Anda di halaman 1dari 26

1

ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI PUSKESMAS GONDANG NGANJUK

PROGAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STIKES HUSADA JOMBANG

TH. 2021/2022
2

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY. NY. “N” DENGAN BSYI BARU LAHIR ASFIKSIA SEDANG
Oleh

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang

MARHNIS ZULIANA

Telah disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ketua STIKES Husada Jombang Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Dra. Hj Soelijah Hadi,M.kes, MM Zeny Fatmawati, SST., MPH


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi “ pada By. Ny. “N”
dengan bsyi baru lahir asfiksia sedang
Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh tingginya angka kematian pada ibu. Dengan selesainya laporan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. ………….. Selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan masukan dan saran sehingga tulisan ini dapat
diselesaikan
2. Dra Hj Soelijah Hadi, M.Kes,MM, selaku Ketua STIKES Husada Jombang yang telah memberikan bimbingan, masukan
dan saran sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
3. Zeny Fatmawati,SST,M.PH, selaku Ka prodi Profesi Bidan yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran
sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
4. Gempi Tri Sumini .M.Kes sebagai dosen pembimbing klinik yang telah memberikan bimbingan masukan dan saran
sehingga tulisan ini dapat diselesaikan
5. NY. “ N “ dalam kesempatan ini sebagai pasien yang telah bersedia dilakukan pengkajian
6. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima setiap saran dan
kritik yang membangun. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca serta semua pihak yang membutuhkan.

Nganjuk, Desember 2021

MARHENIS ZULIANA

ii
4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….…ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….…………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang ……………………..……………………………………..………………………..….…….1


1.2 Tujuan ………………………………..………….……………………..……………………………..……..2
1.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….………………………………..……2
1.4 Sistematika Penulisan ……………………….………..……………………………………………….….... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….…………………………

2.1 Konsep Teori Asfiksia…………….…………………………………………………………….………….4


2.2 Konsep Manajemen Asfiksia….………………………..…………………………………………....…….4

BAB III TINJAUAN KASUS……………………………….…. ……………………………..………..………….12

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………..…………………………………………..………….19

BAB V PENUTUP …………………………………………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..…….……………………………….………...…21

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………………….22

iii
BAB 1
5

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
rangka peningkatan kualitas hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini kemudian
dituangkan dalam rumusan Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan komitmen global dan
nasional untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Salah satu tujuan SDGs adalah mengurangi
kematian anak yaitu dengan target menurunkan angka kematian anak di bawah lima tahun (balita). Balita
terutama bayi merupakan kelompok populasi yang sangat rentan dengan infeksi dan serangan penyakit
karena perkembangan organ dan sistem imunitas yang belum maksimal (Rahmawati dkk, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) (2007) setiap tahunnya ada 120 juta bayi yang lahir di
dunia. Secara global terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 7 hari
(perinatal), dan terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 28 hari (neonatal).
Dari 120 juta bayi yang dilahirkan, terdapat 3,6 juta bayi (3%) yang mengalami asfiksia, dan hampir 1 juta
bayi asfiksia (27,78%) yang meninggal (Marwiyah, 2016).
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1
tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi
yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 yaitu 34/1.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut SDKI tahun 2012 yaitu 32/1.000
kelahiran hidup, dengan demikian terjadi penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun
2007 ke 2012. AKB sekitar 56% terjadi pada periode sangat dini yaitu dimasa neonatal (Profil Kesehatan
Indonesia, 2017).
Angka kejadian asfiksia di Rumah Sakit rujukan Propinsi di Indonesia kematian karena asfiksia
sebesar 41,94%. Penyebab angka kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia intrapartum sebesar 21%5.
Asfiksia pada bayi baru lahir menyumbangkan 45% sebagai penyebab kematian bayi (Johariyah, 2017).
Pada tahun 2017 SDKI menunjukkan angka kematian neonatal sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup, AKB
24 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). Penyebab utama kematian bayi baru lahir
atau neonatal di Indonesia antara lain bayi prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25%, dan 23%
merupakan bayi baru lahir dengan asfiksia dan trauma.
Asfiksia pada bayi baru lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal
kehidupan (Johariyah, 2017). Asfiksia neonatorum adalah keadaan di mana bayi yang baru dilahirkan tidak
segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan
dan persalinan (Sofian, 2010). Dampak yang ditimbulkan dari asfiksia sangat banyak antara lain:
1
6

ensefalopati hipoksi iskemik, gagal ginjal akut, respirasi distress, gagal jantung, enterokolitis, necrotizing
entercolitis. Selain bisa menyebabkan kematian bayi, dampak jangka panjang yang dialami anak bisa
mengakibatkan kelainan neurologis dan retardasi mental (Novidaswati, 2014). Asfiksia neonatorum terjadi
ketika bayi tidak cukup menerima oksigen sebelumnya, selama atau setelah kelahiran. Faktor Faktor
keadaan bayi meliputi prematuritas (15%), BBLR (20%), kelainan kongenital (1-3%), ketuban bercampur
mekonium. Jenis persalinan (partus lama, sectio caesaria, vacum ekstraksi, forsep) meliputi partus lama
atau macet (2,8- 4,9%), persalinan dengan penyulit (letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum
ekstraksi, forsep) (3-4%), dan Ketuban Pecah Kini (KPD) (10-12%) (Gilang dkk, 2010).

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia secara
komprehensif
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1) Mengkaji data bayi dengan asfiksia
2) Mengidentifikasi diagnosa/masalah bayi dengan asfiksia
3) Mengantisipasi diagnosa/maasalah potensial bayi dengan asfiksia
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi dengan asfiksia
5) Membuat rencana asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia
6) Melaksanakan rencana asuhan pada bayi dengan asfiksia
7) Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan.

1.3. Teknik Pengumpulan Data


Asuhan kebidanan disusun dengan cara:
1.3.1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien untuk mengetahui ada keluhan/tidak.
1.3.2. Studi Dokumentasi
Semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun
tidak resmi.
1.3.3. Praktek Langsung
Dengan melakukan asuhan kebidanan secara langsung pada klien.
7

1.3.4. Studi Pustaka


Penulis mempelajari literatur yang ada guna mendukung terlaksananya asuhan dan
membandingkan antara teori dan praktek.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan (umum dan khusus)
1.3. Teknik Pengumpulan Data
1.4. Sistematika Penulisan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori Asfiksia
2.2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Asfiksia
BAB 3. TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.2. Identifikasi Diagnosa/Masalah
3.3. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5. Intervensi
3.6. Implementasi
3.7. Evaluasi
BAB 4. PEMBAHASAN
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Asfiksia

2.1.1 Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan Co2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Manuaba, 1998 : 319)
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. (Sarwono, 2002: 709).

2.1.2 Etiologi
a. Faktor Ibu
 Pre - eklamasi dan eklampsia
 Pendarahan abnormal (plasenta previa & soksio plasenta)
 Partus lama dan partus macet
 Demam selama persalinan
 Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC & HIV)
 Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolaps tali pusat
c. Faktor Bayi
 Bayi prematur (< 37 minggu)
 Persalinan dengan tindakan (rangsang, bayi kembar, distonsia bayi, ekstrasi vakum, forsep)
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(Depkes, 2007: 108)

2.1.3 Diagnosa
9

a. DJJ
 Meningkat 160 X/menit _ tingkat permulaan
 Jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur
 Jumlah penurunan dibawah 100 X/menit dan disertai tidak teratur
b. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pengeluaran mekonium dalam letak kepala menunjukan gawat janin. Karena terjadi perangsangan
nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan spinter ani terbuka.

2.1.4 Klasifikasi
a. Asfiksia berat (nilai apgar 0 – 3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pembarian O 2 terkendali. Karena selalu disertai
asidosis, maka perlu diberikan Natrikus Biokarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan dan
cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
b. Asfiksia ringan sedang (nilai apgar 4 - 6).
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai dapat bernapas normal kembali.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7 - 9).
d. Bayi normal dengan nilai apgar 10.
(Mochtar, Rustam, 1998: 428).
2.1.5 Patogenesi
a. Bila janin kekurangan O2 dan kadar Co2 bertamba, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus
sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O 2 ini terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari N. simpatikus. DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan menghilang.
b. KekuranganO2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam
asfiksia.
c. Janin akan mengadakan pernapasan intra uteri, dan bila kita periksa kemudian, terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru bronkus tersumbat dan terjadi atelektaksis, bila janin lahir
alveoli tidak berkembang.
(Sarwono, 2002: 320).

2.1.6 Penanganan
10

a. Penanganan Umum :
1) Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan napas.
2) Lakukan resusitusi BBL.
3) Gejalah pendarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat
direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
4) Kalau diduga pendarahan otak berikan vit. K 1 – 2 hari.
5) Berikan tranfusi dara via tali pusat atau glukosa.
(Mochtar, Rustam, 1999: 428)
b. Penanganan Awal
1) Jaga Bayi Tetap Hangat
 Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum.
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
 Pindahkan bayi keatas kain ketempat resusitasi.
2) Atur Posisi Bayi
 Baringakan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
 Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
3) Isap Lendir
Gunakan alat pengisap lendir De lee atau bola karet
 Pertama, isap lendir didalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung
 Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
 Bila menggunakan pengisap lendir De lee, jangan memasukkan ujung pengisap terlalu dalam
(lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam hidung) karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau bayi berhenti bernapas.
4) Keringkan dan Rangsang Bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya dengan sedikit tekanan.
Rangsangan ini dapat memulia pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
 Lakukan rangsangan taktis dengan beberapa cara dibawah ini:
 Menepuk atau menyentil telapak kaki.
 Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.

5) Atur Kembali Posisi dan Selimuti Bayi


11

 Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan)
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan
pernapasan bayi dapat diteruskan.
 Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (ekstensi)
6) Lakukan Penilaian Bayi
 Lakukan penilaian apakah bayi bermapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
(Depkes, 2007: 113)
c. Penanganan Lanjut Yaitu Vertilasi
1) Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2) Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati besaran dada bayi.
3) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik
4) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur?
(Depkes, 2007: 117)
2.1.7 Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan
resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan paa keadaan:
a. Resusiasi berhasil.
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.Perlu
pemantauan dan dukungan.
b. Resusitasi tida /kurang berhasil.
Bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapasatau bayi sudah bernapas tetapi
masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinyamakin memburuk.
c. Resusitasi gagal.
Setelah 20 menit diventilasi, bayi gagal bernapas.
(Depkes, 2007: 118)
2.1.8 Prognosis
Asfiksia livida lebih baik dari palida. Prognosis tergantung pada kekurangan O 2 dan luasnya
perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinanya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.
(Mochtar, Rustam, 1998: 429)

2.1.9 Gejala dan Tanda Asfiksia.


1) Tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
12

2) Warna kulit kebiruan.


3) Kejang.
4) Penurunan kesadaran.
(Depkes, 2007: 109)
2.1.10 Komplikasi.
1) Cacat mental
2) Pneumonia dan mugkin kematian.

2.2. Konsep Manajemen Asfiksia

2.2.1 Pengkajian (tanggal….jam….)

A. Data Subyektif

1. Biodata
Pada bayi baru lahir.
2. Keluhan Utama
 Tidak bernapas/bernapas megap-megap.
 Warna kulit biru.
 Kejang.
 Penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan keluarga
 Malaria
 Sifilis
 TBC
 HIV
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
 Usia kehamilan > 37 minggu.
 Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan).
 Persalinan dengan tindakan.
 Partus lama/partus macet.
 Demam selama persalinan.
 Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapsus tali pusat.
 Pre – eklamsi dan eklamsia.
13

 Bayi premature, kelainan bawaan


 Pendarahan abnormal.
 Air ketuban bercampur mekonium.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
KU : Lemah
AS :4–6
Suhu : < 36 Oc
Pernapasan : > 60 X/menit
Nadi : < 100 X/menit
Keaktifan : lemah
2. Pemeriksaan Khusus
Terdiri dari apgar score dan fisik
No Score Menit ke-1 Menit ke-5
1 Appearance 1 2
2 Pulse 1
3 Grimace -
4 Activity 1 2
5 Respiration 1 2
Jumlah 4 6
Pemeriksaan fisik untuk bayi asfiksia sedang:
Bibir : Cyanosis : Frekuansi jantung >100 X/menit
Gerakan cuping hidung : Ada : tonus otot kurang baik
Kulit : Warna kebiruan : refleks iritabilas tidak ada
Ektremitas : Lemah, warna kebiruan

Reflek untuk bayi asfiksia sedanga:


 Moro reflek : Belum ada
 Tonik neek reflek : Belum ada
 Palinos gepe reflek : Belum ada
 Rooting reflek : Belum ada
 Swallowing reflek : Belum ada
14

2.2.2. Identifikasi Diagnosa/Masalah


Dx : BBL dengan asfiksia sedang
Ds : - Bayi tidak bernafas/bernapas megap/megap
- Warna kulit kebiruan
- Kejang
- Penurunan kesadaran
Do: KU : Lemah
AS :4–6
S : < 36 Oc
Rr : > 60 X/menit
N : > 60 X/menit
Keaktifan : Lemah

2.2.3. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial


 Cacat mental
 Pneumonia
 Kematian

2.2.4. Idebtifikasi kebutuhan segera


 Lakukan penanganan 6 langkah awal
 Resusitasi
 Vertilasi

2.2.5. Intervensi
Dx : BBL dengan asfiksia sedang
Tujuan : - Asfiksia dapat teratasi
- Tidak terjadi komplikasi
K. H : KU : baik
AS : 7 -10
S : 36,5 – 37,5 Oc
RR : 30 – 60 X/menit
N : 120 – 160 X/menit
15

Appearance : Tubuh dan ekstremitas kemerahan


Pulse : lebih dari 100 X/menit
Grimase : Menangis
Activity : Gerakan aktif
Respiration : Menangis kecil
Rencana:
1) Jaga bayi tetap hangat/tempatkan bayi dalam runganan yang hangat.
R/ : Mencegah kehilangan panas melalui konduksi
2) Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R/ : Memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apneu, khusus adanya hipoksia
3) Isap lender
R/ : Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
4) Keringkan dan rangsang taktil
R/ : Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan
spontan
5) Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
R/ : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
6) Lakukan penilaian pada bayi
R/ : Mengetahui perkebangan dan komplikasi dini
7) Lakukan resusitasi bial belum berhenti
R/ : Mencegah terjadinya komplikasi
8) Lakukan vertilasi bila resusitasi belum berhenti
R/ : Untuk mencegah bayi mengalami pneumonia/ kematian.

2.2.6. Implementasi
Sesuai intervensi
2.2.7. Evaluasi
Menggunakan SOAP

BAB III
TINJAUAN KASUS
16

ASUHAN KEBIDANAN PADA


Bayi Baru Lahir Hari Ke 0 dengan ASFIKSIA SEDANG
di PUSKESMAS GONDANG

3.1 Pengkajian
(tanggal 15 -Desember-2021, jam 08.30. Wib)
3.1.1 Data Subyektif
Biodata
Bayi
Nama Bayi : Bayi. Ny “N”
Umur : 0 hari
Tgl/jam lahir : 15-12- 2021 / jam 08.20 Wib
Jenis Kelamin : Laki-laki
Orang Tua
Nama Ibu : Ny ‘N’ Nama Ayah : Tn ‘S’
Umur : 30 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : ….. Nganjuk

Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir tidak bernapas
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti:; TBC, AIDS,
Sifilis, penyakit menahun seperti; malaria, penyakit menurun seperti; DM.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Ibu mengatakan usia kehamilan 9 bulan, dan sering memeriksakan kehamilan di Bidan. Keluhan
selama hamil tidak ada, terapi didapat: Tablet Fe, Kalk, Vit. C. Imunisasi Tt : 5 kali
17

 Persalinan ditoling Bidan, lahir spontan, lama persalinan 9 jam (mulai 10.30 18.30), keadaan air
ketuban warna hijau bercampur mekonium, plasenta mengalami pengapuran, bayi lahir tidak
menangis, BB : 3200 gr, PB : 49 cm, Jk : Laki-laki dan ada lilitan tali pusat.

3.1.2 Data Obyektif


Pemeriksaan Umum
KU : Lemah
AS :4–6
Suhu : 36,3 0c
HR : 128X/menit
Pernapasan : 64X/menit
Keaktifan : Lemah
Pemeriksaan Khusus
a) Penilaian apgar score
No Kriteria Menit ke - 1 Menit ke - 5
1 Denyut Jantung 2 2
2 Usaha Bernapas 1 -
3 Tonus Otot - 1
4 Reflek - 1
5 Warna Kulit 1 2
Jumlah 4 6
b) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1. Rambut : Kotor, penuh lemak dan darah
2. Bentuk : Norma
3. UUB : Belum menutup
4. Caput Suksedaneum : Ada
5. Chepal Hematomo : Tidak ada
6. Perdarahan Intrakranial : Tidak ada
7. Lain-lain : Tidak ada
b. Mata
1. Bentuk : Simetris, normal
2. Kotoran : Tidak ada
18

3. Perdarahan : Tidak ada


4. Sklera : Tidak ikterus
5. Konjugtiva : Tidak anemis
c. Mulut
1. Bentuk : Normal
2. Palatum Mola : Ada, tidak terbelah
3. Palatum Durum : Ada, tidak terbelah
4. Saliva : Tidak hipersaliva
5. Gusi : Tidak berdarah
6. BIbir : Ada cyanosis
7. Lidah : Tidak ada bercak putih
d. Hidung
1. Bentuk : Normal
2. Mukosa : Ada
3. Gerakan Cuping Hidung : Ada
4. Sekresi : Tidak terbelah
e. Muka
1. Bentuk : Normal
2. Paralis Syaraf Facial : Tidak ada
3. Down Syndrome : Tidak ada
f. Telinga
1. Bentuk : Simetris
2. Daun Telinga : Lunak mudah membalik
3. Sekresi : Tidak ada
g. Leher
1. Ukuran : Normal
2. Gerakan : Baik
3. Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak ada
h. Dada
1. Bentuk : Simetris
2. Pernapasan : Lemah
3. Bronchi Tidak ada
4. Bunyi Jantung : Teratur
19

i. Perut
1. Kelainan : Tidak ada
2. Kembung & Muntah : Tidak ada
j. Tali Pusat
1. Kelainan : Tidak ada
2. Perdarahan : Tidak ad
k. Kulit
1. Warna : Biru
2. Lanuga : Tebal
3. Turgor : Baik, kembali dlm waktu < 2”
4. Verniks Kaseosa : Ada
5. Dedena : Tidak ada
6. Kelainan : Tidak ada
l. Punggung
Normal tidak ada kelainan
m. Ekstremitas
 Ekstremitas Atas
 Bentuk : Simetris ka/ki
 Gerakan : Kurang aktif
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Jumlah Jari : 10
 Warna : Kebiruan
 Ekstrimitas Bawah
 Bentuk : Simetris ka/ki
 Gerakan : Kurang aktif
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Jumlah Jari : 10
 Warna : Kebiruan
n. Genital
1. Skrotum : Ada
2. Testis : Belum turun
3. Penis : Ada
o. Anus : Berlubang
20

c). Antropometri
1.BB : 3200 gram
2.PB : 49 cm
3.LILA : 8 cm
4.LD : 30 cm
5.LIKA : 36 cm
d) Reflek
1.Moro Reflek : Belum ada
2.Tonik Neck Reflek : Belum ada
3.Palmos Gepe Reflek : Belum ada
4.Rooting Reflek : Belum ada
5.Sucking Reflek : Belum ada
6.Swallowing Reflek : Belum ada

3.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah


Dx : BBL dengan asfiksia sedang

3.3 Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial


 Potensial terjadi pneumonia dan mungkin kematian
 Potensial cacat mental

3.4 Identifikasi Kebuthan segera


 Melakukan HAIKAP dan Resusitasi
 Melakukan ventilasi

3.5 Intervensi
1. Jaga bayi tetap hangat/tempatkan bayi dalam ruangan yang hangat
R/: Mencegah kehilangan panas melalui konduksi
2. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R/: Memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnev Khususnya adanya hipoksia
3. Isap lender
R/: Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
21

4. Keringkan dan rangsang taktil


R/: Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya.
5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
R/: Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
6. Lakukan penilaian pada bayi
R/: Mengetahui perkembangan dan mencegah komplikasi dini
7. Lakukan resusitasi bila 6 langka awal belum berhasil
R/: Mencegah terjadinya komplikasi
8. Lakukan ventilasi bila tindakan resusitasi belum juga berhasil
R/: Mencegah bayi mengalami komplikasi lanjut sepert cacat mental, pneumonia & kematian
3.6 Implementasi
Tanggal : 15-12-2021, Jam 08.30 wib
1) Menjaga bayi tetap hangat dengan cara selimuti bayi dan diletakan pada ruangan yang hangat.
2) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan menganjal bahu menggunakan kain setingi
5 cm.
3) Mengisap lendir menggunakan De Lee.
4) Mengeringkan dan merangsang taktil menggunakan selimut dengan sedikit tekanan.
5) Mengatur kembali posisi kepala dan selimuti bayi dengan selimut yang bersih dan kering.
6) Melakukan penilaian pada bayi yaitu :
 Warna kulit merah.
 Denyut nadi teratur yaitu lebih dari 100 x/ menit.
 Reflek ada yaitu menangis kuat.
 Tonus otot gerakan aktif.
 Pernapasan normal: 30 – 60 x/ menit.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 15-12-2021, Jam 18.00 Wib.
Dx : BBL dengan asfiksia sedang.
S : Ibu mengatakan bayinya sudah bisa menangis kuat dan dapat bernapas
spontan.
O : Ku : baik
As :7
Kesadaran : Composmentis.
22

A : BBL Normal
P : - Lanjutkan perawatan tali pusat.
- Anjurkan ibu untuk memberikan Asi Eksklusif sampai bayi usia 6 bulan.
- Anjurkan ibu untuk menteki bayinya sehari minimal 8 kali.
- Anjari ibu untuk perawatan payudara dan senam nifas
- Anjurkan ibu untuk makan makanan yang mengandung gizi seimbang
23

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada teori kasus bayi dengan asfiksia sedang, diperoleh tanda-tanda seperti: Tidak bernapas atau
bernapas megap-megap, warna kulit kemerahan, kejang, dan penurunan kesadaran. Dengan nilai apgar
score 4 – 6. Penyebab terjadinya asfiksia dipengaruhi 3 faktor yaitu: Faktor Ibu, Faktor Tali Pusat, dan
Faktor Bayi. Penanganan yang dilakukan adalah HAIKAP dan RESUSITASI.
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan pada bayi Ny “N” dengan asfiksia sedang
ditemukan bahwa penyebab terjadinya asfiksia dipengaruhi adanya ketuban bercampur mekonium dan
lilitan tali pusat. Pada intervensi dan implementasi dilakukan HAIKAP. Pada evaluasi, setelah dilakukan
implementasi berupa Haikap, bayi dapat menangis kuat, warna kulit merah dan adanya peningkatan
kesadaran dan tidak tampak terjadi komplikasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa antara tinjauan teori dan kasus nyata pada bayi Ny “N” baru lahir
dengan asfiksia sedang ditemukan adanya kesenjangan yaitu pada intervensi, dijelaskan penanganan
asfiksia dengan 6 langka awal dan dilanjutkan dengan resusitusi dan ventilasi. Namun pada kasus ini
hanya dilaksanakan penanganan HAIKAP karena bayi sudah bisa bernapas spontan dan menangis kuat.
24

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada kasus bayi Ny “N” dengan asfiksia sedang, setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
diketahui penyebab utama terjadinya asfiksia adalah cairan ketuban bercampur mekonium dan adanya
lilitan tali pusat. Sehingga pada intervensi dan implementasi dilakukan tindakan HAIKAP dengan segera
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Setelah HAIKAP dilakukan bayi dapat menangis kuat, warna kulit
merah dan kesadaran meningkat.

5.2. Saran
5.2.1. Petugas
Diharapkan selalu siap melakukan resusitusi bayi pada setiap pertolongan persalinan
5.2.2. Orang Tua
 Mampu menjaga kehangatan tubuh bayi dengan dekapan
 Segera memberikan Asi kepada bayinya
5.2.3. Institusi
Mampu memberikan ketrampilan pentatalaksanaan BBL dengan asfiksia sesuai dengan mutu
standar pelayanan kesehatan
5.2.4. Mahasiswa
Diharapkan mampu menerapkan ilmu dan ketrampilan penanganan bayi dengan asfiksia.
25

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007. Jakarta. JNPK – KR.
Depkes. 2005. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Mansjoer, Arief. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jilid I. FKUI: Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Wiknojasastro, Hanifa dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBPSP.

,
26

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai