Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI

NY. A UMUR 18 TAHUN P1A0Ah1 6 HARI POSTPARTUM


DENGAN SISA PLASENTA
DI PUSKESMAS WILANGAN, NGANJUK

Disusun Oleh :
MARHENIS ZULIANA
No. Absen:17

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONALBIDAN JENJANG AHLI


ANGKATAN III TAHUN 2020
UPT LATKESMAS MURNAJATI LAWANG MALANG JAWA TIMUR

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa,
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia
39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan data SDKI, selama periode tahun 1991-2007 angka kematian


ibu mengalamipenurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000
kelahiranhidup.Namun pada SDKI 2012 angka kematian ibu kembali naik
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun AKI hasil SDKI tahun
1990 dan2012 tidakjauh berbeda, namun untuk mencapaitarget 102 pada tahun
2015 diperkirakan sulit tercapai. Angkatersebutjuga semakin jauh dari target
MDGs 2015sebesar102per 100.000 kelahiran hidup. (Riskesdas, 2013)

MenurutDinasKesehatanProvinsiJawaTimur pada tahun 2018, AKI Provinsi


Jawa Timur mencapai 91,45 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun
dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 91,92 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu dan bayi di kabupatenNganjukmengalami penurunan dari 17 dan 212
pada 2010, menjadi 7 dan 57 pada 2018.

Menurut Riskesdas 2013, penyebab terbesar kematian ibu selama tahun


2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus lama merupakan
penyumbang kematian ibu terendah. Sementara itu penyebab lain-lain juga
berperan cukup besar dalam menyebabkan kematian ibu. Yang dimaksud
dengan penyebab lain-lain adalah penyebab kematian ibu secaratidak langsung,
seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberkulosis atau penyakit lain
yang diderita ibu. Tingginya kematian ibu akibat penyebab lain-lain menuntut
peran besar rumah sakit dalam menangani penyebab tersebut.

2
Perdarahan postpartum bukanlah suatu diagnosis tetapi kejadian yang perlu
dicari penyebabnya. Misalnya, perdarahan postpartum karena atonia uteri, robekan
jalan lahir, sisa plasenta atau karena gangguan pembekuan darah. Sifat perdarahan
postpartum bisa banyak. Bergumpal-gumpal hingga menyebabkan syok, atau terus
merembes sedikit-sedikit tidak berhenti. (Sarwono, 2010)

Perdarahan khususnya perdarahan postpartum yang disebabkan retensio sisa


plasenta yaitu tertinggalnya sisa plasenta atau selaput plasenta yang mengakibatkan
perdarahan postpartum dini atau postpartum lambat yang biasanya terjadi pada 6-
10 hari masa nifas. Bila di USG terlihat adanya sisa plasenta tahap pertama akan
dilakukan eksplorasi jika serviks terbuka, dan akan di lakukan kuretase jika serviks
hanya bisa dilalui instrumen.Bidan dapat berkolaborasi dengan dokter jika
dilakukan kuretase. (Sarwono, 2010)

Seringkali nyawa ibu tidak tertolong karena perdarahan diluar rumah sakit
atau keterlambatan rujukan.

3
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

A. NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir


ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saefuddin, 2009)

Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karena merupakan


masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematiaan masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama (Sarwono, 2010)

Di mulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta dan mencakup enam


minggu berikutnya(Pusdiknakes 2003)

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada
ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi
tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan
demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat
(Sulistyawati, 2009)

2. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Saleha (2009) adalah sebagai berikut :

a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai


dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya

4
pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah,
dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan
involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,
serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari hari serta konseling KB

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan


kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini
dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli
bilamana perlu, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan
ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan metode yang
sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan
hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).

4. Perubahan Fisiologis Alat Reproduksi pada Masa Nifas

a. Involusi Uterus

Selama masa nifas, alat-alat genetalia interna dan eksterna


berangsurangsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat-alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusio
(Saleha, 2009)

Tabel involusi uterus menurut Pudiastuti (2011)

Involusi Berat Uterus TFU


Bayi lahir 1000 gram Setinggi pusat
Uri lahir 750 gram 2 jari dibawah pusat
1 minggu 500 gram Pertengahan simpisis-

5
pusat
2 minggu 350 gram Tidak teraba diatas
simpisis
6 minggu 50 gram Bertambah kecil
8 minggu 30 gram Sebesar normal

b. Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Dua sampai tiga hari post partum akan mengeluarkan
lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa–sisa
selaput ketuban, sel–sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium.
Pada hari ketiga sampai ketujuh akan mengeluarkan lokia sanguilenta
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir . Pada hari ketujuh samai hari
ke empat belas akan mengeluarkan lokia serosa berwarna kuning dan cairan
ini tidak berdarah lagi. Setelah 2 minggu akan mengeluarkan lokia alba
berupa cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel–sel
desidua (Saleha, 2009)
c. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm,
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput
janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan
parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
d. Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk
semacam cincin (Sulistyawati, 2009).

6
e. Vagina dan Perinium
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk
semacam cincin (Sulistyawati, 2009).

B. Perdarahan Postpartum

1. Pengertian

Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencakup semua


perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi : sebelum, selama dan sesudah
keluarnya plasenta. Menurut definisi, hilangnya darah lebih dari 500 ml selama
24 jam pertama merupakan perdarahan pospartum. Setelah 24 jam, keadaan ini
dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late postpartum hemorrhage.
Insidensi perdarahan postpartum sekitar 10% (Oxom dan Forte, 2010)

Berdasarkan saat terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi


perdarahan postpartum primer, yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya
disebabkan oleh antonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian
plasenta. Dalam kasus yang jarang, bisa karena inversio uteri. Perdarahan
postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh
karena sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010)

2. Faktor Resiko

Menurut Nugroho, 2012 faktor resiko perdarahan postpartum adalah sebagai


berikut :

a. Penggunaan obat-obatan (anastesi umum, magnesium sulfat).


b. Partus presipitatus.
c. Solusio plasenta.
d. Persalinan traumatis.

7
e. Uterus yang terlalu tegang (gameli, hidramnion).
f. Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus.
g. Partus lama.
h. Grandemultipara.
i. Plasenta previa.
j. Persalinan dengan pacuan.
k. Riwayat perdarahan pasca persalinan.

3. Etiologi

Sebab – sebab perdarahan postpartum dibagi menjadi empat kelompok


utama :

a. Antonia Uteri
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi
serat – serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan
terlipatnya pembuluh – pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat
plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium dinamakan antonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab
utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum
kadang – kadang sama sekali tidak disangka antonia uteri sebagai
penyebabnya, namun adanya faktor presdiposisi dalam banyak hal harus
menimbulkan kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan gangguan
tersebut (Oxorn & Forte, 2010; h. 413).
b. Trauma dan laserasi
Perdarahan yang cukup banyak terjadi dari robekan yang dialami selama
proses melahirkan baik yang normal maupun dengan tindakan. Jalan lahir
harus diinspeksi sesudah tiap kelahiran selesai sehingga sumber perdarahan
dapat dikendalikan (Oxorn & Forte, 2010; h. 414).
c. Retensio Plasenta
Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan mengganggu
kontraksi, menyebabkan sinus – sinus darah tetap terbuka, dan
menimbulkan perdarahan postpartum. Begitu bagian plasenta terlepas dari
dinding uterus, perdarahan terjadi dari daerah itu. Bagian plasenta yang

8
masih melekat merintangi retraksi myometrium dan perdarahan berlangsung
terus sampai sisa organ tersebut terlepas serta dikeluarkan (Oxorn & Forte,
2010; h. 415).
d. Kelainan Perdarahan
Setiap penyakit hemorhogik (blood dyscrasias) dapat diderita oleh wanita
hamil dan kadang – kadang menyebabkan perdarahan
postpartum.Afibrinogen atau hipofibrinogen dapat terjadi setelah abruptio
plasenta, retensio janin – mati yang lama didalam rahim, dan pada emboli
cairan ketuban.
Salah satu teori etiologik mempostulasikan bahwa bahan thromboplastik
yang timbul dari degenerasi dan autolisis desidua serta plasenta dapat
memasuki sirkulasi maternal dan menimbulkan koagulasi intravaskuler serta
penurunan fibrinogen yang beredar.Keadaan tersebut, yaitu suatu kegagalan
pada mekanisme pembekuan, menyebabkan perdarahan yang tidak dapat
dihentikan dengan tindakan yang biasanya dipakai untuk mengendalikan
perdarahan (Oxon & Forte, 2010)
.
e. Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi. Perdarahan
yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta. Jika
pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka
harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri. Potongan – potongan plasenta
yang tertinggal tanpa diketahui biasanya menimbulkan perdarahan
postpartum lambat (Saleha, 2009).

C. Retensio Sisa Plasenta

1. Definisi

Sisa plasenta yang masih tertinggal disebut “sisa plasenta” atau plasenta
rest. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi
perdarahan sedikit yang berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak
mendadak setelah berhenti beberapa waktu, perasaan tidak nyaman di perut
bagian bawah (Manuaba, 2010).

9
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan
segera. Gejala yang kadang – kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang. Sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam uterus dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pada
dinding uterus mengakibatkan uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah
yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/terjepit dengan
sempurna (Maritalia, 2012)

2. Etiologi

Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun sekunder


adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, persalinan
yang dilakukan dengan tindakan, pertolongan kala uri sebelum waktunya,
pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa, persalinan
dengan narkoba (Rukiyah, 2010)

Selain itu penyebab lainnya adalah :

a. Pengeluaran plasenta tidak hati-hati


b. Salah pimpinan kala III : terlalu terburu - buru untuk mempercepat lahirnya
plasenta.
c. Abnormalitas plasenta abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan
penanaman plasenta dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepasan pla
senta.
d. Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan plasenta
secara fisiologis akibat gangguan dari retraksi sehingga dapatterjadi gangguan
retensi sisa plasenta

3. Tanda Gejala Retensio Sisa Plasenta

a. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap.


b. Terjadi perdarahan rembesan atau mengucur, saat kontraksi uterus keras,
darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada
pememriksaan inspekulo terdapat sisa plasenta.
c. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

10
d. Sewaktusuatubagiandariplasenta (satuataulebihlobus) tertinggal, maka uterus
tidakdapatberkontraksisecaraefektifdankeadaaninidapatmenimbulkanperdara
han.
Tetapimungkinsajapadabeberapakeadaantidakadaperdarahandengansisaplase
nta. Tertinggalnyasebagianplasenta (rest plasenta)
e. Keadaanumumlemah
f. Peningkatandenyutnadi
g. Tekanandarahmenurun
h. Pernafasancepat
i. Gangguankesadaran (Syok)
j. Pasienpusingdangelisah
4. Diagnosa

a. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan penemuan melakukan


kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan
perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi
ke tempat persalinan dengan keluhan perdarahan setelah 6-10 hari pulang ke
rumah dan sub involusi uterus. (Saifuddin, 2009)
b. Perdarahan berlangsung terus menerus atau berulang.
c. Pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih teraba lebih besar
d. Pada pemeriksaan dalam didapat uterus yang membesar, lunak, dan dari
ostium uteri keluar darah

5. Penanganan

a. Pasang infus
b. Lakukan ekplorasi digital (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui alat kuretase, lakukan
evakuasi sisa plasenta denganAVM ataudilatasi dan kuretase.
c. Bila kadar Hb < 8 gr% beri tranfusi darah, bila kadar Hb > 8 gr% berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (Saifuddin, 2009).
d. Berikan terapi uterotonik
e. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.

11
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri   berlangsung tidak lancar atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap
pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium
uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. Untukitu, harusdilakukaneksplorasikedalamrahimdengancara manual/digital
ataukuretdanpemberianuterotonika. Anemia yang
ditimbulkansetelahperdarahandapatdiberi transfuse
darahsesuaidengankeperluannya(Prawirohardjo, 2010)

D. KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN


 Judul asuhan kebidanan: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan
yang diberikan kepada klien. Judul asuhan kebidanan terdiri dari riwayat
obstetri dan diagnosa pemeriksaan klien (Varney, 2007).
 Hari/tanggal dan waktu pengkajian: indikator penaganan masalah pasien dapat
dilihat dari waktu pengkajian (Gondodiputro, 2007).
 Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal penerimaan
pasien dapat dijadikan indikator penanganan pasien (Gondodiputro, 2007).
 Nama petugas: nama petugas yang melakukan pengkajian perlu dituliskan
sebagai bukti tanggung gugat (Gondodiputro, 2007).

Standar Asuhan Kebidanan


Acuan proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan
sesuai dengan wewenang bidan dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan
Tujuan Standar Asuhan Kebidanan dalam Kepmenkes 938 tahun 2007
1. Adanya standar sebagai acuan dan landasan dalam melaksanakan
tindakan/kegiatan dalam lingkup tanggung jawab bidan
2. Mendukung terlaksananya Asuhan Kebidanan berkualitas
3. Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan
4. Perlindungan hukum bagi bidan dan klien/pasien

12
Ruang Lingkup Asuhan kebidanan dalam Permenkes 938 tahun 2007
1. Asuhan Kebidanan pada ibu Hamil
2. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin
3. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dan masa antara
4. Asuhan pada bayi
5. Asuhan pada anak balita sakit
6. Asuhan pada masa reproduksi

STANDAR I             : Pengkajian


Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria Pengkajian :
1. Data tepat, akurat dan lengkap
2. Data Subjektif
3. Data Objektif

STANDAR II            : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan


Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara
akurat dan logis untuk menegakan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan :
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.

STANDAR III           : Perencanaan


Bidan merencakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang
ditegakkan
Kriteria Perencanaan :
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi pasien;
tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif
2. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3. Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya klien/keluarga

13
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan
bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta
fasilitas yang ada

STANDAR IV          : Implentasi


Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efesien
dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.  Kriteria Implentasi :
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spritual-kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
keluarganya
3. Melaksanakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy klien/pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V : Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifandari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien.
Kriteria Evaluasi :
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasiakn pada klien dan keluarga
3. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien

14
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai
kaeadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan
Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan :
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang
tersedia (Rekam Medis/KMS/Status pasien/Buku KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segara, tindakan secara komprehensif: penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan.

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI

NY. A USIA 18 TAHUN P1A0AH1 6 HARI POSTPARTUM

DENGAN RETENSIO SISA PLASENTA

DI PUSKESMAS WILANGAN,NGANJUK

Hari/ Tanggal : Jumat / 30 Oktober 2020 jam: 06.00 WIB


Tempat pengkajian : Puskesmas Wilangan
Nama pengkaji : Marhenis Zuliana

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Ibu Suami
Nama Ny. A Tn. A
Umur 18 Tahun 20 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan Tidak bekerja Swasta
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat Wilangan

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah mengeluarkan darah banyak (2 pembalut penuh)
Ibu telah melahirkan 6 hari yg lalu ,melahirkan normal di RS
3. Riwayat pernikahan
Tidak di kaji
4. Riwayat menstruasi
Menarch umur 13 tahun, lama menstruasi 7 hari, siklus teratur setiap
bulan, tidak mengalami disminorea
HPHT : 20 – 01 - 2020
HPL : 27-10-2020

16
Riwayat Kontrasepsi

Tdk di kaji

5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu yang lalu, Riwayat kesehatan sekarang,
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit, kronis, menular
maupun menurun
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terakhir
ANC : TM 1 : tidak pernah
TM 2 : 1x
TM 3 : 4x
Imunisasi TT : status T5

Umur kehamilan : 39Minggu


Tanggal persalinan : 24 – 10 – 2020jam 10.15WIB di RS
Lama persalinan : kala 1: 8 jam
kala 2: 1 jam
kala 3: 10 mt
kala 4: 2 jam
Bayi lahir tanggal : 24 – 10 – 2020 jam 10.15 WIB
Keadaan bayi : hidup
Cara persalinan : spontan
Jenis kelamin : laki-laki
Apgar score : 7/7/8
BB / PB : 2900 gram / 49 cm
Plasenta : lahir lengkap
7. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : 2-3x / hari, jenis nasi, lauk
Minum : 5-6 gelas/hari, jenis air putih, teh
Keluhan : ibu tidak suka makan sayur,
Ibu tdk tarak
b. Eliminasi
BAB : 1x sehari
BAK : 3-4x sehari
Keluhan : tidak ada
c. Personal Hygiene

17
Mandi : ibu mandi 2x sehari, mengganti pembalut setiap kali sdh
penuh/basah

d. Pola aktivitas
Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan melakukan aktivitas
seperti mencuci, memasak, menyapu
e. Pola istirahat
Tidur siang : 1-2 jam
Tidur malam : 6-8 jam
8. Data Psikososial
a. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya
b. Selama nifas ibu tidak pernah pijat perut
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Sedang Kesadaran : komposmentis
TD : 90/60 MmHg TB : 156 cm
N : 100x/menit BB : tdk di timbang
R : 18x/menit
S : 37,60C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : agak pucat
Mata : konjungtiva agak pucat
Dada : puting susu menonjol,ASI sdh keluar
Abdomen : TFU ½ sympisis-pusat
genetalia : jahitan sudah kering, pembalut penuh darah
pengeluaran darah +350 estimasi total dengan saat di
rumah (tidak ada odema pada vulva)
Periksa dalam : serviks terbuka
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 10 gr%
Golongan darah :A

HbSag : NR
Rapid tes : NR

18
C. ANALISA
Ny.A usia 18 tahun P1001 dalam masa nifas 6 hari dengan sisa plasenta

D. PENATALAKSANAN Tanggal 30 – 10 -2020 jam 06.10 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami mengalami


perdarahan saat nifas dan menjelaskan fisiologis nifas kususnya darah yg
keluar sehingga perlu dilakukan perawatan dan tindakan yang lain
( eksplorasi )
2. Meminta persetujuan keluarga ibu (informconcent)
3. Kolaborasi dengan dokter dan bidan sejawat untuk penatalaksanaan let hpp
sisa plasenta
- pasang infus
- eksplorasi jaringan
- pemberian terapi
4. Kolaborasi dengan laborat untuk pemeriksaan darah – HB
Saat pasien baru datang dan setelah tindakan
HB awal ; 10 gr %
5. Memasang infus RL
6. Melakukan eksplorasi jaringan
7. Memberikan misoprostol per rektal
8. Melakukan injeksi oksitosin 10 iu secara IM untuk membantu kontraksi
uterus
9. Merapikan ibu
10. Melakukan pemantauan perdarahan , tanda- tanda vital dan kontraksi uterus
selama 2 jam.
11. Kolaborasi dengan Ahli gizi terkait dengan nutrisi ibu dan bayi
12. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
13. Dilakukan pemeriksaan HB ulang oleh laborat hasil :10 gr%
14. Memberikan terapi asam mefanamat 500 mg diminum 3x sehari dan
amoxilin 500 mg diminum 3x sehariserta diberikan tablet Fe 2 kali perhari.

19
15. Melakukan kolaborasi dengan sopir ambulan bila sewaktu waktu merujuk
pasien ke RS

D. EVALUASI Tanggal 30- 10 -2020 jam 06.30 WIB


1. Eksplorasi telah dilakukan, ada sisa plasenta yang tertinggal dan sudah
berhasil dikeluarkan.
2. KU ibu baik
(Pemeriksaan TTV : T ; 100/70 mmHg, N:88 x, S : 37 ͦ C, R : 20 x )
3. Misoprostol telah diberikan
4. Injeksi oksitosin sudah diberikan
5. Perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik
6. Ibu tampak lebih tenang dan ibu sudah makan dan minum .
7. Memastikan obat sdh di minum sesuai anjuran dokter

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Menurut Nugroho (2010) penatalaksanaan retensio sisa plasenta yaitu pertama


kali dilakukan perbaikan keadaan umum ibu dan melihat tanda-tanda syok. Perbaikan
keadaan umum ibu yaitu dilakukan pemasangan infus RL. Jika kadar Hb ibu kurang dari
9 gr% maka ibu dirujuk. Selain itu diberikan nutrisi per oral seperti makanan dan
minum.Pada penanganan selanjutnya menurut Buku Obgynacea (2009) jika serviks
terbuka maka ibu dapat dilakukan eksplorasi digital. Jika serviks hanya bisa di lewati
oleh instrumen, lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk dilakukan
kuretase

Penatalaksanaan retensio sisa plasenta yang dilakukan di Puskesmas sudah


sesuai dengan teori. Karena menurut pemeriksaan obstetri serviks terbuka maka ibu
dilakukan eksplorasi digital. Dalam melakukan eksplorasi, ditemukan sisa plasenta dan
selaput ketuban yang tertinggal serta gumpalan darah. Setelah dilakukan eksplorasi,
dilakukan evaluasi jumlah perdarahan dan kontraksi uterus. Hasilnya, berdarahan
berkurang dan kontraksi uterus baik dan keras.

Penanganan retensio sisa plasenta yaitu dengan memberikan terapi uterotonik


dan antibiotik yang adekuat. Jenis antibiotik yang biasa diberikan adalah golongan
pinisilin seperti amoxilin serta diberikan tablet Fe 600 mg/hari (Syaifudin, 2002)

Pemberian terapi di Puskesmas telah diberikan uterotonik yaitu injeksi oksitosin


secara IM. Ibu juga diberikan terapi obat antibiotik amoxilin 500 mg diminum 3x sehari
dan tablet Fe 2x1 perhari. Kemudian ibu juga diberikan terapi asam mefenamat untuk
mengurangi rasa sakit pada rahim yang telah dilakukan eksplorasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Ayu dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :
EGC.
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Oxorn, Harry dan Forte, Wiliam R. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Andi, YEM.
Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta : TIM.
Saifuddin A. B.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Sari,Y.R. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Patologi Ny.A P 1A0 dengan Retensio
Sisa Plasenta di RSUD dr. Moewardi di Surakarta. KTI. STIKES Kusuma
Husada. Surakarta
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan dan Ibu Bersalin. Jakarta: Medika

22

Anda mungkin juga menyukai