1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus” ini
dengan sebaik-sebaiknya sesuai waktu yang telah ditentukan. Di dalam makalah
ini, akan dipaparkan mulai dari konsep teori penyakit diabetes melitus sampai
asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus.
Tiada gading yang tak retak. Atas penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun, khususnya
dari ibu Rohmatul Faizah, S.Kep.,Ns.,M.Kep guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat, menambah pengetahuan, serta wawasan
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Makalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Konsep Penyakit....................................................................................3
2.1.1 Pengertian...................................................................................3
2.1.2 Etiologi.......................................................................................3
2.1.3 Manifestasi Klinik......................................................................4
2.1.4 Patofisiologi...............................................................................5
2.1.5 Komplikasi.................................................................................8
2.1.6 Pencegahan Komplikasi...........................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan Medis............................................................12
2.2 Asuhan Keperawatan...........................................................................15
2.2.1 Pengkajian................................................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................15
2.2.3 Intervensi..................................................................................15
2.2.4 Implementasi............................................................................15
2.2.5 Evaluasi....................................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
3.1 Kesimpulan..........................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat
adalah sebagai Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health
Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat
pencegahan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan yang berorientasi
pada upaya promotif dan preventif. Maka dari itu, peranan perawat dalam
penanggulangan Diabetes Melitus yaitu perawat dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan
penyakit, pemulihan dari penyakit, memberikan informasi yang tepat
tentang kesehatan seperti diet untuk penderita Diabetes Melitus. Manfaat
pendidikan kesehatan bagi keluarga antara lain meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan meningkatkan
kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).
2
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit diabetes melitus
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat.
2.1.2 Etiologi
Menurut (Sudoyo 2006), DM Tipe 1 adalah Diabetes yang
tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh faktor genetik penderita tidak
mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi
4
atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1. Faktor
imunologi (autoimun). Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta.
Untuk DM Tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat, dan keluarga.
Dikatakan normal jika kadar gula darah < 140 mg/dl, dikatakan
toleransi glukosa terganggu jika 140 - < 200 mg/dl, dikatakan
menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah ≥ 200 mg/dl.
(Sudoyo, 2006).
5
1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai
bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi
glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di
daerah ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah
payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering
yaitu jamur terutama candida.
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama
yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf
rusak terutama bagian perifer.
5) Kelemahan tubuh
6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan
oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung
secara optimal.
7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur
makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan
untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan
seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Pada DM tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
6
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi
lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-
tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,hiperventilasi,
nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
7
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).Diabetes tipe II
paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
8
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
2.1.5 Komplikasi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :
1. Komplikasi Metabolik Akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus
terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan
keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya:
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul
sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena
pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).
2) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena
kelebihan kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar
insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2012).
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler
nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus
yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson,
2012).
2. Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price
& Wilson (2012) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah
kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) diantaranya:
1. Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
9
Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
yaitu :
1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan
pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).
2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200
ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu
3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama
terjadinya gagal ginjal terminal.
3) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling
sering ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM
mengacau pada sekelompok penyakit yang menyerang
semua tipe saraf (Subekti, 2009).
2. Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien
diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.
1) Penyakit Jantung Koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM
disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard
yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau
disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction)
(Widiastuti, 2012).
2) Penyakit Serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan
pasien non-DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler.
Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala pada
komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau
10
vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara
pelo (Smeltzer & Bare, 2008).
3) Penyakit Ateroskerosis
Pembuluh darah normal memiliki lapisan dalam yang
disebut endotelium. Lapisan dalam pembuluh darah ini
membuat sirkulasi darah mengalir lancar. Untuk
mencapai kelancaran ini, endotelium memproduksi
Nitrous Oksida lokal (NO). NO berfungsi untuk
melemaskan otot polos di dinding pembuluh dan
mencegah sel-sel darah menempel ke dinding.Mekanisme
gangguan ini diduga berpusat di jantung, dan gangguan
meningkat dengan pembentukan plak. Gula darah tinggi,
asam lemak tinggi dan trigliserida tinggi pada diabetes
menyebabkan lengket di dinding endotelium, mendorong
proses keterikatan sel yang menghasilkan reaksi jaringan
lokal. Reaksi jaringan lokal menghasilkan partikel dan
sel-sel darah yang berbeda, menyebabkan penumpukan
dan pengerasan di dinding pembuluh (arteri).
Reaksi jaringan lokal ini menghasilkan sebuah plak,
disebut plak aterosklerosis.Pada penderita diabetes,
mereka resisten terhadap tindakan insulin, dengan kata
lain tubuh penderita diabetes kurang sensitif dgn insulin.
Akibatnya, efek stimulasi ini hilang dan mengakibatkan
peningkatan kecenderungan terhadap pembentukan plak
aterosklerosis.Plak pada pembuluh darah ini lah yang
nantinya akan menyumbat pembuluh darah di otak dan
mengakibatkan stroke.
11
penyakit yang terdahulu. Pencegahan DM dapat dibagi menjadi 3
tahap yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan pada faktor-faktor risiko
terhadap patogenesis dasar dari DM tipe 2 yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Usaha-usaha untuk menurunkan
resistensi insulin antara lain mencegah atau memperbaiki adanya
obesitas, menghindari diet tinggi lemak, mengkonsumsi sumber
karbohidrat yang diolah tidak terlalu bersih (unrefined),
menghindari obat-obat yang bersifat diabetogenik dan
meningkatkan aktivitas fisik yang berpengaruh menurunkan
resistensi insulin terlepas dari penurunan berat badan (WHO,
1994).
Usaha-usaha tersebut tidak lain adalah perubahan gaya hidup.
Perubahan gaya hidup tersebut dapat menurunkan berat badan,
memperbaiki distribusi lemak tubuh (menurunkan lingkar
pinggang) dan dengan demikian dapat mencegah atau menunda
manifestasi dari Diabetes Mellitus tipe 2.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan menemukan diagnosis DM
sedini mungkin dengan cara skrining. Hasil tes penyaring normal
bila glukosa darah sewaktu atau puasa < 110 mg%. Bila
didapatkan kadar glukosa darah puasa antara 110 – 125 mg/dl
dinamakan glukosa darah puasa terganggu dan bila ≥ 126 mg/dl
atau glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl maka diagnosis DM
sangat mungkin dan bila tanpa gejala DM perlu dilakukan tes
pada waktu yang lain untuk memastikan diagnosis (PERKENI,
2002).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah usaha untuk mencegah terjadinya
ginjal atau nefropati. Penyakit neuropati yang komplikasi pada
DM. Komplikasi akut Hipoglikemia yang ditandai dengan badan
12
gemetaran, cemas, bingung dan rasa lapar yang timbul dengan
tiba-tiba, Ketoasidosis Diabetik (KAD) yang biasanya ditandai
dengan nafas berbau aseton, mual muntah serta dehidrasi.
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik (HHNK) yaitu
suatu sindrom yang ditandai dengan hiperglikemi berat,
hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai dengan
menurunnya kesadaran dan komplikasi kronik: Makrovaskular
(penyakit pembuluh darah besar) yang meliputi sirkulasi koroner,
vaskular perifer, dan vaskular serebral. Mikrovaskular (penyakit
pembuluh darah kecil) yang menyerang mata atau retinopati serta
menyerang saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki. Usaha terhadap
timbulnya komplikasi ini antara lainpengendalian yang ketat dari
kelainan metabolik pada Diabetes Mellitus (glukosadarah, lipid)
dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kerusakan
pembuluh darah misalnya tekanan darah, merokok dan
sebagainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan: mengatur pola makan,
kontol gula darah, Olah raga dan faktor psikososial. Penyakit
Diabetes Mellitus dapat memberikan beban psikososial bagi
penderita. Respon emosional negatif dapat menghambat upaya
penurunan glukosa darah karena timbulnya reaksi negatif
misalnya : tidak mengubah gaya hidup yang sehat seperti:
melakukan olah raga, mengkonsumsi obat, mengatur pola makan,
serta dapat berperilaku tidak sehat (merokok, mengkonsumsi
minuman beralkohol, dll ). (Brunner & Suddarth, 2002).
13
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1. Jumlah sesuai kebutuhan
2. Jadwal diet ketat
3. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah
diikuti pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah
2) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes
karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
berolahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance
training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan
demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting
metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes
14
karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress
dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan
mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL
kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta
trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi penyandang
diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk terkena
penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
4. Obat-Obatan
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
1. Mekanisme Kerja Sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya
sedikit lebih.
2. Mekanisme Kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan
efektivitas insulin, yaitu:
1. Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik
1) Menghambat absorpsi karbohidrat
2) Menghambat glukoneogenesis di hati
3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
15
2. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
3. Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai
efek intraselluler
2) Insulin
1. Indikasi Penggunaan Insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
2. Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan
2) Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4
jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di
tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor
antara lain.
16
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi,
suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit
kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,
penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada
kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa
berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga
mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,
gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan
seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi
yang mengandung estrogen.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
17
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan
TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan
berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
g. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
h. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
18
wanita
i. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
j. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
k. Kulit
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulku
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. gangguan toleransi glukosa
darah, penggunaan insulin atau obat glikemik oral
3. Kesiapan peningkatan nutrisi
2.2.3 Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
agen pencedera tindakan keperawatan O:
fisiologis (mis. selama 3x24 jam identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Inflamasi, iskemia, diharapkan nyeri akut frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
neoplasma) menurun dengan identifikasi skala nyeri
(D.0077) kriteria hasil: identifikasi respons non verbal
Keluhan nyeri indentifikasi factor yang memperberat dan
(5) memperingan nyeri
Meringis (5) identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
Sikap protektif nyeri
(5) identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
Gelisah (5) nyeri
Kesulitan tidur identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
(5) monitor keberhasilan terapi komplementer
(L.08066) yang sudah diberikan
monitor efek samping penggunaan analgetik
T:
berikan teknik nonfarmakologis untuk
19
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
fasilitas istirahat dan tidur
pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
E:
jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
jelaskan strategi meredakan nyeri
anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
K:
kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(1.08238)
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemia:
kadar glukosa tindakan keperawatan O:
darah b.d. selama 3x24 jam identifikasi kemungkinan penyebab
gangguan toleransi diharapkan hiperglikemia
glukosa darah, ketidakstabilan kadar identifikasi situasi yang menyebabkan
penggunaan insulin glukosa darah kebutuhan insulin meningkat (mis. Penyakit
atau obat glikemik menurun dengan kambuhan)
oral kriteria hasil: monitor kadar glukosa darah, jika perlu
(D.0027) kadar glukosa monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.
dlam darah (5) Polyuria, polydipsia, polifagia, kelemahan,
(L.03022) malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
monitor intake dan output cairan
monitor keton urin, kadar analisa gas darah,
elekrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi
nadi
T:
berikan asupan cairan oral
konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
fasilitasi ambulansi jika ada hipotensi ortostatik
E:
anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/Dl
anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
anjurkan indikasi dan pentingnya pengujian
20
keton urine, jika perlu
anjurkan pengelolaan diabetes (mis.
Penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan
cairan pengganti kaarbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
K:
kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
(1.03115)
Kesiapan Setelah dilakukan Edukasi nutrisi
peningkatan nutrisi tindakan keperawatan O:
(D.0026) selama 3x24 jam periksa status gizi, status alergi, program diet.
diharapkan kesiapan Kebutuhan dan kemampuan pemenuhan
peningkatan nutrisi kebutuhan gizi
menurun dengan identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat
kriteria hasil: menerima informasi
berat badan (5) T:
indeks massa persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis
tubuh (IMT) nutrisi, table makanan penukar, cara
(5) mengelola, cara menakar makanan
(L.03030) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
berikan kesempatan untuk bertanya
E:
jelaskan pada pasien dan keluarga alergi
makanan, makanan yang harus dihindari,
kebutuhan jumlah kalori, jenis makanan yang
dibutuhkana pasien.
Ajarkan cara melaksanakan diet sesuai program
(mis. Makanan tinggi protein, rendah garam,
rendah kalori)
Jelaskan hal-hal yang dilakukan sebelum
memberikan makan (mis. Perawatan mulut,
penggunaan gigi palsu, obat-obat yang harus
diberikan sebelum makan)
Demontrasikan cara membersihkan mulut
Demontrasikan cara mengatur posisi saat
makan
Ajarkan pasien/keluarga memantau kondisi
kekurangan nutrisi
Anjurkan mendemonstrasikan cara
memberikan makan, menghitung kalori,
menyiapkan makanan sesuai program diet.
(1.12395)
21
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24