OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan menilai dari angka kematian ibu (AKI). Data kematian ibu di Indonesia
tidak berubah dari tahun sebelumnya, menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas)
Target AKI turun menjadi 102 harus dicapai pada tahun 2015 sebagai komitmen
dan penyebab tidak langsung. Salah satu faktor langsung penyebab kematian
tersebut adalah perdarahan 25% pasca salin, preeklampsia dalam kehamilan 12%,
sepsis puerperalis 11%, partus macet 8% dan sebab lain 7%.(Saifuddin, 2011).
Infeksi nifas merupakan salah satu penyumbang angka kematian ibu pada masa
nifas. Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih
Infeksi puerperalis di Jawa Barat pada tahun 2012 terdiri dari subinvolusi
1
kesehatan Kota terdiri dari subinvolusi uterus 9%, bendungan payudara 14% dan
endometritis 3%.
dini, trauma, kontaminasi bakteri, kehilangan darah dan karena proses persalinan.
Oleh karena itu penanganan yang dapat dilakukan saat hamil adalah mengurangi
lahir dan setelah persalinan melalui perawatan luka perineum (Abid, 2011).
Berbagai dampak dari infeksi puerperalis yang terjadi pada masa nifas
B. Rumusan Masalah
ini adalah “
2
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penelitian
Makalah ini dapat menjadi bahan pengembangan bagi Ilmu Kebidanan yang
difokuskan pada asuhan kebidanan pada kasus patologis. Hasil penelitian ini
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Partum/Nifas
1. Definisi Postpartum
sebelum hamil. Dalam tahap ini menjadi dua kejadian penting pada
puerperium yaitu involusi uterus dan proses laktasi. Masa nifas mulai setelah
partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Seluruh alat genital
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Anggarani, 2010).
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa
4
kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada
perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan
peredaran darah ibu dalam 2 hari dan hCG dalam 2 minggu setelah
melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang
dan 4 hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi
seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang
2010:).
a. Perubahan Fisiologis
5
Perubahan alat–alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut
involusia.
a) Uterus
minggu post partum menjadi 300 gram dan setelah 6 minggu post
gram).
b) Serviks
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh kavum uteri yang dapat
6
darah dan konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan
c) Endometrium
7
e) Luka-luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit,
luka pada vagina dan serviks, umumnya bila tidak seberapa luas
keadaan sepsis.
2) Hemokonsentrasi
15.000 selama persalinan. Jika hari pertama atau kedua lebih rendah
dari titik 2% atau lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan
awal, maka ibu dikatakan telah kehilangan darah yang cukup berat.
Volume darah pada ibu relatif akan bertambah, keadaan ini akan
3) Laktasi
Pada hari pertama keluar colostrum yaitu cairan kuning yang lebih
8
dengan membalut kedua mamae hingga tertekan atau memberikan
b) Puting lecet
tidak benar, bayi tidak menyusui sampai aerola tertutup oleh mutut
c) Payudara Bengkak
karena bayi tidak cukup sering menyusu atau terlalu cepat di sapih.
2009).
9
d) Mastitis
aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.
e) Abses Payudara
kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi
yang disusui selang seling dengan susu botol, puting rata dan
10
g) Suhu
Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0.5ºC dari
keadaan normal tapi tidak lebih dari 39ºC setelah 12 jam pertama
h) Nadi
ada penyakit jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
i) Lochea
seminngu.
11
(2) Lochea Sanguelenta
Cairan yang keluar sudah berwarna putih dan bening. Hal ini
j) Sistem perkemihan
Hari pertama ibu biasanya kesulitan buang air kecil. Miksi harus
semua peradangan alat genital dalam masa nifas. Masuknya kuman dapat
12
terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Demam nfias adalah
sampai 38OC atau lebih selama 2 hari dalam 1o hari pertama postpartum,
2. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat
yang baik untuknya tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang patogen
demikian juga vulva, vagina dan perineum, yang merupakan tempat masuknya
kuman patogen. Infeksi nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu Infeksi
endometrium.
13
3. Etiologi
eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain
dalam tubuh dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak
dan lebih dari 50% adalah streptococus anaerob yang sebenarnya tidak
dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong
b. Staphylococcus Aureus
c. Escheria Coli
terbatas.
14
d. Kuman Aerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan
kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya
keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per
menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak
tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan persalinan dan pada bekas
yaitu luka bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena infeksi.,
b. Endometritis
15
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar,
dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat,
nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal
Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau.
karena baik secara patologik, klinik atau pun etiologik adenomiosis dan
endometriosis berbeda.
16
bukti klinis maupun eksperimen, Teori Induksi, kelanjutan teori
penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu
cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam
seperti piemia.
perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi
dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada
menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat
gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula
17
kuman dan atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah ibu
peredaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ
sebagainya).
d. Sellulitis pelvika
(Parametritis)
pembuluh limfe
sampai ke parametrium
(Mochtar, 2010).
dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai
dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam,
pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
18
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat
tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu
menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua
pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam
Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya
pervaginam terjadi pada wanita dengan risiko tinggi yang ditandai dengan
pelahiran pervaginam ini pun lebih sering terjadi pada wanita yang
19
persalinan prematur dan morbiditas neonatus serius.
e. Peritonitis
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita,
20
salpingoofaris meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan
perabdominal.
dari aneksa terdiri dari salfingitis akut dan kronik. Diagnosis dan gejala
klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat terjadi
piosalfing.
peritonitis.
g. Syok septik
Dapat ditemukan pada infeksi nifas berat, abortus septik dan operatif
h. Bendungan ASI
21
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk ASI. Bendungan
atau oleh kelenjar kelenjar dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu.
payudara
i. Sub Involusi
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran
2010).
kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang
22
C. Faktor Predisposisi Infeksi masa nifas
1. Anemia
infeksi. Hal ini juga terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel
Anemia pada selama kehamilan dan masa nifas bisa saja terjadi. Faktor
perdarahan, ibu hamil dengan anemia, nutrisi yang kurang, penyakit virus dan
bakteri. Anemia dalam masa nifas merupakan lanjutan daripada anemia yang
diderita saat kehamilan. Pengaruh anemia pada ibu nifas adalah terjadinya
akan berdampak pada masa nifas. Bahaya saat nifas diantaranya adalah terjadi
23
2. Ketuban pecah dini
ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Infeksi maternal ataupun
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada
Pecah Dini kehamilan prematur lebih sering terjadi infeksi bila dibandingkan
dengan kehamilan aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode laten. Makin muda umur kehamilan
3. Trauma
24
Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-
kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
4. Kontaminasi bakteri
Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke
rongga rahim. Selain itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina
atau saat dilakukan tindakan persalinan dapat menjadi salah satu jalan masuk
5. Perdarahan postpartum
dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan
25
6. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan
yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti
pada bakteri dan kuman untuk menyebar ke dalam jalan lahir, kelelahan ibu,
Partus lama atau partus kasep (prolonged expulsive phase) atau disebut
juga partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun
putaran paksi selama 2 jam terakhir. Biasanya persalinan pada primitua dapat
suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala
– gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
26
Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di
kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
rongga rahim. Dari kondisi ini ibu dihadapkan pada keadaan pengeluaran
1. Masa kehamilan
ibu.
b. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
c. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan
27
2. Selama persalinan
e. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
f. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
3. Selama nifas
a. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril.
28
c. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama
BAB III
PEMBAHASAN
kekurangan sel-sel darah merah (hb) akan meningkatkan kemungkinan infeksi. Ibu
yang mengalami anemia selama masa kehamilan memiliki risiko untuk mengalami
infeksi seperti sub involusi uterus, hal ini terjadi karena darah tidak cukup
memberikan oksigen ke rahim. Menurut Miftar (2006) dalam Rahmah (2010) tanda
klinis anemia merupakan factor protektif dari kontraksi uterus ibu bersalin, artinya
jika ibu memiliki tanda klinis anemia beresiko untuk menyebabkan kontraksi uterus
ibu bersalin lemah. Artinya ibu yang memiliki tanda klinis anemia cenderung
contraction).
Hal ini sesuai dengan Wijanarko (2010) anemia pada selama kehamilan dan
masa nifas bisa saja terjadi. Faktor yang mempengaruhi anemia pada masa nifas
adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil dengan anemia, nutrisi yang kurang,
penyakit virus dan bakteri. Anemia dalam masa nifas merupakan lanjutan daripada
29
anemia yang diderita saat kehamilan. Pengaruh anemia pada ibu nifas adalah
terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum dan
pada ibu hamil menyebabkan tidak optimalnya suplai oksigen dan energi yang dapat
ditransfer ke tingkat sel, termasuk sel-sel otot polos miometrium. Penelitian yang
dilakukan oleh Ercan, et al (2007) menunjukkan bahwa ibu dengan anemia pada
kehamilannya juga beresiko tiga kali untuk mengalami persalinan lama dan atonia
uteri. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian ini, dimana didapatkan
bahwa ibu yang memiliki tanda klinis anemia cenderung mengalami tidak adekuatnya
darah. Hemoglobin merupakan zat pengangkut oksigen dan energy ke tingkat sel,
termasuk sel otot miometrium (Cunningham, 2006). Kekurangan oksigen dan energy
di tingkat sel inilah yang merupakan faktor yang mempengaruhi kontraksi uterus pada
diantaranya gangguan persalinan akibat atonia uteri, gangguan subinvolusi uterus dan
kurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi nifas dan stress pasca melahirkan.
30
Selanjutnya menurut Manuaba (2006) keadaan anemia selama kehamilan akan
berdampak pada masa nifas. Bahaya saat nifas diantaranya adalah terjadi sub involusi
kasus KPD memberikan kontribusi terhadap masalah komplikasi masa nifas yang
tinggi. Adanya kasus infeksi puerperalis dari ibu yang tidak mengalami KPD, hal ini
diduga karena adanya faktor lain seperti kontaminasi bakteri atua faktor lainnya.
komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartum, apa lagi
terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi peupuralis
(nifas), peritonitis dan seftikamia, serta dry-labor. Risiko infeksi ibu dan anak
meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat
janin terinfeksi.Ketuban Pecah Dini kehamilan prematur lebih sering terjadi infeksi
bila dibandingkan dengan kehamilan aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder
pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
31
Sebelum persalinan sudah terjadi infeksi pada ari-ari dan selaput ketuban yang
ditandai dengan ketuban pecah dini dengan air ketuban yang hijau dan kadang
berbau. Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD
dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari
persalinan disebut periode laten. Makin muda umur kehamilan makin memanjang
periode latennya.
karena daya tahan penderita berkurang. Selain itu, perdarahan penyebab infeksi
diantaranya diakibatkan karena perdarahan karena sisa palsenta, kondisi ini sebagian
kecil dari plasenta ada yang tertinggal di rahim, menyebabkan pembusukan dan
pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi infusiensi pada bagian tersebut.
Gejalanya dapat berupa asthenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan, penurunan
fungsi seksual, dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak,
merupakan factor yang dapat menjadi jalannya masuk kuman. Dari kondisi ini ibu
dihadapkan pada keadaan pengeluaran darah yang dapat berakibat fatal. Disamping
32
infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan banyak kelak
bisa menyebabkan sindrom sheehan sebagai akibat pada hipofisis pars anterior
sebagai akibat pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi infusiensi pada bagian
tersebut. Gejalanya dapat berupa asthenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan,
penurunan fungsi seksual, dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis
dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenore dan kehilangan fungsi
laktasi
Proses persalinan yang tidak bersih atau tidak memenuhi standar kebersihan.
Kuman bisa masuk ke dalam rahim melalui sarung tangan atau alat-alat rumah sakit
yang kurang steril sehingga Infeksi menyebar, karena naiknya kuman di vagina ke
dalam rahim, akibat kebersihan vagina yang tidak terjaga. Partus lama atau partus
kasep (prolonged expulsive phase) atau disebut juga partus tak maju adalah suatu
persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada
pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir.
memanjang merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung
33
terlalu lama sehingga timbul gejala – gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu
merupakan tempat masuknya kuman pathogen, seperti operasi. Dalam rumah sakit
berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana
termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat
Partus lama/macet adalah merupakan fase teakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti infeksi
akibat terlalu banyak manipulasi sehingga memberikan kesempatan pada bakteri dan
kuman untuk menyebar ke dalam jalan lahir, kelelahan ibu, serta asfiksi dan kematian
meningkatkan kasus infeksi masa nifas, hal ini disebabkan karena kuman bisa masuk
ke dalam rahim melalui sarung tangan atau alat-alat rumah sakit yang kurang steril
sehingga Infeksi menyebar, karena naiknya kuman di vagina ke dalam rahim, akibat
34
BAB IV
PENUTUP
Infeksi nifas merupakan salah satu penyumbang angka kematian ibu pada
masa nifas. Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama . Berbagai faktor predisposisi infeksi nifas adalah anemia, ketuban pecah
dini, trauma, kontaminasi bakteri, kehilangan darah dan karena proses persalinan.
Oleh karena itu penanganan yang dapat dilakukan saat hamil adalah mengurangi atau
membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir dan setelah
puerperalis yang terjadi pada masa nifas seperti ibu mengalami demam tinggi,
Oleh karena itu sebagai seorang bidan memberikan pendidikan kesehatan bagi
ibu hamil agar dapat memeriksakan kehamilannya untuk mendeteksi sedini mungkin
komplikasi anemia selama kehamilan, selain itu dapat mencegah kejadian perdarahan
puerperalis.
35
DAFTAR PUSTAKA
Henderson, Cristine and Jones Cathleen, 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan.
Jakarta. EGC
36