Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional merumuskan bahwa pembangunan nasional
bidang kesehatan bertujuan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan diselenggarakan oleh semua
komponen bangsa, baik pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat
secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya melalui prinsip prinsip
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, adil dan merata,
serta pengutamaan manfaat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang di berikan kepada masyarakat,
mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan dan pelaporan, yang
dituangkan dalam suatu sistem.Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
AKI dan AKB di Indonesia yang masih cukup tinggi membutuhkan pelayanan
kesehatan yang sesuai standar dan tenaga kesehatan yang memiliki muatan
pengetahuan,ketrampilan dan skill yang berkualitas. Dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan KIA - KB di UPTD Puskesmas Wilangan maka disusunlah buku
pedoman pelaksanaan KIA - KB yang menjadi acuan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien yang ada di UPTD Puskesmas Wilangan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan KIA
KB yang profesional dan bermutu di UPTD Puskesmas Wilangan
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan pemegang program KIA-KB dalam melaksanakan kegiatan
program
b. Agar pelaksanaan kegiatan program dapat terarah dan terukur sesuai SOP
yang telah ditentukan
c. Pencatatan dan Pelaporan bisa tertib administrasi
C. Sasaran Pedoman
1. Kegiatan Lintas Program
2. Kegiatan Lintas Sektor

1
3. Kegiatan di seluruh wilayah Kecamatan Wilangan
D. Ruang Lingkup
Pelayanan KIA/KB UPTD Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk
E. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa
preventif,diagnostik,terapeutik dan rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien.
6. Dokter atau dokter gigi adalah lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran
gigi didalam maupun diluar negri yang diakui oleh pemerintah republik
indonesi sesuai dengan peraturan perundangan.
7. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan
karakteristik yang dimiliki suatu produk.
8. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan
kesehatan dengan menggunakan sumber daya yag tersedia, wajar, efisien dan
efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma dan etika,
hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan medik dasar adalah tenaga
yang memiliki surat izin praktek /surat izin kerja, antara lain:
1. Dokter
2. Tenaga Bidan
3. Tenaga Perawat
4. Tenaga Administrasi
Tenaga baru harus melalui orietasi petugas.Tenaga kesehatan mengikuti seminar
dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Dalam upaya menurunkan AKI /AKB yang merupakan bagian dari kegiatan
KIA-KB perlu juga melibatkan sector terkait ,yaitu Camat, PKK, PPKB, TOMA,
Pendidikan, dan sektor lain yang terkait dengan kesepakatan peran masing –
masing.
Tabel 2.1Sumber Daya Manusia Puskesmas Wilangan
1 TENAGA KESEHATAN JUMLAH

2 Dokter Umum 2

3 Dokter Gigi 0

5 Perawat Gigi 1

6 Bidan 13

7 Asisten Apoteker 1

8 Kesehatan Masyarakat(S-1) 1

9 Sanitarian 1

10 Gizi 1

11 Analis Medis 1

TOTAL 21

Semua tenaga yang ada saling terkait dan berkoordinasi dalam pelaksanaan
kegiatan KIA - KB di puskesmas Wilangan sesuai dengan peran dan fungsinya
masing2.

3
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan penanggung jawab dan pelaksana program KIA-KB di wilayah
puskesmas Wilangan telah merata di semua pos pelayanan baik polindes maupun
pustu. Setiap petugas mempunyai kewenangan untuk melaksanakan kegiatan di
bidang yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Adapun uraian tugas setiap tenaga KIA-KB berdasarkan kualifikasinya adalah


sebagai berikut:

1. Menyusun rencana kerja pelayanan KIA-KB berdasarkan data program


2. Melaksanakan ANC (Ante Natal Care), INC (Intra Natal Care), PNC (Post
Natal Care), perawatan neonates, pelayanan KB, penyuluhan KIA-KB dan
koordinasi lintas program sesuai dengan prosedur/SOP
3. Melaksanakan asuhan kebidanan
4. Melaksanakan pelayanan kebidanan sesuai standar prosedur operasional,
SPM, Standar Pelayanan Publik (SPP)tata kerja dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh kepala puskesmas
5. Melakukan pencatatan pada rekam medik dengan baik,lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnose menurut ICD X
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan serta visualisasi data kegiatan KIA-KB
sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada kepala Puskesmas
7. Melaksanakan evaluasi kegiatan kebidanan dan melaporkan pelaksanaan
kegiatan kebidanan secara berkala kepada penanggung jawab.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

4
TABEL 2.2 Distribusi Tenaga Puskesmas Wilangan

NO NAMA JABATAN LOKASI


PENEMPATAN
1. dr. Yusman Effendi Kepala puskesmas Induk

2. dr. Erik Y Dokter Fungsional Induk

3. Marhenis Zuliana Bidan koordinator Induk

4. Sutiasih Koordinator KB Induk

5. Mujiati Koordinator MTBS Induk


dan imunisasi
6. Novi Kumala.D Bidan Induk

7. Arista Mardiani Bidan Induk

8. Nanik Karyati Bidan Pustu Ngudikan

9. Sri Widayati Bidan Polindes Mancon

10. Siti Mariana Bidan Polindes Ngadipiro

11. Atik Dwi Y Bidan Polindes Sukoharjo

12. Kasa Henita Bidan Pustu Sudimoroharjo

13. Sri Indari Bidan Pustu Sudimoroharjo

14. Kristiwidiati Bidan Polindes Wilangan

15. Cincin. S. B Bidan Induk

16. Anisca Fajar Ulum M Petugas Promkes Induk

17. Bachtiar Hudi.S Petugas Kesling Induk

18. Rika Okta Petugas Gizi Induk

19. Kristianingsih Petugas Laborat Induk

20. Ninggar Fitria Asisten Apoteker Induk

21. Purwanti Eko.S Perawat Gigi Induk

C. Jadwal Kegiatan
Setiap kegiatan KIA-KB memerlukan jadwal agar kegiatan dapat berjalan
dengan baik sehingga jika ada kendala dapat segera ditindak lanjuti. Berikut

5
adalah jadwal kegiatan yang diselenggarakan di KIA UPTD Puskesmas
Wilangan

Tabel 2.3

Jadwal Kegiatan UKM K IA-KB UPTD Puskesmas Wilangan

KEGIATAN Pelaksanaan Keterangan


Pelayanan kesehatan Ibudan Anak Senin-Sabtu Setiap hari
Pelayanan SDIDTK Senin dan Selasa 6x sebulan
Konseling Senen- Sabtu Setiap hari
Pelayanan KB IUD Sesuai jadwal Setiap hari
Kamis
Pelayanan KB Implan Sesuai jadwal Setiap hari
Selasa
Pelayanan KB Suntik, Pil, Kondom Senin- Sabtu Setiap hari

Kelas Ibu Hamil Sesuai jadwal 1x sebulan

Kunjungan Rumah Setiap Hari Sesuai


sasaran
Gerdaristi Sesuai jadwal 1x sebulan
Pelayanan persalinan normal Senin – Minggu Setiap hari
Pelayanan Imunisasi Selasa minggu 3 dan 4 2x sebulan
Pembinaan lin-prog Sesuai jadwal Setiap bulan
Pertemuan lin –sek Mar-Jun-Sep-Des Setiap
Tribulan

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Terlampir
B. Standar Fasilitas
Peralatan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), KB.
1. Set pemeriksaan Kesehatan Ibu
a. ½ Klem Korcher
b. Bak instrument dengan tutup
c. Baki logam tempat alat steril bertutup
d. Doppler
e. Gunting benang
f. Gunting verband
g. Korcher tang
h. Mangkok untuk larutan
i. Meja instrument / alat
j. Meja periksa ginekologi dan kursi pemeriksa
k. Palu reflex
l. Pen lancet
m. Pinset anatomi panjang
n. Pinset anatomi pendek
o. Pinset bedah
p. Silinder korentang steril
q. Sonde mulut
r. Spekulum vagina (cocor bebek) besar
s. Spekulum vagina (cocor bebek) kecil
t. Spekulum vagina (cocor bebek) sedang
u. Spekulum vagina (sims)
v. Sphygmomanometer dewasa
w. Stand lamp untuk tindakan
x. Stetoskop dewasa

7
y. Stetoskop Janis / fetoscope
z. Sudip lidah logam / spatula lidah logam panjang 12 cm
aa. Sudip lidah logam / spatula lidah logam panjang 16,5 cm
bb. Tampon tang
cc. Tempat tidur periksa
dd. Termometer dewasa
ee. Timbangan dewasa
ff. Torniket karet
2. Set Pemeriksaan Kesehatan Anak
a. Alat pengukur panjang bayi
b. Flowmeter anak (high flow)
c. Flowmeter neonatus (low flow)
d. Lampu periksa
e. Pengukur tinggi badan anak
f. Sphygmomanometer dan manset anak
g. Stetoskop pediatric
h. Termometer anak
i. Timbangan anak
j. Timbangan bayi
3. Set pelayanan KB
a. Baki logam tempat steril bertutup
b. Implant kit
c. IUD kit
4. Set imunisasi
a. Vaccine carrier
b. Vaccine refrigerator
5. Perlengkapan
a. Ari timer
b. Bantal
c. Celemek plastik
d. Duk bolong, sedang
e. Kasur
f. Kotak penyimpanan jarum bekas
g. Lemari alat
h. Lemari obat
i. Meteran (untuk mengukur tinggi fundus)
j. Perlak

8
k. Pispot
l. Pita pengukur LILA
m. Pompa payudara untuk ASI
n. Sarung bantal
o. Selimut
p. Seprei
q. Set tumbuh kembang anak
r. Sikat untuk membersihkan peralatan
s. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka
penutup
t. Tirai
u. Toples kapas / kasa steril
6. Meubelair
a. Kursi kerja
b. Lemari arsip
c. Meja tulis ½ biro

9
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan kesehatan Ibu Hamil
2. Pelayanan kesehatan Ibu nifas
3. Pelayanan KB
4. Pelayanan kesehatan bayi dan anak
5. Pemeriksaan IVA
6. Pelayanan Asuhan persalinan normal
B. METODE
Pelayanan KIA /KB/MTBS dilaksanakan secara terpadu
Prinsip pelayanan adalah :
1. Kontak pertama
2. Layanan bersifat pribadi
3. Pelayanan paripurna
4. Paradigma sehat
5. Pelayanan berkesinambungan
6. Berorientasi pada keluarga dan masyarakat family and community oriented,
memperhatikan hak dan kewajiban pasien, pendidikan pasien dan keluarga
sehingga pasien dan keluarga dan berperan aktif dalam pengambilan
keputusan tindakan kedokteran berdasarkan pengetahuan yang benar dan
ilmiah.
7. Pelayanan memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien.
C. Langkah Kegiatan
Kegiatan KIA KB dilaksanakan sesuai SOP
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun sedemikian rupa
sehingga memudahkan dokter mendapat informasi penting yang perlu diketahui
setiap pasien datang.
Pengkodean klasifikasi diagnosis perlu ditetapkan oleh manajemen
Jenis kegiatan:
Pelayanan kesehatan ibu
1. Penyuluhan ibu hamil
2. Kelas ibu hamil
3. Pemeriksaan ibu hamil

10
4. Kunjungan ibu hamil resiko tinggi
5. Deteksi dini ibu hamil resiko tinggi
6. Pendampingan ibu neonatal resiko tinggi
7. Penyelenggaraan Audit maternal neonatal
8. Pelayanan rujukan
9. Konseling remaja, pra nikah, kesehatan reproduksi
Kesehatan anak
1. Pelayanan kesehatan bayi dan balita deng
2. Deteksi tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra sekol
3. Pembinaan taman kanak-kanak dan anak pra sekolah
4. Pelayanan rujukan
Keluarga Berencana (KB)
1. Penyuluhan
2. Konseling
3. Pelayanan KB
4. Pelayanan rujukan
5. Pembinaan akseptor KB aktif
6. Pelayanan KIE

ALUR PELAYAN

Pendaftaran

Laboratorium Poli KIA/KB/MTBS Konseling

Farmasi Rujuk
Rawat inap

Pulang

11
Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
SISTEM DAN CARA RUJUKAN
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami
sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat
memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
1. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu
fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin
terjadi.Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat dua alasan
untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
a. Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
mendesak.
b. Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang
lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya
di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko
komplikasi.Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan
ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih
beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
a. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
b. Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
c. Persalinan sudah akan terjadi
d. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
e. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
2. PERENCANAAN RUJUKAN
a. Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena
rujukan harus medapatkan persetujuan dari ibu dan/atau keluarganya.
Tenaga kesehatan perlu memberikan kesempatan, apabila situasi

12
memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan ibu serta
keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:
1. Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan (penanganan pra
rujukan sesuai SOP)
2. Alasan untuk merujuk ibu
3. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
4. Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
5. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk
merujuk
6. Tujuan rujukan
7. Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
8. Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
9. Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan
kesehatan yang dituju
10. Perkiraan lamanya waktu perawatan
11. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen
kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
12. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan
modalitas transportasi lain
13. Pilihan akomodasi untuk keluarga
Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan
sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal
berikut ini:
1. Indikasi rujukan
2. Kondisi ibu dan janin
3. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan
dan cuaca menuju tujuan rujukan)
4. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
5. Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum
transportasi, sesuai SOP pra rujukan
3. PRINSIP MERUJUK
BAKSOKUDA ( Bidan ,Alat, Kendaraan, Surat, Obat, Keluarga, Uang, Darah).
Berikut adalah perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu:
a. Perlengkapan Umum
1) Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan)
2) Tandu (stretcher)
3) Stetoskop

13
4) Termometer
5) Baskom muntah
6) Lampu senter
7) Sfignomanometer (digital lebih baik)
8) Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
9) Infusion pump (tenaga baterai)
10) Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran)
11) Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus pascasalin
12) Lubrikan steril
13) Larutan antiseptik
b. Cairan dan Obat-obatan
1) 1000 ml D 5%
2) 1000 ml Ringer Laktat
3) 1000 ml NaCl 0,9% / Asering
4) Cairan koloid
5) Soluset atau buret
6) Plester
7) Torniket
8) Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
9) Butterfly (kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
10) Spuit dan jarum
11) Swab alkohol
12) MgSO4 1 g/ampul
13) Ca glukonas
14) Oksitosin 10 unit/ml
15) Ergometrin 0,2 mg/ml
16) 2 ampul diazepam 10 mg/ampul
17) Tablet nifedipin 10 mg
18) Lidokain 2%
19) Epinefrin
20) Sulfas atropin
21) Diazepam
22) Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang dirujuk
c. Perlengkapan persalinan steril
1) Sarung tangan steril/DTT
2) 1 buah gunting episiotomi
3) 1 buah gunting tali pusat

14
4) 1 buah pengisap lendir DeLee atau suction mekanis dengan kateter
berukuran 10 Fr
5) 2 buah klem tali pusat
6) Benang tali pusat steril/DTT
7) 2 buah kantong plastik
8) 6 buah kasa steril/DTT 4x4
9) 1 lembar duk steril/kain bersih
10) Selimut bayi (2 buah)
11) Selimut ibu
d. Perlengkapan resusitasi bayi
1) Self inflating bag dan sungkup oksigen untuk bayi, berukuran 0,1, dan
2
2) 3 buah ampul epinefrin 1:10.000 1 ml/ampul
3) Spuit 1 ml dan 2 ml
4) Jarum ukuran 20 dan 25
5) Pipa orogastrik
6) Gunting dan plester
7) Tabung oksigen kecil lengkap
e. Perlengkapan resusitasi dewasa
Pastikan tenaga kesehatan mampu menggunakan alat-alat di bawah ini:
1) Tabung oksigen lengkap
2) Self inflating bag dan sungkup oksigen
3) Suction dan kateter ukuran 14 Fr
f. Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu
harus disesuaikan dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan
rujukan. Berikut ini adalah contoh tampilan desain ambulans sederhana
yang dapat digunakan untuk merujuk ibu.

D. Rekam Medis KIA


A.IDENTITAS RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
Nama : HTHP :
Usia : TWP :
Nama Suami : Pendarahan pervaginam : + / -
Alamat : Keputihan : + / -
No.telp : Mual Muntah : + / -
Tahun menikah : Masalah dalam kehamilan :
ini
Agama : Pemakaian obat dan jamu : + / -
Suku : : Keluhan lainnya :

15
RIWAYAT KONTRASEPSI RIWAYAT MEDIS LAINNYA
Riwayat kontrasepsi terdahulu Penyakit jantung + / -
Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum Hipertensi + / -
kehamilan ini
RIWAYAT OBSTETRI LALU Diabetes mellitus + / -
Jumlah kehamilan Penyakit hati + / -
Jumlah Persalianan HIV + / -
Jumlah persalinan cukup bulan IMS + / -
Jumlah persalinan premature TB + / -
Jumlah anak hidup Alergi obat dan makanan + / -
Cara persalinan Penyakit ginjal kronik + / -
Jumlah keguguran Talasemia + / -
Jumlah aborsi Malaria + / -
Pendarahan pada + Asma + / -
kehamilan,persalinan dan nifas /
terdahulu -
Adanya hipertensi dalam + Epilepsi + / -
kehamilan /
-
Riwayat BB < 2,5 kg dan atau > 4 + Riwayat penyakit kejiwaan + / -
kg /
-
Riwayat kehamilan sungsang + Riwayat operasi + / -
/
-
Riwayat kehamilan ganda + Obat yang rutin dikonsumsi + / -
/
-
Riwayat pertumbuhan janin + Status imunisasi TT + / -
terhambat /
-
Riwayat penyakit dan kematian + Riwayat transfuse darah + / -
perinatal dan kematian janin /
-
Adanya masalah lain selama + Golongan Darah + / -
kehamilan,persalinan dan nifas /
terdahulu -
Durasi menyusui eksklusif Riwayat penyakit di keluarga + / -
DM,Gameli,dan kongnetal
Riwayat kecelakaan
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Usia saat ibu pertama menikah Kebiasaan merokok & alcohol + / -
Status perkawinan Aktifitas sehari2
Respon ibu dan keluarga ttg Pekerjaan pasangan
kehamilan
Jumlah yang membantu Pendidikan
Pengambil keputusan dlm keluarga Penghasilan
Pola makan,minum Kehidupan sexual
Sanitasi rumah,listri,air KDRT
Pilihan tempat melahirkan
Pilihan pemberian makanan bayi

16
PEMERIKSAAN FISIK / UMUM: (Kunjungan ke I / II / III / IV)

TD : T; HR : RR: BB: TB: LLA:


STATUS GENERALIS :
KEPALA : PARU :
MATA : PAYUDARA :
GIGI : ABDOMEN :
THYROID : TULANG :
BELAKANG
JANTUNG : EKSTREMITAS :
STATUS OBSTETRI :

INSPEKSI VULVO PERINEUM ; NORMAL : VARISES \; KONDILOMA :EDEMA :


HEMOROID ;LAINNYA
INSPEKULO KEL.BARTHOLIN KEL.SKENE URETHRA SERVIKS TANDA CAIRAN
INFEKSI
PALPASI TFU LEOPOLD I LEOPOLD LEOPOLD LEOPOLD
II III IV
PEMERIK SAAN PENUNJANG:
Darah rutin : Endemis: Indikasi Khusus
1.Hb :............................................................... 1. HIV :.............. 1. Urinalisis
2.Leukosit ......................................................... ...... 2. Hb Tstr III pada dugaan
3.Waktupembekuan:........................................ 2. Malaria :........ anemia:
4.Gol darah dan rhesus:................................... ..... 3. BTA
3. Hepatitis :...... 4. Sifilis
..... 5. Gula darah Puasa

USG :
1. Sebelum 15 minggu :usia gestasi:...........................,viabilitas janin,................,jumlah
janin...........kelainan,...................
2. 20 minggu :.anomali janin
3. Trimester ke tiga :perencanaan persalinan
IMUNISASI,SUPLEMEN,DAN KIE
1. Skrining status TT
2. Zat besi dan asam folat
3. Aspirin (sesuai indikasi)
4. Kalsium (sesuai indikasi )
5. KIE

IDENTIFIKASI KOMPLIKASI DAN RUJUKAN ( LINGKARI)


1. Kehamilan normal
2. Kehamllan dengan masalah khusus
3. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau
kerjasama penanganannya
4. Kehamilan dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan rujukan segera

E. Persetujuan dan Informasi Tindakan Kedokteran


1. Pemberian Informasi Kepada Pasien
Pemberian informasi kepada pasien adalah kewajiban pemberi layananan
dan merupakan hak dari pasien. 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan
kepada pasien:
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak
diobati

17
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya,
termasuk pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur
atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti
penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri,
rincian apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan,
termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang serius
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan
diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi, dan
perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk
pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan,
maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang
akan dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap
waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas
konsekuensi pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya
2. Komunikasi dan Konseling
Dalam berkomunikasi dengan ibu, tenaga kesehatan perlu memegang prinsip-
prinsip berikut ini:
a. Buat ibu merasa nyaman dan diterima dengan baik.
b. Bersikap ramah, senantiasa menghargai, dan tidak menghakimi.
c. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
d. Setiap kali hendak melakukan pemeriksaan atau prosedur/tindakan klinis,
minta persetujuan dari ibu dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

18
e. Rangkum informasi-informasi yang penting termasuk informasi
mengenai hasil pemeriksaan laboratorium rutin dan pengobatan.
f. Pastikan ibu mengerti tanda-tanda bahaya/kegawatdaruratan, instruksi
pengobatan, dan kapan ia harus kembali berobat atau memeriksakan diri.
Minta ibu mengulangi informasi tersebut, atau mendemonstrasikan
instruksi pengobatan.
g. Lakukan konseling, anamnesis, maupun pemeriksaan di ruang yang
pribadi dan tertutup dari pandangan orang lain.
h. Pastikan bahwa ketika berbicara mengenai hal yang sensitif/pribadi, tidak
ada orang lain yang dapat mendengar pembicaraan tersebut.
i. Minta persetujuan ibu sebelum berbicara dengan keluarganya.
j. Jangan membahas rahasia ibu dengan rekan kerja ataupun pihak lain.
k. Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan rapi serta
terjaga kerahasiaannya.
l. Batasi akses ke dokumen-dokumen yang memuat informasi terkait ibu
hanya kepada tenaga kesehatan yang berkepentingan.
Keterampilan Konseling
1. Komunikasi dua arah
Ketika tenaga kesehatan ingin agar sebuah informasi diterapkan oleh ibu
atau keluarganya, proses konseling dan komunikasi dua arah harus
berjalan.Misalnya, ketika menentukan di mana ibu harus bersalin dan
bagaimana ibu bisa mencapai fasilitas kesehatan tersebut.
2. Membina suasana yang baik
Tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dan suasana yang baik
dengan ibu misalnya dengan cara menemukan kesamaan-kesamaan
dengan ibu dalam hal usia, paritas, daerah asal, atau hal-hal kesukaan.
3. Mendengar dengan aktif
Ketika ibu berbicara, tenaga kesehatan perlu memperhatikan informasi
yang diberikan dan menunjukkan bahwa informasi tersebut sudah
dimengerti.Tanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan informasi
yang ibu berikan untuk mengklarifikasi pemahaman bersama.Ulangi
informasi yang ibu sampaikan dalam kalimat yang berbeda untuk
mengkonfirmasi dan rangkum butir-butir utama yang dihasilkan dari
percakapan.

19
4. Mengajukan pertanyaan
Dalam berkomunikasi, kita mengenal dua jenis pertanyaan:
a) Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai
untuk mendapatkan data riwayat kesehatan ibu, misalnya: “Berapa
usia Anda?” atau “Apakah Anda sudah menikah?”
b) Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi,
perasaan, sikap, pengetahuan, maupun kebutuhan ibu, misalnya
“Apa yang Anda rasakan setelah melahirkan?” atau “Ceritakanlah
mengenai persalinan terakhir Anda”
Hindari pertanyaan yang bersifat sugestif.
Contoh:
× SALAH: “Apakah suami Anda memukuli Anda?”
√ BENAR: “Bagaimana munculnya memar-memar ini?”

Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi dan memojokkan ibu.


Contoh:
× SALAH: “Mengapa Anda tidak segera datang kemari ketika Anda
tahu Anda hamil?”
√ BENAR: “Baik sekali Anda mau datang untuk memeriksakan
kehamilan Anda saat ini. Apakah ada alasan yang membuat Anda
tidak bisa datang sebelumnya?”
1) Memberikan informasi
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus mengetahui
sejauh mana ibu telah memahami informasi yang akan disampaikan
dan memberikan informasi baru yang sesuai dengan situasi ibu.
Contoh:
Bidan: Apakah Ibu sudah mengerti bagaimana Ibu harus merawat
diri selama kehamilan?
Bidan: Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis makanan
tertentu yang perlu Ibu konsumsi lebih banyak. Apa Ibu sudah tahu
makanan apa saja itu?
Ibu: Sayur, daging…
Bidan: Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga
buah, kacang-kacangan, ikan, telur, keju, dan susu. Ibu tahu mengapa
Ibu perlu mengkonsumsinya?
Ibu: Agar bayinya sehat

20
Bidan: Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan bayi
dan menjaga Ibu tetap sehat. Apakah ada lagi yang ingin ibu tanyakan
mengenai apa yang harus ibu makan selama hamil?
2) Fasilitasi
Penting diingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk
mengatasi masalahnya dengan solusi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan ibu.Bimbinglah ibu dan keluarganya untuk menganalisa
kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan yang mereka miliki dan
memutuskan sendiri pilihannya.
3. Persetujuan Tindakan
Persetujuan tertulis diperlukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
a. Bila tindakan terapetik bersifat kompleks atau menyangkut risiko atau
efek samping yang bermakna.
b. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi
c. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi
kedudukan kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial pasien
d. Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian

21
22
23
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk melaksanakan kegiatan pelayanan KIA KB


direncanakan dalam loka karya mini sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan.

BAB VI

24
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat


asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh
standar yaitu:
A. Hak pasien
B. Mendidik pasien dan keluarga
C. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
D. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
E. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
F. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
G. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
tindakan yang seharusnya diambil

A. Standar I. Hak pasien


Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
B. Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria:

25
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasiendalam asuhan pasien. Dengan pendidikan
tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
C. Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan,
rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
D. Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.

Kriteria:

26
1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan
faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi,
mutu pelayanan, keuangan.
3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi.
4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
E. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

27
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis
Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulaidilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar
disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

F. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien
Kriteria:
1. Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
2. Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.

28
3. Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
G. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait
dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

A. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
a. Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
b. Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di
hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan
identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat
tidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu
yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan
untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur

29
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,
seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas
pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi
tidak bisa digunakan untuk identifikasi.Kebijakan dan/atau prosedur juga
menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
puskesmas, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang
operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu
proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat
diidentifikasi.
c. Elemen Penilaian Sasaran I
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.
2. SASARAN II: PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
a. Standar SKP II
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
b. Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik,
lisan, atau tertulis.Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui
telepon.Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil
laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat
(atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil

30
pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah
akurat. Kebijakandan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan
bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back)
bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat
darurat di IGD atau ICU.
c. Elemen Penilaian Sasaran II
1) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2) Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara
3. SASARAN III: PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DI
WASPADAI
a. Standar SKP III
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
b. Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip
dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM,
atau Look Alike Soun Alike/LASA).
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien
adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium
klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih
pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi
dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak

31
diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan
gawat darurat.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi ataumengeliminasi
kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-
obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkanelektrolit konsentrat
dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Puskesmas secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar
obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di puskesmas.
Kebijakan dan/atau prosedurjuga mengidentifikasi area mana saja
yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar
operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.
c. Elemen Penilaian Sasaran III
1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2) Implementasi kebijakan dan prosedur.
3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan
4. SASARAN V: PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
a. Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
b. Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk
mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan.Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran
darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan
dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca

32
kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan
internasional.Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau
petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di puskesmas.
c. Elemen Penilaian Sasaran V
1) Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari
WHOPatient Safety).
2) Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang
terkaitpelayanan kesehatan.
5. SASARAN VI PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
a. Standar SKP VI
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risikopasien dari cedera karena jatuh.
b. Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi
pasien rawat inap.Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani,
pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, puskesmas perlu
mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
Program tersebut harus diterapkan puskesmas.
c. Elemen Penilaian Sasaran VI
1) Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap
risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di
puskesmas.

33
B. PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI
1. Pencegahan Infeksi
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan untuk
mencegah penularan penyakit dari atau kepada pasien di fasilitas kesehatan.
a. Menjaga kebersihan tangan
1) Jaga agar kuku jari-jari tangan tetap pendek.
2) Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air.
3) Selalu bersihkan tangan pada situasi-situasi berikut ini:
a) Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.
b) Sebelum memegang alat/instrumen invasif, baik ketika
mengenakan sarung tangan maupun tidak.
c) Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran
mukosa, kulit yang tidak intak, atau kasa penutup luka.
d) Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke
bagian tubuh lain dari pasien yang sama.
e) Setelah kontak dengan permukaan objek yang bersentuhan dengan
pasien (termasuk peralatan medis).
f) Setelah melepas sarung tangan (steril maupun non-steril).
4) Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan berbahan
dasar alkohol (alcohol-based handrub). Jika tangan tidak terlihat kotor
namun pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak tersedia,
cucilah tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
5) Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/cairan tubuh, atau
setelah menggunakan toilet, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir. Cuci tangan juga dianjurkan bila dicurigai ada paparan
terhadap patogen berspora, misalnya pada wabah Clostridium difficile.
Lakukan teknik mencuci tangan sesuai BAGAN 1 selama 40-60 detik.
6) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan, bersihkan
tangan dengan pembersih tangan berbahan dasar alkohol atau cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
7) Bila di fasilitas kesehatan tidak tersedia keran dengan air bersih
mengalir, letakkan ember berisi air bersih di tempat yang cukup tinggi
dan berikan keran di dasar ember sehingga air bisa mengalir keluar
untuk cuci tangan.

34
BAGAN 1.Langkah-langkah mencuci tangan degan air dan sabun

b. Mengenakan sarung tangan


1) Gunakan sarung tangan steril atau yang sudah didisinfeksi tingkat
tinggi (DTT) ketika melakukan prosedur bedah, menolong persalinan,
memotong tali pusat, menjahit luka episiotomi, dan menjahit robekan
perineum.
2) Gunakan sarung tangan steril yang panjang (sampai menutupi siku)
ketika melakukan plasenta manual atau kompresi bimanual interna.
3) Gunakan sarung tangan pemeriksaan (non-steril) untuk melakukan
pemeriksaan vagina, memasang infus, memberikan obat injeksi, dan
mengambil darah.

35
4) Gunakan sarung tangan rumah tangga saat:
a) Membersihkan alat dan tempat tidur
b) Mengelola bahan yang terkontaminasi, sampah dan limbah
c) Membersihkan darah dan cairan tubuh yang berceceran
c. Melindungi diri dari darah dan cairan tubuh
1) Gunakan sarung tangan sesuai petunjuk di atas.
2) Tutup semua bagian kulit yang tidak intak/utuh dengan bahan tahan
air.
3) Berhati-hati dalam mengelola sampah dan alat/benda tajam.
4) Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik atau bahan tahan air,
serta sepatu bot karet ketika menolong persalinan.
5) Lindungi mata dengan mengenakan kacamata atau perlengkapan lain.
6) Gunakan masker dan topi atau tutup kepala
d. Membuang sampah tajam dengan benar
1) Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak dapat
ditembus oleh jarum.
2) Pastikan semua jarum dan spuit digunakan hanya satu kali.
3) Jangan menutup kembali, membengkokkan, ataupun merusak jarum
yang telah digunakan.
4) Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke tempat
penampungan sampah tajam tanpa memberikannya ke orang lain.
5) Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh, tutup,
sumbat, atau plester wadah tersebut dengan rapat lalu bakar.
e. Membuang sampah dan limbah secara aman
1) Buang plasenta, darah, cairan tubuh, dan benda-benda yang
terkontaminasi ke wadah anti bocor.
2) Kubur atau bakar segera sampah padat yang terkontaminasi.
3) Buang limbah cair ke saluran khusus.
4) Cuci tangan, sarung tangan, dan tempat penampungan setelah
membuang sampah atau limbah yang infeksius.
f. Mengelola pakaian dan kain yang terkontaminasi
1) Petugas yang menangani linen harus menggunakan alat pelindung diri
berupa sarung tangan rumah tangga, sepatu tertutup kedap air, apron,
dan kacamata pelindung.
2) Kumpulkan dan pisahkan semua pakaian dan kain yang terkontaminasi
darah atau cairan tubuh di kantong plastik khusus.

36
3) Jangan pernah menyentuh benda-benda tersebut dengan tangan secara
langsung
4) Bilas darah maupun cairan tubuh lain dengan air sebelum mencucinya
dengan sabun.
g. Pemrosesan instrument
1) Untuk instrumen yang dipakai ulang, lakukan 3 langkah pokok yang
ada di BAGAN 2:
a) Dekontaminasi
b) Pencucian dan pembilasan
c) Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
*DTT adalah metode alternatif jika fasilitas sterilisasi tidak tersedia.
BAGAN 2.LANGKAH-LANGKAH PEMROSESAN INSTRUMEN

1. DEKONTAMINASI
Rendam instrumen bekas pakai di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.1.(lihat BAGAN 3)
DEKONTAMINASI

2. PENCUCIAN DAN PEMBILASAN


3. STERILISASI ATAU DTT
Cuci alat dengan menggunakan air, kemudian cuci lagi dengan
deterjen dan air bersih mengalir.

3.STERILISASI DAN DTT

Sterilisasi: Masukkan alat ke dalam otoklaf selama 20 menit (bila


tidak dibungkus) atau 30 menit (bila dibungkus) dalam tekanan 106
kPa dan suhu 1210C. Bila menggunakan metode panas kering,
lakukan steriliasi dengan oven selama 60 menit pada suhu 1700C
atau selama 120 menit pada suhu 1600C.
INGAT! Waktu paparan mulai dihitung ketika sterilisator
mencapai suhu yang diinginkan. Sisakan jarak 7,5 cm antara
bahan-bahan yang disterilisasi dan dinding mesin.
DTT: Rebus alat dalam panci tertutup (semua alat terendam 2,5 cm
di bawah permukaan air) selama 20 menit, terhitung sejak air
mendidih. Sebagai alternatif, rendam dalam larutan klorin 0,5% atau
glutaraldehid 2-4% selama 20 menit lalu bilas dengan air DTT dan

37
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap


kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat
timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja
yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang
ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko
dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat
pekerjaan.
A. Identifikasi Potensi Bahaya di Poli KIA/KB
Lokasi Potensi Jenis bahaya Masalah
Bahaya Kesehatan/kecelakaan kerja

KIA/KB  Kecelakaan  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


kerja medis

 Biologi  Mikroorganisme,virus,  Infeksi hepatitis, TBC,cacar


bakteri, dan lain-lain air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 Kimia  Merkuri, Klorin  Gangguan SSP, ginjal,


dermatitis

 Ergonomi  Posisi janggal  Musculoskeletal disorder

 Psikososial  Bekerja yang monoton  Stres kerja

1. Pengendalian risiko dengan upaya:


a. Promotif
1) Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kepada seluruh
petugas
2) Memasang leaflet, brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja
3) Melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani, rekreasi
b. Preventif
1) Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun, APD,
mengganti alat berbahaya, pengaturan shift kerja
2) Vaksinasi hepatitis

38
3) Deteksi dini, melalui medical check up, pemeriksaan pekerja sebelum
masuk kerja, pindah, pemeriksaan berkala pada pekerja, pemeriksaan
khusus pada petugas yang terpajan bahan berbahaya seperti petugas
lab. dan radiologi.
c. Kuratif
1) Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2) Penatalaksanaan kecelakaan akibat kerja
3) Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4) Melakukan rujukan kasus

39
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Bakuan Mutu
Mutu pelayanan medik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seorang pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan
pengetahuan terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat
(IOM, 1990).Pelayanan individual yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan
perorangan meliputi aspek pencegahan primer,pencegahan sekunder,pencegahan
tersier berupa rehabilitasi medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat
dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana
baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis
akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
No. Input Rincian Kegiatan Target
1. Sumber Daya SDM memiliki SIK 100 %
Manusia
SDM menerima pelatihan 20 jam
pelatihan
2. Alat Ketersediaan alat sesuai standard 90 %
3. Sarana Ketersediaan sarana sesuai standard 90 %
4. Kebijakan 1. Pola ketenagaan ada
2. Persyaratan kompetensi petugas Poli ada
3. Tentang penyusunan rencana layanan ada
medis.
4. Tentang layanan klinis yang menjamin ada
kesinambungan layanan
5. Tentang hak dan kewajiban pasien ada
yang didalamnya memuat hak untuk
menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.

40
6. Yang mewajibkan penulisan lengkap ada
dalam rekam medis: semua
pemeriksaan penunjang diagnostik
tindakan dan pengobatan yang
diberikan pada pasien dan kewajban
perawat dan petugas kesehatan
lainuntuk mengingatkan pada dokter
jika terjadi pengulangan yang tidak
perlu. Dalam SOP layanan klinis
memuat jika terjadi pengulangan
pemeriksaan penunjang diagnostik,
tindakan, atau pemberian obat, petugas
kesehatan wajib memberitahu kepada
dokter yang bersangkutan.
7. Tentang penggunaan dan pemberian ada
obat dan/atau cairan intravena
8. SK penyediaan obat-obat emergensi di ada
unit kerja. Daftar obat emergensi di
unit pelayanan
9. Kebijakan penanganan pasien berisiko ada
tinggi
10. Tentang jenis-jenis sedasi yang dapat ada
dilakukan di Puskesmas.
11. Tentang tenaga kesehatan yang ada
mempunyai kewenangan melakukan
sedasi
12. Kebijakan dan SOP penanganan ada
pasien berisiko tinggi
13. SK tentang kewajiban tenaga klinis
dalam peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien.
14. SK penanganan KTD, KTC, KPC,
KNC
15. SK tentang standar dan SOP layanan
klinis, bukti monitoring pelaksanaan
standar dan SOP, hasil monitoring dan
tindak lanjut
16. SK tentang penetapan dokumen
eksternal yang menjadi acuan dalam
penyusunan standar pelayanan klinis
17. SK tentang indikator mutu layanan
klinis
18. SK semua pihak yang terlibat dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan
klinis dan keselamatan pasien, dengan
uraian tugas berdasarkan peran dan
fungsi masing-masing dalam tim
19. Uraian tugas dan tanggung jawab
masing-masing anggota tim
20. SK tentang petugas yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaan kegiatan
yang direncanakan

41
21. SK tentang petugas yang berkewajiban
melakukan pemantauan pelaksanaan
kegiatan
22. SK dan SOP penyampai informasi
hasil peningkatan mutu layanan klinis
dan keselamatan pasien
Pedoman Pelayanan Klinis
Kalibrasi alat
5. Proses Pelayanan sesuai protap dan standar mutu
1. SOP pengkajian awal klinis CR 90 %
2. SOP pelayanan OBSTETRI, CR 90 %
3. SOP asuhan keperawatan
4. SOP pembentukan tim interprofesi bila CR 90 %
dibutuhkan (termasuk pelaksanaan
perawatan kesehatan masyarakat/home
care
5. SOP pendelegasian wewenang CR 90 %
6. SOP penyusunan rencana layanan CR 90 %
medis. SOP penyusunan rencana
layanan terpadu jika diperlukan
penanganan secara tim.
7. SOP layanan terpadu CR 90 %
8. SOP pemberian informasi tentang efek CR 90 %
samping dan risiko pengobatan
9. SOP pendidikan/penyuluhan pasien CR 90 %
10. SOP informed consent CR 90 %
11. SOP evaluasi informed consent, hasil CR 90 %
evaluasi, tindak lanjut
12. SOP rujukan CR 90 %
13. SOP persiapan pasien rujukan CR 90 %
14. SOP identifikasi dan penanganan CR 90 %
keluhan
15. SOP layanan klinis yang menjamin CR 90 %
kesinambungan layanan
16. SOP pemberian anestesi lokal dan CR 90 %
sedasi di Puskesmas
17. SOP tentang penolakan pasien untuk CR 90 %
menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan
18. SOP alternatif penanganan pasien CR 90 %
yang memerlukan rujukan tetapi tidak
mungkin dilakukan
19. SOP penyediaan obat-obat emergensi CR 90 %
di unit kerja. Daftar obat emergensi di
unit pelayanan
20. SOP penyimpanan obat emergensi di CR 90 %
unit pelayanan
21. SOP monitoring penyediaan obat CR 90 %
emergensi di unit kerja. Hasil
monitoring dan tindak lanjut.
22. SOP penanganan pasien berisiko CR 90 %
tinggi
23. SOP identifikasi dan penanganan CR 90 %
keluhan

42
24. SOP dan bukti pelaksanaan CR 90 %
pendidikan/penyuluhan pada pasien
25. SOP dan bukti pelaksanaan
pendidikan/penyuluhan pada pasien
26. SOP penanganan KTD, KTC, KPC,
KNC.
27. SOP tentang penyusunan indikator
klinis dan indikator perilaku pemberi
layanan klinis dan penilaiannya
28. SOP=SOP pelayanan klinis yang
menunjukkan adanya acuan referensi
yang jelas
29. SOP penyampai informasi hasil
peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien
6. Out put Kematian Ibu akibat 0%
pendarahan/Eklamsi,Pre Eklamsi dan
Infeksi
7. Out come Kepuasan pelanggan 90 %

43
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas Wilangan
dalam melaksanakan pelayanan medik Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keberhasilan
pelayanan medik berkaitan dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap standardan
prosedur yang telah ditetapkan.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Pelayanan Unit Kerja Ruangan KIA UPTD Puskesmas Wilangan Tahun
2016
2. Pedoman Pelayanan Unit Rawat Jalan Poli KIA/MTBS/KB Dinas Kesehatan
Kebupaten Bangka Tahun 2015.

45
LAMPIRAN

DENAH PUSKESMAS WILANGAN

        JALAN RAYA MADIUN   JALAN RAYA MADIUN  

 
       
REL KERETA API

SAWAH
PARKIR PARKIR PARKIR AMBULAN
         
R PERTEMUAN RUANG JAGA
RUANG UGD
  UGD
                         
GUDANG KAMAR
  R. MTBS OBAT OBAT R ARSIP            
R PASCA
              PERSALINAN      
                     
R. KIA/KB             RUANG OPERASI  
    R TUNGGU      
REL KERETA API

           
POLI UMUM                  

SAWAH
    R KTU RUANG LOKET    
R INAP
              R INAP
POLI GIGI                
RUANG ARSIP
    R KEPALA            
    PUSKESMAS      
R INAP
R IMUNISASI, GIZI        
KESLING, PROMKES         GUDANG  
R
REL KERETA API

    ADMINISTRASI      
R TB PARU, KUSTA        
           
    R AKREDITASI    

SAWAH
R LABORATORIUM     TOILET / WC
           
    TOILET / WC
  MUSHOLA DAPUR  
           
   
SAWAH   SAWAH SAWAH SAWAH  

46
   

47
48

Anda mungkin juga menyukai