DISUSUN OLEH :
ELIN RAHAYU
202101029
A. Seksio Sesarae ( SC )
1. Pengertian
Pengertian Sectio caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi) (Rahim dkk., 2019).
Sectio Ceasarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisipada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Nurfitriani, 2017). Tindakan Sectiocassarea (SC)
merupakan salah satu alternatif bagi seorang wanita dalam memilih proses persalinan
di samping adanya indikasi medis dan indikasi non medis, tindakan SC akan
memutuskan kontinuitas atau persambungan jaringan karena insisi yang akan
mengeluarakan reseptor nyeri sehingga pasien akan merasakan nyeri terutama setelah
efek anastesi habis (Metasari dan Sianipar, 2018).
b. Indikasi
Pelaksanaan sectio secarea dapat dilakukan apabila kelahiran dilakukan melalui
vagina dimungkinkan dapat membawa risiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectio
secarea antara lain meliputi (Subekti, 2018):
2) Indikasi darurat
-Pelahiran dengan sectio secarea dilakukan untuk :
-Induksi persalinan yang gagal
-Kegagalan dalam kemajuan persalinan
-Penyakit fetal atau matemal
- Persalinan macet
- Pre eklamsia berat
-Prolapsus funiculi
-Perdarahan hebat dalam persalinan
Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan
c. Komplikasi pasca SC
d. Perawatan Post SC
Penanganan pasca operasi sc dibagi menjadi perawatan pasca operasi serta
perawatan lanjutan. Perawatan pasca operasi difokuskan pada tindakan observasi
yang meliputi (Manuaba, 2010):
1) Kaji tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR. Suhu, SaO2) dan kesadaran klien dengan
interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya stabil.
2) Lihat tinggi fundus, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia. Hal ini
khususnya penting jika persalinan berlangsung lama, jika uterus telah
mengembang oleh polihidramnion atau kehamilan multiple dan jika terdapat
ancaman defek koagulasi. Contohnya setelah perdarahan antepartum dan toksemi
pre-eklamsi.
3) Pertahankan keseimbangan cairan
4) Pastikan analgesik yang adekuat dimana rasa nyeri meningkat pada hari
pertama post operasi sectio caesarea.
5) Profilaksis antibiotika, hal ini dikarenakan infeksi selalu diperhatikan dari
adanya alat yang kurang steril, sehinga pemberian antibiotika sangat penting
untuk menghindari terjadinya sepsis sampai kematian Selain tindakan observasi
tersebut, akan dilakukan perawatan lanjutan diantaranya adalah:
1) Ambulasi : Hari pertama ibu post SC harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini
yang biasa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung
jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menenangkan otot
betis serta menekuk dan menggeser kaki. Ibu diharuskan untuk miring kiri dan
kanan untuk mencegah thrombosis dan trombo emboli, setelah ibu belajar duduk
ibu dianjurkan untuk belajar berdiri dan berjalan.
2) Intermedial puerpureum
Intermedial puerpureum yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kepulihan seluruh
alat genetalia dengan waktu 6-8 minggu (Machmudah, 2015).
2) Fase taking hold, adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa kawatir atas ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi.Ibu memiliki perasaan yang sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Tugas sebagai tenaga
kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara
merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu.
3) Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan
diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat.
Pendidikan yang kita berikan pada fase sebelumnya akanbermanfaat bagi ibu. Ibu
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.Dukungan dari suami
dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.Suami dan keluarga dapat membantu
dalam merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga tidak terlalu
terbebani.
1) Penyakit kardiovaskular
2) Kondisi medis lain, sering kali mencerminkan penyakit yang sudah ada
sebelumnya
3) Infeksi atau sepsis
4) Pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan (hemorrhage)
5) Kardiomiopati
6) Penyumbatan di salah satu arteri pulmonalis di paru-paru yang sering
disebabkan oleh gumpalan darah yang mengalir ke paru-paru dari kaki (emboli
paru trombotik) 7) Stroke 8) Hipertensi pada kehamilan 9) Eemboli cairan
ketuban 10) Komplikasi anestesi
3.pathway
b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1) Data Pengkajian
Perawat mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, riwayat obstetri, pola
fungsi kesehatan serta melakukan pemeriksaan fisik
a) Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien, pendidikan,
alamat orang tua, serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Nama agar dapat
lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu dengan yang lain agar
tidak tertukar. Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak.
Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien. Penghasilan mengetahui
bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien.
b) Riwayat kesehatan meliputi keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit sekarang, riwayat kesehatan keluarga. Pada umumnya klien mengeluh nyeri
pada luka jahitan, nyeri bertambah bila bergerak. Pada riwayat penyakit keluarga
dikaji danya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar
pada klien. TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut
ditularkan pada klien, sehingga memperberat persalinannya
c) Pola fungsi kesehatan yang meliputi pola nutrisi, aktivitas, eliminasi, konsep diri,
pola hubungan dan peran, serta pola stress dan koping.
d) Riwayat pengkajian obstetri meliputi riwayat menstruasi, riwayat kehamilan
terdahulu, riwayat kehamilan sekarang, dan riwayat persalinan lalu.
e) Pemeriksaan Fisik - Keadaan umum:
Kaji terkait tingkat kesadaran klien.
- Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, suhu, nadi dan RR
-Kepala dan leher
Kaji konjungtiva anemis atau tidak, kaji masalah di kepala dan leher
- Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan
papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum.
-Abdomen
Terdapat bekas jahitan luka SC, TFU (normalnya berada di midline, 2 cm dibawah
umblilicus), diastasis rectus abdomicus (palpasi bagian abdomen untuk merasakan
pemiahan antara kedua sisi otot perut ketika menundukkan kepala), kaji masih
adatidaknya kontraksi uterus.
-Genetalia
Kaji lochea, merupakan cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang
biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochea dibagi dalam beberapa jenis :
Lochia rubra: Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
Lochia sanguinolenta: Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan
bercampur lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit
yang mati.
Lochia serosa: Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
Lochia alba: Setelah 2 minggu, berwarna putih jemih, berisi selaput lendir.
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang
telah mati.
-Ekstremitas
Pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karena pre eklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal. Ada varices pada
ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang
menekan vena abdomen.
Terapeutik
-berikan metode
alternatif penghilang rasa
sakit
Edukasi
-jelaskan prosedur
pertolongan persalinan
-Ajarkan Teknik
relaksasi
-anjurkan ibu
mengosongkan kandung
kemih
-anjurkan ibu cukup
nutrisi
-ajarkan ibu cara
mengenali tanda-tanda
persalinan
-ajarkan ibu mengenali
tanda bahaya persalinan
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 1x24 jam , maka -monitor tanda &gejala
risiko infeksi dapat dicegah dengan infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil: Terapeutik
Demam -batasi jumlah
Kemerahan pengunjung
bengkak -berikan perawatan kulit
pada area edema
-cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien.
-pertahankan Teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi .
Edukasi
-ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
-ajarkan etika batuk
-ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
-anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
-anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
imunisasi
4. Gangguan Setelah dilakukan intervensi Observasi
mobilitas fisik keperawatan selama 1x24 jam, maka -identifikasi adanya
gangguan mobilitas fisik meningkat nyeri atau keluhan fisik
dengan kriteria hasil : lainnya .
-Kekhwatiran akibat hosputaisasi -identifikasi toleransi
meningkat fisik melakukan
-Penghalang fisik meningkat pergerakan.
-Kekhawatiran menjalan peran -monitor frekuensi
orangtua meningkat jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
mobilisasi
-monitopr kondisi
umum selama
melakukan mobilisasi.
Terapeutik
-fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
-libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
-anjurkan melakukan
mobilisasi dini
-ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan .
Daftar Pustaka
Luka Pasca Bedah Sectio Caesarea (Sc) Dengan Tingkat Kemandirian Pasien Di Ruang Instalasi
Rawat Inap Kebidanan Dan Kandungan Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Jurnal
Keperawatan. 7(1)
Subekti, S. W. 2018. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea. Jurnal Biometrika Dan Kependudikan.
7(1):11-19.
Yusmaharani. 2019. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Bersalin Dengan Kejadian Partus Lama.
Jomis (Journal Of Midwifery Science). 9(1):12-17.