Disusun Oleh :
NOVITA SARI
(20650215)
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 20650215
Penyusun,
(Novita Sari)
( ) ( )
A. Konsep Masa
a. Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasentar
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti,
2015).
2. Periode Early post partum : terjadi setelah 24 jam post partum sampai akhir
minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu
post partum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara
drastic.
3. Periode late post partum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam
sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap (Mitayani, 2010).
1) Sistem Respirasi
2) Sistem Cardiovaskuler
a) Cardiak Output
3) Sistem Gastrointestinal
4) Sistem Reproduksi
a) Payudara
b) Involusi Uterus
c) Endometrium
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi
menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas bersama
lochea. Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan miometrium yang
berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium
baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat. Seluruhnya
endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan ketiga.
e) Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas
inplantasi plasenta yang keluar melalui vagina. Lochea merupakan
pembersihan uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari
eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada
awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu:
1. Lochea Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri
dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan
sisa-sisa selaput ketuban.
2. Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan
warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post
partum.
3. Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-
sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6
post partum (Cuningham, 195 : 288).
5) Sistem Endokrin
6) Sistem Perkemihan
Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi
karena letak blass berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan
kandung kemih mutlak dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama
pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat
terjadi gangguan pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu dilakukan bldder
training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.
7) Sistem Persarafan
8) Sistem Integumen
9) Sistem Muskuloskletal
Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis,
sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Berakhir dalam 24 –
48 jam. Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan
keadaan hormonal yang tidak stabil.
Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain.
Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai
bayi berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial.
Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi
rendah, masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya
bisa menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah
kelahiran.
2. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan
duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari
mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi
purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism.
3. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
4. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
5. Pemeriksaan Khusus
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi.
a. Diit
b. Pakaian
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun didalam
uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang,
ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin (Mitayani, 2010).
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan
sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk
kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya
karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat
antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi
a. Definisi
Operasi Caesar atau sering disebut seksio sesarea adalah melahirkan janin
melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus). Seksio
sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram. Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh (Jitowiyono, 2017).
1) Indikasi ibu
b) Plasenta previa yaitu plasenta melekat pada ujung bawah uterus sehingga
menutupi serviks sebagian atau seluruhnya, sehingga ketika serviks membuka
selama persalinan ibu dapat kehilangan banyak darah, hal ini sangat berbahaya
bagi ibu maupun janin.
c) Tumor pelvis (obstruksi jalan lahir), dapat menghalangi jalan lahir akibatnya
bayi tidak dapat dikeluarkan lewat vagina.
d) Kelainan tenaga atau kelainan his, misalnya pada ibu anemia sehingga kurang
kekuatan/tenaga ibu untuk mengedan dapat menjadi rintangan pada persalinan,
sehingga persalinan mengalami hambatan/kemacetan.
2) Indikasi janin
a) Janin besar yaitu bila berat badan bayi lebih dari 4000 gram, sehingga sulit
melahirkannya
c) Gawat janin, janin kelelahan dan tidak ada kemajuan dalam persalinan
Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan observasi ketat
setelah resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah tempat untuk memulihkan
dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siap
tersedia di rumah sakit yang sama. Perawatan umum untuk semua ibu meliputi :
1. Kaji tanda – tanda vital dengan interval diatas (15 menit). Pastikan kondisinya
stabil.
2. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan jumlah
lokea.
7. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jikan tidak ada kontraindikasi.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan
dan jawab pertanyaan – pertanyaan pasien.
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
Biodata
h. Keluhan pasien.
a. Suhu
Peningkatan suhu tubuh masa nifas disebabkan oleh dehidrasi akibat
keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Selain itu disebabkan oleh
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Pada
umumnya suhu tubuh kembali normal setelah 12 jam post partum.
c. Tekanan darah
Pada beberaapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
3. Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi, dalam hal melakukan pengkajian
fisik dengan perabaan apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar, atau
abses serta bagaimana keadaan puting.
4. Uterus
Perubahan dalam uterus meliputi involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses ketika uterus kembali kekondisi sebelum hamil
dengan bobot hanya 60 gram.
5. Kandung kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan karena
reflek penekanan aktivitas yang disebabkan oleh tekanan pada kandung
kemih selama melahirkan. Kehamilan menyebabkan dilatasi dan
peregangan pelvis renalis dan ureter, tetapi akan kembali normal pada
minggu ke empat.
6. Genetalia/perinium
Setelah persalinan, vagina meregang dan membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil, tetapi jarang
kemballi ke ukuran nuli para. Kadang-kadang pada persalinan lama,
ditemukan edema dan memar pada dinding vagina. Rugai terlihat kembali
pada minggu ke tiga, himen muncul sebagai jaringan kecil yang selama
proses sikatrisasi diubah menjadi karunkulae mirtiformis yang merupakan
ciri khas wanita yang pernah melahirkan.
7. Lochea
Muncul pada hari pertama sampai keempat masa post partum, warnanya
merah dan mengandung darah dari robekan atau luka pada bekas
implantasi plasenta dan serabut dari desidua dan korion.
8. Ekstremitas bawah
Pada pengkajian ekstremitas bawah, lakukan pemeriksaan kaki apakah ada
varises, warna kemerahan pada betis, atau edema.
9. Pengkajian psikologis
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas,
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi
tersebut sering disebut sebagai post partum blues. Post partum blues
sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami
oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Pada sebagian kasus
tidak diperlukan terapi yang efektif, kecuali antisipasi, pemahaman, dan
rasa aman. Emosi yang labil ditingkatkan oleh ketidaknyamanan fisik. Post
partum blues umumnya terjadi sekitar hari ketiga hingga kelima post
partum. Seorang wanita yang mengalami perasaan kehilangan fisik setelah
melahirkan dapat menimbulkan duka cita yang bersifat normal. Tiga tahap
duka cita yaitu :
B. Daftar Diagnosa
1. Gangguan Mobilitas fisik b.d nyeri luka post op SC.
2. Resiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer).
3. Resiko Infeksi b.d kerusakan intergritas kulit akibat tindakan invasif.
4. Ketidaknyamnan Pascapartum b.d involusi uterus.
INTERVENSI
Nama : Ruang :
Umur : No.Reg :
manajemen nyeri
Observasi :
1. Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kwalitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi
respon non
verbal
3. Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
Terapiutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri ( hypnosis,
akupresur, nafas
dalam,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing)
2. kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
3. fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. jelaskan periode
dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
menurunkan
nyeri
3. ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
Daftar Pustaka
Amru, 2012. Rustam Mochtar sinopsis obstetric : Obstetri operatif obstetric social. edisi 3
jilid 1 dan 2. EGC : Jakarta.
Fraser, D.M. & Cooper, M.A. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Ida Bagus Gede Manuaba, dkk. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Mitayani, 2010. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, 2012. Asuhan Kebidanan. Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal.
Jakarta : YBPSP.
Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Walyani & Purwoastuti, 2015. Ilmu Obstetri dan ginekologi Sosial untuk kebidanan.
Yogyakarta : Pustaka baru Press.