diagnosa yang berbeda yaitu

gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, ansietas, resiko

defisit nutrisi, resiko jatuh, dan resiko infeksi.

c. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.6
Intervensi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia
No. Tanggal
Diagnosa Kep. Tujuan Dan Intervensi Kep.
Ditemukan
Hasil
Klien 1
1 12/04/2019 (D.0001) Setelah dilakukan 1.1 Monitor status
Bersihan jalan tindakan oksigen pasien
nafas tidak keperawatan 3 x 1.2 Monitor status
efektif 24 jam diharapkan respirasi
berhubungan jalan nafas pasien (frekuensi,irama
dengan paten dengan nafas)
peningkatan kriteria hasil: 1.3 Auskultasi suara
produksi sputum nafas catat jika
1. Suara nafas
bersih, tidak ada suara nafas
ada dypsnoe, tambahan
1.4 Atur poisi pasien
untuk
dan tanda memaksimalkan
tanda sianosis ventilasi
2. Jalan nafas 1.5 Lakukan
bersih, pasien fisioterapi dada
tidak merasa jika perlu
tercekik 1.6 Ajarkan teknik
3. Irama nafas batuk efektif
teratur, untuk
frekuensi mengeluarkan
nafas dalam secret
rentang 1.7 Kolaborasi
normal (20- pemberian O2
30x/menit) 1.8 Kolaborasi
pemberian terapi
nebulizer
1.9 Kolaborasi
pemberian
antibiotik

2 12/04/2019 (D.0003) Setelah dilakukan 2.1 Observasi Tanda


Gangguan tindakan tanda vital anak
pertukaran gas keperawatan 3 x (nadi, repirasi,
berhubungan 24 jam diharapkan suhu)
dengan masalah gangguan
perubahan 2.2 Kaji frekuensi,
pertukaran gas
membrane teratasi dengan Kedalaman dan
alveolus-kapiler kriteria hasil : kemudahan
1. Suara nafas pernafasan
bersih, tidak 2.3 Observasi warna
ada dypneu kulit, membran
2. Mampu mukosa dan kuku
bernafas anak apakah
dengan mudah terdapat sianosis
3. Tanda-tanda 2.4 Mempertahankan
vital dalam
istirahat dan tidur
batas normal
pada anak
2.5 Kolaborasi
pemberian oksigen
3 12/ 04 (D.0005) Pola Setelah dilakukan 3.1 Observasi tanda
/2019 napas tidak tindakan tanda vital anak
efektif keperawatan 3 x (nadi, repirasi,
berhubungan 24 jam diharapkan
suhu
dengan depresi masalah pola nafas
teratasi dengan 3.2 Kaji frekuensi
pusat pernapasan
kriteria hasil : pernapasan
1. Tidak ada 3.3 Memberikan
sesak nafas posisi semi fowler
2. Mampu 3.4 Kolaborasi
bernafas pemberian
dengan mudah Oksigen
3. Menunjukkan
jalan nafas
yang paten
(pasien tidak
merasa
tercekik,
frekuensi nafas
dalam rentang
normal, tidak
ada suara
nafas
abnormal)

4 12/ 04 (D.0130) Setelah dilakukan 4.1 Monitor suhu


/2019 Hipertermi tindakan tubuh sesering
berhubungan keperawatan 3 x mungkin
dengan proses 24 jam diharapkan 4.2 Monitor warna
inflamasi Suhu tubuh kulit, nadi dan RR
kembali normal 4.3 Berikan kompres
dengan kriteria pada lipat paha
hasil : dan aksila
1. Suhu tubuh 4.4 Selimuti pasien
anak dalam untuk mencegah
rentang normal hilangnya
2. Tidak ada kehangatan tubuh
perubahan 4.5 Klaborasi
warna kulit pemberian obat
3. Tidak terjadi antipiretik untuk
kejang menurunkan panas
5 12/ 04 (D.0032) Risiko Setelah dilakukan 5.1 Kaji status nutrisi
/2019 defisit nutrisi d.d tindakan anak
faktor psikologis keperawatan 5.2 Kaji adanya alergi
selama makanan atau
3x24 jam minuman
diharapkan pasien 5.3 Ukur
dapat terhindar
tinggi/panjang
dari resiko defisit
nutrisi dengan badan dan berat
kriteria hasil: badan anak
1. Mampu 5.4 Monitor turgor
mengidentifika kulit
si kebutuhan 5.5 Monitor muntah
nutrisi pada anak
2. Nafsu makan 5.6 Monitor
anak pertumbuhan dan
meningkat
perkembangan
3. Tidak terjadi
anak
penurunan
berat badan 5.7 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
membantu
memilih makanan
yang dapat
memenuhi
kebutuhan gizi
selama sakit

6 12/ 04 (D.0143) Risiko Setelah dilakukan 6.1 Mengidentifikasi


/2019 jatuh d.d anak tindakan perilaku dan factor
usia 2 tahun keperawatan 3 x yang
atau kurang 24 jam diharapkan mempengaruhi
tidak ada kejadian risiko jatuh
jatuh dengan 6.2 Mengidentifikasi
kriteria hasil : karakteristik
1. Tidak ada lingkungan yang
kejadian jatuh dapat
2. Perilaku meningkatkan
pencegah jatuh potensi untuk
: tindakan jatuh
orang tua atau 6.3 Memasang pagar
pemberi pengaman tempat
asuhan untuk tidur
meminimalkan 6.4 Merendahkan
factor resiko tempat tidur
yang memicu 6.5 Jelaskan kepada
jatuh keluarga pasien
tentang factor
risiko yang
memicu jatuh
7 12/ 04 (D.0142) Risiko Setelah dilakukan 7.1 Cuci tangan
/2019 tindakan
infeksi d.d efek sebelum dan
prosedur keperawatan sesudah tindakan
invasive selama keperawatan
3x24 jam
7.2 Batasi pengunjung
diharapkan
masalah infeksi bila perlu
teratasi dengan 7.3 Monitor tanda
kriteria hasil: gejala infeksi
1. Tidak ada sistemik dan local
tanda tanda 7.4 Lakukan
infeksi perawatan infus
muncul
7.5 Mengajarkan
2. Jumlah
keluarga tentang
leukosit
dalam batas tanda gejala
normal infeksi
3. Menunjukkan 7.6 Ajarkan cara
perilaku menghindari
hidup sehat infeksi
4. Menunjukkan 7.7 Kolaborasi
kemampuan pemberian
untuk antibiotic
mencegah
timbulnya
infeksi

Klien 2
1 Bersihan jalan Tujuan: Setelah 1.1 Kaji bersihan
nafas tidak dilakukan tindakan jalan nafas,
efektif keperawatan kedalaman,
berhubungan selama 1x 24 jam frekuensi nafas
dengan diharapkan jalan 1.2 Pantau tanda-
hipersekresi nafas efektif tanda sianosis
jalan nafas dengan 1.3 Pantau reflek
Kriteria hasil: batuk
1. Klien 1.4 Auskultasi bunyi
tampak nafas
tenang 1.5 Ukur tanda-tanda
vital
2. RR dalam
1.6 Kolaborasi dalam
batas normal
pemberian
30-45
oksigen
x/menit)
1.7 Kolaborasi
3. Suara nafas pemberian
vesikuler fisioterapi dada
1.8 Kolaborasi dalam
pemberian
inhalasi nebulizer
2 Peningkatan Tujuan : Setelah 2.1 Pantau tanda-tanda
suhu tubuh dilakukan tindakan infeksi
berhubungan keperawatan
dengan proses 2.2 Ukur suhu tubuh
selama 1x 24 jam
penyakit 2.3 Anjurkan ibu cuci
diharapkan suhu
(infeksi) tubuh dalam batas tangan 6 langkah
normal (36,5 oC- sebelum dan
37 OC) dengan sesudah
Kriteria hasil : memberikan ASI
1. Klien tampak 2.4 Lakukan
bugar perawatan Iv Line
2. Suhu tubuh 2.5 Berikan kompres
36,50C-37,50C hangat
3. Leukosit dalam 2.6 Anjurkan ibu
batas normal
untuk memakaikan
4.800-10.800 u
4. Infus tidak pakaian yang tipis
flebitis 2.7 Pertahankan suhu
lingkungan tetap
sejuk
2.8 Kolaborasi dalam
pemberian
antipiretik
3 Ansietas 3.1 Kaji tingkat
Tujuan : Setelah
berhubungan
dilakukan tindakan kecemasan
dengan kurang
keperawatan 3.2 Berikan
terpapar
selama 1x 24 jam pendidikan
informasi
diharapkan cemas
kesehatan tentang
berkurang dengan
penyakit
Kriteria hasil :
bronkopneumonia
1. Keluarga
3.3 Memberikan
tampak tenang
support dan
2. Ibu mengerti
tentang dukungan kepada
penyakit keluarga
anaknya 3.4 Anjurkan keluarga
untuk berobat atau
kontrol kesehatan
secara rutin di
pelayanan
kesehatan terdekat

Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)


Tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang akan

diberikan pada klien 1 dan klien 2 selama masa perawatan sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan. Perencanaan pada

kedua klien

60
sudah menggunakan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI) yang meliputi observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi.

d. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia
Tanggal/
No Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
Klien 1
1 12/4/2019 7.1 Mencuci tangan - Mencuci tangan 6
08:03 sebelum kontak langkah
dengan anak - Tangan tampak bersih

2 12/4/2019 1.2 Menghitung frekuensi - RR : 35x/menit


08:05 nafas dan - Irama nafas tidak teratur
memperhatikan irama
nafas An.R

3 12/4/2019 2.2 Melihat kedalaman - Pasien terlihat sesak


08:07 dan kemudahan pasien - Pernafasan cepat dan
dalam bernafas dangkal

4 12/4/2019 1.3 Mendengarkan suara - Suara nafas ronkhi pada


08:10 nafas paru kiri
5 12/4/2019 4.1 Mengukur suhu - T : 37,80C
08.10 tubuh pasien
6 12/4/2019 4.2 Memantau warna - Tidak ada kebiruan
08:12 kulit dan menghitung ataupun tanda-tanda
nadi sianosis, akral teraba
hangat, N: 97x/menit
7 12/4/2019 - SpO2: 97%
08:15 1.1 Melihat status oksigen
pasien
8 12/4/2019
- Terpasang nasal kanul 1
08:17 3.4 Memasang oksigen lpm
kepada pasien
9 12/4/2019
- Mukosa bibir lembab,
09:00 2.3 Melihat mukosa bibir kuku tidak ada kebiruan
dan kuku pasien
10 12/4/2019
- Side rail tidak terpasang
09:02 6.2 Melihat lingkungan - Anak ditempatkan
yang dapat ditempat tidur orang
meningkatkan risiko dewasa
jatuh - Posisi tempat tidur terlalu
tinggi
11 12/4/2019 6.1 Mengkaji perilaku - Skor humpty dumpty : 13
09:05 anak yang dapat - Anak masih aktif
memicu Risiko jatuh bergerak
12 12/4/2019 1.9 Menginjeksikan - Obat telah diinjeksikan
09:10 cefotaxime 300mg IV dan tidak ada respon
negative
13 12/4/2019 3.3 Mengatur posisi - Menganjurkan ibu untuk
11:40 pasien untuk memangku anaknya dan
memaksimalkan mengatur posisi anak
Ventilasi menjadi semo fowler,
anak terlihat tenang
14 12/4/2019 1.8 Memberikan terapi - Anak menangis selama
11:55 nebulizer (ventolin) diuap, setelah diuap ibu
mengatakan anaknya
lebih nyaman bernafas
dan tidak gelisah
15 12/4/2019 4.3 Memberikan kompres
- Kompres telah diberikan
12:00 pada An.R
16 12/4/2019 6.5 Menjelaskan kepada
- Orang tua mengatakan
12:02 orang tua An.R mengerti tentang faktor
tentang faktor yang resiko yang memicu jatuh
memicu jatuh dan dapat mengulangi
kembali apa yang telah
dijelaskan perawat
6.3 Memasang side rail - Side rail terpasang, anak
tempat tidur lebih aman
17 12/4/2019
5.2 Menilai adanya alergi - Ibu mengatakan An. R
12:04
terhadap makanan tidak mempunyai alergi
atau minuman terhadap makanan
ataupun minuman
18 12/4/2019
5.1 Kaji kemampuan - Ibu mengatakan kadang
12:06
pasien untuk membelikan makanan
mendapat nutrisi yang diluar
dibutuhkan - Ibu mengatakan hari ini
An. R masih mau tidak
makan nasi
19 12/4/2019
3.3 Mengukur BB, TB, - BB : 11 kg, TB : 70,7 cm,
12:08
LILA LILA : 15,7 cm
20 12/4/2019
4.4 Merendahkan posisi - Tempat tidur telah
12:10
tempat tidur direndahkan posisinya,
tidak ada kejadian jatuh
21 12/4/2019
7.3 Melihat tanda-tanda - Tidak ada tanda-tanda
12:12
infeksi pada tangan infeksi yang muncul
pasien yang terpasang
infus
22 12/4/2019 7.5 Mengajarkan kepada - Orangtua mampu
12:14 orang tua pasien menyebutkan secara
tentang tanda dan umum tanda dan gejala
gejala infeksi infeksi
23 12/4/2019 7.6 Mengajarkan cara - Orangtua mengatakan
12:19 menghindari infeksi paham tentang cara
menghindari infeksi

1 13/4/2019 7.1 Mencuci tangan - Tangan tampak bersih


08:05 sebelum kontak
dengan pasien
2 13/4/2019 7.4 Melakukan perawatan - Plaster telah diganti,
08:06 infus balutan tampak bersih
3 13/4/2019 7.3 Melihat apakah ada - Tidak ada tanda atau
08:09 tanda-tanda infeksi gejala infeksi yang
yang muncul pada muncul
tangan pasien
4 13/4/2019 7.2 Memberitahu orang - Orang tua mengatakan
08:10 tua untuk membatasi akan melakukan saran
jumlah pengunjung dari perawat
5 13/4/2019 1.3 Mendengarkan suara - Terdengar suara nafas
08:12 tambahan ronkhi pada
nafas
paru bagian kiri
6 13/4/2019 3.4 Menghitung frekuensi - RR : 36x/menit irama
08:15 nafas cepat dan dangkal
nafas dan melihat
irama nafas pola nafas tidak teratur
7 13/4/2019
2.1 Mengukur suhu tubuh - T = 36,60C, N =
08:20
dan menghitung RR 102x/menit, RR =
dan nadi anak 36x/menit
8 13/4/2019
1.1 Mengukur status - SpO2 = 98%
08:25
oksigen An.R
9 13/4/2019
6.1 Mengkaji perilaku - Anak sedang rewel dan
08:55
An.R yang mungkin aktif bergerak
mempengaruhi resiko
jatuh
10 13/4/2019
6.2 Mengkaji factor - Side rail tidak terpasang
08:57
lingkungan yang - Ibu mengatakan lupa
memicu jatuh memasang pagar
pengaman
11 13/4/2019
6.3 Memasang side - Pagar tempat tidur telah
09:05
rail dan dipasang
mengingatkan - Ibu mengatakan lain
orang tua pasien kali akan memastikan
pagar tempat
tidur terpasang

12 13/4/2019 1.9 Menginjeksikan - Obat telah dimasukkan


09:08 antibiotik cefotaxime dan tidak ada respon
300mg IV negative
13 13/4/2019 2.5 Memberikan - Obat telah diberikan dan
09:22 paracetomol 100mg tidak ada respon
IV negative

3.3 Mengubah posisi - Mengubah posisi pasien


14 13/4/2019 pasien menjadi semi fowler
14:30 dan pasien terlihat
tenang

1.8 Memberikan terapi - An.R menangis dan


15 13/4/2019 nebulizer ventolin berusaha membuka
14:35 masker nebunya

1.5 Melakukan fisioterapi - Fisioterapi dada telah


16 13/4/2019 dada diberikan ibu
14:38
mengatakan ada sedikit
dahak yang keluar
1 14/04/2019 1.4 Mendengarkan suara - Suara nafas bersih
08:45 nafas

2 14/04/2019 3.5 Menghitung frekuensi - RR : 26x/menit irama


08:47 nafas dan melihat nafas teratur
irama nafas

3 14/04/2019 1.1 Mengukur status - SpO2 = 99%


08:47 oksigen An.R - An.R tidak terpasang
oksigen lagi
- Ibu mengatakan anaknya
sudah tidak sesak

4 14/04/2019 3.1 Mengukur tanda-tanda - RR : 26x/menit


08:50 vital - T : 36,30C
- N : 97x/menit

5 14/04/2019 6.1 Mengkaji perilaku An. - Anak sedang aktif


08:55 R yang mungkin bergerak
mempengaruhi resiko
jatuh

6 14/04/2019 6.2 Mengkaji factor - Side terpasang


09:00 lingkungan yang - Posisi tempat tidur
memicu jatuh rendah
- Ibu mengatakan akan
memastikan pagar
tempat tidur selalu
terpasang
7 14/04/2019 1.9 Menginjeksikan - Obat telah dimasukkan
09:03 antibiotik cefotaxime dan tidak ada respon
300mg IV negative

8 14/04/2019 1.4 Mengubah posisi - Mengubah posisi pasien


09:05 pasien menjadi semi fowler dan
pasien terlihat tenang

9 14/04/2019 1.8 Memberikan terapi - An. R menangis dan


09:10 nebulizer ventolin berusaha membuka
masker nebunya

1 15/04/2019 7.1 Mencuci tangan - Tangan tampak bersih


08:45 sebelum tindakan

2 15/04/2019 5.6 Mengakaji - Anak berkembang sesuai


08:47 perkembangan anak dengan usianya

3 15/04/2019 7.3 Melihat tanda dan - Tidak ada tanda gejala


08:47 gejala infeksi infeksi yang muncul

4 15/04/2019 6.1 Mengkaji perilaku - Anak sedang aktif


08:50 An.R yang mungkin bergerak
mempengaruhi resiko
jatuh

5 15/04/2019 6.2 Mengkaji factor - Side terpasang


08:55 lingkungan yang - Posisi tempat tidur
memicu jatuh rendah
- Ibu mengatakan akan
memastikan pagar
tempat tidur selalu
terpasang

6 15/04/2019 7.7 Menginjeksikan - Obat telah dimasukkan


09:00 antibiotik cefotaxime dan tidak ada respon
300mg IV negative

7 15/04/2019 5.7 Menanyakan kepada - Ibu mengatakan anak


09:03 ibu apakah pasien tidak ada muntah hari ini
muntah hari ini

8 15/04/2019 5.3 Mengukur BB, TB, - BB : 11 kg, TB : 70,7


09:05 LILA cm , LILA : 15,7 cm

Klien 2
1 25/10/2017 1.1 Mengkaji bersihan - Klien gelisah
09:00 jalan nafas, - Batuk produktif
kedalaman, dan - Terdapat retraksi dinding
frekuensi nafas dada

2 25/10/2017 1.2 Memantau tanda-tanda - CRT <3 detik


09:15 sianosis - Bibir tampak sianosis
3 25/10/2017 1.3 Memantau reflek - Reflek batuk berkurang
09:30 batuk

4 25/10/2017 1.4 Mengauskultasi bunyi - Suara nafas ronkhi basah


09.45 nafas +
- RR: 50 x/menit, N: 160
5 25/10/2017 1.5 Mengukur TTV
x/menit, T: 38,30C,
10:10
- Simple mask 4 liter/menit
6 25/10/2017 1.6 Memberikan oksigen.
terpasang
10:25
7 25/10/2017 1.7 Kolaborasi pemberian - Fisioterapi dada telah
10:45 dilakukan dengan
fisioterapi dada
menepuk punggung klien

8 25/10/2017 1.8 Kolaborasi dalam - Ventolin 1 ampul/8jam


10:55 telah diberikan
pemberian ihalasi
nebulizer
- Tidak ada tanda-tanda
9 25/10/2017 2.1 Memantau tanda-tanda
11:10 infkesi, NGT, IVFD
infeksi
dalam keadaan baik

- T: 38,30C
10 25/10/2017 2.2 Mengukur suhu tubuh
11:25
11 25/10/2017 2.3 Mengajarkan ibu cuci - Ibu melakukan cuci
11:40 tangan 6 langkah sebelum
tangan 6 langkah
dan sesudah memberikan
sebelum dan sesudah
ASI
memberikan ASI
12 25/10/2017 2.4 Melakukan perawatan - IVFD dan NGT dalam
12:05 kondisi baik
Iv Line
13 25/10/2017 2.5 Memberikan kompres - Kompres hangat telah
12:10 diberikan
hangat
14 25/10/2017 2.6 Menganjurkan ibu - Klien terlihat tidak
12:20 memakai pakaian tebal
untuk memakaikan
pakaian yang tipis
- Suhu lingkungan baik
15 25/10/2017 2.7 Mempertahankan suhu
12:35 (tidak panas, tidak dingin)
lingkungan tetap
sejuk
16 25/10/2017 2.8 Memberikan - PCT injeksi 4 mg/6 jam
13:00 telah diberikan
antipiretik
17 25/10/2017 3.1 Mengkaji tingkat - Ibu klien cemas anaknya
13:10 sesak terus
kecemasan
18 25/10/2017 3.2 Memberikan - Ibu klien mengerti dan
13:20 memahami apa itu
pendidikan kesehatan
bronkopneumonia
tentang
bronkopneumonia
19 25/10/2017 3.3 Memberikan support - Keluarga tampak tenang
13:35 dan dukungan kepada
keluarga

1 26/10/2017 1.1 Mengkaji bersihan - Nafas masih terlihat sesak


09:00 jalan nafas, - Terdapat retraksi dinding
kedalaman, dan dada
frekuensi nafas - Batuk produktif

2 26/10/2017 - Bibir tampak pucat


09:15 1.2 Memantau tanda-tanda - CRT <3 detik
sianosis

1.3 Memantau reflek


3 26/10/2017 - Reflek batuk berkurang
09:30 batuk
1.4 Mengauskultasi bunyi
4 26/10/2017 - Suara nafas ronchi basah
09:45 nafas
+/-

5 26/10/2017 1.5 Mengukur TTV - RR: 44 x/menit, N: 152


09:55 x/menit, T: 370C
6 1.6 Memberikan oksigen.
26/10/2017 - Klien terpasang
10:00 nasal kanul 1
7 1.7 Kolaborasi pemberian liter/menit
26/10/2017
- Fisioterapi dada telah
10:25 fisioterapi dada
diberikan dengan
menepuk punggung klien
8 1.8 Kolaborasi dalam
26/10/2017 - Ventolin 1 ampul/8 jam
10:45 pemberian ihalasi
telah diberikan
nebulizer

26/10/2017
9 2.2 Mengukur suhu tubuh
11:10 - T: 370C
26/10/2017
10 2.3 Mengajarkan ibu cuci
- Ibu melakukan cuci
11:25 tangan 6 langkah sebelum
tangan 6 langkah
dan sesudah memberikan
sebelum dan sesudah
ASI
memberikan ASI
26/10/2017
11 2.4 Melakukan perawatan
- IVFD D5 6 tetes/menit
11:40 (micro) diberikan
Iv Line
- Cairan infus telah masuk
melalui iv
12 2.5 Memberikan kompres
26/10/2017 - Kompres hangat telah
12:10 hangat
diberikan
13 26/10/2017
2.8 Memberikan - PCT injeksi 4 mg/6 jam
12:25 telah diberikan
antipiretik
127/10/2017 1.2 Mengkaji bersihan -Nafas klien terlihat
09:00 jalan nafas, tenang
kedalaman, -
Tidak terdapat retraksi
dan frekuensi dinding dada
nafas - Batuk produktif
berkurang
227/10/2017 1.3 Memantau reflek - Adanya reflek batuk
09:15batuk

327/10/2017 1.5 Mengauskultasi bunyi - Suara nafas vesikuler


09:30nafas

4 27/10/2017 1.5 Mengukur TTV - RR: 40 x/menit, N: 156


09:45 x/menit, T: 370C

527/10/2017 1.6 Memberikan oksigen. - Nasal kanul 1 liter/menit


09:55terpasang

627/10/2017 1.8 Kolaborasi dalam - Ventolin 1 ampul/8 jam


10:10 pemberian telah diberikan.
ihalasi nebulizer

7 27/10/2017 2.1 Mengukur suhu - T: 370C


tubuh 10:25
Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)
Berdasarkan tabel diatas bahwa implementasi yang dilakukan

berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat.

Implementasi pada klien 1 dilakukan selama 4 hari dirumah sakit pada

tanggal 12 April- 15 April 2019 sedangkan pada klien 2 dilakukan

selama 3 hari di rumah sakit mulai dari tanggal 25 Oktober-27 Oktober

2017

67
e. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.8
Evaluasi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia
Hari/ Diagnosa
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawata
Klien 1 n
Hari Dx 1 Bersihan S : - Ibu mengatakan An. R masih sulit
ke 1 jalan nafas bernafas
tidak Ibu mengatakan An. R masih batuk
15:00 efektif berdahak
Ibu mengatakan anak tidak bisa
mengeluarkan dahaknya
O : - Auskultasi bunyi nafas ronki pada paru
kiri

68
- RR : 35x/menit
- SpO2 : 98%
- Ada otot bantu pernafasan
dada A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.1 Monitor status oksigenasi pasien
1.2 Monitor status respirasi
(irama,frekuensi)
1.3 Auskultasi suara nafas catat jika ada
suara nafas tambahan
1.4 Atur posisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
1.5 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1.7 Kolaborasi pemberian O
2
1.8
Kolaborasi pemberian terapi nebulizer
1.9
Kolaborasi pemberian antibiotic

15.10 Dx 2 S : - Ibu mengatakan anak masih kesulitan


Gangguan bernafas
Pertukaran Gas O : - Terdengar bunyi ronkhi pada paru kiri
- Pola nafas cepat dan dangkal
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2.1 Observasi tanda-tanda vital anak
2.2 Kaji frekuensi, kedalaman dan
kemudahan anak dalam bernafas
2.3 Observasi warna kulit, membrane
mukosa, dan kuku anak apakah ada
sianosis
2.4 Mempertahankan istirahat dan tidur
anak
2.5 Kolaborasi pemberian oksigen

15.15 Dx 3 S : - Ibu mengatakan anak masih sulit bernafas


Pola nafas - Ibu mengatakan saat posisi tidur
tidak efektif terlentang anak semakin merasa sesak
nafas
O : - Terdapat otot bantu pernafasan dada
- Pola nafas cepat dan dangkal
- TTV : RR: 36x/menit, N: 102x/menit,
T: 37,80C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3.1 Observasi tanda-tanda vital anak
3.2 Kaji frekuensi pernafasan
3.3 Memberikan posisi semi fowler
3.4 Kolaborasi pemberian oksigen
15.20 Dx 4 S : - Ibu mengatakan badan anak panas
Hipertermia - Ibu mengatakan anak rewel dan demam
O : - Saat diraba badan anak teraba panas
- T: 37,80C N: 102x/menit
- Anak rewel
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
4.1 Monitor suhu tubuh
4.2 Monitor warna kulit, nadi dan RR
4.3 Berikan kompres pada lipatan paha dan
axilla
4.4 Selimuti klien untuk mencegah
hilangnya kehangatan
4.5 Kolaborasi pemberian obat antipiretik
untuk menurunkan panas

15.25 Dx 5 S : - Ibu mengatakan An. R nafsu makannya


Resiko defisit menurun
nutrisi - Ibu mengatakan An. R hanya makan lauk
(ikan) tapi tidak mau menghabiskan
nasinya
O : - A: BB: 11 kg, TB: 70,7 cm, LILA: 15,7
cm
- B: terjadi peningkatan jumlah leukosit
dan trombosit
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilap
- D: MLTKTP
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
5.1 Kaji status nutrisi anak
5.2 Kaji adanya alergi makanan atau
minuman
5.3 Ukur tinggi/panjang badan dan berat
badan anak
5.4 Monitor turgor kulit
5.5 Monitor muntah pada anak
5.6 Monitorpertumbuhan dan
perkembangan anak
5.7 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi selama
sakit
15.30 Dx 6 S:-
Resiko jatuh O : - Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak
terlalu tinggi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
6.1 Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh
6.2 Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan
potensi untuk jatuh
6.3 Memasang pagar pengaman tempat
tidur
6.4 Merendahkan posisi tempat tidur

15.35 Dx 7 S:-
Resiko infeksi O : - Terpasang IVFD ditangan sebelah kiri
- Balutan baru diganti
- Balutan tampak bersih
- Tidak ada kemerahan, atau pun bengkak
pada daerah tangan yang diinfus
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
7.1 Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
7.2 Batasi pengunjung bila perlu
7.3 Monitor tanda dan gejala sistematik
dan lokal
7.4 Lakukan perawatan infus
7.7 Kolaborasi pemberian antibiotik

Hari Dx 1 S : - Ibu mengatakan An. R sesaknya


ke 2 berkurang
Bersihan jalan
nafas tidak - Ibu mengatakan An. R masih batuk
14.45 efektif berdahak
- Ibu mengatakan anak tidak bisa
mengeluarkan dahaknya
- Ibu mengatakan hari ini anak mendapat
terapi fisioterapi dada
O : - Auskultasi bunyi nafas ronki pada paru
kiri
- RR : 33x/menit
- SpO2 : 98%
- Ada otot bantu pernafasan dada
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.1 Monitor status oksigenasi pasien
1.2 Monitor status respirasi
(irama,frekuensi)
1.3 Auskultasi suara nafas catat jika ada
suara nafas tambahan
1.4 Atur posisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
1.5 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1.7 Kolaborasi pemberian O2
1.8 Kolaborasi pemberian terapi nebulizer
1.9 Kolaborasi pemberian antibiotik

14.50 Dx 2 S : - Ibu mengatakan sesak anak sudah


Gangguan berkurang
pertukaran gas O : - Terdengar bunyi ronkhi pada paru kiri
- Pola nafas cepat dan dangkal
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2.1 Observasi tanda-tanda vital anak
2.2 Kaji frekuensi, kedalaman dan
kemudahan anak dalam bernafas
2.3 Observasi warna kulit, membrane
mukosa, dan kuku anak apakah ada
sianosis
2.4 Mempertahankan istirahat dan tidur
anak
2.5 Kolaborasi pemberian oksigen

14.55 Dx 3 S : - Ibu mengatakan anak kesulitan bernafas


Pola nafas - Ibu mengatakan saat posisi tidur
tidak efektif terlentang anak semakin merasa sesak
nafas
O : - Terdapat otot bantu pernafasan dada
- Pola nafas cepat dan dangkal
- TTV : RR: 36x/menit, N: 102x/menit,
T: 37,80C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3.1 Observasi tanda-tanda vital anak
3.2 Kaji frekuensi pernafasan
3.3 Memberikan posisi semi fowler
3.4 Kolaborasi pemberian oksigen
15.00 Dx 4 S : - Ibu mengatakan tadi pagi anak mendapat
Hipertermia obat paracetamol
- Ibu mengatakan badan An. R sudah tidak
panas lagi
O : - Saat diraba badan anak sudah tidak panas
lagi
- T: 36,70C N: 102x/menit
- Anak tidak rewel
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

15.10 Dx 5 S : - Ibu mengatakan An. R hanya makan ½


Resiko defisit porsi bubur tapi menghabiskan lauk
nutrisi (ikan)
O : - A: BB: 11 kg, TB: 70,7 cm, LILA: 15,7
cm
- B: terjadi peningkatan jumlah leukosit
dan trombosit
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilap
- D: MLTKTP
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
5.1 Kaji status nutrisi anak
5.2 Kaji adanya alergi makanan atau
minuman
5.3 Ukur tinggi/panjang badan dan berat
badan anak
5.4 Monitor turgor kulit
5.5 Monitor muntah pada anak
5.6 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan anak
5.7 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi selama
sakit
15.30 Dx 6 S:-
Resiko jatuh O : - Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak
terlalu tinggi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
6.1 Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh
6.2 Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan
potensi untuk jatuh
6.3 Memasang pagar pengaman tempat
tidur
6.4 Merendahkan posisi tempat tidur

15.40 Dx 7 S:-
Resiko infeksi O : - Terpasang IVFD ditangan sebelah kiri
- Balutan baru diganti
- Balutan tampak bersih
- Tidak ada kemerahan, atau pun bengkak
pada daerah tangan yang diinfus
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
7.1 Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
7.2 Batasi pengunjung bila perlu
7.3 Monitor tanda dan gejala sistematik
dan lokal
7.4 Lakukan perawatan infus
7.7 Kolaborasi pemberian antibiotik

Hari Dx 1 S : - Ibu mengatakan An. R tidak sesak lagi


ke 3
Bersihan jalan - Ibu mengatakan An. R batuknya sudah
nafas tidak tidak berdahak
15.10 efektif O : - Tidak ada bunyi nafas tambahan
- RR : 29x/menit
- SpO2 : 99%
- Tidak ada otot bantu pernafasan dada
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
15.15 Dx 2 S : - Ibu mengatakan An. R tidak sesak lagi
Gangguan O : - Tidak ada bunyi nafas tambahan
pertukaran gas - Pola nafas teratur
- Tidak ada tarikan dinding dada
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

15.20 Dx 3 S : - Ibu mengatakan An. R tidak sesak lagi


Pola nafas - Ibu mengatakan saat posisi tidur
tidak efektif terlentang anak sudah tidak terlalu sesak
O : - Pola nafas teratur
- Suara nafas bersih
- RR : 29x/menit, N: 97x/menit, T: 36,50C
- SpO2 : 99%
- Tidak ada otot bantu pernafasan dada
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

15.25 Dx 5 S : - Ibu mengatakan An. R hanya makan ½


Resiko defisit porsi bubur tapi menghabiskan lauk
nutrisi (ikan)
O : - A: BB: 11 kg, TB: 70,7 cm, LILA: 15,7
cm
- B: terjadi peningkatan jumlah leukosit
dan trombosit
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilap
- D: MLTKTP
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
5.1 Kaji status nutrisi anak
5.2 Kaji adanya alergi makanan atau
minuman
5.3 Ukur tinggi/panjang badan dan berat
badan anak
5.4 Monitor turgor kulit
5.5 Monitor muntah pada anak
5.6 Monitorpertumbuhan dan
perkembangan anak
5.7 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi selama
sakit
15.30 Dx 6 S:-
Resiko jatuh O : - Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak
terlalu tinggi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
6.1 Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh
6.2 Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan
potensi untuk jatuh
6.3 Memasang pagar pengaman tempat
tidur
6.4 Merendahkan posisi tempat tidur

15.35 Dx 7 S:-
Resiko infeksi O : - Terpasang IVFD ditangan sebelah kiri
- Balutan baru diganti
- Balutan tampak bersih
- Tidak ada kemerahan, atau pun bengkak
pada daerah tangan yang diinfus
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
7.1 Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
7.2 Batasi pengunjung bila perlu
7.3 Monitor tanda dan gejala sistematik
dan lokal
7.4 Lakukan perawatan infus
7.7 Kolaborasi pemberian antibiotik

Hari Dx 5 S : - Ibu pasien mengatakan An. R hamper


ke 4 menghabiskan makanannya hari ini
Resiko defisit
nutrisi (tersisa 2-3 sendok saja)
15.05 O : - A: BB: 11 kg, TB: 70,7 cm, LILA: 15,7
cm
- B: terjadi peningkatan jumlah leukosit
dan trombosit
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilap
- D: MLTKTP
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
5.1 Kaji status nutrisi anak
5.2 Kaji adanya alergi makanan atau
minuman
5.3 Ukur tinggi/panjang badan dan berat
badan anak
5.4 Monitor turgor kulit
5.5 Monitor muntah pada anak
5.6 Monitorpertumbuhan dan
perkembangan anak
5.7 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi
selama sakit

15.10 Dx 6 S:-
Resiko jatuh O : - Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak
terlalu tinggi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
6.1 Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh
6.2 Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan
potensi untuk jatuh
6.3 Memasang pagar pengaman tempat
tidur
6.4 Merendahkan posisi tempat tidur

15.15 Dx 7 S:-
Resiko Infeksi O : - Infus telah dilepas
- Pembekuan darah baik
- Tidak ada kemerahan, atau pun bengkak
pada daerah tangan yang diinfus
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
7.1 Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
7.2 Batasi pengunjung bila perlu
7.3 Monitor tanda dan gejala sistematik
dan lokal
7.4 Lakukan perawatan infus
7.7 Kolaborasi pemberian antibiotic
Klien 2
Hari
Dx 1 S:-
ke 1
Bersihan jalan O : - Klien tampak gelisah
nafas tidak - RR 50 x/menit
11.00
efektif - Suara nafas ronkhi basah +/+
- Batuk produktif
- Reflek batuk berkurang
- Terpasang O2 simple mask 4 liter/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- CRT <3 detik
- Bibir tampak sianosis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.1 Kaji bersihan jalan nafas, kedalaman,
frekuensi nafas
1.2 Pantau tanda-tanda sianosis
1.3 Pantau reflek batuk
1.4 Auskultasi bunyi nafas
1.5 Ukur tanda-tanda vital
1.6 Kolaborasi dalam pemberian oksigen
1.7 Kolaborasi pemberian fisioterapi dada
1.8 Kolaborasi dalam pemberian inhalasi
nebulizer

13.30 Dx 2 S:-
Peningkatan O : - Klien tampak lemah
suhu tubuh - T: 38,30C
- Badan klien teraba hangat
- Terpasang selang NGT dan IVFD
- Leukosit 14.500 u/
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2.1 Pantau tanda-tanda infeksi
2.2 Ukur suhu tubuh
2.3 Anjurkan ibu cuci tangan 6 langkah
sebelum dan sesudah memberikan ASI
2.4 Lakukan perawatan Iv Line
2.5 Berikan kompres hangat
2.6 Anjurkan ibu untuk memakaikan
pakaian yang tipis
2.7 Pertahankan suhu lingkungan tetap
sejuk
2.8 Kolaborasi dalam pemberian
antipiretik
13.35 Dx 3 S : - Ibu klien mengatakan sudah mengetahui
Ansietas penyakit yang di derita anaknya
O : - Keluarga terlihat tenang
- Ibu klien mengerti tentang penyakit
anaknya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

Hari Dx 1 Bersihan S:-


ke 2 jalan nafas O : - Nafas masih terlihat sesak
tidak RR: 44 x/menit
11.00 efektif Suara nafas ronkhi basah +/-
Batuk produktif
Reflek batuk berkurang
Terpasang O2 nasal kanul 1 liter/menit
Terdapat retraksi dinding dada
CRT <3 detik
Bibir tampak pucat
A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan
Intervensi
Kaji bersihan jalan nafas, kedalaman,
frekuensi nafas
Pantau tanda-tanda sianosis
Pantau reflek batuk
Auskultasi bunyi nafas
Ukur tanda-tanda vital
Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Kolaborasi pemberian fisioterapi dada
Kolaborasi dalam pemberian inhalasi
nebulizer
13.00 Dx 2 S:-
Peningkatan O : - Klien tampak lemas
suhu tubuh - Suhu tubuh 370C
- Badan klien teraba hangat
- Mukosa bibir kering
- IVFD D5 6 tetes/menit (mikro)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2.1 Pantau tanda-tanda infeksi
2.2 Ukur suhu tubuh
2.3 Anjurkan ibu cuci tangan 6 langkah
sebelum dan sesudah memberikan ASI
2.4 Lakukan perawatan Iv Line
2.5 Berikan kompres hangat
2.6 Anjurkan ibu untuk memakaikan
pakaian yang tipis
2.7 Pertahankan suhu lingkungan tetap
sejuk
2.8 Kolaborasi dalam pemberian
antipiretik

Hari Dx 1 S:-
ke 3
Bersihan jalan O : - Nafas klien terlihat tenang
nafas tidak - RR: 40 x/menit
09.00 efektif - Suara nafas vesikuler
- Batuk produktif berkurang
- Reflek batuk (+)
- Tidak terdapat retraksi dinding dada
- Bibir terlihat kemerahan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

11.15 Dx 2 S:-
Peningkatan O : - Klien tampak bugar
suhu tubuh - T: 370C
- Badan klien teraba hangat
- Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

Sumber: Chairunisa (2019) & Ariska (2018)

Tabel di atas menjelaskan bahwa pada klien 1 dilakukan asuhan

keperawatan selama 4 hari di rumah sakit, evaluasi pada klien 1


menunjukan hipertermi teratasi pada hari kedua, 3

diagnosa keperawatan teratasi pada hari ketiga yaitu

bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran

gas dan pola nafas tidak efektif. Sedangkan pada klien 2

dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari di rumah

sakit, evaluasi pada klien 2 menunjukan ansietas teratasi

pada hari pertama, bersihan jalan nafas tidak efektif dan

peningkatan suhu tubuh teratasi pada hari ke tiga.

81
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengkajian

Hasil pengkajian antara klien 1 dan 2 terdapat

persamaan dan perbedaan. Pada kasus ditemukan data

kedua klien mengalami keluhan utama sesuai teori yaitu

batuk berdahak, sesak dan demam sedangkan

perbedaannya yaitu pada klien 2 ditemukan adanya

sianosis di mulut. Terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus yaitu kedua klien tidak ditemukan adanya

mual dan muntah.

82
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

bronkopneumonia menurut teori pada bab dua terdapat 6

diagnosa. Pada klien 1 terdapat 3 diagnosa yang muncul

sesuai teori yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif,

gangguan pertukaran gas dan hipertermia. Sedangkan

pada klien 2 terdapat 2 diagnosa yang sesuai dengan teori

yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif dan hipertermia.

Terdapat 4 diagnosa yang berbeda dengan teori pada klien

1 yaitu pola nafas tidak efektif, risiko defisit nutrisi, risiko

jatuh dan risiko infeksi. Sedangkan pada klien 2 terdapat

1 diagnosa yang berbeda dengan teori yaitu ansietas.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien

1 dan 2 sesuai dengan diagnosa yang muncul. Intervensi

yang diberikan pada klien 1 dan 2 disesuaikan dengan

keadaan dan kebutuhan klien

83
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan yang telah peneliti susun. Implementasi

keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan 2 sesuai

dengan intervensi yang telah direncanakan sesuai dengan

kebutuhan klien anak dengan bronkopneumonia.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian hasil dan proses.

Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan

yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi

keperawatan yang dilakukan peneliti dibuat dalam bentuk

SOAP. Evaluasi pada klien 1 dan 2 semua masalah

teratasi.

84
DAFTAR PUSTAKA

Agustina. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku Pencegahan
Penyakit Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu.

Anggraeni, Desilva. (2019). Pathway Bronkopneumonia Anak.

Anggraini, Octaria & Rahmanoe, Murdoyo. (2015). Three Month Baby With
Bronchopneumonia.

Ariska, Niken. (2018). Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia.


https://www.academia.edu/35953132/ASUHAN_KEPERAWATAN_PAD
A_BAYI_DENGAN_BRONKOPNEUMONIA.docx

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Chairunisa, Yoanita. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak dengan
Bronkopneumonia di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra.
https://www.scribd.com/document/442918059/ASKEP- BRONCHOPNEUMONIA-pdf

Dermawan. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

85

Anda mungkin juga menyukai