Disusun Oleh :
MARHENIS ZULIANA
No. Absen:17
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa,
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia
39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
2
Perdarahan postpartum bukanlah suatu diagnosis tetapi kejadian yang perlu
dicari penyebabnya. Misalnya, perdarahan postpartum karena atonia uteri, robekan
jalan lahir, sisa plasenta atau karena gangguan pembekuan darah. Sifat perdarahan
postpartum bisa banyak. Bergumpal-gumpal hingga menyebabkan syok, atau terus
merembes sedikit-sedikit tidak berhenti. (Sarwono, 2010)
Seringkali nyawa ibu tidak tertolong karena perdarahan diluar rumah sakit
atau keterlambatan rujukan.
3
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
A. NIFAS
1. Pengertian
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada
ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi
tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan
demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat
(Sulistyawati, 2009)
4
pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah,
dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan
involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,
serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari hari serta konseling KB
a. Involusi Uterus
5
pusat
2 minggu 350 gram Tidak teraba diatas
simpisis
6 minggu 50 gram Bertambah kecil
8 minggu 30 gram Sebesar normal
b. Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Dua sampai tiga hari post partum akan mengeluarkan
lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa–sisa
selaput ketuban, sel–sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium.
Pada hari ketiga sampai ketujuh akan mengeluarkan lokia sanguilenta
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir . Pada hari ketujuh samai hari
ke empat belas akan mengeluarkan lokia serosa berwarna kuning dan cairan
ini tidak berdarah lagi. Setelah 2 minggu akan mengeluarkan lokia alba
berupa cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel–sel
desidua (Saleha, 2009)
c. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm,
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput
janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan
parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
d. Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk
semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
6
e. Vagina dan Perinium
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk
semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
B. Perdarahan Postpartum
1. Pengertian
2. Faktor Resiko
7
e. Uterus yang terlalu tegang (gameli, hidramnion).
f. Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus.
g. Partus lama.
h. Grandemultipara.
i. Plasenta previa.
j. Persalinan dengan pacuan.
k. Riwayat perdarahan pasca persalinan.
3. Etiologi
a. Antonia Uteri
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi
serat – serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan
terlipatnya pembuluh – pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat
plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium dinamakan antonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab
utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum
kadang – kadang sama sekali tidak disangka antonia uteri sebagai
penyebabnya, namun adanya faktor presdiposisi dalam banyak hal harus
menimbulkan kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan gangguan
tersebut (Oxorn & Forte, 2010; h. 413).
b. Trauma dan laserasi
Perdarahan yang cukup banyak terjadi dari robekan yang dialami selama
proses melahirkan baik yang normal maupun dengan tindakan. Jalan lahir
harus diinspeksi sesudah tiap kelahiran selesai sehingga sumber perdarahan
dapat dikendalikan (Oxorn & Forte, 2010; h. 414).
c. Retensio Plasenta
Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan mengganggu
kontraksi, menyebabkan sinus – sinus darah tetap terbuka, dan
menimbulkan perdarahan postpartum. Begitu bagian plasenta terlepas dari
dinding uterus, perdarahan terjadi dari daerah itu. Bagian plasenta yang
8
masih melekat merintangi retraksi myometrium dan perdarahan berlangsung
terus sampai sisa organ tersebut terlepas serta dikeluarkan (Oxorn & Forte,
2010; h. 415).
d. Kelainan Perdarahan
Setiap penyakit hemorhogik (blood dyscrasias) dapat diderita oleh wanita
hamil dan kadang – kadang menyebabkan perdarahan
postpartum.Afibrinogen atau hipofibrinogen dapat terjadi setelah abruptio
plasenta, retensio janin – mati yang lama didalam rahim, dan pada emboli
cairan ketuban.
Salah satu teori etiologik mempostulasikan bahwa bahan thromboplastik
yang timbul dari degenerasi dan autolisis desidua serta plasenta dapat
memasuki sirkulasi maternal dan menimbulkan koagulasi intravaskuler serta
penurunan fibrinogen yang beredar.Keadaan tersebut, yaitu suatu kegagalan
pada mekanisme pembekuan, menyebabkan perdarahan yang tidak dapat
dihentikan dengan tindakan yang biasanya dipakai untuk mengendalikan
perdarahan (Oxon & Forte, 2010)
.
e. Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi. Perdarahan
yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta. Jika
pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka
harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri. Potongan – potongan plasenta
yang tertinggal tanpa diketahui biasanya menimbulkan perdarahan
postpartum lambat (Saleha, 2009).
1. Definisi
Sisa plasenta yang masih tertinggal disebut “sisa plasenta” atau plasenta
rest. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi
perdarahan sedikit yang berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak
mendadak setelah berhenti beberapa waktu, perasaan tidak nyaman di perut
bagian bawah (Manuaba, 2010).
9
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan
segera. Gejala yang kadang – kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang. Sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam uterus dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pada
dinding uterus mengakibatkan uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah
yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/terjepit dengan
sempurna (Maritalia, 2012)
2. Etiologi
10
d. Sewaktusuatubagiandariplasenta (satuataulebihlobus) tertinggal, maka uterus
tidakdapatberkontraksisecaraefektifdankeadaaninidapatmenimbulkanperdara
han.
Tetapimungkinsajapadabeberapakeadaantidakadaperdarahandengansisaplase
nta. Tertinggalnyasebagianplasenta (rest plasenta)
e. Keadaanumumlemah
f. Peningkatandenyutnadi
g. Tekanandarahmenurun
h. Pernafasancepat
i. Gangguankesadaran (Syok)
j. Pasienpusingdangelisah
4. Diagnosa
5. Penanganan
a. Pasang infus
b. Lakukan ekplorasi digital (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui alat kuretase, lakukan
evakuasi sisa plasenta denganAVM ataudilatasi dan kuretase.
c. Bila kadar Hb < 8 gr% beri tranfusi darah, bila kadar Hb > 8 gr% berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (Saifuddin, 2009).
d. Berikan terapi uterotonik
e. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
11
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap
pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium
uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. Untukitu, harusdilakukaneksplorasikedalamrahimdengancara manual/digital
ataukuretdanpemberianuterotonika. Anemia yang
ditimbulkansetelahperdarahandapatdiberi transfuse
darahsesuaidengankeperluannya(Prawirohardjo, 2010)
12
Ruang Lingkup Asuhan kebidanan dalam Permenkes 938 tahun 2007
1. Asuhan Kebidanan pada ibu Hamil
2. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin
3. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dan masa antara
4. Asuhan pada bayi
5. Asuhan pada anak balita sakit
6. Asuhan pada masa reproduksi
13
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan
bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta
fasilitas yang ada
STANDAR V : Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifandari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien.
Kriteria Evaluasi :
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasiakn pada klien dan keluarga
3. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien
14
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai
kaeadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan
Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan :
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang
tersedia (Rekam Medis/KMS/Status pasien/Buku KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segara, tindakan secara komprehensif: penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
DI PUSKESMAS WILANGAN,NGANJUK
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Ibu Suami
Nama Ny. A Tn. A
Umur 18 Tahun 20 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan Tidak bekerja Swasta
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat Wilangan
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah mengeluarkan darah banyak (2 pembalut penuh)
Ibu telah melahirkan 6 hari yg lalu ,melahirkan normal di RS
3. Riwayat pernikahan
Tidak di kaji
4. Riwayat menstruasi
Menarch umur 13 tahun, lama menstruasi 7 hari, siklus teratur setiap
bulan, tidak mengalami disminorea
HPHT : 20 – 01 - 2020
HPL : 27-10-2020
16
Riwayat Kontrasepsi
Tdk di kaji
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu yang lalu, Riwayat kesehatan sekarang,
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit, kronis, menular
maupun menurun
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terakhir
ANC : TM 1 : tidak pernah
TM 2 : 1x
TM 3 : 4x
Imunisasi TT : status T5
17
Mandi : ibu mandi 2x sehari, mengganti pembalut setiap kali sdh
penuh/basah
d. Pola aktivitas
Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan melakukan aktivitas
seperti mencuci, memasak, menyapu
e. Pola istirahat
Tidur siang : 1-2 jam
Tidur malam : 6-8 jam
8. Data Psikososial
a. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya
b. Selama nifas ibu tidak pernah pijat perut
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Sedang Kesadaran : komposmentis
TD : 90/60 MmHg TB : 156 cm
N : 100x/menit BB : tdk di timbang
R : 18x/menit
S : 37,60C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : agak pucat
Mata : konjungtiva agak pucat
Dada : puting susu menonjol,ASI sdh keluar
Abdomen : TFU ½ sympisis-pusat
genetalia : jahitan sudah kering, pembalut penuh darah
pengeluaran darah +350 estimasi total dengan saat di
rumah (tidak ada odema pada vulva)
Periksa dalam : serviks terbuka
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 10 gr%
Golongan darah :A
HbSag : NR
Rapid tes : NR
18
C. ANALISA
Ny.A usia 18 tahun P1001 dalam masa nifas 6 hari dengan sisa plasenta
19
15. Melakukan kolaborasi dengan sopir ambulan bila sewaktu waktu merujuk
pasien ke RS
20
BAB IV
PEMBAHASAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Ayu dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :
EGC.
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Oxorn, Harry dan Forte, Wiliam R. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Andi, YEM.
Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta : TIM.
Saifuddin A. B.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Sari,Y.R. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Patologi Ny.A P 1A0 dengan Retensio
Sisa Plasenta di RSUD dr. Moewardi di Surakarta. KTI. STIKES Kusuma
Husada. Surakarta
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan dan Ibu Bersalin. Jakarta: Medika
22