DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2B
FAKULTAS KESEHATAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan proses alami yang sangat penting bagi seorang ibu
dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan (37-42 minggu). Terdapat dua metode persalinan, yaitu
persalinan lewat vagina yang dikenal dengan persalinan alami dan persalinan
Caesar atau Sectio Caesarea (SC) (Cunningham et al., 2018).
Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim.
Persalinan dengan metode SC dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari
sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada
janin, serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun
janin (Cunningham et al., 2018).
Pada tahun 2015, diperkirakan 303.000 wanita meninggal selama
kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (95%) terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, dan hampir dua
pertiga (65%) terjadi di Wilayah Afrika (World Health Organisation, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) standar rata-rata operasi Sectio
Caesarea (SC) sekitar 5-15%. Data WHO Global Survey on Maternal and
Perinatal Health 2011 menunjukkan 46,1% dari seluruh kelahiran melalui
SC. Menurut statistik tentang 3.509 kasus SC yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain, indikasi untuk SC adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat
janin 14%, Plasenta previa 11%, pernah SC 11%, kelainan letak janin 10%,
pre eklampsia dan hipertensi 7%. Di China salah satu negara dengan SC
meningkat drastis dari 3,4% pada tahun 1988 menjadi 39,3% pada tahun 2010
(World Health Organisation, 2019).
Menurut RISKESDAS tahun 2018, jumlah persalinan dengan metode SC
pada perempuan usia 10-54 tahun di Indonesia mencapai 17,6% dari
keseluruhan jumlah persalinan. Terdapat pula beberapa gangguan/komplikasi
persalinan pada perempuan usia 10-54 tahun di Indonesia mencapai 23,2%
dengan rincian posisi janin melintang/sunsang sebesar 3,1%, perdarahan
sebesar 2,4%, kejang sebesar 0,2%, ketuban pecah dini sebesar 5,6%, partus
lama sebesar 4,3%, lilitan tali pusat sebesar 2,9%, plasenta previa sebesar
0,7%, plasenta tertinggal sebesar 0,8%, hipertensi 16 sebesar 2,7%, dan lain-
lainnya sebesar 4,6% (Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
Menurut SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2017,
menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan dengan tindakan SC sebanyak
17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal ini membuktikan
terdapat peningkatan angka persalinan SC dengan indikasi KPD, sebesar
13,6% disebabkan oleh faktor lain diantaranya yakni kelainan letak pada
janin, PEB, dan riwayat SC (KEMENKES et al., 2018).
Perawatan utama yang dapat dilakukan Pada pasien Post Sectio Caesarea
adalah balance cairan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Balance cairan harus
selalu dimonitor karena pada pasien Post Sectio Caesarea banyak kehilangan
cairan darah sehingga intake dan outputnya diharapkan tetap seimbang untuk
menghindari dehidrasi dan mengurangi risiko terjadinya infeksi pada pasien.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar dan Activity Dialy Living(ADL)
juga sangat perlu diperhatikan oleh perawat karena pada pasien Post Sectio
Caesarea masih dalam kondisi immobilisasi.
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Ibu Post Pos Operasi Sectio Caesria di
Ruang Hasanah RSU Muhammadiyah Metro.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsug selama kira-kira 6 minggu (Siti Soleha, 2013).
Post partum atau disebut juga masa puerperium merupakan waktu yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat
seblum hamil atau disebut involusi terhitung dari selesai persalinan hingga
dalam jangka waktu kurang lebih 6 minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017)
Dalam bahsa latin, waktu mulai tertentu setalh melahirkan anak disebut
dengan puerperium yang berasa dari kata puer yang artinya bayi dan parous
yang artinya melahirkan. Jadi puerperium merupakan masa setelah
melahirkan bayi dan masa pulih kembali mulai kala IV selesai sampai alat-
alat kandungan seperti saat sebelum hamil. (Dewi & Sunarsih 2012 dalam
Aprilianti 2019)
B. Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), etiologi post partum dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir
dan hematoma
2. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagaia plasenta, ubinvolusi
didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsion sesaria.
C. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu
yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,
ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan
sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
E. Komplikasi
1. Perdarahan post pasrtum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama setelah kelahitan bayi).
2. Infeksi
a. Endometriti (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Parimetrirtis (radang peritonuem disekitar uterus)
d. Caked ngan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras dan
berbenjol-benjol).
e. Mastitis (mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri)
g. Luka perineum (ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 C, nadi < 100x / menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan tambahan yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
2. USG bila diperlukan
G. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
vbenar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke 2: mulai latihan duduk
5. Hari ke 3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien baik secara bio, pisiko, sosial dan
spiritual (Dermawan 2012).
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan,
pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya. kemampuan menidentifikasi masalah keperawatan yang
terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan oleh
karena itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga
seluruh kebutuhan perwatan pada klien dapat diidentifikasi.
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada uumumnya pasien post sectio caesar mengeluh nyeri pada
daerah luka bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika
pasien bergerak.
c. Riwayat kesehatan
Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan
keluarga. Dalam mengkaji riwayat kesehatan dahulu hal yang perlu
dikaji adalah penyakit yang pernah diderita pasien khususnya
penyakit kronis, menular, dan menahun seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin.
1) Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi
sectio caesarea seperti kelainan letak bayi (letak sungsang dan
letak lintang), faktor plasenta (plasenta previa, solution plasenta,
plasenta accrete, vasa previa), kelainan tali pusat (prolapses tali
pusat, telilit tali pusat), bayi kembar (multiple pregnancy), pre
eklampsia, dan ketuban pecah dini yang nantinya akan
membantu membuat rencana tindakan terhadap pasien.
2) Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah
keluarga pasien memiliki riwayat penyakit kronis, menular, dan
menahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC,
hepatitis dan penyakit kelamin 31 yang merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia dan giant baby,
seperti diabetes dan hipertensi yang sering terjadi pada beberapa
keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak
usia berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan
saat ini.
e. Riwayat obsterti
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong
persalinan, dimana ibu bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah
pernah abortus, dan keadaan nifas yang lalu.
f. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan anak.
g. Riwayat KB
Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien
pernah ikut program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan
dan maalah dalam penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah
masa nifas ini akan menggunakan alat kontrasepsi apa.
h. Pola-pola fungsi kesehatan
Setiap pola fungsi kesehatan pasien terbentuk atas interaksi antara
pasien dan lingkungan kemudian menjadi suatu rangkaian perilaku
membantu perawat untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan
memilah-milah data. Pengkajian pola fungsi kesehatan terdiri dari
pola nutrisi dan metabolisme biasanya terjadi peningkatan nafsu
makan karena adanya kebutuhan untuk menyusui bayinya. Pola
aktifitas biasanya pada pasien post sectio caesarea mobilisasi
dilakuakn secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri pada 6-8
jam pertama, kemudian latihan duduk dan latihan berjalan. Pada hari
ketiga optimalnya pasien sudah dapat dipulangkan. Pra eliminasi
biasanya terjadi konstipasi karena pasien post sectio caesarea takut
untuk melakukan BAB. Pola istirahat dan tidur biasasnya terjadi
perubahan yang disebabkan oleh kehadiran sang bayi dan rasa nyeri
yang ditimbulkan akibat luka pembedahan. Pola reproduksi biasanya
terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan oleh proses persalinan dan
masa nifas.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh
pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk
menemukan tanda klinis dari suatu penyakit. (Dermawan,2012).
2) Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala,
apakah ada lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya
terdapat chloasma gravidarum pada ibu post partum. Pada
pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan
mata,kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman
pengelihatan. Pada ibu post sectio caesarea biasanya terdapat
konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh kondisi anemia atau
dikarenakan proses persalinan yang mengalami perdarahan.
Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi
septum nasi, pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung,
apakah ada secret, sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan
atau tidak, apakah ada polip dan purulent. Pada pemeriksaan
telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang telinga,
kebersihan dan ketajaman pendengaran.
3) Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid,
bendungan vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi
pemebesaran kelenjar tiroid yang disebabkan proses meneran
yang salah. Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi
keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, palatum, orofaring, ukuran
tonsil, warna tonsil.
4) Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada,
penggunaan otot bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian
voval fremitus), perkusi (melakukan perkusi pada semua lapang
paru mulai dari atas klavikula kebawah pada setiap spasiem
intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara nafas, suara
tambahan).
5) Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami
bendungan ASI meliputi bentuk simetris, kedua payudara
tegang, ada nyeri tekan, kedua puting susu menonjol, areola
hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI belum keluar atau ASI
hanya keluar sedikit. Pada pemeriksaan jantung meliputi
inspeksi dan palpasi (amati ada atau tidak pulsasi, amati
peningkatan kerja jantung atau pembesaran, amati ictus kordis),
perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui
ukuranjantung), auskultasi (bunyi jantung).
6) Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (lihat luka bekas
operasi apakah ada tanda-tanda infksi dan tanda perdarahan,
apakah terdapat striae dan linea), auskultasi (peristaltic usus
normal 5-35 kali permenit), palpasi (kontraksi uterus baik atau
tidak).
7) Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah
ada hematoma, oedema,tanda-tanda infeksi,periksa lokhea
meliputi warna, jumlah, dan konsistensinya). Pada pemeriksaan
kandung kemih diperiksa apakah kandung kemih ibu penuh atau
tidak, jika penuh minta ibu untuk berkemih, jika ibu tidak
mampu lakukan kateterisasi.
8) Pada pemeriksaan anus diperiksa apakah ada hemoroid atau
tidak. Pada pemeriksaan integument meliputi warna, turgor,
kerataan warna, kelembaban, temperatur kulit, tekstur,
hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan ekstermitas meliputi ada
atau tidaknya varises, oedema, reflek patella, reflek Babinski,
nyeri tekan atau panas pada betis, pemeriksaan human sign.
Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi,
orientasi klien, proses berpikir, kemauan atau motivasi serta
persepsi klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b.d agen pecedera fisik (luka post SC)
b) Risiko infeksi b.d prosedur tindakan invasif
c) Gangguan mobilitas b.d nyeri post SC
d) Defisit perawatan diri b.d kelemahan
e) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
f) Risiko perdarahan b.d komplikasi pasca partum
3. Intervensi Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen nyeri (I.08238)
agen pecedera (L.08066) Observasi
fisik (luka post Setelah dilakukan Identifikasi lokasi,
SC) tindakan asuhan karakteristik, durasi,
keperawatan selama … frekuensi, kualitas,
x24 jam diharapkan intensitas nyeri
nyeri pasien menurun
dengan kriteria hasil :
Identifikasi setelah nyeri
1. Keluhan nyeri Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
2. Gelisah menurun Identifikasi faktor yang
3. Kesulitan tidur memperberat dan
menurun memperingan nyeri
4. Frekuensi nadi Identifikasi pengaruh
membaik nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah di berikan
Monitor efek samping
penggunaan anal basik
Terapeutik
Berikan teknik non
farmatologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat atau
tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Ajarkan teknik non
farmatologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
prosedur tindakan tindakan asuhan Observasi
invasif keperawatan selama … Monitor tanda dan gejala
x24 jam diharapkan infeksi lokal dan
tingkat infeksi sistemik
menurun, dengan Terapetik
kriteria hasil :
1. Demam menurun
Batasi jumlah
pengunjung
2. Kemerahan
menurun Berikan perawatan kulit
3. Nyeri menurun pada area edema
4. Bengkak menurun Cuci tangan sebelum dan
5. Kadar sel darah sesudah kontak dengan
putih membaik pasien dan lingkungan
pasien
Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
3 Gangguan Tingkat Nyeri Dukungan mobilisasi
mobilitas b.d (L.08066) (I.05173)
nyeri post SC Setelah dilakukan Observasi
tindakan asuhan Identifikasi adanya nyeri
keperawatan selama … atau keluhan fisik
x24 jam diharapkan
mobilitas fisik pasien
Identifikasi toleransi
fisik melakukan
meningkat, dengan
pergerakan
keriteria hasil :
1. Pergerakan Monitor frekuensi
ektremitas jantung dan tekanan
meningkat darah sebelum memulai
2. Kekuatan otot mobilitas
meningkat
3. Nyeri menurun Monitor kondisi umum
4. Gerakan terbatas selama melakukan
menurun mobilisasi
5. Kelemahan fisik Terapeutik
menurun
Fasilitas aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. Pagar tempat
tidur)
Fasilitas melakukan
pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan.
A. Pengkajian :
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny. N
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Sumber Biaya : BPJS
Alamat : Pekalongan
Tanggal Masuk RS/RB : 11-10-2022
Kelas Rawat Inap :1
Tanggal Pengkajian : 12-10-2022
No. register : 203795
Diagnosa Medik : P1A0 (post caesaria gagal induksi)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1) Keluhan Utama : Nyeri
Pasien mengeluh nyeri pada luka post SC, nyeri bertambah saat
bergerak, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri menyebar disekitar
luka SC, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul durasi nyeri ± 10 menit
2) Keluhan Penyerta : -
b. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat sakit berbahaya ataupun
turunan, namun pasien mengatakan pernah sakit batuk pilek serta
demam
HT
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Menikah
: Garis keturunan
: Pasien
3. Riwayat Obstetri
Riwayat menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 5 pembalut/hari
d. Keteraturan : teratur
e. Lamanya : 5-7 hari
f. HPHT : 7 januari 2022
g. Keluhan yang menyertai : nyeri
Riwayat perkawinan
a. Kawin / tidak kawin : menikah
b. Umur Ibu Menikah : 18 tahun
c. Umur Bapak Menikah : 19 tahun
d. Lama Pernikahan : 1 tahun
e. Berapa kali menikah : 1 kali
Riwayat keluarga berencana:
a. Melaksanakan keluarga berencana : belum pernah KB
b. Rencana kontrasepsi yang akan digunakan : KB suntik
Alasan : karena disarankan Bidan setempat
b. Pola eliminasi
BAK
SMRS : Pasien BAK 4-7 x/ hari, warna kuning, tidak ada keluhan
dalam BAK
Saat ini : Pasien terpasang kateter, jumlah urine dalam urine bag
sebanyak 500ml warna kuning jernih
BAB
SMRS : Pasien BAB 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, kosistensi
lembek
Saat ini : Pasien Belum BAB
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. BB sebelum Hamil : 48 Kg
4. BB Hamil : 58 Kg
5. TB : 163 cm
6. Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : 119/89 mmHg
- Nadi : 95 x/menit
- Suhu : 36,8˚c
- Respirasi : 20 x/menit
b. Pemeriksaan Khusus
1) Kepala
Rambut tampak kotor dan bau, rambut berwarna hitam, kulit kepala
berminyak
2) Muka
Tidak terdapat pigmentasi, acne, dan odema
3) Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sclera
anikterik
4) Hidung
Mukosa hidung tidak nyeri, tidak ada sekret
5) Mulut
Tidak ada caries gigi, tidak ada stomatitis, tidak kesulitan dalam
menelan
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer Tyroid
7) Dada
- Jantung dan Paru – paru : tidak terdapat gangguan
- Mammae : simetris, papilla mammae menonjol, Warnanya coklat
kehitaman,
colostrum sudah keluar sejak 4 jam post sc, terdapat
pembengkakanan dan nyeri tekan saat palpasi
8) Abdomen
Tidak terdapat Striae, terdapat linea nigra, bising usus 15 x/menit,
kondisi vesika urinaria kosong,
Obstetri
- TFU : 15
- Luka post operasi : luka horizontal, kondisi jaitan rapih,
panjang luka 10 cm
- Diastasis rectus abdominis : ...………(panjang dan lebar
dalam ukuran jari)
9) Genitalia
- Labia Mayora dan Minora : normal
- Kebersihan Vagina : tampak kotor
- Perineum : utuh
- Lochea berwarna merah, bau amis, jenis lochea rubra
- Pemakaian Pembalut/ Softex: 2 kali ganti pembalut, pembalut
penuh
10) Ekstremitas
Pasien belum ambulansi pasca op, tangan kanan terpasang infus RL
20 TPM
11) Anus:
Tidak ada pembesaran hemorroid
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 11 Oktober 2022
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tekanan darah :
119/89 mmHg
- Nadi: 95 x/menit
- Suhu: 36,8˚c
- Respirasi: 20 x/menit
- Skala nyeri 5
2. DS Intoleransi Nyeri,
Aktivitas Kelemahan
- Pasien mengeluh nyeri
pada luka post SC, nyeri
bertambah saat bergerak
- Pasien mengatakan belum
bisa beraktivitas secara
mandiri, aktivitas dibantu
oleh keluarganya
DO :
3. DS : Defisit Kurangnya
Pengetahuan terpapar
- Pasien mengatakan belum tentang informasi
mengerti bagaimana cara Perawatan
perawatan payudara Payudara
DO :
- Pasien bertanya tentang
perawatan payudara
C. Rencana Keperawatan
Edukasi :
Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda
nyeri
Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
Anjurkan teknik
nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Dx. IMPLEMENTASI
NO Tgl Paraf EVALUASI
Kep (Hasil & Respon)
1. Nyeri 1. Mengidentifikasi S : Klien
akut lokasi, karakteristik, mengatakan
b.d frekuensi, Intensitas nyeri di daerah
agen nyeri luka post op nya
pence R : Pasien koorperatif O : Klien
dera H : Nyeri di luka post tampak
fisik op SC meringis,
(post 2. Mengidentifikasi skala
SC) skala nyeri nyeri 5
R : Pasien koorperatif A : Masalah nyeri
H : Skala nyeri 5 akut belum
3. Mengidentifikasi teratasi
faktor penyebab nyeri P : Intervensi
R : Pasien koorperatif dilanjutkan
H : Penyebab nyeri 1. Mengidentifikasi
karena luka post op lokasi,
SC karakteristik,
4. Memonitor efek frekuensi,
samping penggunaan Intensitas nyeri
analgetik 2. Mengidentifikasi
R : Pasien koorperatif skala nyeri
H : Pasien tidak alergi 3. Mengidentifikasi
terhadap analgetik faktor penyebab
5. Memberikan teknik nyeri
nonfarmakologis 4. Memonitor efek
(tarik nafas dalam) samping
R : Pasien koorperatif penggunaan
H : Pasien mengikuti analgetik
arahan teknik 5. Memberikan
relaksasi nafas dalam teknik
6. Mengontrol nonfarmakologis
lingkungan yang (tarik nafas
memperbera rasa dalam)
nyeri (suhu, 6. Mengontrol
pencahayaan, lingkungan yang
kebisingan) memperbera rasa
R : Pasien koorperatif nyeri (suhu,
H : Pasien tampak pencahayaan,
nyaman kebisingan)
7. Memfasilitas istirahat 7. Memfasilitas
dan tidur istirahat dan tidur
R : Pasien koorperatif 8. Menjelaskan
H : Pasien tampak strategi pereda
nyaman nyeri
8. Menjelaskan strategi
pereda nyeri
R : Pasien korrperatif
H : Pasien tampak
mendengarkan saat
dijelaskan strategi
pereda nyeri dengan
teknik relaksasi nafas
dalam
2. Intole 1. Mengidentifikasi S : Klien
ransi keterbatasan fungsi menga
aktivi dan gerak takan
tas R : Pasien koorperatif masih
b.d H : Pasien mengalami merasa
kele kelemahan pasca post lemas
maha op SC O : Klien
n 2. Memonitor lokasi dan tampak masih
sifatketidaknyamanan berbaring
atau rasa sakit selama A : Masalah
bergerak atau intoleransi
beraktivitas aktivitas
R : Pasien koorperatif belum teratasi
H : Pasien P : Intervensi
mengatakan lemas dilanjutkan
karena nyeri di luka 1. Mengidentifikasi
post op SC keterbatasan
3. Melakukan fungsi dan gerak
pengendalian nyeri 2. Memonitor
sebelum memulai lokasi dan
latihan sifatketidaknyam
R : Pasien koorperatif anan atau rasa
H : Pasien melakukan sakit selama
teknik relaksasi nafas bergerak atau
dalam terlebih dahulu beraktivitas
sebelum melakukan 3. Melakukan
latihan rentang gerak pengendalian
4. Memberikan posisi nyeri sebelum
tubuh optimal untuk memulai latihan
gerakan pasif atau 4. Memberikan
aktif posisi tubuh
R : Pasien koorperatif optimal untuk
H : Pasien Tamapk gerakan pasif
nyaman atau aktif
5. Menjelaskan kepada 5. Menjelaskan
pasien atau keluarga kepada pasien
tujuan dan atau keluarga
rencanakan latihan tujuan dan
bersama rencanakan
R : Pasien koorperatif latihan bersama
H : Pasien dan 6. Menganjurkan
keluarga pasien duduk
mendengarkan ditempat tidur,
penjelasan tentang disisi tempat
latihan rentang gerak tidur (menjuntai)
6. Menganjurkan pasien atau di kursi
duduk ditempat tidur, 7. Menganjurkan
disisi tempat tidur melakukan
(menjuntai) atau di latihan rentang
kursi gerak pasif dan
R : Pasien koorperatif aktif secara
H : Pasien tampak sistematis
duduk
7. Menganjurkan
melakukan latihan
rentang gerak pasif
dan aktif secara
sistematis
R : Pasien koorperatif
H : Pasien dianjurkan
untuk miring kanan-
kiri, kemudian
menekuk kedua kaki
dan duduk
3. Defis 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengtakan
it kesiapan dan tidak tahu cara
penge kemapuan menerima melakukan perawatan
tahua informasi payudara yang benar
n R : Pasien koorperatif O : Pasien tampak
pera H : Pasien mampu mampu melakukan
watan menerima infirmasi perawatan payudara
payu yang diberikan dengan benar
dara 2. Mengidentifikasi A : Defisit
b.d faktor faktor yang pengetahuan
kuran dapat meningkatkan perawatan payudara
gnya dan menurunkan teratasi sebagian
terpa motivasi perilaku P : Intervensi
par R : Pasien koorperatif dilanjutkan
infir H : Pasien 1. Mengidentifikasi
masi mengatakan yang kesiapan dan
meningkatkan kemapuan
motivasi dalam menerima
perawatan payudara informasi
yakni keluarga dan 2. Mengidentifikasi
anaknya faktor faktor
3. Menyediakan materi yang dapat
dan media pendidikan meningkatkan
kesehatan dan menurunkan
R : Pasien koorperatif motivasi perilaku
H : Media 3. Menyediakan
pembelajaran beruba materi dan media
kerta leaflet pendidikan
4. Menjadwalkan kesehatan
pendidikan kesehatan 4. Menjadwalkan
sesuai kesepakatan pendidikan
R : Pasien korrperatif kesehatan sesuai
H : Kontrak kesepakatan
melakukan 5. Memberikan
pendidikan kesehatan kesempatan
dengan pasien untuk bertany
5. Memberikan 6. Menjelaskan
kesempatan untuk faktor risiko
bertanya yang dapat
R : Pasien koorperatif mempengaruhi
H : Pasien bertanya kesehatan
terkait perawatan
payudara saat
dilakukan pendidikan
kesehatan
6. Menjelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
R : Pasien koorperatif
H : Pasien dan
keluarga
mendengarkan
dengan seksama
BAB IV
PEMBAHASAN ASUHAN
Dalam pembahasan ini kelompok akan membandingkan hasil tinjauan kasus yang
dilakukan pada Ny. N dengan post operasi sectio caesarea di ruang rawat inap
kebidanan RSUU Muhammadiyah Metro dengan tinjauan teoritis. Setelah
kelompok membandingkan antara kasus post operasi caesarea pada klien Ny. N
dengan tinjauan kepustakaan yang ada, maka terdapat beberapa kesenjangan .
berikut ini penulis mencoba untuk membahas kesenjangan tersebut, dipandang
dari sudut keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
Pada saat kelompok melakukan pengkajian pada Ny. N tanggal 12 oktober 2022,
kelompok tidak menemukan kesulitan, karena komunikasi yang baik dengan
klien, maka dilakukan wawancara dan tanya jawab seputar keadaan klien. Dan
juga komunikasi yang baik antara keluarga dan perawat diruang perawatan.
Sehingga kelompok dapat melalui kesulitan tersebut. Pengkajian adalah tahap
yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang individu, dan kelompok
(Carpenito & Moyet, 2017)
1. Pengkajian
Pada saat kelompok melakukan pengkajian pada Ny. N pada tanggal 12
oktober 2022 didapatkan data melalui klien dan keluarga Ny. N dengan
post op SC yang gagal induksi. Keluarga klien tidak ada yang mengalami
penyakit keturunan maupun menular. Tetapi ayah klien memiliki Riwayat
hipertensi 15 tahun lalu. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, tidak ada
kelainan yang ditemukan kelompok pada Ny. N klien mengeluh nyeri pada
luka post sc, nyeri bertambah saat bergerak, nyeri seperti tersayat-sayat,
nyeri menyebar disekitar luka SC, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul durasi
nyeri ± 10 menit, pasien mengatakan tidur 6 jam/ hari, tidur sering
terbangun karena merasakan nyeri pada luka, pasien mengatakan belum
mandi, pasien mengatakan belum bisa beraktivitas secara mandiri,
aktivitas dibantu oleh keluarganya, pasien mengatakan belum mengerti
bagaimana cara perawatan payudara, pasien mengatakan ASI belum keluar
dan bayi belum mau menyusu.
2. Diagnosa keperawatan
Pada masalah keperawatan khususnya pada kasus post sc secara teori
terdapat ada 6 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan
tampak meringis
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan ingtegritas kulit
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikkan
dengan merasa lemah
d. Deficite pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan
dengan kurangnya terpapar informasi
e. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Tujuan yang
diharapkan dari asuhan keperawatan dengan kasus post operasi section
caesarea yaitu agar riwayat kehamilan tubuh kembali meningkat, klien
tidak mengalami kesulitan dalam persalinan. Dalam pembuatan
perencanaan penulis bekerja sama dengan pera Resiko infeksi
berhubungan dengan kerusakan integritas kulit wat ruangan untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan. Adapun rencana yang akan
dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post SC) dibuktikan dengan
tampak meringis yaitu yang dilakukan perencanaan adalah lakukan
pengkajian nyeri, komprehensif yang meliputi lokasi, karekteristik,
durasi, frekuensi, intensitas dan faktor penyebab. Identifikasi skala
nyeri, identifikasi factor penyebab nyeri, monitor efek samping
penggunaan analgetic, berikan teknik Tarik nafas dalam, kompres
hangat dan dingin. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(suhu, pencahayaan, kebisingan). Fasilitasi istirahat dan tidur.
Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri. Jelaskan strategi Pereda
nyeri. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri. Anjurkan teknin
nonfarmakologi ungtuk mengurangi nyeri.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan klien merasa lemah yaitu yang dilakukan perencanaan adalah
observasi monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau rasa sakit
selama bergerak atau beraktivitas. Lakukan pengendalian nyeri
sebelum memulai latihan. Berikan posisi tubuh optimal untuk gerakan
sendi pasif atau aktif. Fasilitasi Menyusun jadwal latihan rentang
gerak aktif dan pasif. Berikan penguatan positif untuk melakukan
latihan Bersama. Jelaskan kepada pasien atau keluarga tujuan dan
rencanakan latihan Bersama. Anjurkan pasien duduk ditempat tidur,
disisi tempat tidur (menjuntai) atau dikursi. Anjurkan melakukan
latihan rentang gerak pasif dan aktif secara sistematis.
c. Defisit pengetahuan tentang perawatan payudara b.d kurangnya
terpapar informasi yang dilakukan perencanaan adalah observasi
identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku. Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan. Berikan kesempatan untuk bertanya. Jelaskan
faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan. Ajarkan perilaku
bersih dan sehat. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien
terlebih dahuliu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar
tindakan yang diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga
semua rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang
dihadapi klien
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post SC) yaitu yang dilakukan
perencanaan adalah lakukan pengkajian nyeri Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, frekuensi, Intensitas nyeri. Mengidentifikasi skala nyeri.
Mengidentifikasi faktor penyebab nyeri. Memonitor efek samping
penggunaan analgetic. Memberikan teknik nonfarmakologis (tarik
nafas dalam). Mengontrol lingkungan yang memperbera rasa nyeri
(suhu, pencahayaan, kebisingan). Memfasilitas istirahat dan tidur.
Menjelaskan strategi pereda nyeri.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan yaitu dilakukan perencanaan
adalah Mengidentifikasi keterbatasan fungsi dan gerak. Memonitor
lokasi dan sifatketidaknyamanan atau rasa sakit selama bergerak atau
beraktivitas. Melakukan pengendalian nyeri sebelum memulai latihan.
Memberikan posisi tubuh optimal untuk gerakan pasif atau aktif.
Menjelaskan kepada pasien atau keluarga tujuan dan rencanakan
latihan Bersama. Menjelaskan kepada pasien atau keluarga tujuan dan
rencanakan latihan Bersama. Menganjurkan pasien duduk ditempat
tidur, disisi tempat tidur (menjuntai) atau di kursi Menganjurkan
melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif secara sistematis
c. Defisit pengetahuan tentang perawatan payudara b.d kurangnya
terpapar informasi dilakukan perencanaan adalah Mengidentifikasi
kesiapan dan kemapuan menerima informasi. Mengidentifikasi faktor
faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku.
Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan. Menjadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan. Memberikan kesempatan
untuk bertanya. Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
5. Evaluasi keperawatan
Dari 3 diagnosa keperawatan hang kelompok tegakkan sesuai denga napa
yang kelompok temukan dalam melakukan asuhan keperawatan kurang
lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal. Maka
dari itu, dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapaihasil yang
maksimal memerlukan adanya Kerjasama antara penulis dengan klien,
perawat, dan tim kesehatan lainnya.
a. Pada diagnose keperawtan nyeri berhubungan dengan agen pencedera
fisik (post SC) masalah nyeri yang dirasakan klien pada luka bekas
post sc masalah teratasi sebagian
b. Pada diagnose keperawatan Intoleransi aktivitas b.d kelemahan,
masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
c. Defisit pengetahuan tentang perawatan payudara b.d kurangnya
terpapar informasi teratasi sebagian
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini kelompok akan menyimpulkan hasil dari asuhan keperawatan pada
Ny.N dengan post sc yang dirawat diruang rawat inap kebidanan RSUU
Muhammadiyah, mulai dari pengkajian keperawatan, diagnose keperawtan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan
yang dilaksanakan pada tanggal 12 oktober 2022.
1. Kesimpulan
Post partum atau disebut juga masa puerperium merupakan waktu yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat
seblum hamil atau disebut involusi terhitung dari selesai persalinan hingga
dalam jangka waktu kurang lebih 6 minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017)
a. Kelompok dapat melakukan pengkajian pada Ny.N dengan post sc
diruang rawat inap kebidanan RSUU Muhammadiyah Metro tahun 2022.
Pada pengkajian penulis tidak menemukan beberapa perbedaan, serta
hambatan tidak ada ditemukan kelompok.
b. Kelompok mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Ny. N
dengan post sc di RSUMM Muhammadiyah Metro tahun 2022, terdapat
3 diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu:
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post SC)
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3) defisit pengetahuan tentang perawatan payudara b.d kurangnya
terpapar informasi
c. kelompok mampu merencanakan intervensi keperawatan pada Ny.N
dengan post sc diruang rawat inap kebidanan RSUU Muhammadiyah
Metro tahun 2022. Tujuan yang diharapkan dari asuha keperawatan
dengan post sc yaitu agar nyeri akut berkurang, intoleransi aktivitas
meningkat, deficit pengetahuan meningkat
d. kelompok mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny.N
dengan post sc diruang rawat inap kebidanan RSUMM Muhammadiyah
Metro tahun 2022. Pelaksanaan rencana yang telah ditetatapkan dapat
dilaksanakan dengan baik hal ini terjadi karena adanya Kerjasama
dengan klien serta perawat ruangan yang telah membantu dalam
melakukan tindakan pelaksanaan kepada klien.
e. Kelompok mampu mengevaluasi keperawatan pada Ny.N dengan post sc
di ruang rawat inap kebidanan RSUMM Muhammadiyah Metro tahun
2022, semua masalah keperawatan yang dialami klien dapat teratasi.
2. Saran
a. Kelompok
Kelompok harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam
melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien,
terutama klien dengan post operasi section caesarea. Penulis juga harus
menggunakan teknik komunikasi terapeutik yang baik lagi pada saat
pengkajian, tindakan, dan evaluasi agar terjalin kerjasama yang baik
untuk kesembuhan klien.
b. Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang professional khususnya untuk
klien post operasi sectio caesarea.
c. Rumah sakit
Institusi Rumah sakit harus menekankan perawat dan tim medis lainnya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan demi membantu pengobatan
klien dan memberikan kepuasan klien dalam pelayanan Rumah sakit,
terutama diruang rawat inap Kebidanan RSUU Muhammadiyah Metro..