DISUSUN OLEH :
Risma Rismaya
1490122025
KELAINAN LETAK
LINTANG
ETIOLOGI PATOFISIOLOGI
Multiparitas Relaksasi dinding abdomen pada
Panggul sempit perut yang menggantung
Kehamilan premature menyebabkan uterus beralih ke
Kehamilan kembar depan, sehingga menimbulkan
Plasenta previa defleksi sumbu memanjang bayi
Kelainan bentuk rahim menjauhi sumbu jalan lahir
Selaput Ketuban (+) Selaput Ketuban (-) Janin mati Janin hidup
VL
Baik Jelek
Berhasil Tidak Berhasil
Tunggu Lengkap
VE
Seksio sesaria
5. MANIFESTASI KLINIS
1) Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri
membentang sedikit diatas umbilikus.
2) Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan.
3) Pada palpasi :
a. Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri
b. Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong
pada fosa iliaka yang lain.
c. Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
4) Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu dataran
keras terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung posterior
bagian kecil dapat ditemukan pada tempat yang sama.
5) Bunyi jantung janin terdengar di di sekitar umbilicus
6. PENATALAKSANAAN
1) Sewaktu Hamil
Usahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul
sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan
janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk
mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan untuk menggunakan korset, dan
dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin
2) Sewaktu Partus
Pada permulaan persalinan masih diusahakan mengubah letak lintang janin
menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan
ketuban belum pecah atau utuh, umur kehamilan 36 sampai 38 minggu, bagian
terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP, dan bayi dapat
lahir pervagina. Pada seseorang primigravida bila versi luar tidak berhasil,
sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan –
pertimbangan sebagai berikut : bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks
dengan baik, sehingga pada seorang primgravida kala I menjadi lama dan
pembukaan serviks sukar menjadi lengkap, tidak ada bagian janin yang menahan
tekanan intra – uteri pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban
sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya
prolapsus funikuli, dan pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan
kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan di awasi
sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi.
Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita
tersebut bangun dan meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap
dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat
ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau
mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi
untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan
lancer atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila
setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada
letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila
janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan
pada janin yang sudah mati dilahirkan per vaginam dengan dekapitasi atau
embriotomi.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan panggul dalam (pelvimetri)
Pelvimetri dilakukan sekali untuk mengetahui panggul sempit, PAP, PBP, dan
kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada kehamilan 8 bulan atau lebih.
2) Pemeriksaan dalam (VT)
Pemeriksaan dalam pada letak lintang terdapat;
Teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan.
Teraba bahu dan ketiak yang bias menutup ke kanan atau ke kiri.
Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan
klavikula.
Pemeriksaan dalam agak susah dilakukan apabila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
6. PATHWAY
Indikasi Letak Lintang
Sectio Sesaria
Post Operasi SC
Hipotermi
7. PERAWATAN SETELAH OPERASI
Tindakan seksio sesaria tetap menghadapkan ibu pada trias komplikasi, sehingga
memerlukan observasi dengan tujuan agar dapat mendeteksi kejadiannya lebih dini.
Observasi trias komplikasi meliputi :
1) Kesadaran penderita
a. Pada anestesi lumbal
Kesadaran penderita baik oleh karenanya ibu dapat mengetahui hampir semua
proses persalinan
b. Pada anestesi umum
Pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur, dengan memberiokan o2 menjelang
akhir operasi.
2) Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital
a. pengukuran :
- tensi, nadi, temperatur dan pernapasan
- keseimbangan cairan melalui produksi urine, dengan perhitungan :
produksi urine normal 500-600 cc
pernapasan 500-600 cc
penguapan badan 900-1000 cc
- pemberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc dengan perhitungan 20
tetes/menit (= 1 cc/menit)
- infus setelah operasi sekitar 2x24 jam
b. Pemeriksaan
- Paru-paru :
bersihan jalan napas
ronchi basal, untuk mengetahui adanya edema paru
- Bising usus, menandakan berfungsinya usus (dengan adanya flatus)
- Perdarahan local pada luka operasi
- Kontraksi rahim, untuk menutup pembuluh darah
Perdarahan pervaginam : evaluasi pengeluaran lochea, atonia uteri
meningkatkan perdarahan, perdarahan berkepanjangan.
3) Provilaksis antibiotika
Infeksi selalu diperhitungkan dari adanya alat yang kurang steril, infeksi asenden
karena manipulasi vagina sehingga pemberian antibiotika sangat penting untuk
menghindari terjadinya sepsis sampai kematian.
Pertimbangan pemberian antibiotika :
• Bersifat provilaksis
• Bersifat terapi karena sudah terjadi infeksi
• berpedoman pada hasil sensitivitas
• kualitas antibiotika yang akan diberikan
• cara pemberian antibiotika.
4) Mobilisasi penderita
Konsep mobilisasi dini tetap memberikan landasan dasar, sehingga pulihnya
fungsi alat vital dapat segera tercapai.
a) Mobilisasi fisik :
- setelah sadar pasien boleh miring
- berikutnya duduk, bahkan jalan dengan infus
- infus dan kateter dibuka pada hari kedua atau ketiga
b) Mobilisasi usus
- setelah hari pertama dan keadaan baik penderita boleh minum
- diikuti makan bubur saring dan pada hari kedua ketiga makan bubur
- hari keempat kelima nasi biasa dan boleh pulang.
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Subyektif
1) Biodata
a. Nama ; untuk lebih mengenal pasien
b. Umur ; untuk mendeteksi apakah ada risiko yang berhubungan dengan dengan
umur ibu
c. Suku bangsa ; untuk mengetahui social budaya dan adapt istiadat
d. Agama ; untuk mengetahui agama serta cara pandangnya terhadap kehamilan
e. Pendidikan ; untuk mengetahui tingkat intelektual karena pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang
f. Pekerjaan ; untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan dan untuk menilai social ekonomi
g. Alamat ; untuk mempermudah hubungan dengan anggota yang lain bila ada
keperluan yang mendesak
2) Keluhan pasien
Pada riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji tentang penyakit keturunan yang
mungkin menurun pada pasien dimana penyakit tersebut erupakan rsiko terhadap
kehamila seperti hipertensi dan DM. dikaji juga apakah keturunannya ada yang
menderita penyakit kanker, jantung, asma, keturunan kembar, dan penyakit lain
yang mempunyai faktor risiko terhadap kehamilan.
Riwayat kesehatan pasien ditujukan pada pengkajian penyakit yang diderita yang
merupakan risiko tinggi terhadap kehamilan seperti DM, hipertensi, jantung,
ginjal, hepatitis, paru-paru. Dikaji juga apakah pasien sebelumnya pernah
menderita panyakit berat, lama, dan terapinya agar dapat diberikan asuhan
keperawatan secara tepat dan berkesinambungan.
5) Riwayat obstretrik
- Riwayat menstruasi
a. Menorche
Pada keadaan normal menorche terjadi pada umur 10-16 tahun. Oleh
sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid
pertama menjadi awal. Menarche sebenarnya puncak dari serangkaian
perubahan wanita. Perubahan tersebut adalah tumbuh rambut kemaluan,
rambut ketiak, payudara membesar, putting menghitam.
b. Dismenorhoe
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum
dan selama haid sehingga dikatakan dismenorhoe jika nyeri haid begitu
hebatnya.
c. Siklus haid
Lama dan jumlah siklus haid berkisar antara 23-35 hari, dengan rata-rata
29 hari. Tetapi pada wanita yang haidnya teraturpun dapat terjadi
kemelesetan beberapa hari baik maju maupun mundur. Siklus haid
dihitung sejak hari pertama haid hingga hari terakhir sebelum haid
berikutnya
d. HPHT
Dikaji untuk menentukan kehamilan dengan rumus perkiraan partus
menurut naegle adalah hari +7, bulan -3, dan tahun +1. bila hari pertama
haid terakhir tidak diingat lagi maka sebagai pegangan dapat dinyatakan
antara lain gerakan janin, umurnya pada primigravida, gerakan janin
dirasakan ibunya pada kehamilan 18 minggu dan pada multigravida pada
kehamilan 16 minggu.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
7) Riwayat perkawinan
Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pemenuhan gizi ibu sudah
terpenuhi atau belum, kelebihan atau kekurangan. Ibu hamil yang makannya
terpenuhi akan mendapat kenaikan berat badan yang cukup baik. Kenaikan
berat badan selama hamil adalah 6,5-16 kg.
b. Pola eliminasi
Dikaji BAK dan BAB pada kehamilan trimester I dan III, bisaanya pasien
sering kencing karena penekanan rahim pada kandung kemih, tetapi
sebaliknya pasien sering mengeluh sukar BAB. Hal ini dikarenakan
menurunnya tavus otot-otot traktus digestifus sehingga motilitas seluruh
traktus digestifus juga berkurang.
c. Personal hygiene
Hal ini dikaji untuk mengetahui kepedulian dan kemampuan pasien untuk
menjaga kebersihan diri.
d. Pola kativitas
Hal ini dikaji karena jika pola pemenuhan aktivitas dan istirahat tidak
terpenuhi bisa menyebabkan komplikasi obstetric, seperti hipertensi yang
menjadi pre eklamsi atau eklamsi, solution plasenta, plasenta previa yang
kemungkinan bisa terjadi pada trimester III.
Untuk mengetahui pola istirahat ibu tersebut kurang atau berlebihan, istirahat
yang normal kira-kira 6-8 jam setiap harinya.
k. Data spiritual
9) Keadaan psikologis
Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Pada keadaan umum pasien perlu dikaji tentang keadan pasien apakah lemah,
pucat, atau baik.
b. Pemeriksaan TTV
• Tekanan darah ; tekanan darah pada wanita hamil tidak boleh mencapai
140/90 mmHg dan tidak boleh kurang dari 90/50 mmHg.
• Nadi ; nadi normal adalah 60-100 kali/menit
• Suhu ; suhu normal 360C-370C
• Respiratori ; respirasi normal 16-24 kali/menit. Sering ditemukan pada
kehamilan 32 minggu ke atas ada keluhan sesak nafas karena usus-usus
tertekan oleh uterus yang membesar kea rah diafragma, sehingga
diafragma kurang leluasa bergerak.
c. Berat badan dan tinggi badan
Berat badan pada ibu hamil secara normal akan meningkat 0,5 kg setiap
minggu setelah kehamilan trimester I dan berat badan dalam trimester II tidak
boleh lebih dari 1 kg setiap minggunya atau 3 kg per bulan dan kenaikan berat
badan seluruhnya pada wanita hamil normalnya 6,5-16 kg.
Tinggi badan pada ibu hamil sebaiknya tidak kurang dari 145 cm,
kemungkinan panggul sempit perlu diperhatikan.
2) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
b. Rambut ; dikaji apakah rambut mudah dicabut atau tidak. Bila mudah dicabut
kemungkinan menunjukan defisiensi vitamin A dan B.
c. Kulit kepala ; kulit kepala diperiksa apakah ada kelainan atau adanya tumor.
d. Mata ; diinspeksi dan adanya lensa kontak dicatat, konjungtiva, bila pucat
maka kemungkinan menunjukan adanya anemi, sclera apakah ikterik atau
tidak.
e. Hidung ; diperiksa apakah ada pholip atau tidak.
f. Mulut ; diperiksa apakah ada stomatitis, gigi karies, dan lidah kotor atau
tidak.
g. Leher ; diinspeksi untuk endeteksi abnormalitas seperti vena lebar yang
terdistensi dan penonjolan terutama pada daerah kelenjar.
h. Dada
• Dinding thorak ; diperiksa simetris atau tidak dan adanya penonjolan.
• Payudara ; ukuran payudara simetris atau tidak, perubahan warna kulit,
dapat menunjukan infeksi atau penyakit dermatologis yang dievaluasi.
Putting susu menonjol, areola menghitam, adakah kolostrum.
• Aksila ; diperiksa ada benjolan, tumor, atau pembesaran limfa.
i. Abdomen
• Observasi ; untuk mengetahui bentuk abdomen dan untuk mengetahui
adanya striae pada dinding abdomen.
• Palpasi ; untuk mengetahui adanya pembesaran hepar, limpa, daerah nyeri
tekan dan kemungkinan masa.
• Perkusi ; untuk mengetahui udara di dalam ssaluran pernafasan.
• Auskultasi ; untuk mengetahui gerak peristaltic usus, gerak janin, dan
DJJ.
j. Ekstremitas
Dikaji telapak tangan dan kuku pasien pucat atau tidak, begitu pula kaki ada
tidak varises dan oedema.
k. Anus
l. Reflek patella
Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di dalam tempurung lutut
atau patella, yang berpengaruh pada saat proses persalinan yaitu pada saat
uterus berkontraksi. Bila reflek patella negative maka kekurangan vitamin B1.
3) Pemeriksaan obstetric
a. Inspeksi
• Muka ; kloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau merah, adanya
oedema.
• Mamae ; putting menonjol atau tidak, areola menghitam, kolostrum.
• Abdomen ; membesar ke depan atau ke samping (pada letak lintang
membesar ke samping), striae gravidarum, atau bekas luka.
b. Palpasi
• Leopod I
Tinggi fundus dapat diketahui, ditentukan pula bagian apa dari janin yang
terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar dan kurang
melenting. Pada letak lintang fundus uteri kosong.
• Leopod II
Menentukan dimana letak punggung janin dan bagian ekstremitas.
Kadang-kadang di samping terdapat kepala atau bokong pada letak
lintang.
Leopod III
• Leopod IV
Untuk mengetahui apa yang tedapat pada bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam PAP.
c. Auskultasi
Untuk mengetahui dan menentukan DJJ dalam keadaaan normal atau tidak.
Normalnya 120-160 kali/menit. Pemeriksaannya dapat menggunakan leaneq
atau dopler.
d. Reflek patella
Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di dalam tempurung lutut
atau patella, yang berpengaruh pada saat proses persalinan yaitu pada saat
uterus berkontraksi. Bila reflek patella negative maka kekurangan vitamin B1.
e. Panjang uterus
· TFU (dalam cm) – 12x155 (bila penurunan kepala H I) · TFU (dalam cm)
– 11x155 (bila penurunan kepala H II)
4) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan panggul dalam (pelvimetri)
Pelvimetri dilakukan sekali untuk mengetahui panggul sempit, PAP, PBP, dan
kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada kehamilan 8 bulan atau
lebih.
b. Pemeriksaan dalam (VT)
• Teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan.
• Teraba bahu dan ketiak yang bias menutup ke kanan atau ke kiri.
• Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan
klavikula.
• Pemeriksaan dalam agak susah dilakukan apabila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
c. Pemeriksaan diagnostic penunjang
• Pemeriksaan darah lengkap; golongan darah, Hb, Ht, LED
• Pemeriksaan urine; menentukan kadar albumin atau glukosa.
• Kultur; mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
• Amniosentesis; mengkaji maturitas paru janin.
• Ultrasonografi; melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan,
kedudukan, dan presentasi janin.
• Foto rontgen; tampak janin dalam letak lintang.
• Tes stress kontraksi atau tes nonstress; mengkaji respon janin terhadap
gerakan atau stress dari pola kontraksi uterus.
• Pemantauan elektronik kontinu; memastikan status janin atau aktivitas
uterus.
5) Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi dan post
anastesi Intervensi Keperawatan
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi SC
d. Hipotermi berhubungan dengan proses konveksi suhu tubuh akibat papaan
suhu ruangan yang rendah dan post ops perdarahan
e. Resiko kekurangan volume cairan b/d terjadinya perdarahan post ops
f. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan pasca pembedahan
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
6) Intervensi
1. Nyeri Akut
a. Diagnosa Keperawatan
1) Definisi : : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia,neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik ( mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3) Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif Objektif
a) Mengeluh nyeri a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif ( mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi mendingkat
e) Sulit tidur
4) Tanda dan Gejala Minor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia a) Tekanan darah meningkat
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berfikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom koroner akut
e) Glaukoma
b. Luaran Keperawatan
Tingkat Nyeri
1) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan
2) Ekspektasi : Menurun
3) Kriteria Hasil :
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
menurun meningkat
Kemampuan
1 2 3 4 5
menuntaskan aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri
1 2 3 4 5
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi
1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut
mengalami cedera 1 2 3 4 5
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa
1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba
1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola nafas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berfikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
c. Intervensi Keperawatan
Manajemen Nyeri
a) Definisi : mengidentifikasi dan mengelola pengelaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau emosional dan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan
b) Tindakan
Observasi :
- Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, itensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Indentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis.
TENS, hipnosis, akupesur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin )
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( mis. Suhu rungan ,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemiliham strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik
a. Diagnosa Keperawatan
1) Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas
secara mandiri
2) Penyebab
Kerusakan integritas struktur tulang
Perubahan metabolisme
Ketidak bugaran fisik
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Keterlambatan perkembangan
Kekauan sendi
Kontraktur
Malnutrisi
Gangguan muskuloskeletal
Gangguan neuromuskular
Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
Efek agen farmakologis
Program pembatasan gerak
Nyeri
Kurang terpapar imformasi tentang aktivitas fisik
Kecemasan
Kurang terpapar informasi tentang aktifitas fisik
Kecemasan
Gangguan kognitif
Keengganan melakukan pergerakan
Gangguan sensoripersepsi
3) Tanda Gejala Mayor
Subjektif Objektif
- Mengeluh sulit - Kekuatan otot menurun
menggerakkan ekstremitas - Rentang gerak (ROM) menurun
4) Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
- Nyeri saat bergerak - Sendi kaku
- Engan melakukan - Gerakan tidak terkoordinasi
pergerakan - Gerakan terbatas
- Merasakan cemas - Fisik lemah
5) Kondisi Klinis Terkait
- Stroke
- Cedera medula spinalis
- Trauma
- Osteoarthritis
- Ostemalasia
- Keganasan
b. Luaran Keperawatan
1) Definisi : kemampuan dalam gerakan fisik dan satu atau lebih akstremitas
secara mandiri
2) Ekspektasi : Meningkat
3) Kriteria Hasil :
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun meningkat
Pergerakan
1 2 3 4 5
ekstermitas
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
Rentang Gerak
1 2 3 4 5
( ROM)
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Mneingkat Menurun
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Gerakan tidak
1 2 3 4 5
terkoordinasi
Gerakan
1 2 3 4 5
terbatas
Kelemahan
1 2 3 4 5
Fisik
c. Intervensi Keperawatan
Dukungan Mobilisasi
1) Definisi : memfasilitasi pasien untuk untuk meningaktkan aktivitas pergerakan
fisik
2) Tindakan :
a) Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
b) Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat ( mis. Pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
( misal. Miring kanan-kiri, duduk ditempat tidur, duduk di sisi
tempat tiur, pindah dari tempat tidur ke kursi )
3. Risiko Infeksi
a. Diagnosa Keperawatan
1) Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
2) Faktor Resiko :
a. Penyakit krois (mis. diabetes mellitus)
b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurua kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
f. Keridakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
3) Kondisi Klinis Terkait
- AIDS
- Luka bakar
- Penyakit paru obstruktif kronis
- Diabetes mellitus
- Tindakan invasive
- Kondisi penggunaan terapi steroid
- Penyalahgunaan obat
- Ketuban pecah sebelum waktunya
- Kanker
- Gagal ginjal
- Imunosupresi
- Lymphedema
- Leukositopenia
- Gangguan fungsi hati
b. Luaran Keperawatan
Tingkat Infeksi
1) Definisi : Derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi.
2) Ekspektasi : menurun
3) Kriteria Hasil :
Cukup
Cukup Meningka
Menurun Sedang Meningka
Menurun t
t
Kebersihan tangan 1 2 3 4 5
Kebersihan badan 1 2 3 4 5
Napsu makan 1 2 3 4 5
Cukup
Meningka Cukup
Meningk Sedang Menurun
t Menurun
at
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikal 1 2 3 4 5
Cairan berbau busuk 1 2 3 4 5
Sputum berwarna hijau 1 2 3 4 5
Drainase purulem 1 2 3 4 5
Pinua 1 2 3 4 5
Periode malaise 1 2 3 4 5
Periode menggigil 1 2 3 4 5
Latergi 1 2 3 4 5
Gangguan kognitif 1 2 3 4 5
Cukup
Memburu Cukup
Memburu Sedang Membaik
k Membaik
k
Kadar sel darah putih 1 2 3 4 5
Kultur darah 1 2 3 4 5
Kultur urine 1 2 3 4 5
Kultur sputum 1 2 3 4 5
Kultur area luka 1 2 3 4 5
Kultur feses 1 2 3 4 5
Kadar sel darah putih 1 2 3 4 5
c. Intervensi Keperawatan
Pencegahan Infeksi
a) Definisi :
b) Tindakan :
a. Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
b. Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkunga pasien
4) Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencucui tangan dengan benar
3) Ajarkan etika batuk
4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi
A. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses pelaksanaan asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk mengevaluasi atau melihat tingkat keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang diberikan. Penyunan rencana keperawatan yang baru apabila tindakan yang dilakukan
sebelumnya tidak atau belum berhasil. Yang dinilai dalam evaluasi tersebut berupa kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sedangkan tiindakan yang dapat dievaluasi secara langsung
isetelah tindakan diberikan ialah pendidikan kesehatan. Apabila hasil dari evaluasi perawat
perlu melakukan tindak lanjut dengan melakukan kunjungan rumah, maka perawat harus
membuat perencanaan kunjungan (Riasmini, et al., 2017).
Nyeri berkurang
Gangguan mobilisasi fisik teratasi
Resiko infeksi teratasi
DAFTAR PUSTAKA
7. Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta; Media
Aesculapius