Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS (SEKSIO SESAREA)

Di Ruang Nifas (Siti Walidah) Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo

Disusun Oleh :

NOVITA SARI

(20650215)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Maternitas Oleh :

Laporan Pendahuluan Oleh : Novita Sari

NIM : 20650215

Intitusi : Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Untuk memenuhi tugas praktik Program Profesi Ners Departemen Keperawatan


Maternitas Di Ruang Nifas (Siti Walidah) pada tanggal 30 November - 05 Desember 2020
di Rumah Sakit Umum Muhamadiyah Ponorogo.

Ponorogo, Desember 2020

Penyusun,

(Novita Sari)

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )
A. Konsep Masa

a. Definisi

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasentar
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti,
2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari


persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lama masa nifas yaitu 6 – 8 minggu (Amru, 2012).

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Padila (2014), Postpartum atau


masa postpartum adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai
persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil
dan lamanya mas postpartum kurang lebih 6 minggu.

Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas dapat


disimpulkan bahwa : “Masa nifas disebut juga post partum atau puerperium,
adalah masa penyembuhan dan pulihnya kembali alat-alat reproduksi sejak selesai
melahirkan sampai pada keadaan normal, seperti sebelum hamil, lamanya kira-
kira 6 minggu.

b. Klasifikasi Masa Nifas

1. Periode Immediate post partum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah


melahirkan.

2. Periode Early post partum : terjadi setelah 24 jam post partum sampai akhir
minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu
post partum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara
drastic.
3. Periode late post partum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam
sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap (Mitayani, 2010).

c. Perubahan Masa Nifas Fisiologis

Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan


secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh
perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Sistem Respirasi

Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan


menyebabkan perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi.
Setelah operasi mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang
menyebabkan perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini
tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi
mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.

2) Sistem Cardiovaskuler

Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak


mengalami perubahan antara lain :

a) Cardiak Output

Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada


hari pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat
mengindikasikan adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit
jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic
kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk
menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena.
Biasanya ini terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali
melakukan mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic
merupakan indikasi terjadinya perdarahan uteri.
b) Volume dan Konsentrasi Darah

Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari


pada sel darah. Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan
kadar hemoglobin menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari
keempat post partum. Jumlah leukosit meningkat pada early post partum
hingga nilainya mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila
peningkatan lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini
mengindikasikan adanya infeksi. Jumlah darah yang hilang selam persalinan
sekitar 400-500 ml. Pada klien post partum dengan seksio sesarea kehilangan
darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan normal (600-800 cc).

3) Sistem Gastrointestinal

Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami


penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa
waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas otot tergantung atau dipengaruhi
oleh penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan, serta mobilitas
klien. Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin
terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut
karena dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum.
Sebagai akibatnya klien akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi
serta gangguan eliminasi BAB. Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu
puasa sebelumnya.

4) Sistem Reproduksi

a) Payudara

Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi


korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan
meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi
ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan
keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada
membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan
terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan
pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu
interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan berbagai
macam hormon sehingga ASI dapat keluar.

b) Involusi Uterus

Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi


ototnya akan menjadi keras sehingga dapat menutup/menjepit pembuluh darah
besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus
terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam
pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus sejajar
dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti
keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus
uterus dapat diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi
uterus bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus terjadi setelah
klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi.

c) Endometrium

Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi
menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas bersama
lochea. Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan miometrium yang
berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium
baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat. Seluruhnya
endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan ketiga.

d) Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum

Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada


serviks dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks
akan mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum
normal. Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.

e) Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas
inplantasi plasenta yang keluar melalui vagina. Lochea merupakan
pembersihan uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari
eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada
awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu:

1. Lochea Rubra

Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri
dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan
sisa-sisa selaput ketuban.

2. Lochea Serosa

Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan
warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post
partum.

3. Lochea Alba

Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-
sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6
post partum (Cuningham, 195 : 288).

Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika pengeluaran lochea


berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea yang prulenta (nanah),
aras nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber
perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin.

5) Sistem Endokrin

Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid,


pembengkakan kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI dan
kontraksi uterus.

6) Sistem Perkemihan

Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi
karena letak blass berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan
kandung kemih mutlak dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama
pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat
terjadi gangguan pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu dilakukan bldder
training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.

7) Sistem Persarafan

Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami


gangguan kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau
penusukan pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan
sensasi pada ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat
selama 24 jam pertama. Kesadaran biasanya

8) Sistem Integumen

Cloasma atau hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah


persalinan akibat dari penurunan hormon progesterone dan melanotropin,
namun pada beberapa wanita ada yang tidak menghilang secara keseluruhan,
kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap. Pertumbuhan rambut yang
berlebihan terlihat selama kehamilan seringkali menghilang setelah persalinan,
sebagai akibat dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi
folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.

9) Sistem Muskuloskletal

Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini


menyebabkan hilangnya kekenyalan otot pada masa post partum, terutama
menurunnya tonus otot dinding dan adanya diastasis rektus abdominalis. Pada
dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur dan terdapat luka/insisi
bekas operasi, secara berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi
ekstremitas bawah dapat berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan,
pada klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan
regio anestesi dapat terjadi pula penurunan kekuatan otot yang disebabkan
oleh peregangan otot.
d. Perubahan Masa Nifas Psikologis

Kehamilan, kelahiran dan perubahan menjadi orang tua menyebabkan


terjadinya keadaan krisis yang membutuhkan adaptasi, apabila adaptasi tersebut
tidak berhasil, maka wanita tersebut akan mengalami depresi. Masalah kesehatan
jiwa yang sering dialami wanita yaitu :

1. Post Partum Blues

Merupakan depresi pada masa kehamilan, relative rendah namun meningkat


dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan.

Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis,
sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Berakhir dalam 24 –
48 jam. Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan
keadaan hormonal yang tidak stabil.

2. Depresi Post Partum

Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain.
Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai
bayi berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial.

Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi
rendah, masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya
bisa menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah
kelahiran.

3. Post Partum Psikosis

Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan. Gejala


seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya
dialami oleh ibu yang mengalami keguguran atau kematian bayi dalam
kandungan/setelah dilahirkan
e. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Perawatan diri ibu nifas terdiri dari berbagai macam, meliputi:

1. Memelihara Kebersihan Perseorangan (Personal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan


perasaan kesejahteraan ibu. Personal Hygiene yang bisa dilakukan ibu nifas
untuk memelihara kebersihan diri tidak hanya mandi, tetapi juga menggosok
gigi dan menjaga kebersihan mulut, menjaga kebersihan rambut dengan
keramas, menjaga kebersihan pakaian, dan menjaga kebersihan kaki, kuku,
telinga, mata dan hidung. Selain itu juga mencuci tangan sebelum memegang
payudara, setelah mengganti popok bayi, setelah buang air besar dan kecil dan
sebelum memegang atau menggendong bayi.

2. Mobilisasi Dini

Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan
duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari
mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi
purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism.

3. Rawat Gabung

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.

4. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

5. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu

b. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

c. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia


alba

e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi.

6. Nasehat Yang Perlu Diberikan Saat Pulang Adalah:

a. Diit

Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan


kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi
seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan
(Saifuddin, 2012).

b. Pakaian

Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak


tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga
lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar (Mitayani, 2010).

c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun didalam
uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang,
ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin (Mitayani, 2010).

d. Miksi

Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi.

e. Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.

f. Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan
sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk
kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya
karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat
antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi

g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat


indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin

Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil


dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.

i. Mempersiapkan untuk Metode KB

Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan


metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena
itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
minggu setelah melahirkan.

B. Konsep Seksio Sesarea

a. Definisi

Operasi Caesar atau sering disebut seksio sesarea adalah melahirkan janin
melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus). Seksio
sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram. Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh (Jitowiyono, 2017).

Seksio sesarea adalah suatu proses persalinan buatan yang dilakukan


melalui pembedahan dengan cara melakukan insisi pada dinding perut dan dinding
rahim ibu, dengan syarat rahim harus keadaan utuh, serta janin memiliki bobot
badan diatas 500 gram. Jika bobot janin dibawah 500 gram, maka tidak perlu
dilakukan tindakan persalinan seksio sesarea (Solehati, 2017).

Seksio sesaria juga di sebut persalinan melalui sayatan pada dinding


abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau umr
kehamilan lebih dari 28 minggu (Ida Bagus Gde Manuaba, 2010 : 229).
b. Indikasi Seksio Sesarea

Tindakan seksio sesaria dilakukan bilamana diyakini bahwa penundaan


perslinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi ibu, janin
atau keduanya. Sedangkan persalinan per vaginam tidak mungkin dilakukan
dengan aman.

Beberapa alasan/indikadi untuk dilakukan seksio sesaria yaitu :

1) Indikasi ibu

a) Cepalo pelvic disproportion / disproporsi kepala panggul yaitu apabila bayi


terlalu besar atau pintu atas panggul terlalu kecil sehingga tidak dapat
melewati jalan lahir dengan aman, sehingga membawa dampak serius bagi ibu
dan janin.

b) Plasenta previa yaitu plasenta melekat pada ujung bawah uterus sehingga
menutupi serviks sebagian atau seluruhnya, sehingga ketika serviks membuka
selama persalinan ibu dapat kehilangan banyak darah, hal ini sangat berbahaya
bagi ibu maupun janin.

c) Tumor pelvis (obstruksi jalan lahir), dapat menghalangi jalan lahir akibatnya
bayi tidak dapat dikeluarkan lewat vagina.

d) Kelainan tenaga atau kelainan his, misalnya pada ibu anemia sehingga kurang
kekuatan/tenaga ibu untuk mengedan dapat menjadi rintangan pada persalinan,
sehingga persalinan mengalami hambatan/kemacetan.

e) Ruptura uteri imminent (mengancam) yaitu adanya ancaman akan terjadi


ruptur uteri bila persalinan dilakukan dengan persalinan spontan.

f) Kegagalan persalinan: persalinan tidak maju dan tidak ada pembukaan,


disebabkan serviks yang kaku, seringterjadi pada ibu primi tua atau jarak
persalian yang lama(lebih dari delapan tahun)

2) Indikasi janin

a) Janin besar yaitu bila berat badan bayi lebih dari 4000 gram, sehingga sulit
melahirkannya

b) Kelainan gerak, presentasi atau posisi ideal persalinan pervaginam adalah


dengan kepala ke bawah/ sefalik

c) Gawat janin, janin kelelahan dan tidak ada kemajuan dalam persalinan

d) Hidrocepalus dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam


ventrikel otak sehingga kepala menjadi lebih besar serta terjadi peleberan
sutura-sutura dan ubun-ubun, kepalka terlalu besar sehingga tidak dapat
berakomodasi dengan jalan lahir.

Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan, apabila


telah mengalami seksio sesaria atau menjalani operasi kandungan sebelumnya
“Ruptura uteri bisa terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi
seperti seksio sesaria klasik, miomektomi (Muhtar, 2012 : 289) misalnya ibu
dengan riwayat mioma sehingga dilakukan miomektomi, sebaiknya persalinan
berikutnya dengan seksio sesaria untuk menghindari terjadinya ruptura uteri
saat kontraksi uterus pada peresalinan spontan.

c. Klasifikasi Seksio Sesarea


Klasifikasi seksio sesarea menurut (Hary Oxom dan William R, Forte, 2010)

1. Segmen bawah : Insisi Melintang

Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman


sekalipun dikerjakan kemudian saat persalinan dan sekalipun dikerjakan
kemudian pada saat persalinan sekalipun rongga. Rahim terinfeksi mka insisi
melintang segmen bwah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksaan
obtretric.

2. Segmen bawah : Insisi Membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi


melintang insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan
gunting untuk menghindari cedara pada bayi.
3. Seksio sesaria klasik atau korporal yaitu insisi longitudinal digaris tengah
dibuat dengan scalpel kedalam dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas
serta kebawah dengan gunting yang berujung tumpul. Diperlukan luka insisi
yang lebar karena bayi sering dilahirkan bokong dahulu.

4. Seksio sesaria transperitonealis profunda yaitu insisi pada segmen bawah


uterus. Teknik ini paling sering dilakukan.

5. Seksio sesaria ekstra peritonealis : rongga peritoneum tidak dibuka, dulu


dilakukan pada pasien dengan infeksi intra uterin yang berat. Sekarang jarang
dilakukan.

6. Seksio sesaria histerektomy : setelah seksio sesaria dilakukan histerektomy


dengan indikasi atonia uteri, plasenta previa, mioma uteri, infeksi intra uterin
yang berat.

d. Perawatan Post Seksio Sesarea

Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan observasi ketat
setelah resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah tempat untuk memulihkan
dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siap
tersedia di rumah sakit yang sama. Perawatan umum untuk semua ibu meliputi :

1. Kaji tanda – tanda vital dengan interval diatas (15 menit). Pastikan kondisinya
stabil.

2. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan jumlah
lokea.

3. Pertahankan keseimbangan cairan.

4. Pastikan anlgesa yang adekuat.

5. Penggunaan analgesa epidural secara kontiou sangat berguna.

6. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk section caesarea,


misalnya kondisi medis seperti diabetes.

7. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jikan tidak ada kontraindikasi.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan
dan jawab pertanyaan – pertanyaan pasien.

9. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan


guna memastikan penyembuhan total, mendiskusikan kehamilan berikutnya
dan memastikan tindak lanjut perawatan untuk kondisi medisnya (Fraser
2012).

C. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Data Subjektif
Biodata

a. Nama ; untuk lebih mengenal pasien.

b. Umur ; untuk mendeteksi apakah ada risiko yang berhubungan dengan


dengan umur ibu.

c. Suku bangsa ; untuk mengetahui social budaya dan adat istiadat.

d. Agama ; untuk mengetahui agama serta cara pandangnya terhadap


kehamilan.

e. Pendidikan ; untuk mengetahui tingkat intelektual karena pendidikan


mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.

f. Pekerjaan ; untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap


permasalahan kesehatan dan untuk menilai social ekonomi.

g. Alamat ; untuk mempermudah hubungan dengan anggota yang lain bila


ada keperluan yang mendesak.

h. Keluhan pasien.

Keluhan utama ditujukan untuk menggali masalah atau keluhan-


keluhan yang mengandung pada trimester ke-3. keluhan fisiologis yang
sering dialami ibu yaitu meningkatnya keletihan, sukar tidur, sakit
pinggang bagiang bawah.
i. Riwayat penyakit keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji tentang penyakit


keturunan yang mungkin menurun pada pasien dimana penyakit tersebut
erupakan rsiko terhadap kehamila seperti hipertensi dan DM. dikaji juga
apakah keturunannya ada yang menderita penyakit kanker, jantung, asma,
keturunan kembar, dan penyakit lain yang mempunyai faktor risiko
terhadap kehamilan.

j. Riwayat kesehatan pasien

Riwayat kesehatan pasien ditujukan pada pengkajian penyakit yang


diderita yang merupakan risiko tinggi terhadap kehamilan seperti DM,
hipertensi, jantung, ginjal, hepatitis, paru-paru. Dikaji juga apakah pasien
sebelumnya pernah menderita panyakit berat, lama, dan terapinya agar
dapat diberikan asuhan keperawatan secara tepat dan berkesinambungan.

2. Tanda – tanda vital

a. Suhu
Peningkatan suhu tubuh masa nifas disebabkan oleh dehidrasi akibat
keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Selain itu disebabkan oleh
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Pada
umumnya suhu tubuh kembali normal setelah 12 jam post partum.

b. Denyut nadi dan pernapasan


Nadi antara 60 sampai 80 x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit
mengindikasikan adanya infeksi. Pernapasan normal 20 sampai 30
x/menit, beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai 40-50 x/menit.

c. Tekanan darah
Pada beberaapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.

3. Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi, dalam hal melakukan pengkajian
fisik dengan perabaan apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar, atau
abses serta bagaimana keadaan puting.

4. Uterus
Perubahan dalam uterus meliputi involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses ketika uterus kembali kekondisi sebelum hamil
dengan bobot hanya 60 gram.

5. Kandung kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan karena
reflek penekanan aktivitas yang disebabkan oleh tekanan pada kandung
kemih selama melahirkan. Kehamilan menyebabkan dilatasi dan
peregangan pelvis renalis dan ureter, tetapi akan kembali normal pada
minggu ke empat.

6. Genetalia/perinium
Setelah persalinan, vagina meregang dan membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil, tetapi jarang
kemballi ke ukuran nuli para. Kadang-kadang pada persalinan lama,
ditemukan edema dan memar pada dinding vagina. Rugai terlihat kembali
pada minggu ke tiga, himen muncul sebagai jaringan kecil yang selama
proses sikatrisasi diubah menjadi karunkulae mirtiformis yang merupakan
ciri khas wanita yang pernah melahirkan.

7. Lochea
Muncul pada hari pertama sampai keempat masa post partum, warnanya
merah dan mengandung darah dari robekan atau luka pada bekas
implantasi plasenta dan serabut dari desidua dan korion.

8. Ekstremitas bawah
Pada pengkajian ekstremitas bawah, lakukan pemeriksaan kaki apakah ada
varises, warna kemerahan pada betis, atau edema.

9. Pengkajian psikologis
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas,
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi
tersebut sering disebut sebagai post partum blues. Post partum blues
sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami
oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Pada sebagian kasus
tidak diperlukan terapi yang efektif, kecuali antisipasi, pemahaman, dan
rasa aman. Emosi yang labil ditingkatkan oleh ketidaknyamanan fisik. Post
partum blues umumnya terjadi sekitar hari ketiga hingga kelima post
partum. Seorang wanita yang mengalami perasaan kehilangan fisik setelah
melahirkan dapat menimbulkan duka cita yang bersifat normal. Tiga tahap
duka cita yaitu :

1.) Tahap pertama


Syok yang merupakan respon awal individual terhadap kehilangan.
2.) Tahap kedua
Vase realitas penerimaan fakta kehilangan.
3.) Tahap ketiga
Tahap membuat hubungan baru yang signifikan. Selama periode ini, orang
yang berduka cita menerima kehilangan dan individu kembali pada
keadaan normal.

B. Daftar Diagnosa
1. Gangguan Mobilitas fisik b.d nyeri luka post op SC.
2. Resiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer).
3. Resiko Infeksi b.d kerusakan intergritas kulit akibat tindakan invasif.
4. Ketidaknyamnan Pascapartum b.d involusi uterus.

INTERVENSI

Nama : Ruang :
Umur : No.Reg :

N TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


o
D
x
1 Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
Tujuan: Observasi :
Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi
adanya nyeri
mobilitas pada pasien meningkat.
atau keluhan
Kriteria Hasil: fisik lainnya
Kemamp Menur Cukup Seda Cukup Mening 2. Identifikasi
uan un menur ng mening kat toleransi fisik
menuntas un kat melakukan
kan pergerakan
aktivitas Terapiutik :
Rentang 1 2 3 4 5√ 1. Fasilitasi
Gerak aktifitas
(ROM) mobilisasi jika di
perlukan
Mening Cukup Seda Cukup menur 2. Libatkan
kat mening ng menur un keluarga untuk
kat un membantu
Nyeri 1 2 3 4 5√ pasien dalam
Kelema 1 2 3 4 5√ meningkatkan
han pergerakan
Fisik
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan
mobilisasi
sederhana seperti
berdiri, miring
berpindah
tempat dari
tempat tidur ke
kursi

2 perlekatan Promosi perlekatan


Tujuan: Observasi :
Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam diharapkan 1. Monitor kegiatan
menyusui
perlekatan pada pasien meningkat.
2. Identifikasi
Kriteria Hasil: kemampuan bayi
Kemampua Menu Cuku Seda Cukup Menin menghisap dan
n run p ng mening gkat menelan ASI
menuntaska menu kat 3. Monitor
n aktivitas run perlekatan saat
Menggendo 1 2 3 4 5√ menyusui
ng bayi Terapiutik :
untuk 1. Hindari
menyusui / memegang
memberi kepala bayi
makan 2. Diskusikan
Mempertah 1 2 3 4 5√ dengan
ankan bayi ibumasalah
bersih dan selama proses
hangat menyusui
Edukasi :
Mening Cukup Seda Cukup menur 1. Anjurkan ibu
kat mening ng menur un menompang
kat un seluruh badan
Penghala 1 2 3 4 5√ bayi
ng fisik 2. Anjurkan ibu
melepas pakaian
atas agar bayi
dapat menyentuh
payudara ibu
3. Anjurkan ibu
untu memegang
payudara dengan
huruf “C” pada
posisi jam 12-6
saat mengarah
ke mulut bayi
3 Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
Tujuan: Observasi :
Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam diharapkan 1. Monitor tanda
dan gejala
resiko infeksi pada pasien menurun.
infeksi local dan
Kriteria Hasil: sistemik
Kemamp Menur Cukup Seda Cukup Mening Terapiutik :
uan un menur ng mening kat 1. Batasi jumlah
menuntas un kat pengunjung
kan 2. Cuci tangan
aktivitas sebeum dan
Kebersih 1 2 3 4 5√ sesudah tindakan
an tangan ke pasien
Kebersih 1 2 3 4 5√ Edukasi :
an badan 1. Jelaskan tanda
dan gejala
Mening Cukup Seda Cukup menur infeksi
kat mening ng menur un 2. Ajarkan cara
kat un merawat luka
Demam 1 2 3 4 5√ opeasi
Kemera 1 2 3 4 5√ 3. Anjurkanmening
han katkan asupan
Bengkak 1 2 3 4 5√ nutrisi
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
imunisasi
4 Status Kenyamnan Pascapartum Terapi relaksasi
Tujuan: Observasi :
Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi
penurunan
kenyamanan pada pasien meningkat.
energi,
Kriteria Hasil: ketidakmampuan
Kemamp Menur Cukup Seda Cukup Mening konsentrasi atau
uan un menur ng mening kat gejala lain yang
menuntas un kat mengganggu
kan kemampuan
aktivitas kognitif
Keluhan 1√ 2 3 4 5 2. Identifikasi
tidak teknik relaksasi
nyaman yang pernah
Meringis 1√ 2 3 4 5 efektif
digunakan
3. Monitor respon
relaksasi
Terapiutik :
1. Ciptakan
lingkungan
tenang dan tanpa
ada gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu nyaman
2. Gunakan
relaksasi sebagai
strategi
penunjang
sengan analgesic
atau tindakan
medis lainnya
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan manfaat
batasan dan jenis
relaksasi
2. Jelaskan secara
rinci teknik
relaksasi yang di
pilih
3. Ajarkan
mengambil
posisi yang
nyaman
4. Anjurkan
mengulangi
teknik relaksasi
yang di pilih
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu

manajemen nyeri
Observasi :
1. Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kwalitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi
respon non
verbal
3. Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
Terapiutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri ( hypnosis,
akupresur, nafas
dalam,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing)
2. kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
3. fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. jelaskan periode
dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
menurunkan
nyeri
3. ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
Daftar Pustaka
Amru, 2012. Rustam Mochtar sinopsis obstetric : Obstetri operatif obstetric social. edisi 3
jilid 1 dan 2. EGC : Jakarta.
Fraser, D.M. & Cooper, M.A. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Ida Bagus Gede Manuaba, dkk. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Mitayani, 2010. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, 2012. Asuhan Kebidanan. Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal.
Jakarta : YBPSP.
Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Walyani & Purwoastuti, 2015. Ilmu Obstetri dan ginekologi Sosial untuk kebidanan.
Yogyakarta : Pustaka baru Press.

Anda mungkin juga menyukai