Anda di halaman 1dari 50

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN


PADA PASIEN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

ASMAUL HUSNA
NH0318005

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat kelimpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini diwaktu yang tepat.

KARYA TULIS ILMIAH ini kami buat untuk memenuhi tugas harian Metodologi
Keperawatan. KARYA TULIS ILMIAH ini berisikan tentang “ Asuhan Keperawatan
PemenuhanKebutuhan Oksigen pada pasien Anak dengan Brokopneumonia Di
RSUD Labuang Baji Makassar”..

Kami berharap dengan disusunnya Karya tulis ilmiah ini dapat membantu
sebagian mahasiswa dan mahasiswi yang membaca mendapat informasi terbaru dan
memudahkan dalam pembelajaran mata kuliahMetodologi keperawatan, kami juga
mengharapkan karya tulis ilmiah ini sudah tersusun dengan baik dan benar. Walaupun
kami menyadari masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki dikarya tulis ini.
semoga kami terus menjadi mahasiswa dan mahasiswi yang ingin belajar dari
kesalahan.

Tidak lupa juga kami ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Studi Kasus .........................................................................................
D. Manfaat Studi Kasus .......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi……………………………………
1. Konsep Dasar Oksigenasi ..............................................................................
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan ......................................................
3. Volume dan Kapasitas Paru ..........................................................................
4. Pola pernafasan Normal .................................................................................
5. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen ...........................................
6. Perubahan Jantung yang mempengaruhi Kebutuhan
Oksigenasi ............................................................................................................

7. Perubahan Fungsi Pernapasan ......................................................................


B. Konsep tumbuh kembang anak
1. Defenisi anak ..................................................................................................
2. Defenisi tumbuh kembang ..............................................................................
3. Pertumbuhan Fisik ..........................................................................................
C. Tinjauan umum tentang Broncopneumonia…………………………………...
1. Pengertian ......................................................................................................
2. Etiologi Broncopneumonia .............................................................................
3. Manifentasi klinis ..........................................................................................
4. Patofisiologi ..................................................................................................
5. Pemeriksaan penunjang ..............................................................................
6. Penatalaksanaan .........................................................................................
7. Komplikasi ...................................................................................................
D. Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami gangguann
oksigen
1. Pengkajian ......................................................................................................
2. Diagnosa keperawatan ...................................................................................
3. Rencana keperawatan ....................................................................................
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Jenis dan Desain Studi Kasus .....................................................................
B. Subjek Studi Kasus ......................................................................................
C. Fokus Studi Kasus .......................................................................................
D. Defenisi Operasional Studi Kasus ............................................................
E. Instrumen Studi Kasus dan Metode Pengumpulan Data…………………
F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus .................................................................
G. Analisa Data dan Penyajian Data ............................................................
H. Etika Studi Kasus .....................................................................................
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ......................................................................................
1. Pengkajian .................................................................................................
2. Klasifikasi data ..........................................................................................
3. Analisa data ..............................................................................................
4. Diagnose keperawatan .............................................................................
5. Intervensi keperawatan ..............................................................................
6. Implementasi keperawatan ......................................................................
7. Evaluasi keperawatan ................................................... …………………
B. Pembahasan ..........................................................................................
1. Pengkajian ...............................................................................................
2. Diagnose keperawatan ............................................................................
3. Intervensi keperawatan ............................................................................
4. Implementasi keperawatan ..........................................................................
5. Evaluasi keperawatan .............................................................................
C. Keterbatasan Studi Kasus ....................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi pada bayi dan anak,
walaupun dapat juga terjadi pada semua usia (Marni, 2014).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 melaporkan hampir 6 juta
anak balita meninggal dunia, 16% dari jumlah tersebut disebabkan oleh
pneumonia sebagai pembunuh balita nomor 1 di dunia (Mendri, 2017).
Berdasarkan data PBB untuk anak-anak (UNICEF) Pneumonia adalah
pembunuh penyakit menular anak-anak terkemuka di seluruh dunia,
menewaskan 2.500 anak setiap hari lebih banyak anak-anak dari pada malaria,
TB, campak dan AIDS. Pneumonia membawa hampir satu juta kematian setiap
tahun, 922.000 pada tahun 2015 yang merupakan 16% dari total kematian di
antara anak-anak di bawah lima tahun, 5% di antaranya adalah neonatal. Ini
menjadikannya penyebab paling umum kematian anak di seluruh dunia.
Meskipun telah membuat beberapa kemajuan, 51% penurunan pneumonia dari
tahun 2000 hingga 2015, itu sama sekali tidak lebih dari 86% penurunan angka
kematian karena malaria yang terkait dengan lima kematian dalam rentang
waktu yang sama.
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli) yang
dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri.
Tahun 2017 perkiraan kasus pneumonia di indonesia sebesar 46,34% atau
447.431 penderita,angka kematian pneumonia pada balita tahun 2017 sebesar
30% atau 1.351 balita. Pada tahun 2017 angka kematian akibat pneumonia pada
kelompok umur 1-4 tahun sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,32% dibandingkan
pada kelompok umur <1 tahun yang sebesar 0,27% sesuai dengan data yang
diperoleh dari Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017.
Jumlah penderita pnemonia pada balita di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017
adalah berjumlah 19,27% penderita yang mengalami pneumonia dengan umur
<1 tahun sebesar 1.884 penderita dan umur 1-4 tahun sebesar 4.236 penderita
pneumonia. Sedangkan jumlah kematian balita karena pneumonia berjumlah
26% dengan kelompok umur <1 tahun berjumlah 9 orang dan kelompok umur 1-
4 tahun berjumlah 17 orang Sesuai dengan data yang diperoleh dari Data Profil
kesehatan Prov. Sulawesi Selatan tahun 2017.
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopnemonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga
kebersiham baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi dan
kebersihan lain-lain. Preventiv dilakukan dengan cara menjaga pola hidup bersih
dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang sesuai
indikasi yang dianjurkan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan brokopnemonia secara
optimal, profesional dan komprehensif, sedangkan pada aspek rehabilitatif,
perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan pada
orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.
Jumlah penderita pneumonia di RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2016
adalah berjumlah 93 penderita pada umur 0-4 tahun, tahun 2017 berjumlah 99
penderita pada umur 0-4 tahun dan pada tahun 2018 dari bulan Januari sampai
bulan Mei berjumlah 57 penderita pada umur 0-4 tahun sesuai data yang di
peroleh dari RSUD Labuang Baji Makassar. Berdasarkan hal tesebut penulis
tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien Anak Dengan Bronkopnemonia Di
RSUD Labuang Baji Makassar”.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien anak dengan bronkopnemonia di RSUD Labuang Baji
Makassar.
C. Tujuan Studi Kasus
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
bronkopnemonia dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.
D. Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat :
Membudayakan pengelolaan pasien anak dengan bronkopnemonia dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen.
2. Pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan :
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien bronkopnemonia.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan oksigen
pada pasien bronkopnemonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep pemenuhan kebutuhan oksigenasi
1. Konsep dasar oksigenasi
a. Pengertian
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan
untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanaanya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk kedalam
bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan
manifentasi tingkat pemenuhan oksigen kliennya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Untuk itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksignasi pada
manusia (Ambarwati, 2014).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dalam unsure vital dalam proses
matabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh (Heriana, 2014).
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup
sel dalam jaringan tubuh karena diperlukan untuk proses metabolisme tubuh
secara terusmenerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernapas (Tarwoto, 2015).
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dalam
kehidupan. Dalam hal ini, kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh bagi
individu dan untuk mempertahankan hidupnya. Apabila lebih dari 4 menit
orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak
yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien meninggal (Maryunani,
2017). Oksigen adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas yang tidak bewarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbon dioksida, energi dan air. Akan tetapi, penambahan CO 2
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
b. Fungsi Pernafasan
Pernafasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O 2 agar
dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO 2 yang dihasilkan
oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O 2 dari lingkungan untuk kemudian
diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna dilakukan
pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO 2 akan kembali di
angkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak
berguna lagi oleh tubuh (Ambarwati, 2014).
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi,
maka kebutuhan oksigen akan mengalami ganguan. Oleh karena itu, berikut ini
diuraikan sekilas tentang anatomi dan fisiologi sistem pernafasan :
1. Anatomi sistem pernafasan
a. Sistem pernafasan tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok besar,
berikut ini:
1) Saluran napasa atas (yaitu hidung, faring, laring dan trakea).
2) Saluran napas bawah (yang terdiri dari bronkus, bronkiolus, bronkiolus
terminalis, bronkiolus rapiratorik, duktus alveolar dan sakus alveolar,
serta alveoli).
b. Sistem pernafasan yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi dimulai
dari :
1) Hidung merupakan pangkal rongga nasal/ hidung , dimana proses
oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
2) Faring/phaynx yang berhubungan dengan rongga buccal.
3) Laring/larynx yang merupakan tempat pita suara terletak merupakan
saluran pernafasan setelah faring.
4) Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup
laring saat proses menutup.
5) Trakea atau batang tenggorokan, merupakan kelanjutan dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.
6) Bronkus yang membentuk percabangan trakea dan masuk ke paru-
paru, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronchus kanan dan kiri.
7) Bronkhiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
8) Alveoli, merupakan kantung udarah tempat terjadinya pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
9) Paru-paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.
2. Fisiologi pernafasan :
Beberapa yang perlu dipahami bekaitan dengan fisiologi pernafasan
diuraiakn berikut ini :

Gambar 1 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

a. Pernafasan atau respirasi merupakan usaha tubuh untuk memenuhi


kebutuhan oksigen untuk proses metabolism dan mengeluarkan
karbondioksida sebagai hasil metabolisme dengan perantara organ paru
dan saluran nafas bersama kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah
yang kaya oksigen.
b. Dengan kata lain,pernafasan merupakan sistem pertukaran O 2 udara
dengan CO2 tubuh, yang mencangkup dua proses berikut ini :
1) Pernafasan luar, yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.
2) Pernafasan dalam, yaitu penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh
sel-sel.
a. Rangkaian perjalanan sistem pernafasan :
1) Sistem pernafasan bertugas mengambil oksigen dari udara.
2) Setelah sampai di paru-paru, oksigen dipindahkan ke darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh.
3) Di sini, oksigen dalam darah ditukar dengan karbondioksida.
4) Gas hasil oksidasi respirasi sel ini kemudian di bawa ke paru-
paru untuk dikeluarkan dari tubuh.
5) Pertukaran oksigen dan karbondioksida, antara udara dengan
tubuh makhluk hidup disebut respirasi.
b. Fisiologi pernafasan meliputi tiga tahapan proses oksigenasi, yaitu
ventilasi, difusi, dan perfusi, yang masing-masing diuraikan di
bawah ini:
1) Ventilasi :
a) Ventilasi merupakan peristiwa masuk dan proses keluarnya
udara ke dalam paru-paru.
b) Dengan kata lain, ventilasi merupakan proses keluar dan
masuknya oksigen dari atsmofer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atsmofer.
c) Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya
perbedaan tekanan atsmofer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian
sebaliknya, semakin rendah tekanan udara semakin tinggi.
d) Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci
dan recoli.
i) Complience merupakan kemampuan paru untuk
mengembang.
ii) Recoli adalah kemampuan CO2, atau kontraksi
menyempitnya paru.
e) Pusat pernafasan yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi.
f) Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi, meliputi :
i) Tekanan udara atmosfir dan konsentrasi oksigen di
atsmofir.
ii) Jalan nafas yang bersih.
iii) Pengembangan paru yang adekuat, yaitu adanya
kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
2) Difusi
a. Difusi gas adalah perpindahan oksigen dan alveoli ke dalam
darah dan karbondioksida dari darah ke alveoli.
b. Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan karbondioksida di kapiler dengan
alveoli.
c. Dengan kata lain, difusi gas merupakan pertukaran antara
oksigen alveoli dengan kapiler paru dan karbondioksida
kapiler dengan alveoli.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi difusi, antara lain :
i) Luas permukaan paru
ii) Tebal membran respirasi atau permeabilitasi yang
teridiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan).
iii) Jumlah darah.
iv) Keadaan/ jumlah kapiler darah.
v) Waktu adanya udara di alveoli.
3) Perfusi dan transportasi gas
a. Perfusi adalah distribusi darah ke dalam paru.
b. Dengan kata lain, perfusi merupakan aliran darah ke dan
dari membran kapiler sehingga dapat berlangsung
pertukaran gas.
i) Oksigen didistribusikan dari paru-paru ke darah.
ii) Karbondioksida didistribusikan dari darah ke alveoli.
c. Transportasi gas merupakan proses pendistribusian oksigen
kapiler ke jaringan tubuh dan karbondioksida jaringan tubuh
ke kapiler.
d. Transportasi gas dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
i) Curah jantung (kardiak output).
ii) Kondisi pembuluh darah.
iii) Latihan.
iv) Perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta
v) Eritrosit dan kadar HB (Maryunani, 2017).
3. Volume dan Kapasitas Paru
Pengukuran volume dan kapasitas paru menunjukan adekuatnya pertukaran
gas dan fungsi paru.
1) Volume paru.
Pengukuran volume paru menunjukan jumlah udara dalam paru-paru
selama berbagai siklus pernapasan. Aliran udara yang masuk dan keluar
paru-paru memberikan ukuran nyata volume paru-paru. Volume udarah
yang masuk dan keluar paru-paru sekali bernapas disebut volume tidal.
Besarnya total volume pertukaran udara antara sistem pernapasan
dengan udara luar/atmosfer selama satu menit disebut ventilasi pulmon.
Dengan demikian, volume ventilasi pulmonal tergantung pada volume tidal
dan jumlah pernapasan per menit. Jika rata-rata volume tidal sekitar 500
ml x 12 sama dengan 6.000 ml/menit. Namun demikian, tidak semua
udara yang masuk ke alveolus terjadi pertukaran gas. Sekitar 150 ml dari
volume tidak terperangkap dalam ruang mati (ruang rugi) dan dikeluarkan
kembali pada saat ekspirasi. Volume udara yang masuk ke alveoli setiap
menit disebut ventilasi alveolar dan besarnya dirumuskan :
Jumlah pernapasan per menit x (volume tidal – ruangmati)
Jika pernapasan 12 kali/menit x (500 ml – 150 ml) = 4.200 ml/menit.
Dengan demikian, dari besarnya ventilasi pulmonal 6.000 ml/menit, hanya
4.200 yang mengalami pertukaran gas di alveolus. Pengukuran jumlah
pertukaran udara selama bernapas diukur dengan menggunakan
spirometer, volume paru-paru terdiri atas berikut ini :
a. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar saat
sekali bernapas normal, besarnya sekiar 500 ml atau 5-10 ml/kg BB.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI), yaitu jumlah udara yang dapat
dihirup sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal, jumlahnya sekitar
3.000 ml.
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE), merupakan jumlah udara yang
dapat dikeluarkan sekuat-kuatnya setelah ekspirasi normal,besarnya
sekitar 1.100 ml.
d. Volume risidu (VR), merupakan volume udara yang masih dapat
tersisah setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1.200 ml.
2) Kapasitas paru.
Pengukuran kapasitas paru merupakan kombinasi volume-volume paru.
Terdiri atas kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional, kapasitas
vital dan kapasitas total paru.
a. Kapasitas vital (KV), adalah total jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Jumlahnya
penambahan volume tidal (TV), volume cadangan inspirasi (VCI), dan
volume cadangan ekspirasi = 500 ml + 3.000 ml + 1.100 ml = 4.600 ml.
b. Kapasitas inspirasi (KI), merupakan total jumlah volume tidal (VT) dan
volume cadangan inspirasi (VCI), jumlahnya sekitar 3.500 ml.
c. Kapasitas residual fungsional (KRF), merupakan jumlah udara sisa
setelah ekspirasi normal, besarnya jumlah volume residual (VR)
dengan volume cadangan ekspirasi (VCE) sekitar 2.300 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP), merupakan jumlah total udara yang dapat
ditampung dalam paru-paru. Besarnya sama dengan kapasitas vital
(KV) ditambah dengan volume residual (VR) sekitar 5.800 ml (Tarwoto,
2015).
4. Pola Pernapasan Normal
Pada keadaan normal, pernapasan seseorang berirama teratur, lembut, dam
memiliki frekuensi yang bervariasi tergantung dari umur dan aktivitas.
Seseorang yang melakukan aktivitas olahraga akan membuat pernapasan
menjadi lebih cepat. Hal ini karena tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen
untuk metabolisme tubuh dan produksi karbon dioksida sehingga
berkompensasi pada peningkatan jumlah pernapasan. Orang dewasa
memiliki frekuensi antara 12 sampai 20 kali per menit dan lama inspirasi lebih
pendek dari ekspirasi. Pada bayi baru lahir dan bayi frekuensi pernapasan
lebih tinggi yaitu 30-60 kali per menit dengan karakteristik pernapasan ada
beberapa detik fase berhenti di antara napas Frekuensi pernapasan
berdasarkan umur :
1) Bayi baru lahir dan bayi: 30-60 kali per menit
2) 1-5 tahun: 20-30 kali per menit
3) 6-10 tahun: 18-26 kali per menit
4) 10-dewasa: 12-20 kali per menit
5) 60 tahun ke atas: 16-25 kali per menit (Tarwoto, 2015).
5. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1) Faktor fisiologi
a. Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan bagian atas, peningkatan sputum yang berlebihan
pada saluran pernapasan.
c. Hipivolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya O2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka dan lain-lain.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal. Penyakit kronik
seperti TBC paru.
2) Faktor perkembangan
a. Bayi prematur, yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan balita, adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kuang aktivitas,
stress mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3) Faktor perilaku
a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia, sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
b. Aktivitas fisik: latihan akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
d. Alkohol dan obat-obatan: menyebabkan asupan nutrisi dan Fe
menurun yang mengakibatkan penurunan hemoglobin. Alkohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan: mengakibatkan metabolisme meningkat.
4) Faktor lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.
6. Perubahan Fungsi Jantung yang mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1) Gangguan konduksi
Gangguan konduksi seperti disritmia (takikardi/bradikardi).
2) Perubahan kardiak keluaran (cardiac output)
Seperti pada pasien dekompensasi jantung menimbulkan hipoksia
jaringan.
3) Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah
yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4) MCI mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri koroner dan
miokardium.
7. Perubahan Fungsi Pernapasan
1) Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-
paru, agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena :
a. Kecemasan.
b. Infeksi/sepsis.
c. Keracunan obat-obatan.
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik.
Tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri
dada, menurunnya kosentrasi, disorientasi, tinitus.
2) Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar adekuat untuk memenuhi
penggunaan oksigen tubuh atau untuk mengeluarkan CO 2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda dan
gejala pada keadaan hipoventilasi adalah sakit kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, disritmia jantung, ketidakseimbangan elektrolit,
kejang dan henti jantung.
3) Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan oksigen selular akibat dari defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat selular.Hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin.
b. Berkurangnya konsentrasi oksigen jika berada di puncak
gunung/dataran tinggi.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O 2 seperti pada keracunan
sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi
Tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan,menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,penapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, dan clubbing (Heriana, 2014)

B. Konsep tumbuh kembang anak


1. Definisi anak Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak
adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun.
a. Bayi
Masa bayi yaitu periode sejak kelahiran sampai usia 11 bulan. Masa bayi
ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu masa neonatal (sejak kelahiran
sampai 28 hari) dan masa sesudah lahir (usia 29 hari sampai 11 bulan)
(Dewi,2015).
b. Usia Toddler
Menurut Perry (1998), Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-
3 tahun). Pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana
sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui
kemarahan, penolakan dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan
periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan intelektual secara optimal (Dewi, 2015).
c. Usia Pra Sekolah
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antaranol sampai enam
tahun. Mereka biasanya mengikuti program preschool. Di Indonesia untuk
usia 4-6 tahun biasanya mengikuti program Taman Kanak-kanak (Dewi,
2015).
d. Usia sekolah
Menurut Untario (2004), Anak usia sekolah adalah anak yang berada
pada usia-usia sekolah. Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanan
akhir yang berlangsung dari enamhingga kira-kira usia dua belas tahun.
Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-
perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya
perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik (Dewi, 2015).
e. Usia remaja
Menurut WHO, Remaja adalah suatu masa individu berkembang dari saat
pertama kali seseorang menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai kematangan seksual dan individu mengalami perkembangan
psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa (Dewi,
2015).
2. Defenisi Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi
sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses inilah,
anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang. Tercapainya tumbuh
kembang optimal tergantung pada potensi biologik. Tingkat tercapainya
potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (biologis, fisik dan psikososial). Proses
yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersediri pada
setiap anak (Soetjiningsih, 2016).
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga
ukuran dan struktur organorgan tubuh dan otak. Perkembangan
(development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas (Soetjiningsi, 2016).
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel organ tubuh
individu, keduanya tidak bisa terpisahkan (Ridha, 2014). Pertumbuhan adalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ,
maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang terartur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
(Adriana, 2017).
3. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan
Anak usia 0 dan 6 bulan, berat bayi bertambah 682 gram per bulan. Berat
badan lahir bayi meningkat dua kali lipat ketika usia 5 bulan. Antara usia 6
dan 12 bulan, berat bayi bertambah 314 gram per bulan. Berat lahir bayi
meningkat tiga kali lipat saat berusia 12 bulan. Berat badan akan menjadi
empat kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Kenaikan berat badan bayi
jika mendapatkan gizi yang baik diperkirakan sebagai berikut:
1) 700-1.000 gram/bulan pada triwulan I.
2) 500-600 gram/bulan pada triwulan II.
3) 350-450 gram/bulan pada triwulan III.
4) 250-350 gram/bulan pada triwulan IV (Adriana, 2017 ).
Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2kg per tahun.
Pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai pre-adolescence growth
kg/tahun, (pacu tumbuh praadolesens) dengan kenaikan berat badan 3-3,5
kg/tahun. Dibandingkan dengan anak laki-laki, pacu tumbuh anak perempuan
dimulai lebih cepat, yaitu pada umur 8 tahun,sedangkan pada anak laki-laki
baru pada umur 10 tahun. Namun, pertumbuhan anak perempuan pada umur
18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan pada anak laki-laki baru
berhenti pada umur 20 tahun (Sulistyawati, 2014).
b. Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperikirakan, sebagai berikut :
1) 1 tahun: 1,5 x TB lahir
2) 4 tahun: 2 x TB lahir
3) 6 tahun: 1,5 x TB setahun
4) 13 tahun: 3 x TB lahir
5) Dewasa: 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm. Antara usia 0 dan 6 bulan,
lingkar kepala bertambah 1,32 cm per bulan. Antara usia 6 dan 12 bulan,
lingkar kepala meningkat 0,44 cm per bulan, lingkar kepala meningkat
sepertiganya dan berat otak bertambag 2,5 kali dari berat lahir. Pada umur 6
bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, umur 2
tahun 49 cm dan dewasa 54 cm (Adriana, 2017 ).
d. Lingkar dada
Ukuran normal lingkar dada sekitar 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur lingkar dada sejajar dengan puting.
Pertumbuhan dipantau dengan pemetaan hasil pengukuran pada grafik
pertumbuhan standar yang spesifik pada anak perempuan dan anak laki-laki
(Adriana, 2017 ).
e. Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar merupakan aspek perkembangan lokomosi
(gerakan) dan postur (posisi tubuh).
1) Usia 0-3 bulan
 Mengangkat kepala setinggi 45° dan dada ditumpu lengan pada
waktu tengkurap.
 Menggerakan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
2) Usia 3-6 bulan
 Berbalik dari telungkup ke telentang.
 Mengangkat kepala setinggi 90°.
 Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
3) Usia 6-9 bulan
 Duduk sendiri (dalam sikap bersila).
 Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
 Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
4) Usia 9-12 bulan
 Mengangkat badanya ke posisi berdiri.
 Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegang di kursi.
 Dapat berjalan dengan dituntun.
5) Usia 12-18 bulan
 Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
 Membungkuk untuk memgambil mainan kemudian berdiri kembali.
 Berjalan mundur 5 langkah.
6) Usia 18-24 bulan
 Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.
 Berjalan tanpa terkhuyung-khuyung.
7) Usia 24-36 bulan
 Jalan menaiki tangga sendiri.
 Dapat bermain dan menendang bola kecil.
8) Usia 36-48 bulan
 Berdiri pada satu kaki selama 2 detik.
 Melompat dengan kedua kaki diangkat.
 Mengayuh sepeda roda 3.
9) Usia 48-60 bulan
 Berdiri pada satu kaki selama 6 detik.
 Melompat dengan satu kaki.
 Menari.
10)Usia 60-72 bulan
 Berjalan lurus.
 Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik (Soetjiningsi,2016).
f. Perkembangan motorik halus
1) Usia 0-3 bulan
 Menahan barang yang dipegangnya.
 Menggapai mainan yang digerakkan.
 Menggapai ke arah objek yang tiba-tiba dijauhkan dari padanya.
2) Usia 3-6 bulan
 Menggenggam pensil.
 Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
 Memegang tangannya sendiri.
3) Usia 6-9 bulan
 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya.
 Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu
benda pada saat yang bersamaan.
 Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.\
4) Usia 9-12 bulan\
 Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
 Mengenggam erat pensil.
 Memasukkan benda ke mulut.
5) Usia 12-18 bulan
 Menumpuk dua buah kubus.
 Memasukkan kubus ke dalam kontak.
6) Usia 18-24 bulan
 Bertepuk tangan, melambai-lambai.
 Menumpuk empat buah kubus.
 Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
 Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
7) Usia 24-36 bulan
 Mencoret-coret pensil pada kertas.
8) Usia 36-48 bulan
 Menggambar garis lurus.
 Menumpuk 8 buah kubus.
9) Usia 48-60 bulan
 Menggambar tanda silang.
 Menggambar lingkaran.
 Menggambarkan orang dengan 3 bagian tubuh
(kepala,badan,lengan).
10)Usia 60-72 bulan
 Menangkap bola kecil dengan keduan tangan.
 Menggambarkan segi empat (Soetjiningsi, 2016).
g. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa yang diperhatikan oleh bayi, antara lain:
1) Alat komunikasi utama : menangis.
2) Orang tua dapat membedakan tangisan bayi.
3) Usia 1-2 bulan bayi mendengkur.
4) Usia 3-4 bulan bayi tertawa dan mengoceh, terdengar bunyi/suara
konsonan dari mulut bayi.
5) Usia 6 bulan bayi meniru bunyi-bunyi.
6) Usia 8 bulan bayi dapat mengabungkan suku kata, seperti mengucapkan
“mama”.
7) Usia 9 bulan bayi mngerti kata “tidak”.
8) Usia 10 bulan bayi mengerti dan dapat mengatakan “mama” dan “dada”.
9) Usia 12 bulan bayi mngerti dan dapat mengatakan 4-10 kata.
10)Usia 15 bulan anak menggunakan istilah yang ekspresif
11)Usia 2 tahun anak bisa menggunakan 300 kata, menggunakan 2 atau 3
suku kata (frase) dan menggunakan kata ganti.
12)Usia 2,5 tahun anak menyebutkan nama panggilan dan lengkapnya, anak
juga menggunakan kata jamak.
13)Usia 3 tahun anak dapat menyatakan 900 kata, menggunakan tiga sampai
empat kalimatn dan berbicara dengan tidak puts-putusnya.
14)Usia 4 tahun anak dapat menyatakan 1.500 kata,menceritakan cerita yang
berlebihan dan menyanyikan lagu sederhana (ini merupakan usia puncak
untuk pertanyaan„mengapa‟).
15)Usia 5 tahun anak dapat mengatakan 2.100 kata,mengetahui empat
warna atau lebih, nama-nama hari dalam seminggu dan nama bulan
(Dewi, dkk 2015).
h. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah perekembangan kemampuan anak untuk
berinteraksi dan bersosoialisasi dengan lingkungannya. (Soetjiningsi, 2016).
1) Umur 1 bulan bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada
disekitarnya.
2) Umur 2-3 bulan mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa keras,
menangis sudah mulai berkurang.
3) Umur 4-5 bulan senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun
belum pernah dilihatnya/dikenalnya, sudah bisa mengeluarkan suara
pertanda tidak senang bila mainan/benda miliknya diambil oleh orang lain.
4) Umur 6-7 bulan sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan
yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang belum dikenalnya
bayi akan merasa cemas (stangger anxiety), sudah dapat mengeluarkan
suara em....em....em..., bayi biasanya cepat menangis jika terdapat hal-
hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat tertawa lagi.
5) Umur 8-9 bulan bayi mengalami stranger anxiety/merasa cemas terhadap
hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing) sehingga dia akan menangis
dan mendorong serta merontaronta, merangkul/memeluk orang yang
dicintainya, jika dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi menangis dan
tidak senang, mulai mengulang kata-kata “dada....dada” tetapi belum
punya arti.
6) Umur 10-12 bulan emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada
lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang
asing, mulai mengerti akan perintah sederhana, sudah mengerti namanya
sendiri, sudah bisa menyebut abi, ummi (Ridha, 2014).

C. Tinjauan umum tentang broncopneumonia


1. Pengertian
Penumonia adalah istilah umum untuk infeksi paru-paru yang dapat
disebabkan oleh berbagai kuman (virus, bakteri, jamur, dan parasit).
Pneumonia juga didefiniskan sebagai radang akut yang menyerang jaringan
paru dan sekitarnya. Penyakit ini merupakan manifentasi infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat menyebabkan
kematian (Mendri, 2017). Menurut Smeltzer & Suzanne C (2002),
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya
(Nurarif, 2015).
Pnemonia merupakan peradangan pada parenzhim paru yang disebabkan
oleh infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi pada bayi dan anak,
walaupun dapat juga terjadi pada semua usia (Marni, 2014).
Bronko pneumonia adalah infiltrasi yang tersebar pada kedua belahan paru.
Dimulai pada bronkioulus terminalis, yang menjadi tersumbat oleh eksudat
mukopurulent yang disebut juga “lobular Pneumonia” (Ridha, 2014).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah,
2014).
2. Etiologi Brochopnemonia
Pneumonia biasa disebakan karena beberapa factor,diantaranya adalah :
1) Bakteri (Pneumokokus, strepkokus, stafilokokus, H. Influenza,klebsiela
mycoplasma pneumonia).
2) Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza).
3) Jamur/fungin (Kandida albican, histoplasma, capsulatum,koksidiodes).
4) Protozoa (Pneumokistis karinti).
5) Bahan kimia (Aspirasi makan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah, bensin,dll) (Ridha, 2014).
3. Manifentasi klinis
Manifentasi klinis yang sering terlihat pada anak yang menderita pnemonia
adalah demam, batuk, anak akan memperlihatkan kesulitan bernapas, seperti
sesak napas, retraksi interkostal, nyeri dada, nyeri abdomen, krakles ,
penurunan bunyi napas, pernapasan cuping hidung, sianosis, batuk kering
kemudian berlanjut ke batuk produktif, adanya ronkhi basah, halus dan
nyaring, adanya takipnea (frekuensi pernafasan > 50x/menit) Gejala lain yang
sering timbul adalah terdapat penurunan nafsu makan dan nyeri lambung ,
kelelahan, gelisah dan sianosis. Sedangkan tanda yang sering muncul adalah
adanya peningkatan suhu tubuh yang mendadak.
4. Patofisiologi
Bakteri atau virus masuk kedalam tubuh, akan mnyebabkan
gangguan/peradangan pada terminal jalan napas dan alveoli. Proses tersebut
akan menyebabkan infiltrate yang biasanya mengenai pada multiple lobus,
terjadi destruksi sel yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan
napas. Pada kondisi akut maupun kronik seperti AIDS, cystic fibrosis, aspirasi
benda asing dan kongetial yang dapat meningkatkan resiko pnemonia.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk menegakkan diagnosa
adalah pemeriksaan leukosit (leukosites) akan tetapi jika pemeriksaan darah
tapi menunjukan leukospia, sedangkan penyebabnya sudah diketahuin
adalah bakteri, maka keadaan ini merupakan petunjuk prognosis yang
semakin memburuk. Kultur darah positif pada sebagian kasus, akan terjadi
peningkatan laju endap darah. Pemeriksaan foto thoraks akan terlihat infiltar
atau interstial di parenkim paru, pada pewarnaan gram pada dahak terdapat
organisme, dan pemeriksaan WBC(white Blood Cel) biasanya akan
didapatkan kurang dari 20.000 cells mm3.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk mengatasi penyakit pnemonia
adalah dengan pemberian antibiotik, pengobatan suportif, dan vaksinasi.
Pengobatan suportif bila virus pnemonia, bila kondisi anak berat harus
dirawat di rumah sakit. Selanjutnya berikan oksigen sesuai kebutuhan anak
dan sesuai program pengobatan, lakukan fisioterapi dada untuk membantu
anak mengeluarkan dahak, setiap empat jam atau sesuai petunjuk, berikan
cairan intravena untuk mencegah terjadinya dehidarsi.
Untuk mengatsi infeksi, berikan antibiotik sesuai program, misalnya amoxilin,
clarithromycin/erythromycin dan ampicillin. Ada dua golongan antibiotik yang
dipakai untuk mengobati pnemonia, yaitu golongan penicilin dan golongan
sefalospolin. Apabila pada pemeriksaan pewarnaan gram terdapat
organisme, dan cairan berbau tidak enak, maka lakukan pemasangan chest
tube.
7. Komplikasi
Apabila penyakit ini tidak mendapat penanganan yang tepat,maka akan
timbul komplikasi yang bisa membahayakan tubuh anak tersebut, misalnya
ganguan pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal napas, efusi pleura
yang luas, syok dan apnea rekunen (Marni, 2014).

E. Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan oksigen

1. Pengkajian
Pemeriksaan pernafasan akan didapatkan retraksi, nyeri dada, krakles,
penurunan bunyi napas, pernapasan cuping hidung, sianosis batuk
produktif, ronkhi. Pada pemeriksaan kardiovaskuler akan di dapatkan
takikardi. Pada pemeriksaan neuroloung. Pada pmeriksaan pada pasien
akan mengeluh nyeri kepala, kesulitan tidur, dan erdapat iribilitasi.Pada
pemeriksaan gastrointestinas terdapat penurunan nafsu makan dan nyeri
lambung. Pada pemeriksaan muskuloskeletal pasien akan menunjukan
kelelahan dan gelisah. Sedangkan pada pemeriksaan integumen akan
terjadi peningkatan suhu tubuh dan terdapata sianosis (Marni, 2014).

2. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflasmasi dan
obstruksi jalan nafas.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
3) membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah, gangguan pengiriman oksigen Defisit volume cairan
berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak pulang.
3. Rencana keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas.
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan
nafas.
Batasan karakteristik :
 Dispneu, penurunan suara nafas.
 Orthopneu.
 Cyanosis.
 Kelainan suara nafas (rales, wheezing).
 Kesulitan berbicara.
 Batuk, tidak efektif atau tidak ada.
 Mata melebar.
 Produksi sputum.
 Gelisa.
 Perubahan frekuensi dan irama nafas.
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi.
 Fisiologi: disfungsi neuromuskular, hiperplasia, dinsing
bronkus, alergi jalan nafas, asma.
 Obstruksi jalan nafas: spasme jalan napas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya
benda asing di jalan nafas.
NOC:
 Respiratory status : Ventilation.
 Respiratory satatus: Airway patency.
Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sionasis dan dyspneu
(mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
 Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal.
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor
yang dapat menghambat jalan nafas.
NIC:
Airway suction
 Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning.
 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suctioning.Informosikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning.
 Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
 Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal.
 Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan.
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikelurakan dari nasotrakeal.
 Monitor status oksigen pasien.
 Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction.
 Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi O 2, dll.
Airway management
 Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu.
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan.
 Pasang mayo bila perlu.
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
 Lakukan suction pada mayo.
 Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu.
 Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab.
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen.
Defenisi : kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman
oksigen dan pengeluaran karbondioksida di antara alveoli paru dan
sistem kapiler.
Batasan karakteristik :
 pH darah arteri abnormal
 pH arteri abnormal
 pernafasan asbnormal (mis: kecepatan, irama,kedalaman)
 warna kulit abnormal (mis: pucat, kehitaman)
 konfusi
 sianosis (pada neonatus saja)
 penurunan karbondioksida
 dispnea
 sakit kepala saat bangun
 hipoksemia
 hipoksia
 nafas cuping hidung
 takikardia
Faktor-faktor yang berhubungan:
 perubahan membran alveolar kapiler
 ventilasi-perfusi
NOC :
 respiratory status : Gas exchange
 respiratory status : ventilation
 vital sign status
Kriteria Hasil :
 mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
 memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda tanda
distress pernafasan
 mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway Management
 buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thurst bila perlu
 posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
pasang mayo bila perlu lakukan fisioterapi dada bila perlu
 keluarkan secret dengan batuk atau saction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Berikan pelembab udara
 Atur intake atau cairan mengoptimalkan keseimbangan
 Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
 Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha repirasi
 Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, kussmaul,hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan
rhonki pada jalan nafas utama
 Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
takipneu, demam. Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial
dan atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan
dengan pengeluaran sodium. Batasan karakteristik :
 Kelemahan.
 Haus.
 Penurunan turgo kulit/lidah.
 Membran mukosa/kulit kering.
 Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah,
 penurunan volume/tekanan nadi.
 Pengisian vena menurun.
 Perubahan status mental.
 Kosentrasi urine meningkat.
 Temperatur tubuh meningkat.
 Hematokrit meninggi.
 Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing).
Faktor-faktor yang berhubungan:
 Kehilangan volume cairan secara aktif.
 Kegagalan mekanisme pengatur.
NOC:
 Fluid balance.
 Hydration.
 Nutritional status: Food and Fluid Intake.
Kriteria hasil:
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,
urine normal, HT normal.
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgo kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
Plant management:
 Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
 Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa,nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
 Monitor vital sign.
 Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harian.
 Lakukan terapi IV.
 Monitor status nutrisi.
 Berikan cairan.
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
 Dorong masukan oral.
 Berikan penggantian nasogatrik sesuai output.
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
 Tawarkan snack (jus, buah, buah segar).
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk.
 Atur kemungkinan tranfusi.
 Persiapana untuk tranfusi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue (kelelahan).
Defenisi : ketidakcukupan energy secara fisiolgi maupun psikologi
untuk meneruskan atau menyelesikan aktifitas yang diminta atau
aktifitas sehari-hari.
Batasan karakteristik:
 Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
 Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap
aktivitas.
 Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
 Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivivtas.
Faktor – faktor yang berhubungan
 Tirah baring atau imobilisasi.
 Kelemahan menyeluruh.
 Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan.
 Gaya hidup yang dipertahankan.
NOC:
 Energy conservation .
 Self care: ADLs.
Kriteria Hasil:
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tampa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
 Mampu melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs) secara
mandiri.
NIC
Activity Therapi
 Kolaborasikan dengan tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program tarapi yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan.
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
 Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi
roda, krek.
 Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai.
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas.
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
 Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Energy Management
 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas.
 Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan.
 Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan. Monitor
nutrisi dan sumber energi yang adekuat.\
 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan.
 Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas.
 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak pulang.
NOC:
 Knowledge: disease process.
 Knowiedge: health behavior.
Kriteria hasi:
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahanan tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
NIC:
Teaching: disease process
 Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik.
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
yang tepat.
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat.
 Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat.
 Hindari harapan yang kosong.
 Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat.
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit.
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan.
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat.
 Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local
dengan cara yang tepat.
 Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat (Ridha, 2014).
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Desain Studi Kasus


Dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi
kasus. Studi kasus termasuk dalam penelitian dan deskriptif, yaitu penelitian
yang dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu yaitu anak yang memiliki
penyakit Bronkopneumonia untuk diamati dan dianalisa secara cermat sampai
tuntas. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi
kasus meliputi sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, tempat
dan kejadian.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek dalam studi kasus ini berjumlah 2 orang adalah pasien brokopnemonia
dengan kriteria :
1. Kriteria inklusi :
1) Pasien anak dengan umur 0-5 tahun di ruang Baji minasa di RSUD
Labuang Baji Makassar.
2) Pasien anak yang menggunakan oksigen dengan kanul nasal dan
sungkup/masker
3) Pasien anak yang menggunakann terapi nebulizer di ruang Baji minasa di
RSUD Labuang Baji Makassar.
4) Pasien anak yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
2. Kriteria eksklusi :
1) Pasien anak yang bukan umur 0-5 tahun di ruang Baji minasa di RSUD
Labuang Baji Makassar.
2) Pasien anak yang tidak menggunakan oksigen dengan kanul nasal dan
sungkup/masker di RSUD Labuang Baji Makassar.
3) Pasien anak yang tidak menggunakan terapi nebulizer di ruang Baji
minasa di RSUD Labuang Baji Makassar.
4) Pasien anak yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

C. Fokus Studi Kasus


Fokus studi kasus yaitu tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien anak dengan bronkopnemonia.
D. Definisi Operasional Studi Kasus
Dalam karya tulis ilmiah ini memiliki definisi operasional yakni :
1. Asuhan keperawatan bronkopneumonia pada anak Merupakan proses
keperawatan dimana kondisi anak yang mengalami bronkopneumonia atau
radang paru-paru diberikan pelayanan kesehatan secara langsung sesuai
dengan tahapan-tahapan dalam proses keperawatan sampai keadaan anak
pulih kembali.
2. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama
dalam kehidupan yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
bagi individu dan untuk mempertahankan hidupnya.
E. Instrumen Studi Kasus dan Metode Pengumpulan Data
Dalam karya tulis ilmiah ini memiliki beberapa instrumen sebagai berikut :
1. Format pengkajian pasien.
2. Format infomend consent.
3. Lembaran observasi yang terdiri dari pernyataan terbuka dan check list yang
dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan prosedur keperawatan.
4. Alat dokumentasi (kamera atau rekaman list vidio).
F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Lokasi penelitian di ruang baji minasa di Rumah Sakit Umumc Labuang Baji
Makassar pada bulan July sampai Agustus 2018.
G. Analisa data Dan Penyajian Data
Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisis data reduction
(reduksi data), data display (penyajian data) dan conclusion drwaing / verification
(penarikan simpulan). Ketiga proses ini terjadi terus menerus selama
pelaksanaan penelitian, baik pada periode pengumpulan maupun setelah data
terkumpul seluruhnya.
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyerderhanaan dan invormasi verbal dari subjek studi kasus. Penelitian
melakukan reduksi data sejak proses pengumpulan data hingga menyisihkan
data (informasi) yang tidak relevan.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan pendeskripsian sekumpulan informasi yang
tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data-data yang telah diolah kemudian disajikan dalam
bentuk teks naratif, dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun
dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.
3. Penarikan simpulan
Dilakukan untuk mengorganisir data-data yang diperoleh di dalam
wawancara, observasi, dokumentasi dan yang lain sehingga dihasilkan
sesuatu yang bermakna. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik
analisis kualitatif, yaitu data analisis sesuai dengan tujuan studi yang sudah
ditentukan sesuai prosedur tindakan hingga tujuan tindakan yang
direncanakan selesai dilakukan.
H. Etika Studi Kasus
Dalam melakukan penelitian, perlunya ada rekomendasi dari intitusi dengan
mengajukan surat permohonan izin kepada institusi atau rumah sakit yang
ditempati untuk penelitian. Selain itu, dalam melakukan penelitian tetap
memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Informend Concent (informasi untuk responden)
Merupakan cara persetujuan antara penelitian dengan partisipan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan sebelum penelitian
dilaksanakan. Jika partisipan bersedia, maka harus menandatangani lembar
persetujuan. Tetapi jika partisipan menolak maka penelitian tidak boleh
dilaksanakan dan menghormati hak partisipan. Tujuan informed concent
adalah agar partisipann mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta
mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (kerahasian)
Peneliti tidak mencamtumkan nama responden/partisipan pada lembar
kuesioner tapi hanya memberikan inisial pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang disajikan
3. Confidentially (kerahasiaan informasi)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Peneliti menjamin
kerahasiaan partisipan, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
hasil penelitian.
4. Justice (keadilan)
Merupakan hal-hal yang berkenan pada suatu sikap dan juga tindakan
didalam hubungan antara manusia yang berisi tentang sebuah tuntutan agar
sesamanya dapat memperlakukan sesuai hak dan juga sesuai kewajiban.
5. Jujur
Jujur dilihat dari segi bahasa adalah mengakui, berkata atau pun memberi
suatu informasi yang sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi/kenyataan.
Dari segi bahasa, jujur dapat disebut juga sebagai antonim atau pun lawan
kata bohong yang artinya adalah berkata atau pun memberi informasi yang
tidak sesuai dengan kebenaran.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil studi kasus pada dua
responden dengan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada
Pasien Anak Dengan Bronkopneumonia Di RSUD Labuang Baji Makassar.
Penelitian studi kasus ini mengambil lokasi di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar. Rumah sakit tersebut terletak di Jl. Dr. Ratulangi No. 18
Makassar dan didirikan pada tahun 1938 oleh Zending Gereja Genoformaf
Surabaya, Malang dan Semarang sebagai rumah sakit Zending. RSUD Labuang
Baji diresmikan pada tanggal 12 Juni 1938. Adapun batas-batas geografis RSUD
Labuang Baji adalah sebelah utara berbatasan dengan jalan Landak Lama,
sebelah timur berbatasan dengan jalan Tupai, sebelah selatan berbatasan
dengan perumahan Pendeta Ekss dan sebelah barat berbatasan dengan jalan
Ratulangi. RSUD Labuang Baji memiliki 17 ruang perawatan umum, 6 ruang
perawatan khusus (Ruang Bedah Sentral, Bedah Kebidanan/Kandungan,
Perawatan Khusus/RPK, Rawat Intensif, Hemodialisa, Kamar Bersalin), dan
Perawatan CVCU. Dan ruang perawatan ke 2 responden berada di lantai II
dengan nama ruang perawatan Baji Minasa dengan fasilitas kelas III. Kondisi
ruang perawatan ke 2 responden terdiri dari 6 tempat tidur, secara fisik ruangan
cukup bersih, dan situasinya cukup tenang.
1. Pengkajian pasien
a) Pasien An.M
An. M, usia: 5 tahun, jenis kelamin: laki-laki, agama: islam,pendidikan:
belum bersekolah, bertempat tinggal: di jl.bantabantaeng, nomor rekam
medik: 314322, masuk rumah sakit: tanggal 13 Agustus 2018 pukul 08.30
WITA, diagnosa medik: Broncopneumonia, rencana therapi : oksigen 1-2
liter/m, injeksi cefotaxime 250 mg/iv, infus Ka-eN 3B 16 tts/m, cetapin 9
cc/iv, nebulizer Nacl 0.9%. Nama ayah: Tn. S, usia: 31 tahun, pendidikan:
sarjana teknik, pekerjaan: kontraktor, agama: islam, alamat: jl. banta-
bantaeng, nama ibu: Ny. A, usia: 21 tahun, pendidikan: SMA, pekerjaan:
ibu rumah tangga, agama: islam, alamat: jl. banta-bantaeng. Identitas
saudara kandung: Pasien merupakan anak pertama dan tidak memiliki
saudara kandung. Pada tanggal 13 agustus 2018 pukul 11.30 WITA
dilakukan pengkajian dan di dapatkan keluhan utama: pasien merasa
sesak, riwayat kesehatan sekarang: pasien merasa sesak, batuk
berlendir, demam. Keadaan umum 0pasien saat itu tampak lemas dan
terpasang oksigen 1 liter dengan mengunakan kanul nasal, sebelumnya
klien sudah diberikan terapi nebulizer dengan Nacl 0,9% di UGD sebelum
masuk ruangan, wajah tampak meringis, pasien tidak bisa berbicara dan
hanya bisa menangis, berat badan: 9 kg, lingkar kepala: 40 cm, lingkar
dada: 50 cm lingkar lengan: 10,4 cm, lingkar perut: 46 cm, nadi: 82 x/m,
suhu: 38°c, pernafasan: 40 x/m. Pada pukul 12.00 WITA dilakukan
pemeriksaan fisik (inspeksi dan auskultasi ) berat badan pasien kurang
dari normalterdapat retraksi dada, suara nafas bronchovesikuler dengan
suara tambahan terdengar ronchi dan whezing , pasien Nampak batuk
disertai lendir. Klien terbaring lemah di atas tempat tidur dengan diberi
posisi semi fowler. Pada tanggal 14 agustus 2018 pukul 16.00 WITA
peneliti melakukan pemberian terapi nebulizer dengan Nacl 0,9%.
b) Pasien An.A
An. A, umur: 1,6 tahun, jenis kelamin: perempuan, agama:islam,
pendidikan: belum bersekolah, bertempat tinggal: di jl. andi mangerani,
nomor rekam medik: 365269, masuk rumah sakit: tanggal 14 Agustus
2018 pukul 11.15 WITA, diagnosa medik: Broncopneumonia, rencana
therapi : oksigen 1-2 liter/m, injeksi cefotaxim 600 mg/iv, cetapain 13mg/iv,
infus dextrose 5% 8 tts/m, gentamicin 30 cc/iv, dexametason 1 mg/iv,
nebulizer Nacl 0.9% + ventolin 1 tube. Nama ayah: Tn. M, usia: 28 tahun,
pendidikan:SMA, pekerjaan: wiraswasta, agama: islam, alamat: jl. andi
mangerani, nama ibu: Ny. R, usia: 22 tahun, pendidikan: SMA, pekerjaan:
ibu rumah tangga, agama: islam, alamat: jl. andi mangerani. Identitas
saudara kandung: Pasien merupakan anak pertama dan tidak memiliki
saudara kandung. Pada tanggal 14 agustus 2018 pukul 13.00
WITAdilakukan pengkajian dan di dapatkan keluhan utama: pasien
merasa sesak, riwayat kesehatan sekarang: pasien merasa sesak batuk
berlendir dan demam. Keadaan umum pasien saat itu tampak lemas dan
terpasang oksigen 2 liter dengan mengunakan sungkup atau masker,
wajah tampak meringis dan menangis, berat badan: 13 kg, lingkar kepala:
50 cm, lingkar dada: 52 cm, lingkar lengan: 12 cm, lingkar perut: 47 cm,
nadi: 110 x/m, suhu 37,8°c, pernafasan: 36 x/m. Pada pukul 13.00 WITA
dilakukan pemeriksaan fisik (inspeksi dan auskultasi ) suara nafas
Bronchovesikuler dengan suara tambahan terdengar ronchi dan whezing,
pasien Nampak batuk disertai lendir. Klien terbaring lemah di atas tempat
tidur dengan diberi posisi semi fowler. Pada tanggal 14 Agustus 2018
pukul 15.30 WITA peneliti juga melakukan pemberian terapi nebulizer
dengan Nacl 0,9% + obat venolin 1 tube.

2. Klasifikasi data
a) Pasien An.M
Data subjektif :
 Ibu pasien mengatakan anaknya sesak sejak 1 hari yang lalu
 Disertai batuk berlendir dan demam
Data objektif :
 Keadaan umum lemas
 Terpasang oksigen 1 liter/m dengan kanul nasal
 Suara nafas Bronchovesikuler dengan suara tambahan terdengar
ronchi dan wheezing
 Wajah pasien tampak meringis dan menangis
 Berat badan kurang dari normal dengan BB 9 kg
 TTV : Nadi: 82 x/m, suhu: 38°c, pernafasan: 40 x/m.
 Pasien nampak tidur dengan posisi semi fowler
b) Pasien An.A
Data subjektif :
 Ibu pasien mengatakan anaknya sesak
 Ibu pasien mengatakan anaknya batuk disertai lender
 Ibu pasien mengatakan anaknya demam
Data objektif :
 Keadaan umum lemah
 Terpasang oksigen 2 liter/m dengan sungkup atau masker
 Suara nafas Bronchovesikuler dengan suara tambahan terdengar
ronchi dan wheezing
 Wajah pasien tampak meringis dan menangis
 Berat badan: 13 kg
 TTV : nadi: 110 x/m, suhu: 37,8°c, pernafasan: 36 x/m.
 Pasien nampak tidur dengan posisi semi fowler
3. Analisia Data
Tabel 4.1: Analisis Data
Data focus Problem Etiologi
Data subjektif : Gangguan Kekurangan oksigen
 Ibu pasien An.M dan pertukaran gas dan dispneu (sesak)
An.A mengatakan
anaknya sesak
Data objektif :
 Keadaan umum lemah
 Pada pasien An.M
Terpasang oksigen 1
liter/m dengan kanul
nasal dan pada pasien
An.A terpasang oksigen
2 liter/m dengan
sungkup atau masker
 Pada pasien An.M berat
badan kurang dari
normal dengan BB 9 kg
dan pada pasien An.A
Berat badan: 13 kg
 Pada pasien An.M TTV :
Nadi: 82 x/m, suhu:
38°c, pernafasan: 40
x/m dan pada pasien
An.A TTV : nadi: 110
x/m, suhu:37,8°c
pernafasan: 36 x/m.
 Pasien An.M dan An.A
nampak tidur dengan
posisi semi fowler
Data subjektif : Bersihan jalan Proses peradangan dan
nafas tidak efektif obstruksi jalan nafas
 Ibu pasien An.M dan
An.A mengatakan
bahwa anaknya batuk
berlendir
 Ibu pasien An.M dan
An.A mengatakan
anaknya demam
Data objektif :
 Keadaan umum lemah
 Pada pasien An.M dan
pasien An.A Suara
nafas Bronchovesikuler
dengan suara tambahan
terdengar ronchi dan
wheezing
 Wajah pasien An.M dan
An.A tampak meringis
dan menangis
 Pada pasien An.M TTV :
Nadi: 82 x/m, suhu:
38°c, pernafasan: 40
x/m dan pada pasien
An.A TTV : nadi: 110
x/m, suhu:37,8°c,
pernafasan 36x/m

4. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan diagnosa pada responden An.M dan An.A adapun prioritas
masalahnya yakni peneliti berfokus pada gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kekurangan oksigen dan bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas. Tujuannya
yaitu dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas, pasien
dapat menunjukan peningkatan pertukaran gas seperti tanda vital dan
ekspresi wajah, saluran pernafasan pasien menjadi bersih, pernafasan dan
suara nafas menjadi normal dengan kriteria hasil yaitu mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat, tanda vital dalam rentang
normal, suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, tidak ada dyspneu
(mampu bernafas dengan mudah), menunjukan jalan nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik), irama nafas dan frekuensi pernafasan dalam rentang
normal tidak ada suara nafas abnormal.
5. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.2: intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Pasien An.M dan An.A
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Kaji pola 1. Mengetahui adanya
gas berhubungan tindakan keperawatan nafas pasien jalan nafas yang tidak
dengan kekurangan 3x24 jam diharapkan 2. Berikan efektif adalah
oksigen dapat menurunkan posisi semi perubahan pola dan
tanda dan gejala fowler frekuensi pernafasan
gangguan pertukaran 3. Monitor 2. Meningkatkan
gas dan pasien dapat TTV pengembangan paru
menunjukan 4. Kolaborasi dengan cara
peningkatan pertukaran pemberian mengurangi tekanan
gas seperti tanda vital oksigen abdomen
dan ekspresi wajah sesuai 3. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : dengan TTV dalam batas
1.mendemonstrasikan keadaan normal
peningkatan ventilasi 4. Membantu
dan oksigen yang meningkatkan suplai
adekuat oksigen
2. tanda vital dalam
rentang normal
6. Implementasi keperawatan
Tabel 4.3: Implementasi keperawatan
Diagnosa Implementasi
Hari ke-1 tanggal 14 Agustus 2018
Jam Pasien An.M Jam Pasien An.A
Gangguan pertukaran 08.0 1.Mengkaji pola nafas 13.3 1.Mengkaji pola nafas
gas berhubungan 0 pasien H/: pasien 0 pasien H/: pasien
dengan kekurangan merasa sesak merasa sesak
oksigen 2.Memberikan posisi 2.Memberikan posisi
08.0 semi fowler H/:pasien 13.3 semi fowler H/:pasien
5 tidur dengan posisi 5 tidur dengan posisi
semi fowler semi fowler
3.Memonitor TTV 3.Memonitor TTV
H/:N: 82 x/m, S: 38°c, H/:N: 110 x/m, S:
10.0 P: 40 x/m. 14.0 37,8°c, P: 36 x/m.
0 4.Mengkolaborasi 0 4.Mengkolaborasi
pemberian oksigen pemberian oksigen
sesuai dengan sesuai dengan
08.1 keadaan pasien. 13.4 keadaan pasien.
0 H/:oksigen terpasang 0 H/:oksigen terpasang
1 liter/m dengan kanul 2 liter/m dengan
nasal sungkup/masker

Bersihan jalan nafas 08.0 1.Mengkaji bunyi 13.3 1.Mengkaji bunyi


tidak efektif 0 pernafasan H/:suara 0 pernafasan H/: suara
berhubungan dengan nafas nafas
inflamasi dan obstruksi bronchovesikuler bronchovesikuler
jalan nafas. dengan suara dengan suara
tambahan terdengar tambahan terdengar
ronchi dan wheezing ronchi dan wheezing
2.Memberikan cairan 2.Memeberikan
12.3 IV H/:cairan KaeN 3B 11.1 cairan IV H/:cairan
0 16 tts/m 5 Dextrose 5% 8 tts/m
3.Mengkolaborasi 3.Kolaborasi
pemberian obat pemberian obat
11.0 Antibiotic H/:injeksi 12.0 Antibiotic
0 cefotaxime 250 mg/iv, 0 H/:cefotaxim 600
cetapain 9 cc/iv, mg/iv, gentamicin 30
4.Mengkolaborasi cc/iv, dexametason 1
pemberian nebulizer mg/iv, cetapa
H/:terapi nebulizer 130mg/iv
16.0 Nacl 0,9% 3 cc 4.Mengkolaborasi
0 pemberian nebulizer
H/:terapi nebulizer
15.3 Nacl 0,9% + ventolin
0 1 tube
Diagnosa Implementasi
Hari ke- 2 tanggal 15 Agustus 2018
Jam Pasien An.M Jam Pasien An.A
Gangguan pertukaran 08.0 1.Mengkaji pola nafas 13.3 1.Mengkaji pola nafas
gas berhubungan 0 pasien H/: pasien 0 pasien H/: pasien
dengan kekurangan merasa sesak merasa sesak
oksigen 2.Memberikan posisi 2.Memberikan posisi
08.0 semi fowler H/:pasien 13.3 semi fowler H/:pasien
5 tidur dengan posisi 5 tidur dengan posisi
semi fowler semi fowler
3.Memonitor TTV 3.Memonitor TTV
H/:N: 82 x/m, S: 38°c, H/:N: 110 x/m, S:
10.0 P: 40 x/m. 14.0 37,8°c, P: 36 x/m.
0 4.Mengkolaborasi 0 4.Mengkolaborasi
pemberian oksigen pemberian oksigen
sesuai dengan sesuai dengan
08.1 keadaan pasien. 13.4 keadaan pasien.
0 H/:oksigen terpasang 0 H/:oksigen terpasang
1 liter/m dengan kanul 2 liter/m dengan
nasal sungkup/masker

Bersihan jalan nafas 08.0 1.Mengkaji bunyi 13.3 1.Mengkaji bunyi


tidak efektif 0 pernafasan H/:suara 0 pernafasan H/: suara
berhubungan dengan nafas nafas
inflamasi dan obstruksi bronchovesikuler bronchovesikuler
jalan nafas. dengan suara dengan suara
tambahan terdengar tambahan terdengar
ronchi dan wheezing ronchi dan wheezing
2.Memberikan cairan 2.Memeberikan
12.3 IV H/:cairan KaeN 3B 11.1 cairan IV H/:cairan
0 16 tts/m 5 Dextrose 5% 8 tts/m
3.Mengkolaborasi 3.Kolaborasi
pemberian obat pemberian obat
11.0 Antibiotic H/:injeksi 12.0 Antibiotic
0 cefotaxime 250 mg/iv, 0 H/:cefotaxim 600
4.Mengkolaborasi mg/iv, gentamicin 30
pemberian nebulizer cc/iv, dexametason 1
H/:terapi nebulizer mg/iv, cetapa
16.0 Nacl 0,9% 3 cc 130mg/iv
0 4.Mengkolaborasi
pemberian nebulizer
H/:terapi nebulizer
15.3 Nacl 0,9% + ventolin
0 1 tube

Diagnosa Implementasi
Hari ke-3 tanggal 16 Agustus 2018
Jam Pasien An.M Jam Pasien An.A
Gangguan pertukaran 08.0 1.Mengkaji pola nafas 08.0 1.Mengkaji pola nafas
gas berhubungan 0 pasien H/: pasien 0 pasien H/: pasien
dengan kekurangan merasa sesak merasa sesak
oksigen 2.Memberikan posisi 08.0 2.Memberikan posisi
08.0 semi fowler H/:pasien 5 semi fowler H/:pasien
5 tidur dengan posisi tidur dengan posisi
semi fowler semi fowler
3.Memonitor TTV 3.Memonitor TTV
H/: N: 74 x/m, S: 36°c, H/: N: 82x/m, S:
10.0 P: 29x/m 10.0 36,2°c , P: 28x/m
0 4.Mengkolaborasi 0 4.Mengkolaborasi
pemberian oksigen pemberian
sesuai dengan oksigen sesuai
08.1 keadaan pasien. 08.1 dengan keadaan
0 H/:oksigen terpasang 0 pasien
1 liter/m dengan kanul H/: pasien tidak
nasal terpasang
oksigen lagi

Bersihan jalan nafas 08.0 1.Mengkaji bunyi 08.0 1.Mengkaji bunyi


tidak efektif 0 pernafasan 0 pernafasan H/: suara
berhubungan dengan H/: suara nafas nafas
inflamasi dan obstruksi bronchovesikuler bronchovesikuler
jalan nafas. ,tidak dengan suara
ada bunyi suara tambahan terdengar
tambahan ronchi dan wheezing
2.Memberikan cairan 2.Memberikan cairan
12.3 IV H/:cairan KaeN 3B 13.3 IV H/:cairan Dextrose
0 16 tts/m 0 5% 8 tts/m
3.Mengkolaborasi 3.Kolaborasi
pemberian antibiotik pemberian obat
11.0 H/: cefotaxime 250 11.0 Antibiotic
0 mg/iv 0 H/:cefotaxim 600
mg/iv, gentamicin 30
4.Mengkolaborasi cc/iv, dexametason 1
pemberian nebilizer mg/iv, cetapa
H/: pasien tidak diberi 130mg/iv
10.0 terapi nebulizer 4.Mengkolaborasi
0 lagi pemberian nebulizer
H/:terapi nebulizer
10.3 Nacl 0,9% + ventolin
0 1 tube

7. Evaluasi keperawatan
Tabel 4.4: Evaluasi keperawatan
Diagnosa Evaluasi hari ke 1 tanggal 14 Agustus 2018
Pasien An.M Pasien An.A
Gangguan S: S:
pertukaran gas  Ibu mengatakan  Ibu mengatakan
berhubungan anaknya sesak anaknya sesak
dengan O: O:
kekurangan  Keadaan umum lemah  Keadaan umum
oksigen  Pasien terpasang lemah
oksigen 1 liter/m  Pasien
dengan kanul nasal terpasang
Berat badan pasien oksigen 2 liter/m
kurang dari normal Dengan
dengan BB 9 kg sungkup/masker
 TTV : Nadi: 82 x/m,  BB pasien 13 kg
suhu: 38°c,  TTV : nadi: 110
pernafasan: 40 x/m x/m, suhu:
dan. 37,8°c,
 Pasien nampak tidur pernafasan: 36
dengan posisi semi x/m.
fowler  Pasien nampak
A: tidur dengan
Masalah belum teratasi posisi semi
P: fowler
Intervensi di lanjutkan A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
Bersihan jalan S: S:
nafas tidak efektif  Ibu pasien  Ibu pasien
berhubungan mengatakan bahwa mengatakan
dengan inflamasi anaknya batuk bahwa anaknya
dan obstruksi jalan berlendir batuk berlendir
nafas.  Ibu pasien  Ibu pasien
mengatakan anaknya mengatakan
demam anaknya demam
O: O:
 Keadaan umum lemah  Keadaan umum
 Bunyi Suara nafas lemah
Bronchovesikuler  Bunyi Suara
 dengan suara nafas
tambahan terdengar Bronchovesikuler
ronchi dan wheezing dengan suara
 Wajah pasien tampak tambahan
meringis dan menangis terdengar ronchi
 TTV : Nadi: 82 x/m, dan wheezing
suhu: 38°c,  Wajah pasien
pernafasan: 40 x/m tampak meringis
A: dan menangis
Masalah belum teratasi  TTV : nadi: 110
P: x/m, suhu:
Lanjutkan intervensi 37,8°c,
pernafasan: 36
x/m.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

Diagnosa Evaluasi hari ke 2 tanggal 15 Agustus 2018


Pasien An.M Pasien An.A
Gangguan S: S:
pertukaran gas  Ibu mengatakan  Ibu mengatakan
berhubungan anaknya sesak anaknya sesak
dengan O: O:
kekurangan  Keadaan umum lemah  Keadaan umum
oksigen  Pasien terpasang lemah
oksigen 1 liter/m  Pasien
dengan kanul nasal terpasang
Berat badan pasien oksigen 2 liter/m
kurang dari normal Dengan
dengan BB 9 kg sungkup/masker
 TTV : Nadi: 82 x/m,  BB pasien 13 kg
suhu: 38°c,  TTV : nadi: 110
pernafasan: 40 x/m x/m, suhu:
dan. 37,8°c,
 Pasien nampak tidur pernafasan: 36
dengan posisi semi x/m.
fowler  Pasien nampak
A: tidur dengan
Masalah belum teratasi posisi semi
P: fowler
Intervensi di lanjutkan A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
Bersihan jalan S: S:
nafas tidak efektif  Ibu pasien  Ibu pasien
berhubungan mengatakan bahwa mengatakan
dengan inflamasi anaknya batuk bahwa anaknya
dan obstruksi jalan berlendir batuk berlendir
nafas.  Ibu pasien  Ibu pasien
mengatakan anaknya mengatakan
tidak demam lagi anaknya tidak
O: demam lagi
 Keadaan umum lemah O:
 Bunyi Suara nafas  Keadaan umum
Bronchovesikuler lemah
 dengan suara  Bunyi Suara
tambahan terdengar nafas
ronchi dan wheezing Bronchovesikuler
 Wajah pasien tampak dengan suara
meringis dan menangis tambahan
 TTV: Nadi:110x/m, terdengar ronchi
suhu: 37,2°c, dan wheezing
pernafasan: 92x/m  Wajah pasien
A: tampak meringis
Masalah belum teratasi dan menangis
P:  TTV : nadi:
Lanjutkan intervensi 88x/m, suhu:
37°c,
pernafasan:38x/m
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Diagnosa Evaluasi hari ke 3 tanggal 16 Agustus 2018
Pasien An.M Pasien An.A
Gangguan S: S:
pertukaran gas  Ibu mengatakan  Ibu mengatakan
berhubungan anaknya masih sesak anaknya tidak
dengan O: sesak lagi
kekurangan  Keadaan umum lemah O:
oksigen  Pasien terpasang  Keadaan umum
oksigen 1 liter/m mulai membaik
dengan kanul nasa  Pasien tidak
 Berat badan pasien terpasang
kurang dari normal oksigen lagi
dengan BB 9 kg  BB pasien 13 kg
 TTV: Nadi: 74 x/m,  TTV : nadi:
suhu: 36°c, 82x/m, suhu:
pernafasan: 29x/m 36,2°c ,
 Pasien nampak tidur pernafsan 28x/m
dengan posisi semi  Pasien nampak
fowler tidur dengan
A: posisi semi
Masalah belum teratasi fowler
P: A:
Intervensi di lanjutkan Masalah mulai teratasi
P:
Pertahankan intervensi

Bersihan jalan S: S:
nafas tidak efektif  Ibu pasien  Ibu pasien
berhubungan mengatakan bahwa mengatakan
dengan inflamasi anaknya tidak terlalu bahwa anaknya
dan obstruksi jalan batuk lagi masih batuk
nafas.  Ibu pasien berlendir
mengatakan anaknya  Ibu pasien
tidak demam lagi mengatakan
O: anaknya tidak
 Keadaan umum lemah demam lagi
 Bunyi Suara nafas O:
Bronchovesikuler ,tidak  Keadaan mulai
ada suara tambahan membaik
 Wajah pasien tidak  Bunyi Suara
tampak meringis dan nafas
menangis Bronchovesikuler
 TTV: nadi: 74 x/m, dengan suara
suhu: 36°c, tambahan
pernafasan: 29x/m terdengar ronchi
A: dan wheezing
Masalah mulsi teratasi  Wajah pasien
P: tidak tampak
Pertahankan intervensi meringis dan
menangis lagi
 TTV : nadi:
88x/m, suhu:
37°c,
pernafasan:38x/
m
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pemeriksaan pernafasan akan didapatkan retraksi, nyeri dada, krakles,
penurunan bunyi napas, pernapasan cuping hidung, sianosis, batuk produktif
dan ronkhi. Pada pemeriksaan kardiovaskuler akan di dapatkan takikardi.
Pada pemeriksaan neurologi pasien akan mengeluh nyeri kepala, kesulitan
tidur, dan terdapat iribilitasi.
Pada pemeriksaan gastrointestinas terdapat penurunan nafsu makan dan
nyeri lambung. Pada pemeriksaan musculoskeletal pasien akan menunjukan
kelelahan dan gelisah. Sedangkan pada pemeriksaan integumen akan terjadi
peningkatan suhu tubuh dan terdapat sianosis (Marni, 2014). Berdasarkan
data yang ditemukan ada beberapa data dari pengkajian pasien yang hampir
sama dengan teori yang ada. Pada pengkajian dari kedua pasien ini kedua-
duanya didapatkan hasil bahwa sama-sama memiliki riwayat
bronchopneumonia dan ditemukan keluhan bahwa pasien An.M dan An.A
merasa sesak. Pada pasien An.M memiliki berat badan kurang dari normal
dengan BB 9 kg, ditemukan adanya retraksi dada, adanya batuk produktif,
suara nafas bronkovesikuler dengan suara tambahan ronchi dan whezing
dengan TTV : nadi: 82 x/m, suhu: 38°c, pernafasan: 40 x/m. Pada pasien
An.A memiliki berat badan 13 kg, ditemukan adanya batuk produktif, suara
nafas bronkovesikuler dengan suara tambahan ronchi dan whezing dengan
TTV : nadi: 110 x/m, suhu:37,8°c, pernafasan: 36 x/m. Yang membedakan
dikedua pasien adalah pada berat badan yang tidak sama, pasien An.M umur
5 tahun dengan berat badan 9 kg sedangkan pada An.A umur 1,6 tahun
dengan berat badan 13 kg.
2. Diagnosa keperawatan Berdasarkan pengkajian dan berdasarkan teori yang
ada itu tidak di temukan ada perbedaan. Berdasarkan data pada pasien An.M
ditemukan tiga diagnosa yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kekurangan oksigen, bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang dan
anoreksia. Dan berdasarkan data pada pasien An.A ditemukan dua diagnosa
yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan oksigen
dan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi. Pada
diagnosa keperawatan peneliti hanya berfokus pada kebutuhan oksigen pada
pasien dengan diagnosa yang muncul adalah gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kekurangan oksigen dan bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan inflamasi.
3. Intervensi keperawatan
Adapun intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien An.M dan An.A
sesuai masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan
oksigen yaitu kaji pola nafas pasien, berikan posisi semi fowler, monitor TTV,
kolaborasi pemberian oksigen sesuai dengan keadaan pasien dan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas yaitu kaji bunyi pernafasan, berikan cairan IV, kolaborasi
pemberian therapi obat antibiotik, kolaborasi pemberian nebulizer Nacl 0,9%
pada pasien An.M dan Nacl 0,9% + obat ventolin 1 tube pada pasien An.A
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada kedua pasien dikaji tanggal 13 Agustus
2018 untuk pasien An.M dan tanggal 14 Agustus 2018 untuk pasien An.A.
ada beberapa tindakan yang diberikan tetapi peneliti hanya berfokus pada
pemberian oksigen melalui kanul nasal dan sungkup/masker, pemberian
terapi nebulizer dengan menggunakan Nacl 0,9% dan Nacl 0,9% + obat
ventolin 1 tube.didapatkan hasil data objektif pasien sama-sama terpasang
oksigen tetapi pada pasien An.M diberikan 1 liter/m melalui kanul nasal dan
pada pasien An.A diberikan 2 liter/m melalui sungkup/masker, pemberian
terapi nebulizer pada pasien An.M menggunakan Nacl 0,9% dan pada pasien
An.A menggunakan Nacl 0,9% + venolin 1 tube. Pemberian dilakukan setelah
di kaji.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari pada kedua pasien didapatkan hasil
dengan masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan
oksigen pada pasien An.M belum teratasi dan pada pasien An.A sudah
teratasi, hal tersebut dikarenakan pasien An.M dengan status gizi yang
kurang atau berat badannya kurang dari normal sehingga membuat tubuhnya
melemah, sehingga membutuhkan banyak pasokan udara (oksigen) untuk
tubuhnya sedangkan pada pasien An.A cepat teratasi karna status gizinya
baik. Karena status gizi seseorang beepengaruh pada pola pernafasan
seseorang. Tidak ada perbedaan antara pemberian oksigen dengan
menggunakan kanul nasal dan masker , kalau pun ada kanul nasal memang
sangat efektif karena kanul nasal langsung masuk ke dalam rongga hidung
sehingga secara terus-menerus nasofaring dan orofaring akan terisi penuh
dengan oksigen dan oksigen akan terhisap oleh paru-paru pada inspirasi
yang biasa. Sedangkan pada sungkup atau masker membutuhkan kosentrasi
yang lebih tinggi dari kanul nasal jika di pergunakan, bila oksigen yang
diberikan tidak sesuai dengan batas kosentrasi pada pemberian oksigen
dengan menggunakan masker maka oksigen yang diberikan akan lama
masuk ke dalam rongga hidung sehingga oksigen akan lama terhirup oleh
paru-paru. Tetapi semua tergantung juga pada saturasi oksigen dalam darah
masing-masing orang dan kebutuhan oksigennya.
Kemudian masalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan nafas pada pasien An. M teratasi dan pada
pasien An.A belum teratasi. Hal tersebut terjadi karena pasien An.M tidak
terlalu banyak lendir dalam paru-paru yang menghabat jalan nafas
sedangkan pada pasien An.A memiliki banyak lendir sehingga pada saat
diberikan terapi nebulizer diberikan penambah obat yang nantinya akan
menjadi partikelpartikel yang lebih kecil agar lebih efektif dalam mngencerkan
dahak. Tergantung juga pada jumlah lendir atau sekret yang ada dalam paru-
paru dan yang menghambat jalan nafas.
C. Keterbatasan studi kasus
1. Pada pasien An.M hambatan yang dialami peneliti adalah pada saat
diberikan tindakan pasien menolak dengan cara menagis dan menggerakan
badannya atau mengeraskan badannya, karena pasien An.M tidak bisa
berbicara dan saat di lakukan pengukuran nadi sulit teraba dikarenakan berat
badan yang kurang dari normal membuat tubuhnya sangat kecil dan sulit
untuk bergerak dan juga membuat badannya kaku saat digerakan
2. Pada pasien An.A hambatan yang dialami peneliti adalah pada saat diberikan
tindakan An.A menangis dan mengamuk karena tidak mau diberikan
tindakan, dan juga hambat berbicara dengan orang tuanya yang hanya bisa
mengerti bahasa isyarat sehingga harus menunggu neneknya datang untuk
dapat berkomunikasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigen Pada Anak dengan Bronkopneumonia di RSUD Labuang
Baji Makassar maka dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada anak dengan bronkopneumonia dengan masalah yang muncul
adalah gangguan pertukaran gas tidak ada kaitannya atau perbedaan saat
pemberian oksigen dengan mengunakan kanul nasal dan masker/sungkup
semua tergantung pada status gizinya seseorang, saturasi oksigen dalam darah
dan juga kebutuhan oksigen bagi tubuhnya. Dan juga dengan masalah yang
muncul yaitu bersihan jalan nafas tidak efekif tidak ada perbedaannya jika di
bandingkan dengan pemberian terapi nebulizer dengan menggunakan Nacl 0,9%
dan Nacl 0,9% + obat ventolin 1 tube karena Nacl 0,9% maupun obat yang lain
yang sama jenisnya, tetap obat tersebut akan dirubah sama-sama menjadi
partikel yang lebih kecil atau halus agar mudah dihirup masuk ke dalam paru-
paru. Tergantung juga pada jumlah lendir atau secret yang ada dalam paru-paru
dan yang menghambat jalan nafas.
B. Saran
1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang pemenuhan
kebutuhan oksigen pada anak dengan bronkopneumonia.
2. Bagi Tempat Penelitian
Untuk memberikan masukan bagi pihak Rumah Sakit agar dapat
meningkatkan lagi penyuluhan tentang bronkopneumonia pada anak-anak.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Agar penelitian ini dapat dikaji ulang dengan metode penelitian lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2017. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak Edisi
2. Jakarta Selatan: Salemba Medika
Ambrawati, R, F. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Duo Satria Offset
Dewi, C, R., Oktiawati, A., & Saputri, D, L. 2015. Teori & Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha
Medika
Heriana, P. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang
Selatan: Binarupa Aksara
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan
Indonesia-2017.pdf
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan
Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Maryunani, A. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Bogor: In Media
Mendri, K, N., & Prayogi, S, A. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak
Sakit Dan Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Nurarif, H, N., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:
Mediaction Jogja
Ridha, N, H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Soetjiningsi, & Ranuh Gde, N, IG. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sulistyawati, A. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta Selatan:
Salemba Medika
Tarwoto, & Wartona. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
87
United Nations Children‟s Fund. 2017. Amoxicillin Adherence Aids
UNICEF work in partnership with WHO and other stakeholders to
accelerate child pneumonia mortality de-clines by advancing WHO
pre-qualification for the medicines used to treat pneumonia, including
amoxicillin dispersible tablet. Diakses dari
https://www.unicef.org/innovation/innovation_101491.html
United Nations Children‟s Fund. 2016. Pneumonia. Diakses dari
https://www.unicef.org/health/index_91917.html

Anda mungkin juga menyukai