ASMAUL HUSNA
NH0318005
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat kelimpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini diwaktu yang tepat.
KARYA TULIS ILMIAH ini kami buat untuk memenuhi tugas harian Metodologi
Keperawatan. KARYA TULIS ILMIAH ini berisikan tentang “ Asuhan Keperawatan
PemenuhanKebutuhan Oksigen pada pasien Anak dengan Brokopneumonia Di
RSUD Labuang Baji Makassar”..
Kami berharap dengan disusunnya Karya tulis ilmiah ini dapat membantu
sebagian mahasiswa dan mahasiswi yang membaca mendapat informasi terbaru dan
memudahkan dalam pembelajaran mata kuliahMetodologi keperawatan, kami juga
mengharapkan karya tulis ilmiah ini sudah tersusun dengan baik dan benar. Walaupun
kami menyadari masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki dikarya tulis ini.
semoga kami terus menjadi mahasiswa dan mahasiswi yang ingin belajar dari
kesalahan.
Tidak lupa juga kami ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Studi Kasus .........................................................................................
D. Manfaat Studi Kasus .......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi……………………………………
1. Konsep Dasar Oksigenasi ..............................................................................
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan ......................................................
3. Volume dan Kapasitas Paru ..........................................................................
4. Pola pernafasan Normal .................................................................................
5. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen ...........................................
6. Perubahan Jantung yang mempengaruhi Kebutuhan
Oksigenasi ............................................................................................................
1. Pengkajian
Pemeriksaan pernafasan akan didapatkan retraksi, nyeri dada, krakles,
penurunan bunyi napas, pernapasan cuping hidung, sianosis batuk
produktif, ronkhi. Pada pemeriksaan kardiovaskuler akan di dapatkan
takikardi. Pada pemeriksaan neuroloung. Pada pmeriksaan pada pasien
akan mengeluh nyeri kepala, kesulitan tidur, dan erdapat iribilitasi.Pada
pemeriksaan gastrointestinas terdapat penurunan nafsu makan dan nyeri
lambung. Pada pemeriksaan muskuloskeletal pasien akan menunjukan
kelelahan dan gelisah. Sedangkan pada pemeriksaan integumen akan
terjadi peningkatan suhu tubuh dan terdapata sianosis (Marni, 2014).
2. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflasmasi dan
obstruksi jalan nafas.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
3) membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah, gangguan pengiriman oksigen Defisit volume cairan
berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak pulang.
3. Rencana keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas.
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan
nafas.
Batasan karakteristik :
Dispneu, penurunan suara nafas.
Orthopneu.
Cyanosis.
Kelainan suara nafas (rales, wheezing).
Kesulitan berbicara.
Batuk, tidak efektif atau tidak ada.
Mata melebar.
Produksi sputum.
Gelisa.
Perubahan frekuensi dan irama nafas.
Faktor-faktor yang berhubungan :
Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi.
Fisiologi: disfungsi neuromuskular, hiperplasia, dinsing
bronkus, alergi jalan nafas, asma.
Obstruksi jalan nafas: spasme jalan napas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya
benda asing di jalan nafas.
NOC:
Respiratory status : Ventilation.
Respiratory satatus: Airway patency.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sionasis dan dyspneu
(mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal.
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor
yang dapat menghambat jalan nafas.
NIC:
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning.
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suctioning.Informosikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning.
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal.
Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikelurakan dari nasotrakeal.
Monitor status oksigen pasien.
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction.
Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi O 2, dll.
Airway management
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan.
Pasang mayo bila perlu.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
Lakukan suction pada mayo.
Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu.
Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen.
Defenisi : kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman
oksigen dan pengeluaran karbondioksida di antara alveoli paru dan
sistem kapiler.
Batasan karakteristik :
pH darah arteri abnormal
pH arteri abnormal
pernafasan asbnormal (mis: kecepatan, irama,kedalaman)
warna kulit abnormal (mis: pucat, kehitaman)
konfusi
sianosis (pada neonatus saja)
penurunan karbondioksida
dispnea
sakit kepala saat bangun
hipoksemia
hipoksia
nafas cuping hidung
takikardia
Faktor-faktor yang berhubungan:
perubahan membran alveolar kapiler
ventilasi-perfusi
NOC :
respiratory status : Gas exchange
respiratory status : ventilation
vital sign status
Kriteria Hasil :
mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda tanda
distress pernafasan
mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway Management
buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thurst bila perlu
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
pasang mayo bila perlu lakukan fisioterapi dada bila perlu
keluarkan secret dengan batuk atau saction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan pelembab udara
Atur intake atau cairan mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha repirasi
Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, kussmaul,hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan
rhonki pada jalan nafas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
takipneu, demam. Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial
dan atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan
dengan pengeluaran sodium. Batasan karakteristik :
Kelemahan.
Haus.
Penurunan turgo kulit/lidah.
Membran mukosa/kulit kering.
Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan nadi.
Pengisian vena menurun.
Perubahan status mental.
Kosentrasi urine meningkat.
Temperatur tubuh meningkat.
Hematokrit meninggi.
Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing).
Faktor-faktor yang berhubungan:
Kehilangan volume cairan secara aktif.
Kegagalan mekanisme pengatur.
NOC:
Fluid balance.
Hydration.
Nutritional status: Food and Fluid Intake.
Kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,
urine normal, HT normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgo kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
Plant management:
Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa,nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
Monitor vital sign.
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harian.
Lakukan terapi IV.
Monitor status nutrisi.
Berikan cairan.
Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
Dorong masukan oral.
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output.
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Tawarkan snack (jus, buah, buah segar).
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk.
Atur kemungkinan tranfusi.
Persiapana untuk tranfusi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue (kelelahan).
Defenisi : ketidakcukupan energy secara fisiolgi maupun psikologi
untuk meneruskan atau menyelesikan aktifitas yang diminta atau
aktifitas sehari-hari.
Batasan karakteristik:
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap
aktivitas.
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivivtas.
Faktor – faktor yang berhubungan
Tirah baring atau imobilisasi.
Kelemahan menyeluruh.
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan.
Gaya hidup yang dipertahankan.
NOC:
Energy conservation .
Self care: ADLs.
Kriteria Hasil:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tampa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
Mampu melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs) secara
mandiri.
NIC
Activity Therapi
Kolaborasikan dengan tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program tarapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi
roda, krek.
Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai.
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas.
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas.
Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan.
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan. Monitor
nutrisi dan sumber energi yang adekuat.\
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan.
Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas.
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak pulang.
NOC:
Knowledge: disease process.
Knowiedge: health behavior.
Kriteria hasi:
Pasien dan keluarga menyatakan pemahanan tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
NIC:
Teaching: disease process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik.
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat.
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat.
Hindari harapan yang kosong.
Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat.
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit.
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan.
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat.
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local
dengan cara yang tepat.
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat (Ridha, 2014).
BAB III
METODE STUDI KASUS
2. Klasifikasi data
a) Pasien An.M
Data subjektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak sejak 1 hari yang lalu
Disertai batuk berlendir dan demam
Data objektif :
Keadaan umum lemas
Terpasang oksigen 1 liter/m dengan kanul nasal
Suara nafas Bronchovesikuler dengan suara tambahan terdengar
ronchi dan wheezing
Wajah pasien tampak meringis dan menangis
Berat badan kurang dari normal dengan BB 9 kg
TTV : Nadi: 82 x/m, suhu: 38°c, pernafasan: 40 x/m.
Pasien nampak tidur dengan posisi semi fowler
b) Pasien An.A
Data subjektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak
Ibu pasien mengatakan anaknya batuk disertai lender
Ibu pasien mengatakan anaknya demam
Data objektif :
Keadaan umum lemah
Terpasang oksigen 2 liter/m dengan sungkup atau masker
Suara nafas Bronchovesikuler dengan suara tambahan terdengar
ronchi dan wheezing
Wajah pasien tampak meringis dan menangis
Berat badan: 13 kg
TTV : nadi: 110 x/m, suhu: 37,8°c, pernafasan: 36 x/m.
Pasien nampak tidur dengan posisi semi fowler
3. Analisia Data
Tabel 4.1: Analisis Data
Data focus Problem Etiologi
Data subjektif : Gangguan Kekurangan oksigen
Ibu pasien An.M dan pertukaran gas dan dispneu (sesak)
An.A mengatakan
anaknya sesak
Data objektif :
Keadaan umum lemah
Pada pasien An.M
Terpasang oksigen 1
liter/m dengan kanul
nasal dan pada pasien
An.A terpasang oksigen
2 liter/m dengan
sungkup atau masker
Pada pasien An.M berat
badan kurang dari
normal dengan BB 9 kg
dan pada pasien An.A
Berat badan: 13 kg
Pada pasien An.M TTV :
Nadi: 82 x/m, suhu:
38°c, pernafasan: 40
x/m dan pada pasien
An.A TTV : nadi: 110
x/m, suhu:37,8°c
pernafasan: 36 x/m.
Pasien An.M dan An.A
nampak tidur dengan
posisi semi fowler
Data subjektif : Bersihan jalan Proses peradangan dan
nafas tidak efektif obstruksi jalan nafas
Ibu pasien An.M dan
An.A mengatakan
bahwa anaknya batuk
berlendir
Ibu pasien An.M dan
An.A mengatakan
anaknya demam
Data objektif :
Keadaan umum lemah
Pada pasien An.M dan
pasien An.A Suara
nafas Bronchovesikuler
dengan suara tambahan
terdengar ronchi dan
wheezing
Wajah pasien An.M dan
An.A tampak meringis
dan menangis
Pada pasien An.M TTV :
Nadi: 82 x/m, suhu:
38°c, pernafasan: 40
x/m dan pada pasien
An.A TTV : nadi: 110
x/m, suhu:37,8°c,
pernafasan 36x/m
4. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan diagnosa pada responden An.M dan An.A adapun prioritas
masalahnya yakni peneliti berfokus pada gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kekurangan oksigen dan bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas. Tujuannya
yaitu dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas, pasien
dapat menunjukan peningkatan pertukaran gas seperti tanda vital dan
ekspresi wajah, saluran pernafasan pasien menjadi bersih, pernafasan dan
suara nafas menjadi normal dengan kriteria hasil yaitu mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat, tanda vital dalam rentang
normal, suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, tidak ada dyspneu
(mampu bernafas dengan mudah), menunjukan jalan nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik), irama nafas dan frekuensi pernafasan dalam rentang
normal tidak ada suara nafas abnormal.
5. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.2: intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Pasien An.M dan An.A
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Kaji pola 1. Mengetahui adanya
gas berhubungan tindakan keperawatan nafas pasien jalan nafas yang tidak
dengan kekurangan 3x24 jam diharapkan 2. Berikan efektif adalah
oksigen dapat menurunkan posisi semi perubahan pola dan
tanda dan gejala fowler frekuensi pernafasan
gangguan pertukaran 3. Monitor 2. Meningkatkan
gas dan pasien dapat TTV pengembangan paru
menunjukan 4. Kolaborasi dengan cara
peningkatan pertukaran pemberian mengurangi tekanan
gas seperti tanda vital oksigen abdomen
dan ekspresi wajah sesuai 3. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : dengan TTV dalam batas
1.mendemonstrasikan keadaan normal
peningkatan ventilasi 4. Membantu
dan oksigen yang meningkatkan suplai
adekuat oksigen
2. tanda vital dalam
rentang normal
6. Implementasi keperawatan
Tabel 4.3: Implementasi keperawatan
Diagnosa Implementasi
Hari ke-1 tanggal 14 Agustus 2018
Jam Pasien An.M Jam Pasien An.A
Gangguan pertukaran 08.0 1.Mengkaji pola nafas 13.3 1.Mengkaji pola nafas
gas berhubungan 0 pasien H/: pasien 0 pasien H/: pasien
dengan kekurangan merasa sesak merasa sesak
oksigen 2.Memberikan posisi 2.Memberikan posisi
08.0 semi fowler H/:pasien 13.3 semi fowler H/:pasien
5 tidur dengan posisi 5 tidur dengan posisi
semi fowler semi fowler
3.Memonitor TTV 3.Memonitor TTV
H/:N: 82 x/m, S: 38°c, H/:N: 110 x/m, S:
10.0 P: 40 x/m. 14.0 37,8°c, P: 36 x/m.
0 4.Mengkolaborasi 0 4.Mengkolaborasi
pemberian oksigen pemberian oksigen
sesuai dengan sesuai dengan
08.1 keadaan pasien. 13.4 keadaan pasien.
0 H/:oksigen terpasang 0 H/:oksigen terpasang
1 liter/m dengan kanul 2 liter/m dengan
nasal sungkup/masker
Diagnosa Implementasi
Hari ke-3 tanggal 16 Agustus 2018
Jam Pasien An.M Jam Pasien An.A
Gangguan pertukaran 08.0 1.Mengkaji pola nafas 08.0 1.Mengkaji pola nafas
gas berhubungan 0 pasien H/: pasien 0 pasien H/: pasien
dengan kekurangan merasa sesak merasa sesak
oksigen 2.Memberikan posisi 08.0 2.Memberikan posisi
08.0 semi fowler H/:pasien 5 semi fowler H/:pasien
5 tidur dengan posisi tidur dengan posisi
semi fowler semi fowler
3.Memonitor TTV 3.Memonitor TTV
H/: N: 74 x/m, S: 36°c, H/: N: 82x/m, S:
10.0 P: 29x/m 10.0 36,2°c , P: 28x/m
0 4.Mengkolaborasi 0 4.Mengkolaborasi
pemberian oksigen pemberian
sesuai dengan oksigen sesuai
08.1 keadaan pasien. 08.1 dengan keadaan
0 H/:oksigen terpasang 0 pasien
1 liter/m dengan kanul H/: pasien tidak
nasal terpasang
oksigen lagi
7. Evaluasi keperawatan
Tabel 4.4: Evaluasi keperawatan
Diagnosa Evaluasi hari ke 1 tanggal 14 Agustus 2018
Pasien An.M Pasien An.A
Gangguan S: S:
pertukaran gas Ibu mengatakan Ibu mengatakan
berhubungan anaknya sesak anaknya sesak
dengan O: O:
kekurangan Keadaan umum lemah Keadaan umum
oksigen Pasien terpasang lemah
oksigen 1 liter/m Pasien
dengan kanul nasal terpasang
Berat badan pasien oksigen 2 liter/m
kurang dari normal Dengan
dengan BB 9 kg sungkup/masker
TTV : Nadi: 82 x/m, BB pasien 13 kg
suhu: 38°c, TTV : nadi: 110
pernafasan: 40 x/m x/m, suhu:
dan. 37,8°c,
Pasien nampak tidur pernafasan: 36
dengan posisi semi x/m.
fowler Pasien nampak
A: tidur dengan
Masalah belum teratasi posisi semi
P: fowler
Intervensi di lanjutkan A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
Bersihan jalan S: S:
nafas tidak efektif Ibu pasien Ibu pasien
berhubungan mengatakan bahwa mengatakan
dengan inflamasi anaknya batuk bahwa anaknya
dan obstruksi jalan berlendir batuk berlendir
nafas. Ibu pasien Ibu pasien
mengatakan anaknya mengatakan
demam anaknya demam
O: O:
Keadaan umum lemah Keadaan umum
Bunyi Suara nafas lemah
Bronchovesikuler Bunyi Suara
dengan suara nafas
tambahan terdengar Bronchovesikuler
ronchi dan wheezing dengan suara
Wajah pasien tampak tambahan
meringis dan menangis terdengar ronchi
TTV : Nadi: 82 x/m, dan wheezing
suhu: 38°c, Wajah pasien
pernafasan: 40 x/m tampak meringis
A: dan menangis
Masalah belum teratasi TTV : nadi: 110
P: x/m, suhu:
Lanjutkan intervensi 37,8°c,
pernafasan: 36
x/m.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Bersihan jalan S: S:
nafas tidak efektif Ibu pasien Ibu pasien
berhubungan mengatakan bahwa mengatakan
dengan inflamasi anaknya tidak terlalu bahwa anaknya
dan obstruksi jalan batuk lagi masih batuk
nafas. Ibu pasien berlendir
mengatakan anaknya Ibu pasien
tidak demam lagi mengatakan
O: anaknya tidak
Keadaan umum lemah demam lagi
Bunyi Suara nafas O:
Bronchovesikuler ,tidak Keadaan mulai
ada suara tambahan membaik
Wajah pasien tidak Bunyi Suara
tampak meringis dan nafas
menangis Bronchovesikuler
TTV: nadi: 74 x/m, dengan suara
suhu: 36°c, tambahan
pernafasan: 29x/m terdengar ronchi
A: dan wheezing
Masalah mulsi teratasi Wajah pasien
P: tidak tampak
Pertahankan intervensi meringis dan
menangis lagi
TTV : nadi:
88x/m, suhu:
37°c,
pernafasan:38x/
m
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pemeriksaan pernafasan akan didapatkan retraksi, nyeri dada, krakles,
penurunan bunyi napas, pernapasan cuping hidung, sianosis, batuk produktif
dan ronkhi. Pada pemeriksaan kardiovaskuler akan di dapatkan takikardi.
Pada pemeriksaan neurologi pasien akan mengeluh nyeri kepala, kesulitan
tidur, dan terdapat iribilitasi.
Pada pemeriksaan gastrointestinas terdapat penurunan nafsu makan dan
nyeri lambung. Pada pemeriksaan musculoskeletal pasien akan menunjukan
kelelahan dan gelisah. Sedangkan pada pemeriksaan integumen akan terjadi
peningkatan suhu tubuh dan terdapat sianosis (Marni, 2014). Berdasarkan
data yang ditemukan ada beberapa data dari pengkajian pasien yang hampir
sama dengan teori yang ada. Pada pengkajian dari kedua pasien ini kedua-
duanya didapatkan hasil bahwa sama-sama memiliki riwayat
bronchopneumonia dan ditemukan keluhan bahwa pasien An.M dan An.A
merasa sesak. Pada pasien An.M memiliki berat badan kurang dari normal
dengan BB 9 kg, ditemukan adanya retraksi dada, adanya batuk produktif,
suara nafas bronkovesikuler dengan suara tambahan ronchi dan whezing
dengan TTV : nadi: 82 x/m, suhu: 38°c, pernafasan: 40 x/m. Pada pasien
An.A memiliki berat badan 13 kg, ditemukan adanya batuk produktif, suara
nafas bronkovesikuler dengan suara tambahan ronchi dan whezing dengan
TTV : nadi: 110 x/m, suhu:37,8°c, pernafasan: 36 x/m. Yang membedakan
dikedua pasien adalah pada berat badan yang tidak sama, pasien An.M umur
5 tahun dengan berat badan 9 kg sedangkan pada An.A umur 1,6 tahun
dengan berat badan 13 kg.
2. Diagnosa keperawatan Berdasarkan pengkajian dan berdasarkan teori yang
ada itu tidak di temukan ada perbedaan. Berdasarkan data pada pasien An.M
ditemukan tiga diagnosa yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kekurangan oksigen, bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang dan
anoreksia. Dan berdasarkan data pada pasien An.A ditemukan dua diagnosa
yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan oksigen
dan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi. Pada
diagnosa keperawatan peneliti hanya berfokus pada kebutuhan oksigen pada
pasien dengan diagnosa yang muncul adalah gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kekurangan oksigen dan bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan inflamasi.
3. Intervensi keperawatan
Adapun intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien An.M dan An.A
sesuai masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan
oksigen yaitu kaji pola nafas pasien, berikan posisi semi fowler, monitor TTV,
kolaborasi pemberian oksigen sesuai dengan keadaan pasien dan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas yaitu kaji bunyi pernafasan, berikan cairan IV, kolaborasi
pemberian therapi obat antibiotik, kolaborasi pemberian nebulizer Nacl 0,9%
pada pasien An.M dan Nacl 0,9% + obat ventolin 1 tube pada pasien An.A
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada kedua pasien dikaji tanggal 13 Agustus
2018 untuk pasien An.M dan tanggal 14 Agustus 2018 untuk pasien An.A.
ada beberapa tindakan yang diberikan tetapi peneliti hanya berfokus pada
pemberian oksigen melalui kanul nasal dan sungkup/masker, pemberian
terapi nebulizer dengan menggunakan Nacl 0,9% dan Nacl 0,9% + obat
ventolin 1 tube.didapatkan hasil data objektif pasien sama-sama terpasang
oksigen tetapi pada pasien An.M diberikan 1 liter/m melalui kanul nasal dan
pada pasien An.A diberikan 2 liter/m melalui sungkup/masker, pemberian
terapi nebulizer pada pasien An.M menggunakan Nacl 0,9% dan pada pasien
An.A menggunakan Nacl 0,9% + venolin 1 tube. Pemberian dilakukan setelah
di kaji.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari pada kedua pasien didapatkan hasil
dengan masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan
oksigen pada pasien An.M belum teratasi dan pada pasien An.A sudah
teratasi, hal tersebut dikarenakan pasien An.M dengan status gizi yang
kurang atau berat badannya kurang dari normal sehingga membuat tubuhnya
melemah, sehingga membutuhkan banyak pasokan udara (oksigen) untuk
tubuhnya sedangkan pada pasien An.A cepat teratasi karna status gizinya
baik. Karena status gizi seseorang beepengaruh pada pola pernafasan
seseorang. Tidak ada perbedaan antara pemberian oksigen dengan
menggunakan kanul nasal dan masker , kalau pun ada kanul nasal memang
sangat efektif karena kanul nasal langsung masuk ke dalam rongga hidung
sehingga secara terus-menerus nasofaring dan orofaring akan terisi penuh
dengan oksigen dan oksigen akan terhisap oleh paru-paru pada inspirasi
yang biasa. Sedangkan pada sungkup atau masker membutuhkan kosentrasi
yang lebih tinggi dari kanul nasal jika di pergunakan, bila oksigen yang
diberikan tidak sesuai dengan batas kosentrasi pada pemberian oksigen
dengan menggunakan masker maka oksigen yang diberikan akan lama
masuk ke dalam rongga hidung sehingga oksigen akan lama terhirup oleh
paru-paru. Tetapi semua tergantung juga pada saturasi oksigen dalam darah
masing-masing orang dan kebutuhan oksigennya.
Kemudian masalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan nafas pada pasien An. M teratasi dan pada
pasien An.A belum teratasi. Hal tersebut terjadi karena pasien An.M tidak
terlalu banyak lendir dalam paru-paru yang menghabat jalan nafas
sedangkan pada pasien An.A memiliki banyak lendir sehingga pada saat
diberikan terapi nebulizer diberikan penambah obat yang nantinya akan
menjadi partikelpartikel yang lebih kecil agar lebih efektif dalam mngencerkan
dahak. Tergantung juga pada jumlah lendir atau sekret yang ada dalam paru-
paru dan yang menghambat jalan nafas.
C. Keterbatasan studi kasus
1. Pada pasien An.M hambatan yang dialami peneliti adalah pada saat
diberikan tindakan pasien menolak dengan cara menagis dan menggerakan
badannya atau mengeraskan badannya, karena pasien An.M tidak bisa
berbicara dan saat di lakukan pengukuran nadi sulit teraba dikarenakan berat
badan yang kurang dari normal membuat tubuhnya sangat kecil dan sulit
untuk bergerak dan juga membuat badannya kaku saat digerakan
2. Pada pasien An.A hambatan yang dialami peneliti adalah pada saat diberikan
tindakan An.A menangis dan mengamuk karena tidak mau diberikan
tindakan, dan juga hambat berbicara dengan orang tuanya yang hanya bisa
mengerti bahasa isyarat sehingga harus menunggu neneknya datang untuk
dapat berkomunikasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigen Pada Anak dengan Bronkopneumonia di RSUD Labuang
Baji Makassar maka dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada anak dengan bronkopneumonia dengan masalah yang muncul
adalah gangguan pertukaran gas tidak ada kaitannya atau perbedaan saat
pemberian oksigen dengan mengunakan kanul nasal dan masker/sungkup
semua tergantung pada status gizinya seseorang, saturasi oksigen dalam darah
dan juga kebutuhan oksigen bagi tubuhnya. Dan juga dengan masalah yang
muncul yaitu bersihan jalan nafas tidak efekif tidak ada perbedaannya jika di
bandingkan dengan pemberian terapi nebulizer dengan menggunakan Nacl 0,9%
dan Nacl 0,9% + obat ventolin 1 tube karena Nacl 0,9% maupun obat yang lain
yang sama jenisnya, tetap obat tersebut akan dirubah sama-sama menjadi
partikel yang lebih kecil atau halus agar mudah dihirup masuk ke dalam paru-
paru. Tergantung juga pada jumlah lendir atau secret yang ada dalam paru-paru
dan yang menghambat jalan nafas.
B. Saran
1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang pemenuhan
kebutuhan oksigen pada anak dengan bronkopneumonia.
2. Bagi Tempat Penelitian
Untuk memberikan masukan bagi pihak Rumah Sakit agar dapat
meningkatkan lagi penyuluhan tentang bronkopneumonia pada anak-anak.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Agar penelitian ini dapat dikaji ulang dengan metode penelitian lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2017. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak Edisi
2. Jakarta Selatan: Salemba Medika
Ambrawati, R, F. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Duo Satria Offset
Dewi, C, R., Oktiawati, A., & Saputri, D, L. 2015. Teori & Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha
Medika
Heriana, P. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang
Selatan: Binarupa Aksara
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan
Indonesia-2017.pdf
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan
Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Maryunani, A. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Bogor: In Media
Mendri, K, N., & Prayogi, S, A. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak
Sakit Dan Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Nurarif, H, N., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:
Mediaction Jogja
Ridha, N, H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Soetjiningsi, & Ranuh Gde, N, IG. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sulistyawati, A. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta Selatan:
Salemba Medika
Tarwoto, & Wartona. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
87
United Nations Children‟s Fund. 2017. Amoxicillin Adherence Aids
UNICEF work in partnership with WHO and other stakeholders to
accelerate child pneumonia mortality de-clines by advancing WHO
pre-qualification for the medicines used to treat pneumonia, including
amoxicillin dispersible tablet. Diakses dari
https://www.unicef.org/innovation/innovation_101491.html
United Nations Children‟s Fund. 2016. Pneumonia. Diakses dari
https://www.unicef.org/health/index_91917.html