Laporan ini disusun untuk Melengkapi Tugas Pre Klinik Keperawatan Anak III
Dosen Pembimbing:
Oleh:
1911312018
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Laporan dengan judul ”Laporan Pendahuluan An. K dengan Post Colostomy di Ruang
Rawat Anak NICU RSUD dr.Rasisin, Padang” ini dapat terselesaikan dengan baik karena
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan dari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat sebanyak-
banyaknya bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.1 KONSEP TEORI
2.1.1 Definisi Malformasi Anorektal.....................................................................................3
2.1.2 Etiologi..........................................................................................................................4
2.1.3 Patofisiologi...................................................................................................................5
2.1.4 Manifestasi Klinis..........................................................................................................6
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................7
2.1.6 Penatalaksanaan.............................................................................................................8
2.1.7 WOC............................................................................................................................11
2.2 ASKEP TEORI
2.2.1 Pengkajian...................................................................................................................12
2.2.2 Diagnosa......................................................................................................................13
2.2.3 Intervensi.....................................................................................................................14
2.2.4 Implementasi...............................................................................................................16
2.2.5 Evaluasi.......................................................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................17
3.1 Pengkajian.......................................................................................................................17
3.2 ANALISA DATA...........................................................................................................25
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................26
BAB IV..........................................................................................................................................30
BAB V...........................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................33
LAMPIRAN..................................................................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Anorektum Sebelum lebih lanjut, kita akan membahas terlebih dahulu mengenai anatomi
dan fisiologi anorektum.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
b. Anomali intermediet Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot
puborektalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang
normal.
c. Anomali tinggi Ujung rektum di atas otot puborektalis dan sfingter
internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula
genitourinariusretrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak
antara ujung buntu rektum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.
2.1.2 Etiologi
4
6. Berkaitan dengan Sindrom Down Malformasi anorektal memiliki etiologi
yang multifaktorial. Salah satunya adalah komponen genetik. Pada tahun
1950an, didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi yang
memiliki saudara dengan kelainan malformasi anorektal yakni 1 dalam 100
kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000
kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara malformasi
anorektal dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal
tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari 3 bermacam-macam gen yang
berbeda dapat menyebabkan malformasi anorektal atau dengan kata lain
etiologi malformasi anorektal bersifat multigenik.
2.1.3 Patofisiologi
5
2.1.4 Manifestasi Klinis
Sebagian besar bayi dengan anus imperforata memiliki satu atau lebih
abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% - 60%.
Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang lebih sering.
Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan tetapi beberapa
diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan kardiovaskuler.
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan malformasi
anorektal adalah:
1. Kelainan kardiovaskuler
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis kelainan
yang paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus
arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.
2. Kelainan gastrointestinal Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal
atau obstruksi duodenum
3. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis
6
Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan
lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan
hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah
myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.
4. Kelainan traktus genitourinarius
Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada
malformasi anorektal. Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan
urogeital dengan malformasi anorektal letak tinggi antara 50 % sampai 60%,
dengan malformasi anorektal letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut
dapat berdiri sendiri ataupun muncul bersamaan sebagai VATER (Vertebrae,
Anorectal, Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL
(Vertebrae, Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb
abnormality).
7
trokanter mayor. Selanjutnya diukur jarak dari ujung udara yang ada diujung
distal rektum ke tanda logam di perineum.
4. MRI atau CT-scan
Pemeriksaan dengan menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
atau CT-scan (Computed Tomography) untuk mengevaluasi kompleks otot pelvis
dan panggul.
5. Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dilakukan pada anak laki-laki untuk mengetahui
fistel urin (mekoneum keluar melalui saluran kemih). Pada anak perempuan
untuk tipe kloaka (saluran kemih, vagina dan rektum bermuara pada satu lubang
di daerah kemaluan).
6. Pemeriksaan lain
Dilakukan pemeriksaan lain karena anak dengan malformasi anorektal
memiliki asosiasi dengan kelainan lainnya. Asosiasi VACTERL (vertebral, anal,
cardiac, tracheal-esophageal, renal, limb) harus diselidiki pada setiap pasien
dengan malformasi anorektal
7. Radiologi dengan Barium
Enema Akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen
sempit ke daerah yang melebar.Pada foto 24 jam kemudian, terlihat retensi
barium dan gambaran mikrokolon pada Hirschsprung segen panjang.
8. Biopsi hisap rektum
Digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas, yaitu tidak adanya
sel ganglion parasimpatik di lapisan muskularis mukosa, dan adanya serabut saraf
yang menebal. Pada pemeriksaan histokimia, aktivitas kolinesterase meningkat.
2.1.6 Penatalaksanaan
8
b. Cairan intravena, dpat diberikan kristaloid.
c. Tata laksana kondisi yang mengancam hidup seperti infeksi, hipotermi,
dan lain-lain. Antibiotik spectrum luas dapat diberikan.
d. Edukasi kepada keluarga pasien mengenai prosedur operasi beberapa
tahap dan lama, adanya kemungkinan infeksi dan operasi berulang, terjadi
neurogenic bladder, dan inkontinensia alvi pasca-operasi
2. Tatalaksana operatif
Tata laksana operatif Pasien dengan kasus malformasi anorektal dirujuk ke
spesialis bedah anak untuk mendapatkan tata laksana defenitif.
9
Pada kasus letak sedang dan tinggi, diperlukan rekonstruksi yag terdiri
dari tiga tahap:
a. Tahap 1: kolostomi. Pada tahap ini, kolon sigmoid dibagi utuh menjadi 2
bagian distal untuk mukosa fistula.
b. Tahap 2: prosedur pull through. Prosedur ini dilakukan 3-6 bulan setelah
kolostomi. Dilakukan penarikan kantung rektal yang paling ujung ke posisi
normal. PSARP (posteriosagital rektoanoplasti) merupakan prosedur yang
paling sering digunakan. PSARP membelah otot sfingter eksternus, kompleks
otot, dan os. koksigeus.
c. Tahap 3: penutupan kolostomi dan businasi. Dilatasi anus (businasi) dimulai
2 minggu setelah tahap 2 sampai ukuran businasi sudah tercapai sesuai usia
baru dilakukan penutupan kolostomi.
3. Anoplasty
PSARP adalah metode yang ideal dalam penatalaksanaan kelainan
anorektal. Jika bayi tumbuh dengan baik, operasi definitif dapat dilakukan pada
usia 3 bulan. Kontrindikasi dari PSARP adalah tidak adanya kolon. Pada kasus
fistula rektovesikal, selain PSARP, laparotomi atau laparoskopi diperlukan untuk
menemukan memobilisasi rektum bagian distal. Demikian juga pada pasien
kloaka persisten dengan saluran kloaka lebih dari 3 cm
10
2.1.7 WOC
Kelainan Kongenital
ATRESIA ANI
Defekasi tidak
MK : DEFISIT MK : NYERI MK : RESIKO INFEKSI
terkontrol
PENGETAHUAN
MK : GANGGUAN
MK : INKONTINENSIA RASA NYAMAN
DEFEKASI
11
2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis Malformasi Anorektal
2.2.1 Pengkajian
a. Pengkajian Pre Op
Pemeriksaan fisik :
1) Kepala : pada pemeriksaan fisik kepala biasanya ditemukan normal
2) Mata : pada pemeriksaan fisik mata biasanya ditemukan tanda-tanda normal
3) Telinga : pada pemeriksaan fisik telinga biasanya ditemukan tanda-tanda
normal
4) Hidung : pada pemeriksaan fisik hidung biasanya ditemukan tanda-tanda
normal
5) Mulut : pada pemeriksaan fisik mulut biasanya ditemukan mukosa mulut dan
bibir bewarna merah
6) Leher : pada pemeriksaan fisik leher biasanya ditemukan tanda normal
7) Dada : pada pemeriksaan fisik dada biasanya ditemukan tanda-tanda normal
8) Genetalia : pada genetalia ditemukan tanda normal dan pada anus terjadi
kegagalan pembentukan
9) Daerah perineum
Inspeksi dengan cermat daerah perineum secara dini untuk mencari hubungan
fistula ke kulit :
untuk menemukan muara anus ektopik atau stenatik
untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang
untuk melihat adanya mekonium (apakah keluar dari vagina atau
keluar bersama urine
untuk melihat adanya garis hitam yang menentukan letak fistel dan
terapisegeranya.
10) Abdomen
Memeriksa tanda-tanda obstruksi usus (perut kembung)
Amati adanya distensi abdomen
Ukur lingkar abdomen
Dengarkan bising usus ( 4 kuadran)
12
Perkusi abdomen
ditemukan adanya distensi abdomen
Palpasi abdomen (mungkin kejang usus)
11) Kaji hidrasi dan status nutrisi
Timbang berat badan tiap hari
Amati muntah proyektif (karakteristik muntah)
12) TTV
Ukur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan)
Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takipnea atau dispnea)
Ukur nadi (terjadinya takikardia)
Observasi manifestasi malformasi anorektal
Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal, tapi bila
tidak dapat masuk lebih 1 – 2 cm berarti terjadi atresia rektum.
Pemeriksaan dengan kateter untuk membedakan fistel uretra dan
fistel vesika.
b. Pengkajian Post Op
1) Kaji integritas kulit meliput tekstur, warna, suhu kulit.
2) Amati tanda-tanda infeksi
3) Amati pola eliminasi dan keadaan umum pasien.
2.2.2 Diagnosa
1. Pre op
a. Ansietas orang tua b.d pembedahan
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
c. Konstipasi b.d aganglionik
2. Post op
a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (pembedahan)
b. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasif
c. Ansietas orang tua b.d kurangnya pengetahuan
13
2.2.3 Intervensi
14
Resiko infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
efek prosedur 1. Nyeri berkurang dari 3 Observasi
invasif ke 5 1. Observasi tanda dan gejala infeksi
2. Kadar sel darah putih lokal
membaik dari 3 ke 5 Terapeutik
1. Pertahankan teknik aseptik
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Ansietas orang tua Tingkat ansietas - Ciptakan suasana terapeutik
b.d kurangnya untuk menumbuhkan
- Perilaku gelisah menurun
pengetahuan kepercayaan
(5)
- Pahami situasi yang membuat
- Pola tidur membaik (5)
ansietas dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan pendekatan dengan
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengientifikasi situasi
yang memicu kecemasan
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis
Status nutrisi Manajemen nutrisi
Defisit nutrisi b.d
- Porsi makanan yang 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan
dihabiskan meningkat (5) 2. Identifiasi perlunya
mengabsorbsi
- Perasaan cepat kenyang penggunaan selang nasogatrik
nutrien
menurun (5) 3. Monitor berat badan
- Nyeri abdomen menurun 4. Monitor hasil pemeriksaan
(5) hasil laboratorium
- Berat badan membaik (5)
15
- Nafsu makan membaik
(5)
Eliminasi fekal Manajemen konstipasi
Konstipasi b.d
1. Periksa pergerakan usus,
aganglionik - Kontrol pengeluaran
karakterisyik feses
feses meningkat (5)
2. Jelaskan etiologi masalah dan
- Distensi abdomen
alasan tindakan
menurun(5)
3. Anjurkan peningkatan asupan
- Nyeri abdomen menurun
cairan, jika tidak ada
(5)
konstipasi
- Konsistensi fese
membaik (5)
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
N.B.P : 1911312018
I. IDENTITAS DATA
17
Anak ke :2
Nama Ibu/ ayah : Yosi Marlina
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Alamat : Mudiak Liki, Kurai, 50 kota
Dx. Medis : Atresia Ani
1. Prenatal : G5P3A1H2
Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada gangguan selama kehamilan. Pada trisemester
I ibu mengalami mual muntah yang normal (tidak berlebihan), tidak terjadi
pedarahan. Nutrisi selama hamil trimester I kurang terpenuhi dengan baik karena ibu
ikut melaksanakan ibadah puasa selama 15 hari. Ibu rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan di yankes lebih kurang sebanyak 6 kali.
2. Intranatal :
An.R lahir cukup bulan dengan persalinan normal, lahir dengan BB 3.200 gr dan PB
48 cm. Anak langsung menangis dan tidak mengalami asfiksia.
3. Postnatal :
Ibu klien mengalami pendarahan pada saat masa nifas dan mendapatkan transfusi
darah B+ sebanyak 144 cc dengan produk TC. Ibu dapat melakukan mobilisasi dasar
setelah 2 hari pasca melahirkan.
18
IV. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
An.R sudah dirawat di RSUD dr.Rasidin sejak 12 Desember 2021. Selama di
rawat, An. R sudah dilakukan 3 kali tindakan operasi. Tanggal 15 Desember 2021
dilakukan colostomy. Pada tanggal 15 desember dilakukan kolostomi double barrel. Dan
pada tanggal 20 Desember 2021 dilakukan operasi ke tiga yaitu laparatomi karena terjadi
perforasi cecum.
4. Reflek :
a. Moro ( V ) Menggenggam ( V ) Mengisap ( V ) Babinski ( V )
5. Tonus/ aktivitas: tonus otot baik
6. Kepala/ Leher
a. Fontanel anterior : Lunak
b. Sutura Sagitalis : Tepat
c. Gambaran wajah : Simetrsi
d. Lingkar kepala : 33 cm
e. Rambut : bersih, lebat, persebaran merata
19
7. Mata : Bersih, sklera nonikterik, konjungtiva non anemis.
8. THT
a. Telinga : simetris, membran timpani lengkap, bayi merespon terhadap suara.
b. Hidung : sekret tidak ada, polip tidak ada.
9. Abdomen
a. Inspeksi : perut terlihat membuncit, ada stoma, ada bekas luka laparatomi,
c. Perkusi : -
d. Auskultasi : BU (-)
10. Mulut : bibir bersih, tidak ada pucat. Mukosa bibir tidak kering.
11. Toraks : Simetris , Klavukula Normal
12. Paru- paru :
13. Jantung
a. Inspeksi : iktus tidak terlihat
b. Palpasi : iktus teraba
c. Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 normal.
14. Ekstremitas : Postur tubuh An. R keempat ekstremitas fleksi, tidak ada sianosis
maupun pucat, akral hangat, CRT > 2 detik
a. Palpasi pembuluh darah
20
15. Umbilikus : terlihat menonjol, bersih, masih ada sisa plasenta, keadaan plasenta kering
dan tidak ada infeksi..
21
2. Perencanaan makanan bayi : ASI 2 cc / 2 jam
22
VIII.Anak Lain :
1. Elektrolit :
Natrium : 138 mmol/L Clorida : 108 mmol/L
Albumin : 2,4 gr/dL Kalium : 4,1 mmol/L
An.R datang ke RSUD dr.Rasidin atas rujukan dari RSUD dr. Achmad Darwis
pada tanggal 12 Desember 2021 dengan keluhan An.R tidak ada pengeluaran mekonium
pada 24 jam pertama setelah kelahiran, perut tampak kembung, tidak ada tampak anus.
23
XI. WOC
Atresia ani
Harapan orangtua tidak
sesuai kenyataan
Perforasi sekum
Laparatomi Kolostomi
Distensi abdomen
Regurgitasi
Disfungsi motilitas
gastrointestinal
24
3.2 ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DO : Pembedaha Disfungsi motilitas
Ada distensi abdomen n gastrointestinal
Ada muntah warna hijau abdome
25
kali menjalani operasi.
Kenyamanan mulut
5) lambung
26
Perawatan stoma
Observasi
1. Periksa keadaan umum
2. Periksa kondisi stoma
3. Periksa kemampuan dan
pengetahuan tentang stoma
Terapeutik
1. Terapkan teknik aseptik dalam
melakukan perawatan stoma
2. Bersihkan stoma dengan air
hangat dan sabun
3. Siapkaan kantung stoma yang
baru
4. Berikan salep jika perlu
5. Pasang kantung stoma yang baru
Edukasi
1. Jelaskan cara perawatan stoma di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasikan jika terjadi
herniasi, atropi atau perburukan
dari stoma.
28
fisik sosial emosional Edukasi
anak meningkat dari 3 1. Informasikan kemajuan pasien
ke 5 secara berkala
Stimulasi perkembangan
anak meningkat dari 3
ke 5
Berinteraksi dan empati
pada aanak meningkat
dari 3 ke 5
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Atresia ani atau yang lebih dikenal dengan maalformasi anorektal merupakan kelainan
dimana anak terlahir tanpa anus atau anus yang tidak sempurna. kasus malformasi anorektal
dilaporkan 9,7% kasus, yaitu urutan kelima dari kelainan bawaan tersering. Anak dengan
malformasi anorektal biasanya dapat diketahui sejak anak lahir yang ditandai dengan tidak adanya
lubang anus, atau anak memiliki lubang anus namun belum ada pengeluaran mekonium dalam 24
jam setelah lahir.
Penyebab dari malformasi anorektal sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Banyak
faktor yang mempengaruhi angka kejadian malformasi anorektal. Penyebab terbesarnya adalah
kurangnya gizi selama kehamilan, terutama selama periode trimester I. Kekurangan gizi selama
trimester I dapat mempengaruhi kemampuan embrio dalam proses pembentukan organ. Selain itu
faktor genetik, riwayat obstetri ibu dan penyakit sindrom down juga menjadi faktor penyebab dari
kejadian kelahiran dengan malformasi anorektal.
Berdasarkan kasus, faktor penyebab yang memungkinkan anak R mengalami malformasi
anorektal adalah gizi selama kehamilan yang kurang terpenuhi dan riwayat obstetri ibu yang
bermasalah. Ibu mengaku selama kehamilan trimester I ibu menjalani ibadah puasa selama lebih
kurang 15 hari. Selain itu ibu juga memiliki riwayat obstetri yang tidak baik dimana ibu pernah
mengalami abortus, bayi mati dalam kandungan dan anak yang meninggal ketika usia seminggu.
Dari riwayat obstetri ibu dapat disimpulkan sejakawal kehamilan ibu beresiko ditambah lagi
dengan kurangnya asupan nutrisi ibu selama hamil yang memperbesar kemungkinan penyebab anak
R lahir dengan malformasi anorektal.
Gejala yang tampak pada anak R adalah tidak adanya pengeluaran mekonium dalam 24 jam, tidak
ada anus dan perut tampak membuncit. Anak R dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
disimpulkan berdasarkan gejala sebagai malformasi anorektal letak tinggi tanpa fistula.
Berdasarkan teori, penatalaksanaan malformasi anorektal letak tinngi pada anak laki-laki adalah
pertama akan dilakukan kolostomi, selanjutkan prosedur pull through yaitu penarikan kantung
rektal yang paling ujung ke posisi normal dan terakhir penutupan kolostomi dan businasi. Pada saat
ini anak R sudah melakukan kolostomi.
31
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Atresia ani atau yang lebih dikenal dengan maalformasi anorektal merupakan
kelainan dimana anak terlahir tanpa anus atau anus yang tidak sempurna. Hal ini
masih belum diketahui penyebab pastinya namun faktor gizi selama hamil diduga
memiliki oengaruh yang besar. Tanda dan gejala yang muncul adalah tidak adanya
pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, adanya distensi
abdomen, dan tidak adanya lubang anus. Untuk penatalaksanaan malformasi
anorektal disesuaikan dengan klasifikasinya. Untuk pronosisnya, malformasi
anorektal letak tinggi memiliki angka bertahan hidup lebih rendah. Untuk tingkat
harapan hidup akan ditentukan dari kecepatan dalam mendiagnosa dan tindakan serta
tingkat keberhasilan operasi.
Dalam kasus, bayi didiagnosa dengan malformasi anorektal letak tinggi tanpa
fistula dan sudah dilakukan operasi kolostomi. Setelah operasi, terdapat perforasi
sekum sehingga anak harus menjalani lapratomi. Intervensi yang diterapkan adalah
perawatan stoma, bilas lambung, monitor balance cairan dan perawatan luka.
SARAN
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti ingin memberikan
beberapa saran:
1. Pihak RSUD
Lebih melengkapi data mengenai angka kejadian atresia ani yang terdaftar di rumah
sakit.
2. Tenaga medis
Diharapkan tenaga medis melaporkan kemajuan atau kemunduran dalam perawatan
kepada keluarga pasien sehingga mengurangi kecemasan keluarga.
Melibatkan keluarga dalam perawatan dan tindakan pada anak
3. Pembaca
32
Kepada seluruh pembaca makalah ini diharapkan mampu memberikan masukan dan
kritikan yang membangun demi kemajuan dan kepentingan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Derbew M, Levitt MA. Newborn anorectal malformation. CME J African Surg. 2009 Jun 06: 5.h.1
http://www.ptolemy.ca/members/current/Newborn%20Anorectal%20Malformations/ diakses
pada 23 desember 2021
Lokananta, I., & Rochadi. (2014). Malformasi Anorectal. Sub Devision of Pediatric Surgery Dpt,
Sardjito Hospital, 1-7
Nadine, Z., Ekkehart, J., & Hermann, B. (2011). Parental risk factors and anorectal malformations:
systematic review and mental-analysis. Orphanet Journal of Rare Diseases.
B, L. E., Andriani, F., Yulizawati, & Insani, A. A. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi dan Balita.Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Betz, L. C., & Gowden, L. A. (2012). Buku Saku Keperawatan Pediatrik ed.7.Jakarta: ECG
Fitri, R. F. (2016). Hubungan Keterlambatan Diagnosis Dengan Komplikasi Pada Penderita
Malformasi Anorektal di RSUP HAM tahun 2005 - 20015.
Riskesdas. (2018). Kelainan bawaan. Info Pusat dan Informasi Kementian Kesehatan RI.
Jakarta: ISSN 2442 - 7659
33
LAMPIRAN
A. Tujuan
I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, ibu bayi mampu menstimulasi
perkembangan anak sesuai dengan usia tumbuh kembangnya.
B. Persiapan Pelaksanaan
I. Topik
II. Sasaran
Orang tua An. R
34
III. Metode
a. Diskusi
b. Demonstrasi
IV. Media
a. Mainan anak
b. Leaflet
V. Waktu dan Tempat
b. Hal yang perlu distimulasikan ibu untuk anak berumur < 1 bulan.
Setting Tempat:
N
P
Keterangan:
35
= Bayi dalam Inkubator
N Ners/perawat
Ibu pasien
C. Strategi Pelaksanaan
Alur pelaksanaan penyuluhan ini yaitu berisi urutan-urutan yang ada pada tabel berikut ini:
D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
36
a. Sasaran menghadiri kegiatan
2. Evaluasi Proses
Kegiatan dilaksanakan dalam 15-20 menit dan dimulai pada waktu yang sudah
direncanakan.
b. Sasaran yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Sasaran yang bertanya dan mengemukakan pendapat selama diskusi berlangsung.
Sasaran memperhatikan materi dengan saksama dan berperan aktif untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat selama diskusi berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
37
E. Lampiran Materi
1. TAHAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS: Melihat dan menatap wajah anda
STIMULASI : Melihat, meraih dan menendang mainan gantung . Gantungkan
mainan/benda pada tali diatas bayi dengan jarak 30 cm atau sekitar 2
jengkal tangan orang dewasa. Bayi akan tertarik dan melihat
sehinggamenggerakkan tangan dan kakinya sebagai reaksi. Pastikan benda
tersebut tidak dimasukkan kedalam mulut bayi atau terlepas dari ikatan.
REFERENSI
Kemenkes. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasim Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak d Tingkat Pelayanan Keseatan Dasar.
38
LAMPIRAN 2
F. Tujuan
I. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara perawatan stoma yang baik agar tidak infeksi dan
iritasi.
G. Persiapan Pelaksanaan
I. Topik
Perawatan stoma.
II. Sasaran
Orang tua An. R
III. Metode
a. Diskusi
b. Demonstrasi
39
IV. Media
b. Hal yang perlu distimulasikan ibu untuk anak berumur < 1 bulan.
Setting Tempat:
N
P
Keterangan:
40
I = Ibu pasien
H. Strategi Pelaksanaan
Alur pelaksanaan penyuluhan ini yaitu berisi urutan-urutan yang ada pada tabel berikut
ini:
I. Evaluasi
4. Evaluasi Struktur
Kegiatan dilaksanakan dalam 15-20 menit dan dimulai pada waktu yang sudah
direncanakan.
b. Sasaran yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Sasaran yang bertanya dan mengemukakan pendapat selama diskusi berlangsung.
Sasaran memperhatikan materi dengan saksama dan berperan aktif untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat selama diskusi berlangsung.
6. Evaluasi Hasil
42
J. Lampiran Materi
Perawatan Stoma
REFERENSI
Kemenkes. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasim Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak d Tingkat Pelayanan Keseatan Dasar.
43