CAESAREA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu
meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah
500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes,
2002).
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan
kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap
pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal
(Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan
berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di negara negara maju angka tersebut
lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan
bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternative lain dengan mengeluarkan
hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding
perut yang di sebut Sectio Caesarea (Mochtar. R, 1998).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, studi kasus ini dilakukan untuk
mengetahui manajemen kebidanan pada ibu nifas Post Sectio Cesarea dengan
rumusan sebagai berikut :
1.
2.
dan
4.
5.
6.
7.
8.
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas Post SC indikasi CPD
secara komprehensif di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2.
Tujuan Khusus
Agar Penulis mampu :
a.
Mengkaji data pada ibu nifas dengan Post Sectio Cesarea indikasi CPD.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
D.
MANFAAT
1.
Bagi penulis
Dapat menerapkan manajemen kebidanan kepada pasien yang membutuhkan
pelayanan sesuai dengan ilmu yang didapat.
2.
3.
4.
Bagi IBI
Dengan membaca studi kasus ini para rekan-rekan bidan se-Papua
mendapatkan gambaran penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan secara
tepat dan benar di tempat kerjanya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu minggu,
berbulan bulan atau tahunan (Mochtar R, 1998).
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur
angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.
a.
Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur angsur
menjadi kecil
BERAT UTERUS
1.000gr
750 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
Endometrium
Perubahanperubahan
endometrium
ialah
timbulnya
trombosis
Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel sel dibagian yang
mengalami degenerasi.
c.
d.
e.
Perubahan servix
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong,
karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri
berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam hitaman karena
pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukan 2 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1
jari ke dalam cavum uteri.
f.
10
Berlangsung
sampai
minggu.
2)
3)
Ibu
perawatan mandiri.
c. Masa taking Go
berupaya
melakukan
11
1)
2)
Suhu
badan
dapat
Pengeluaran
lochea
terdiri dari :
1). Lochea rubra : hari ke 1 2.
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua,
sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2). Lochea sanguinolenta : hari ke 3 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3). Lochea serosa : hari ke 7 14.
Berwarna kekuningan.
4). Lochea alba : hari ke 14 selesai nifas
12
Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ
pelvix, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali
jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih
nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi
oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat
diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang
sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak
sedikit.
d.
Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami
kompresi antara kepala dan tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen
yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok,
keadaan ini menyebabkan diuresis.
e.
System Kardiovarkuler
13
Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga
ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
1).
Pemeriksa
an umum; kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
14
2).
Pemeriksa
an khusus; fisik, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus.
3).
Payudara;
puting susu atau stuwing ASI, pengeluaran ASI. Perawatan payudara
sudah dimulai sejak hamil sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oxitosin
dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi akan lebih banyak dan involusi
uteri akan lebih sempurna.
4).
Lochea;
lochea rubra, lochea sanguinolenta.
5).
Luka
jahitan; apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi
(kotor, dolor/fungsi laesa dan pus ).
6).
Mobilisasi
; karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri dan
kekanan serta diperbolehkan untuk duduk, atau pada hari ke 4 dan
ke- 5 diperbolehkan pulang.
7).
Diet;
makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan
15
Miksi;
hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya, paling
tidak 4 jam setelah kelahiran. Bila sakit, kencing dikaterisasi.
9).
Defekasi;
buang air besar dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit
bab dan terjadi obstipasi apabila bab keras dapat diberikan laksans per
oral atau perektal. Jika belum biasa dilakukan klisma.
10).
Kebersiha
n diri; anjurkan kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah
kelamin dengan air dan sabun. Dari vulva terlebih dahulu dari depan
ke belakang kemudian anus. Mengganti pembalut setidaknya dua kali
sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.
11).
Menganjur
kan pada ibu agar mengikuti KB sendini mungkin setelah 40 hari (16
minggu post partum).
12).
Nasehat
untuk ibu post partum; sebaiknya bayi disusui. Psikoterapi post natal
sangat baik bila diberikan. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin.
Sebaiknya ikut KB.
16
b.
c.
17
2).
3).
Kunjungan III :
minggu
setelah
persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4).
Kunjungan IV :
persalinan.
minggu
setelah
18
Tujuannya :
a).
Menanyakan
ibu
tentang
B. SECTIO CAESAREA
1. Definisi
Istilah Sectio Caesarea berasal dari perkataan latin caedera yang
artinya memotong. Pengertian ini sering dijumpai dalam roman law (lex
regia) dan emporers law (lex Caesare) yaitu undang-undang yang
menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus
keluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Muchtar,
1998).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dindina rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohadjo,
2002).
2. Jenis-jenis Sectio Caesarea
19
a.
b.
3. Indikasi
Menurut (Prawiroharjo, 2002 Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal), indikasi Sectio Caesarea adalah :
a.
Indikasi ibu
1). Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD
2). Disfungsi Uterus
3). Distosia Jaringan Lunak
4). Plasenta Previa.
b.
Indikasi Anak
1). Janin besar
2). Gawat janin
3). Letak Lintang.
20
Adapun indikasi lain dari Sectio Caesarea menurut Sulaiman 1987 Buku
Obstetri Operatif adalah :
a.
b.
c.
d.
4. Komplikasi
a.
Pada Ibu
1). Infeksi Puerperalis/nifas bias terjadi dari infeksi ringan yaitu
kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih
tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu
dengan peritonitis dan ileus paralitik.
2). Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang
terputus dan terluka pada saat operasi
3). Trauma kandung kemih akbat kandung kemih yang terpotong saat
melakukan sectio caesarea.
4). Resiko rupture uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah
mengalami pembedahan pada didind rahim insisi yang dibuat
menciptakan garis kelemahan yang sangat berisiko untuk rupture
pada persalinan berikutnya.
b.
Pada Bayi
21
1). Hipoksia
2). Depresi pernafasan
3). Sindrom gawat pernafasan
4). Truma persalinan (www.tutorialkuliah.blogspot.com/2009).
5. Penatalaksaan
Penatalaksaan medis post-op Sectio Caesarea secara singkat :
a.
b.
c.
d.
e.
Kateterisasi
f.
g.
Definisi
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis
melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara
kepala dan panggul.
22
b.
c.
d.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10
cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm
Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang 9 cm dan kadangkadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang
kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi
kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter
transversa sempit.
2.
Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi
sebagai berikut :
a.
23
muka belakang
4). Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul
sempit.
5). Panggul belah : symphyse terbuka
b.
c.
d.
e.
3.
Klasifikasi
a. Kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis
dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan
24
25
26
maupun persalinan.
a. Pengaruh pada kehamilan
1). Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata
2). Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida
fundus atau gangguan peredaran darah
3). Kadang-kadang
fundus
menonjol
ke
depan
hingga
perut
menggantung
4). Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan
tanda panggul sempit
5). Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir
6). Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
7). Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari
pada ukuran bayi pukul rata.
b. Pengaruh pada persalinan
1). Persalinan lebih lama dari biasa.
a). Karena gangguan pembukaan
b). Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak
c). Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum
waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas
panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat
menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
2). Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
27
misalnya :
a). Pada panggul puncak sering terjadi letak defleksi supaya
diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis
dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
b). Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan
knopfloch mechanismus (mekanisme lobang kancing)
28
didaerah
symphyse
dan
tidak
dapat
mengangkat
tungkainya.
l). Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada
urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering
adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3). Pengaruh pada anak
a). Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang
lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi
kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
b). Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak
c). Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak.
Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari cm.
29
5.
b.
c.
d.
e.
f.
Bentuk panggul
b.
c.
d.
e.
f.
His
30
Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti
dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena
itu ukuran ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan
jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat
lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 cm. Sebaliknya
kalau CV 8 cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan
berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 cm dilakukan SC primer
( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut) Sebaliknya pada CV
antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :
a.
b.
c.
d.
His
e.
Lancarnya pembukaan
f.
g.
6.
Persalinan percobaan
31
32
anak
terlalu
tinggi
dengan
percobaan
tersebut
(www.ilmukeperawatan.com/2009).
Biodata.
2.
33
Pemeriksaan fisik :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lochea
7.
9.
Data Penunjang
34
1.
2.
35
secara
Tim
maka
bidan
bertanggung
jawab
untuk
mengarahkan
pelaksanaannya.
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN POST
SECTIO CAESAREA INIDKASI CHEPALOPELVIK DISPROPORSI
DI RSUD ABEPURA
A. ASUHAN HARI KE I
1.
No. Register
: 170984
Tanggal pengkajian
: 06 07 2009
Tempat
Oleh
LANGKAH I : PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
1). Biodata
Nama klien
: Ny. T
Nama Ayah
: Tn. T
Umur
: 25 Thn.
Umur
: 29 thn
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indoneisa
37
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMU
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: PNS
Lama nikah
: 1 Thn.
Lama nikah
: 1 Thn
Nikah ke
:I
Nikah ke
:I
Alamat
: Expo Waena
Alamat
: Expo Waena
35
: SC
: + 150 cc
: Tidak ada
38
BAK
Jumlah urine
: 300 cc
(3). Ambulansi
(4). Istirahat
: Cukup
Perasaan ayah
Perasaan keluarga
b. Data Obyektif
1). Pemeriksaan Fisik
a). Keadaan umum
: Lemah
b). Kesadaran
: Compos mentis
: Tenang
Tekanan darah
: 110/70 mm Hg
b).
Suhu badan
: 37oC
c).
Nadi
d).
Pernafasan
: 78 x/m
: 20 x/m
39
3). Kepala :
a). Muka
: Pucat
b). Mata
c). Simetris
: Tidak ada
4). Leher :
Kelenjar gondok membesar : Tidak
5). Dada
a). Simetris : Ya
b). Puting susu
c). Konsistensi
: Keras
d). Colostrum
: Ada
e). ASI
: Ada
: Banyak
: Normal
: Tidak ada
6). Abdomen
a). Luka operasi
c). Perdarahan
: Tidak ada
: Kering
40
7). Ekstremitas
a). Atas
b). Bawah
8). Genitalia
1). Terpasang
: Douwer cateter
: Lochea rubra
4). Warna
: Merah segar
: Amis
: + 50 cc
: 11 gr%
(2). Leukosit
: 11.000 mm3
(3). DDR
: (-) Negatif
: Negatif
(2). Reduksi
: Negatif
: Negatif
41
2.
DS
(5 jam)
DO :
a. Ibu menjalani operasi SC tanggal 6-7 2009 jam : 09.00 Wit
b. Luka operasi masih basah dan masih di verband
c. Lochea
3.
: Rubra
4.
5.
LANGKAH V :
RENCANA ASUHAN
42
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal : 06 07 2009
a.
b.
: 110/80 mmHg
: 80 x/m
RR
: 24 x/m
SB
: 37oC
Menginformasikan pada ibu, bahwa keadaan ibu dan bayi baik, kini bayi
berada di ruang perinatologi
c.
d.
e.
f.
43
2). Injeksi
a). Cefriaxone
b). Kalnex
c). Ranitidine
g.
h.
i.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Infus menetes baik dan urin tampung 800 cc sudah dibuang jam 20.00 Wit
i.
44
B. ASUHAN HARI KE II
Tanggal : 7 07 2009
1.
LANGKAH I :
DS :
a.
b.
c.
DO :
a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran
: Compos Mentis
: 120/80 mmHg
RR
: 24 x/m
: 84 x/m
SB
: 36,8oC
45
d. Abdomen
1). Kontraksi uterus
: Baik
2). Luka operasi masih basah ditutup dengan kasa steril dan tidak ada
perdarahan
e. Payudara
1). Pengeluaran
: Kolostrum
: Menonjol
3). Kebersihan
: Cukup
f. Genetalia
1). Douwer cateter masih terpasang
2). Tidak ada kelainan dan pengeluaran lochea rubra
g. Cairan infus masih terpasang kolf VI
2.
LANGKAH II :
b.
c.
DO :
a.
46
b.
Kesadaran
c.
d.
: Compos Mentis
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 24 x/m
: 84 x/m
SB
: 36,8oC
Abdomen
1). Kontraksi uterus
: Baik
2). Luka operasi masih basah ditutup dengan kasa steril dan tidak ada
perdarahan
e.
f.
Payudara
1). Pengeluaran
: Kolostrum
: Menonjol
3). Kebersihan
: Cukup
Genetalia
1). Douwer cateter masih terpasang
2). Tidak ada kelainan dan pengeluaran lochea rubra
g.
3.
LANGKAH III :
DIAGNOSA POTENSIAL
47
4.
5.
LANGKAH V :
RENCANA ASUHAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Lakukan
perawatan
vulva
hygiene
dan
observasi
pengeluaran
pervaginam
g.
h.
i.
Beritahu ibu agar menjaga daerah operasi agar tetap kering dan tertutup
kasa steril
6.
j.
k.
l.
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal
a.
: 7 07 2009
48
b.
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 24 x/m
ND
: 80 x/m
SB
: 36,9oC
1 amp iv /8 jam
Mengajarkan ibu untuk mobilisasi dini (miring kanan, kiri dan duduk)
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Memberitahu ibu agar menjaga daerah operasi tetap kering dan ditutuo
dengan kasa steril
7.
j.
k.
l.
LANGKAH VII
EVALUASI
49
Tanggal
: 07 07 2009
Jam
: 14.00 Wit
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Ibu mengerti tentang rasa nyeri yang timbul dan ibu sudah diberitahu
agar daerah tempat operasi dijaga agar tetap kering
i.
j.
k.
l.
Ibu merasa tidak nyaman karena belum mandi dan infus cateter masih
terpasang.
50
LANGKAH I :
PENGKAJIAN
DS :
a. Ibu merasa tidak nyaman karena belum mandi dan infus douwer catater
masih terpasang
b. Ibu ingin melihat bayinya
DO :
a.
b.
c.
: 110/70 mmHg
RR
: 24 x/m
51
ND
2.
: 82 x/m
SB
: 37oC
d.
e.
f.
g.
LANGKAH II
Ibu merasa tidak nyaman karena belum mandi dan infus douwer catater
masih terpasang
b.
DO :
a.
b.
c.
: 110/70 mmHg
RR
: 24 x/m
ND
: 82 x/m
SB
: 37oC
d.
e.
52
3.
f.
g.
LANGKAH III
DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
4.
LANGKAH IV
: TINDAKAN SEGERA
5.
b.
c.
d.
e.
f.
Bersihkan badan ibu dengan air hangat dan lakukan perawatan vulva
hygiene
g.
h.
Beritahu ibu untuk menjaga daerah operasi tetap kering dan selalu
tertutup kasa steril
i.
j.
53
k.
l.
Anjurkan ibu untuk untuk memberi ASI pada bayinya sesering mungkin
6.
LANGKAH VI
: IMPLEMENTASI
Tanggal 08 07 2009
Jam
: 10.00 Wit
: 120/70 mmHg
RR
: 24 x/m
ND
: 84 x/m
SB
: 37oC
54
7.
: 08 07 2009
Jam
: 14.00 Wit
Ibu sudah dilap dan ibu sudah dapat ganti softex sendiri
55
i.
j.
k. Ibu sudah menyusui bayinya dan berjanji akan memberi ASI sesering
mungkin
l.
D. ASUHAN HARI KE IV
b.
c.
d.
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 24 x/m
ND
: 88 x/m
SB
: 36,8oC
56
b.
c.
d.
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 24 x/m
ND
: 88 x/m
SB
: 36,8oC
3. LANGKAH III
DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
4. LANGKAH IV :
TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
5. LANGKAH V
RENCANA ASUHAN
a.
b.
Ganti verband
57
c.
d.
e.
f.
g.
h.
6. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 09 07 2009
a.
Jam
: 10.00 Wit
: 110/70 mmHg
RR
: 24 x/m
ND
: 80 x/m
SB
: 36,7oC
b.
c.
d.
e.
f.
g.
58
a.
b.
c.
d.
e.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan akan kembali kontrol
pada tanggal 15 Juli 2009.
f.
Administrasi sudah diselesaikan dan pasien sudah pulang jam 12.00 Wit
BAB IV
PEMBAHASAN
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau
kalau diameter transversa kurang dari 12 cm Conjugata vera dilalui oleh diameter
biparietalis yang 9 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas
bahwa conjugata vera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan. Menurut
Prawiroharjo (2002), indikasi tindakan section caesarea salah satunya adalah
disproporsi cevalopelvik (CPD) (Manuaba, 1998).
Dalam pembahasan penulis kepada klien Ny. T umur 25 tahun, PI A0 nifas
dengan Post SC indikasi CPD berlangsung selama 4 hari pada tanggal 06 sampai
59
dengan 09 Juli 2009 di Ruang Rawat Gabung RSUD Abepura. Pada saat pengkajian,
penulis mendapatkan data dari keluarga dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang laboratorium (urine, darah).
Setelah pengkaijian ditentukan diagnosa ibu umur 25 tahun, P I A 0 nifas post
SC indikasi CPD. Pada diagnosa potensial, penulis mengkhawatirkan terjadi infeksi,
karena berdasarkan teori apabila seseorang menjalani operasi komplikasi yang sering
terjadi adalah infeksi. Namun pada kasus ini komplikasi pada post sc tidak terjadi.
Pada tindakan segera yang dilakukan adalah pantau keadaan luka, kolaborasi dokter
dengan protap nifas post SC, yaitu pemberian cefriaxon 1 gr iv/8 jam kalnex 1 amp
iv/8 jam, ranitidine 1 amp/8 jam. Lanjutkan dengan rencana asuhan pada klien Ny. T,
dimana hari pertama terfokus pada observasi keadaan umum, perdarahan di luka
57
operasi dan perdarahan pervaginam. Penulis melakukan asuhan kebidanan hari
pertama didapatkan luka bekas operasi masih tertutup kasa steril dan diplester, tidak
ada perdarahan, pengeluaran lochea rubra. Hari kedua dan ketiga asuhan terfokus
pada mobilisasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar masa nifas yang bertujuan untuk
mempercepat masa pemulihan dan proses penyembuhan luka. Kolaborasi dilanjutkan
dengan penambahan therapi caltroven suppositoria 1 buah/hari dan pemberian obat
oral, yaitu asam mefenamat 3 x 1 tablet, amoxyclaf 3 x 1 kaplet, lactivet tablet 1 x 1
tablet, becomzet 1 x 1 tablet, verband diganti dengan kasa steril, luka bekas operasi
sudah mulai kering, infus dan douwer cateter sudah di aff. Klien pada hari keempat
luka bekas operasi sudah mulai kering, pengeluaran lochea sanguinolenta tidak ada
60
komplikasi pada klien karena asuhan yang diberikan sesuai dengan protap perawatan
nifas post SC.
Dalam tindakan asuhan kebidanan pada kasus Ny. T tidak mendapatkan kendala
karena klien mau mengikuti apa yang dianjurkan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian uraian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan :
1.
Klien Ny. T adalah klien Nifas post SC. Dari hasil diagnosa, klien
berpotensial terjadinya infeksi. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4
hari diagnosa potensial tidak terjadi. Asuhan kebidanan difokuskan pada hari
pertama terfokus pada observasi keadaan umum, perdarahan di luka operasi
dan perdarahan pervaginam.
61
Hari kedua dan ketiga asuhan terfokus pada mobilisasi dengan pemenuhan
kebutuhan dasar masa nifas yang bertujuan untuk mempercepat masa
pemulihan dan proses penyembuhan luka.
2.
3.
B. SARAN
1.
59
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien nifas post SC, sebaiknya
lebih tanggap dalam memberi tindakan secara cepat dan tepat dan dalam
pemberian tindakan kebidanan melakukan teknik pencegahan infeksi agar
tidak terjadi infeksi pada ibu nifas post SC.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi referensi di Perpustakaan, peningkatan kualitas
dan pengembangan mahasiswa melalui studi kasus agar dapat menerapkan
asuhan kebidanan secara komprehensif.
3. Bagi Peneliti
62
DAFTAR PUSTAKA
63