Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERDARAHAN POST PARTUM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

Bayu Setiawan NIM :21102251 Mala Hidayati NIM : 21102275


Devi Galuh Pertiwi NIM :21102253 Moh.Nuril Arifin NIM : 21102277
Didin Nurdiana NIM :21102254 Muh Lukman Hakim NIM :21102280
Eni Irawati NIM :21102259 Ristin Setyana NIM : 21102285
Futimatul Mahmudah NIM :21102261 Satya Darmawan NIM : 21102286
Gunawan Priyo NIM :21102263 Sri Winarsih NIM : 21102290
Herawati Agoestina NIM :21102266 Syaiful Bahri NIM : 21102290
NIM : 21102293
NIM : 21102263 NIM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


ALIH JENIS ANGKATAN 3
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2021-2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perdarahan postpartum merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kematian ibu di Indonesia. Perdarahan postpartum menyebabkan kematian sebanyak
25-30% di negara berkembang. Pada tahun 2013, perdarahan terutama perdarahan
postpartum menyebabkan kematian ibu sebesar 30,3% di Indonesia. Menurut (Carroli,
Cuesta, Abalos, & Gulmezoglu, 2008) perdarahan postpartum dapat didefinisikan
sebagai kehilangan darah dari saluran genital sebanyak 500 mL atau lebih dalam 24
jam pertama setelah melahirkan, sedangkan perdarahan postpartum berat dapat
didefinisikan sebagai perdarahan postpartum yang keluar dari saluran genital sebanyak
1000 mL atau lebih dalam 24 jam pertama setelah lahir (Moulana, Martadiansyah dan
Liberty, 2019).
Postpartum Haemorrhage (PPH) atau perdarahan postpartum adalah penyebab
utama kematian ibu, terhitung sekitar 35% dari semua kematian ibu. Kematian ini
memiliki dampak besar pada kehidupan dan kesehatan keluarga yang terkena dampak.
Rentnag tahun 1990 dan 2010, terjadi penurunan global dalam kematian ibu dan Angka
Kematian Ibu (AKI) dari 543.000 dan 400 per 100.000 kelahiran hidup masing-masing
menjadi 287.000 dan 210 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, negara berkembang
terus mengalami angka kematian ibu yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara
maju.
Pada tahun 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) di negara berkembang adalah 240
per 100.000 kelahiran hidup (284.000 kematian ibu) dibandingkan dengan 16 (2.200
kematian ibu) di negara maju. Tiga puluh lima negara telah diidentifikasi membuat
kemajuan yang tidak memadai atau tidak sama sekali dalam mencapai Tujuan
Pembangunan Milenium Kelima atau Fifth Millenium Development Goals (MDG5),
yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu global sebesar 75% dari tahun
2000 hingga 2015.
Setiap tahun sekitar 14 juta wanita di seluruh dunia menderita Postpartum
Haemorrhage (PPH). Angka kematian ibu akibat perdarahan adalah 1 dalam 1.000
kelahiran di negara berkembang (10 per 100.000 kelahiran hidup). Sebagian besar
kematian (sekitar 99%) yang disebabkan Postpartum Haemorrhage (PPH) terjadi di
negara-negara berkembang dan menengah dibandingkan dengan hanya 1% di negara-
negara industri. Namun, penelitian terbaru menunjukkan peningkatan kejadian
Postpartum Haemorrhage (PPH) di negara maju juga. Oleh karena itu, untuk
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan mencapai Fifth Millenium Development
Goals (MDG5), penting untuk mencapai pengurangan besar dalam kejadian
Postpartum Haemorrhage (PPH).
Di negara maju, Postpartum Haemorrhage (PPH) adalah kondisi yang sebagian
besar dapat dicegah dan dikelola. Di negara berkembang, kematian akibat Postpartum
Haemorrhage (PPH) tetap tinggi dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa
Postpartum Haemorrhage (PPH) menyebabkan hingga 60 persen dari semua kematian
ibu. Misalnya, Postpartum Haemorrhage (PPH) menyumbang 59 persen dari kematian
ibu di Burkina Faso, 53 persen di Filipina, dan 43 persen di Indonesia. Postpartum
Haemorrhage (PPH) juga menyebabkan penderitaan yang cukup besar bagi perempuan
dan keluarga mereka dan menempatkan beban berat pada sistem kesehatan nasional.
Menanggapi kebutuhan mendesak untuk memberikan panduan berbasis bukti tentang
masalah ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat menyelenggarakan konsultasi
teknis tentang Pencegahan Perdarahan Pascapersalinan di Jenewa pada 18-20 Oktober
2006 yang merupakan sebuah panel internasional meninjau bukti dan memberikan
jawaban atas pertanyaan kunci terkait pencegahan.
World Health Organization (WHO) dan badan profesional merekomendasikan
manajemen aktif kala tiga persalinan (AMTSL) untuk semua kelahiran pervaginam
untuk mencegah Postpartum Haemorrhage (PPH). Ini melibatkan pemberian
profilaksis obat-obatan uterotonika sebelum melahirkan plasenta di samping intervensi
non farmakologis lainnya, seperti penjepitan tali pusat yang terlambat dan traksi tali
pusat yang terkontrol dari tali pusat (dalam pengaturan di mana penolong persalinan
yang terampil tersedia). Meskipun AMTSL mengurangi kehilangan darah
pascapersalinan, sekitar 3% hingga 16,5% wanita masih akan terus mengalami
Postpartum Haemorrhage (PPH) dan akan memerlukan pengobatan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Post Partum
2.1.1 Pengertian
Post partum atau masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selam kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium
disebut puerpura. Nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas
(puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. Batasan waktu
nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam
batas waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batas maksimumnya
adalah 40 hari.
2.1.2 Tahapan
Terdapat tiga tahapan dari puerperium, antara lain :
1. Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolekan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Pueperium intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-89 minggu
3. Remote puererium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil
2.1.3 Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis maternal pada periode pascapartum adalah sebagai
berikut:
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
1) Involusi Uterus
Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil dan setelah
melahirkan. Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali
berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 g 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 g (11-12 ons) 2 minggu setelah
lahir.Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul
sejati lagi.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir Selama 1 sampai 2 jam pertama pasca partus intensitas
kontraksi uterus bisa menjadi tidak teratur.
3) Afterpain
Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan
bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal masa
puerperium.
4) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vascular
dan thrombosis menurunkan tempat Segera setelah plasenta dan
ketuban dikeluarkan, konstriksi vascular dan thrombosis menurunkan
tempat
5) Lokia
Lokia serosa terjadi setelah 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini
menjadi warna kuning sampai putih. Lokia alba bisa beratahan selama
dua sampai enam minggu setelah bayi lahir
b. Serviks
Serviks menjadi lunak setekah ibu melahirkan
c. Vagina
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukos
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan
kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu
setelah bayi lahir.
d. Otot panggul
Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu
melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus
semula
2. Abdomen
Setlah melahirkan, apabila wanita berdiri dihari pertama maka abdomennya
akan menonjol dan tampak sam aseperti pada saat hamil. Diperlukan sekitar 6
minggu untuk dinding abdomen kembali kekeadaan sebelum hamil.
3. Payudara
a. Ibu tidak menyusui : payudara biasanya teraba nodular. Nodularitasnya
bersifat bilateral dan difus.
b. Ibu yang menyusui : ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa
(benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari
2.1.4 Proses Adaptasi Psikologi Ibu
Dalam menjalani adaptasi setelah kelahiran, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut
a. Fase Taking In / ketergantungan.
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan
b. Fase Taking Hold / ketergantungan tidak ketergantungan.
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran
barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem
pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.
c. Fase Letting Go / saling ketergantungan.
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.
d. Post Partum Blues
fase ini mucul pada hari ke 3 dan ke 5 setelah melahirkan, dimana ibu akan
mengalami depresi, mudah menangis dan kurang istirahat yang biasanya
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan progesterone yang tiba-tiba.

2.2. Postpartum Haemorrhage


Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya .Berdasarkan waktu
terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi perdarahan primer dan
perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian
plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah perdarahan
yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Penyebab utama perdarahan postpartum
sekunder biasanya disebabkan sisa plasenta. (Sahid dan Darmawansyih, 2020)
2.3. Etiologi
Disebabkan oleh 4T yaitu atonia uteri (Tonus), retensio plasenta dan bekuan
darah (Tissue), lesi/robekan jalan lahir (Trauma), dan gangguan pembekuan darah
(Thrombin) :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan keadaan dimana otot uterus (miometrium) gagal
berkontraksi pada tahap ke-3 persalinan, yaitu setelah bayi dilahirkan, sehingga
perdarahan dari tempat perlekatan arteri dan vena spiral plasenta terus terbuka.
Kondisi bahwa 1/5 dari curah jantung ibu hamil yaitu sekitar 1000ml/menit
memasuki sirkulasi uteroplasenta saat persalinan membuat perdarahan
postpartum karena atonia uteri ini dapat menghilangkan banyak darah ibu dalam
waktu singkat. Hal ini yang membuat atonia uteri menjadi penyebab paling sering
kematian ibu oleh perdarahan postpartum yaitu sekitar 75-90%. (Fegita dan
Satria, 2018).
2. Retensio Placenta
Pada kala tiga persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.(Purwaningsih, Isti’aroh dan
Widyastuti, 2021) Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, dan
kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. (Fegita dan Satria, 2018)
3. Robekan Jalan Lahir
Proses persalinan selalu terkait dengan trauma jalan lahir termasuk uterus,
serviks, vagina, dan perineum. Cedera yang didapat saat persalinan dapat
berkisar dari robekan mukosa minor hingga laserasi yang menyebabkan
perdarahan yang mengancam jiwa (Fegita dan Satria, 2018).
4. Gangguan Pembekuan Darah
Gangguan pembekuan darah baru dicurigai sebagai kausal apabila penyebab
yang lain telah disingkirkan dan disertai adanya riwayat pernah mengalami hal
yang sama pada persalinan sebelumnya (Fegita dan Satria, 2018).
2.4. Patofsiologi
Penyebab utama perdarahan post partum disebabkan kelainan kontraksi uteri
adalah atonia uteri. Atoni uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi
dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.Pada keadaan yang normal,
miometrium bisa berkontraksi sehingga menempatkan pembuluh darah robek dan
mengontrol kehilangan darah sehingga mencegah perdarahan yang cepat dan
berbahaya. Perdarahan dapat terjadi meskipun rahim baik kontrak dan kurangnya
jaringan ditahan, maka trauma pada jalan lahir atau trauma genitalia dicurigai.
2.5. Klasifikasi Pendarahan Postpartum
Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau mayor >1000 ml.
Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-2000 ml atau berat >2000.
Berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi perdarahan postpartum primer (primary
post partum haemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama
postpartum, sedangkan sekunder (secondary post partum haemorrhage) merupakan
perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam sampai 6 minggu
postpartum(Simanjuntak, 2020).
2.6. Faktor Resiko
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum yaitu:
paritas, peregangan uterus yang berlebih, partus lama, umur, jarak hamil kurang dari 2
tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan, anemia, riwayat persalinan buruk
sebelumnya dan status Gizi Ibu (Hidayah, 2013).
2.7. Gejala Klinik Perdarahan Post Partum
Perdarahan tidak hanya terjadi pada mereka yang memiliki faktor risiko tapi pada
setiap persalinan kemungkinan terjadi perdarahan selalu ada. Jika perdarahan terus
berlanjut akan menimbulkan tandatanda syok dengan gambaran klinisnya berupa
perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi jelek.
Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat
dan ekstrimita dingin, serta nafas menjadi sesak dan terengah-engah. (Fegita dan Satria,
2018)
2.8. Diagnosis Perdarahan Post Partum
Berdasarkan definisi dari perdarahan postpartum yaitu perdarahan yang terjadi
segera setelah partus (persalinan)1, sebanyak 500 ml pada persalinan per vaginam atau
lebih dari 1000 ml pada seksio sesarea. Cara yang paling tepat untuk menentukan
apakah seseorang mengalami perdarahan postpartum adalah dengan menghitung
kehilangan darah yang terjadi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengukur atau
memperkirakan jumlah darah yang hilang saat persalinan.
2.9. Komplikasi
Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah melahirkan berisiko membuat
Anda mengalami komplikasi seperti:
a. Anemia
b. Pusing Saat Berdiri
c. Kelelahan
2.10. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang
buruk.
b. Pemeriksaan golongan darah dan tes antibody harus dilakukan sejak periode
antenatal.
c. Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan
waktu pembekuan
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
laboratorium atau radiologis dapat dilakukan
b. USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien
dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan
post partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan
USG dapat pula meningkatkan sensivitas dan
spesifitas dalam diagnosis plasenta akreta dan
variannya.
2.11. Tata Laksana Umum (Penatalaksanaan)
Manajemen aktif persalinan kala tiga terbukti mencegah
terjadinya perdarahan postpartum. Manajemen aktif persalinan
kala tiga terdiri dari tiga tindakan yaitu injeksi oksitosin segera
setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali, dan masase
uterus pasca kelahiran plasenta.(Simanjuntak, 2020)
Tatalaksana ini terdiri dari tatalaksana awal diantaranya
meminta bantuan, memasang jalur intravena dengan kateter
ukuran besar, mencari etiologi dan melakukan masase uterus.
Langkah selanjutnya yaitu memberikan obatobatan berupa
preparat uterotonika, diantaranya oksitosin, metilergometrin,
dan misoprostol. Oksitosin diberikan 10-20 unit dalam 500 mL
NaCl 0,9% atau 10 unit intramuskular. Misoprostol merupakan
analog prostaglandin E1 diberikan dengan dosis 600-1000 mcg
dengan rute pemberian per oral, rektal atau vaginal.
Setelah memberikan obat-obatan, langkah selanjutnya
adalah memberikan tatalaksana konservatif non bedah, seperti
menyingkirkan faktor sisa plasenta atau robekan jalan lahir,
melakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta abdominal,
serta memasang tampon uterus vagina dan kondom kateter.
Langkah selanjutnya dari tatalaksana perdarahan postpartum
adalah melakukan tatalaksana konservatif bedah, yakni metode
kompresi uterus dengan teknik B-Lynch, devaskularisasi
sistem perdarahan pelvis, atau embolisasi arteri uterina dengan
radiologi intervensi. Langkah terakhir adalah melakukan
histerektomi subtotal atau total.
2.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses perawatan,
untuk itu di perlukan kecermatan dan keterlitihan tentang masalah-masalah
klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap
ini terbagi atas:

2.2.1.1 Pengumpulan data


1. Identitas
1) Nama :Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan
2) Umur :Untuk mengetahui umur pasien, semakin taunya umur
resiko terjadinya per-eklamsi berat sangat berat
3) Agama : Sebagai keyakinan individu untuk proses kesebuhannya
Alamat : Untuk mengentahui alamat rumahnya
4) Pendidikan: dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien
sehingga mempermudah dalam pemberian pendidikan kesehatan
5) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan peengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan.
2. KeluhanUtama
Pendarahan jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin,
kesulitan Kesulitan bernafas, pusing, brkunang- kunang.
3. Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan
dan pre elkamsi/ elkamsia, bayi besar, peradarahan saat hamil,persalinan
dengn tindakan robekan jalan lahir, partus dan lain lain.
4. Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien pernah mampunyai riwayat
penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang
menyebabkan mual dan muntah.
5. Riwayat penyakit keluaarga : Adakah keluarga pasien yang menderita
penyakit tertentu yang dapat memperberat / menimbulkan komplikasi
pada ibu hamil misalnya : penyakit hipertensi.Perilaku yang
memperngaruhi kesehatan : Cemas dan ketakutan.
6. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Cemas dan ketakutan.

2.2.1.2 Pemeriksaan fisik :


1. B1 Pernafasan :
(1) Auskultasi: ( Bunyi nafas) Versikular tidak ada suara tambahan
(2) Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu nafas, Sekret (-
)
(3) Perkursi: Resonan (dug dug dug)
(4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

2. B2 Kardiovaskular : - Anemia mungkin terjadi karena pendarahan selama


proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah selama prosedur
melahirkan,wajah pucat (Anemia).
1) Auskultasi : Irama jantung reguler, S1 S2 tunggal
2) Palpasi : CRT < 3 detik Nadi lemah( bradikardi)

3. B3 Persyarafan : GCS : 4,4,6

(1) Tingkat kesadaran : Delrium (Gelisah)


(2) Respon Mata (spontan), Verbal ( Bingung),
(3) Motorik (mengikuti perintah).

4. B4 Perkemihan :
Inspeksi : Warna urine (kuning pekat), jumlah (menurun), pasien dalam
keadaan tidak terpasang kateter.

5. B5 Pencernaan :
(1) Palpasi : abdomen lunak, tidak ada distensi
(2) Inspeksi : abdomen tampak ada garis stretch mark
(3) Auskultasi : Bising usus
(4) Perkursi : Nyeri di bagian abdomen bawah
6. B6 Musculoskletal dan integumen :
(1) Inspeksi : Warna kulit normal, tidak ada benjolan/ pembekakan.
(2) Palpasi : Adanya nyeri tekan.

7. B7. Pengindraan
(1) Inspeksi : Mata (simetris), pupil (Normal), konjungtiva (merah
muda), ketajaman penglihatan (normal).
(2) Hidung (Normal), Sekret (-)
(3) Telingga (Bentuk simetris), ketajaman pendengaran (Normal).

8. B8 Endokrin
(1) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak ada pembesaran
kelenjar parotis
(2) Inspeksi : pasien banyak berkeringat.

2.2.2 Analisa Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan dan di analisa
untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokannya dibagi
menjadi dua yaitu, data subjektif dan objektif dan kemudian ditentukan masalah
keperawatan yang timbul.

2.2.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah masalah keperawatan yang muncul dalam diri
pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien perdarahan post partum
dengan indikasi syok hipovolemik.

2.2.3.1 Nyeri Akut b/d Perdarahan


2.2.3.2 Ansietas b/d perubahan dalam fungsi peran
2.2.3.3 Resiko infeksi b/d perdarahan
2.2.3.4 Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
2.2.4 Intervensi
2.2.4.1 Nyeri Akut b/d perdarahan.
Tabel 2.1 Intervensi data keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Persalinan normal dengan indikasi pendarahan post partum.

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan 1.Agar pasien


keperawatan selama 1x24 jam Saling percaya antara Kooperatif dalam
pasien diharapkan Rasa nyeri pada perawat dan pasien. tindakan
pasien berkurang. 2. Kaji tipe/skala dan 2.Untuk mengetahui
Kriteria Hasil : sumber nyeri untuk berapa berat nyeri yang
menentukan intervensi di alami pasien.
-Kognitif : Pasien menunjukan 3.kaji tanda tanda vital 3.untuk mengetahui
pemahaman tentang penyebab 4.Kolaborasikan keadaan umum pasien
Nyeri. dengan dokter jika ada 4. untuk memberikan
-Afektif : Pasien mampu keluhan dan tindakan tindakan yang tepat
mendemostrasikan kembali apa itu nyeri yang berlebihan. 5.untuk mengerahui
faktor nyeri dan penyebab nyeri. 5.Observasi TTV perkembangan klien
-Psikomotor:
Ajarkan kepada pasien bagaimana
mengepresikan nyeri dengan
bantuan skala 1-10.
-Perubahan Fungsi:
Tidak ada tanda tanda nyeri

2.2.4.2 Ansietas b/d Perubahan dalam fungsi peran

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan perawatan 1.Menciptakan 1. Agar pasien


selama 1x24 jam diharapkan cemas hubungan baik antara Kooperatif dalam
pada pasien sedikit berkurang. pasien dan perawat. tindakan
Kriteria Hasil : 2.Dorong keluarga 2.Untuk memberika
-Kognitif : untuk tinggal dengan Suasana yang aman
Pasien menunjukan pemahaman
tentang penyebab cemas atau pasien agar dan nyaman bagi
ketakutan. meningkatkan pasien yang sedang
-Afektif : keselamatan dan mengalami
Pasien mampu mendemostrasikan mengurangi rasa kecemasan
kembali teknik bagaimana cara takut.
mengatasi cemas /ketakutan. 3. Ajarkan pasien 3.untuk memberika
-Psikomotor : Tentang teknik rasa nyaman dan
Ajarkan pasien bagaimana cara Relaksasi dan relax pada pasien
menghadapi/mengatasi krtika 4.Kolaborasi pada
kecemasan itu datang. Dokter.
-Perubahan fungsi:
Rasa takut dan cemas sedikit 5.observasi TTV 4.untuk mengetahui
berkurang. keadaan umum pasien
2.2.4.3. Resiko infeksi b/d Perdarahan

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan tindakan -Menciptakan hubungan - Agar pasien Kooperatif


perawatan selama 1x24 jam baik antara pasien dan dalam
diharapkan infeksi pada pasien perawat. tindakan
benar benar teratasi. -Jelaskan pada pasien -Untuk memberikan
Kriteria Hasil : tentang resiko infeksi, Pengetahuan kepada
memberikan informasi pasien dan keluarga
Kognitif : Pasien mampu faktual tentang resiko tentang Resiko infeksi
manunjukan tentang mengetahui infeksi.
gejala awal terjadinya infeksi. -Berikan cairan IV, -salah satu tindakan
-Afektif : pemberian antibiotikpengobatan dan
pasien mampu untuk mencegah pencegahan terjadinya
mendemostrasikan, kembali timbulnya infeksi. resiko infeksi.
bagaimana cara mengetahui awal
terjadi infeksi.
-Psikomotor :
Ajarkanpasien bagaimana
mengatasi jika terjadi infeksi. -Observasi TTV -untuk mengetahui
-Perubahan Fungsi : keadaan umum pasien
Tidak ada tanda tanda infeksi.

2.2.4.4 Resiko syok hipovolemik b/d Perdarahan

Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan perawatan -Menciptakan hubungan - Agar pasien


selama 1x24 jam diharapkan syok baik antara pasien dan Kooperatif dalam
yang dialami pasien perawat. tindakan
-Jelaskan pada pasien
teratasi. tentang resiko syok -Untuk memberikan
Kriteria Hasil : Hipovolemik. Pengetahuan kepada

-Kognitif : Pasien mampu - Berikan cairan IV pasien dan keluarga

menunjukan pemahaman atau oral yang tepat tentang Resiko syok

tentang penyebab syok. sesuai resep dokter. Hipovolemik

-Afektif : Pasien mampu -Monitor TTV -salah satu tindakan

mendemostrasikan kembali pengobatan dan

bagaiman caranya mengatasi pencegahan terjadinya

syok. resiko syok

-Psikomotor : ajarkan pasien hipovolemik.

atau keluarga bagaimana cara -Untuk mengentahui

mengatasi syok. keadaan umum pasien.

-Perubahan Fungsi :

Cemas,syok/ketakutan yang di

alami pasien sedikit berkurang.

2.2.5 Pelaksanaan
Fokus implementasi adalah efektifitas tindakan untuk menangani yang sifatnya
mendesak. Terdiri dari tindakan-tindakan otomatis seperti melaksanakan tindakan pengobatan
atau instruksi medis dan tindakan terencana.

2.2.6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah memberikan tindakan keperawatan dengan melihat respon
pasien,mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang menentukan sejauh
mana tujuan telahtercapai
DAFTAR PUSTAKA
Fegita, P. dan Satria, P. H. 2018. “Hemorrhagic Post Partum: Syok Hemorrhagic ec Late
Hemorrhagic Post Partum,” Jurnal Kesehatan Andalas, 7(Supplement 4), hal. 71.
Hidayah, F. N. 2013. “Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan,”
Jurnal Kebidanan, hal. 1–13.
Mitayani, S.ST., M.Biomed. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Moulana, F., Martadiansyah, A. dan Liberty, I. A. 2019. “Risk Factors of Postpartum
Hemorrhage in Rsup Dr. Mohammad Hoesin,” Majalah Kedokteran Sriwijaya,
51(2), hal. 63–72.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI). Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Purwaningsih, L., Isti’aroh dan Widyastuti, W. 2021. “Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Gambaran
Pengetahuan Dan Perilaku Tentang Remaja : Literature Review Prosiding
Seminar Nasional Kesehatan 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas,” hal. 302–308.
Sahid, R. dan Darmawansyih, D. 2020. “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny ”M”
Dengan Perdarahan Postpartum Pada Tanggal 12 September S.D. 25 Oktober Di
Rsud Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019,” Jurnal Midwifery, 2(2), hal. 85–94.
Simanjuntak, L. 2020. “Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin),” Jurnal Visi
Eksakta, 1(1), hal. 1–10.

Anda mungkin juga menyukai