TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai dari hidung, alveoli termasuk adneksanya (sinus
Menurut Depkes RI 2014, ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang
meliputi saluran pernapasan bagian atas seperti rhinitis, fharyngitis, dan otitis serta saluran
pernapasan bagian bawah seperti : laryngitis, bronchitis, bronchiolitis, dan pneumonia yang
dapat berlangsung selama 14 hari. ISPA merupakan penyakit yang sering diderita oleh bayi dan
anak.
Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Desi (2015), klasifikasi ISPA terbagi menjadi 3
yaitu :
1. ISPA ringan adalah seorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala pilek,
2. ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39⁰C dan
3. ISPA berat apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau teraba, nafsu makan menurun.
umur anak, musim, kondisi tempat tinggal, dan masalah kesehatan yang ada. (Hartono, 2012).
1. Agen Penginfeksi
Banyak infeksi disebabkan oleh virus, terutama respiratory synctical virus (RSV). Agen lain
2. Umur
Bayi umur dibawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah, karena fungsi
pelindung dari antibodi keibuan. Infeksi meningkat pada umur 3-6 bulan, pada waktu ini antara
hilangnya antibodi keibuan dan produksi antibodi bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus
berkelanjutan pada waktu balita dan prasekolah. Pada waktu anak-anak umur berumur 5 tahun,
infeksi pernapasan yang disebabkan virus akan berkurang frekuensinya, tetapi pengaruh infeksi
jaringan limfa meningkat seluruhnya pada masa anak-anak dan diketahui berulang-ulang
meningkatkan kekebalan pada anak yang sedang tumbuh dewasa. Beberapa agen virus membuat
sakit ringan pada anak yang lebih tua tetapi menyebabkan sakit yang hebat di sistem pernapasan
bagian bawah atau batuk asma pada balita. Sebagai contoh, batuk rejan secara relatif pada
trakeabronkhitis tidak berbahaya pada masa kanak-kanak namun merupakan penyakit serius
3. Ukuran
pernapasan terlalu kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran radang selaput lendir dan
peningkatan produksi sekresi. Disamping itu, jarak antara struktur dalam sistem yang pendek
pada anak-anak, walaupun organisme bergerak dengan cepat kebawah sistem pernapasan yang
mencakup secara luas. Pembuluh Eustachius relatif pendek dan terbuka pada anak kecil dan anak
muda yang membuat patogen mudah untuk masuk ke telinga bagian tengah.
4. Daya Tahan
Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko terinfeksi. Kondisi lain yang mengurangi daya
tahan adalah malnutrisi , anemia, kelelahan, dan tubuh yang menakutkan. Kondisi yang
melemahkan pertahanan pada sistem pernapasan dan cenderung yang menginfeksi melibatkan
alergi (seperti alergi rhinitis), asma, kelainan jantung yang disebabkan tersumbatnya paru-paru
dan, cystic fibrosis. Variasi Musim Banyaknya patogen pada sistem pernapasan yang muncul
dalam wabah selama bulan musim semi dan dingin, tetapi infeksi mycoplasma sering muncul
pada musim gugur dan awal musim semi. Infeksi yang berkaitan dengan asma (seperti asma
Pada umumnya penyakit ISPA ditandai dengan keluhan dan gejala yang ringan, namun
seiring berjalannya waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut dapat menjadi berat kalau
tidak diatasi. Oleh sebab itu, jika anak sudah menunjukkan gejala sakit ISPA, maka harus segera
diatasi agar tidak menyebabkan gagal napas bahkan kematian. Gejala yang ringan biasanya
Menurut Rasmaliah (2004) dalam Marni (2012), tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan
tanda-tanda klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Secara klinis pada pemeriksaan respirasi
akan terdapat tanda dan gejala seperti berikut : takipnea, napas tidak teratur (apnea), retraksi
dinding thoraks, napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing. Sedangkan pada sistem kardiovaskuler akan menunjukkan gejala
takikardi, bradikardi, hipertensi, hipotensi, dan cardiac arrest. Sedangkan hasil pemeriksaan
laboratorium adalah jika ditemukan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis metabolik maupun
asidosis respiratorik.
2.1.5 Patofisiologi
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya bakteri escherichia coli, streptococcus
beberapa bakteri lain dan virus miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus
influenza, virus parainfluenza, rhinovirus, respiratory syncytial virus kedalam tubuh manusia
melalui partikel udara (droplet infection), kuman ini akan melekat pada sel-sel epitel hidung,
dengan mengikuti proses pernapasan makan kuman tersebut bias masuk ke bronkus dan masuk
ke saluran pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya.
(Marni, 2014).
Komplikasi ISPA berupa sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba
Penanggulangan penyakit ISPA dilakukan dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh
kotrimoksazol, amoksisillin, ampisillin, penisilin prokain untuk pneumonia ringan, dan benzil
mencegah terjadinya anemia pada balita, memberikan vaksinasi polisakarida pneumokokus dan
vaksin konjugat pneumokokal, perlu juga diberikan vitamin A, asam folat, zat besi, kalsium, dan
Beberapa tindakan untuk meredakan gejala dapat dilakukan secara mandiri dirumah,
yaitu dengan :
1. Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk mengencerkan dahak sehingga
3. Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika mengalami sakit tenggorokan
4. Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan bantal tambahan
untuk melancarkan pernapasan Atau dapat juga menggunakan obat-obatan jika gejala
Terdapat banyak faktor yang mendasari penyakit ISPA pada balita. Hal ini berhubungan
dengan penjamu (host), agen penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Adapun beberapa
badan lahir memiliki peran penting terhadap kematian akibat ISPA. Berat badan saat lahir bayi
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mikro dan lingkungan makro adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar janin, terdiri dari otot rahim, plasenta, cairan ketuban, kelahiran kembar, dan
lain-lain. Lingkungan makro mempunyai peranan terhadap berat badan bayi yang terdiri dari usia
ibu saat melahirkan, jumlah kehamilan yang dialami ibu, status terminasi kehamilan, gizi ibu,
Sebanyak 22% kematian pada pneumonia diperkirakan terjadi pada BBLR. (Depkes, 2007).
b. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012
adalah, ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin,
dan mineral). Pemberian ASI, terutama ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi anak untuk
mencegah penyakit infeksi karena ASI memiliki zat protektif atau zat imun. Salah satu infeksi
yang terjadi pada balita adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). (Nirwana, 2014).
Beberapa kandungan yang terdapat dalam ASI yaitu kolostrum, protein, lemak, laktosa,
vitamin A, zat besi, taurin, lactobacillus, lactoferin, dan lisozim. (Rahmawati, 2017).
c. Status Imunisasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017,
imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Status imunisasi mempengaruhi terhadap daya
tahan atau imunitas seseorang. Semakin lengkap imunisasi, akan semakin bertambah juga daya
tahan tubuhnya.
Menurut Depkes (2010), imunisasi dasar lengkap yang harus dimiliki oleh bayi yaitu :
c. Vaksin polio untuk mencegah penyakit polio atau lumpuh layu pada tungkai kaki dan
lengan tangan.
d. Vaksin DPT untuk mencegah penyakit difteri atau penyumbatan jalan napas, batuk rejan
atau batuk 100 hari serta tetanus.
e. Vaksin campak untuk mencegah penyakit campak yaitu radang paru, radang otak dan
kebutaan. Vaksin dimasukkan kedalam tubuh manusia melalui suntikan dan oral atau
mulut yang disebut imunisasi. Depkes (2010) mengeluarkan jadwal imunisasi dasar
yaitu :
Ventilasi merupakan tempat proses penyediaan udara segar yang masuk ke dalam rumah
dan juga sebagai tempat pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah
maupun mekanik. Tersedianya udara segar / bersih dalam suatu ruangan sangat dibutuhkan
manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang cukup baik
maka dapat menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan seseorang. (Susilawaty dkk,
2014).
ventilasi rumah yang baik adalah luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai rumah yang
mempunyai ventilasi yang tidak berfungsi dengan baik akan menghasilkan 3 akibat yaitu
beracun yang mengendap dalam rumah. Ventilasi rumah yang kurang baik akan lebih
memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan balita karena mereka lebih lama berada di dalam
rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi. (Iksan, 2018).
e. Asap Rokok
Paparan asap rokok merupakan penyebab signifikan masalah kesehatan seperti ISPA dan
penyakit yang menyerang saluran pernapasan lainnya, sebatang rokok yang dibakar akan
mengeluarkan 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas carbon monoksida , nitrogen oksida,
hydrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, peryline dan
lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, balita sering berada dekat dengan anggota
keluarga yang merokok. Paparan asap rokok tidak hanya menjadi penyebab langsung kejadian
ISPA pada balita, tetapi menjadi faktor tidak langsung yang diantaranya dapat melemahkan daya
tahan tubuh balita. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri.
Asap rokok juga diketahui dapat merusak ketahanan lokal paru, seperti kemampuan pembersihan
mukosiliaris, maka adanya anggota keluarga yang merokok terbukti merupakan faktor resiko
yang dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan pada anak balita. (Rad Marsy dalam
Wahyuningsih, 2017).